240210140060
V.
itu
juga
merusak
membran
sel
dengan
menurunkan
tegangan
permukaannya. Dengan persetujuan para ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar
pembanding untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan.
Uji fenol dilakukan dengan memasukkan suatu volume tetentu organisme
uji ke dalam larutan fenol murni dan zat kimia yang akan diuji pada berbagai
pengenceran. Setelah interval tertentu, suatu jumlah tertentu dari tiap pengenceran
diambil dan ditanam pada media perbenihan lalu diinkubasi selama 18-24 jam.
Setelah diinkubasi, dilakukan pengawasan pertumbuhan bakteri (Cahtim dan
Suharto, 1993). Sampel yang digunakan sebagai bahan desinfektan adalah fenol
5% dan kresol 5%. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak banyak
dirusak oleh adanya bahan organik. Menimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan
hidup sehingga hanya digunakan
Dini Yulianti
240210140060
Praktikum dilakukan dengan menyiapkan 6 tabung reaksi, setelah itu
dimasukkan desinfektan sebanyak 2 ml ke setiap tabung reaksi. Setelah itu
dilakukan pengenceran bertahap dari 1:25 hingga 1:50 dan dilakukan
pengurangan volume sehingga setiap tabung reaksi memiliki volume 3 ml. Setelah
itu sebanyak 0,5 ml suspensi mikroorganisme murni yang telah disiapkan
sebelumnya dimasukkan dalam tabung. Koliform digunakan karena banyak
terdapat di lingkungan, maupun di dalam tubuh, dan juga merupakan standar air
minum. Setelah 5 menit sebuah ose dicelupkan dan dimasukkan dalam tabung
berisi media NB. Hal yang sama dilakukan kembali dengan interval waktu 10
menit dan15 menit. Hal ini dilakukan guna mengetahui pengaruh waktu sentuh
desinfektan terhadap pertumbuhan bakteri. Selanjutnya semua
tabung reaksi
diinkubasi pada suhu 30oC selama 2 hari. Lalu diamati pertumbuhan bakteri,
pertumbuhan dinyatakan positif bila tabung reaksi keruh dan negatif bila berlaku
sebaliknya. Kemudian dihitung koefisien fenol dan kresol dari hasil pengamatan
yang didapat. Berikut adalah hasil pengamatan yang diperoleh:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Desinfektan
Sampel
Sirih
Alkohol
70%
Fenol
Pengenceran
1 : 25
1 : 30
1 : 35
1 : 40
1 : 45
1 : 50
1 : 25
1 : 30
1 : 35
1 : 40
1 : 45
1 : 50
1 : 25
1 : 30
1 : 35
1 : 40
1 : 45
1 : 50
5
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
10
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
15
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
10
+
15
+
Pengenceran
1 : 25
5
+
Dini Yulianti
240210140060
Alkohol
96%
Fenol
1 : 30
1 : 35
1 : 40
1 : 45
1 : 50
1 : 25
1 : 30
1 : 35
1 : 40
1 : 45
1 : 50
1 : 25
1 : 30
1 : 35
1 : 40
1 : 45
1 : 50
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Dini Yulianti
240210140060
sebanding dengan konsentrasi desinfektan yang dipakai. Mekanisme utama dari
populasi mikroba untuk bertahan hidup dalam situasi terancam adalah dengan cara
mutasi genetik, ekspresi dari suatu gen resistensi yang laten, atau melalui gen
yang memiliki determinan resistensi. Ketiga mekanisme ini dapat berada bersamasama dalam suatu bakterium.
Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak
dipakai antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro
xylenol. Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu
sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi
0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik
digunakan untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum
digunakan sebagai dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai,
serta dinding atau peralatan yang terbuat dari papan/kayu. Adapun keunggulan
dari golongan golongan fenol dan fenol terhalogenasi adalah sifatnya yang stabil,
persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material, sedangkan kerugiannya
antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan korosif.
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna
yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C 6H5OH dan strukturnya
memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Fenol
memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki
sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus
hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang
dapat dilarutkan dalam air (Lund, 1994). Dibandingkan dengan alkohol alifatik
lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol
dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H +. Keadaan yang sama pada
alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan
pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik,
yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan
anionnya.
VI.
6.1.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dini Yulianti
240210140060
1. Uji koefisien fenol dilakukan pada desinfektan alkohol 70%, etanol 96%,
kresol 5%, fenol 5%, dan sirih.
2. Hasil pengujian menunjukkan baik pada sampel yang diberi fenol maupun
desinfektan lainnya pada semua pengenceran menunjukkan terdapat
pertumbuhan mikroorganisme yang ditandai dengan kekeruhan pada
tabung reaksi.
3. Hasil pengujian pada praktikum kali ini tidak dapat digunakan untuk
menentukan koefisien fenol.
4. Bakteri yang tumbuh pada sampel kemungkinan disebabkan oleh
kontaminasi pada saat inokulasi, bakteri yang bersifat resisten, rusaknya
daya desinfeksi pada semua desinfektan dan jumlah bakteri yang banyak
sehingga konsentrasi desinfektan terlalu sedikit untuk membunuh bakteri
yang diinokulasikan.
6.2.
Saran
1. Sebaiknya, pembuatan sumbat disesuaikan dengan bentuk tabung sehingga
ketika akan diinkubasi tidak jatuh dan tetap meminimalisir kontaminan.
2. Peralatan yang digunakan harus terjaga kesterilannya.
3. Praktikan harus menggunakan sarung tangan selama praktikum.
4. Meja kerja dan tangan praktikan harus disemprot alkohol terlebih dahulu
agar tetap steril.
DAFTAR PUSTAKA
Cahtim, A., dan Suharto. 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Bina
Aksara Rupa. hal.39-52.
Lund, W. 1994. Desinfectan and antiseptic In : Pharmaceutical Codex :Principles
and Practice of Pharmaceutics. 12 th Edition. London: The
Pharmaceutical Press. p. 115. Lund, W. 1994. Desinfectan and antiseptic
In : Pharmaceutical Codex :Principles and Practice of Pharmaceutics.
12 th Edition. London: The Pharmaceutical Press. p. 115.
Dini Yulianti
240210140060
Sofiah, Betty D. 2011. Sanitasi dan Keamanan Pangan. Jurusan Teknologi Industri
Pangan Universitas Padjadjaran, Bandung.