Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

BUDIDAYA DAN STRATEGI PEMASARAN


TANAMAN BAYAM JEPANG (Spinacia oleracea L.) ORGANIK
DI PUSAT PELATIHAN PERTANIAN DAN PEDESAAN SWADAYA
(P4S) TRANGGULASI SEMARANG, JAWA TENGAH

Oleh:
Sagesti Dwi Hutri
NIM A1017065

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

BUDIDAYA DAN STRATEGI PEMASARAN


TANAMAN BAYAM JEPANG (Spinacia oleracea L.) ORGANIK
DI PUSAT PELATIHAN PERTANIAN DAN PEDESAAN SWADAYA
(P4S) TRANGGULASI SEMARANG, JAWA TENGAH

Oleh:
Sagesti Dwi Hutri
NIM A1017065

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan


Praktik Kerja Lapangan pada Pendidikan Strata Satu
Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan laporan Praktik Kerja
Lapangan yang berjudul “Budidaya dan Strategi Pemasaran Tanaman Bayam
Jepang (Spinacia Oleracea L.) Organik di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan
Swadaya (P4S) Tranggulasi Semarang, Jawa Tengah”. Penulis menyadari begitu
banyak sumbangsih dari semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan
penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman yang telah
memberikan izin Praktik Kerja Lapangan.
2. Ibu Dindy Darmawati P., S.P., M.P. selaku Dosen Pembimbing Praktik Kerja
Lapangan yang telah memberikan arahan dan bimbingan.
3. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk
kelancaran kegiatan praktik kerja lapangan.
4. Pimpinan P4S Tranggulasi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
5. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan ini.
Penulis juga menyadari bahwa laporan Praktik Kerja Lapangan ini masih
kurang dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna memperbaiki laporan Praktik Kerja
Lapangan ini sehingga dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan. Penulis berharap usulan praktik kerja lapangan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.

Purwokerto, April 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
PRAKATA ........................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 3
C. Manfaat .................................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5


A. Budidaya Bayam Jepang ......................................................................... 5
B. Pertanian Organik .................................................................................... 7
C. Strategi Pemasaran .................................................................................. 9

III. METODOLOGI PRAKTIK KERJA LAPANGAN ..................................... 13


A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ...................... 13
B. Materi Praktik Kerja Lapangan ............................................................... 13
C. Metode Praktik Kerja Lapangan ............................................................. 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 15


A. Gambaran Umum P4S Tranggulasi ....................................................... 15
B. Budidaya Bayam Jepang ......................................................................... 21
C. Strategi Pemasaran Bayam Jepang ......................................................... 26
D. Analisis SWOT ....................................................................................... 32
E. Permasalahan yang Dihadapi dan Solusi ................................................ 36

V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 38


A. Kesimpulan ............................................................................................. 38
B. Saran ........................................................................................................ 39

v
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40

LAMPIRAN ......................................................................................................... 43

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Struktur organisasi P4S Tranggulasi .............................................................. 18
2. Bibit spinach siap tanam ................................................................................ 22
3. Pembuatan bedengan ...................................................................................... 23
4. Penanaman bibit spinach ................................................................................ 24
5. Lahan spinach yang ditutup dengan sungkup plastik .................................... 24
6. Kegiatan panen spinach ................................................................................. 25
7. Daun yang terdapat bercak putih .................................................................... 26
8. Spinach yang sudah dikemas ......................................................................... 26
9. Label produk spinach yang sudah tersertifikasi ............................................. 30

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Kandungan Gizi per 100gram Bayam Jepang ................................................ 5
2. Matriks SWOT ............................................................................................... 34

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Dokumentasi Praktik Kerja Lapangan ............................................................ 43
2. Laporan Kegiatan Harian Praktik Kerja Lapanga .......................................... 46
3. Sertifikat Praktik Kerja Lapangan di P4S Tranggulasi .................................. 49
4. Komponen Penilaian ...................................................................................... 50

ix
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masyarakat modern pola hidup sehat menjadi salah satu ukuran standar
kualitas. Pola hidup sehat bisa dimulai dengan mengkonsumsi sayuran organik.
Sayuran organik adalah sayuran yang dihasilkan dari bahan-bahan alami tanpa
menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Semakin jauh makanan itu dari
kandungan obat-obatan kimia atau pestisida, kemungkinan untuk meningkatkan
standar hidup sehat semakin terbuka lebar. Produk organik memiliki kelebihan
yaitu lebih sehat. Perlakuan tanpa pestisida dan bahan kimia sintetis dalam proses
budidaya jaminan bagi para konsumen akan sayuran sehat (Rahimah, 2018).
Revolusi hijau sejak 1970 ditinjau dari kesehatan lahan cukup
memprihatinkan, sehingga budidaya pertanian organik ini mendapat sambutan
dari pemerhati lingkungan dan juga stakeholder yang menyadari arti penting
kesehatan pangan. Belakangan muncullah suatu sistem pertanian yang lebih
ramah lingkungan tanpa menggunakan pupuk buatan dan pestisida, aman untuk
dikonsumsi, tetap mengandung nutrisi yang cukup serta masih dapat memenuhi
kebutuhan pangan yang kini dikenal dengan sistem pertanian organik. Tujuan
utama pertanian organik adalah menyediakan produkproduk pertanian, terutama
bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak
merusak lingkungan.
Menurut Ariyanti (2015) bahwa dalam bidang pertanian yang memiliki
peluang untuk dikembangkan dan memungkinkan bersaing untuk merebut
peluang pasar pada era perdgangan bebas adalah hortikultura. Salah satu tanaman
hortikultura yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan menguntukan bagi para
petani adalah horenso atau di Jawa biasa dikenal dengan sebutan bayam jepang
(Spinacia oleracea L.). Komoditas ini mempunyai prospek yang menjanjikan
karena: mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dengan harga di pasar sekitar
Rp10.000,00 – Rp15.000,00 budidaya yang mudah karena apabila dibudidayakan

1
dengan cara organik dapat menekan biaya produksi karena tidak menggunakan
pupuk dan pestisida kimia dan dapat dipanen pada usia 35-40 HST; serta
mempunyai peluang pasar yang relatif besar (Arianti, et al., 2015).
Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Tranggulasi, yang
merupakan lembaga pelatihan pertanian dan pedesaan yang didirikan, dimiliki,
dikelola oleh petani secara swadaya baik perorangan maupun berkelompok dan
diharapkan dapat secara langsung berperan aktif dalam pembangunan pertanian
melalui pengembangan sumber daya manusia. Kelompok tani Tranggulasi telah
merintis budidaya sayuran organik sejak tahun 1998. Hasil pertanian sayur
organik dari kelompok tani Tranggulasi ini telah menembus pasar lokal (Carrefour
dan SuperIndo) dan internasional (Malaysia dan Singapore). Hingga saat ini,
kelompok tani Tranggulasi masih tetap aktif dalam menjaga kualitas sayuran
organiknya.
Kelompok Tani Tranggulasi yang terletak di Dusun Selo Ngisor Desa Batur
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang mempunyai spesialisasi kegiatan
agribisnis komoditas sayuran organik. Usaha tersebut telah dilakukan kelompok
tani Tranggulasi sejak tahun 2000-an. Awalnya adalah karena keterbatasan
kemampuan para anggota untuk membeli saprodi berupa pupuk dan pestisida.
Tahun 2000 Masyarakat Dusun Selo Ngisor Desa Batur sepakat untuk membentuk
Kelompok tani dengan nama Tranggulasi yang beranggotakan 32 orang dengan
luas lahan 53 Ha, edangkan luas lahan sayur organik yang diusahakan seluas 16,5
Ha, adapun maksud dan tujuannnya adalah untuk memecahkan masalah petani
yang membudidayakan tanaman sayuran agar meningkat produksi dan
kesejahteraan petani. Tahun 2004 kelompok Tranggulasi mengenal kegiatan
IPPHTI (Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia) dalam rangka
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya dilakukan kerjasama
pembinaannya untuk kelompok.
Keberadaan Kelompok tani Tranggulasi juga sangat srategis dalam
agroklimat untuk mengembangkan sayuran selain itu juga menjadi wahana belajar
dan mengajar antar anggota kelompok untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani. Kelompok Tani Tranggulasi telah mendapatkan Program SL-

2
PHT Hortikultura, yang diikuti oleh petani sayur sejumlah 30 orang. Dengan
kegiatan SL-PHT tersebut maka petani dapat menularkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh kepada petani sekitar sehingga dapat mempengaruhi
perubahan pola pikir petani dalam budidaya sayuran sehingga dapat
meningkatkan mutu produksi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan petani. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin melaksanakan kegiatan
Praktik Kerja Lapangan di P4S Tranggulasi yang terletak di Selo Ngisor, Batur,
Kec. Getasan, Semarang, Jawa Tengah guna mengetahui budidaya serta strategi
pemasaran tanaman bayam jepang secara organik.

B. Tujuan

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan di P4S Tranggulasi
untuk:
a. Mengetahui kegiatan budidaya bayam jepang (horenso) organik di P4S
Tranggulasi.
b. Mengetahui strategi pemasaran bayam jepang (horenso) organik di P4S
Tranggulasi.
c. Mengetahui permasalahan dalam budidaya bayam jepang (horenso)
organik di P4S Tranggulasi.
d. Mengetahui permasalahan dalam penentuan strategi pemasaran bayam
jepang (horenso) organik di P4S Tranggulasi.
e. Mendapatkan pengalaman kerja dengan membandingkan teori yang
diperoleh dalam perkuliahan dan kenyataan yang ada di lapangan
khususnya pada kegiatan budidaya dan strategi pemasaran bayam jepang
(horenso) organik di P4S Tranggulasi.
2. Sasaran Praktik Kerja Lapangan
Sasaran dari praktik kerja lapangan yang dilakukan yaitu kegiatan
budidaya dan strategi pemasaran bayam jepang (horenso) organik di P4S
Tranggulasi.

3
C. Manfaat

Praktik kerja lapangan yang telah dilaksanakan diharapkan dapat


memberikan manfaat antara lain :
1. Memperoleh gambaran umum secara langsung mengenai kondisi, organisasi
dan kegiatan dalam perusahaan serta mempelajari kegiatan budidaya dan
strategi pemasaran bayam jepang (horenso) organik di P4S Tranggulasi.
2. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja di lapangan khususnya
pelaksanaan proses kegiatan budidaya dan strategi pemasaran bayam jepang
(horenso) organik di P4S Tranggulasi.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Budidaya Bayam Jepang

Bayam Jepang merupakan jenis sayuran dataran tinggi dengan umur panen
singkat, yaitu 35-50 hari setelah tanam. Bayam Jepang mempunyai manfaat yang
sangat baik bagi kesehatan karena mengandung zat gizi yang sangat tinggi yang
tidak kalah dengan bayam lokal. Kandungan gizi per 100 gram bayam Jepang
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Gizi per 100gram Bayam Jepang
Zat Gizi Satuan Jumlah Nutris per 100gram
Karbohidrat g 3,6
Lemak jenuh g 0,1
Lemak tak jenuh ganda g 0,2
Natrium mg 79,0
Kalium mg 558,0
Gula g 0,4
Serat pangan g 2,2
Protein g 2,9
Folat g 194,0
Kalsium mg 99,0
Vitamin A g 9377,0
Vitamin C g 28,1
Vitamin B6 mg 0,2
Zat Besi mg 2,7
Magnesium mg 79,0
Kalori kcal 23,0
Sumber: Fatimah (2009)
Horenso kaya akan kandungan zat gizi yaitu vitamin dan mineral. Vitamin
yang banyak terkandung dalam bayam Jepang adalah vitamin K, A, C, B1, B2,
B6, asam folat, dan vitamin E. Secangkir bayam rebus merupakan sumber
vegetable mangan, magnesium, besi, kalsium, kalium, tembaga, fosfor, dan seng.
Horenso merupakan sumber vitamin K yang baik, dimana vitamin ini sangat
berperan dalam pengaktifan berbagai jenis protein yang terlibat dalam proses
pembekuan darah. Beberapa riset menunjukkan vitamin K yang terkandung dalam

5
horenso berperan sebagai antipenuaan, mencegah penyakit jantung dan stroke, dan
bertindak sebagai racun dalam sel-sel kanker, tetapi tidak membahayakan sel-sel
yang sehat. Sayuran ini juga merupakan sumber vitamin A yang sangat baik yang
dapat bermanfaat untuk organ penglihatan, kekebalan tubuh, pembentukan serta
pemeliharaan sel-sel kulit, saluran pencernaan, dan selaput kulit. Selain itu
horenso merupakan sumber zat besi yang baik dan sangat berguna bagi penderita
anemia (Ekaningtias, 2011).
Teknik budidaya horenso cukup sederhana. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah menentukan lahan yang sesuai, yaitu lahan yang memiliki pH
tanah 5,5-6,5; suhu udara 20-30° C; kelembaban 60-90% dan bebas dari limbah
pencemaran. Kemudian lahan dibedeng dan diberi pupuk dasar berupa pupuk
kandang. Setelah dua minggu, bibit sudah dapat ditanam dengan cara ditebar.
Untuk penanaman pada musim hujan, lahan yang ditanami horenso perlu ditutup
dengan plastik atau mulsa untuk menghindari pembusukan pada tanaman.
Sedangkan penyiraman hanya dilakukan pada penanaman di musim kemarau.
Setelah itu dilakukan pemupukan, penyiangan dan pengendalian HPT secara
bekala hingga waktu panen. Waktu yang dibutuhkan untuk dapat memanen
horenso adalah sekitar 1,5-2 bulan. Hasil panen horenso dapat langsung dijual ke
pasar ataupun melalui kelompok tani (Ekaningtias, 2011).
Menurut Febrianty (2018) dalam penelitiannya bahwa dalam kegiatan
budidaya sayuran bayam Jepang (horenso) dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
1. Pra-tanam
Kegiatan pra-tanam diawali dengan sanitasi lahan sebelum dilakukan
penggemburan tanah dengan kultivator, kemudian pemberian pupuk kandang
(5 kg per meter), kapur (500 gram per meter), dan NPK phonska (1 kg per
meter). Setelah bahan bahan tersebut dicampurkan kegiatan selanjutnya
pembuatan bedengan dengan panjang 10,5 cm, lebar 110 cm, tinggi 15 cm,
serta jarak antar bedengan 35 cm, kemudian bedengan akan dipasangkan
mulsa lalu pembuatan lubang tanam denga jarak 22 cm x 22 cm.

6
2. Penanaman
Kegiatan penanaman diawali dengan pemeraman benih kedalam tanah
sedalam 20 cm selama 2 hari, kemudian setelah benih berkecambah lalu
disebar di meja semai. Setelah 7 hari benih akan transplanting ke media
berupa bekongan dari daun pisang selama 15 hari hingga bibit mulai tumbuh
akar cukup banyak sehingga bibit mulai siap tanam. Kriteria bibit siap tanam
adalah pada bibit sudah berumur kurang lebih 15 hari dan sudah memiliki 2-3
helai daun.
3. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan terdiri dari penyiraman, penyulaman,
penyiangan, pemupukan, dan pengendalian OPT. Kegiatan penyiraman
dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari, dan untuk minggu selanjutnya
di lakukan sehari sekali yaitu saat pagi hari. Kegiatan penyulaman dilakukan
pada umur 10 HST. Kegiatan penyiangan dilakukan minimal 1 kali selama
satu musim tanam. Kegiatan pemupukan dengan cara dikocor saat umur 7-12
HST dan 20 HST, menggunakan NPK Mutiara (16-16-16) dengan dosis 4 kg
per 200 liter dan pupuk NPK merah dengan dosis 1 kg per 200 liter,
sedangkan pupuk yang disemprot saat umur 15 HST, menggunakan pupuk
daun sinon dengan dosis 3 gr per liter. Kegiatan terakhir yaitu pengendalian
OPT dengan insektisida prevaton (3 ml per liter) dilakukan pada 10 HST dan
fungisida score (0,25 ml per liter) dilakukan pada 10 HST.
4. Panen
Panen bayam Jepang dilakukan ketika berumur 30–35 HST, Pemanenan
di lakukan dengan cara memotong bagian pangkal batang tanaman dengan
menggunakan pisau. Bobot bayam Jepang saat usia siap panen rata-rata adalah
5 –10 gr tergantung tingkat pertumbuhan tanaman.

B. Pertanian Organik

Pertanian organik merupakan pertanian yang berwawasan lingkungan


karena ikut melestarikan lingkungan dan memberikan keuntungan pada

7
pembangunan pertanian (Henny, 2012). Tujuan utama pertanian organik adalah
menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi
kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Menurut
Badan Standardisasi Nasional (2002), "Organik" adalah istilah pelabelan yang
menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai dengan standar produksi
organik dan disertifikasi oleh otoritas atau lembaga sertifikasi resmi.
Pertanian organik didasarkan pada penggunaan masukan eksternal yang
minimum, serta menghindari penggunaan pupuk dan pestisida sintetis. Praktek
pertanian organik tidak dapat menjamin bahwa produknya bebas sepenuhnya dari
residu karena adanya polusi lingkungan secara umum. Namun beberapa cara
digunakan untuk mengurangi polusi dari udara, tanah dan air. Pekerja, pengolah
dan pedagang pangan organik harus patuh pada standar untuk menjaga integritas
produk pertanian organik. Tujuan utama dari pertanian organik adalah untuk
mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas komunitas interdependen dari
kehidupan di tanah, tumbuhan, hewan dan manusia. Sejauh ini pertanian organik
disambut oleh banyak kalangan masyarakat, meskipun dengan pemahaman yang
berbeda (Henny, 2012).
Menurut IFOAM dalam Susilo (2005), tujuan yang hendak dicapai dengan
penggunaan sistem pertanian organik adalah sebagai berikut:
1. menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah
cukup,
2. melaksanakan interaksi efektif dengan sistem dan daur alamiah yang
mendukung semua kehidupan yang ada,
3. mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan
mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman, serta
hewan,
4. memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan,
5. menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbarui yang berasal dari
sistem usaha tani itu sendiri,
6. memanfaatkan bahanbahan yang mudah didaur ulang baik di dalam maupun di
luar usaha tani,

8
7. menciptakan keadaan yang memungkinkan ternak hidup sesuai dengan
perilakunya yang hakiki,
8. membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin
dihasilkan oleh kegiatan pertanian,
9. mempertahankan keanekaragaman hayati termasuk pelaksanaan habitat
tanaman dan hewan,
10. memberikan jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian
(terutama petani) dengan kehidupan yang lebih sesuai dengan hak asasi
manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan
kepuasan kerja, termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat.

C. Strategi Pemasaran

Menurut Rahardi et al. (2001) aspek pemasaran merupakan kegiatan untuk


mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen dengan harga yang layak.
Manajemen yang baik diperlukan untuk melakukan pemasaran agar pengusahaan
mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Tata niaga dapat dikatakan efisien
apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya
semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil
dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut
serta di dalam kegiatan produksi dan tata niaga.
Menurut Chandra (2002), strategi pemasaran merupakan rencana yang
menjabarkan ekspektasi perusahaan akan dampak dari berbagai aktivitas atau
program pemasaran terhadap permintaan produk atau lini produknya di pasar
sasaran tertentu. Program pemasaran meliputi tindakan-tindakan pemasaran yang
dapat mempengaruhi permintaan terhadap produk, diantaranya dalam hal
mengubah harga, memodifikasi kampanye iklan, merancang promosi khusus,
menentukan pilihan saluran distribusi, dan sebagainya. Strategi pemasaran
modern secara umum terdiri atas tiga tahap yaitu: segmentasi pasar (segmenting),
penentuan pasar sasaran (targeting), dan penentuan posisi pasar (positioning)
(Kotler, 2001).

9
1. Segmentasi Pasar (Segmenting)
Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar ke dalam kelompok
pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik, ataupun,
perilaku yang membutuhkan bauran produk dan bauran pemasaran tersendiri.
Atau dengan kata lain segmentasi pasar merupakan dasar untuk mengetahui
bahwa setiap pasar terdiri atas beberapa segmen yang berbeda-beda.
Segmentasi pasar adalah proses menempatkan konsumen dalam sub kelompok
di pasar produk, sehingga para pembeli memiliki tanggapan yang hampir sama
dengan strategi pemasaran dalam penentuan posisi perusahaan (Setiadi. 2003).
2. Penentuan Pasar Sasaran (Targeting)
Menurut Wibowo (2015) penentuan pasar sasaran sama halnya dengan
pemilihan besar atau luasnya segmen sesuai dengan kemampuan suatu
perusahaan untuk memasuki segmen tersebut. Target pasar adalah kelompok
konsumen yang mempunyai ciri-ciri atau sifat hampir sama (homogen) yang
dipilih perusahaan dan yang akan dicapai dengan strategi bauran pemasaran
(marketing mix). Ditetapkannya target pasar ini perusahaan dapat
mengembangkan posisi produknya dan strategi bauran pemasaran untuk setiap
target pasar tersebut. Target pasar perlu ditetapkan, karena bermanfaat dalam:
a. Mengembangkan posisi produk dan strategi bauran pemasaran
b. Memudahkan penyesuaian produk yang dipasarkan dan strategi bauran
pemasaran yang dijalankan (harga yang tepat, saluran distribusi yang
efektif, promosi yang tepat) dengan target pasar
c. Membidik peluang pasar lebih luas, hal ini penting saat memasarkan
produk baru
d. Memanfaatkan sumber daya perusahaan yang terbatas seefisien dan
seefektif mungkin
e. Mengantisipasi persaingan
f. Perusahaan akan berada pada posisi lebih baik dengan melayani konsumen
tertentu dari pasar tersebut.

10
3. Penentuan Posisi Pasar (Positioning)
Penentuan posisi pasar adalah strategi untuk merebut posisi dibenak
konsumen, sehingga strategi ini menyangkut bagaimana membangun
kepercayaan, keyakinan, dan kompetensi bagi pelanggan. Positioning di era
klasik diartikan sebagai strategi untuk memenangi dan menguasai benak
pelanggan melalui produk atau jasa yang ditawarkan. strategi positioning
merupakan faktor utama dalam meningkatkan kekuatan posisi pasar
perusahaan di suatu pasar tertentu dibanding pesaing-pesaingnya. Berdasarkan
definisi tersebut terkandung pengertian bahwa positioning berorientasi pada
pikiran atau persepsi konsumen. Jadi positioning adalah usaha untuk
menemukan suatu celah di benak konsumen agar konsumen mempunyai
image yang khusus terhadap produk atau merk produk atau bahkan terhadap
perusahaan (Susetyarsi, 2011).
Setelah mengetahui segmen pasar, target pasar, dan posisi pasar maka dapat
disusun strategi bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri atas strategi
produk, harga, penyaluran/ distribusi dan promosi. Manajemen pemasaran
dikelompokkan dalam empat aspek yang sering dikenal dengan marketing mix
atau bauran pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong (2004) bauran pemasaran
(marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan
perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar sasaran.
Bauran pemasaran terdiri dari empat kelompok yaitu (Wibowo dan Husain 2015):
1. Product/ Produk
Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada
pasar sasaran. Elemen-elemen yang termasuk dalam bauran produk antara lain
ragam produk, kualitas, design, fitur, nama merek, kemasan, serta layanan.
2. Price/ Harga
Harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk
memperoleh produk. Harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
menghasilkan pendapatan, sedangkan unsur-unsur lainnya menghasilkan
biaya. Harga adalah unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan

11
dan membutuhkan waktu yang relatif singkat, sedangkan ciri-ciri produk,
saluran distribusi, bahkan promosi membutuhkan lebih banyak waktu.
3. Place/ Tempat
Tempat atau saluran pemasaran meliputi kegiatan perusahaan yang membuat
produk tersedia bagi pelanggan sasaran. Saluran distribusi adalah rangkaian
organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk
menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.
Saluran distribusi dapat didefinisikan sebagai himpunan perusahaan dan
perorangan yang mengambil alih hak atau membantu dalam pengalihan hak
atas barang atau jasa tertentu selama barang atau jasa tersebut berpindah dari
produsen ke konsumen (Kotler, 2005).
4. Promotion/ Promosi
Promosi berarti aktivitas yang menyampaikan produk dan membujuk
pelanggan untuk membelinya. Definisi promosi menurut Kotler (2005) adalah
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk mengomunikasikan
manfaat dari produknya, membujuk, dan mengingatkan para konsumen
sasaran agar membeli produk tersebut.

12
III. METODOLOGI PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

1. Tempat Praktik Kerja Lapangan


Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Pusat Pelatihan Pertanian
dan Pedesaan Swadaya (P4S) Tranggulasi yang terletak di Selo Ngisor, Batur,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
2. Waktu Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan telah dilaksanakan selama 25 hari kerja, yaitu
dari tanggal 12 Januari 2020 sampai dengan 5 Februari 2020.

B. Materi Praktik Kerja Lapangan

Materi yang dikaji dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini adalah
kegiatan budidaya dan strategi pemasaran tanaman bayam jepang organik di P4S
Tranggulasi yang terletak di Selo Ngisor, Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah.

C. Metode Praktik Kerja Lapangan

1. Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapanga


Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah
metode observasi partisipatif, yaitu suatu metode palaksanaan Praktik Kerja
Lapangan dengan mengikuti atau melibatkan diri secara langsung pada
kegiatan budidaya dan strategi pemasaran tanaman bayam jepang organik di
P4S Tranggulasi.

13
2. Metode Pengambilan Data
Jenis data yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah :
a. Data primer yaitu data atau informasi yang diperoleh dengan cara
mengadakan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait seperti karyawan
atau administrasi dan pekerja lapangan, dapat juga melalui observasi
langsung di P4S Tranggulasi.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan
catatan maupun arsip-arsip perusahaan dan juga literaturliteratur yang
berkaitan dengan kegiatan budidaya dan strategi pemasaran tanaman
bayam jepang organik di P4S Tranggulasi.
Metode pengambilan data yang dilakukan dalam Praktik Kerja Lapangan ini
adalah :
a. Mengumpulkan data mengenai budidaya dan strategi pemasaran tanaman
bayam jepang organik di P4S Tranggulasi, baik dari pengamatan yang
dilakukan maupun dari data perusahaan.
b. Wawancara dengan staf dan pekerja di P4S Tranggulasi selama Praktik
Kerja Lapangan berlangsung.
c. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan budidaya dan strategi
pemasaran tanaman bayam jepang organik di P4S Tranggulasi.

14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum P4S Tranggulasi

1. Sejarah dan Perkembangan P4S Tranggulasi


Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Tranggulasi
merupakan salah satu pusat pelatihan pertanian yang ada di Jawa Tengah. P4S
Tranggulasi terletak di Dusun Selongisor Desa Batur Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang. Tahun 1998 terbentuklah sebuah kelompok tani Ngudi
Makmur. Kelompok tani ini dibentuk atas dasar gagasan dari petani yang
berharap dengan adanya suatu kelompok tani ini mereka akan mendapatkan
kemudahan dalam usaha taninya. Hingga pada tahun 2000 akhir masyarakat
berganti nama menjadi Tranggulasi. Nama Tranggulasi diambil berdasarkan
nama sebuah bukit yang berada di lereng Gunung Merbabu.
Keberadaan kelompok tani Tranggulasi juga sangat strategis karena
didukung oleh iklim sekitar yang cocok untuk mengembangkan sayuran,
selain itu juga dapat menjadi wahana belajar dan mengajar antar anggota
kelompok tani dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani.
Kelompok Tani Tranggulasi pada awalnya merupakan kegiatan pertanian pada
umumnya, namun karena berbagai permasalahan yang dihadapi para anggota,
terutama mahalnya saprodi dan muarahnya harga jual sayur, sehingga
beberapa petani berinisiatif memulai kegiatan bertani secara alami (organik)
yang dimulai sejak tahun 2004 sampai sekarang. Sejak tahun 2006 kelompok
ini mulai banyak kedatangan tamu yang sifatnya kunjungan, magang dan
sebagai tenpat praktek lapang. Sehingga banyak dikenal oleh kalangan petani
lain, pemerintah maupun para akademisi. Karena hal tersebut Dinas Pertanian
melalui Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, kelompok tani
ini dijadikan sebagai Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya
dengan nama P4S Tranggulasi.
Tahun 2006, Kelompok Tani Tranggulasi mendapatkan penghargaan
prestasi sebagai Juara I Sayur Organik Tingkat Nasional. Tahun 2007

15
menyusun SOP (Standar Operasi Prosedur) 18 item, tahun 2008 menjadi
tempat penyusunan SOP Tingkat Pusat. Selain itu pada tanggal 10 Mei 2006
Kelompok Tani Tranggulasi menganalisiskan kandungan produk sayuran
organiknya ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya dengan nomor
3/052/Tox/2006 dengan hasil sayuran terebut negatif dari residu pestisida
golongan Organophosphae, Karbonat, DDT, Thiodan, Dieldrin, Endrin dan
Lendan.
2. Visi dan Misi
a. Visi Kelompok Tani
Visi P4S Tranggulasi adalah : “Menjadikan desa Batur sebagai Agrowisata
Sayuran Organik Agribisnis”
b. Misi Kelompok Tani
Misi P4S Tranggulasi adalah :
1. Memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk
meningkatkan pendapatan petani.
2. Menjadikan pertanian berkelanjutan bagi petani yang ramah
lingkungan.
3. Membangun hubungan kerjasama kemitraan untuk pemasaran hasil
sayuran organik.
4. Menumbuhkembangkan sains petani.
3. Kondisi Wilayah
Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Kecamatan
Getasan adalah sebuah desa dilereng Gunung Merbabu dengan jumlah
penduduk sebanyak 7.008 jiwa, terdiri dari 3.473 laki-laki dan 3.535
perempuan. Batas wilayah Getasan adalah sebagai berikut :
Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten
Magelang
Sebelah timur : berbatasan dengan Kecamatan Tengaran dan Kabutapen
Boyolali, Kota Salatiga
Sebelah utara : berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan kecamatan
Banyubiru

16
Sebelah selatan : berbatasan dengan Kabupaten Boyolali
Desa batur terletak di lereng Gunung Merbabu dengan titik koordinat
berada pada garis lintang (latitude) : 7,3942, garis buju (longitude) : 110,442
dan dengan ketinggian (altitude) 1450 mdari permukaan laut (mdpl). Desa ini
berjarak sekitar 15 km dari kota salatiga, 30 km dari Kota Ungaran, 36 km
dari Kota Magelang. Curah hujan di daerah ini sebesar 2500 mm per tahun
dan suhu rata-rata 25-27ºC. Desa batur memilki kesuburan tanah yang baik
karena banyak menggandung bahan organic , sumber air langsung dari mata
air Umbul songo yang merupakan kawasan wisata alam dengan jarak satu
kilometer dari Taman Wisata Kopeng dan jalur pendakian Gunung Merbabu.
Dusun Selongisor adalah salah satu dusun yang ada di Desa Batur.
Dusun Selongisor terletak pada ketinggian  1400m dpl, dengan jumlah
penduduk 85 KK yang terdiri dari laki laki sebanyak 125 jiwa dan perempuan
sebanyak 159 jiwa. Batas wilayah Dusun Selongisor adalah Desa Sumogawe
disebelah utara, Desa Tajuk di sebelah timur, Desa Merbabu di sebelah
selatan, dan Desa Kopeng di sebelah barat.
3. Struktur Organisasi
Kelompok tani P4S Tranggulasi dipimpin oleh kepala kelompok yang
dibantu oleh beberapa staf tetap yaitu sekretaris, bendahara, seksi
pemberdayaan, seksi usaha, seksi peternakan, seksi humas dan seksi produksi.
Kelompok tani Trnggulasi dusun Selongisor desa Batur kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang, beranggotakan 32 orang KK dengan pengurus sebagai
berikut :
Pelindung : Kades Batur
Penasehat : Kadus Selongisor
Ketua 1 : Pitoyo Ngatimin
Ketua II : Slamet Harto
Sekretaris I : Abdul Wahab
Sekretaris II : Supar
Bendahara I : Jumari
Bendahara II : Saefrudin

17
Seksi saprodi : Supardi, Parman
Seksi usaha : Jumarno,Ngatemin
Seksi Humas : Rebo, Sumadi
Seksi Peternakan : Poyo, Mujar
Seksi pemberdayaan : Sri Jumiati, Siti Imronah
Struktur organisasi P4S Tranggulasi sebagai berikut :

Ketua I
Pitoyo Ngatimin

Ketua II
Harto Slamet

Sekretaris Bendahara
1. Abdul Wahab 1. Jumari
2. Suparyono 2. Saefrudin

Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi


Produksi Pemberdayaan Humas Peternakan Usaha
1. Supardi 1. Sri Jumiati 1. Wahyudi 1. Supoyo 1. Jumarno
2. Suparman 2. Siti Umronah 2. Rebo 2. Mujar 2. Ngatemin

Gambar 1. Struktur organisasi P4S Tranggulasi


Struktur organisasi Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S)
Tranggulasi memiliki sifat yang fleksibel. Terdapat 8 bidang yang terdapat
dalam organisasi. Delapan bidang tersebut antara lain : ketua; sekretaris;
bendahara; seksi produksi; seksi pemberdayaan; seksi humas; seksi
peternakan; dan seksi usaha.
Berdasarkan gambar struktur organisasi P4S Tranggulasi, tugas pokok
dari masing masing bagian tersebut antara lain :
1. Ketua I
Ketua I memiliki tugas pokok mengawasi kinerja para anggotanya
memberikan motivasi kepada anggotanya, mengambil keputusan atau
kebijakan kelompok tani dan memimpin rapat kelompok tani.

18
2. Ketua II
Ketua II memilki tugas pokok membantu tugas-tugas ketua I dan memilki
wewenang untuk mengambil keputusan sewaktu ketua I tidak hadir.
3. Sekretaris
Sekretaris memiliki tugas pokok mencatat agenda kegiatan kelompok,
membuat administrasi pembukuan P4S Tranggulasi, mencatat hasil-hasil
rapat, dan menyiapkan segala sesuatu yang diminta ketua yang
berhubungan dengan kegiatan kelompok.
4. Bendahara
Bendahara memiliki tugas pokok mengumpulkan dan menyiapkan dana
untuk segala kegiatan kelompok, mengelola keuangan kelompok tani, dan
membuat laporan keuangan kelompok tani.
5. Seksi Produksi
Seksi produksi memiliki tugas pokok bertanggung jawab terhadap
pengadaan dan penyiapan saprodi serta penataan usaha tani
6. Seksi pemberdayaan
Seksi pemberdayaan memiliki tugas pokok menyediakan dan
menyebarkan informasi teknologi dengan metode yang sesuai dengan
kebutuhan dan kesesuaian lingkungan, melaksanakan proses pembelajaran
melalui percontohan dan pengembangan model usaha tani bagi anggota
kelompok tani, melaksanakan pengembangan kerjasama, kemitraan dan
pengelolaan kelembagaan kelompok tani, meningkatkan kemampuan dan
professional anggota melalui proses pembelajaran dan kemampuan
anggota, melaksanakan surpervise, monitoring, evaluasi, dan menyusun
laporan, serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh ketia
kelompok.
7. Seksi Humas
Seksi humas memiliki tugas pokok menyampaikan informasi kegiatan
kelompok tani kepada anggota, melayani kepentingan anggota dalam
kegiatan penyampaian surat-surat, dan melaksanakan tugas lain yang
diberikan.

19
8. Seksi Peternakan
Seksi peternakan memiliki tugas pokok menyediakan bahan untuk
membuat pupuk organic cair menggunakan kotoran dari hewan ternak
yang dipelihara.
9. Seksi Usaha
Seksi Usaha memiliki tugas pokok mempersiapkan tempat untuk rapat
atau kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan kelompok,
mempublikasikan undangan untuk rapat, mempersiapkan saprodi dalam
proses budidaya tanaman, dan mengatur pola tanam dan mengkoordinir
mutu barang yang akan dipasarkan dan memasarkan serta menjalin
kemitraan dengan pembeli.
Struktur organisasi dan ketenagakerjaan Pusat Pelatihan Pertanian
Perdesaan Swadaya (P4S) Tranggulasi menggunakan bentuk organisasi lini,
dimana pucuk pimpinan melimpahkan wewenang kepada satu-satuan
dibawahnya dalam semua bidang kegiatan, dan bawahan
mempertanggungjawabkan tugasnya kepada atasannya. Suryani, et al. (2019)
berpendat bahwa bentuk organisasi lini ini berupa garis wewenang, kekuasaan
yang menghubungkan langsung vertikal dari atasan ke bawahan serta memiliki
ciri-ciri : organisasi kecil dan sederhana, hubungan atasan dengan bawahan
bersifat langsung melalui garis wewenang terpendek, jumlah karyawan sedikit
dan saling mengenal, tingkat spesialisasinya belum tinggi, masing masing
kepala unit mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh atas segala
bidang pekerjaan yang ada didalam unitnya. Hal ini sesuai dengan bentuk
struktur organisasi yang dimiliki kelompok tani P4S Tranggulasi, dimana
seluruh pengurus dan anggota kelompok merupakan masyarakat yang
berdomisili di Dusun Selo Ngisor.
Adapun keunggulan dan kelemahan dari struktur organisasi lini menurut
Nurlia (2019) yaitu sebagai berikut :
Keunggulan :
a) Kesatuan pimpinan dan azas kesatuan komando tetap dipertahankan
sepenuhnya.

20
b) Garis komando dan pengendalian tugas, tidak mungkin terjadi kesimpang
siuran karena pimpinan langsung berhubungan dengan karyawan.
c) Proses pengambilan keputusan, kebijaksanaan, dan instruksiinstruksi
berjalan cepat.
d) Pengawasan melekat (waskat) secara ketat terhadap kegiatan-kegiatan
karyawan dapat dilaksanakan.
e) Kedisiplinan dan semangat kerja karyawan umumnya baik.
f) Koordinasi relatif mudah dilaksanakan.
g) Rasa solidaritas dan esprit de crop para karyawan pada umumnya tinggi,
karena masih saling mengenal.
Kelemahan :
a) Tujuan pribadi pucuk pimpinan dan tujuan organisasi seringkali tidak
dapat dibedakan.
b) Adanya kecenderungan pucuk pimpinan bertindak secara otoriter/ diktator.
c) Maju mundurnya organisasi bergantung kepada kecakapan pucuk
pimpinan saja, karena wewenang menetapkan keputusan, kebijaksanaan,
dan pengendalian dipegang sendiri.
d) Organisasi secara keseluruhan terlalu bergantung pada satu orang.
e) Kaderisasi dan pengembangan bawahan kurang mendapatkan perhatian,
karena mereka tidak diikutsertakan dalam perencanaan, pengambilan
keputusan, dan pengendalian.
f) Rencana, keputusan, kebijaksanaan dan pengendalian relatif kurang baik,
karena adanya keterbatasan (limits factor) manusia.

B. Budidaya Bayam Jepang

Bayam jepang atau masyarakat Dusun Selo Ngisor sering menyebutnya


sebagai spinach, merupakan salah satu komoditas unggulan yang sering
dibudidayakan oleh kelompok tani P4S Tranggulasi. Berikut ini merupakan
tahapan dalam budidaya spinach yang dilakukan oleh P4S Tranggulasi diproduksi
dengan tahapan sebagai berikut :

21
1. Pembibitan
Proses pembibitan spinach adalah sebagai berikut : benih di rendam
dengan air hangat yang dicampur power selama 15-30 menit lalu ditiriskan.
Tujuannya untuk memilah antara benih yang baik dengan benih yang tidak
dan untuk menghilangkan zat zat kimia yang ada pada benih. Benih yang baik
adalah benih yang saat direndam akan mengendap di dasar. Kemudian benih
diperam menggunakan koran basah atau kain basah, selama 4-5 hari hingga
berkecambah. Bibit yang telah berkecambah ditanam di kebun semai dalam
polibag selama kurang lebih satu bulan atau hingga bibit sudah terdapat empat
helai daun. Setelah itu bibit dapat ditanam di lahan pertanian yang telah diolah
sebelumnya. Teknik pembibitan ini disebut sebagi pembibitan dengan
pemeraman. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyono (2003) dimana
pemeraman benih dilkukan sebelum benih di semai, bertujuan untuk
mengecambahkan benih.

Gambar 2. Bibit spinach siap tanam.


Namun tidak semua petani di P4S Tranggulasi melakukan pembibitan
sendiri. Hal ini dikarenakan proses pembibitan dengan pemeraman
memerlukan waktu dan usaha yang lebih besar. Mereka biasanya membeli
bibit yang sudah siap tanam di Toko Sidomukti Kopeng yang merupakan toko
yang menjual macam-macam bibit sayuran, baik yang sudah disemai maupun
yang masih dalam bentuk biji. Harga bibit siap tanam spinach yang dijual di
Toko Sidomukti Kopeng yaitu sekitar Rp 150,- per satuan bibit spinach.

22
2. Persiapan Lahan
Hal pertama yang dilakukan dalam pengolahan lahan adalah melakukan
sanitasi pada lahan (mencabut gulma dan sisa-sisa tanaman sebelumnya).
Kemudian tanah dihaluskan yang masih berupa bongkahan dilanjutkan
dengan membuat bedengan dengan lebar ± 80 cm. Tanah yang telah dibentuk
bedengan kemudian dicampur dengan pupuk kandang dan diratakan. Pupuk
kandang yang sudah diratakan disemprot dengan mol, kemudian ditutup
dengan tanah.

Gambar 3. Pembuatan bedengan.


Pengolahan lahan dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan
keadaan tanah yang subur dan memiliki struktur yang mendukung tumbuhnya
tanaman khususnya tanaman spinach. Selain itu berfungsi dalam
menstabilkan kondisi tanah, memperbaiki sifat fisik tanah serta memperbaiki
pengairan sehingga diharapkan hasil yang diperoleh maksimal. Sesuai dengan
pendapat Purwanti, et al. (2015) pengolahan lahan merupakan tindakan
mekanik terhadap tanah untuk menyiapkan tempat persemaian, memberantas
gulma, menghilangkan sisa-sisa tanaman, pengendalian hama, pengendalian
erosi dan memperbaiki kondisi tanah untuk penetrasi akar.
3. Penanaman
Bibit spinach yang sudah siap tanam akan langsung ditanam di lahan
yang sudah diolah. Penanaman dilakukan dengan cara memindah bibit pada
bedengan yang sudah ditutup dengan mulsa yang sudah dilubangi dengan
jarak tanam 30 x 30 cm. Waktu penanaman yang baik dilakukan pada pagi
hari atau sore hari. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari radiasi

23
sinar matahari dan untuk mengurangi proses penguapan oleh tanaman. Saat
bibit di tanam pada bedengan, daun tidak boleh bersentuhan dengan mulsa
karena dapat menyebabkan daun rusak sehingga tanaman mudah mati.
Bedengan yang sudah di tanami bibit spinach diberi sungkup plastik yang
berguna untuk menjaga tanaman spinach dari tetesan air hujan. Tetesan air
hujan yang besar dapat menyebabkan daun spinach rusak. Sesuai dengan
pendapat Arfan, et al (2018) bahwa sungkup adalah pelindung yang dapat
menghindari tanaman dari air hujan. Selain itu perlakuan pemberian sungkup
juga mampu menurunkan intensitas cahaya matahari hingga 7,94%
dibandingkan tanpa sungkup pada pagi hari, sedangkan pada sore hari
pemberian sungkup plastik mampu menurunkan intensitas cahaya matahari
hingga 22,37% dibandingkan tanpa sungkup (Sulistyaningsih, et al, 2005).

Gambar 4. Penanaman bibit spinach.

Gambar 5. Lahan spinach yang ditutup dengan sungkup plastik.

24
4. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang biasa dilakukan oleh para petani di P4S
Tranggulasi adalah penyulaman, penyiangan dan pengendalian OPT.
Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati. Penyiangan dilakukan
dengan membuang atau mencabut tanaman pengganggu yang berada di
sekitar bedeng ataupun sayuran yang pertumbuhannya terganggu, tujuan agar
tidak mengganggu pertumbuhan spinach, membuang tanaman yang dapat
menyaingi penyerapan unsur hara, menghindari serangan hama dan penyakit,
dan menggemburkan tanah disekitar tanaman spinach. Pengendalian OPT
biasanya dilakukan menggunakan pestisida/ insektisida nabati yang terbuat
dari bahan-bahan alami.
5. Panen
Pemanenan spinach dapat dilakukan setelah usia tanaman 30 hari
setelah tanam. Panen dilakukan secara manual yaitu dengan cara memotong
pangkal akar secara hati hati dengan bantuan pisau. Panen dapat dilakukan di
pagi atau sore hari, disesuaikan dengan permintaan pasar. Apabila akan dijual
ke pasar tradisional panen dilakukan di pagi hari. Sedangkan tanaman yang
dijual ke supermarket biasanya dilakukan di sore hari. Tujuannya yaitu agar
tanaman masih segar saat dipasarkan.

Gambar 6. Kegiatan panen spinach.


6. Pasca Panen
Penanganan pasca panen dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang
daya simpan dan meminimalkan kerusakan sayuran. Spinach yang dijual di

25
pasar tradisional biasanya hanya dilakukan sortasi tanaman. Sortasi dilakukan
dengan cara memilih dan memisahkan spinach yang memiliki kualitas baik
dengan yang kurang baik atau cacat. Hal ini dilakukan bertujuan untuk
menjaga kualitas dan kepercayaan konsumen kepada petani spinach. Spinach
yang memiliki kualitas baik dapat dilihat dari daunnya, yaitu daun tidak
terdapat bercak berwarna putih. Kemudian spinach yang akan dijual ke
supermarket akan di kemas menggunakan plastik yang sudah dilubangi dan di
rekatkan menggunakan alat hand sealer serta diberi label.

Gambar 7. Daun yang terdapat Gambar 8. Spinach yang


bercak putih. sudah dikemas.

C. Strategi Pemasaran Bayam Jepang

Strategi pemasaran modern secara umum terdiri atas tiga tahap yaitu:
segmentasi pasar (segmenting), penentuan pasar sasaran (targeting), dan
penentuan posisi pasar (positioning).
1. Segmentasi Pasar (Segmenting)
Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar ke dalam kelompok
pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik, ataupun,
perilaku yang membutuhkan bauran produk dan bauran pemasaran tersendiri
(Setiadi. 2003). Melakukan segmentasi pasar, pemasaran akan lebih terarah
dan efektif sehingga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

26
Segmentasi pasar yang diterapkan oleh P4S Tranggulasi adalah berdasarkan
segmentasi geografi dan demografi.
a) Segmentasi Geografi.
Segmentasi ini membagi pasar menjadi unit-unit geografi yang berbeda,
seperti negara, propinsi, kabupaten, kota, wilayah, daerah atau kawasan.
Secara geografis petani di P4S Tranggulasi dalam memasarkan produknya
di bagi ke beberapa daerah seperti : beberapa supermarket yang ada di
Solo (Asalam, Transmart, Solo Baru dan Paragon), RSUP Dr. Kariadi
Semarang, Super Indo, pasar tradisional di Jogja dan pasar tradisional yang
ada di sekitar Kopeng.
b) Segmentasi Demografi.
Segmentasi ini memberikan gambaran bagi pemasar kepada siapa produk
ini harus ditawarkan. Jawaban atas pertanyaan kepada siapa dapat
berkonotasi pada umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, siklus
kehidupan keluarga seperti anak-anak, remaja, dewasa, kawin/ belum
kawin, keluarga muda dengan satu anak, keluarga dengan dua anak,
keluarga yang anak-anaknya sudah bekerja dan seterusnya. Dapat pula
berkonotasi pada tingkat penghasilan, pendidikan, jenis pekerjaan,
pengalaman, agama dan keturunan (Lestari dan Saino, 2010). Secara
demografis P4S Tranggulasi membaginya menjadi kelompok pelajar dan
non pelajar atau umum. Pembagian ini didasarkan untuk kegiatan magang
maupun kunjungan. Kegiatan magang dilakukan selama 2 sampai 6 bulan
untuk pelajar SMK dan mahasiswa selama 1 sampai 2 bulan. Berdasarkan
kelompok umum, masyarakat dapat melakukan pelatihan pertanian,
kunjungan maupun studi banding.
2. Penentuan Pasar Sasaran (Targeting)
Segmentasi yang sudah terbagi selanjutnya akan dikerucutkan untuk
menentukan target pasar mana yang menjadi sasaran utama dari P4S
Tranggulasi. Targeting dimaksudkan agar perusahaan fokus terhadap pasar
yang akan dilayani terkait dengan daya tarik pasar yang telah dianalisis dari
segmentasi tersebut. Target utama P4S Tranggulasi adalah “mengorganikan

27
petani”, artinya P4S Tranggulasi berusaha supaya petani Indonesia
mengalihkan kegiatan pertaniannya ke pertanian yang lebih ramah lingkungan
(organik). Targeting ini perusahaan tidak melakukan pemasaran secara utuh
sehingga lebih banyak konsumen yang langsung datang membeli sayuran di
P4S Tranggulasi maupun hanya sekedar melakukan kunjungan. Petani yang
berkunjung biasanya berasal dari petani yang tergabung dalam Gapoktan, baik
dari Gapoktan yang dikelola sendiri dalam suatu daerah maupun petani yang
dinaungi oleh dinas pertanian.
Petani yang menjadi target pasar pada dasarnya mereka yang sudah
memiliki kemampuan dalam dunia pertanian. Mereka datang berkunjung ke
P4S Tranggulasi atas dasar kemauan diri sendiri untuk membeli, menambah
ilmu, pengalaman dan untuk mengamati secara langsung tentang budidaya
sayuran yang telah berhasil dibudidayakan oleh perusahaan. Dari sinilah
petani tersebut akan semakin tertari untuk mengembangkan kegiatan usaha, di
pertanian organik khususnya produk spinach. Hal ini menjadikan perusahaan
dapat menciptakan petani yang handal, profesional, kreatif dan mau
melakukan inovasi inovasi di bidang pertanian yang nantinya diterapkan di
daerahnya berdaarkan ilmu yang didapatkan, sehingga hasil dari targeting ini
mampu menciptakan petani organik yang potensial.
Target pasar produk spinach yang kedua adalah orang yang memiliki
kesadaran akan pentingnya kesehatan. P4S Tranggulasi membidik konsumen
yang sadar akan kesehatan, karena saat ini banyak penyakit yang ditimbulkan
karena pola makan konsumen yang kurang baik. Seperti sayur dan buah-
buahan yang mengandung bahan-bahan kimia yang tidak baik untuk tubuh
apabila dikonsumsi dalam waktu jangka panjang. Sehingga dengan adanya
sayuran organik ini diharapkan konsumen akan menerapkan pola hidup
sehatnya dengan mengkonsumsi sayur-sayur organik yang sudah terjamin
kualitas organiknya. Biasanya para konsumen akan datang langsung
mengunjungi P4S Tranggulasi untuk membeli produk spinach atau dengan
membeli di swalayan yang menyediakan produk organik milik P4S
Tranggulasi.

28
3. Penentuan Posisi Pasar (Positioning)
Positioning adalah strategi untuk merebut posisi dibenak konsumen,
sehingga strategi ini menyangkut bagaimana membangun kepercayaan,
keyakinan, dan kompetensi bagi pelanggan. Positioning merupakan strategi
komunikasi yang berhubungan dengan usaha untuk mempengaruhi pikiran
konsumen terhadap produk yang ditawarkan sehingga akan membentuk
persepsi yang dapat membangun dan membentuk citra positif kepada produk
maupun perusahaannya dengan melakukan komunikasi-komunikasi tertentu.
P4S Tranggulasi berusaha menciptakan citra yang baik melalui produk yang
dijualnya. Salah satunya adalah spinach. Spinach di P4S Tranggulasi
mempunyai produk yang berkualitas tinggi dan unggul karena teknik budidaya
secara organik dilakukan sesuai dengan SOP sehingga dapat dikatakan bahwa
teknik budidaya spinach sesuai dengan standar yang berlaku.
Setelah mengetahui segmen pasar, target pasar, dan posisi pasar maka
strategi selanjutnya yaitu strategi bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri
atas strategi produk, harga, penyaluran/ distribusi dan promosi. Berikut ini
merupakan strategi bauran pemasaran yang ada dalam P4S Tranggulasi.
1. Product/ Produk
Strategi produk menetapkan cara dan penyediaan produk yang tepat bagi
pasar yang dituju, sehingga dapat memuaskan konsumen dan meningkatkan
keuntungan perusahaan dalam jangka panjang. Elemen-elemen yang termasuk
dalam bauran produk antara lain ragam produk, kualitas, design, fitur, nama
merek, kemasan, serta layanan. Produk sayuran yang dihasilkan oleh P4S
Tranggulasi beraneka ragam dan keseluruhan produknya dibudidayakan secra
organik. P4S Tranggulasi selalu memperhatikan kualitas produknya yang akan
dipasarkan. Menjaga kualitas produk inilah yang nantinya akan memberikan
citra baik terhadap perodusen dan akan meningkatkan kepercayaan konsumen
terhadap produk-produk yang dihasilkan.
Semua produk sayuran di P4S Tranggulasi mempunyai kualitas yang
sama, tidak ada tingkatan kualitas yang di produksi. Salah satunya adalah
spinach yang sudah terjamin kualitas serta sudah tersertifikasi kualitas

29
organiknya. Suatu produk dapat dikatakan organik apabila terdapat logo
ORGANIK INDONESIA yang dicantumkan pada kemasan produk organik
yang telah disertifikasi (Wibowo, 2015). Sertifikat tersebut bertujuan sebagai
tanda bahwa sayuran spinach layak untuk di pasarkan sesuai standar yang ada.
Selain itu adanya logo tersebut dapat menjadikan produk yang memiliki daya
saing, bermutu, aman dikonsumsi, serta dapat dipertanggungjawabkan
keorganikannya.

Gambar 9. Label produk spinach yang sudah tersertifikasi.


2. Price/ Harga
Harga merupakan faktor utama penentuan posisi dan harus sesuai
dengan pasar sasaran. Penetapan harga sayur di P4S Tranggulasi ditentukan
bersama oleh anggota dan disesuaikan dengan harga pasaran. Harga spinach
yang ditawarkan oleh P4S Tranggulasi berbeda-beda disesuaikan dengan
sasaran kosumennya. Seperti harga untuk konsumen di pasar tradisional harga
mulai dari Rp18.000,-/kg. Sedangkan harga untuk kemitraan, penentuan harga
berdasarkan kesepakatan antara pihak P4S Tranggulasi dengan pihak
kemitraan. Harga yang dipatok oleh pihak P4S Tranggulasi untuk mitranya
yaitu Rp20.000,-/kg. Harga tersebut merupakan harga curah dan harga
ditempat. Harga dapat berubah apabila pihak mitra menginginkan perlakuan
khusus, seperti produk harus dikemas dalam plastik sesuai dengan bobot yang
di inginkan pihak mitra. Sehingga ada tambahan biaya untuk pengemasan dan
biaya tenaga kerja untuk pengemasan, serta biaya pengantaran apabila produk
harus diantarkan ke tempat pihak mitra.

30
3. Place/ Tempat
Tempat berkaitan dengan saluran pemasaran meliputi kegiatan
perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. Saluran
distribusi adalah rangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat
dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan
atau dikonsumsi. Saluran distribusi dibedakan menjadi dua yaitu saluran
distribusi langsung dan saluran distribusi tidak langsung. Saluran distribusi
langsung adalah penjualan yang dilakukan dari produsen langsung ke
konsumen akhir. Saluran distribusi tidak langsung adalah penjualan yang
dilakukan melalui perantara sebelum ke konsumen akhir.
Distribusi secara langsung di P4S Tranggulasi biasanya konsumen akan
datang langsung ke tempat untuk membeli. Kebanyakan konsumen ini adalah
masyarakat sekitar atau orang yang sedang datang untuk melakukan
kunjungan dan tertarik untuk membeli. Saluran pemasaran yang kedua adalah
secara tidak langsung, artinya produk akan sampai pada konsumen melalui
perantara seperti supermarket. Contohnya seperti saluran distribusi yang akan
masuk ke supermarket di Solo (Asalam, Transmart, Solo Baru dan Paragon),
sistemnya dipacking terlebih dahulu dan diberi label, kemudian pagi harinya
akan diambil oleh Suplier menggunakan mobil. Dari pihak pemesan
sebelumnya melakukan pre order terkait dengan jumlah spinach yang dipesan
sehingga P4S akan memanen spinach sesuai dengan permintaan saja.
Distribusi ke supermarket di Solo dilakukan satu kali dalam satu minggu.
4. Promotion/ Promosi
Promosi berarti aktivitas yang menyampaikan produk dan membujuk
pelanggan untuk membelinya. Promosi penjualan yang dilakukan P4S
Tranggulasi ada dua cara yaitu dari mulut ke mulut dan melalui pelatihan yang
diberikan oleh P4S Tranggulasi. Selain itu P4S Tranggulasi juga mengikuti
kegiatan pameran dan kompetisi. Prestasi yang pernah diraih oleh P4S
Tranggulasi yaitu pada tahun 2006 mendapatkan penghargaan ketahanan
pangan dan tahun 2011 sebagai Adikarya Pangan Nasional. Promosi tersebut
dilakukan dengan tujuan agar konsumen dapat lebih mengenal akan

31
keunggulan spinach dan tertarik untuk membeli baik untuk dikonsumsi
mauapun untuk dibudidayakan.

D. Analisis SWOT

Analisis SWOT menbandingkan antara faktor internal dan eksternal dengan


asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan
peluang serta meminmalkan kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT
dipengaruhi oleh lingkungan yang bersifat strategis yakni kondisi wilayah, situasi,
keadaan dan pengaruh-pengaruh yang mengelilingi dan mempengaruhi
perkembangan usaha dari waktu ke waktu. Secara struktur lingkungan strategis
yaitu faktor kekuatan (strengths)dan kelemahan (weakneses) dan lingkungan
eksternal terdiri atas dua faktor yaitu peluang (opportunities)dan ancaman
(threats) (Zainab, et al., 2018).
Identifikasi faktor internal dan eksternal spinach didapat berdasarkan
observasi langsung di lapangan selama kegitan magang dapat di rumuskan
sebagai berikut:
Kekuatan (Strenght) terdiri dari :
S.1 Kegiatan budidaya organik sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP)
S.2 Spinach mudah dibudidayakan
S.3 Petani spinach sudah mempunyai sertifikat sayuran organik
S.4 Memiliki pasar tetap (bermitra)
Kelemahan (Weaknesses) terdiri dari :
W.1 Belum mampu mengolah kelebihan produksi
W.2 Kuantitas produksi spinach masih fluktuatif
W.3 Promosi produk masih lemah
W.4 Terkadang kualitas spinach turun ketika dipasarkan
Peluang (Opportunities) terdiri dari :
O.1 Harga spinach tinggi
O.2 Respon masyarakat Desa Batur mendukung perkembangan spinach
O.3 Tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan makanan
organik semakin meningkat

32
O.4 Menjadi Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S)
O.5 Adanya peluang pasar sayur organik yang luas
Ancaman (Threats) terdiri dari :
T.1 Persaingan pemasaran spinach semakin ketat
T.2 Tingginya serangan hama
T.3 Permintaan Bayam Jepang masih terbatas pada konsumen menengah ke atas
Perumusan alternatif strategi dapat dilakukan dengan cara mencocokkan
faktor internal dan eksternal untuk mendapatkan alternatif strategi yang terbagi
menjadi empat sel, yaitu :
a. Strategi SO yang dapat diterapkan adalah mengoptimalkan kegiatan budidaya
spinach sesuai SOP dilahan yang sudah tersertifikasi organik untuk memenuhi
permintaan pasar dan jalin kerjasama dalam penyediaan produk sayur organik
serta meningkatkan dan menjaga kepercayaan konsumen dengan
mempertahankan sertifikat organik.
b. Strategi WO yang dapat diterapkan adalah mempertahankan kuantitas dan
kualitas spinach agar dapat bersaing dengan petani di luar daerah dan mampu
memenuhi permintaan pasar serta melakukan kegiatan promosi penjualan
untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama.
c. Strategi ST yang dapat diterapkan adalah meningkatkan mutu produk dengan
pengelolaan yang baik dan memenuhi kriteria SOP pembudidayaan untuk
mengatasi pesaing pasar yang semakin ketat.
d. Strategi WT yang dapat diterapkan adalah menjaga kepuasan pelanggan
dengan cara mempertahankan atribut produk yang baik serta untuk menambah
pendapatan petani dan agar produk tidak terbuang percuma dengan cara
menjual kelebihan panen spinach ke pasar tradisional di sekitar kawasan
Kopeng.

33
Tabel 2. Matriks SWOT
Kekuatan Kelemahan
(Strenght) (Weaknesses)
Peluang Strategi SO Strategi WO
(Opportunities) 1. Mengoptimalkan kegiatan 1. Mempertahankan
budidaya sesuai SOP dilahan kuantitas dan kualitas
yang sudah tersertifikasi spinach agar dapat
organik untuk memenuhi bersaing dengan petani di
permintaan pasar dan jalin luar daerah dan mampu
kerjasama dalam penyediaan memenuhi permintaan
produk sayur organik pasar.
(S1, S2, S3, S4, O2, O5). (W2, W4, O3, O5)
2. Mempertahankan sertifikat 2. Melakukan promosi
organik pada komoditas melalui media sosial agar
spinach agar kepercayaan dapat menyerap pasar
dan loyalitas konsumen tetap yang luas dengan
terjaga. memanfaatkan kesadaran
(S2, S3, S4, O1, O2, O3) kesehatan konsumen
3. Meningkatkan mutu produk terhadap sayur organik
yang sudah tersertifikasi makin meningkat
untuk mengembangkan P4S (W3,O3,O5)
pertanian Organik dan
mengelolah dengan baik
budidaya komoditi yang di
usahakan.
(S3,04, O2)
Sumber : Data primer, 2020.

34
Lanjutan
Kekuatan Kelemahan
(Strenght) (Weaknesses)
Ancaman Strategi (ST) Strategi WT
(Threats) 1. Meningkatkan mutu produk 1. Menjaga kepuasan
dengan memenuhi kriteria pelanggan dengan cara
SOP pembudidayaan untuk mempertahankan atribut
mengatasi pesaing pasar produk yang baik
yang semakin ketat (W1, W4, T1, T3)
(S1, S2, S3, T1) 2. Menjual kelebihan panen
spinach ke pasar
tradisional di sekitar
kawasan Kopeng untuk
menambah pendapatan
petani dan agar produk
tidak terbuang percuma
(W1, W2, T1, T3)
Sumber : Data primer, 2020.

35
E. Permasalahan yang Dihadapi dan Solusi

Sebuah perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha tidak terlepas akan


berbagai kendala atau permasalahan yang dihadapi. Permasalahan yang dihadapi
petani dalam usahatani biasanya berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi baik
internal (sasaran, risiko, kendala sumber daya) maupun eksternal (pasar input-
output, kelembagaan), dan kondisi natural yang mencakup iklim (curah hujan,
temperatur), biologis (hama, penyakit, gulma) dan lahan (jenis tanah, kemiringan).
Pemanfaatan media sosial seperti website telah digunakan oleh P4S Tranggulasi
dalam menginformasikan kegiatan apa saja yang dilakukan. Pemanfaatan media
sosial tersebut dirasa kurang maksimal, terlihat pada website P4S Tranggulasi
informasi yang ada belum diperbaharui. Hal ini dapat disebabkan karena
kurangnya tenaga kerja yang khusus mengontrol media sosial di P4S Tranggulasi.
Permasalahan utama dalam budidaya spinach di P4S Tranggulasi adalah
masalah hama yaitu hama tuton dan ulat daun. Apabila dalam penanganan spinach
yang terserang ulat daun terlamabat, ulat daun akan segera menjalar ke tanaman
yang ada disekitarnya. Sehingga tanaman menjadi rusak dan tidak layak
konsumsi. Karena kerusakan tersebut dapat mengakibatkan petani mengalami
kerugian. Sedangkan kendala yang sering dihadapi dalam pemasaran spinach
adalah masalah transportasi. Karena sebenarnya banyak konsumen P4S
Tranggulasi yang berada di luar kota ingin membeli sayuran-sayuran P4S
Tranggulasi dan meminta untuk diantarakan ke lokasi pembeli. Namun karena
mahalnya biaya transportasi untuk mengantarkan, sehingga saat ini P4S
Tranggulasi tidak banyak menjual produknya ke luar daerah yang membutuhkan
waktu tempuh lebih dari satu hari.
Solusi untuk pemanfaatan media sosial yaitu dengan menambah satu atau
dua anggota yang ada di P4S Tranggulasi untuk mengendalikan media sosial, agar
pemanfaatan media sosial dapat optimal. Selain website media sosial lain yang
dapat dimanfaatkan adalah instagram dan facebook. Melalui media sosial ini P4S
Tranggulasi dapat mengenalkan pertanian organik secara luas dan dapat menyerap
pasar lebih luas serta dapat dijadikan sebagai media promosi. Merekrut atau
menambah satu atau dua anggota yang ada di P4S Tranggulasi untuk

36
mengendalikan media sosial tersebut. Anggota yang dimaksudkan diprioritaskan
untuk pemuda/ remaja, karena diyakini mereka lebih paham dengan media sosial
di era sekarang, sehingga mereka dapat mengembangka kreatifitasnya untuk
mengembangkan P4S Tranggulasi.
Solusi untuk masalah budidaya adalah dengan membagi komoditas yang
akan dibudidayakan oleh masing masing petani di P4S Tranggulasi yang di
sesuaikan dengan keadaan permintaan pasar. Misalnya beberapa petani, saat ini
hanya membudidayakan komoditas spinach dan daun seledri, sedangkan petani
lainnya membudidayakan komoditas unggulan lainnya. Setiap petani hanya fokus
pada dua komoditas saja untuk dibudidayakan dalam satu kali musim tanam.
Sehingga petani akan lebih mudah untuk memantaun keadan budidayanya dan
hal-hal yang dapat mengakibatkan kerugian dapat diminimalisir. Solusi untuk
permasalahan biaya transportasi yang penulis tawarkan adalah melakukan
perjanjian kepada konsumen terkait dengan pembiayaan pengantaran. P4S
Tranggulasi tetap menjual produknya ke konsumen di luar daerah apabila biaya
transportasi ditanggung oleh konsumen.

37
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari hasil Praktik Kerja Lapangan maka dapat


disimpulkan sebagai berikut :
1. Kegiatan budidaya spinach di P4S Tranggulasi dilakukand dengan beberapa
tahapan, meliputi pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan,
panen dan pasca panen. Pembibitan Spinach dyang dilakukan di P4S
Tranggulasi adalah persemaian dengan pemeraman. Kegiatan pemeliharaan
yang sering dilakukan terhadp spinach di P4S Tranggulasi yaitu penyiangan
dan pengendalian hama.
2. Strategi pemasaran spinach yang dilakukan oleh P4S Tranggulasi yaitu
melalui strategi segmentasi, targeting, positioning dan melalui strategi 4
bauran pmasaran (produk, harga, tempat dan promosi). Strategi segmentasi
pasar yang diterapkan oleh P4S Tranggulasi adalah berdasarkan segmentasi
geografi dan demografi. Target utama P4S Tranggulasi adalah
“mengorganikan petani”. Strategi positioning dilakukan dengan menjaga
kualitas spinach yang akan dijual. Strategi produk yang diterapkan yaitu
dengan memberikan label organik pada kemasan spinach. Strategi Harga yang
dilakukan yaitu dengan memberikan perbedaa harga berdasarkan sasaran
konsumen. Strategi tempat berkaitan dengan saluran pemasaran, dalam
mendistribusikan spinach P4S Tranggulasi memberikan dua saluran yaitu
secara langsung dan tidak langsung atau melalui perantara. Promosi yang
dilakukan oleh P4S Tranggulasi yaitu melalui kegitan pameran dan kompetisi
serta dengan cara dari mulut ke mulut.
3. Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya Spinach di P4S Tranggulasi
adalah hama yaitu hama tuton dan ulat daun.
4. Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pemasaran Spinach di P4S
Tranggulasi adalah masalah biaya transportasi yang terlalu mahal untuk jarak
tempuh yang terlalu jauh.

38
B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan kondisi lapang di P4S Tranggulasi pada saat


Praktik Kerja Lapangan dilakukan, saran yang dapat diberikan antara lain
1. Pemanfaatan media sosial selain website seperti instagram dan facebook
sebagai media promosi untuk mengenalkan pertanian organik secara luas dan
dapat menyerap pasar lebih luas.
2. Merekrut atau menambah satu atau dua anggota yang ada di P4S Tranggulasi
untuk mengendalikan media sosial tersebut.
3. Membagi komoditas yang akan dibudidayakan oleh masing masing petani di
P4S Tranggulasi yang di sesuaikan dengan keadaan permintaan pasar untuk
meminimalisir kerugian hasil.
4. Melakukan perjanjian kepada konsumen terkait dengan pembiayaan
pengantaran apabila konsumen berada di luar kota yang menginginkan produk
untuk dikirimkan.

39
DAFTRAR PUSTAKA

Arfan, M. T., Basri, Z. & Fathurrahman. Pengaruh sungkup dan mulsa terhadap
pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah (Allium ascalonicum L.)
varietas lembah palu di dataran medium. e-J Agrotekbis. 4(5): 500-505.

Arianti, Y. S., et al. 2015. Strategi pengembangan agribisnis bayam jepang


organik di Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
AGRISTA. 3(3): 387-399.

Ariyanti, D. 2015. Sistem pendukung keputusan penentuan daerah pertaniantanah


hortikultura menggunakan metode Weighted Product. Skripsi. Teknik
Informatika. Universtas Muria Kudus.

Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-
6729- 2002 Sistem Pangan Organik. BSN, Jakarta.

Cahyono, B. 2003. Teknik Budidaya & Analisis Usaha Tani. Kanisus,


Yogyakarta.

Chandra, G. 2002. Strategi dan Program Pemasaran. Andi Ofset, Yogyakarta.

Ekaningtias, D. 2011. Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani bayam


jepang (horenso) Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten
Cianjur Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Fatimah, S. 2009. Studi Klorofil dan Zat Besi (Fe) pada beberapa Jenis Bayam
terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus norvegicus) Anemia. Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
Malang.

Febrianty, E. 2018. Analisis usahatani bayam jepang (Spinacia oleracea Linn) di


Kelompok Tani RST Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Karya Ilmiah Mahasiswa. Agribisnis, Politeknik Negeri Lampung.

Kotler, P. 2001. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi


dan Kontrol. PT. Prehallindo, Jakarta.

_______. 2005. Manajemen Pemasaran. Indeks Media Group, Jakarta.

_______. & Armstrong, G. 2004. Dasar-dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan.


Indeks Media Group, Jakarta.

40
Lestari, L. I. & Saino. 2010. Analisis segmentasi psikografis dan sensitivitas harga
konsumen rumah makan di kabupaten sidoarjo. Jurnal Bisnis dan
Manajemen. 3(1): 15-33.

Henny, M. 2012. Pengembangan pertanian organik di indonesia. Forum


Penelitian Agro Ekonomi. 30(2): 91 – 108.
Nurlia. 2019. Pengaruh struktur organisasi terhadap pengukuran kualitas
pelayanan (perbandingan antara ekspektasi /harapan dengan hasil kerja).
Meraja Journal. 2(2): 51-66.

Purwanti, A., Gitosaputro, S. & Viantimala, B. 2015. Tingkat penerapan teknologi


budidaya sayuran organik di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro
Utara Kota Metro. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. 3(2): 173-178.

Rahardi, F., Palungkun, R. & Budiarti, A. 2001. Agribisnis Tanaman Sayur.


Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahimah, D. S. 2018. Berkebun Organik Buah & Sayur. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi Untuk Strategi


dan Penelitian Pemasaran. Kencana, Jakarta.

Sulistyaningsih, E., Kurniasih, B. & Kurniasih, E. 2005. Pertumbuhan dan hasil


caisim pada berbagai warna sungkup plastik. Jurnal Ilmu Pertanian. 12(1):
65-76.

Suryani, N. K., Laksemini, K. D. I. S. & Ximenes, M. 2019. Buku Ajar Perilaku


Organisasinya. Nilacakra Publishing House, Bali.

Susetyarsi, T. 2011. Strategi penetapan posisi (positioning). Jurnal Stie Semarang.


3(3): 1-7.

Susilo, A. 2005. Pertanian Dalam Globalisasi Membangun Karakter Petani


Organik Sukses Dalam Era Globalisasi. Kanisius, Yogyakarta.

Wibowo, et al. 2015. Analisis strategi pemasaran untuk meningkatkan daya saing
umkm (Studi pada Batik Diajeng Solo). Jurnal Administrasi Bisnis. 29(1):
59-66.

Wibowo, H. dan Husain. 2015. Sistem Pertanian Organik Mendukung


Produktivitas Lahan Berkelanjutan. IAARD Press, Jakarta.

41
Zainab, Handayani dan Kalaba, Y. 2018. Strategi pengembangan usaha sayur
organik pada hipetanik unggul sejati di Desa Sidera Kecamatansigi
Biromaru Kabupaten Sigi. Journal Agroland. 25(2): 173-186.

42
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Praktik Kerja Lapangan

(1) Foto bersama pimpinan P4S Tranggulasi

(2) Kegiatan kunjungan dari Unwahas (3) Kegiatan kunjungan dari NTT

(4) Kegiatan kunjungan

43
(5) Beberapa lahan yang ada di P4S Tranggulasi

(6) Membuat insektisida nabati

(7) membuat media tanam kentang (8) Panen letuce dan pakcoy

(9) Mengocor tanaman buncis prancis

44
(10) Mengolah lahan (11) Sanitasi lahan

(12) Pembuatan bedengan (13) Kegiatan pengemasan

(14) Bayam Jepang yang sudah dikemas (15) Penjemputan letuce oleh pembeli

45
Lampiran 2. Laporan Kegiatan Harian Praktik Kerja Lapanga

46
47
48
Lampiran 3. Sertifikat Praktik Kerja Lapangan di P4S Tranggulasi

49
Lampiran 4. Komponen Penilaian

50

Anda mungkin juga menyukai