Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM ANALISIS KUANTITATIF MIKROORGANISME

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


UNIVERSITAS PADJAJARAN
Dini Yulianti (240210140060)
Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjajaran, Jatinangor
Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: diliantidini@gmail.com
Abstrak
Kerusakan utama yang terjadi pada bahan pangan disebabkan oleh mikroorganisme.
Terdapat berbagai macam organisme pembusuk maupun patogen dengan karakteristik yang
berbeda-beda. Selain merusak, mikroorganisme juga dapat meningkatkan variasi produk olahan
pangan, misalnya dengan fermentasi. Identifikasi terhadap sifat dan karakteristik
mikroorganisme perlu dilakukan terkait upaya pencegahan kontaminasi terhadap bahan pangan
dan untuk pembiakan mikroorganisme menguntungkan. Pengamatan terhadap mikroorganisme
dilakukan dalam laboratorium, dengan suatu media tertentu yang memberikan kondisi terkontrol
terhadap mikroorganisme.
Terdapat berbagai jenis media kultur mikroorganisme dengan karakteristik, komposisi,
dan fungsi berbeda. Metode yang digunakan dalam membiakkan mikroba ini terdiri dari metode
gores, metode sebar, metode tuang dan metode tusuk, dengan pengenceran sebagai prinsip
utama. Sampel yang digunakan adalah susu segar. Hasil pengamatan menunjukkan positif
adanya pertumbuhan mikroba bahwa pada setiap metode yang digunakan. Jenis mikroba yang
berhasil ditumbuhkan dari sampel susu segar. B.subtilis, Coliform, E.coli, P.aeruginosa
dan Staphylococcus aureus.
Kata kunci : Kultur mikroorganisme, kontaminasi, media agar

PENDAHULUAN
Mikroorganisme adalah makhluk
yang mempunyai ukuran sel sangat kecil,
setiap selnya hanya dapat dilihat dengan
pertolongan
mikroskop
(Sukarminah,
2010).
Mikroorganisme
dapat
ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu
substrat yang disebut medium.Medium
perbenihan adalah media nutrisi yang
disiapkan untuk menumbuhkan bakteri di
dalam
skala
laboratorium.
Media
perbenihan yang baik harus dapat
menyediakan dan menjadi sumber energi
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
dengan mengandung berbagai senyawa
seperti karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, dan

faktor pertumbuhan organik (Pratiwi T.,


Sylvia. 2008).
Berdasarkan
bentuknya,
media
tumbuh
dapat
dibagi
menjadi cair (broth) dan media
padat (agar). Perbedaan dari
kedua
media
ini
yaitu
penambahan
tepung
untuk
memadatkan media. Sedangkan
media
padat
dibagi
kembali
menjadi tiga macam, yaitu media
agar tegak (deep agar), agar
miring (slants agar), dan lempeng
agar (plate agar). Komposisi media
tumbuh
disesuaikan
dengan
mikroba yang akan ditumbuhkan
(Suriawiria, 2005).

Inokulasi adalah menanam


inokula secara aseptik ke dalam
media steril baik pada media
padat maupun media cair. Inokula
adalah bahan yang mengandung
mikroba baik dalam keadaan cair
maupun padat. Tujuan inokulasi
adalah
untuk
memurnikan,
kemudian
mengidentifikasi,
meremajakan, dan menyimpan
mikroba.
Metode-metode yang
dilakukan saat inokulasi adalah
media cair dan media padat.
1. Media Cair
Prinsip utama dalam
menginokulasikan mikroba
adalah
menumbuhkan
mikroba
tersebut
dan
mengamati
pola
pertumbuhannya.
2. Media Padat
Prinsip utama dalam
menginokulasikan mikroba
adalah
menumbuhkan
mikroba
yang
sudah
ditentukan dalam praktikum
dan
mengamati
karakteristik morfologisnya.
Inokulasi pada media padat
dilakukan dengan teknik
agar miring, teknik agar
tegak, dan teknik lempeng
agar.
Inokulasi mikroba dengan
teknik
lempeng
agar
dapat
dilakukan
dengan
beberapa
metode, yaitu :
a. Metode Gores (Streak plate)
Penggoresan
yang
sempurna
akan
menghasilkan koloni yang
terpisah.
Inokulum
digoreskan di permukaan
media agar nutrien dalam
cawan petri dengan jarum
pindah (lup inokulasi). Di
antara garis-garis goresan
akan terdapat sel-sel yang
cukup terpisah sehingga

dapat
tumbuh
menjadi
koloni.
Ada beberapa teknik dalam
metode goresan, yakni :
Goresan seperti huruf
T
Goresan kuadran
Goresan Radian
Goresan Sinambung
b. Metode Tuang (Pour plate)
Isolasi menggunakan
media cair dengan cara
pengenceran
untuk
penurunan
jumlah
mikroorganisme
sehingga
pada suatu saat hanya
ditemukan satu sel di dalam
tabung.
c. Metode Tusuk
Metode
Tusuk
ini
yaitu
dengan
cara
meneteskan
atau
menusukan ujung jarum ose
yang didalamnya terdapat
inokolum,
kemudian
dimasukkan
ke
dalam
media. Metode Tusuk ini
termasuk kedalam media
agar tegak dan media cair.
d. Metode
Sebar
(Spread
plate)
Pemipetan
(pipetting method) dan cara
hapus
(swab
method).
Sebelum diinokulasi, sumber
mikroba diencerkan terlebih
dahulu agar populasinya
tidak terlalu padat sehingga
akan
mudah
untuk
mengidentifikasinya.
Setelah diinokulasi, mikroba
yang diinokulasi dengan
benar akan tumbuh baik
(Suriawiria, 2005).
Bakteri dalam susu dapat berasal
dari sapi itu sendiri atau dari luar. Adanya
aktivitas bakteri dalam susu maka akan
menyebabkan perubahan rasa, warna
termasuk aroma atau off flavor (Rahayu
dkk, 2012).

METODOLOGI
Bahan dan Alat
Pemeliharaan
kultur
pada
praktikum ini menggunakan metode tuang,
gores, tusuk dan metode sebar. Peralatan
yang digunakan yaitu, bulb pipet, bunsen,
cawan petri, inkubator, jarum ose, pipet
ukur, rak tabung reaksi, sumbat kapas dan
tabung reaksi.
Bahan yang digunakan adalah
Alkohol 95%, susu segar, media EMB
(Eosine Methylene Broth), NA (Nutrient
Agar), NB (Nutrient Broth), dan NaC Fis
0,85%.
Pemeliharan Kultur Mikroorganisme
a. Pengenceran
Penyiapan
sampel,
pemasukan 9 mL NaCl fis 0,85%
ke dalam empat tabung reaksi.
Pengambilan 1 mL sampel ke
dalam tabung reaksi pertama
sebagai
pengenceran
10-1.
Pemimpetan 1 mL sampel dari
pengenceran 10-1 ke dalam tabung
reaksi sebagai pengenceran 10-2,
sampai pada pengenceran 10-4.
Penuangan
1
mL
sampel
pengenceran 10-3 dan 10-4 ke dalam
cawan
petri
yang
berbeda.
Penuangan media NA secukupnya.
b. Metode Gores
Pemanasan ose di atas
bunsen, kemudian dicelupkan ke
dalam sampel dengan pengenceran
10-1. Penggoresan ose diatas media
EMB yang sudah beku dalam
cawan petri.
c. Pemeliharaan Kultur Cair
Pemanasan ose di atas
bunsen. Penuangan media NB ke
dalam tabung reaksi. Pencelupkan
ose ke dalam sampel dengan
pengenceran 10-1. Pencelupan ose
ke dalam tabung reaksi.
d. Pemeliharaan Kultur Padat
Pemanasan ose di atas
bunsen. Penuangan media NA pada
tabung reaksi secara tegak.
Pencelupan ose ke dalam agar
tegak. Pemanasan ose di atas

bunsen. Penuangan media NA pada


tabung reaksi secara miring.
Penggoresan ose pada bagian atas
permukaan agar miring.
Penginkubasian
semua
sampel baik dalam agar cair
ataupun padat pada suhu 37oC
selama 48 jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan
untuk
menumbuhkan
mikroba
pada berbagai media dari sampel
susu segar. Fungsi NaCl Fisiologi
sebagai larutan pengencer yang digunakan
untuk mengencerkan kultur sehingga
sampel menjadi tidak terlalu padat (sampel
yang terlalu padat dapat mengganggu
pengamatan). Konsentrasi yang sering
digunakan yaitu 0,85%. Selain NaCl
Fisiologi, dapat pula digunakan larutan
buffer fosfat yang dapat menyangga pH
agar bakteri pada sampel tidak rusak ketika
terjadi perubahan pH.
Nutrient Agar merupakan medium
non-selekif bentuk padat sedangkan
Nutrient Broth merupakan media cair yang
keduanya
memiliki
fungsi
untuk
menumbuhkan
berbagai
macam
mikroorganisme heterotrof tanpa spesifikasi
tertentu. Eosin Methylene-Blue Agar
digunakan dalam isolasi dan diferensiasi
berbagai bakteri gram negatif yang dapat
memfermentasi laktosa (Madigan, 2006).
Beef extract pada NA dan NB
memberikan suplai nutrisi yang dibutuhkan
mikroorganisme berupa protein dan lemak.
EMB Agar mengandung pepton, laktosa,
dan indikator warna eosin dan methyleneblue. Pewarna methylene-blue dalam
medium menghambat pertumbuhan bakteri
gram positif (Madigan, 2006).
Sementara itu, eosin adalah
pewarna yang dipengaruhi perubahan pH.
Perubahan yang terjadi adalah dari tidak
berwarna menjadi kehitaman dalam kondisi
asam. EMB mengandung laktosa dan
sukrosa sebagai sumber energi. Gula
tersebut merupakan jenis yang dapat
difermentasi oleh sebagian bakteri gram

negatif. Ketika laktosa dan sukrosa


difermentasikan, tercipta suasana asam
dalam medium yang
menyebabkan
perubahan warna menjadi kehitaman.
Koloni yang tidak dapat memfermentasikan
laktosa akan terlihat berwarna merah muda
atau tidak berwarna (Leboffe, 2005).

Bakteri merupakan organisme yang


sangat kecil (berukuran mikroskopis).
Bakteri rata-rata berukuran 0,5-1 m dan
panjang hingga 10 m. Bakteri dalam susu
dapat berasal dari sapi itu sendiri atau dari
luar. Adanya aktivitas bakteri dalam susu
maka akan menyebabkan asam, mempunyai
rasa dan bau yang kurang baik, tetapi ada
bakteri yang menguntungkan sehingga
dipilih sebagai kultur untuk fermentasi
susu,
sehingga
diperoleh
produk
fermentasisusu (Rahayu dkk, 2012).

Secara keseluruhan, hasil pengamatan


menunjukkan bahwa pada semua metode
telah berhasil menumbuhkan mikroba yang
ada pada susu, terkecuali pada kelompok
3B yang tidak dapat identifikasi.

Berikut merupakan tabel hasil pegamatan pemeliharaan kultur


mikroorganisme :
Ke
Media Padat NA
NB
EMB
Agar
-3
-4
10
10
l
Tegak
1
+
+
+
+
+

Agar
Miring
+

+
Tidak
tersedia

10

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2016)


Bedasarkan
tabel
hasil
pengamatan
diatas,
dapat
diidentifikasi kemungkinan jenisjenis
mikroorganisme
yang
tumbuh pada setiap media dari
sampel susu segar tersebut. Jenis
biakan bakteri hasil inokulasi
dengan
metode
tuang
ini
diantaranya :
Warna
media
sebelum
diinokulasi tidak ada perubahan,
setelah diinokulasi masih tidak ada
perubahan.
Tetapi
setelah
diinkubator warna bakteri pada
cawan petri dan tabung reaksi
terdapat perubahan.
Bakteri
Staphylococcus
aureus terlihat jelas pada media

plat agar
NA dengan bentuk
tumbuhnya zig-zag sesuai dengan
awal
mula
dibiakan
dengan
metode
gores
zig-zag,
dan
medianya berwarna lebih tua dari
sebelum diinkubator. Sedangkan di
tabung reaksi pada media agar
tegak,
S.aureus
dengan
menggunakan
metode
tusuk
terlihat bakteri tumbuh sesuai
dengan posisi awal pada saat
ditusuk, warna media pun menjadi
kuning keruh.
Metode
gores
dilakukan
pada media EMB yang sudah beku.
Terdapat tiga cara metode gores
yaitu langsung, kuadran dan
radian. Perbedaan cara menggores

juga mengakibatkan perbedaan


jenis mikroba yang tumbuh.
S.aureus tumbuh dengan
pola zig-zag pula sesuai dengan
metode gores zig-zag dan warna
medianya tidak berubah tetap
berwarna kuning pada media agar
miring.
S.aureus tumbuh di bawah
tabung reaksi dan di permukaan
tabung pada media cair, warna
medianya menjadi kuning bening.
Maka S.aureus ini merupakan
bakteri aerob fakultatif.
Bacillus subtilis tidak terlihat
pada media plat agar adanya
bakteri yang tumbuh pada media,
warna media pun tidak berubah.
B.subtilis
yang
dibiakan
dengan menggunakan metode
tusuk pada media agar tegak,
tumbuh di atas permukaan tabung
karena bakteri B.subtilis bersifat
aerob. Sedangkan dalam agar
miring
B.subtilis
tumbuh
di
permukaan miring, tetapi posisi
tumbuh
bakteri
tidak
sesuai
dengan metode gores zig-zag yang
dilakukan.
B.subtilis
tumbuh
menggumpal diatas permukaan
tabung pada media cair, dan
warna media berubah menjadi
agak bening.
Bakteri Coliform dan
E.coli
terlihat
jelas
bentuk
tumbuhnya pada media plat agar
EMB,
dengan
menggunakan
metode zig-zag yang sangat
teratur sesuai dengan awal mula
dibiakan dan warna media menjadi
merah keunguan. Posisi bakteri
zig-zag berwarna hitam pekat
pada
sebagian
permukaan.
Coliform aktif tumbuh pada suhu
sekitar 37C. Organisme ini dapat
menyebabkan pembusukan yang
cepat pada susu karena mampu
melakukan
fermentasi
pada
laktosa pada suhu sekitar 35C
dan sekaligus juga memproduksi

asam dan gas. Selain itu mereka


juga mampu mendegradasi protein
pada susu. Kehadiran coliform
merupakan indikator yang baik
bahwa sesuatu itu telah terkena
kontaminasi.
Coliform
dapat
dimatikan dengan proses yang
disebut HTST (High Temperature,
Short Time) pada 72C selama 16
detik.
Escherichia
coli (E-coli)
merupakan salah satu anggota
dari kelompok coliform dan dapat
melakukan fermentasi gula susu
(laktosa) pada suhu 44C.
E.coli tumbuh baik dengan
menggunakan metode tusuk pada
media agar tegak, terlihat bakteri
tumbuh sesuai dengan posisi awal
pada saat ditusuk, warna media
pun
menjadi
kuning
keruh,
sedangkan dengan media agar
miring bakteri E.coli tumbuh tidak
rapih ketika melakukan metode
gores secara zig-zag, warna media
menjadi putih keruh.
Pada
media cair bakteri E.coli tidak
terlihat tumbuh, tetapi warna
media berwarna putih keruh,
sehingga bakteri E.coli bersifat
aerob fakultatif.
Pada
media
plat
agar
bakteri
P.aeruginosa terlihat kurang jelas,
bentuk tumbuhnya zig-zag sesuai
dengan
awal
mula
dibiakan
dengan metode gores zig-zag, dan
medianya berwarna putih bening
(Madigan, 2006).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum
pemeliharaan mikroorgansime ini,
dapat disimpulkan bahwa terdapat
lima jenis bakteri yang berhasil
ditumbuhkan dari sampel susu
segar. B.subtilis, Coliform, E.coli,

P.aeruginosa dan Staphylococcus


aureus.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, Srikandi. 1992.
Mikrobiologi
Pangan 1. PT.
Gramedia Pustaka
Utama:
Jakarta.
Leboffe, M. J., dan B. E.
Pierce. 2005.
A
photographic
atlas
for
microbiology laboratory, 3rd
ed. Englewood, CO: Morton
Publishing.
Madigan, M. T., J. M. Martinko,
and J. Parker. 2006. Brock
biology of microorganisms:
an
international
edition,
11th ed. Upper Saddle
River,
NJ:
Prentice-Hall
International, Inc.

Pratiwi T., Sylvia. 2008.


Mikrobiologi Farmasi. Erlangga:
Jakarta.
Rahayu, W. P. dan Nurwitri C. C.
2012. Mikrobiologi Pangan.
IPB Press. Bogor.
Sukarminah, E., D. M. Sumanti,
dan
I.
Hanidah.
2010.
Mikrobiologi
Pangan.
Universitas
Padjadjaran.
Jatinangor.
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi
Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai