240210110033
VI. PEMBAHASAN
(2) ++
Blansing Keras +++ Merah ++ Khas tomat segar
rebus(1) +++
Blansing Keras ++ Keras +++ Khas tomat
rebus(2) matang ++
Blansing Dalam : keras + Merah ++++ Khas tomat
rebus(6) Luar : lunak matang +
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, tomat tanpa perlakuan
dengan tomat yang diberi perlakuan blansing memiliki perbedaan sifat
organoleptik, dengan kata lain tomat mengalami perubahan sifat organoleptik
setelah diberi perlakuan blansing. Tomat tanpa perlakuan memiliki tekstur yang
keras, berwarna merah kekuningan, dan memiliki aroma khas tomat segar (+).
Tekstur tomat semakin berkurang kekerasannya (semakin lunak) seiring dengan
semakin lamanya waktu blansing yang dilakukan. Hal ini dapat disebabkan oleh
semakin lama waktu blansing maka air yang masuk dalam bahan semakin banyak,
sehingga tekstur bahan menjadi semakin lunak. Blansing juga dapat melunakkan
jaringan bahan, sehingga semakin lama waktu blansing bahan menjadi semakin
lunak. Tekstur tomat tanpa perlakuan jauh lebih keras jika dibandingkan dengan
tomat-tomat yang diberi perlakuan blansing.
Warna tomat tanpa perlakuan dengan tomat yang diberi perlakuan blansing
berbeda. Tomat mengalami perubahan warna setelah blansing karena blansing
dapat mempengaruhi warna bahan. Warna merah pada tomat berkurang setelah
blansing.
Aroma tomat yang diberi perlakuan blansing kukus dan blansing rebus
selama 2 menit lebih kuat jika dibandingkan dengan aroma tomat tanpa perlakuan.
Aroma tomat semakin lama semakin berkurang seiring dengan semakin lamanya
waktu blansing rebus yang dilakukan. Hal ini dapat disebabkan oleh zat aroma
bahan yang menguap, sehingga aroma bahan berkurang.
Waktu blansing rebus pada sampel kubis ini adalah 0,5 menit, 1,5 menit,
dan 5 menit. Tekstur kubis tanpa perlakuan lebih keras jika dibandingkan dengan
kubis yang diberi perlakuan blansing. Tekstur kubis yang diberi perlakuan
blansing kukus lebih keras dibandingkan dengan kubis yang diberi perlakuan
blansing rebus. Hal ini dapat disebabkan oleh kubis yang diberi perlakuan
blansing rebus langsung kontak dengan air, sehingga kemungkinan air yang
masuk ke dalam jaringan bahan lebih banyak, sehingga tekstur menjadi lebih
lunak. Tekstur kubis yang diberi perlakuan blansing rebus semakin lunak seiring
dengan semakin lamanya waktu blansing yang dilakukan. Hal ini dapat
disebabkan oleh air yang masuk semakin banyak. Blansing juga dapat
melunakkan jaringan bahan, sehingga semakin lama waktu blansing bahan
menjadi semakin lunak.
Warna kubis yang diberi perlakuan blansing lebih tinggi intensitasnya
dibandingkan dengan kubis tanpa perlakuan. Semakin lama waktu blansing,
intensitas warna putih kehijauan pada kubis semakin meningkat. Hal ini dapat
disebabkan oleh perlakuan blansing dapat memperbaiki warna produk, salah
satunya adalah memantapkan warna hijau pada sayuran.
Aroma kubis yang diberi perlakuan blansing semakin kuat jika
dibandingkan dengan aroma kubis tanpa perlakuan. Aroma kubis yang diberi
perlakuan blansing rebus juga lebih kuat jika dibandingkan dengan kubis yang
diberi perlakuan blansing kukus. Semakin lama waktu blansing rebus yang
dilakukan, aroma kubis menjadi semakin kuat. Hal ini menunjukkan bahwa
blansing dapat memperbaiki aroma kubis, dengan kata lain meningkatkan aroma
kubis.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Sifat Organoleptik Buncis
Perlakuan Warna Tekstur Aroma
Tanpa perlakuan Hijau + Keras Aroma khas
Kamilah Aminy
240210110033
buncis segar
Blansing kukus Hijau muda + Lunak + Aroma khas
buncis ++
Blansing Hijau muda ++ Lunak ++ Aroma khas
rebus(1) buncis ++
Blansing Hijau muda +++ lunak+++ Aroma khas
rebus(3) buncis +++
Blansing Hijau muda Lunak+++ Aroma khas
rebus(9) kekuningan +++ buncis ++++
Uji peroksidase dilakukan pada sampel tanpa perlakuan dan sampel yang
diberi perlakuan blansing, baik blansing kukus maupun rebus. Sampel yang
digunakan ditumbuk halus dengan mortar lalu diambil filtratnya sebanyak 1,
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan 10 ml
akuades, 0.5 ml larutan gualikol 0,5%, dan 0.5 ml larutan H2O2 0,02% dan
dikocok, serta didiamkan selama 3,5 menit. Penambahan larutan gualikol ini
dilakukan untuk berikatan dengan peroksida. Warna larutan sampel selanjutnya
dibandingkan dengan warna larutan sampel yang sama tetapi dengan perlakuan
yang berbeda. Warna sampel yang bening menunjukkan bahwa perlakuan yang
diberikan pada sampel merupakan perlakuan yang paling efektif untuk
menghilangkan enzim peroksidase. Berikut ini adalah hasil pengamatan yang
diperoleh pada tiap sampel.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Uji Peroksidase Pada Tiap Sampel
Sampel Urutan Perlakuan yang Paling Efektif
Tomat Rebus 6>rebus 2>rebus 1>kukus> Tanpa perlakuan
Kubis Rebus 5>rebus 1.5>rebus 0.5>kukus> tanpa perlakuan
Buncis Rebus 9>rebus 3>rebus 1>kukus> Tanpa perlakuan
menit, 0,5 menit, blansing kukus, dan terakhir kubis tanpa perlakuan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin lama waktu blansing, maka enzim peroksidase pada
bahan semakin berkurang (non-aktif). Warna larutan kubis tanpa perlakuan
berwarna paling coklat. Hal ini menunjukkan bahwa enzim peroksidase pada
kubis tersebut masih aktif.
Warna larutan buncis tanpa perlakuan berwarna paling coklat diantara
larutan kubis dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa enzim
peroksidase pada buncis tersebut masih aktif. Warna larutan sampel yang paling
bening adalah larutan buncis yang diberi perlakuan blansing rebus selama 9 menit.
Hal ini menunjukkan bahwa enzim peroksidase pada sampel tersebut sudah
berkurang (non-aktif), serta kecukupan blansing untuk sampel ini adalah blansing
rebus selama 9 menit. Semakin lama waktu blansing yang dilakukan, aktivitas
enzim peroksidase semakin berkurang.
VII. KESIMPULAN
1. Tekstur sampel tanpa perlakuan lebih keras jika dibandingkan dengan
sampel yang diberi perlakuan blansing.
2. Warna pada sampel semakin kuat intensitasnya setelah diberi perlakuan
blansing.
3. Semakin lama perlakuan blansing, intensitas warna semakinkuat.
4. Aroma sampel setelah blansing ada yang semakin kuat dan ada yang
semakin berkurang.
5. Berkurangnya aroma sampel dapat disebabkan oleh menguapnya zat
aroma pada sampel.
6. Warna sampel tanpa perlakuan merupakan warna yang paling coklat,
sedangkan warna larutan sampel yang diberi perlakuan blansing paling
lama yang paling bening..
Kamilah Aminy
240210110033
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pengawetan Makanan Secara Fisika. Available at http://
my1sttea.blogspot.com. (diakses pada tanggal 6 November 2012 pukul
17.43 WIB).
Dika. 2011. About Food Processing : Blansing. Available at http://dikaa-
dikaa.blogspot.com. (diakses pada tanggal 6 November 2012 pukul 18.44
WIB).
Hawusiwa, E.S. 2010. Blansing dan Pasteurisasi. Available at
http://hawusiwa.blogspot.com. (diakses pada tanggal 6 November 2012
pukul 19.22 WIB).
Tjahjadi, C. , H. Marta. 2011. Pengantar Teknologi Pangan Volume 1 (Edisi Ke-
2). Universitas Padjadjaran Fakultas Teknologi Industri Pertanian Jurusan
Teknologi Industri Pangan, Jatinangor.
Kamilah Aminy
240210110033
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa sebabnya inaktivasi enzim penting dalam proses pengolahan sayuran
dan buah-buahan?
Menonaktifkan enzim sangat penting dalam proses pengolahan sayuran
dan buah-buahan karena enzim-enzim pada kedua bahan tersebut dapat
mengakibatkan warna coklat pada bahan, yang disebabkan oleh enzim
yang berhubungan dengan oksigen dan substrat pada sayuran dan buah-
buahan tersebut.
2. Untuk apa perlu dilakukan uji peroksidase untuk kecukupan blansing?
Faktor apa saja yang kiranya dapat mempengaruhi lama blansing?
Uji peroksidase dilakukan untuk mengetahui kecukupan blansing pada
suatu bahan, karena kecukupan blansing pada setiap bahan berbeda-beda.
Jika blansing yang dilakukan pada bahan melewati kecukupan blansing
bahan tersebut, maka kemungkinan sifat organoleptik bahan yang
dihasilkan tidak diinginkan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi lama
Kamilah Aminy
240210110033
blansing diantaranya adalah jenis bahan, ukuran dan bentuk bahan, suhu,
rasio air dalam bahan, ketebalan tumpukan bahan dan medium blansing.