A. Tujuan
Setelah mempelajari Modul Pembelajaran Melaksanakan Produksi Hasil Ikan ini siswa
mampu:
1.Memahami Prinsip Teknik Produksi hasil ikan dengan cermat dan teliti
2.Menganalisis kebutuhan sarana dan prasarana produksi produk perikanan dengan
cermat dan teliti sesuai kriteria
3.Menerapkan teknik pengendalian mutu dalam produksi produk perikanan dengan
cermat dan teliti sesuai kriteria
4.Mengembangkan Teknik Produksi produk perikanan dengan cermat dan teliti
5.Menerapkan Teknik Produksi produk perikanan dengan cermat dan teliti sesuai
kriteria
6.Melakukan Produksi produk perikanan dengan cermat dan teliti sesuai kriteria
C. Uraian Materi
Ikan merupakan salah satu sumber protein yang baik, karena memiliki daya
bioafibilitas yang tinggi dibandingkan dengan produk hewani lainnya. Ikan, selain
dikenal dengan kandungan protein yang memiliki komposisi asam amino lengkap, juga
diketahui mengandung polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang berkhasiat bagi
kesehatan. Asam lemak tak jenuh jamak yang banyak terdapat pada ikan adalah asam
lemak omega-3, terutama eikosapentanoat/EPA (C20:5, n-3) dan asam
dokosaheksanoat/DHA (C22:6, n-3) (Irianto, 1993). Karena alasan tersebut, ikan
menjadi salah bahan pangan pilihan untuk pemenuhan kebutuhan gizi akan protein. Ikan
merupakan jenis produk pangan yang mudah mengalami penurunan mutu dan
1
kerusakan setelah proses pasca panen, sehingga perlu adanya proses penanganan
secara baik untuk mempertahankan mutunya. Ikan akan mengalami proteolisis dengan
cepat, sehingga membuat kesegarannya menurun dan menjadi cepat rusak.
Komposisi kimia daging ikan secara umum terdiri dari air 66-84 %, protein 15-
24% , karbohidrat 1-3 %, lemak 0.1-2.2 % dan substansi anorganik lainnya 0.8-2%
(Suzuki, 1981). Segera setelah ikan mati, mutu awal biokimia otot cenderung
mengalami perubahan yang sangat cepat akibat terhentinya pernapasan, pecahnya
molekul-molekul ATP, aksi otolisis dari enzim proteolytic yang terdapat pada otot,
oksidasi lemak, dan aktivitas metabolisme mikroorganisme. Otot ikan mengandung
beberapa protease termasuk catephsins, trypsin, chymotrypsin, dan peptidase yang
juga berpengaruh pada otot selama penyimpanan setelah ikan mati. Perubahan-
perubahan yang terjadi pada otot ikan sebagai akibat dari reaksi tersebut dapat
memberikan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan bakteri. Reaksi otolisis
dapat mendorong terinvasinya otot oleh organisme-organisme yang terdapat di usus.
Penanganan yang kasar dapat merusak struktur sel yang menyebabkan terlepasnya
enzim-enzim otolisis termasuk protease, yang mempercepat pembusukan (Anonimous,
2008).
Lemak ikan juga rentan terhadap hydrolysis oleh lipase dengan terbentuknya
asam lemak bebas. Hydrolysis lemak lebih sering terjadi pada ikan yang isi perutnya
tidak dibersihkan dibanding yang sudah dibersihkan, mungkin disebabkan oleh
keterlibatan lipase yang terdapat di dalam enzim-enzim pencernaan. Phospholipase
sel diketahui menghidrolisis lemak, khususnya, phospholipids yang mengakibatkan
meningkatnya oksidasi lemak yang terhidrolisis..
Pembuatan Surimi
Surimi adalah jenis makanan tradisional Jepang. Surimi merupakan salah satu
jenis ingredient protein yang berasal dari ikan. Surimi biasanya diproduksi dari ikan
berdaging putih yang bernilai rendah dan dihasilkan sebanyak 25-28% dari total berat
badan keseluruhannya (Park et al. 1997). Menurut Lee (1984) surimi adalah daging
ikan yang sudah dibuang tulang dan kulitnya, dihaluskan, dicuci, ditambahkan
krioprotektan dan dibekukan. Surimi dibuat dari daging ikan giling yang telah diekstraksi
dengan air dan diberi bahan anti denaturasi lalu dibekukan. Selanjutnya dikatakan
surimi merupakan bahan setengah jadi yang digunakan untuk produk jadi (surimi-based
products) seperti “kamaboko” dan sosis ikan. Tan et al (1987), menyatakan bahwa
2
surimi adalah hancuran daging ikan yang telah mengalami proses pencucian (leaching)
dicampurkan dengan gula dan polifosfat serta telah mengalami pembekukan.
Surimi adalah potongan ikan dimana semua protein yang larut air dalam otot ikan
sudah dihilangkan dan hanya tertinggal 15-16% protein yang tidak larut air dengan
kandungan air bahan sekitar 75% dan 8-9% pestabil pada saat pembekuan. Protein
yang tidak larut air ini bersifat elastis sehingga memungkinkan untuk mengolah surimi
lebih lanjut menjadi produk jadi seperti kue ikan, sosis, bakso dan sebagainya. Adanya
proses pembekuan pada saat penyimpanan surimi, menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan elastisitas surimi yang dihasilkan sehingga perlu ditambahkan penstabil
untuk menstabilkan kualitas surimi selama penyimpanannya. Surimi beku dapat
disimpan lebih dari satu tahun (Shaviklo, 2006).
Ciri-ciri surimi antara lain berwarna putih, tidak amis, berupa pasta yang menggel
dengan masa simpan beku yang lama karena adanya penambahan krioprotektan
(AFDF, 1987). Dikatakan pula komposisi surimi kira-kira 76 % air, 16 % protein, 4%
sukrosa, 3.5 % sorbitol, 0.3 % polifosfat, 0.2 % lemak dan 0.0038 % kalsium (AFDF,
1987). Ada dua jenis surimi yang biasa diproduksi, yaitu surimi dengan penambahan
garam (ka en surimi) dan surimi tanpa penambahan garam (mu en surimi)
(Hermanianto, 2005). Dalam Suzuki (1981), disebutkan ada dua tipe surimi beku yaitu:
mu-en surimi, dibuat dengan menggilingi hancuran daging ikan yang telah dicuci dan
dicampurkan dengan sukrosa dan polifosfat tanpa penambahan garam (NaCl) dan telah
mengalami pembekukan, dan Ka-en surimi, dibuat dengan menggiling hancur daging
ikan yang dicuci dan dicampur sukrosa dan garam (NaCl) tanpa penambahan fosfat
serta mengalami proses pembekuan. Disamping surimi beku, tipe yang lain disebut
nama surimi (thaw surimi) yaitu surimi tidak mengalami proses pembekuan.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pembentukan gel pada pasta ikan dapat
terjadi melalui proses pelumatan, penggaraman, pembentukan, dan pemanasan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan gel adalah bahan baku, konsentrasi
garam, derajat keasaman (pH), dan suhu.
Bahan baku
Jenis ikan yang berdaging putih dan jenis ikan demersal secara umum adalah
baik untuk dibuat surimi. Dalam perkembangannya, surimi dapat dibuat dari berbagai
jenis ikan, asalkan ikan tersebut mempunyai kemampuan untuk membentuk gel
(elastisitas), rasa, dan kenampakan yang baik. Surimi juga dapat dibuat dari ikan-ikan
non ekonomis atau dari spesies ikan tropis yang merupakan hasil tangkapan samping
(by catch) sehingga memberikan nilai tambah pada ikan tersebut. Adanya perbedaan
sifat dari setiap spesies ikan maka dimungkinkan untuk mencampur beberapa jenis ikan
untuk mendapatkan sifat-sifat surimi yang baik. Namun ikan berdaging merah dan ikan
air tawar walaupun berdaging putih kurang baik untuk dibuat surimi. Ikan yang
digunakan harus mempunyai nilai kesegaran yang tinggi karena kualitas surimi yang
baik (elastisitas tinggi) hanya didapat dari ikan yang segar, sehingga harus dihindari
penggunaan ikan yang sudah dibekukan.
Ikan yang biasa digunakan sebagai bahan baku adalah ikan kurisi (Nemipterus
spp), big eye snapper (Priacanthus spp), Barracuda (Sphypaeno spp), croaker
(Pennahia, Johnius spp). Ikan-ikan yang ada di Indonesia dan baik sebagai bahan baku
surimi diantaranya adalah cunang-cunang (Congresox talabon), ikan manyung (Arius
thalassinus), ikan pisang-pisang (Caesio chrysozonus), ikan ekor kuning (Caesio spp),
ikan gulamah (Pseudociena amoyensis), ikan nila merah (Oreochromis sp), ikan gabus
(Ophiocepholus sp), dan ikan cucut (Carcharinidae sp).
Konsentrasi Garam
Jika tidak ada garam, maka aktomiosin yakni komponen utama dari protein
benang otot, akan mengalami hidrasi sedikit dan mengembang. Bila sedikit sekali
4
garam (0,2-0,3%) maka hidrasi akan menurun hingga tingkat minimal. Kemudian
dengan penambahan garam lebih lanjut, yang meningkatkan hidrasi, memungkinkan
pelarutan aktomiosin. Jadi peran garam pada proses pembentukan gel adalah sebagai
bahan pelarut protein myofibril. Pada konsentrasi 2-3% akan menghasilkan daya
kelenturan yang paling baik. Pada konsentrasi yang lebih tinggi maka myofibril akan
terdehidrasi yang disebabkan oleh terjadinya efek salting out dari garam. Selain itu
garam juga berperan terhadap rasa asin. Oleh karena itu jika kadar garam melebihi 3%
maka akan menjadi terlalu asin.
Suhu
Perubahan dari sol menjadi gel melarui tiga tahap proses. Tahap pertama adalah
pembentukan jaringan miosin yang disebut “suwari” (setting/pembentukan) dan terjadi
pada suhu kurang dari 50 °C. Tahap kedua adalah degradasi gel yang disebut “modori”
(kembali ke bentuk semula) yang terjadi pada suhu sekitar 60-65 °C. Tahap ketiga
adalah “fiksasi” dari gel yang terjadi pada suhu lebih dari 80 °C.
Suwari (setting/pembentukan)
Suwari (pembentukan) merupakan gejala dimana sol yang terbentuk secara perlahan
dan berubah menjadi gel yang elastis. Gel suwari terbentuk jika sol dipanaskan pada
suhu 40 °C selama 20 menit atau dibiarkan pada suhu ruang selama 2 jam atau
dibiarkan pada suhu dingin (10 °C) selama 1 malam.
Mekanisme proses pembentukan ini masih belum jelas, tetapi kenyataannya bahwa
untuk proses ini diperlukan garam dan bahwa jika daging ikan lumat mentah
membentuk gel akan menjadi lentur, maka diperkirakan bahwa proses ini juga
disebabkan oleh jaringan serba tiga aktomiosin. Protein ini melarut sehingga
menyebabkan serat-serat daging ikan itu bercampur aduk. Kemudian pemanasan
menyebabkan daging ikan membentuk jaringan tiga-tiga yang strukturnya menyerupai
bunga karang. Dalam pengentalan karena panas, sebagian dari air terpisah yang
bersama-sama dengan air yang terdapat dalam jaringan tiga-tiga tersebut membantu
5
memberikan kelenturan. Pada berbagai jenis ikan yang karena perbedaan sifat-sifat
aktomiosinnya, menyebabkan perbedaan dalam proses pembentukan gel.
Gejala modori ini tidak terjadi pada mamalia dan ayam tetapi hanya pada
spesies ikan tertentu. Sifat-sifat modori yang terjadi pada ikan bervariasi tergantung
kondisi biologi yaitu kesegaran, umur, lokasi penangkapan, dan musim.
Fiksasi gel
Tahap ini adalah untuk mendapatkan gel yang baik yaitu kenyal tetapi mudah
dikunyah - dalam bahasa Jepang disebut Ashi - yaitu setelah melewati kedua daerah
suhu tersebut. Berdasarkan prinsip tersebut maka untuk mendapatkan gel ashi
dilakukan dengan metode pemanasan dua tahap (double step heating), yaitu tahap
pembentukan (setting) dilakukan pada suhu 40 °C selama 20 menit atau pada suhu
ruang selama 2 jam atau pada suhu chilling selama 1 malam kemudian dilanjutkan
dengan pemanasan pada suhu 90 °C selama 20 menit. Pemasakan pada suhu 90 °C
dilakukan dengan tujuan untuk pemasakan dan sterilisasi dan juga untuk menghindari
daerah suhu terjadinya proses modori.
Secara ringkas prinsip dasar pengolahan produk fish jelly adalah penggilingan,
penggaraman, pencetakan, pembentukan (setting), dan pemanasan.
1. Penggilingan
6
Bahan baku digiling menggunakan alat penggiling (grinder) dengan tujuan
memecahkan serabut otot agar dapat meningkatkan ekstraksi protein larut garam.
2. Penggaraman
3. Pencetakan
4. Pembentukan (Setting)
5. Pemanasan
7
Alat-alat yang digunakan antara lain: pisau, meat grinder, timbangan, stuffer dan
freezer. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah daging ikan, es batu, sukrosa,
sorbitol, sodium polifosfat, natrium bikarbonat, natrium klorida, kain saring dan kantong
plastik.
Pembuatan Surimi
Persiapan pembuatan surimi dilakukan secara konvensional, ikan pertama dibuat
menjadi filet, kemudian dicuci dengan air dingin (4°C) (Chaijan et al. 2004). Daging ikan
dihaluskan dengan menggunakan food processor, kemudian ditambahkan air dengan
perbandingan air : filet ikan adalah 3:1 (v/w). Campuran tersebut kemudian diaduk
selama 10 menit pada suhu kamar dan daging ikan yang sudah dicuci kemudian
disaring dengan lapisan nilon. Pencucian dilakukan selama tiga kali. Pencucian pertama
dilakukan dengan penambahan NaHCO3 0.5 %, pencucian kedua dengan
menggunakan air biasa, dan pencucian ketiga dengan penambahan NaCl 0.1-0.5%
(Hermanianto 2005). Setelah pencucian ketiga, daging ikan kemudian diperas
menggunakan kain saring untuk mengurangi kadar airnya. Hasilnya lalu ditambahkan
4% sukrosa, 4% sorbitol dan 0.2-0.3% natrium polifosfat kemudian dicampurkan dan
disimpan dalam freezer (Hermanianto 2005).
8
Ikan Segar
Surimi Mentah
Pemisahan kepala dan isi perut
Filleting
Pengemasan
Pencucian I (NaHCO3)
Pembekuan
Pencucian II (air)
Ka en Surimi
Penirisan
Sampel surimi yang sudah dikemas dalam plastik polietilen kemudian dibekukan.
Setelah beku, sampel tersebut dikeluarkan dan ditimbang. Setelah ditimbang, sampel
beku tersebut kemudian di-thawing hingga suhu sampel meningkat menjadi suhu ruang.
Setelah itu, sampel tersebut ditimbang kembali.
9
bobot beku (g) – Bobot kering (g)
Kelembaban (%) = x 100%
Bobot beku (g)
b. pH
Sebanyak 10 g sampel ditipiskan hingga 1 mm atau kurang, kemudian materi lain yang
terlihat dengan ketebalan > 2 mm dicatat.
d. Penentuan kekuatan gel
Analisis ini dilakukan 24-48 jam setelah surimi dibuat dan setelah terbentuk
keseimbangan suhu antara produk surimi dan suhu ruang. Sampel surimi dipotong-
potong dengan panjang 15-25 mm, kemudian diukur menggunakan texture analyzer
dengan kecepatan tekanan sebesar 60 mm/menit.
Untuk persiapan pembuatan gel, surimi yang sudah dibekukan kemudian di-thawing
selama 3-4 jam hingga suhu pertengahannya menjadi 0°C. Sampel tersebut kemudian
dipotong-potong dan kelembabannya diatur hingga 80% dengan menambahkan air es.
Sampel kemudian ditambahkan dengan 2.5-3% (w/w) NaCl dan diputar selama 5 menit
pada suhu ruang hingga membentuk sol yang homogen. Sol tersebut kemudian dikemas
dalam casing polivinilidin lalu diinkubasi selama 30 menit diikuti dengan pemanasan
pada suhu 90°C selama 20 menit (Chaijan et al. 2010).
e. Derajat putih
Sampel disimpan dalam lempeng dan ditipiskan hingga ketebalan 15 mm. Sampel
kemudian dianalisis dengan menggunakan instrumen Colour-Difference Instrument
dengan mengukur nilai L* (Lightness), a* (red-green colour) dan b* (yellow-blue colours).
Derajat putih = 100 – [(100 – L*)2 + a*2 + b*2]1/2
Penentuan daya ikat air dapat diukur dengan penentuan air bebas yang dikeluarkan
(Hamm, 1974 dalam Yanis, 2006). Sampel sebanyak 0.3 gram diletakkan diantara dua
kertas saring Whatman kemudian ditekan dengan beban seberat 35 kg selama 5 menit.
Makin tinggi jumlah air bebas yang dikeluarkan maka WHC (Water Holding Capacity)
makin rendah dan semakin rendah jumlah air bebas yang dikeluarkan maka WHC
semakin tinggi. Daerah yang tertutup sampel daging yang telah menjadi rata serta luas
daerah basah disekitarnya diberi tanda dan diukur menggunakan planimeter. Daerah
basah diperoleh dengan mengurangkan daerah yang tertutup sampel dari total (basah
ditambah sampel) dan luas daerah yang tertutup sampel dengan menggunakan rumus:
10
mg H2O = Daerah basah (cm2) - 8.0
0.0948
g. Uji lipat (folding test)
Campuran surimi (fish mince) yang sudah disiapkan diberi NaCl sesuai perlakuan A,
dan dilakukan pencampuran selama 15 menit. Adonan kemudian dimasukkan ke dalam
selongsong (casing) dan dimasak dalam waterbath dengan variasi suhu sesuai
perlakuan B dan didinginkan. Setelah dingin, surimi matang diiris setebal 3 mm dan
dilakukan pelipatan menjadi kuadran, nilai tertinggi (6) sedangkan nilai terendah (1)
diberikan kepada surimi yang secara langsung mengalami patahan pada saat diberi
tekanan (AFDF, 1987).
1 2 3 4 5 6
11
LEMBAR KERJA
Acara : Pembuatan Surimi
Tujuan : Peserta diklat mampu mengolah bahan hasil perikanan menjadi produk
setengah jadi surimi dengan bahan tambahan es batu, sukrosa, sorbitol,
sodium polifosfat, natrium bikarbonat, natrium klorida dengan kriteria: tekstur
kenyal, warna dan aroma khas surimi.
K3 : Gunakan pakaian kerja dan perlengkapan kerja (baju lab, penutup kepala,
masker, sarung tangan dll). Hati-hati menggunakan peralatan/benda tajam
dan terhubung arus listrik. Cuci tangan sebelum bekerja, pastikan peralatan
yang digunakan bersih sebelum dan sesudah digunakan serta perhatikan dan
patuhi peraturan laboratorum yang lain.
Alat: Bahan :
1. Food processor/silent cutter 1. 1000 kg ikan segar
2. Pisau 2. Es batu
3. Meat grinder 3. Sukrosa
4. Spinner 4. Sorbitol
5. Timbangan 5. Sodium polifosfat
6. Freezer
6. Natrium bikarbonat
7. Natrium klorida
8. Kain saring
9. Kantong plastik
LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Buatlah fillet ikan segar, kemudian dicuci dengan air dingin (4°C)
3. Pisahkan daging ikan dari kulit dan durinya, kemudian digiling sampai halus
menggunakan food processor
4. Cuci daging ikan dengan menambahkan air dingin (4°C) dengan perbandingan air
banding daging ikan 3: 1, kemudian aduk selama 10 menit dan saring menggunakan
nylon.
12
5. Cuci kembali daging ikan dengan menambahkan larutan NaHCO3 0.5 %, dengan
perbandingan air banding daging ikan 3: 1, kemudian aduk selama 10 menit dan
saring menggunakan nylon.
6. Cuci kembali daging ikan dengan menambahkan air dingin (4°C), dengan
perbandingan air banding daging ikan 3: 1, kemudian aduk selama 10 menit dan
saring menggunakan nylon.
7. Cuci kembali daging ikan dengan menambahkan larutan NaCl 0,1–0,5 %, dengan
perbandingan larutan banding daging ikan 3: 1, kemudian aduk selama 10 menit dan
saring menggunakan nylon.
9. Kemas dalam kantong plastik berbentuk lembaran dan simpan dalam freezer.
Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat :
3. Bahan dasar sangat menentukan mutu produk yang dihasilkan. Jelaskan karakteristik
ikan yang baik untuk pembuatan surimi.
4. Jelaskan jenis dan karakteristik bahan pendukung yang digunakan untuk pembuatan
surimi!
13
Pembuatan Nugget Ikan
Saat ini produk pangan nugget sudah sangat populer dan familiar di kalangan
masyarakat luas. Nugget merupakan makan cepat saji yang pada prinsipnya dapat
diolah dari berbagai bahan hewani dan nabati (daging ayam, udang, ikan, dan tahu)
dengan prinsip pengecilan ukuran dan pencampuran. Bahan dasar terlebih dahulu
dihaluskan kemudian ditambah bahan- bahan lain seperti tepung terigu/tepung tapioka,
air es, dan bumbu-bumbu. Penyajian nugget dilakukan dengan terlebih dahulu melumuri
nugget dengan batter dan tepung roti (bread crumb) kemudian dilakukan
penggorengan. Di pasaran nugget biasanya dijumpai dalam bentuk persegi empat,
dengan warna kuning keemasan sebagai akibat proses penggorengan.
Ditinjau dari nilai gizi nugget secara umum, nugget mengandung protein yang cukup
tinggi, sehingga dengan mengkonsumsi produk olahan nugget ini diharapkan dapat
membantu menekan permasalahan kekurangan protein yang selama ini banyak diderita
masyarakat terutama anak-anak. Seperti diketahui kekurangan protein dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tubuh dapat dibayangkan apabila
kondisi ini menimpa anak-anak sebagai penerus bangsa. Mengingat begitu pentingnya
nilai gizi protein bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh, maka protein dianggap
sebagai indeks kualitas makanan yang penting.
Kalau kita perhatikan produk-produk olahan cepat saji yang beredar di pasaran,
beresiko kecenderungan terkandung bahan tambahan makanan (food additives) yang
dapat membahayakan kesehatan tubuh, misalnya bahan pemutih, pengenyal, pewarna
dan lain sebagainya. Dalam penambahannya kadang-kadang tidak mengindahkan
kaidah-kaidah yang telah ditetapkan. Dampak yang dapat ditimbulkan sangat berbahaya
seperti keracunan, kanker, alergi, dan sebagainya. Dengan mempertimbangkan resiko
di atas, akan aman apabila kita dapat memproduksi sendiri produk olahan nugget.
Selain untuk menekan permasalahan kekurangan protein, juga dapat membuka peluang
usaha produk olahan nugget yang sehat dan menguntungkan.
14
Bahan Dasar Nugget
Pada dasarnya hampir semua jenis ikan dan hasil perikanan lainnya, dapat
dimanfaatkan dagingnya untuk membuat nugget ikan. Ikan nila, lele, gurame, tongkol,
udang, kepiting, dan jenis-jenis lainnya dapat diolah menjadi nugget. Prinsip yang
sangat penting yang harus diperhatikan dalam memilih ikan sebagai bahan dasar
pembuatan nugget adalah ikan harus segar, tidak cacat fisik dan berkualitas baik. Ikan
yang segar memiliki mutu/kualitas protein (aktin dan miosin sebagai pembentuk tekstur
nugget) masih tinggi, serta kapasitas mengikat airnya (whc= water holding capacity)
masih baik.
Kesegaran ikan dapat diketahui dengan cara mengamati penampilan fisik, mata,
insang, tekstur dan baunya. Ikan segar tampak mengkilap sesuai jenis ikan. Lendir di
permukaan tubuh tidak ada, kalau ada hanya tipis dan bening. Sisik menempel kuat
dan tidak mudah lepas, perut utuh dan lubang annus tertutup. Mata cembung, cerah,
putih jernih, pupil hitam dan tidak berdarah. Insang merah cerah dan tidak berlendir
atau sedikit lendir. Tekstur daging kenyal, lentur dan berbau segar atau sedikit amis.
Karakteristik lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan dasar selain
kesegaran ikan adalah kandungan duri pada ikan. Sebaiknya dipilih ikan dari jenis yang
tidak banyak mengandung duri dalam daging ikan. Duri yang banyak terkandung dalam
15
daging ikan, selain menyulitkan dalam proses pengolahan, juga membahayakan pada
saat dikonsumsi. Namun demikian jika memiliki alat yang dapat memisahkan duri yang
terkandung ikan atau tersedia tenaga yang mampu memisahkan duri ikan, maka ikan-
ikan yang berduri banyak juga dapat digunakan sebagai bahan dasar nugget.
Bahan Pendukung
Pada pembuatan nugget selain bahan dasar juga digunakan bahan-bahan pendukung
lain berupa: Tepung (tapioka, terigu, sagu, atau tepung aren), telur, margarine, bumbu-
bumbu dan tepung maizena untuk bahan batter.
Dalam pembuatan nugget, tepung merupakan bahan pengisi sehingga nugget menjadi
lebih padat. Bahan pengisi dapat diartikan sebagai material bukan daging yang
ditambahkan pada pembuatan nugget dan berfungsi sebagai pengikat sejumlah cairan.
Selain itu tepung dapat memperbaiki stabilitas emulsi, mereduksi penyusutan selama
pemasakan, memperbaiki irisan produk, meningkatkan cita rasa, dan mengurangi biaya
produksi. Jika digunakan tepung terigu, tepung ini memiliki karakteristik spesifik yaitu
mengandung gluten. Kandungan gluten secara khas membedakan tepung terigu
dengan tepung-tepung lainnya. Gluten adalah suatu senyawa pada tepung terigu yang
bersifat kenyal dan elastis, yang diperlukan dalam pembuatan produk makanan dapat
mengembang dengan baik, yang dapat menentukan kekenyalan nugget .
Umumnya kandungan gluten menentukan kadar protein tepung terigu, semakin tinggi
kadar gluten, semakin tinggi kadar protein tepung terigu tersebut. Kadar gluten pada
tepung terigu, yang menentukan kualitas pembuatan suatu makanan, sangat tergantung
dari jenis gandumnya.
Telur
Seperti halnya bahan dasar, bahan pendukung yang digunakan dalam pembuatan
nuggetpun harus mempunyai kualitas yang baik. Telur mengandung gizi yang
diperlukan oleh tubuh dan mempunyai kelebihan antara lain rasanya lezat dan mudah
dicerna.
Bumbu-Bumbu
Bumbu yang ditambahkan dalam pembuatan fish nugget adalah bawang bombay,
bawang putih, merica, dan garam. Peranan bumbu-bumbu ini untuk menambah cita
16
rasa dan memberikan rasa gurih pada nugget. Bawang putih, bawang merah, merica
dan garam ditambahkan dalam bentuk halus.
Bahan dasar yang digunakan untuk membuat nugget ikan (fish nugget) adalah
surimi atau ikan yang segar. Pembuatan filet ikan dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Ikan disiangi terlebih dahulu, supaya isi perut tidak menjadi sumber bakteri dan
enzim yang dapat merusak daging ikan. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati
agar isi perut tidak mencemari daging. Setelah disiangi ikan dicuci bersih.
b. Ikan diletakkan dengan posisi miring. Daging pada pangkal insang dipotong
sampai ke tulang menggunakan pisau khusus. Kemudian daging ikan disayat ke
arah ekor sampai daging terlepas dari tulang. Selanjutnya ikan dibalik, dan
daging disayat dari ekor ke arah kepala. Pisau ditekan agak menempel tulang,
supaya daging tidak banyak tertinggal pada tulang.
c. Setelah daging terpisah dari tulang, kulit juga dipisahkan sehingga diperoleh
daging bebas tulang dan kulit. Beberapa jenis ikan ada yang sukar dikuliti,
dapat dilakukan penghilangan kulit dengan meat separator.
d. Filet ikan dicuci bersih dengan air mengalir atau dicuci dengan bak untuk
menghilangkan kotoran dan sisa-sisa darah. Bak pencucian lebih cocok
menggunakan fiber glass, karena mudah dibersihkan, dipindahkan dan
dikeringkan. Air pencucian harus sering diganti, tidak boleh sampai kotor dan
keruh. Selama proses pembuatan fillet dan pencucian ikan harus selalu
ditambahkan es secukupnya untuk menghambat proses kemunduran mutu ikan.
a. Tepung terigu, tepung maizena, bumbu dan baking powder dibuat adonan cair
(batter) dengan air es untuk merekatkan bread crumb pada nugget.
17
c. Bumbu-bumbu seperti garam, merica, bawang putih, bawang merah ditumbuk
sampai halus kemudian disisihkan. Bumbu tersebut ditambahkan dengan tujuan
untuk menambah cita rasa, supaya nugget lebih gurih.
Penggilingan
a. Fillet yang telah bersih dilumatkan menggunakan alat penggiling daging atau
silent cutter/food prosessor sehingga diperoleh daging lumat. Jika daging lumat
ini masih mengandung serat dan duri, dipisahkan terlebih dahulu.
b. Daging lumat tersebut digiling dengan garam dan bumbu hingga rata.
Selanjutnya ditambahkan tepung tapioka sedikit demi sedikit sambil diaduk,
sampai diperoleh adonan yang homogen. Pada saat pembentukan adonan
nugget ikan ditambahkan es batu sekitar 15-20%. Es ini berfungsi untuk
mempertahankan suhu rendah dan menambah air ke dalam adonan.
Pencetakan
Adonan yang telah homogen kemudian dimasukkan ke dalam cetakan (loyang) yang
telah diolesi margarin atau dialasi dengan plastik dengan tujuan supaya adonan
tidak lengket setelah dikukus.
Pengukusan
18
Gambar 4.4. Pencetakan dan pengukusan adonan
Adonan yang telah dikukus dan matang, kemudian didinginkan, supaya pengirisan
lebih mudah dan bentuk irisannya tidak hancur, kemudian diiris (dibentuk) sesuai
selera dengan menggunakan pisau stainles steel yang tajam.
Adonan yang telah didinginkan dan diiris tadi, dicelupkan ke dalam batter supaya
tepung roti/bread crumb yang akan dibalurkan dapat menempel dan irisan nugget
tidak hancur pada saat digoreng.
Penggorengan
Irisan nugget yang telah dilapisi tepung roti/bread crumb kemudian digoreng dalam
minyak goreng yang panas. Setelah matang (warnanya kekuning-kuningan) lalu
diangkat dan ditiriskan. Apabila telah dingin baru kemudian dikemas dalam kantong
19
plastik. Dapat juga setelah setengah matang, nugget digoreng kemudian didinginkan
lalu dikemas dalam kantong plastik dan dapat disimpan di dalam lemasi es (freezer),
dengan tujuan agar penyimpanan lebih tahan lama.
20
LEMBAR KERJA PEMBUATAN KAKI NAGA IKAN
Acara : Pembuatan Kaki Naga Ikan
Tujuan : Siswa mampu mengolah bahan hasil perikanan menjadi produk kaki naga ikan
dengan bahan tambahan tepung terigu, tepung maizena, telur dan bumbu-
bumbu lain sehingga diperoleh nugget dengan kriteria: warna kekuningan,
rasa lezat dan gurih, aroma khas fish nugget.
K3 : Gunakan pakaian kerja dan perlengkapan kerja (baju lab, penutup kepala,
masker, sarung tangan dll). Hati-hati menggunakan peralatan/benda tajam
dan terhubung arus listrik. Cuci tangan sebelum bekerja, pastikan peralatan
yang digunakan bersih sebelum dan sesudah digunakan serta perhatikan dan
patuhi peraturan laboratorum yang lain.
Alat: Bahan :
1. Food processor/fritter 1. 500 gram daging ikan/surimi
2. Wajan 2. 75 gram tapioka
3. Kompor 3. 300 gram bread crumb
4. Dandang/ alat mengukus 4. 5 gram garam
5. Pisau 5. 3 gram gula
6. Cobek dan mutu 6. 10 gram minyak wijen
7. timbangan 7. 15 gram bawang bombay
8. Gelas ukur
8. 15 gram bawang putih
9. mangkok/piring
9. 2 gram jahe
10. Baskom
10. 1 gram merica bubuk
11. Loyang
11. 1 butir telur
12. Baking powder secukupnya
13. Batang es 25 30 buah
LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.
21
4. Pisahkan daging ikan dari kulit dan durinya, kemudian digiling sampai setengah halus,
masukkan bahan-bahan lainnya yang sudah disiapkan pada no 1, 2, dan 3 ke dalam
penggilingan sampai adonan halus dan rata.
6. Bentuk adonan bulat dan baluri dengan breandcrum dan bentuk menyerupai kaki naga
ikan dengan menggunakan batang es cream.
22
LEMBAR KERJA PEMBUATAN EKKADO IKAN
Acara : Pembuatan Ekkado Ikan
Tujuan : Siswa mampu mengolah bahan hasil perikanan menjadi produk ekkado ikan
dengan bahan tambahan tepung terigu, tepung maizena, telur dan bumbu-
bumbu lain sehingga diperoleh ekkado nugget.
K3 : Gunakan pakaian kerja dan perlengkapan kerja (baju lab, penutup kepala,
masker, sarung tangan dll). Hati-hati menggunakan peralatan/benda tajam
dan terhubung arus listrik. Cuci tangan sebelum bekerja, pastikan peralatan
yang digunakan bersih sebelum dan sesudah digunakan serta perhatikan dan
patuhi peraturan laboratorum yang lain.
Alat: Bahan :
1. Food processor/fritter 1. 500 gram udang kupas
2. Wajan 2. 75 gram tapioka
3. Kompor 3. 50 lembar kulit pangsit
4. Dandang/ alat mengukus 4. 5 gram garam
5. Pisau 5. 3 gram gula
6. Cobek dan mutu 6. 10 gram minyak wijen
7. timbangan 7. 15 gram bawang bombay
8. Gelas ukur 8. 15 gram bawang putih
9. mangkok/piring 9. 2 gram jahe
10. Baskom 10. 2 gram merica bubuk
11. Loyang 11. 1 butir telur
12. Baking powder secukupnya
13. Batang es 25 30 buah
LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Siapkan udang kupas beku.
3. Haluskan bawang putih, bawang merah, garam dan merica.
4. Giling udang sampai setengah halus, masukkan bahan-bahan lainnya yang sudah
disiapkan pada no 1, 2, dan 3 ke dalam penggilingan sampai adonan halus dan
rata.
5. Keluarkan adonan, tuang ke dalam wadah.
6. Bentuk adonan bulat dan bungkus menggunakan kulit pangsit.
23
7. Kukus ekkado selama 30 menit.
8. Kemas kaki naga menggunakan plastic vacuum dan beri label
Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat:
3. Bahan dasar sangat menentukan mutu produk yang dihasilkan. Jelaskan bahan-bahan
yang dibutuhkan dalam pengolahan kaki naga ikan.
4. Jelaskan jenis dan karakteristik bahan pendukung yang digunakan untuk pembuatan
kaki naga ikan!
24
Pengalengan Ikan
Pengalengan yaitu salah satu cara penyimpanan dan pengawetan bahan pangan
yang dikemas secara hermetic dalam suatu wadah yang disebut can (kaleng) dan
kemudian disterilkan, sehingga diperoleh produk pangan yang tahan lama dan tidak
mengalami kerusakan baik fisik, kimia maupun biologis.
Ikan merupakan salah satu komoditi hasil perairan yang paling banyak dimanfaatkan
oleh manusia karena beberapa kelebihannya. Ikan merupakan salah satu sumber
protein hewani yang sangat potensial dan biasanya kandungan protein sekitar 15-
24% tergantung dari jenis ikannya. Protein ikan mempunyai daya cerna yang sangat
tinggi yaitu sekitar 95% (Rahayu, 1992).
Ikan segar merupakan salah satu komoditi yang mudah mengalami kerusakan (high
perishable food). Kerusakan ini dapat disebabkan oleh proses biokimiawi maupun
oleh aktivitas mikrobiologi. Kandungan air hasil perikanan pada umumnya tinggi
mencapai 56.79% sehingga sangat memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi
biokimiawi oleh enzim yang berlangsung pada tubuh ikan segar. Sementara itu,
kerusakan secara mikrobiologis disebabkan karena aktivitas mikroorganisme
terutama bakteri.
Kandungan protein yang cukup tinggi pada ikan menyebabkan ikan mudah rusak
bila tidak segera dilakukan pengolahan dan pengawetan. Pengawetan bertujuan
untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut. Salah satu usaha
untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet pada produk ikan adalah dengan
pengalengan ikan (Winarno, 1980).
Teknik pengawetan pangan yang dapat diterapkan dan banyak digunakan adalah
pengawetan dengan suhu tinggi, contohnya adalah pengalengan ikan tuna. Tujuan
utamanya adalah untuk memperpanjang umur simpan, dan meningkatkan nilai
ekonomis dari ikan serta dapat memperbanyak penganekaragaman pangan yang
berbahan baku ikan.
Prinsip pengalengan yaitu mengemas bahan pangan dalam wadah yang tertutup
rapat sehingga udara dan zat-zat maupun organisme yang merusak atau
25
membusukkan tidak dapat masuk, kemudian wadah dipanaskan sampai suhu
tertentu untuk mematikan pertumbuhan mikroorganisme yang ada.
Pengalengan didefinisikan juga sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang
dipak secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing
lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk
membunuh semua mikroba patogen (penyebab penyakit) dan pembusuk.
Pengalengan secara hermetis memungkinkan makanan dapat terhindar dan
kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita
rasa.
a. Kaleng dapat menjaga bahan pangan yang ada di dalamnya. Makanan yang ada
di dalam wadah yang tertutup secara hermetis dapat dijaga terhadap
kontaminasi oleh mikroba, serangga, atau bahan asing lain yang mungkin dapat
menyebabkan kebusukan atau penyimpangan penampakan dan cita rasanya.
b. Kaleng dapat juga menjaga bahan pangan terhadap perubahan kadar air yang
tidak diinginkan.
c. Kaleng dapat menjaga bahan pangan terhadap penyerapan oksigen, gas-gas
lain, bau-bauan, dan partikel-partikel radioaktif yang terdapat di atmosfer.
d. Untuk bahan pangan berwarna yang peka terhadap reaksi fotokimia, kaleng
dapat menjaga terhadap cahaya.
26
Di antara bakteri-bakteri yang berhubungan dengan pengalengan ikan, Clostridium
botulinum adalah yang paling berbahaya. Bakteri tersebut dapat menghasilkan racun
botulin dan membentuk spora yang tahan panas. Pemanasan selama empat menit
pada suhu 120oC atau 10 menit pada suhu 115oC sudah cukup untuk membunuh
semua strain C. botulinum (A-C). Karena sifatnya yang tahan panas, jika proses
pengalengan dilakukan secara tidak benar, bakteri tersebut dapat aktif kembali
selama penyimpanan.
Apabila menginginkan produk yang siap olah, pilihlah yang bermedia saus tomat.
Bila ingin mengolah produk dalam kaleng lebih lanjut, produk berlarutan garam atau
minyak nabati dapat dipilih.
Jika proses pengolahan dan penyimpanan dilakukan dengan baik, makanan dalam
kaleng umumnya awet sampai jangka waktu dua tahun. Beberapa hal yang
menyebabkan awetnya ikan dalam kaleng adalah:
Ikan yang digunakan telah melewati tahap seleksi, sehingga mutu dan
kesegarannya dijamin masih baik.
Ikan tersebut telah melalui proses penyiangan, sehingga terhindar dari sumber
mikroba kontaminan, yaitu yang terdapat pada isi perut dan insang.
Pemanasan telah cukup untuk membunuh mikroba pembusuk dan penyebab
penyakit.
Ikan termasuk ke dalam makanan golongan berasam rendah, yaitu mempunyai
kisaran pH 5,6 - 6,5. Adanya medium pengalengan dapat meningkatkan derajat
27
keasaman (menurunkan pH), sehingga produk dalam kaleng menjadi awet. Pada
tingkat keasaman yang tinggi (di bawab pH 4,6), Clostridium botulinum tidak
dapat tumbuh.
Penutupan kaleng dilakukan secara rapat hermetis, yaitu rapat sempurna
sehingga tidak dapat dilalui oleh gas, mikroba, udara, uap air, dan kontaminan
lainnya. Dengan demikian, produk dalam kaleng menjadi lebih awet.
Satu hal yang harus diingat adalah bahwa pemanasan tidak dapat membunuh
semua mikroba, khususnya thermofilik (tahan terhadap panas). Mikroba tahan panas
tersebut tidak akan tumbuh pada kondisi penyimpanan yang normal. Apabila
penyimpanan dilakukan pada ruang yang bersuhu cukup tinggi atau terkena cahaya
matahari langsung, mikroba tahan panas tersebut akan aktif kembali dan merusak
produk.
Penyimpanan produk harus dilakukan pada suhu yang cukup rendah, seperti pada
suhu kamar normal dengan kelembaban rendah. Akan menjadi lebih baik lagi bila
disimpan pada lemari pendingin. Kondisi penyimpanan sangat berpengaruh
terhadap mutu ikan dalam kaleng. Suhu yang terlalu tinggi dapat meningkatkan
kerusakan cita rasa, warna, tekstur, dan vitamin yang dikandung oleh bahan akibat
terjadinya reaksi-reaksi kimia.
Karena itu, makanan kaleng sebaiknya tetap disimpan dalam ruang bersuhu rendah
(di bawah 10oC) untuk mencegah kerusakan dan pembusukan. Simpanlah produk
pada kelembaban rendah untuk mencegah karat pada bagian luar kaleng dan
tumbuhnya jamur. Jauhkan produk dari terpaan cahaya matahari langsung.
Penutupan Kaleng
28
Mesin penutup kaleng memiliki empat bagian penting yang berhubungan langsung
dengan proses penutupan. Keempat bagian itu adalah:
1) Seaming chuck
Merupakan bagian yang berbentuk lempeng atau piringan bulat yang ukurannya
tepat seperti tutup kaleng (memiliki ukuran yang sama seperti bagian counter sink).
Adapun fungsi seaming chuck ini adalah untuk menahan kaleng body agar tidak
meleset pada operasi penutupan oleh rol pertama dan kedua.
2) Can lifter plate
Merupakan lempengan bulat yang menyangga kaleng dari bawah sehingga bagian
atas kaleng menempel pada seaming chuck dan tepat berada pada posisi operasi rol
pertama dan kedua.
3) First operation seaming roll
Pada alat penutup kaleng double seamer, proses penutupan kaleng yang
sebenarnya dilakukan oleh dua pasang rol yang posisinya saling bersilangan. Rol
pertama ini ada dua (sepasang) yang posisinya adalah saling diagonal. Rol pertama
memiliki lekukan yang lebih dalam dan lebar yang berfungsi untuk membentuk
keliman awal.
4) Second operation seaming roll
Ini adalah rol kedua yang berfungsi untuk menyempurnakan hasil dari rol pertama.
Rol kedua ini memiliki lekukan yang dangkal dan sempit sehingga menghasilkan
keliman ganda yang lebih rapat.
Kaleng diletakkan tepat ditengah-tengah lifter, pada saat pedal ditekan lifter akan
naik sehingga kaleng melekat pada seaming chuck, yang mana pada seaming
chuck telah terdapat tutup kaleng.
Rol pertama mulai bekerja, sambil berputar rol pertama akan mendekati posisi
tutup kaleng. Karena lekukan pada rol pertama, maka tutup kaleng akan melipat
ke bawah. Keliman pertama terbentuk. Setelah rol pertama mengelilingi seluruh
bagian tutup kaleng maka rol pertama akan menjauhi tutup kaleng.
Setelah itu rol kedua yang berputar akan mendekati tutup yang telah dilipat oleh
rol pertama tadi, karena lekukanya lebih sempit dan dangkal maka keliman yang
terbentuk oleh rol kedua ini akan lebih rapat.
29
Setelah rol kedua menyelesaikan tugasnya maka akan segera menjauhi chuck
dan lifter bersama kaleng yang telah tertutup akan turun, dan selesailah operasi
penutupan kaleng tersebut. Seluruh operasi penutupan kaleng memerlukan
waktu sekitar 10 detik.
b) Pengguntingan (cutting)
Bahan baku ikan segar yang sudah dibeli pabrik akan langsung diproses. Tahapan
pertama disebut dengan pengguntingan (cutting) alat yang digunakan adalah
gunting besi. Ikan digunting pada bagian pre dorsal (dekat dengan kepala) kebawah
kemudian sedikit ditarik untuk mengeluarkan isi perut. Ikan balo diberikan sedikit
perlakuan khusus yaitu sebelum digunting sisik-sisik yang terdapat diseluruh
badannya dihilangkan terlebih dahulu dengan menggunakan pisau. Dalam tahapan
pengguntingan juga dilakukan sortasi. Bahan baku ikan disortasi dari campuran ikan
yang lain dan dari sampah serta serpihan karang yang ikut terbawa saat proses
penangkapan ikan. Ikan yang sudah digunting ditempatkan dalam keranjang plastik
kecil. Setelah keranjang penuh, ikan dimasukkan dalam mesin rotary untuk
dilakukan proses pencucian.
30
Gambar 16. Dressing ikan
c) Pengisian (Filling)
Ikan yang keluar dari mesin rotary ditampung dalam keranjang plastik, lalu dibawa
ke meja pengisian untuk diisikan kedalam kaleng. Diatas meja pengisian terdapat
pipa air yang digunakan untuk melakukan pencucian ulang sebelum ikan diisikan
kedalam kaleng. Posisi ikan didalam kaleng diatur, misalnya untuk membuat produk
kaleng kecil setelah penghitungan rendemen ditentukan bahwa jumlah ikan yang
diisikan kedalam kaleng adalah 4 ekor ikan. Ikan-ikan tersebut diisikan dalam kaleng
dengan posisi 2 buah pangkal ekor menghadap kebawah dan 2 ekor lagi
menghadap keatas. Kaleng yang sudah diisi ikan diletakkan diatas conveyor yang
terus berjalan disamping meja pengisian untuk masuk tahapan berikutnya.
e) Penghampaan (Exhausting)
Penghampaan dilakukan dengan menambahkan medium pengalengan berupa saos
cabai atau saos tomat dan minyak sayur (vegetable oil). Suhu saos dan minyak
sayur yang digunakan adalah ±800C. Pengisian saos dilakukan secara mekanis
dengan menggunakan filler. Pada prinsipnya proses penghampaan ini dapat
dilakukan melalui 2 macam cara, biasanya pabrik berskala kecil exhausting
31
dilakukan dengan cara melakukan pemanasan pendahuluan terhadap produk,
kemudian produk tersebut diisikan kedalam kaleng dalam keadaan panas dan
wadah ditutup, juga dalam keadaan masih panas. Untuk beberapa jenis produk,
exhausting dapat pula dilakukan dengan cara menambahkan medium pengalengan
misalnya air, sirup, saos, minyak, atau larutan garam mendidih. Sedangkan, pabrik
pengalengan berskala besar melakukan exhausting dengan cara mekanis, dan
dinamakan pengepakan vakum (vacuum packed). Cara kerjanya adalah menarik
oksigen dan gas-gas lain dari dalam kaleng dan kemudian segera dilakukan
penutupan wadah.
g) Sterilisasi (Processing)
Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan retort. Dalam satu kali proses sterilisasi
dapat mensterilkan 4 keranjang besi produk ikan kalengan atau setara dengan
±6.800 kaleng kecil atau 3.400 kaleng besar. Suhu yang digunakan antara 115 –
1170C dengan tekanan 0,8 atm, selama 85 menit jika yang disterilisasi adalah kaleng
kecil dan 105 menit untuk kaleng besar. Sterilisasi dilakukan dengan memasukkan
keranjang besi kedalam menggunakan bantuan rel. Sterilisasi dilakukan tidak hanya
bertujuan untuk menghancurkan mikroba pembusuk dan pathogen, tetapi berguna
untuk membuat produk menjadi cukup masak, yaitu dilihat dari penampilan, tekstur
dan cita rasanya sesuai dengan yang diinginkan.
33
h) Pendinginan dan Pengepakan
Ikan kalengan yang sudah disterilisasi dikeluarkan dari dalam retort, kemudian
diangkat dengan katrol untuk didinginkan dalam bak pendinginan bervolume 16.5 m3
yang diisi dengan air yang mengalir. Pendinginan dilakukan selama 15 menit.
Produk setelah didinginkan diistirahatkan terlebih dahulu ditempat pengistirahatan
(Rested area) untuk menunggu giliran pengepakan (packing). Packing diawali
dengan aktivitas pengelapan untuk membersihkan sisa air proses pendinginan,
setelah itu produk dimasukkan kedalam karton. Produk yang kemasannya sudah
diberi label (label cat) bisa langsung di packing, sementara produk yang
kemasannya kosong terlebih dahulu diberi label kertas sesuai dengan keinginan
produsen.
34
LEMBAR KERJA PENGALENGAN IKAN
Acara : Pengalengan Ikan
Tujuan : Siswa mampu mengolah bahan hasil perikanan menjadi produk ikan dalam
kaleng dan mampu mengendalikan tahapan kritis dalam proses
pengolahannya.
K3 : Gunakan pakaian kerja dan perlengkapan kerja (baju lab, penutup kepala,
masker, sarung tangan dll). Hati-hati menggunakan peralatan/benda tajam
dan terhubung arus listrik. Cuci tangan sebelum bekerja, pastikan peralatan
yang digunakan bersih sebelum dan sesudah digunakan serta perhatikan dan
patuhi peraturan laboratorum yang lain.
Alat: Bahan :
1. Autoflave 1. 1 kg ikan
2. Thermometer 2. 1 kg tomat
3. Kompor 3. 50 gram cabe merah
4. Dandang/ alat mengukus 4. 20 gram bawang utih
5. Pisau 5. 50 gram garam halus
6. Cobek dan mutu 6. 10 gram merica bubuk
7. timbangan 7. 20 gram gula pasir
8. Gelas ukur 8. 5 gram bunga pala
9. mangkok/piring 9. Garam kotak 150 gram (lar garam)
10. Baskom 10. 10 pcs Kaleng + tutup
11. Loyang
12. Panci Stainleessteel
13. Blender
LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Lakukan sterlisisasi kaleng dengan merebus kaleng 30 menit setelah mendidih.
3. Lakukan dressing ikan dengan mengilangkan isi perut, kepala dan ekor.
35
4. Cuci bersih ikan dan lakukan perendaman pada lrutan garam 7,5% selama 15 menit.
5. Lakukan pencucian dan penirisan pada ikan.
6. Lakukan proses pre cooking dengan mengukus ikan ke dalam kaleng dengan suhu
110°C selama 20 menit.
7. Masukkan canning medium berupa saus tomat yang dibuat dengan cara :
a. Tomat dan cabe dicuci dan di blanching selama 5 menit
b. Kupas kulit tomat dan lakukan penghancuran dengan blender dengan
menambahkan 500 ml air.
c. Lakukan penghancuran cabe dan bawang putih dengan blender kemudian
campurkan dengan filtrate tomat. Kemudian saring menggunakan kalo
stainlees.
d. Masak bubur buah dan masukkan bumbu garam, gula, merica bubuk dan
bunga pala aduk terus hingga mengental
8. Lakukan proses exhausting dengan menggunakan suhu 80°C selama 20 menit.
9. Lakukan penutupan kaleng dengan msin seamer.
10. Lakukan proses sterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121°C tekanan 1,5
atm selama 30 menit.
11. Lakukan cooling shock dengan merendam kaleng pada air dingin selama 15 menit
Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat:
1. Jelaskan ciri-ciri ikan segar dalam persiapan bahan baku pengalengan ikan!
3. Jelaskan pengertian dan tujuan dari proses exhausting dalam pengalengan ikan.
36
Bandeng Presto
Salah satu hasil olahan ikan bandeng adalah bandeng duri lunak.
Mempunyai ciri hampir sama dengan pindang bandeng, dengan kelebihan yakni
tulang, duri dari ekor hingga kepalanya cukup lunak, sehingga dapat dimakan
tanpa menimbulkan gangguan duri pada mulut (Arifudin, 1988).
Dalam pengolahan bandeng duri lunak dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
secara tradisional dan modern. Pada pengolahan bandeng duri lunak secara
tradisional, wadah yang digunakan untuk memasak biasanya berupa drum yang
dimodifikasi atau dandang berukuran besar. Pengolahan bandeng duri lunak
secara tradisional menggunakan prinsip pengolahan ikan pindang.
37
Secara modern, pengolahan bandeng duri lunak menggunakan autoclave
untuk memasak. Prinsip penggunaan autoclave pada pemasakan bandeng duri
lunak adalah dengan cara menggunakan tekanan tinggi, sekitar 1 atmosfer.
Dengan tekanan yang tinggi proses pemasakan bandeng duri lunak dengan
autoclave akan lebih cepat matang dengan lamasekitar 2 jam dan tulang ikan
dapat segera lunak daripada menggunakan drum atau dandang. Menurut Arifudin
(1983), pengolahan bandeng duri lunak merupakan salah satu usaha diversifikasi.
Proses pengolahan menggunakan suhu yang tinggi (115 - 121°C), dengan tekanan
satu atmosfir. Suhu dan tekanan yang tinggi ini dicapai dengan menggunakan alat
pengukus bertekanan tinggi (autoclave) atau dalam skala rumah tangga dengan
alat pressure cooker.
Proses pengolahan bandeng duri lunak dengan uap air panas bertekanan
tinggi menyebabkan tulang dan duri menjadi lunak. Selain itu uap air panas yang
bertekanan tinggi ini sekaligus berfungsi menghentikan aktifitas mikroorganisme
pembusuk ikan, kerasnya tulang ikan disebabkan adanya bahan organik dan
anorganik pada tulang. Bahan anorganik meliputi unsur-unsur kalsium, phosphor,
magnesium, khlor dan flour sedangkan bahan organik adalah serabut-serabut
kolagen. Tulang menjadi rapuh dan mudah hancur bila bahan organik yang
terkandung di dalamnya larut (Soesetiadi, 1977).
Ada beberapa jenis bahan yang digunakan pada proses pembuatan bandeng
duri lunak antara lain:
a. Ikan Bandeng
Menurut Saanin (1968), klasifikasi ikan bandeng (Chanos chanos Forsk)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum :
38
Vertebrata Class :
Pisces
Ordo : Malacopterygii
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Species : Chanos chanos Forsk
Ikan Bandeng mempunyai ciri-ciri seperti badan memanjang, padat, kepala
tanpa sisik, mulut kecil terletak di depan mata. Mata diselaputi oleh selaput bening
(subcutaneus). Sirip punggung terletak jauh di belakang tutup insang dan dengan
rumus jari-jari D. 14-16; sirip dada (pectoral fin) mempunyai rumus jari-jari P. 16-17;
sirip perut (ventrial fin) mempunyai rumus jari-jari V. 11-12; sirip anus (anal fin)
terletak jauh di belakang sirip punggung dekat dengan anus dengan rumus jari-jari A.
10-11; sirip ekor (caudal fin) berlekuk simetris dengan rumus jari-jari C. 19 (Hadie,
1986).
39
Ikan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan bandeng duri lunak
harus memiliki tingkat kesegaran yang tinggi sehingga produk bandeng duri lunak
yang dihasilkan memiliki mutu yang lebih baik. Mutu produk yang dihasilkan
tergantung dari bahan baku maupun proses pengolahan yang dilakukan
b. Bumbu
Bumbu memegang peranan penting karena menentukan cita rasa produk
akhir. Selain itu daya awet ikan Bandeng duri lunak juga dapat ditunjang oleh
penggunaan bumbu dalam proses pengolahannnya. Ada 2 macam bumbu yang
digunakan dalam pembuatan Bandeng duri lunak, yaitu bumbu rendam dan bumbu
urap. Istilah tersebut mengacu pada cara perlakuan pada waktu memberikan
bumbu, ada yang digunakan untuk merendam bandeng dan ada yang diurapkan ke
seluruh tubuh bandeng. Bahkan ada juga yang langsung merebus bandeng dalam
larutan garam. Cara terakhir ini biasanya digunakan dalam pembuatan bandeng
duri lunak secara tradisional, yang memakan waktu sekitar 6 sampai 7 jam
(Purnomowati, 2006).
lain:
41
3. Proses Pengolahan Bandeng Duri Lunak
Penyiangan
Proses penyiangan dapat dilakukan dengan cara dibelah dan dibuang isi
perut dan insangnya. Ikan dibelah dari punggung kemudian diteruskan sampai
insang dan kepala tetapi jangan sampai putus, seperti pembelahan bentuk
“butterfly”. disiangi dengan cara menyobek bagian perut ikan dalam posisi
membujur di bagian bawah sisi luar perut mulai dari atas sirip dubur ke arah depan
sebelum sirip dada. Kemudian isi perut diambil dengan jari tangan. Insang tidak
dibuang tetapi cukup dicuci sampai bersih. Hal ini dilakukan agar kepala tidak
kempes setelah direbus. Isi perut dan kotoran-kotoran lainnya ditampung dalam
ember kecil. Penyiangan dilakukan agar proses pembusukan dapat diperlambat
karena isi perut merupakan sumber kontaminasi bakteri patogen. Menurut Siregar
(1995), pembelahan model ini dimaksudkan agar setelah isi perut dibuang,
perutnya tidak tampak terlalu kempes serta bekas sobekannya tetap utuh dan
teratur rapi sehingga ikan seolah tampak utuh tanpa sobekan.
42
Pencucian
Ikan yang sudah disiangi, langsung dicuci dengan air bersih (air PAM yang
telah diendapkan atau air sumur) yang mengalir sebanyak 4-5 kali sampai kotoran
yang menempel pada tubuh ikan hilang. Ikan yang sudah dicuci bersih ditempatkan
dalam ember untuk persiapan proses pelumuran bumbu.
Pencucian pada ikan bandeng bertujuan agar kotoran, darah, dan lendir
yang menempel pada permukaan tubuh ikan hilang. Menurut Irawan (1997), tujuan
pencucian juga bertujuan untuk membebaskan ikan dari bakteri pembusuk. Ikan
yang sudah disiangi harus dicuci sampai bersih karena sisa lendir maupun kotoran
lain yang ada pada ikan dapat mempercepat proses pembusukan.
Pelumuran bumbu
Pada pengolahan bandeng duri lunak secara modern dilakukan proses
pelumuran bumbu. Pelumuran bumbu dilakukan apabila ikan sudah dicuci dan
bersih. Bumbu-bumbu yang digunakan untuk bagian dalam ikan bandeng hampir
sama, yaitu bawang putih, jahe, kunyit dan garam. Sisa garam digunakan
persiapan bumbu untuk dioleskan bagian luar tubuh ikan. Untuk mempertegas
warna dan kenampakan bandeng duri lunak dapat dilakukan penambahan
pewarna food grade.
Sedangkan jahe maupun serai yang pada proses pembuatan bandeng duri
lunak direndam dalam air yang terletak pada dasar autoclave.
43
Penyusunan ikan
44
dalam alat tersebut sehingga sebelum digunakan harus diteliti terlebih dahulu agar
tidak terjadi gangguan selama pengolahan. Di bagian penutup yang dilengkapi
dengan karet harus dikontrol kerapatannya. Posisi karet harus melingkar dan lekat
tak terpisahkan dengan komponen penutup lainnya. Karet harus utuh dan keras
namun kenyal (elastis). Bagian pengunci harus terpasang dengan baik. Demikian
pula stik harus tegak dan kuat, tidak bisa digerak-gerakkan (tidak goyah).
Pemasakan
Pemasakan bandeng duri lunak dengan menggunakan drum maupun
autoclave juga terdapat perbedaan. Pemasakan dengan menggunakan drum
(secara tradisional) dapat dilakukan dengan drum yang akan digunakan diperiksa
terlebih dahulu apakah masih berfungsi dengan baik dan tidak ada bagian-bagian
yang sudah rusak. Setelah itu, air bersih secukupnya ke dalam drum. Air
dipanaskan selama setengah jam sampai air mendidih atau sampai suhunya
mencapai 100oC, baru kemudian keranjang stainless steel dimasukkan ke dalam
drum dengan menggunakan katrol. Agar keranjang stainless steel tetap terendam
air, tiap keranjang stainless steel diberi pemberat. Kemudian drum ditutup dan ikan
direbus selama 10 jam.
Selama perebusan, suhu dipertahankan agar tidak turun dari suhu 100oC
yaitu dengan cara menjaga nyala api agar tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil
sehingga bandeng duri lunak matang dengan baik.
45
Agar mempercepat proses pemasakan bandeng duri lunak dapat dilakukan
dengan memanfaatkan suhu tinggi untuk meningkatkan tekanan. Untuk
memaksimalkan panas yang dihasilkan oleh kompor gas, ditambah beberapa
saluran gas untuk menyemprotkan api lebih besar sehingga tekanan dapat
meningkat sesuai yang diinginkan dengan waktu yang singkat. Jika tekanan sudah
mencapai 1,5 atm, saluran gas tambahan dimatikan agar tekanan stabil.
Selama pemasakan api kompor gas harus terus dikontrol jangan sampai api
menjadi kecil maupun membesar. Nyala api yang digunakan adalah sedang, dijaga
agar tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlalu kecil, apabila nyala api terlalu besar
kemungkinan penguapan air terlalu cepat sehingga air habis sebelum waktunya
sedangkan ikan belum lunak (Djariyah, 1995).
Pendinginan
Bagi pemasakan yang menggunakan drum (secara tradisional), proses
pendinginan dapat dilakukan dengan cara kompor gas dimatikan dan tutup drum
dibuka. Uap air panas akan keluar. Kemudian keranjang stainless steel dikeluarkan
dengan menggunakan katrol dan ditiriskan.
Pengemasan
46
Daya awet ikan bandeng tergantung dari proses pengemasan bandeng duri
lunak. Ada pengolah yang hanya menggunakan palstik ada juga yang
menggunakan plastic dan juga kertas karton. Bahkan untuk memperlama daya
awet ikan dilakukan dengan cara proses pemvakuman pada kemasan ikan.
Bandeng duri lunak yang dikemas tanpa divakum dapat bertahan selama 2 hari
apabila disimpan di ruangan dan dapat bertahan hingga 5 hari apabila disimpan di
suhu dingin. Tetapi apabila bandeng duri lunak disimpan dengan cara vakum dapat
bertahan hingga 1 bulan.
Mutu Produk
Ikan bandeng duri lunak yang baik harus memenuhi kriteria tertentu. Cara
paling mudah untuk menilai mutu ikan bandeng duri lunak adalah dengan menilai
mutu sensorisnya (Wibowo, 1996).
Tabel 4. Kriteria mutu ikan Bandeng duri lunak berdasarkan penilaian organoleptik
No Parameter Deskripsi
1. Rupa Ikan utuh dan tidak patah, mulus, tidak luka atau lecet, bersih, tidak
terdapat benda asing, tidak ada endapan lemak, garam, atau
kotoran lain
2. Warna Warna spesifik, cemerlang, tidak berjamur, dan berlendir
47
3. Bau Spesifik seperti ikan rebus, gurih, segar, tanpa bau tengik,
masam, basi, atau busuk
4. Rasa Gurih spesifik bandeng duri lunak, enak dan tidak terlalu asin, rasa
asin merata, serta tidak ada rasa asing
5. Tekstur Kompak, padat, cukup kering, tidak berair, dan kesat
Sumber: Saparinto (2007)
48
LEMBAR KERJA BANDENG DURI LUNAK
Acara : Pengolahan Bandeng Presto
Tujuan : Siswa mampu mengolah bahan hasil perikanan menjadi produk bandeng duri
lunak dalam kaleng dan mampu mengendalikan tahapan kritis dalam proses
pengolahannya.
K3 : Gunakan pakaian kerja dan perlengkapan kerja (baju lab, penutup kepala,
masker, sarung tangan dll). Hati-hati menggunakan peralatan/benda tajam
dan terhubung arus listrik. Cuci tangan sebelum bekerja, pastikan peralatan
yang digunakan bersih sebelum dan sesudah digunakan serta perhatikan dan
patuhi peraturan laboratorum yang lain.
Alat: Bahan :
1. Autoflave 1. 1 kg ikan bandeng
2. Sealer 2. 25 gram bawang putih
3. Kompor 3. 30 gram bawang merah
4. Dandang/ alat mengukus 4. 50 gram kunyit
5. Pisau 5. 50 gram garam halus
6. Cobek dan mutu 6. 40 gram laos
7. timbangan 7. 10 gram Ketumbar
8. Gelas ukur 8. Daun salam secukupnya
9. mangkok/piring 9. Sereh secukupnya
10. Baskom 10. Daun pisang
11. Loyang 11. 250 gram garam kotak
12. Panci Stainleessteel
13. Blender
LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Lakukan dressing ikan bandeng dengan menghilangkan isi perut dan insang
serta sisiknya.
3. Cuci bersih ikan dan lakukan perendaman pada lrutan garam 10% selama 15
menit.
4. Lakukan pencucian dan penirisan pada ikan.
5. Haluskan bumbu dan rempah dan balurkan ke seluruh permukaan tubuh ikan
bandeng
6. Lakukan proses pemasakan menggunakan autoclave pada suhu 121°C
tekanan 1,5 atm selama 1 jam.
49
7. Dinginkan dan kemas menggunakan plastic.
Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat:
6. Jelaskan ciri-ciri ikan segar dalam persiapan bahan baku pengalengan ikan!
10. Jelaskan tahapan kritis CP/CCP dalam proses pengolahan bandeng presto!
50
Kegiatan Pembelajaran 2.
Setelah mempelajari Modul Pembelajaran Teknik Produksi Produk Hasil Hewani (telur)
ini peserta Diklat mampu:
a. Memahami Prinsip Teknik Produksi Hasil Hewani (telur) dengan cermat dan teliti.
b. Menganalisis kebutuhan sarana dan prasarana produksi produk hasil hewani (telur)
dengan cermat dan teliti sesuai kriteria.
c. Menerapkan teknik pengendalian mutu dalam produksi produk hasil hewani (telur)
dengan cermat dan teliti sesuai kriteria.
d. Mengembangkan Teknik Produksi Produk Hasil Hewani (telur) dengan cermat dan
teliti sesuai kriteria.
e. Menerapkan Teknik Produksi Produk Hasil Hewani (telur) dengan cermat dan teliti
sesuai kriteria.
f. Melakukan Produksi Produk Hasil Hewani (telur) dengan cermat dan teliti sesuai
kriteria.
C. Uraian Materi
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang hampir sempurna dan sering disebut
kapsul gizi, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan mahluk
hidup baru. Protein telur mempunyai mutu yang tinggi, karena memiliki susunan asam
amino esensial yang lengkap, sehingga dijadikan patokan untuk menentukan mutu
protein dari bahan pangan yang lain. Tetapi disamping adanya hal-hal yang
menguntungkan, telur memiliki sifat yang mudah rusak.
51
Beberapa hewan dapat menghasilkan telur, tetapi hanya jenis telur tertentu yang biasa
diperdagangkan dan dikonsumsi manusia, yaitu telur ayam, telur bebek, telur puyuh dan
telur ikan. Pada kenyataannya telur ayam yang paling populer di kalangan konsumen.
Ada dua jenis telur ayam yaitu telur ayam kampung (buras) dan telur ayam negeri (ras).
Demikian pula untuk telur bebek ada dua macam yang berwarna biru dan berwarna
putih, berasal dari bebek yang berbeda. Telur merupakan produk peternakan yang
memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat.
Sebutir telur mengandung zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Telur merupakan
bahan pangan yang sangat baik untuk anak-anak yang sedang tumbuh dan memerlukan
protein dalam jumlah cukup banyak. Telur juga sangat baik dikonsumsi oleh ibu yang
sedang hamil, ibu yang menyusui, dan orang yang sedang sakit. Sebutir telur terdiri dari
11% kulit telur, 58% putih telur, dan 31% kuning telur. Sebutir telur mengandung 6-7
gram protein, 0,6 gram karbohidrat, 5 gram lemak, vitamin dan mineral. Protein telur
merupakan protein yang bermutu tinggi dan mudah dicerna. Dalam telur protein lebih
banyak terdapat pada kuning telur, yaitu sebanyak 16,5% sedangkan pada putih telur
sebanyak 10,9%.
Kandungan lemak pada telur sekitar 5 gram. Hampir semua lemak di dalam telur
terdapat pada kuning telur, yaitu mencapai 32%, sedangkan pada putih telur terdapat
lemak dalam jumlah sedikit. Lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral),
fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kolesterol. Jumlah asam lemak tidak jenuh
lebih tinggi dibandingkan dengan yang terdapat pada produk hewan. Fungsi trigliserida
dan fosfolipida umumnya menyediakan energi yang diperlukan untuk aktivitas sehari-
hari.
Telur mengandung hampir semua vitamin kecuali vitamin C. Vitamin yang larut dalam
lemak (A, D, E dan K), vitamin yang larut dalam air (thiamin, riboflavin, asam pantotenat,
niasin, asam folat dan vitamin B 12). Selain sebagai sumber vitamin, telur juga sebagai
sumber mineral. Kandungan mineral telur hampir sama dengan kandungan mineral
dalam susu. Mineral yang terkandung dalam telur yaitu besi, fosfor, kalsium, tembaga,
yodium, magnesium, mangan, potasium, sodium, zink, klorida, dan sulfur. Kuning telur
cukup tinggi kandungan kolesterolnya.
Telur dikelilingi oleh kulit setebal 0,2 - 0,4 mm yang berkapur dan berpori-pori. Kulit telur
ayam berwarna putih-kuning sampai coklat, telur bebek berwarna kehijauan dan warna
kulit telur burung puyuh ditandai dengan adanya bercak-bercak (totol-totol) dengan
warna tertentu. Bagian sebelah dalam kulit telur ditutupi oleh dua lapisan yang
menempel satu dengan yang lain, tetapi keduanya akan terpisah pada ujung telur yang
tumpul membentuk kantung udara. Kantung udara mempunyai diamater sekitar 5 mm
pada telur segar dan bertambah besar ukurannya selama penyimpanan, sehingga
kantung udara dapat digunakan untuk menentukan umur telur.
Sebutir telur terdiri atas kulit telur, lapisan kulit telur (kutikula), membran kulit telur, putih
telur (albumen), kuning telur (yolk), bakal anak ayam (germ spot), dan kantung udara.
Telur terdiri dari tiga komponen utama, yaitu bagian kulit telur 8-11 persen, putih telur
(albumen) 57-65 persen dan kuning telur 27-32 persen. Putih telur terdiri atas tiga
lapisan yang berbeda, yaitu lapisan tipis putih telur bagian dalam (30 %), lapisan tebal
putih telur (50 %), dan lapisan tipis putih telur luar (20 %). Pada telur segar, lapisan putih
telur tebal bagian ujungnya akan menempel pada kulit telur. Putih telur tebal dekat
52
kuning telur membentuk struktur seperti kabel yang disebut kalaza. Kalaza akan
membuat kuning telur tetap di tengah-tengah telur. Kalaza juga dapat memberikan
petunjuk tentang kesegaran telur, dimana pada telur yang bermutu tinggi penampakan
kalaza lebih jelas.
Produk olahan telur adalah produk dari telur yang sudah dipisahkan dari cangkangnya.
Tepung telur merupakan jenis produk telur modifikasi yang sangat popular dalam
industri pangan. Pada umumnya variasi tepung telur adalah tepung putih telur, tepung
kuning telur dan tepung telur utuh.Tepung putih telur dibuat dari putih telur yang
dikeringkan dengan cara engeringan lapisan tipis atau pengeringan busa karena sifat
putih telur yang relative tidak tahan terhadap panas. Tepung kuning telur biasanya
dibuat dengan cara pengeringan semprot ayau teknik spray dryer. Tepung telur utuh
mempunyai sifat yang hamper sama dengan tepung kuning telur. Karena tingginya
kebutuhan penggunaan telur, maka industry pangan menyiasati dengan cara
menciptakan produk-produk olaahan atau modifikasi telur.
53
umur telur (sejak ditelurkan unggas) Indeks Kuning Telur menurun karena penambahan
ukuran kuning telur akibat perpindahan air (dari putih ke kuning telur). Standar untuk indeks
kuning telur adalah sebagai berikut: 0,22 = jelek; 0,39 = rata-rata, dan 0,45 = tinggi. Indeks
Putih Telur adalah perbandingan tinggi putih telur (albumin) kental dengan rata-rata garis
tengahnya. Pengukuran dilakukan setelah kuning telur dipisahkan dengan hati-hati. Telur
yang baru mempunyai Indeks Putih Telur antara 0,050 - 0,174, tetapi biasanya berkisar
antara 0,090 dan 0,120. Indeks Putih Telur menurun selama penyimpanan, karena
pemecahan ovomucin yang dipercepat oleh naiknya pH. Telur dengan mutu yang baik
mempunyai HU minimal 72. Telur yang tidak layak dikonsumsi mempunyai HU kurang dari
30.
Pengawetan telur utuh bertujuan untuk mempertahankan mutu telur segar. Prinsip dalam
pengawetan telur segar adalah mencegah penguapan air dan terlepasnya gas-gas lain dari
dalam isi telur, serta mencegah masuk dan tumbuhnya mikroba di dalam telur selama
mungkin. Hal-hal di atas dapat dilakukan dengan cara menutup pori-pori kulit telur atau
mengatur kelembaban dan kecepatan aliran udara dalam ruangan penyimpanan.
Penutupan pori-pori kulit telur dapat dilakukan dengan menggunakan larutan kapur, parafin,
minyak nabati (minyak sayur), air kaca (water glass), dicelupkan dalam air mendidih dan
lain-lain. Sedangkan pengaturan kecepatan dan kelembaban udara dapat dilakukan dengan
penyimpanan di ruangan khusus. Sebelum dilakukan prosedur pengawetan, penting
diperhatikan kebersihan kulit telur. Hal ini karena meskipun mutunya sangat baik, tetapi jika
kulitnya kotor, telur dianggap bermutu rendah atau tidak dipilih pembeli.
Pembersihan kulit telur dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Merendam telur dalam air bersih, dapat diberi sedikit detergen atau Natrium hidroksida
(soda api). Kemudian dicuci bersih sehingga kotoran yang menempel hilang.
b. Mencuci telur dengan air hangat suam-suam kuku (sekitar 60°C) yang mengalir. Untuk
mempercepat hilangnya kotoran dapat digunakan kain. Setelah kulit telur bersih, dapat
dilakukan pengawetan telur segar dengan metode antara lain pengemasan kering,
perendaman dalam berbagai jenis cairan, penutupan pori-pori kulit telur, dan
penyimpanan dingin.
Penyimpanan dingin
Telur segar dapat dipertahankan mutunya dalam waktu yang relatif lama bila disimpan
dalam ruangan dingin dengan kelembaban udara antara 80-90 % dan kecepatan aliran
udara 1-1,5 m/detik. Dalam hal ini telur disimpan sedekat mungkin di atas titik beku telur
yaitu -2 C. Suhu yang rendah ini akan memperlambat hilangnya CO2 dan air dari dalam
telur serta penyebaran air dari putih ke kuning telur. Untuk lebih menghambat hilangnya CO2
maka kadar CO2 di dalam ruang penyimpanan dapat ditingkatkan sampai 3 persen.
56
1. Denaturasi Protein
Denaturasi dapat diartikan sebagai suatu perubahan atau modifikasi struktur sekunder,
tersier, dan kuartener molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan
kovalen. Denaturasi protein dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu oleh panas, pH,
bahan kimia, gelombang suara, tekanan yang tinggi, dan mekanik. Senyawa kimia
seperti urea dan garam dapat memecah ikatan hidrogen yang akhirnya menyebabkan
denaturasi protein (Winarno, 1997).
Pemekaran atau pengembangan molekul protein yang terdenaturasi akan membuka
gugus reaktif yang ada pada rantai polipeptida. Selanjutnya akan terjadi pengikatan
kembali pada gugus reaktif yang sama atau yang berdekatan. Bila unit ikatan yang
terbentuk cukup banyak sehingga protein tidak lagi terdispersi sebagai suatu koloid,
maka protein tersebut mengalami koagulasi. Apabila ikatan-ikatan antara gugus-gugus
reaktif protein tersebut menahan seluruh cairan, maka terbentuklah gel (Winarno, 1997).
2. Koagulasi
Perubahan struktur molekul protein telur adalah akibat dari hilangnya kelarutan dan
pengentalan, atau perubahan dari bentuk cair (sol) menjadi padat atau semi padat (gel)
yang dapat disebabkan oleh pemanasan, perlakuan mekanik, garam, asam, alkali, dan
bahan alkali lain seperti urea. Perubahan dari sol menjadi gel ini disebut koagulasi
(Stadelman dan Cotteril, 1995). Konsentrasi terbesar dalam lapisan putih telur adalah
ovomucin. Mucin berperan dalam proses koagulasi. Kalaza mempunyai kandungan
mucin yang tinggi dan mempunyai daya tahan terhadap penggumpalan. Sebaliknya,
kuning telur mengandung komponen non protein yang merupakan subyek
penggumpalan. Bila dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein
akan berkurang, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan
protein ini disebut sebagai salting out. Bila garam netral yang ditambahkan
berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap (Winarno, 1997).
Prinsip pembuatan telur asin adalah mengawetkan telur utuh dengan adonan yang
dibubuhi garam. Ada 3 cara pembuatan telur asin yaitu :
1) Telur asin dengan adonan garam berbentuk padat atau kering;
2) Telur asin dengan adonan garam ditambah ekstrak daun teh;
3) Telur asin dengan adonan garam, dan kemudian direndam dalam ekstrak atau cairan
teh.
Diagram alir proses pembuatan telur asin disajikan pada gambar berikut ini.
57
Gambar 5. Diagram alir pembuatan telur asin
58
LEMBAR KERJA
Judul : Pembuatan Telur Asin
Tujuan : Peserta dapat mengolah telur menggunakan alat dan bahan yang
disediakan menjadi telur asin yang memenuhi kriteria mutu yang dapat
diterima konsumen.
BAHAN ALAT
1. Telur bebek yang bermutu baik30 butir 1. Ember plastik
2. Abu gosok atau bubuk batu bata merah 2. Kuali tanah atau panci
1 ½ kg 3. Kompor atau alat pemanas
3. Garam dapur 1½ kg 4. Alat pengaduk
4. Larutan daun teh (bila perlu) 50 gram teh / 3 5. Stoples atau alat penyimpan telur
liter air
5. Air bersih secukupnya
6. Amplas halus
CARA PEMBUATAN
1. Pilih telur yang bermutu baik (tidak retak atau busuk);
2. Bersihkan telur dengan jalan mencuci atau dilap dengan air hangat, kemudian
keringkan;
3. Amplas seluruh permukaan telur agar pori-porinya terbuka;
4. Buat adonan pengasin yang terdiri dari campuran abu gosok dan garam, dengan
perbandingan sama (1:1). Dapat pula digunakan adonan yang terdiri dari campuran
bubuk bata merah dengan garam;
5. Tambahkan sedikit air ke dalam adonan kemudian aduk sampai adonan berbentuk
pasta;
6. Bungkus telur dengan adonan satu persatu secara merata sekeliling permukaan telur,
kira-kira setebal 1~2 mm;
7. Simpan telur dalam kuali tanah atau ember plastik selama 15-20 hari. Usahakan agar
telur tidak pecah, simpan di tempat yang bersih dan terbuka;
59
8. Setelah selesai bersihkan telur dari adonan kemudian rendam dalam larutan teh selama
8 hari (bila perlu) kemudian direbus.
60