OLEH
DINI YULIANTI
240210140060
i
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 240210140060
Untuk Diajukan Sebagai Laporan Mata Kuliah Praktek Kerja Lapang (PKL)
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt karena atas
Mutu Greentea Rice Cracker di UKM Arafatea” sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada Departemen
Padjadjaran.
banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
1. Bapak Yana Cahyana, STP., DEA., Ph.D selaku dosen pembimbing mata
Lapangan ini.
2. Bapak Nandi Sukri, S.Pi., M.Si selaku koordinator mata kuliah Praktek
penulis.
3
4. Pa Darso, Bu Evi, Ua Acep, Teh Hana, Teh Rifda, Kang Alif dan Pa Andi
kebersamaannya.
aktivitas penulis.
7. Semua pihak yang ikut serta dalam membantu penulis melaksanakan dan
ini, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga laporan
PKL ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi semua
Penulis
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
2.5. Ketenagakerjaan
5
3.4. Proses Pengolahan
3.5. Pengemasan
3.6. Penyimpanan
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
DAFTAR GAMBAR
7
DAFTAR LAMPIRAN
8
I. PENDAHULUAN
Teh (Camellia sinensis) adalah salah satu tanaman yang tumbuh subur di
Indonesia. Teh telah dikenal secara luas dan menjadi minuman paling banyak
dunia dengan jumlah produksi pada tahun 2015 mencapai 155 ribu ton dan jumlah
Teh adalah bahan minuman kaya manfaat, terbuat dari pucuk tanaman teh
aroma yang khas dan rasa yang disukai, teh juga mengandung senyawa fungsional
tingkat oksidasinya, dikenal empat jenis teh yaitu teh putih, teh hitam, teh hijau,
berkompetisi dengan setiap produsen lainnya dalam industri yang sama. Persaingan
produk teh yang semakin ketat juga menyebabkan kualitas menjadi tuntutan
konsumen dalam memilih produk sejenis. Oleh karena itu, diversifikasi dan
modifikasi produk perlu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah
dari produk sekaligus mengantisipasi pasar yang semakin luas (Marliani et al.,
2010).
9
Diversifikasi produk teh diluar sebagai minuman, kini mulai banyak
dikembangkan. Teh banyak dijumpai dalam bentuk yang beragam mulai dari
menghasilkan produk yang berkualitas. Mutu yang baik dari produk teh akan
keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi
(Nasution, 2005).
kualitas dari waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Pengendalian kualitas adalah
kegiatan memastikan apakah kebijakan dalam hal kualitas (standar) dapat tercermin
dalam hasil akhir, atau dengan kata lain usaha untuk mempertahankan mutu atau
kualitas dari barang-barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk
menangkap peluang dari tingginya produksi teh di dalam negeri. Tujuan utama dari
memproduksi berbagai macam teh dan olahannya untuk memenuhi permintaan teh
terutama untuk kelas premium (excecutive moderate). Harga yang ditetapkan pada
produk teh Arafatea adalah harga premium. Adapun saat ini produk-produk
10
Arafatea dijual melalui gerai di Kota Bandung dengan kegiatan promosi utama
yaitu teh hitam, teh hijau kukus, teh hijau sangrai, bubuk teh hijau, teh oolong, teh
gelang dan teh putih. Selanjutnya, Arafatea juga memproduksi teh menjadi bahan
makanan terdiri dari greentea rice cracker dan greentea cokelat serta bahan
kecantikan seperti masker, sabun muka dan body lotion. Arafatea juga melakukan
inovasi ide dan konsep wirausaha dengan mendirikan education cafe untuk
dibawah kondisi terkendali sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) produk biskuit dan crackers Nomor SNI 2973-2011 yang
11
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1. Tempat pelaksanaan
Baru E2, Cigadung, Cibeunying Kaler, Bandung, Jawa Barat, 40191 dan di
2. Waktu Pelaksanaan
1) Pengamatan Langsung
2) Wawancara
12
Beberapa pengumpulan informasi dan keterangan secara lisan serta
yang berlangsung.
3) Partsipasi Langsung
4) Studi Pustaka
dilakukan.
13
II. KONDISI UMUM PERUSAHAAN
oleh Ibu Iffah Syarifah di Kota Bandung pada tahun 2007. Tujuan awal berdirinya
Arafatea adalah usaha kegiatan sosial terhadap para petani dan pemetik teh yang
berupa pendampingan terhadap para petani dan pemetik teh mengenai proses
penanganan pasca panen untuk mendapatkan harga jual teh yang lebih tinggi.
pada tahun 2015 berpindah ke Dago Tea House Taman Budaya Provinsi Jawa Barat
di Jalan Bukit Dago Selatan No. 53A Bandung, Jawa Barat. Selanjutnya pada awal
tahun 2017, tempat produksi Arafatea kembali berpindah dari Dago Tea House ke
Jalan Cigadung Raya Timur, Komplek Griya Cigadung Baru E2, Cigadung,
Cibeunying Kaler, Bandung dan hingga kini dikenal sebagai rumah produksi
Arafatea.
Usaha yang berdiri sejak tahun 2007 ini memiliki produk utama berupa teh.
Jenis-jenis teh tersebut diantaranya teh hijau, teh putih, teh hitam, teh gelang dan
produk olahan dari teh yang bisa dikonsumsi secara langsung. Produk olahan lain
dari teh hijau pun mulai dikembangkan seperti pure powder greentea, matcha latte,
greentea rice cracker, cereal, masker dan bantal leher. Arafatea mengembangkan
bisnisnya dalam pasar kosmetik pada tahun 2012 dengan membuat minyak teh hijau
(oil green tea) sebagai bahan baku pembuatan sabun dan body lotion greentea.
14
Akhir tahun 2014, Arafatea membuat konsep bisnis berupa education café
sebagai bentuk inovasi pemasaran dengan menyuguhkan nilai edukasi yang dapat
diperoleh secara gratis oleh setiap pengunjung kafe. Empat tahun berikutnya, pada
Bandung. Tujuan adanya educafe ini selain untuk meningkatkan penjualan juga
menjadi rumah produksi teh putih mulai dari penanganan basah, pengeringan
hingga pengemasan.
Jumlah teh yang dapat diproduksi kurang lebih 150 kg daun teh per
bulannya. Bahan baku berupa pucuk teh didapat dari berbagai perkebunan swasta
di Kabupaten Bandung dan Garut. Adapun penjualan produk Arafatea saat ini
dilakukan melaui gerai dan internet. Gerai penjualan di Bandung terletak di rumah
Arafatea juga memiliki enam agen penjualan yang tersebar di Batam, Nusa
Tenggara Timur, Makasar, Samarinda, dan juga Papua. Pemasaran secara online
dilakukan melalui website serta media sosial Instagram. Pencapaian Arafatea dalam
pemerintah Indonesia, diantaranya menjadi Juara final lomba Food Startup yang
Pertanian pada tahun 2011 dan Inovator Berbagai Olahan Teh Jawa Barat, Dari
15
Berikut merupakan logo dari Arafatea:
Visi
Misi
dan mikrobiologi.
2.3. Lokasi
Jawa Barat, 40191. Rumah produksi Arafatea dapat dicapai dari Kota Bandung
16
melalui Jalan Surapati menuju Jalan Cikutra dan Jalan Raya Cigadung tepatnya
di Jalan Cigadung Raya Timur atau dari arah Jalan Dago menuju Jalan Cigadung
Raya Timur.
Kabupaten Bandung yang dapat dicapai dari Kota Bandung melalui Jalan
Educafe.
17
Lokasi pemasaran berada di Floating Market Lembang tepat di Joglo Oleh-
Oleh, Pintu Masuk Floating Market Lembang. Adapun gambar Joglo Oleh-Oleh
Organisasi adalah unit sosial yang dikordinasikan dengan sadar, yang terdiri
dari dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk
mencapai suatu tujuan atau serangkai tujuan bersama (Sunarto, 2004). Struktur
tanggung jawab antar bagian dengan bagian lain sehingga diharapkan terciptanya
2.4.1. Ketenagakerjaan
diantaranya tiga orang di bidang produksi, dua orang pemasaran, satu orang
bagian keuangan. Akan tetapi, karena keterbatasan sumber daya manusia yang
18
dimiliki oleh Arafatea, karyawan dituntut untuk mengerjakan tugas di luar
bidangnya seperti menjual produk, mengirim produk ke konsumen dan ikut serta
1. Direktur Utama
dengan pihak luar. Selain itu direktur utama juga mengontrol kegiatan usaha
secara keseluruhan.
2. Divisi HRD
19
Human Research Development (HRD) merupakan bagian yang bertugas
menyiapkan, menyeleksi dan menilai setiap sumber daya manusia atau pekerja
di Arafatea.
3. Divisi Produksi
yang ada.
4. Divisi Pemasaran
5. Bagian Keuangan
bulannya.
Secara umum, Arafatea menerapkan dua sistem kerja yaitu produksi dan
pemasaran. Jam kerja produksi dilakukan setiap hari Senin hingga Jumat selama 9
jam dimulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Jam kerja pemasaran biasa
dilakukan pada hari Sabtu, Minggu, dan hari-hari libur tertentu sesuai dengan
jadwal pameran ataupun bazar. Jam kerja pemasaran di gerai Floating Market
Lembang melayani penjualan setiap harinya pada pukul 08.00 WIB sampai pukul
19.00 WIB. Kegiatan produksi dan pengemasan teh di Arafatea Educafe juga
dilakukan selama 9 jam dimulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.
Kegiatan penjualan secara langsung di cafe belum dapat dilakukan, karena masih
20
dalam proses penyempurnaan fasilitas dan ruangan. Gerai Arafatea Educafe ini
akan melakukan dan menerima kegiatan edukasi teh bagi pengunjung atau
antara pemilik dengan karyawan, dan antar karyawan dibangun sedekat mungkin
sehingga suasana kerja menjadi senyaman mungkin. Selain itu, Ibu Iffah selalu
1. Sarana Ibadah
2. Tunjangan makan
3. Kendaraan bermotor
21
pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan
menjadi pendorong yang kuat untuk tercapainya tujuan perusahaan (Lioe, 2013).
Proses pemasaran meliputi aspek fisik dan nonfisik. Aspek fisik menyangkut
aspek nonfisik dalam arti bahwa para penjual harus mengetahui apa yang
diinginkan oleh para pembeli dan pembeli harus pula mengetahui apa yang dijual
(Firdaus, 2010).
Pemasaran produk Arafatea difokuskan pada pameran, bazar, expo, education cafe
(reseller) yang terdiri dari pelajar hingga ibu rumah tangga di berbagai daerah
antara lain Batam, Padang, Medan, Balikpapan, Lombok, Manado dan Makassar.
Resseller ini mengambil produk dari Arafatea dan menjualnya kembali di daerah
di Kalimantan dan yang terendah di Jawa Barat. Saat ini terdapat 11 titik reseller
Teh olahan Arafatea juga banyak menarik minat para pecinta teh di luar
Srilanka dan Korea Selatan. Rata-rata volume ekspor sekitar satu kontainer untuk
setiap negara tujuan, yang dikapalkan per tiga bulan. Arafatea juga telah dan akan
22
mengikuti berbagai pameran di luar negeri guna memperluas segmentasi pasar ke
tingkat global, seperti di AS, Jepang, Filipina, Turki, Singapura, Malaysia dan
Maroko.
pemasaran di toko, Arafatea juga melayani pemesanan secara online baik melalui
23
III. PROSES PRODUKSI RICE CRACKER (OPAK) GREENTEA
Bahan yang digunakan dalam pembuatan opak greentea ini terdiri dari opak,
matcha (bubuk teh hijau), coklat putih (white chocolate compound) dan genmaicha.
Opak merupakan salah satu makanan tradisional khas Jawa Barat yang
cukup digemari. Makanan ini biasa dikonsumsi sebagai makanan ringan atau
makanan “kudapan” sejenis kerupuk. Bahan baku utama dalam pembuatan opak
ini adalah beras ketan sedangkan bahan penunjang lainnya adalah santan kelapa.
Opak dibuat dengan cara dipanggang di atas bara api. Beras ketan yang sudah
direndam semalaman dimasak hingga menjadi nasi setelah itu dicampur dengan
Gambar 6. Opak
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)
crackers yang terbuat dari beras, sehingga dalam bahasa inggris disebut rice
cracker. Menurut Driyani (2007), crackers adalah jenis produk makanan kering
24
yang dibuat dari adonan keras dengan penambahan bahan pengembang, melalui
proses fermentasi atau pemeraman, berbentuk pipih dengan rasa lebih mengarah
lapis. Opak yang digunakan dalam proses pembuatan greentea rice cracker ini
antioksidan. Teh hijau bubuk atau matcha didefinisikan sebagai teh hijau giling
dengan ukuran partikel kurang dari 76 µm (Park et al, 2001). Proses tersebut
berpengaruh pada komposisi kimia dari teh hijau seperti polifenol, asam amino
dan kafein masih asli. Teh hijau yang akan dijadikan matcha terbuat dari tunas
muda dari tanaman teh yang tumbuh di tempat yang teduh (shading) atau tidak
terkena sinar matahari langsung (Heis, 2008). Alasan dari shading ini adalah
matcha 137 kali lebih besar dibandingkan dengan teh hijau biasa (Weis and
Christopher, 2003).
Matcha yang digunakan oleh Arafatea berasal dari teh hijau hasil
perkebunan teh di Ciwidey. Teh hijau ini diolah melalui proses steaming,
dilakukan menggunakan mesin disc mill atau mesin penggiling tipe bergerigi
yang bekerja berdasarkan gaya sobek dan gaya pukul. Disc mill adalah alat
25
penepung yang berfungsi untuk menggiling bahan serealia atau bahan yang
dan gesekan antara dua piringan yang satu berputar dan yang lainnya tetap.
Keunggulan mesin penepung tipe disc antara lain hasil gilingan relatif
Greentea
steamed
Sortasi
Bubuk greentea/
matcha powder
Gambar 7. (a.)
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)
Gambar 8. (b.)
26
Gambar 9. (c.) Gambar 10. (d.)
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)
Keterangan :
(a.) Diagram alir pembuatan matcha
(b.) mesin disc mill
(c.) greentea steamed
(d.) bubuk greentea
Komponen utama mesin penepung tipe disc yang digunakan terdiri dari:
(1) lubang masuk (hopper), (2) rumah penepungan dan (3) lubang keluar tepung
(output). Mekanisme kerja mesin ini pada prinsipnya adalah teh hijau sebagai
bahan dari hopper keluar secara kontinyu dan langsung dicambuk oleh pisau
penepung statis. Pisau yang menumbuk teh hijau berputar dengan kecepatan
tinggi sehingga akan menghasilkan tepung dan akan terdorong oleh pisau dan
dengan berbagai ukuran berdasarkan ukuran mesh sesuai dengan ukuran tepung
3. Coklat putih
melalui proses pencampuran produk kakao (kakao massa, lemak kakao dan atau
27
kakao bubuk) dengan atau tanpa penambahan susu, gula dan atau bahan
tambahan pangan yang diizinkan. Terdapat beberapa jenis produk coklat, yaitu
coklat hitam (dark chocolate), coklat susu dan coklat putih. Coklat hitam terbuat
dari pasta kakao dengan penambahan sedikit gula. Coklat susu (milk chocolate)
terbuat dari pasta kakao, lemak kakao, gula dan susu bubuk. Sedangkan coklat
putih (white chocolate) terbuat dari lemak kakao, gula dan susu bubuk (Rizza
greentea adalah coklat putih. Coklat ini berasal dari PT. Freyabadi Indotama,
Karawang. Selain memiliki rasa yang lebih manis, coklat putih ini digunakan
greentea sehingga dapat memberikan penampilan dan keindahan lain yang lebih
padat coklat, terbuat dari 20% mentega coklat (cocoa butter) dan 55% gula,
susu, dan lemak, coklat ini berasa manis dan bertekstur lembut.
Coklat putih secara teknik bukan coklat karena tidak terbuat dari coklat
solid (pasta cocoa). Warna putih ini ditimbulkan karena dalam pembuatannya
coklat putih ini lebih sulit untuk dilelehkan. Sehingga dalam praktiknya, tim
dalam suhu ± 70°C. Sebenarnya, kendala ini dapat diatasi dengan memilih merk
white chocolate yang tinggi akan kandungan cocoa butter. Cara lain juga dapat
28
dilakukan dengan memilih teknik pelelehan seperti penggunaan oven atau
Keterangan :
(a.) coklat putih dalam kemasan
(b.) coklat putih setelah dibuka
4. Genmaicha
beras yang belum disosoh (genmai) dan dibuat menjadi berondong. Aroma
genmaicha seperti nasi gosong yang gurih dan sedap saat diseduh sedangkan
29
3.2. Persiapan Alat
1. Timbangan
berdasarkan fungsi dan kapasitas/ beban massa bahan yang dapat ditampung.
pembuatan opak greentea ini adalah timbangan analitik dengan kapasitas 5 kg.
bahan stainless steel yang mempunyai dua pegangan di kedua sisinya. wajan
yang digunakan dalam pembuatan opak greentea berjumlah dua buah dengan
api, sedangkan wajan yang lebih kecil ditempatkan diatas wajan besar tadi.
Wajan besar berfungsi untuk medidihkan air sehingga dapat menghasilkan uap
panas yang akan digunakan untuk melelehkan coklat putih di bagian puncak
wajan.
30
3. Kompor dan Gas
Kompor dan gas merupakan media atau sumber energi yang akan
4. Mixer
lelehan coklat dengan bubuk teh hijau agar tercampur secara merata. Proses
bubuk teh hijau sehingga tekstur adonan menjadi batter (kental dan cair).
dihasilkan.
alat pengaduk. Alat pengaduk dipasang pada poros motor melalui dua roda gigi,
putaran pengaduk dapat diatur, biasanya sampai tiga kecepatan bahkan ada yang
yang rendah sedangkan kecepatan tinggi untuk bahan adonan yang encer.
greentea sebagai adonan pasta untuk melapisi opak. Diantara alat penunjang
31
yang digunakan pada pembuatan opak greentea adalah centong, penjepit
6. Loyang datar
sebagai tempat penyimpanan opak setelah proses coating dan sebelum proses
7. Lemari pendingin
opak sehingga terlapisi sempurna dan tidak mudah retak. Suhu yang digunakan
dibawah 10°C.
Opak greentea merupakan salah satu produk inovasi dari UKM Arafatea
yang memadukan konsep healthy tea dengan makanan tradisional khas Jawa barat.
Tujuan dari pembuatan opak greentea ini selain untuk memperkaya olahan teh hijau
juga untuk meningkatkan nilai jual opak sehingga dapat dinikmati oleh semua
kalangan. Opak yang biasa dijual dengan harga 75.000/kg setelah diolah menjadi
32
opak greentea harga jual pun mengalami kenaikan menjadi 250.000/kg. Hal ini
sejalan dengan pendapat Winarno (2007) bahwa salah satu tujuan pengolahan
pangan adalah meningkatkan nilai jual produk lebih tinggi dari sebelumnya.
dan matcha dengan formulasi 1:10. Diagram alir pembuatan pasta grentea dapat
Coklat putih 3 kg
Pelelehan
(T=70°C, t=45 menit)
Mixing
Pasta Greentea
Bain Marie. Menurut Sugeng (2008), teknik Au Bain Marie adalah teknik
melelehkan coklat dengan menggunakan 2 buah panci atau panci tim. Adapun
33
a. Masukkan air kedalam panci yang lebih besar lalu didihkan, sementara
panci yang lebih kecil diisi dengan coklat yang sudah dipotong-potong.
b. Jika sudah mendidih matikan api letakkan panci yang ada coklatnya diatas
Coklat putih dilelehkan pada suhu dibawah titik didih air yaitu
maksimal 70C. Hal ini disebabkan karena coklat putih mengandung kadar gula
dan susu yang tinggi. Apabila suhu pengetiman melebihi 70C akan membuat
adanya kalsium pada susu yang bersifat higroskopis atau menyerap air (Sugeng,
2008).
tingkat kegagalan rendah. Akan tetapi kelemahan dari teknik ini adalah waktu
Au Bain Marie:
34
Selain teknik Au Bain Marie, terdapat beberapa teknik lain yang dapat
a. Menggunakan oven
melelehkan coklat dalam oven. Prosedur melelehkan coklat dalam oven ini
tidak boleh terlalu lama karena akan membuat coklat menjadi kering
b. Menggunakan microwave
waktu yang sangat singkat dan panas sedang. Waktu yang dibutuhkan untuk
sedangkan untuk jenis milk dan white chocolate waktu yang digunakan
tetapi bagian dalam coklat sudah meleleh karena itu perlu mengaduknya
35
2. Pencampuran coklat putih dengan matcha
diperlukan bantuan alat untuk mendapatkan hasil adonan yang halus dan
batter dengan karakteristik berwarna hijau muda, kental, cair dan halus
matcha:
Keterangan :
(a.) pencampuran coklat putih dengan matcha secara manual
(b.) pencampuran menggunakan mixer
36
Opak dicelupkan ke dalam adonan pasta greentea kemudian
dilakukan satu per satu hingga adonan pasta greentea habis. Satu formula
adonan pasta greentea ini dapat menghasilkan 250-300 pcs opak greentea.
5. Pendinginan
freezer pada suhu 5-7°C selama 20 menit. Pendinginan ini bertujuan untuk
Pengaturan suhu dan waktu pada proses pendinginan menjadi titik kritis
pendinginan:
37
Diagram alir proses pembuatan opak greentea dapat dilihat pada
gambar berikut:
Opak
Pelapisan dengan
pasta greentea
Penempatan diatas
loyang datar
Penaburan Gen
Maicha
Pendinginan (T=10°C,
t = 20 menit
Opak greentea
Pengemasan
Kemasan merupakan salah satu aspek penting bagi suatu industri makanan
untuk menjaga mutu produknya. Menurut Mareta dan Sofia (2011), kerusakan
bahan pangan seperti kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan, absorpsi dan
38
pembungkus tertentu sesuai dengan sifat masing-masing produk sehingga terhindar
dari kerusakan yang dapat diakibatkan oleh pengaruh luar (Marlen, 2008).
jenis kemasan yaitu kemasan primer, sekunder, tersier dan kuartener. Kemasan
primer yaitu kemasan yang langsung bersentuhan dengan produk/ bahan pangan
misalnya kaleng susu dan botol minuman. Kemasan sekunder merupakan kemasan
dengan fungsi utama untuk melindungi kelompok kemasan lainnya seperti kotak
karton untuk wadah kaleng susu. Kemasan tersier dan kuartener yaitu pengemasan
Arafatea menggunakan 4 jenis kemasan yaitu kertas tahan minyak (grease proof
ditempelkan pada kertas tahan minyak dan dimasukkan ke dalam plastik OPP
secara manual oleh pekerja selanjutnya pada perekatan kemasan alumunium foil
Kertas glasin dan kertas tahan minyak (grease proof) dibuat dengan
39
untuk menambah kelembutan dan kelenturan kertas, sehingga dapat digunakan
jamur atau khamir, kedua jenis kertas ini mempunyai permukaan seperti gelas,
salah satu jenis kemasan plastik dan berfungsi untuk mengemas produk yang
lem di bagian atas untuk menutup atau merekat kantongan plastik tersebut.
palstiki ini bersifat jernih, kaku dan kurang tahan panas sehingga cocok
digunakan saat display produk. OPP banyak digunakan untuk mengemas roti,
40
snack, t-shirt, baju dan jaket agar menambah keindahan dan penampilan
produk, supaya tidak mudah robek digunakan double layer side dan gusset
Plastik OPP ini sudah tepat digunakan sebagai kemasan primer pada
sebagai kemasan sekunder yang bisa menampung 3-4 pcs opak greentea. Bahan
cahaya, gas, air, bau dan bahan pelarut yang tidak dimiliki oleh bahan pengemas
aluminium yang padat dan tipis dengan ketebalan < 15 mm. Ketebalan
Aluminium foil yang kurang tebal akan mudah dilalui oleh oksigen sehingga
41
dengan oksigen). Ukuran foil yang umum digunakan adalah 0.009 mm (untuk
permen dan susu) dan 0.05 mm (untuk tutup botol multitrip) (Julianti, 2007).
cahaya seperti margarin, coklat dan produk olahan susu (Julianti, 2007).
Kemasan alumunium foil ini sudah tepat digunakan untuk mengemas produk
opak greentea karena berperan sebagai kemasan sekunder yang dapat mencegah
4. Sealing
membuat kantong dari bahan plastik. UKM Arafatea memiliki 3 jenis sealer
continuous sealer. Mesin ini digunakan untuk merapatkan bagian atas kemasan
42
alumunium foil. Continuous sealer adalah mesin sealer plastik dan alumunium
foil yang bersifat continue dengan kecepatan yang dapat diatur sehingga akan
5. Labelling
Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, keterangan
yang tercantum pada label yaitu nama produk, daftar bahan yang digunakan,
berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
43
nama produk, tanggal kadaluarsa, komposisi, nomor P-IRT dan sertifikasi halal.
Label dari rice cracker greentea dapat dilihat pada gambar berikut.
Keterangan:
(a.) label opak greentea bagian depan
(b.) label opak greentea bagian belakang
percetakan label kemasan yang biasa menerima pesanan dari Arafatea yakni
3.5. Penyimpanan
susut zat gizi bahan pangan, selain itu juga mempengaruhi spesies mikroorganisme
dilakukan agar memiliki umur simpan yang cukup lama dengan mencegah
Arafatea berdasarkan prinsip FIFO (First in first out) sehingga tidak terjadi
44
penumpukan bahan yang lama. Maksimal lama penyimpanan produk opak greentea
yang fungsional karena praktis, murah dan dapat didaur ulang. Kardus atau
paperboard adalah istilah umum dalam industri kertas untuk lembaran yang terbuat
dari serat kayu murni atau kertas daur ulang. Ketebalan kardus umumnya antara
0,010 dan 0,040 inci. Kardus digunakan untuk mengemas bahan hasil pertanian atau
jenis barang lainnya. Permukaan fisik kardus dapat dicetak tulis dengan sempurna
sehingga dapat memberikan tambahan penampilan lebih baik bagi desain kemasan
produk.
45
IV. PENGENDALIAN MUTU PRODUK RICE CRACKER GREENTEA
Berdasarkan Standar Internasional ISO 8402 yang sudah diadopsi ke dalam SNI 19-
8402-1996 tentang Manajemen Mutu dan Jaminan Mutu, mutu diartikan sebagai
tergantung cara penanganan bahan tersebut. Apabila penanganan bahan kurang baik
Sebaliknya, mutu suatu bahan tidak dapat atau sangat sulit untuk diubah menjadi
lebih baik. Untuk mendapatkan tingkat mutu bahan yang baik adalah dengan cara
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan proses menyangkut
proses produksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik. Kegiatan ini
sangat perlu dilakukan dalam industri terutama industri pangan untuk mengontrol
46
1. Pengawasan bahan – bahan di gudang meliputi penerimaan, penyimpanan,
dan pengeluaran.
dari suatu produk tersebut harus memiliki kualitas yang terbaik karena pada
produksi dan pengendalian mutu produk akhir (finished goods). Secara struktural,
Bahan baku dalam suatu perusahaan merupakan faktor utama yang dapat
kerusakan yang dapat terjadi. Disamping itu, bahan baku yang digunakan harus
47
yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik dan memenuhi standar yang telah
ditetapkan maka produk tersebut pun akan mempunyai kualitas yang lebih tinggi
juga. Oleh sebab itu, dalam pengendalian bahan baku perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
dan kondisi penyimpanan. Ketika bahan baku datang, maka pekerja akan
Pemeriksaan fisik meliputi kenampakan bahan, kondisi bahan seperti warna, bentuk
berat bahan dan kondisi kemasan. Sedangkan kelengkapan dokumen yang dicek
meliputi nota pengiriman barang, kode produksi, tanggal kadaluarsa, surat izin
BPOM atau P-IRT. Apabila bahan baku dinyatakan baik dan lolos verifikasi baik
secara fisik dan dokumen, maka bahan baku akan ditempatkan di bagian
penggudangan.
dengan benar. Material di gudang disusun dengan rapi yaitu dengan sistem FIFO
(First in First Out) ataupun FEFO (First Expired First Out). Pemilihan metode
48
bahan baku. Ruang penyimpanan/ gudang harus selalu bersih supaya terhindar dari
Proses inspeksi bahan baku opak dilakukan secara visual dan fungsional.
a. Memeriksa kondisi kemasan (kardus dan plastik PE) harus tertutup rapat.
tumpukan.
Pengendalian mutu opak sebagai bahan baku produk rice cracker greentea
memiliki izin P-IRT. Hal ini tentu menjadi tugas Arafatea bisa mengedukasi
produsen opak sebagai supplier untuk segera melakukan sertifikasi agar dapat
menjamin produk akhir yang nantinya akan dipasarkan oleh Arafatea sendiri. Cara
lain yang dapat ditempuh adalah mencari produsen opak lain yang telah memiliki
sehingga opak sebagai bahan baku bagi UKM Arafatea memiliki kualitas yang
terjamin baik.
Pengendalian mutu bahan baku coklat putih hanya dilakukan inspeksi secara
49
b. Menerima adanya kelengkapan nota pemesanan.
putih terhadap SNI coklat putih. Berikut merupakan tabel syarat mutu coklat putih
bagian penggudangan. Proses inspeksi bahan baku teh hijau dilakukan inspeksi
a. Memeriksa berat bahan dan kondisi kemasan (karung) harus tertutup rapat.
bahan apakah sesuai dengan standar, kadar air yang diperlukan harus sesuai dengan
standar mutu teh hijau kering berdasarkan SNI 01-3945-1995 yaitu maksimal 12%.
Inspeksi kadar air dilakukan dengan mengambil sebagian teh hijau sebagai sampel
yang kemudian diuji menggunakan moisture analyzer. Teh hijau juga diperiksa
50
mungkin menempel selama proses penggilingan teh hijau oleh pemasok. Prinsip
kerja metal detector adalah diputarkan pada teh hijau. Jika terdapat serpihan logam,
maka logam tersebut akan menempel pada metal detector dan kemudian dipisahkan
dari bahan (Fellows, 2000). Standar mutu teh hijau dapat dilihat pada lampiran 4.
Selanjutnya jika teh hijau dari perkebunan telah lolos verifikasi, maka akan
teh hijau (matcha). Setelah menjadi bubuk, dilakukan inspeksi terhadap matcha ini
rapat.
c. Warna tehnya hijau tua dengan beras sosoh berwarna coklat kekuningan.
rice cracker disamping kondisi bahan baku. Kelancaran dalam pelaksanaan proses
produksi dipengaruhi oleh sistem dan juga pengendalian proses produksi. Proses
51
dengan fungsi pengendalian proses ini adalah perencanaan, penentuan urutan kerja,
penentuan waktu kerja, pemberian perintah kerja, dan tindak lanjut dalam
dan pencampuran bubuk teh hijau menggunakan mesin mixer. Pengendalian yang
perlu diperhatikan yaitu dari segi mesin, bahan, dan tenaga kerja. Pada proses
pelelehan coklat putih yang harus dikontrol adalah lama waktu pelelehannya. Jika
melebihi 45 menit, maka adonan coklat putih akan gosong dan terlampau padat.
Pada proses mixing, mesin mixer harus dipastikan bersih dan lingkungan
disekitarnya pun bersih. Memastikan lama waktu proses pembuatan adonan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Waktu pencampuran bahan yaitu selama 15
karakteristik adonan pasta greentea yang baik berupa warna hijau merata, tekstur
adonan kental dan tidak menggumpal. Tenaga kerja atau operator pada proses
mixing ini dipastikan memakai celemek, sarung tangan dan penutup kepala untuk
alumunium dengan ukuran ketebalan yang cukup dan merata untuk menutupi
seluruh permukaan opak menjadi berwarna hijau. Pasta tidak boleh terlalu tebal
52
karena dapat menyebabkan lumer saat penempatan di bagian loyang sehingga
Hal yang harus diperhatikan adalah jarak antar opak setelah dilapisi pasta
greentea tidak boleh terlalu rapat. Jarak antar opak sekitar 1 cm bertujuan untuk
menghindari penempelan produk yang akan sulit untuk dipisahkan ketika sudah
didinginkan. Jika jarak tidak diatur, maka produk akan mengalami reject, karena
atas opak dan harus dipastikan genmaicha menempel pada pasta serta tidak
4.3.5. Pendinginan
lemari pendingin tidak mempunyai tombol pengaturan suhu. Suhu pada lemari
pendingin yang digunakan < 10°C, sehingga pekerja harus mengontrol lama waktu
dengan lama waktu 20 menit. Jika waktu pendinginan < 20 menit, maka akan
53
terbentuknya kristal es menyelimuti produk dan batch selanjutnya bisa segera
kemasan yang telah dipesan dari rumah kemasan. Pada proses ini ada beberapa
tahap yang dilakukan untuk menjaga kualitas produk tersebut supaya produk dapat
a. Memasukkan opak ke dalam kertas tahan minyak dan plastik OPP dengan
rapi.
standar yang telah ditetapkan atau tidak. Apabila kemasan produk tidak
c. Memeriksa bagian sealing pada kemasan apabila tidak rapi maka harus
Pengendalian mutu pada produk greentea rice cracker yang telah siap
dipasarkan penting untuk dilakukan agar tidak terjadi kerusakan dan penyimpangan
54
pada produk sebelum sampai di tangan konsumen. Dasar yang digunakan UKM
Arafatea untuk menentukan kualitas produk greentea rice cracker adalah dari sifat
luar. Karakteristik sifat luar yaitu warna pasta teh hijau sedang, ketebalan homogen
dan tidak tercampur remukan, bentuk adonan batter, aroma khas teh hijau dan tidak
apek. Sedangkan untuk sifat dalam atau karakteristik mikrobiologi dan kimia
dengan mengacu pada SNI produk biskuit dan crackers nomor 2973-2011
(lampiran 4). Berdasarkan tabel syarat mutu biskuit dan crackers diatas, dapat
diketahui bahwa proses pengendalian mutu produk jadi greentea rice cracker yang
dilakukan Arafatea hanya bisa dibandingkan dari sisi organoleptik saja karena tidak
Produk yang telah dikemas selanjutnya disusun pada kardus dan akan
diletakkan ke bagian gudang produk jadi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
55
a. Produk greentea rice cracker harus mempunyai identitas (nama produk,
d. Produk yang sudah berada di gudang produk jadi harus produk yang
antara lain dengan penggunaan sistem FIFO (dimana barang yang proses
dalam truk harus diperhatikan kebersihan di area truk dan penumpukan yang rapi.
area produksi mulai dari mesin dan alat yang digunakan serta kebersihan dari
(2002), bahan baku mentah, peralatan dan mesin yang kontak langsung dengan
makanan, air untuk pengolahan, dan peralatan yang menangani produk akhir dapat
56
menjadi sumber kontaminasi. Sanitasi area produksi dilakukan dengan
digunakan di industri pangan. Selain pembersihan harian yang rutin, dilakukan juga
adalah dari pekerja yang terlibat dalam proses produksi. Sanitasi pekerja meliputi
kebersihan tangan, rambut dan pakaian. Menurut Winarno dan Surono (2002), 90%
akan kontak langsung dengan tangan pekerja. Setiap pekerja yang masuk ke area
produksi harus bebas aksesoris, menjaga kebersihan kuku, dan memakai APD (Alat
Pelindung Diri) seperti celemek, penutup kepala, masker, dan sarung tangan. Selain
itu pekerja juga diwajibkan untuk mencuci tangan sebelum masuk ke area produksi
untuk memastikan tangan steril. Area pencucian tangan pekerja sebelum masuk ke
area produksi sudah tercukupi, antara lain dengan tersedianya wastafel dengan kran
air. Peralatan sanitasi pekerja di UKM Arafatea dilihat pada Gambar berikut.
57
Suatu industri baik pangan maupun non pangan pasti menghasilkan limbah
dari proses produksi. Arafatea banyak menghasilkan limbah padat dan cair. Limbah
padat merupakan sisa-sisa plastik dari bahan baku maupun kemasan, sedangkan
limbah cairadalah hasil dari pencucian peralatan. Penanganan limbah belum dapat
dilakukan secara optimaloleh Arafatea. Selama ini, limbah yang dihasilkan dibuang
58
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Greentea rice cracker merupakan produk snack berbahan dasar opak yang
berlapis pasta greentea dengan taburan genmaicha yang melalui proses
dan pengemasan.
5.2. Saran
masker, maupun penutup kepala selalu dikenakan oleh para pekerja untuk
59
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus. 2005. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Erlangga.
Jakarta.
Assauri, Sofjan. 2008. Managemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3945-1995 Teh Hijau. Badan
Standardisasi Nasional: Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2011. SNI 2973: 2011 Biskuit. Badan
Standardisasi Nasional: Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2014. SNI 7934: 2014 Coklat. Badan
Standardisasi Nasional: Jakarta.
Brennan, J. G, et al. 1990. Food Engineering Operations 3th Ed. Elsevier Publishing
Co. New York.
Cahyana, C., dan Ismayani, Y. 2004. Ornamen Kue Dari Coklat. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Damayanthi, E., Kusharto, C.M., Suprihartini, R., Rohdiana, D. 2008. Studi
Kandungan Katekin dan Turunannya sebagai Antioksidan Alami serta
Karakteristik Organoleptik Produk Teh Murbei dan Teh Camellia-Murbei.
Media Gizi dan Keluarga 32(1): 95-103.
Driyani, Y. (2007). Biskuit Crackers Substitusi Tepung Tempe Kedelai Sebagai
Alternatif Makanan Kecil Bergizi Tinggi. UNES, Semarang.
Dwiari, S.R. 2008. Teknologi Pangan. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Fellows, A.P. (2000). Food Procession Technology, Principles and Practise 2nd
Ed. Cambridge. England.
Firdaus, Muhammad. 2010. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.
Hansen, Don R., Maryanne M. Mowen. 2005. Akuntansi Manajemen. Edisi 7.,
Buku 2. Salemba Empat. Jakarta.
Heiss, ML. 2008. Matcha the gossamer tea powder of Japan. The Leaf 4: 20–24.
Julianti, E., dan M. Nurmiah. 2007. Buku Ajar Teknologi Pengemasan. Departemen
Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Medan.
60
Kementerian Pertanian. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Teh
2014-2016. Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.
Jakarta.
Lioe, L.W., dan Khairani, S. 2013. Audit Manajemen Fungsi Pemasaran pada PT.
Graha Mitra Sukarami Palembang. STIE MDP.
Listyani, Alinna dan Zubaidah, Elok. 2015. Formulasi Opak Bekatul Padi (Kajian
Penambahan Bekatul dan Proporsi Tepung Ketan Putih : Terigu). Jurnal
Pangan dan Agroindustri. Vol. 3 No 3 p. 950-956.
Mareta, D.T. dan Sofia, N.A. 2011. Pengemasan Produk Sayuran dengan Bahan
Kemas Plastik pada Penyimpanan Suhu Ruang dan Suhu Dingin. Jurnal.
Ilmu-ilmu Pertanian, 7(1): 26-40.
Marlen, S. 2008. Teknologi Pengemasan Pangan. Widya Padjadjaran. Bandung
Marliani, L., Nawawi, A., Faizal, F. 2011. Pemanfaatan ekstrak pegagan sebagai
minuman kesehatan dalam bentuk jelly. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan. 2(1): 201-206.
Maskur, Ali. 2016. Rancang Bangun Alat Bantu pengarah pada Mesin Continous
Sealer tipe Horizontal. Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga.
Yogyakarta.
Nasution, M.N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Mangement).
Ghalia Indonesia. Jakarta.
Park, D.J., Imm JY, and Ku KH. 2001. Improved dispersibility of green tea powder
by microparticulation and formulation. Journal of Food Science 66: 793
798.
Prawirosentono, Suyadi. 2007. Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu
Abad 21. Kiat Membangun Bisnis Kompetitif. Bumi Aksara. Jakarta.
Rachmadi, L.E., dan Bendatu, Y.L. 2015. Studi Kelayakan Pendirian Perusahaan
OPP di Kota Sidoarjo. Jurnal Tirta, Vol. 3, No.2, pp. 123-128.
Rizza, R.A., Liang, V., Mc, Mohan, M. and Harrison. 2000. Encyclopedia of
Foods: A Guide to Healthy Nuutrition. Academic Press. London Nutr. 73:
36-40: 403-406.
Rohdiana, Dadan. 2015. Teh: Proses, Karakteristik, dan Sifat Fungsionalnya.
Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung.
Subekti, Sri. 2010. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat.
Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim, Semarang.
Sugeng. 2008. Tip dan Trik Menghias Kue dengan Cokelat, PT. Kawan Pustaka,
Jakarta.
61
Sunarto, 2004. Perilaku Organisasi. AMUS. Yogyakarta.
Suyitno, 1990. Bahan-bahan Pengemas. PAU Pangan dan Gizi Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Syarief, R.S. Santausa, St. Ismayana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.
Taylerson, K. 2012. The Health Benefits of Tea Varieties from Camellia sinensis.
Journal Project Advisor: Maria Donkin, School of Biomedical and
Biological Science Plymouth University, Drake Circus, Plymouth, PL4
8AA. Vol 5 (1), pp 304-312.
Weiss, D.J., and Christopher RA. 2003. Determination of catechins in matcha green
tea by micellar electrokinetic chromatography. Journal of Chromatography,
pp 1011: 173-180.
Winarno, F. G. 2007. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarno, F.G., dan Surono. 2002. GMP Cara Pengolahan Pangan Yang Baik. M
Brio Press. Bogor.
Wulandari, Rini. 2006. Aneka Kreasi Coklat. Kawan Pustaka. Jakarta Selatan.
www.arafatea.com (Diakses tanggal 11 April 2018).
62
Lampiran 1.
63
Baskom Alumunium Penjepit dan sendok
Loyang datar
Lemari pendingin
64
Lampiran 2. Tabel Persyaratan Umum Coklat Putih SNI 7934-2014
1. Keadaan
7. Cemaran logam
9. Cemaran mikroba
Catatan: **) diperhitungkan atas dasar berat kering dalam produk jika tidak dapat
dilakukan dengan metode uji
65
Lampiran 3. Tabel Syarat Umum Teh Hijau SNI 01-3945-1995
Tehina Minimal 5%
66
Lampiran 4. Tabel Syarat Mutu Biskuit dan Crackers SNI 2973-2011
67
Lampiran 5. Surat Tanda Terima Praktek Kerja Lapangan
68
Lampiran 6. Surat Tugas Praktek Kerja Lapangan
69
Lampiran 7. Formulir Penilaian Praktek Kerja Lapangan
70
Lampiran 8. Agenda Kegiatan Harian Praktek Kerja Lapangan
71
72
73
74
75
Lampiran 9. Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
76