Anda di halaman 1dari 15

PENUNTUN PRAKTIKUM

SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN (SPB)

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2020

1
KATA PENGANTAR

Buku Panduan Praktikum Sistem Pertanian Berkelanjutan (SPB) ini dibuat sebagai buku
pegangan penuntun praktikum bagi mahasiswa Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN
“Veteran” Jawa Timur dalam menjalankan praktikum, dimana praktikum ini merupakan
penunjang dalam pendalaaman materi dan meningkatkan ketrampilan yang berkaitan dengan mata
kuliah SPB. Panduan Praktikum SPB.edisi daring ini dibuat sebagai pegangan mahasiswa
melakukan kegiatan praktikum selama Study from Home (SFH) akibat wabah Covid19 yang
terjadi pada tahun 2020.
Pada kondisi SFH materi praktikum dikondisikan agar para mahasiswa dapat
melakukannya secara mandiri ataupun kelompok dari rumah dengan arahan dari dosen
pembimbing praktikum. Selama kegiatan praktikum daring, materi praktikum terdiri dari
kegiatan yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah masing-masing oleh mahasiswa, dan
juga materi yang hanya berupa tutorial dan praktek dalam bentuk tayangan video.
Semoga dengan kondisi SFH tidak mengurangi semangat kita semua dalam melaksanakan
pembelajaran praktikum ini.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berperan dalam kegiatan
praktikum SPB.terutama dosen pembimbing dan asisten praktikum untuk kelancaran
kegiatan praktikum. Semoga buku penuntun ini dapat bermanfaat dan mempermudah
mahasiswa dalam kegiatan praktikum secara daring.

Surabaya, 10 Oktober 2020

Koordinator Praktikum SPB

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

ACARA I PEMBUATAN AKTIVATOR 4

ACARA II PEMBUATAN KOMPOS 5

ACARA III PEMBUATAN PUPUK CAIR 10

ACARA IV APLIKASI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN 12


SAYURAN DAUN

3
PENERAPAN TEKNOLOGI INDIGENOUS PADA BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN
BERKELANJUTAN

Teknologi indigenous merupakan teknologi yang mudah diadaptasikan secara luas,


bermuatan lokal, input rendah dan berkelajutan. Rumah Pangan Lestari dengan paket
teknologi indigenous berbasis sampah organik merupakan salah satu langkah strategis untuk
mengatasi kekurangan pangan, dan mampu meningkatkan kemandirian masyarakat
mencukupi kebutuhan pangan secara berkelanjutan. Teknologi indigenous hampir sama
dengan teknologi LEISA ( Low External Input for Sustainable Agriculture ) dengan prinsip
pengoptimalan interaksi input produksi dengan unsur-unsur agroekosistem, bisa menjadi
pilihan dalam penerapan inovasi, di mana penggunaan input berupa bahan organik dari
sumber daya lokal sebagai sumber pupuk dan pestisida dapat mengurangi penggunaan
input kimia dari luar. Sedangkan untuk mengatasi masalah keterbatasan lahan, sistem
pertanaman polikultur ( multiple cropping) dapat diaplikasikan karena memiliki keunggulan
dalam mengoptimalkan produksi di lahan garapan yang relatif sempit. Pelaksanaan
teknologi INDIGENOUS melalui penggunaan bahan organik dan sistem pertanaman
polikultur diharapkan dapat mewujudkan sistem produksi sayuran yang berkelanjutan.
Penerapan sistem budidaya di wilayah perkotaan maupun pedesaan dalam rangka
mengatasi meningkatnya alih fungsi lahan dapat menggunakan teknologi indigenous
secara berkelanjutan. Tujuan untuk menerapkan teknologi indigenous pada budidaya
tanaman sayuran secara berkelanjutan

4
I. PEMBUATAN AKTIVATOR
A. Pendahuluan
Larutan AKTIVATOR (mikroorganisme lokal) adalah larutan hasil fermentasi yang
berbahan dasar kotoran sapi, atau dari berbagai sumber daya yang tersedia seperti kotoran
kelinci, kambing. Larutan AKTIVATOR mengandung unsure hara mikro dan makro dan juga
mengandung bakteri yang berpotensi sebagai pengurai bahan organik, perangsang
pertumbuhan dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman.
Pembuatan AKTIVATOR diharapkan dapat digunakan warga masyarakat dalam
mengelola sampah sebagai pendekomposisi guna mempercepat penguraian sampah
organik, sehingga akan tercipta lingkungan bersih dan sehat dalam waktu cepat.
Tujuan: untuk mengetahui cara pembuatan AKTIVATOR berkualitas dan cepat

B. Bahan dan Alat


Bahan :
• Kotoran sapi (tletong) 2 kg
• Urine Sapi 1.5 lt
• Aktivatorase 250 cc
• Daun lamtoro 3 kg
• Air suling/air bersih 20 lt
Alat :
- Tong plastik - Beaker glass - Timbangan
- pH meter -. Pengaduk - EC Meter
- Thermometer - Gelas ukur - Viskositas
C. Cara Kerja
1. Siapkan tong plastik ukuran 30 liter.
2. Masukkan 3 kg daun lamtoro segar ke dalam tong plastik.
3. Masukkan kotoran sapi sebanyak 2 kg dan urine 1.5 lt ke dalam tong plastik.
4. Tambahkan aktivatorase sebanyak 250 cc dan air sebanyak 20 lt.
5. Aduk rata kemudian tutup selama 2 minggu.
6. Lakukan pengadukan dan checking temperature setiap hari.
7. Panen AKTIVATOR dilakukan pada hari ke 15 dengan melakukan checking EC, pH
dan Viskositas (BJ/ berat jenis). BJ air : 1

5
Urutan pelaksanaan pembuatan Aktivator disajikan pada gambar di bawah ini

8. Tugas
Pembuatan Aktivator disesuaikan dengan bahan yang ada disekitar lingkungan
rumah yang ada
Amati:
a. Dokumentasi kegiatan dari awal sampai akhir
b. Tabel Pengamatan

Parameter Awal Akhir


Aroma
Warna
Kekentalan
Buih
Temperatur
pH
Pengukuran Ec
(Electrical Conductivity)
#tdk dapat
dilakukan karna tdk ada
alatnya (dikampus)

c. Buat Laporan

6
II. PEMBUATAN KOMPOS
A. Pendahuluan
Kompos adalah hasil penguraian dari campuran bahan-bahan organik yang dapat
dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat,
lembab, dan aerobik atau anaerobik (Crawford, 2003). Pengomposan adalah proses dimana
bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba
yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Pemberian AKTIVATOR pada proses pengomposan bertujuan memacu, mengatur
dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini
meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan
aerasi, dan penambahan bioaktivator pengomposan.
Tujuan : untuk mengetahui cara pembuatan kompos secara cepat dan berkualitas
B. Bahan dan Alat
Bahan :
• Daun lamtoro hijau segar 3 kg
• Dedaunan kering/daun sono ± 2 gentong
• AKTIVATOR ± 50 ml
• Air 250 ml

Alat :
• Gentong 2 buah
• Penampan 2 buah
• Mesin penggiling daun lamtoro
• Alat pengaduk; Sekop; Cangkul

C. Cara Kerja
- Daun lamtoro (basah dan ½ kering ) dihaluskan menggunakan mesin penggiling.
- Masukkan dedaunan kering ± 2 gentong kedalam mesin penggiling.
- Masukkan daun lamtoro dan dedaunan kering (seresah) yang sudah dihaluskan ke
dalam gentong Perlakuan A. diberi AKTIVATOR
- Perlakuan B. tidak diberi AKTIVATOR
- Perlakuan A. Bahan seresah yang telah dihaluskan,campurkan dengan aktivatorase
+ AKTIVATOR + air, aduk rata, kemudian semprotkan larutan keseluruh permukaan
bahan kompos yang telah digiling.

7
- Perlakuan B. Bahan seresah yang telah dihaluskan,campurkan dengan (aktivatorase
+ air), aduk rata, kemudian semprotkan larutan keseluruh permukaan.
- Diamkan selama 2 minggu sambil diaduk tiap hari.

1 2 3

6
4 5

7 8 9

8
Tugas :
Pembuatan KOMPOS disesuaikan dengan bahan yang ada disekitar
lingkungan rumah yang ada
Amati :
a. Bandingkan antara perlakuan A dan Perlakuan B.
b. Aroma, warna, tektur bahan
c. Timbang bahan sebelum proses dan sesudah proses
d. Ayak bahan : pisah kan hasil ayakan halus dan kasar, timbang bahan tersebut.
e. Buat Dokumentasi: seluruh kegiatan sampai akhir kegiatan.

9
III. PEMBUATAN PUPUK CAIR
A. Pendahuluan
Kerusakan lahan menjadikan berbagai jenis pupuk padat yang diaplikasikan ke
dalam tanah lewat perakaran menjadi kurang efektif, sebagai akibat keberadaan aneka jenis
pupuk padat tersebut belum siap diserap oleh tanaman, kondisi dalam tanah menjadi kering
atau berlebihan residu unsur kimia. Kemampuan tanaman menyerap unsur hara dalam
bentuk padat masih sangat terbatas, sehingga pertumbuhan tanam menjadi tidak optimal.
Pupuk organik cair adalah sebuah teknologi untuk mengatasi berbagai kendala penyerapan
akar secara cepat oleh tanaman.
Pupuk cair organik yang berguna untuk menyuburkan tanaman. Pupuk cair organik
adalah yang dibuat dari kompos sampah taman kota, pasar, rumah tangga, kebun
emudian dimasukkan dalam kantung kain tipis bertali yang direndam dalam air selama 14
hari (Augustien, 2005). Selain menyuburkan, Pupuk cair organik dapat digunakan sebagai
pestisida organik karena populasi mikrobanya dapat berfungsi sebagai pemberantas hama.
Aplikasi Pupuk cair organik untuk semua jenis tanaman seperti: sayuran, buah, tanaman
obat, tanaman perkebunan dan tanaman pangan.
Tujuan : untuk mengetahui cara pembuatan pupuk organik cair yang berkualitas.
B. Bahan dan Alat
Bahan : Kompos, Aktivatorase, Air, Daun segar Lamtoro,
Alat : Bak plastik/Tong Plastik, timbangan, kantung kain tipis bertali, pH meter
sendok , pengaduk kayu panjang, ECmeter
C. Cara Kerja
1. Timbang kompos sebanyak 2 kg
2. Masukkan kompos ke dalam kantung kain bertali
3. Masukkan air sebanyak 8 liter ke dalam bak plastick/tong plastik
4. Tambahkan activator 2 sendok makan
5. Aduk sampai merata
6. Masukkan kantong kain berisi kompos ke dalam bak/tong plastik tsb.
7. Tutup bak/tong plastik. Diamkan selama 14 hari
8. Setiap hari kantung kompos dicelup-celupkan guna memberikan aerasi
9. Amati:
a. Aroma, warna
b. Nilai EC (tdk dapat dilakukan karna alat ada di lab) ,pH, suhu
10. Tugas : buat komposisi bahan pupuk cair organik berkualitas

10
Pemotongan bahan Bahan organik Aktivator
dimasukkan ke kantung

Pencampuran Em4 ke
larutan pupuk Pencampuran dedak ke Pengadukan larutan
larutan pupuk

Pupuk cair disimpan Pengadukan pupuk


cair
dalam tong plastik
Pencelupan kantung
bahan ke larutan pupuk

11
IV. APLIKASI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN SAYURAN DAUN

A. Pendahuluan
Sayuran merupakan tanaman yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari,
bukan sebagai makanan utama tetapi sebagai makanan pelengkap. Meskipun demikian
sayur tidak dapat diabaikan begitu saja karena berbagai kandungan vitamin, karbohidrat,
dan mineral pada sayur tidak dapat disubstitusi dengan makanan pokok.
Penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan menyebabkan pengerasan tanah.
Kerasnya tanah disebabkan oleh penumpukan sisa atau residu pupuk kimia, berakibat tanah
sulit terurai. Sifat bahan kimia adalah relatif lebih sulit terurai atau hancur dibandingkan
dengan bahan organik. Semakin kerasnya tanah dapat mengakibatkan :1.) Tanaman
semakin sulit menyerap unsur hara; 2.) Penggunaan konsentrasi pupuk lebih tinggi untuk
mendapat hasil sama dengan hasil panen sebelumnya; 3.) Proses penyebaran perakaran
dan aerasi (pernafasan) akar terganggu berakibat akar tidak dapat berfungsi optimal dan
pada gilirannya akan menurunkan kemampuan produksi tanaman tersebut (Notohadiprawiro
dkk., 2006).
Berdasarkan hal tersebut makin berkembang alasan untuk mengurangi penggunaan
pupuk kimia. Salah satu solusi dari pengurangan pupuk kimia adalah melakukan budidaya
tanaman dengan sistem pertanian organik.
Pupuk organik cair adalah jenis pupuk berbentuk cair, mudah larut pada tanah dan
membawa unsur-unsur penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik cair dapat
berasal dari pupuk kandang, jerami padi, azolla, daun lamtoro, sekam padi, belotong, limbah
agroindustri (seperti limbah pengolahan minyak sawit). Secara garis besar keuntungan
diperoleh dari pemanfaatan pupuk organik cair adalah perbaikan (a) sifat fisik tanah, (b)
sifat kimia tanah, (c) sifat biologi tanah, dan (d) kondisi sosial (Bunyamin, 2008). Pemberian
pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi dan frekuensi aplikasi terhadap
tanaman. Masing-masing jenis tanaman mempunyai konsentrasi dan frekuensi pemberian
pupuk berbeda untuk memperoleh hasil optimum. Pemilihan konsentrasi tepat perlu
diketahui dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di lapangan (Rizqiani dkk.,
2007).
Tujuan: untuk membandingkan penggunaan pupuk organik dan anorganik pada
tanaman sayuran daun sawi, kangkung dan bayam

12
B. Bahan dan Alat
Bahan
➢ Benih Bayam Cabut (Green 68), Benih Sawi dan Benih Kangkung (benih pilih salah
satu)
➢ Kompos (kurang lebih 3kg)
➢ AKTIVATOR (600ml)
➢ Pupuk cair organik (100ml/1000ml)
➢ Urea ± 50gram
Alat
➢ Cetok; Bak Plastik; Tempeh/Nampan; Timbangan ; Ayakan
➢ Penggaris

C. Cara Kerja :
1. Organik :
1) Siapkan kompos yang telah diberi MOL
2) Ayak kompos dan pisahkan yang halus dan yang kasar sebanyak 3kg
3) Siapkan Pasir sebanyak 3 bak dan isi pasir sampai penuh kedalam bak tersebut
4) Campurkan Pasir beserta kompos dengan perbandingan masing 3:1/bak (dengan 3x
ulangan)
5) Buat larikan atau gulutan pada tiap bak untuk menyemai benih bayam
6) Siram dengan air sampai kapasitas lapang sehari 1x
7) Beri pupuk cair organik (Teh Kompos) tiap 2x seminggu sebanyak 300 ml

An Organik
1) Siapkan kompos
2) Ayak kompos dan pisahkan yang halus dan yang kasar sebanyak 2kg.
3) Siapkan Pasir sebanyak 3 bak dan isi pasir samapai penuh kedalam bak tersebut.
4) Campurkan Pasir beserta kompos dengan perbandingan masing 3:1/bak.
5) Buat larikan atau gulutan pada tiap bak untuk mennyemai benih bayam.
6) Siram dengan air sampai kapasitas lapang 1x seminggu.
7) Larutkan urea 50gram/liter air.

Pemeliharaan : Lakukan penyiraman dan pemeliharaan setiap hari sampai panen.


Dianjurkan untuk penyiraman perlakuan organik dengan mencoba menyiram dengan

13
satu gelas aqua
7. Lakukan Pengamatan:
a. Vegetatif :Tinggi tanaman, jumlah daun,
b. Panen : panjang akar, berat basah.
c. Kekerasan batang, warna batang dan warna daun
d. Uji rasa.
e. Analisis data pengamatan

HASIL PENGAMATAN

D. Hasil dan Pembahasan

Tabel hasil dari aplikasi pupuk organik pada bayam adalah

Tanggal Pengamatan Perlakuan

Organik An Organik

I II III I II III

14
15

Anda mungkin juga menyukai