Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

“TEKNIK ISOLASI”

Oleh:

NAMA                           : INDAH PEMUDA


NPM                              : 17025010014
KELOMPOK               : A1

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Isolasi suatu mikrobia ialah memisahkan mikrobia tersebut dari
lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam
medium buatan. Isolasi harus diketahui cara-cara menanam dan menumbuhkan
mikrobia pada medium biakan serta syarat-syarat lain untuk pertumbuhannya.
Memindahkan bakteri dari medium lama kedalam medium yang baru diperlukan
ketelitian dan pengsterilan alat-alat yang digunakan, supaya dapat dihindari
terjadinya kontaminasi. Pada pemindahan bakteri dicawan petri setelah agar baru,
maka cawan petri tersebut harus dibalik, hal ini berfungsi untuk menghindari
adanya tetesan air yang mungkin melekat pada dinding tutup cawan petri.
Dalam kegiatan mikrobiologi pembuatan isolasi dilakukan dengan cara
mengambil sampel mikroba dari lingkungan yang ingin diteliti. Dari sampel
tersebut kemudian dikultur/dibiakan dengan menggunakan media universal atau
media selektif, tergantung tujuan yang ingin dicapai. Untuk mendapatkan atau
menumbuhkan jenis mikroorganisme tertentu, maka dilakukan isolasi. Dengan
isolasi inilah dapat diidentifikasi jenis bakteri tertentu baik dari kelimpahan
maupun morfologinya.
1.2 Tujuan Praktikum
a. Memahami teknik isolasi bakteri.
1.3 Manfaat Praktikum
a. Dapat mengetahui teknik gores terhadap isolasi bakteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakteri
a. Definisi
            Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.
Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil
(mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa
kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan
kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan,
dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana tanpa inti sel, kerangka sel,
dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. 
            Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat yaitu di tanah, air, udara,
dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agenparasit (patogen),
bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi
ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm,
yaitu Thiomargarita.  Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti
sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda
(peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil dan mobilitasnya ini
disebabkan oleh flagel. Dalam tumbuh kembang bakteri baik melalui peningkatan
jumlah maupun penambahan jumlah sel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yakni seperti ph, suhu temperatur, kandungan garam, sumber nutrisi, zat kimia
dan sisa metabolisme (Indarty, 2003).
b. Faktor Yang Mempengaruhi Penyebaran
            Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu
atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan
kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari
mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia marcesens dan E.
coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu.
Peningkatan suhu menyebabkan penurunan waktu bertahan (Jawetz, 2004).
c. Metode Perbanyakan
1.    Metode Cawan Gores (Streak Plate)
            Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah
dari koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi. Cara ini dilakukan
dengan membagi 3-4 cawan petri. Ose steril yang telah disiapkan diletakkan pada
sumber isolat Kemudian menggoreskan ose tersebut pada cawan petri berisi media
steril. Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk garis horisontal disatu cawan.
Ose disterilkan lagi dengan api bunsen. Setelah kering, ose tersebut digunakan
untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan ke dua. Langkah ini
dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores.
2.    Metode Cawan Sebar (Spread Plate)
            Teknik spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan
stok kultur bakteri atau menghapuskannya di atas media agar yang telah memadat.
Dan perlu perhatian pour plate kultur dicampurkan ketika media masih cair
(belum memadat). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh
dapat tersebar merata pada bagian permukaan agar.
3.    Teknik Dilusi (Pengenceran)
            Tujuan dari teknik ini adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari
substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Sampel yang
telah diambil kemudian disuspensikan dalam aquades steril. Teknik dilusi sangat
penting dalam analisa mikrobiologi karena hamper semua metode penelitian dan
perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate
Counter) (Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan, 2015).
d. Macam-Macam Media Pertumbuhan
            Berikut ini beberapa media yang sering digunakan secara umum dalam
mikrobiologi menurut Tim Penyusun Modul Teknologi Produksi Hayati (2015):
         Lactose Broth. Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi
kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu
pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari
fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef
menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa
menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme
koliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah presumptive test untuk
koliform. Lactose broth dibuat dengan komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton;
dan 0,5% laktosa.
         EMBA (Eosin Methylene Blue Agar). Media Eosin Methylene Blue mempunyai
keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang
memfermentasikan laktosa sepertiS. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella.
Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna
gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya
tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam
perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal
karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosadan Salmonella sp dapat
menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk
mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli. Agar EMB (levine)
merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri
coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan
eosin dan metilin bklue sebagai indikator memberikan perbedaan yang nyata
antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut
mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih cepat meragikan
sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya
digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN (most probable
number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat
digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml
contoh air.
         Nutrient Agar. Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy.
NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang
tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan
media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan
salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji
biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk
pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam
kultur murni. Untuk komposisi nutrien agar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g,
NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan
komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit.
Kemudian siapkan wadah sesuai yang dibutuhkan.
         Nutrient Broth. Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang
berbentuk cair. Intinya sama dengan nutrient agar. Nutrient broth dibuat dengan
cara sebagai berikut: 1.Larutkan 5 g pepton dalam 850 ml air distilasi/akuades,
2.Larutkan 3 g ekstrak daging dalam larutan yang dibuat pada langkah pertama,
3.Atur pH sampai 7,0, 4.Beri air distilasi sebanyak 1.000 ml, dan 5.Sterilisasi
dengan autoklaf.
         MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar). MRSA merupakan media yang
diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape (1960) untuk memperkaya,
menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. MRS
agar mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui
untuk beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, sebaik
nutrien diperkaya MRS agar tidak sangat selektif, sehingga ada kemungkinan
Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta jenis bakteri lain dapat tumbuh. MRS
agar mengandung: Protein dari kasein 10 g/L, Ekstrak daging 8,0 g/L, Ekstrak ragi
4,0 g/L, D (+) glukosa 20 g/L, Magnesium sulfat 0,2 g/L, Agar-agar 14 g/L,
Dipotassium hidrogen phosphate 2 g/L, Tween 80 1,0 g/L, Diamonium hidrogen
sitrat 2 g/L, Natrium asetat 5 g/L, dan Mangan sulfat 0,04 g/L. MRSB merupakan
media yang serupa dengan MRSA yang berbentuk cair/broth.
         Trypticase Soy Broth (TSB). TSB adalah media broth diperkaya untuk tujuan
umum, untuk isolasi, dan penumbuhan bermacam mikroorganisme. Media ini
banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimen laboratorium dan akan
mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen. Media TSB mengandung
kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen
lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untuk bermacam
mikroorganisme. Dekstrosa adalah sumber energi dan natrium klorida
mempertahankan kesetimbangan osmotik. Dikalium fosfat ditambahkan sebagai
buffer untuk mempertahankan pH.
         Plate Count Agar (PCA). PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik
dengan inokulasi di atas permukaan. PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan
(casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar) hingga membentuk
suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf (15 menit pada suhu
121°C). Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis
e. Teknik Isolasi
     Bakteri jarang terdapat dalam keadaan murni bila berada di alam.
Kebanyakan bakteri merupakan campuran berbagai macam spesies bakteri. Cara
yang umum untuk mengisolasi bakteri adalah:
1.    Cara Goresan (Streak Plate Method)
       Cara ini dasarnya adalah menggoreskan suspensi bahan yang mengandung
bakteri pada permukaan medium agar yang sesuai dalam cawan petri. Setelah
inkubasi maka pada bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang
mungkin berasal dari 1 sel bakteri, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut.
2.    Cara Taburan (Pour Plate Method)
       Cara ini dasarnya adalah menginokulasi medium dengan agar yang sedang
mencair pada temperatur 50 0C dengan suspensi bahan yang mengandung bakteri,
kemudian menuangkan ke dalam cawan petri. Setelah inkubasi akan terlihat
koloni-koloni yang tersebar di permukaan agar yang mungkin berasal dari 1 sel
bakteri sehingga dapat diisolasi lebih lanjut.
3.    Cara Pengenceran (Dillution Plate)
       Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Lister
berhasil menghasilkan biakan murni Stretococcus lactis yang diisolasi dari susu
yang sudah masam. Caranya dengan mengencerkan suspensi yang berupa
campuran bermacam-macam species kemudian diencerkan dalam suatu tabung
tersendiri. Dari pengenceran ini diambil 1 ml untuk diencerkan lagi, bila perlu
diencerkanlagi hingga seterusnya.
            Langkah selanjutnya adalah dari pengenceran diatas, diambil 0,1 ml untuk
disebarkan pada suatu medium padat, sehingga kita mendapatkan beberapa koloni
tumbuh dlaam media tersebut, tetapi bisa saja hanya satu koloni yang tumbuh..
dalam ha; demikian , kita telah memperoleh sat koloni murni, dan selanjutnya
spesies ini dapat kita jadikan biakan murni. Sampel yang telah diambil kemudian
disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan dari teknik ini pada prinsipnya adalah
melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih
mudah penanganannya. Macam preparsi bergantung kepada bentuk sampel:
a.    Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel yang
memiliki permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada
benda tersebut. Contohnya adalah meja, batu, batang kayu dll. Caranya dengan
mengusapkan cotton bud memutar sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton
bud kontak dengan permukaan sampel. Swab akan lebih baik jika cotton bud
dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan atraktan semisal pepton water.
b.    Rinse (bilas) ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang menempel pada
permukaan substrat yang luas tapi relatif berukuran kecil, misalnya daun bunga
dll. Rinse merupakan prosedur kerja dengan mencelupkan sampel ke dalam
akuades dengan perbandingan 1 : 9 (w/v). Contohnya sampel daun diambil dan
ditimbang 5 g kemudian dibilas dengan akuades 45 ml yang terdapat
dalam beaker glass.
c.    Maseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat ditumbuk dengan
mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat
terlepas kemudian dilarutkan ke dalam air. Contoh sampelnya antar alain bakso,
biji, buah dll. Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama
adalah 1 : 9 (w/v). Unutk sampel dari tanh tak perlu dimaserasi
4.    Cara Penuangan
            Penemuan metode penuangan ini ada dua orang yang berjasa yaitu Petri
yang menciptakan cawan dengan tutup, yang sekarang dikenal dengan cawan
petri. Orang kedua adalah Hense yang menemukan agar-agar untuk menggantikan
gelatin. Hal ini dikarenakan agar-agar memiliki sifat yang lenbih baik daripda
gelatin untuk bahan pengental suatu medium. Agar-agar tidak lekas mencair,
karena titik cairnya 950C. Sehingga teknik ini sekarang lebih dikenal sebagai
teknik agar tuang.
Prinsip melakukan pengenceran adlaah menurunkan jumlah mikroorganisme
sehingga suatu saat hanya ditemukan satu sel dalam satu tabung. Demikian juga
dengan cara penuangan.
5.    Cara Penggoresan
            Cara ini lebh menguntungkan bila ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu,
tetapi memerlukan ketrampilan yang diperoleh dari latihan. Penggoresan yang
sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Tetapi kelemahan cara ini
bakteri-nakteri anaerob tidak dapat hidup tumbuh. Ada beberapa teknik
penggoresan, yakni:
         Goresan T
         Goresan Kuadran
         Goresan Radian
         Goresan Sinambung
 Cara Pengucilan satu sel

            Cara ini dengan menggunkaan suatu alat yang dpaat memungut satu
bakteri dari sekian banyak bakteri, dengan tanpa ikutnya bakteri yang lain. Alat
semacam ini tidak mudah untuk mengggunakannya. Alat ini berupa mikropipet
yang ditempatkan pada suatu mikromanipulator. Dengan membuat beberapa
tetesan bergantung pada suatu kaca penutup dengan menggunkaan mikropipet.
Pekerjaan ini dilakukan di bawah kaca objektif mikroskop. Bila tampak suatu
tetesan yang hanya mngendung satu bakteri, mka dengan pipet lain, tetesan
dipindahkan ke suatu medium encer dnegan tujauna bakteri tersebut berbiak lebih
dahulu. Dari biakan ini kan diperoleh piaraan murni (Waluyo, 2010).

f.    Isolasi
      Menurut Mahatmi (2008). Isolasi adalah memisahkan satu spesies mikroba
dari kelompok mikroba atau spesies yang lainnya. Tujuan pemisahan ini adalah
untuk mempelajari sifat-sifat, pertumbuhan dan aktivitas mikroba.  Sebagaimana
diketahui sel mikroba sangat kecil, sehingga untuk melakukan isolasi sangat sulit. 
Salah satu cara untuk melakukan isolasi adalah dengan menggoreskan suspensi
campuran sel pada permukaan media padat dalam cawan petri, kemudian
menginkubasinya.  Dengan cara ini setiap sel akan tumbuh membentuk koloni. 
Sehingga akan mudah untuk memisahkannya.
      Menurut Mahatmi (2008). Ada beberapa teknik goresan yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu:
1.      Streak Culture.
Pada teknik ini dibuat beberapa garis goresan terputus dengan ose pada
permukaan agar.
2.      Streak Dilution Technique.
Teknik ini sangat baik untuk mendapatkan koloni tunggal terpisah sehingga dapat
digunakan untuk mengamati morfologi koloni dan untuk keperluan  mendapatkan
kultur murni untuk kultivasi.
3.      Spot Inoculation.
Teknik ini biasanya dilakukan pada media padat dalam tabung reaksi.
4.      Lawn Culture.
Pada teknik ini mikroba disebarkan pada permukaan medium dengan cara
menempatkan inokulum pada permukaan medium dengan menggunakan pipet
kemudian disebarkan dengan menggunakan ‘spreader’ (gelas bengkok), seperti
pada perhitungan jumlah sel mikroba.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat
            Praktikum dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 23 Oktober 2020 di rumah
masing-masing secara daring jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.2 Alat Dan Bahan
a.    Isolasi Patogen
Alat :
           Gunting            : Untuk memotong bagian tanaman.
           Tabung reaksi   : untuk mereaksikan
           Jarum ose          : untuk mengambil kologi
           Scalpel              : untuk alat praktikum
           Pinset               : Memindahkan potongan sampel bagian yang bergejala.
           Cawan Petri     : Sebagai tempat media (isolasi)
           Bunsen            : Untuk alat sterilisasi.
           Jarum ose          : untuk menganmbil koloni bakteriyang akan di purifikasi
           Gelas ukur       : Untuk tempat alkohol (sterilisasi alat)
           Plastik wrap     : Untuk meng-cover hasil isolasi di cawan petri.
           Kamera            : Untuk mengambil gambar patogen hasil isolasi.
           Baker glass       : Untuk merendam alat isolasi
           Korek api         : Untuk menyalakan Bunsen
           Jarum inokulasi : untuk menyuntikkan ke daun
           Stik L                : untuk mengaduk biakan murni dengan aquades
           Aquadest           : untuk dicampur dalam biakan murni
           Spirtus               : sebagai bahan untuk  menyalakan api bunsen
           Alkohol 70%     : untuk mensterilkan alat
Bahan:
           Daun kedelai yang terserang bakteri Xanthomonas gycine  sebagai Objek
pengamatan
           Daun jeruk yang terserang bakteri Xanthomonas citri sebagai Objek pengamatan
           Daun padi yang terserang bakteri Xanthomonas oryzae sebagai Objek
pengamatan
           Tanaman tomat terserang Ralstonia solanacearum sebagai Objek pengamatan
           Umbi wortel yang terserang bakteri Erwinia carotovora sebagai Objek
pengamatan
           Daun kubis yang terserang bakteri Xanthomonas campestris sebagai Objek
pengamatan
           Khlorox untuk membersihkan permukaan daun dari mikroorganisme lain.
           Alkohol untuk mensterilkan alat dan bahan.
           Aquadest untuk mebilas bahan yang telah dicuci.
           Media NA sebagai media pertumbuhan patogen yang diisolasi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan Gejala dan Tanda pada Tanaman
NO CARA ISOLASI TEKNIK HASIL
1.
2.
3.
5.
6.

4.2 Hasil Isolasi dan Purifikasi Tanaman


Hasil Isolasi
Nama Patogen Dokumentasi
Erwinia carotovora

Xanthomonas campestris

Xanthomonas oryzae
Xanthomonas glycine

Hasil purifukasi
Nama Patogen Dokumentasi
Erwinia carotovora

Xanthomonas campestris

Xanthomonas oryzae
Xanthomonas glycine

Pembahasan
            Berdasarkan hasil pengamatan isolasi, semua isolat yang telah dibiakkan
pada media NA menunjukkan hasil adanya kontaminasi mikroba lain yang tidak
dikehendaki. Hal ini disebabkan karena selama proses isolasi kondisi lingkungan
yang tidak steril, begitu pula dalam penyimpanan. Karena adanya kontaminasi
pada semua isolat, maka dilakukan isolasi dan purifikasi ulang oleh asisten,
sehingga didapatkan jenis-jenis patogen: Xanthomonas glycine, Xanthomonas
oryzae, Xanthomonas campestris, dan Ralstonia solanacarum.
            Sementara, Puspitasari (2014) menyebutkan bahwa koloni Xanthomonas
oryzae pada media NA berbentuk lingkaran, halus, cembung, tidak tembus
cahaya, dan warna awalnya kuning pucat kemudian berubah warna menjadi
kuning jerami. Bakteri kelompok Xanthomonas menghasilkan “Xanthan gum”
pada medium yang mengandung glukosa. Polisakarida luar sel sangat penting
dalam pembentukan eksudat bakteri dari daun terinfeksi, melindungi dari
kekeringan, dan membantu penyebaran lewat hujan dan angin. bahwa bakteri
Xanthomonas oryzae pv. oryzae L. berbentuk batang pendek berukuran (1-2) x
(0,8-1) m , di ujungnya mempunyai satu flagela polar yang berukuran 6-8 m dan
berfungsi sebagai alat bergerak. Bakteri ini bersifat aerob, gram negatif dan di atas
media PDA bakteri ini membentuk koloni bulat cembung yang berwarna kuning
keputihan sampai kuning kecoklatan dan mempunyai permukaan yang licin.
Bakteri Xanthomonas glycine  berbentuk batang dengan flagel polar, membentuk
kapsul, dan tidak membentuk spora. Erwinia carotovora koloni berwarna putih
susu, berlendir, mengkilat, tepi rata dan tampak cembung setelah diinkubasi
selama 24 jam. Bakteri E. carotovora berwarna bening sampai putih susu,
mengkilat, bulat dan bertepi rata (Sallytha., 2014). Sedangkan koloni Ralstonia
solanacarum berwarna putih, fluidal dengan pusat koloni berwarna merah jambu
(Nasrun 2005).
4.3 Hasil Identifikasi
a. Uji patogenisitas
Hasil Uji Patogenesitas

Patogen Keterangan

Tidak menimbulkan gejala pada bahan


uji.
X
anthomonas citri

Terdapat bagian buah (yang dilingkari)


terlihat sedikit gejala busuk pada
pinggirian buah tomat saat dibelah.

R
alstonia solanacearum
Tidak menimbulkan gejala pada bahan
uji.

E
rwinia carotovora
Xanthomonas campestris
Bagian yang di inokulasi
bakteri Xanthomonas
campestris mengalami gejala
pembusukan. Semakin hari gejala
pembusukan semakin membesar
sebelum daun akhirnya layu.

Pembahasan
Dari hasil praktikum, uji patogenisitas merupakan pengujian untuk
membuktikan apakah suatu bakteri hasil isolasi termasuk patogen atau bukan. Uji
ini merupakan serangkaian dari postilat Koch yang membedakan bakteri patogen
tanaman dengan bakteri saprofit. Uji patogenisitas dilakukan dengan cara
menginokulasikan bakteri yang diduga patogen pada tanaman inang bakteri
tersebut. Bagian yang diinokulasi juga harus disesuaikan dengan jenis bakteri dan
bagian mana tanaman yang sering diinfeksi oleh bakteri patogen tersebut.
     Menurut Lelliot dan Stead (1987), perkembangan gejala diamati dua
minggu kemudian dengan mencatat waktu muncul gejala peyakit layu bakteri.
Isolate bakteri yang paling virulen ditentukan berdasarkan gejala penyakit. Bakteri
ini terutama terdapat dalam berkas-berkas pembuluh. Kalau daun yang sakit
dipotong dan diletakkan di dalam ruangan yang lembab, dari berkas pembuluhnya
akan mengalir lendir kekuningan yang mengandung jutaan bakteri (ooze).
Berdasarkan hasil uji patogenisitas pada 4 tanaman inang (kentang, kedelai, kubis
dan tomat), ketiga tanaman tersebut tidak semauanya menunjukkan gejala
tanaman sakit yang sesuai dengan tanaman hasil isolasi. Pada umbi kentang dan
buah jeruk tidak terilihat adanya perubahan, sedangkan pada umbi tomat terdapat
bagian buah terlihat sedikit gejala busuk pada pinggirian buah tomat saat dibelah
dan pada daun kubis bagian yang di inokulasi bakteri Xanthomonas
campestris mengalami gejala pembusukan. Semakin hari gejala pembusukan
semakin membesar sebelum daun akhirnya layu.

BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
           
5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya alat dan tempat lebih dikondisikan sehingga
praktikan lebih intensif dalam menerima materi.

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Abdul Latief. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Malang: Bayumedia Publishing.
Amrullah, Isa. 2008. Uji Potensi Daun Sirih Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri
Xanthomonas oryzae dan Jamur Fusarium oxysporum. Malang: Universitas Islam
Negeri Malang Press.
Astuti, Dian Tri. 2012. Identifikasi Patogen Erwinia carotovora. Makassar: Universitas
Hassanudin Press.
Dwidjoseputro.2003. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.
Hardiyanti, siti. 2013. Pengendalian R. Solanacearum.  Bogor: Institut Pertanian Bogor
Press.
Hasna, Qolamul. 2011. Macam-macam Penyakit Kedelai. Malang: Universitas Islam
Negeri Malang Press.
Hayward, A.C. 1994. Systematic and phylogeny of Pseudomonas solanacearum and
related bacteria. p. 123−135. In A.C. Hayward and G.L. Hartman (Eds.).
Bacterial Wilt. The disease and its causative agent, Pseudomonas
solanacearum. CAB International
Holt, John G. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, Ninth Edition.
Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s. 2004. Mikrobiologi Kedokteran, Ed 23.  Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lelliot, R. A. an D.E. Stead.1987. Methods for the diagnosis of bacterial diseases of
plant. Methods in Plant Pathology, British Society for Plant Pathology. Blackweel
Scientific Publications (2) p 212. Dalam Nasrun dkk. 2003. Karakteristik
Fisiologis Ralstonia solanacearum Penyebab Layu Bakteri Nilam. Jurnal Littri 13
(2).
Mahatmi, Hapsari. 2008. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Veteriner I  Fakultas
Kedokteran Hewan. Denpasar: Universitas Udayana Press.
Nasrun, Christanti, T. Arwiyanto, dan I. Mariska. 2005. Pengendalian Penyakit Layu
Bakteri Nilam Menggunakan Pseudomonas fluoresen. Jurnal Penelitian Tanaman
Industri 11 (1): 19-24.Persley et al., 1985
Nur’Ainun. 2011. Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat
Morfologi, Fisiologi Xhantomonas axonopodis glycine dan Rhizobakteria
(Rizosfer, Rizoplan, Dan Endofitik) Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.
Puspitasari, Monita. 2014. Diskripsi Sifat Khas Bakteri Xanthomonas oryzae pv. Oryzae.
Padang: Universitas Andalas Press.
Sallytha, Ariestya, Hardian Susilo, Paniman Ashna. 2014. Penghambatan Actinomycetes
Terhadap Erwinia carotovora  Subsp. carotovora  Secara In Vitro. Berkala Ilmiah
PERTANIAN. Volume 1, Nomor 4, Mei 2014, hlm 70-72.
Schaad, N.W., J.B. Jones, and W. Chun. 2000. Laboratory Guide for Identification of
Plant Pathogenic Bacteria. Third edition. American Phytopathological Society,
APS Press, St. Paul.
Semangun, H. 1996, Pengantar ilmu penyakit tumbuhan.  Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press,.
Suwanto, A., B. Friska, dan I. Sudirman. 1996. Karakterisasi Pseudomonas
fluorescens B29 dan B39; Profil DNA Genom, Uji Hipersensitivitas, dan Asai
Senyawa Bioaktif. Hayati 3 (1):15 – 20p.
Wahyudi, Aris Tri, Siti Meliah, Abdjad Asih. 2011. Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Bakteri Penyebab Hawar Daun Pada Padi: Isolasi, Karakterisasi, Dan Telaah
Mutagenesis Dengan Transposon. MAKARA, SAINS, VOL. 15, NO. 1, APRIL
2011: 89-96
Waluyo, Lud. 2010. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobilogi. Malang: UMM Press
Yulika, dkk. 2009. Pola Resistensi Tubuh terhadap Bakteri. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.

Anda mungkin juga menyukai