Anda di halaman 1dari 30

Pertanian Presisi

(PNE 1622)

Pertemuan 7
Site Specific Nutrient Management
Kemampuan Akhir yang Diharapkan (KAD) :

Mahasiswa memahami dengan sunggu–sungguh tentang


pengelolaan hara spesifik lokasi

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember


Site Specific Nutrient Management (SSNM) = dalam Bahasa Indonesia disebut
sebagai Pengelolaan Hara Specific Lokasi

SSNM terutama bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan


hara, sehingga dapat meningkatkan keuntungan bagi petani

SSNM juga bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan agar


produktivitas bisa terjada secara berkesinambungan

SSNM juga bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan dan


kualitas tanah : sifat fisik, kimia dan biologi tanah

Pada Pertemuan 7 ini Pengelolaan Hara secara Pertanian Presisi dianggap


sama dengan SSNM
 Siklus dalam Pertanian Presisi

 SSNM juga berpedoman pada siklus ini


KONSEP DASAR
SSNM
BEBERAPA DEFINISI SSNM

SSNM is an approach to feeding crops with nutrients as and when needed (Daasdan
Chudhary, 2014)

Site Specific Nutrient management (SSNM) is a plant-based approach that provides


principles that can be used everywhere (IRRI, 2007) dalam
http://www.knowledgebank.irri.org/ericeproduction/IV.4_SSNM.htm

Site-specific nutrient management (SSNM) is a plant-based approach, which enables


farmers to optimally supply their crop with essential nutrients (Jangilwad, et al, 2019)

SSNM as a dynamic, field-specific management of nutrients in a particular crop or


cropping system to optimize the supply and demand of nutrients according to their
differences in cycling through soil–plant systems. (Haputhantri dan Vitharana ,
2015)
Mengapa SSNM penting ?

Sumber : https://www.slideshare.net/tutan2009/precision-agriculture-in-
relation-to-nutrient-management-by-dr-tarik-mitran
Konsep 4R dalam Pertanian Presisi

a. Tepat Jenis (Right


Product
b. Tepat Waktu
(Right Tieme)
c. Tepat Tempat
(Right Place)
d. Tepat Jumah
(Right Rate )

Sumber :
https://www.slideshare.net/tutan2009/precision-agriculture-in-relation-to-n
utrient-management-by-dr-tarik-mitran
Perbedaan antara
manajemen hara
dengan
mengguanakan

“semua lahan (whole


field)

dengan

berbasis “Site Specific


management)
Jenis Jenis SSNM

a. SSNM sederhana
b.SSNM modern
a. SSNM Sederhana

SSNM ini sudah banyak diterapkan dalam mengelolan kebutuhan hara dalam
bidang pertanian

Contoh penggunaan SSNM dengan menggunakan Nutrient omision plot


techniques

Sumber :
http://www.knowledgebank.irri.org/eri
ceproduction/pop_up_nutrient_omissi
on_plot.htm
Prosedur yang digunakan dengan SSNM sederhana umumnya dalah
sebagai berikut :

Tahap 1. The first step is to establish an attainable yield target, which is location
and season-specific depending upon climate and crop management. This yield
target or goal reflects the total amount of nutrients that must be taken up by
the crop.

Tahap 2. The second step is to ensure effective use of existing indigenous


nutrients such as from soil, organic amendments, crop residue, manure, and
irrigation water.

Tahap 3. The third step is to apply fertilizer to dynamically fill the deficit
between crop needs and indigenous supply and to maintain soil fertility

Sumber : Jangilwad (2019 )dalam International Journal of Current Microbiology


and Applied Sciences ISSN: 2319-7706 Volume 8 Number 11 (2019)

Lihat dua gambar berikut


Sumber : https://slideplayer.com/slide/1443442/
https://www.slideshare.net/FAOoftheUN/the-value-of-global-soil-information-
to-the-international-plant-nutrition-institute-terry-roberts
Beberapa teknik lain yang dapat digunakan dalam SSNM adalah sebagai
berikut :

Carilah
berbagai
sumber untuk
memperoleh
kejelasan

Sumber : https://slideplayer.com/slide/16546614/
b. SSNM Modern

 SSNM modern sering disebut sebagai Pertanian Presisi yang menggunakan


teknologi modern sebagai cara untuk (a) menilai variabilitas ; (b) mengelola
variabilitas dan (c) mengevaluasi pertanian presisi pada aspek hara (nutrient)
tanaman

 Berbagai teknologi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya digunakan


dalam SSNM Modern ini : drones, sistem pendukung keputusan, Global Positioning
Systems , Sistem Informasi Geografis, dan Penginderaan Jauh, sensor,
PERMODELAN TANAMAN, big data analytics, sistem pendukung keputusan,
Variable Rate Technologies (VRT) dan teknologi teknologi terkait lainnya

 SSNM Modern ini berusaha untuk melakukan praktek pertanian dengan berbasis
pada pengelolaan yang sedetail mungkin dari sisi ruang (space) yang dikelola)
maupun dari waktu yang tepat untuk memberikan input

 Dalam konsep SSNM modern ini, kunci utama adalah pada integrasi teknologi dan
bukan pada satu (singe) teknologi
Contoh Pengelolaan Detil dari Nitrogen
Contoh Integrasi teknologies dalam SSNM modern
Sumber : Adamchuck, 2010
Contoh lain dari integrasi teknologi untuk rekomendasi SSNM
(Sumber : Diacono, et al. 2012)
STUDI KASUS SSNM
Kasus 1.
Judul jurnal : Geospatial approach to study the spatial distribution of major soil
nutrients in the Northern region of Ghana (Antwi et al., Cogent Geoscience (2016), 2:
1201906 http://dx.doi.org/10.1080/23312041.2016.1201906) atau
https://www.cogentoa.com/article/10.1080/23312041.2016.1201906.pdf

Tujuan : Mengaplikasikan teknik geospasial untuk memetakan 120 lahan pertanian


jagung di 16 kabupaten di ghana bagian Utara

Metode : (a) 120 samples diambil dan dianalisis di laboratorium untuk sifat tanah : N, P,
dan K ; (b) model geostatistik digunakan untuk anaisis 120 sample tersebut, teknik
yang digunakan adalah teknik geostatistik kriging

Hasil : (a) Persentasi luasan dengan kekuangan N sebesar 97%, persentasi kekurangan P
adalah 72% dan kekurangan K adalah 12%. Distribusi K pada lahan adalah
mengelompok (clustered) sedang distribusi P adalah random.

Kesimpulan : Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk meningkatkan pengeloaan hara
spesifik lokasi pada daerah tersebut
Gambar-gambar dari Kasus 1
Kasus 2.
Judul jurnal : Precision fertilizing using drones and scanners
https://knowledge4food.net/fifth-iys2015-article-in-a-series-precision-fertilizing-using-
drones-and-scanners/

Tujuan : Mengkombinasikan drones dan scanner tanah untuk rekomendasi


pemupukan

Metode : (a)citra diperoleh dari hasil survey dengan drones; (b) analisis laboratorium
sifat tanah dilakukan pada daerah yang dikaji

Hasil :

Warna hijau yang lebih muda


menunjukkan kebutuhan nitrogen
yang lebih sedikit dibandingkan
dengan yang lebih tua
Kasus 3.
Judul jurnal : Geospatial approach to study the spatial distribution of major soil nutrients
in the Northern region of Ghana (Antwi et al., Cogent Geoscience (2016), 2: 1201906
http://dx.doi.org/10.1080/23312041.2016.1201906) atau
https://www.cogentoa.com/article/10.1080/23312041.2016.1201906.pdf

Tujuan : Mengaplikasikan teknik geospasial untuk memetakan 120 lahan pertanian jagung
di 16 kabupaten di ghana bagian Utara

Metode : (a) 120 samples diambil dan dianalisis di laboratorium untuk sifat tanah : N, P,
dan K ; (b) model geostatistik digunakan untuk anaisis 120 sample tersebut, teknik yang
digunakan adalah teknik geostatistik kriging

Hasil : (a) Persentasi luasan dengan kekuangan N sebesar 97%, persentasi kekurangan P
adalah 72% dan kekurangan K adalah 12%. Distribusi K pada lahan adalah mengelompok
(clustered) sedang distribusi P adalah random.

Kesimpulan : Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk meningkatkan pengeloaan hara
spesifik lokasi pada daerah tersebut
Drones dapat digunakan juga dalam aplikasi-aplikasi berikut ini :

Sumber :
https://www.slideshare.net/RedmondRaminShamshir/choosing-the-best-uav-dron
es-for-precision-agriculture-and-smart-farming-agricultural-drone-buyers-guide-fo
r-farmers-and-agriculture-service-professionals
Kasus 4.
Judul jurnal : Multispectral remote sensing for site-specific nitrogen fertilizer
management (Bagheri, et.al, 2013)

Tujuan :efisiensi penggunaan pupuk N

Metode : (a) 53 pixels pada citra penginderaan jauh dipilih secara sistematik random
pada daerah seluas 23 Ha pada lahan tanaman jagung; (b) Index vegetasi digunakan
untuk prediksi klorophyl normalized difference vegetation index (NDVI), soil-adjusted
vegetation index (Savi), optimized soil-adjusted vegetation index (Osavi), modified
chlorophyll absorption ratio index 2 (MCARI2), and modified triangle vegetation index 2
(MTVI2). (c) Teknik klasifikasi terawasi spectral angle mapper classifier (SAM) untuk
menghasilkan peta rekomendasi N

Hasil : The MTVI2 menunjukkan korelasi tinggi (R2=0.87) and prediktor baik dalam
kandungan nitrogen pada kanopi pada V13 dan pada 60hari setelah penanaman.
Aster imagery can be used to predict nitrogen status in corn canopy. Tiga level nitrogen
diperlukan : rendah (0-2.5 kg), sedang (2.5-3 kg), and tinggi (3-3.3 kg).

Kesimpulan : Citra ASTER bisa digunakan untuk prediksi nitrogen canopy


Gambar-gambar studi kasus 4
Kesimpulan :

a. SSNM merupakan teknologi untuk memberikan masukan hara


(nutrients) yang sesuai dengan kebutuhan tanaman

b. Variabilitas kondisi tanah dan tanaman sangat menentukan jumlah hara


sebagai input yang diberikan

c. Tergantung pada keberadaan data, praktek SSNM dapat bervariasi dari


yang sederhana hingga modern

d. Teknologi –teknologi untuk SSNM digunakan sesuai dengan tujuan yang


ingin dicapat. Umumnya kombinasi teknologi digunakan dalam
memberikan rekomendasi SSNM

Anda mungkin juga menyukai