PROFESI APOTEKER
DI PBF PT. TRI SAPTA JAYA SEMARANG
Tanggal 20 April - 9 Mei 2020
DISUSUN OLEH:
Dyah Purnaning Tyas, S.Farm
20101900013
i
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PBF PT. TRI SAPTA JAYA SEMARANG
Tanggal 20 April – 9 Mei 2020
Disetujui Oleh :
Mengetahui,
Ketua program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
ii
KATA PENGANTAR
iii
9. Teman-teman seperjuangan Angkatan I Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Islam Sultan Agung atas semangat dan dorongan kepada saya
dalam melaksanakan PKPA dan menyelesaikan laporan ini.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan laporan ini jauh dari sempurna.
Maka dari itu kritik dan saran pembaca sangatlah diharapkan. Semoga laporan
praktek kerja ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Besar harapan penulis,
semoga silaturrahmi dan kerja sama antara PBF Tri Sapta Jaya dan Universitas
Islam Sultan Agung dapat tetap terjalin dan terus berlanjut di masa mendatang.
Amin
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
1. Seleksi Obat ........................................................................... 33
2. Estimasi Kebutuhan Obat ...................................................... 33
3. Pengelolaan obat rusak, kadaluarsa, dan pemusnahan obat ... 34
4. Tata kelola administrasi dan laporan di PBF ......................... 35
G. Monitoring pengawasan penyimpanan ........................................ 35
H. Penanganan obat kembalian dan obat ditarik ............................... 35
I. Pengenalan K3, Inspeksi Diri dalam PBF Sesuai CDOB ............ 37
J. Diskusi kasus diberikan oleh pembimbing sesuai kasus di PBF . 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 40
A. Kesimpulan .................................................................................. 40
B. Saran ............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 41
LAMPIRAN .................................................................................................. 42
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Tri Sapta Jaya Semarang .......................... 11
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Kebijakan Mutu PT. Tri Sapta Jaya Semarang............................ 42
Lampiran 2. Denah PT. Tri Sapta Jaya Semarang ........................................... 42
Lampiran 3. Peta Lokasi PT. Tri Sapta Jaya Semarang ................................... 43
Lampiran 4. Alat Pelindung Diri ...................................................................... 43
Lampiran 5. Contoh Faktur PT. Tri Sapta Jaya ............................................... 44
Lampiran 6. Contoh Surat Pesanan Prekursor Farmasi ................................... 45
Lampiran 7. Rekapan Laporan Keluhan Pelanggan ......................................... 46
Lampiran 8. Formulir Rekapitulasi Saran-Keluhan-Komplain ....................... 46
Lampiran 9. Form Monitoring Suhu .............................................................. 47
Lampiran 10. Berita Acara Penarikan Barang ( Recall ) ................................ 48
Lampiran 11. Tanda Terima Pelaporan Ke BPOM ......................................... 48
Lampiran 12. Sertifikat Pelatihan CDOB ....................................................... 49
Lampiran 13. Pembatasan Penyimpanan ........................................................ 49
Lampiran 14. Jadwal Aktivitas Tahunan ......................................................... 50
Lampiran 15. Chiller Penyimpanan Obat Rantai Dingin ................................. 50
Lampiran 16. Surat Penarikan Produk ............................................................. 51
Lampiran 17. Contoh surat pesanan OOT........................................................ 51
Lampiran 18. Ruang Produk Retur Dan Ruang Karantina Produk Rusak
Dan Mendekati ED ........................................................................................... 52
Lampiran 19. Ruang Produk Prekursor dan Ruang Produk Alkes .................. 52
Lampiran 20. Halaman Depan PBF. Tri Sapta Jaya Semarang ....................... 53
Lampiran 21. Screenshoot Pembelajaran Via Whatsapp Dengan Preceptor ... 53
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Peralatan beserta Fungsinya di PT. Tri Sapta Jaya
Semarang .......................................................................................................... 10
ix
DAFTAR SINGKATAN
BM : Branch Manager
BPOM : Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan
CAPA : Correction Action and Preventive Action
CDOB : Cara Distribusi Obat Yang Baik
CDAKB : Cara Distribusi Alat Kesehatan Yang Baik
CCP : Cold Chain Product
ED : Expired Date
FEFO : First Expired First Out
FIFO : First In First Out
GDP : Good Distribution Pratice
K3 : Kesehatan dan keselamatan kerja
PBF : Pedagang Besar Farmasi
PKPA : Praktek Kerja Profesi Apoteker
SDM : Sumber daya manusia
SIKA : Surat Izin Kerja Apoteker
SIPA : Surat izin Praktik Apoteker
SPO : Standar Prosedur Operasional
STRA : Surat Tanda Registrasi Apoteker
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Dalam rangka memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, maka perlu dilakukan suatu upaya kesehatan. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan melaksanakan pekerjaan kefarmasian.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2009, pekerjaan kefarmasian adalah pemuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional. Dengan demikian, seorang apoteker dapat mengabdikan dirinya
pada pedagang besar farmasi (PBF).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
NO.1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF),
PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk
pengadaan, penyimpanan, penyaluran sediaan farmasi dalam jumlah besar
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF cabang adalah cabang
PBF yang telah memiliki pengakuan untuk melakukan pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF merupakan salah satu
unit terpenting dalam kegiatan penyaluran sediaan farmasi ke fasilitas
pelayanan kesehatan seperti apotek, instalasi farmasi rumah sakit, klinik dan
toko obat agar sampai ke masyarakat. Apoteker sebagai penanggung jawab di
PBF harus mampu melakukan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi di PBF
dimulai dari pengadaan, peyimpanan hingga pendistribusian sediaan farmasi
ke sarana pelayanan kesehatan.
2
Sebagai unit penyaluran sediaan farmasi, baik PBF maupun PBF cabang
wajib menerapkan pedoman teknis cara distribusi obat yang baik (CDOB).
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 tentang Pedoman
Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik, CDOB adalah cara distribusi atau
penyaluran obat dan atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu
sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan
penggunaannya. Dengan menerapkan pedoman CDOB dapat menjamin mutu
obat sepanjang jalur distribusi tetap terjaga agar obat yang sampai ke
konsumen adalah obat yang aman dan efektif serta menjamin distribusi tidak
keluar jalur atau obat didistribusikan ke unit pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan persyaratan.
B. Tujuan PKPA
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PBF Tri Sapta Jaya Semarang
bertujuan agar calon Apoteker:
1. Memahami peran dan tugas apoteker penanggung jawab di PBF Tri Sapta
Jaya.
2. Memahami penerapan aspek-aspek CDOB di PBF Tri Sapta Jaya cabang
Semarang.
3. Pengenalan peran apoteker dalam bidang pengadaan, peyimpanan hingga
pendistribusian sediaan farmasi ke sarana pelayanan kesehatan.
3
C. Manfaat PKPA
Manfaat dari Praktik Kerja Profesi Apoteker di PBF Tri Sapta Jaya Semarang
sebagai berikut:
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian PBF
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 34
Tahun 2014 tentang perubahan atas peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF),
menyebutkan bahwa Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat
PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk
pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan atau bahan obat dalam jumlah
besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF cabang adalah
cabang PBF yang telah memiliki pengakuan untuk melakukan pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
5
dalam fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan farmasi merupakan salah
bagian dari penyelenggaran pekerjaan farmasi dimana Apoteker sebagai
penanggung jawab harus memenuhi Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB),
menetapkan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang diperbaharui terus-
menerus sesuai dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang farmasi dan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan dan mencatat segala hal yang berkaitan dengan proses distribusi
pada fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan farmasi.
6
menyimpan dokumen yang terkait dengan setiap pendelegasian yang
dilakukan.
11. Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk mengkarantina
atau memusnahkan obat.
7
BAB III
TINJAUAN UMUM
A. Sejarah
PT. Tri Sapta Jaya didirikan pada tahun 1990, bergerak di bidang usaha
distribusi produk farmasi dan kesehatan, membantu Enseval dalam hal
memperluas jaringan distribusi farmasi ke daerah yang belum terjangkau oleh
Enseval, saat ini PT. Tri Sapta Jaya memiliki 27 cabang yang tersebar di
wilayah indonesia.
PT. Tri Sapta Jaya berpusat di Jakarta. PT. Tri Sapta Jaya cabang
Semarang didirikan pada bulan Maret 2006, bergerak dibidang jasa usaha
distribusi produk farmasi dan kesehaatan yang memfokuskan diri untuk
memperluas jaringan distribusi farmasi ke pasar bawah dan wilayah-wilayah
sekitar Semarang. PT. Tri Sapta Jaya cabang Semarang berlokasi di Jalan
Kedungmundu Raya No. 645 Semarang, Kec. Tembalang, Kota Semarang,
Jawa Tengah.
8
C. Lokasi, Sarana dan Prasarana
PT. Tri Sapta Jaya cabang semarang terletak di Jalan Kedungmundu
Raya No. 645 Semarang, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Kriteria bangunan dan peralatan yang digunakan untuk gudang
penyimpanan obat-obatan adalah sebagai berikut:
- Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk memastikan bahwa
semua kegiatan dilaksanakan secara akurat dan aman
- Jika bangunan (termasuk sarana penunjang) bukan milik sendiri, maka
harus tersedia kontrak tertulis dan pengelolaan bangunan tersebut harus
menjadi tanggungjawab dari fasilitas distribusi.
- Harus ada area terpisah dan terkunci antara obat dan atau bahan obat
yang menunggu keputusan lebih lanjut mengenai statusnya
Bangunan dan peralatan penyimpanan pada ruang penyimpanan harus
memenuhi syarat, yaitu:
Lokasi dan layout sesuai dengan perijinan.
Kapasitas memadai, gudang sesuai jenis komoditi dan lebel jelas
Pencahayaan memadai
Bersih
Bebas serangga
9
e) Safety Helm :8
f) APAR :3
g) Trolley :4
h) Tannga Lipat :1
i) Thermohygrometer :5
j) Rak : 15
3. Kendaraan
a) Mobil L300 :1
b) Motor Supra :2
10
D. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di PT. Tri Sapta Jaya cabang Semarang dikepalai oleh
branch manager yang membawahi seluruh karyawan di PBF. Berikut struktur
organisasi PBF PT. Tri Sapta Jaya cabang Semarang :
BRANCH MANAGER
(BM)
IDRIS ZAINUDIN
DATA EKSPEDISI
POOL SALESMAN ADM.
PROSES CASHIER
FAKTUR LOG
HARYONO
1. ANGGA BAYU DANANG SAEFUDIN
HINDRA BUDI P. SIGIT
2. PRIYANTI LEO
ADIK Z.
DIDI
RAYMOND
YOSI
BAMBANG
PICKER CHECKER
RUDI M. BUDHI
11
BAB IV
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN
12
- Mengelola sumber daya manusia di Dept Branch Operation termasuk
perencanaan tenaga kerja, rekrutment, pengelolaan kinerja , pelatihan,
dan pengembangan SDM
- Memelihara hubungan terutama dengan principal, pelanggan, dan
instansi pemerintah terkait.
- Mengamankan asset dan mengendalikan biaya operasional cabang
- Memonitor, mereview, membuat laporan dan mempertanggung
jawabkan kinerja bagiannya
13
- Menandatangani dokumen yang terkait dengan keluar masuknya alat
kesehatan
- Mengarsipkan surat konfirmasi order yang tidak terlayani
- Membuat laporan ke Dinkes
- Melakukan pekerjaan yang diberikan atasan terkait dengan bidang
tugasnya
4. FAS/FAC (Finance and Accounting Supervisor/Finance and Accounting
Coordinator).
- Membuat perencanaan bulanan, tahunan sesuai dengan sasaran kerja
departemennya
- Memeriksa laporan harian baik dengan mutasi harian bank, laporan
rekonsiliasi bank setiap hari.
- Memeriksa kelengkapan dokumen pendukung serta memberikan
persetujuan untuk pegeluaran dan penerimaan uang maupun barang.
- Mengontrol pelaksanaan penggolongan transaksi kedalam akun yang
tepat dan konsisten serta membuat control pos neraca.
- Memonitor piutang outlet terutama piutang overdue.
- Memberikan informassi kepada outlet mengenai tagihan yang akan
atau sudah jatuh tempo.
- Membuat laporan rekonsiliasi kas atau ban, membuat laporan opname
stok dan piutang, melaporkan pajak penghasilan sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku.
- Memastikan pemeliharaan peralatan computer, inventaris kantor serta
penyimpanan dokumen secara aman dan rapi.
- Melakukan pencatatan inventaris dan assets cabang.
- Mengelola hubungan baik dengan internal dan external perusahaan.
- Memonitor, mereview dan mempertanggungjawabkan kinerja seksi
Accounting dan Financing cabang.
- Melakukan pekerjaan yang diberikan atasan terkait dengan bidang
tugasnya
14
5. Coordinator Salesman
- Membuat Call Plan salesman dan melakukan evaluasi efektifitasnya
secara berkala
- Mengkoordinir salesman untuk mencapai target sales, tagihan, efektif
call dan efektif account
- Melakukan pengawasan / supervise atas pekerjaan salesman
- Membina hubungan baik dengan pelanggan, principal, dan serta
mengembangkan bisnis cabang
- Melakukan pembinaan, kaderisasi, dan menjadi role model bagi
salesman
- Membangun teamwork yang solid dengan supporting
- Membuat laporan yang ditugaskan
15
- Mengatur, mengawasi, dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
& hasil stok opname berkala
- Memelihara perlengkapan dan fasilitas gudang dan mengusulkan
peralatan yang diperlukan
- Membuat laporan bulanan
- Engelola hubungan baik dengan pihak-pihak terkait (internal dan
external, pricipal atau supplier)
- Menjaga kebersihan dan keamanan di ruang kerja masing – masing
- Mengelola kinerja bawahan, memberi bimbingan, pembinaan team
16
- Melakukan arsip RV, PV, DT dan print out laporan harian kas dan
bank
- Melakukan kas opname bersama personil cabang yang ditunjuk oleh
BM
- Membuat laporan bulanan untuk dikirim ke pusat
- Melaksanakan pekerjaan lain yang diberikan atasan terkait dengan
bidang tugasnya
9. Salesman
- Membuat perencanaan jangka pendek, harian, mingguan, bulanan
sesuai dengan rencana bagiannya
- Mengunjungi pelanggan sesuai call plan yang dibuat Coordinator
Salesman
- Mencapai target sales yang ditetapkan
- Mencapai target tagihan yang ditetapkan
- Menjual seluruh produk sesuai kebijakan perushaan dan regulasi
CDOB
- Membuat laporan yang ditugaskan atasan
- Melakukan survey pasar dan melaporkan hasilnya kepada atasan
- Membina hubungan baik dengan pelanggan dan principal serta
menjaga nama baik perusahaan
- Melakukan pekerjaan lain yang diberikan atasan terkait dengan bidang
tugasnya
10. Ekspedisi
- Membuat perencanaan jangka pendek, harian, mingguan, bulanan,
sesuai dengan rencana bagiannya
- Memastikan produk yang akan diantar sesuai dengan dokumen, baik
tujuan, item, jumlah, batch number, dan mutunya
- Mengantar produk kepada pelanggan sesuai dokumen dan regulasi
CDOB
- Mencapai target on time delivery (OTD)
- Merawat kendaraan yang digunakan dan menjaga kebersihannya
17
- Membuat buku catatan perawatan kendaraan
- Memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan dengan menjaga
kesopanan, dan kerapihan pakaian
- Melakukan pekerjaan lain yang diberikan atasan terkait dengan bidang
tugasnya
11. Admin Logistic
- Membuat perencanaan jangka pendek, harian, mingguan, bulanan,
sesuai dengan rencana bagiannya
- Mencetak faktur, order list, dan register faktur, membuat BPB retur
faktur
- Membuat BPB retur dari pelanggan
- Memproses dokumen retur cabang / pusat ke principal dan klaim
barang ke pihak ekspedisi
- Membuat shiplist dan DT OD untuk ekspedisi, serta menerima faktur
kembali dari ekspedisi
- Filling BPB dan BKB
- Memjaga kebersihan dan keamanan di ruang kerja maisng – masing
- Melakukan pekerjaan lainnya yang diberikan atasan sesuai bidang
tugasnya.
12. Picker
- Membuat renacana jangka pendek, harian, mingguan, bulanan sesuai
dengan sasaran bagiannya
- Melakukan penyiapan barang :
a. Mengambil barang sesuai dengan order list
b. Mengambil barang sesuai dengan BKB
- Melakukan Cycle Count
- Pencatatan monitoring suhu
- Melakukan penempatan produk sesuai dengan kategori (sediaan, suhu,
psikotropika, precursor dan obat-obat tertentu)
- Membuat label card di barang
- Melakukan stock opname bersama dengan Log SPV
18
- Menjaga kebersihan, kerapihan, dan keamanan di ruang kerja masing-
masing
- Melakukan pekerjaan lainnya yang diberikan atas sesuai dengan
bidang kerjanya
13. Cheker
- Membuat perencanaan kerja jangka pendek (harian, mingguan,
bulanan) sesuai dengan sasaran bagiannya
- Melakukan penerimaan barang dan mengecek jumlah, expired date,
batch number, NIE, barang masuk dari supplier / principal & pusat
dengan dokumennya (faktur, DO, DN, SJ, TT, dll)
- Melakukan pengeluaran barang sesuai faktur dan BKB
- Menyimpan dokumen pengiriman dan penerimaan
- Melakukan stok opname bersama dengan coordinator gudang
- Menjaga kebersihan, kerapihan, dan keamanan diruanng kerja masing-
masing
19
7. Juklak CDOB Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Cara
Distribusi Obat Yang Baik
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1148/MENKES/PER/VI/2011
tentangPedagang Besar Farmasi.
9. PMK nomor 34 Tahun 2014 perubahan dari Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang
Besar Farmasi
10. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
20
jawab serta penerapannya untuk mencapai sasaran mutu yang telah
ditetapkan antara lain perencanaan mutu, pengendalian mutu,
pemastian mutu, dan peningkatan mutu di dalam sistem mutu.
Manajemen mutu terdiri dari pemastian mutu yaitu kegiatan
terencana dan sistematis yg dilakukan sesuai kebutuhan untuk
meyakinkan bahwa produk akan memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan. Pemastian mutu berfungsi sebagai alat manajemen
diamanatkan suatu sistem pengelolaan mutu harus mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya, serta kegiatan yang
diperlukan untuk memastikan bahwa obat dan atau bahan obat yang
dikirim tidak tercemar selama penyimpanan dan atau transportasi.
Untuk memastikan mutu maka PBF harus mempunyai kebijakan
mutu untuk mengarahkan karyawan dala melaksanakan pekerjaannya
sesuai dengan yang ditetapkan.
PT. Tri Sapta Jaya memberikan pelatihan bagi staff dan karyawan
dalam melaksanakan tugasnya agar dapat mempertahankan kontrol
kualitas terhadap seluruh proses pelayanan kepada pelanggan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjamin
mutunya. PT. Tri Sapta Jaya juga selalu melakukan perbaikan secara
terus-menerus untuk menjadi perusahaan distribusi yang baik melalui
penerapan CDOB.
21
telah ditanda tangani oleh pihak yang bersangkutan dan perusahaan
untuk menjaga mutu produk.
Pada setiap bagian divisi struktur organisasi terdapat seorang
penanggungjawab. Seorang penanggungjawab harus memiliki
kompetensi yang sesuai agar dapat menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya dengan baik. Pendelegasian jika penanggungjawab
berhalangan hadir harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dengan dilengkapi surat delegasi.
Semua personil harus memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan
dalam CDOB dengan mengikuti pelatihan dan memiliki kompetensi
sebelum memulai tugas, berdasarkan suatu prosedur tertulis dan sesuai
dengan program pelatihan termasuk keselamatan kerja. Penanggung
jawab juga harus menjaga kompetensinya dalam CDOB melalui
pelatihan rutin berkala. Harus diberikan pelatihan khusus kepada
personil yang menangani obat dan/atau bahan obat yang memerlukan
persyaratan penanganan yang lebih ketat seperti obat dan/atau bahan
obat berbahaya, bahan radioaktif, narkotika, psikotropika, rentan
untuk disalahgunakan, dan sensitif terhadap suhu.
Pada PBF Tri Sapta Jaya Semarang, setiap personil mendapatkan
program pelatihan karyawan. Pelatihan wajib untuk seorang APJ
(apoteker penanggungjawab) adalah pelatihan CDOB. Terdapat
pelatihan internal dan eksternal di PBF TSJ Semarang, pelatihan
internal meliputi sosialisasi SOP (Standart Operatinal Procedur)
sedangkan pelatihan eksternal meliputi cara penggunaan APAR jika
terdapat kebakaran serta pelathian tanggap bencana seperti simulasi
jika terjadi gempa.
3) Bangunan dan peralatan
Suatu PBF harus memiliki bangunan dan peralatan yang memadai
untuk memenuhi kriteria CDOB. Bangunan dirancang dan disesuaikan
untuk memastikan bahwa kondisi penyimpanan yang baik sesuai dan
area penyimpanan dilengkapi dengan pencahayaan yang memadai
22
untuk memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan dengan akurat.
Bangunan dan peralatan harus dapat menjamin keamanan dan mutu
obat dan juga bahan obat, bangunan dan fasilitas penyimpanan harus
bersih terbebas dari sampah dan debu. Harus tersedia prosedur tertulis,
program pembersihan dan dokumentasi pelaksanaan pembersihan.
Bangunan di PBF Tri Sapta Jaya semarang memiliki luas 900 m2
didirikan di atas lahan seluas 1300 m2. Bangunan dilengkapi dengan
fasilitas dan peralatan yang memadai sesuai standar CDOB untuk
menunjang dan menjaga kualitas mutu obat dalam ruang
penyimpanan.
Untuk Peralatan di PBF Tri Sapta Jaya Semarang menggunakan
pallet untuk penyimpanan obat. Penggunaan pallet bertujuan sebagai
alas yang melindungi wadah obat agar kardus tidak bersentuhan
langsung dengan lantai sebagai antisipasi agar tidak dirusak oleh
rayap. Selain itu penggunaan pallet juga untuk mengantisipasi dari
keadaan basah yang menyebabkan pertumbuhan jamur. Gudang
penyimpanan juga dilengkapi dengan AC, yang digunakan untuk
mengatur suhu di ruangan. Selain itu juga terdapat APAR di beberapa
titik di gudang. Pada gudang penyimpanan juga dilengkapi peralatan
seperti topi dan sepatu khusus, yang digunakan oleh petugas saat
menjalankan tugasnya. Penggunaan peralatan tersebut berfungsi untuk
melindungi kepala dan kaki, apabila terjadi tumpukan box yang jatuh.
Terdapat ruang loading yang berfungsi sebagai ruang loading
penerimaan dan loading untuk pengiriman yang dipisahkan oleh batas
garis dan penandaan yang jelas. Ruang ambient berfungsi untuk
penyimpanan produk suhu ruang (25-30 derajat Celcius).
Penyimpanan CCP (Cold Chain Product) berada di ruang tersendiri.
Terdapat chiller untuk menyimpan produk CCP yang dilengkapi
dengan thermometer yang telah dikalibrasi serta alarm yang memberi
peringatan pada suhu kritis. Selain itu ruangan ini juga dilengkapi
dengan generator atau genset yang berfungsi jika tiba-tiba terjadi
23
pemadaman, produk yang tersimpan di chiller tetap terjaga suhunya
sehingga obat tidak rusak dan mutunya tetap terjaga.
4) Operasional
Semua tindakan yang dilakukan oleh fasilitas distribusi harus dapat
memastikan bahwa identitas obat dan bahan obat tidak hilang dan
distribusinya ditangani sesuai dengan spesifikasinya yang tercantum
pada kemasan. Selain itu harus memastikan sumber obat dan atau
bahan obat dari industry farmasi dan atau fasilitas distribusi lain yang
mempunyai izin, untuk menghindari produk palsu memasuki rantai
distribusi resmi.
Kualifikasi pemasok di PBF Tri Sapta Jaya Semarang yaitu
pemasok harus mempunyai izin resmi serta menerapkan prinsip
CPOB. Fasilitas distribusi juga harus melakukan pengkajian guna
memastikan calon pemasok tersebut sesuai, kompeten dan dapat
dipercaya. Kualifikasi pelanggan PBF Tri Sapta Jaya Semarang harus
memiliki izin resmi, maka harus mencantumkan data customer
meliputi data atau dokumen yaitu :
a. Izin Apotek, Rumah sakit, atau Klinik yang masih berlaku
b. Nama APJ, Aping, dan AA.
c. Nomor SIPA/SIKA
d. NPWP
e. Form Pelanggan
f. Spesimen tanda tangan APJ dan stempel outlet.
Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa obat dan atau bahan
obat hanya disalurkan kepada pihak yang berhak atau berwenang
untuk menyerahkan obat ke masyarakat. Memantau tiap transaksi
yang dilakukan dan melakukan penyelidikan jika ditemukan
penyimpangan pola transaksi yang beresiko. Kegiatan operasional
distribusi meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penyaluran
dan retur.
24
5) Inspeksi Diri
Inspeksi diri merupakan suatu kegiatan yg dilakukan secara rutin
untuk menilai apakah seluruh aspek di PBF Tri Sapta Jaya Semarang
telah memenuhi ketentuan GDP, CDOB, CDAKB, Sistem Manajemen
Mutu, dan persyaratan lainnya serta merekomendasikan tindakan
perbaikan dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan. Inspeksi
diri dilakukan oleh auditor. Seorang auditor yang melakukan audit,
telah memenuhi pelatihan tentang inspeksi diri dan SOP inspeksi diri
sebelum menjalankan tugasnya. Inspeksi diri harus dilakukan dengan
cara yang independen dan rinci oleh personil yang kompeten dan
ditunjuk oleh perusahaan dan semua pelaksanaan inspeksi diri harus
dicatat.
Inspeksi diri PBF Tri Sapta Jaya Semarang dilakukan setahun
sekali dari tanggal inspeksi sebelumnya. Untuk melakukan inspeksi
diri akan dibentuk tim yang didalamnya terdiri dari kepala bagian
masing-masing divisi. Pelaksanaan inspeksi diri harus selalu
terdokumentasi. Apabila ada temuan masalah dalam inspeksi diri
harus diidentifikasi dan dilakukan CAPA dan segera direalisasikan.
6) Keluhan, Obat Dan Atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu Dan
Penarikan Kembali
a) Keluhan Produk
Keluhan produk di PBF bisa berasal dari customer. Jenis
keluhan bisa keluhan karena kualitas produk ataupun karena
pengiriman produk. Biasanya keluhan produk dapat berupa box
rusak, label rusak, tube bocor, botol kosong dan pecah, larutan
keruh terdapat partikel atau benda asing, keterlambatan
pengiriman dan lain-lain.
Penanganan keluhan yang dilakukan yaitu menyediakan SOP
penanganan keluhan yang mencakup pengembalian karenan
keluhan atas kualitas obat atau karena proses distribusi dan lama
25
waktu proses penanganan pengembalian. Harus dilakukan
pencatatan pada setiap keluhan dengan menggunakan form
standar yang sudah ditentukan. Terdapat penanggungjawab atau
personal yang ditunjuk menangani keluhan dan emonitor tahapan
yang dilaksanakan. Setiap keluhan dikelompokkan dan dilakukan
analisis atas keluhan yang diterima dan digunakan sebagai acuan
perbaikan.
26
- Transportasi : pastikan transportasi produk pengembalian
sesuai persyaratan.
27
5. setelah ada kepastian harus ditindak lanjuti sesuai dengan
arahan,
6. dilakukan pencatatan atas semua tahapan yang dilakukan dan
didokumentasikan sesuai dengan ketentuan
Alur atau rosedur recall di PBF TSJ yaitu PT. Tri Sapta Jaya
Pusat mendapatakan surat perintah penarikan obat yang kemudian
membuat surat perintah recall ke PT. Tri Sapta Jaya cabang
kemudian akan diteruskan pada pelanggan untuk ditindak lanjuti
dengan batas waktu tertentu. Surat perintah dapat berassal dari
BPOM (mandatory recall) ataupun dari pabrik atau supplier
(Voluntary recall). Barang recall yang telah didapat dari
pelanggan akan segera dikirimkan ke kantor pusat yang
selanjutnya akan dikembalikan ke pabrik asalnya. Pengiriman
barang recall tersebut disertai dengan laporan dan berita acara
secara sistem, barang dari pelanggan akan di proses sesuai kondisi
faktur obat.
Tersedianya prosedur tertulis untuk penganan obat dan atau
bahan obat yang ditarik kembali (recall) yaitu obat dan atau
bahan obat harus ditempatkan secara terpisah, aman, dan terkunci
serta diberi label yang jelas. Proses penyimpanan obat dan atau
bahan obat yang ditarik harus sesuai dengan persyaratan
penyimpanan sampai ditindak lanjuti. Perkembangan proses
penarikan obat. dan atau bahan obat harus didokumentasikan dan
dilaporkan, serta dibuat laporan akhir setelah selesai penarikan,
termasuk rekonsiliasi antara jumlah yang dikirim dan
dikembalikan. Fasilitas distribusi harus mengikuti instruksi
penarikan yang diharuskan oleh instansi berwenang atau industri
farmasi dan/atau pemegang izin edar.
Terdapat 2 jenis recall :
28
a. Mandatory Recall
Mandatory recall adalah penarikan produk apabila ada surat
permintaan recall resmi dari BPOM. Mandatory recall
berhubungan dengan mutu dan keamanan suatu produk dan
dilakukan karena jika produk tersebut tetap diedarkan dan
digunakan oleh pasien dapat mempengaruhi keselamatan.
Contoh kasus mandatory recall adalah produk albotyl dan
viostin, karena ada surat resmi permintaan penarikan dr
BPOM.
b. Voluntary Recall
Voluntary recall dilakukan atas inisiatif dari principal atau
pabrik. Apabila ada voluntary recall, produk dari outlet akan
diambil oleh salesman kemudian dibawa ke PBF TSJ cabang.
Setelah semua terkumpul sesuai batas waktunya, maka dibuat
laporan dan barang dikembalikan ke TSJ pusat. Nantinya TSJ
pusat yang akan mengembalikan produk ke supplier.
7) Transportasi
Pada proses distribusi, perlu dilakukan pemilihan transportasi
yang memadai dikarenakan obat dan atau bahan obat harus diangkut
dengan kondisi penyimpanan sesuai dengan informasi pada kemasan.
Metode transportasi yang dipilih, harus dapat menjamin bahwa obat
dan atau bahan obat tidak mengalami perubahan kondisi selama
transportasi yang dapat mengurangi mutu. Pengiriman obat dan/atau
bahan obat harus aman dan dilengkapi dengan dokumentasi yang
sesuai untuk mempermudah identifikasi dan verifikasi kepatuhan
terhadap persyaratan yang ditetapkan. Kebijakan dan prosedur tertulis
harus dilaksanakan oleh semua personil yang terlibat dalam
transportasi.
PBF Tri Sapta Jaya Semarang bekerjasama dengan ekspedisi
Pandu Logistic dan Hans Logistic sebagai penyedia jasa transportasi
29
pihak ketiga. Antara PBF TSJ dan penyedia jasa transportasi dibuat
kontrak kerjasama yang jelas untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Poin yang tertuang dalam kontrak diantaranya, kendaraan
dalam kondisi baik, bersih, dan sesuai dengan persyaratan
penyimpanan produk, pengemudi dilatih CDOB, pihak ketiga
memahami kondisi penyimpanan, pihak ketiga memiliki tempat,
personil yang kompeten, peralatan, pengetahuan dan pengalaman
dalam melaksanakan tugas yang dikontrakkan, harus memenuhi
persyaratan CDOB, penerima kontrak harus menghindari aktivitas
yang dapat mempengaruhi mutu obat dan atau bahan obat, serta
melaporkan kejadian apapun yang dapat mempengaruhi mutu obat
kepada pemberi kontrak.
30
mendapat persetujuan dari pemberi kontrak serta dilakukkan audit ke
pihak ketiga.
Hal yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan kerjasama
kontrak antara lain:
a. Semua kegiatan kontrak harus tertulis antara pemberi kontrak dan
penerima kontrak serta setiap kegiatan harus sesuai dengan
persyaratan CDOB.
b. Cakupan kegiatan :
- Kontrak antar fasilitas distribusi
- Kontrak dengan penyedia jasa (transportasi, pengendalian
hama, pergudangan, kebersihan, dll).
9) Dokumentasi
Dokumentasi pengelolaan pengadaan dan penyaluran obat dan
bahan obat merupakan bagian sistem informasi yang meliputi
prosedur, metode dan instruksi kerja, catatan, laporan serta jenis
dokumentasi lain yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, serta evaluasi sluruh rangkaian kegiatan pengadaan dan
penyaluran obat. Sistem dokumentasi harus menggambarkan secara
lengkap asal-usul setiap jenis produk, serta penyalurannya sehingga
memungkinkan diperlukan penelusuran kembali. Sistem dokumentasi
digunakan pula dalam pemantauan dan pengendalian. Dokumen
mencakup data penting dan dijaga agar selalu aktual. Dokumentasi
yang dimaksud seperti Prosedur tetap atau SOP setiap tahapan
31
distribusi, dokumentasi pemesanan, dokumentasi penerimaan untuk
produk diterima dan ditolak, dokumentasi penyimpanan, dan
dokumentasi pendistribusi.
Alur obat masuk hingga pendistribusian keluar dari PBF yaitu ketika
barang masuk dari supplier atau pembelian cabang, dilakukan pengecekan
dokumen. Faktur dan surat pesanan dicocokan kemudian dilakukan
pengecekan fisik barang, kesesuaian nomor batch dan waktu kadaluarsa di
barang dengan faktur. Pengecekan dilakukan di ruang loading penerimaan. Jika
semua sudah sesuai, maka faktur pembelian ditandatangani oleh
penanggungjawab fasilitas distribusi dan dilakukan proses input masuk kartu
stock secara sistem. Semua dokumen yang berkaitan dengan pengiriman
barang (faktur atau surat penyerahan barang) didokumentasikan berdasarkan
tanggal penerimaan.
32
diidentifikasi dengan cepat pada saat dibutuhkan serta mudah untuk
dibersihkan baik barang maupun lokasi penyimpanannya.
F. Pengelolaan PBF
1. Seleksi Obat
Seleksi obat dilakukan dengan memilih sumber yang legal, sehingga
dapat dipastikan obat yang akan dipesan tidak palsu dan terjamin mutu dan
keamanannya. Supplier harus dipastikan berasal dari pihak yang
terpercaya dan telah memenuhi kualifikasi. Apabila produk diperoleh dari
industri farmasi atau alat kesehatan hal-hal yang perlu diperhatikan
meliputi izin industri serta menerapkan prinsip dan pedoman
CPOB/CPAKB, yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB/CPAKB, dan
apabila obat didapat dari PBF lain maka hal yang harus dipastikan yaitu
izin PBF, SIKA APJ, dan NPWP.
2. Estimasi Kebutuhan Obat (Perencanaan)
Perencanaan dilakukan dengan perhitungan penjualan rata-rata 3 bulan
dan permintaan tambahan jika terdapat fix order, sedangkan stok di
gudang sedang kurang atau kosong.
Perhitungan rencana permintaan dibuat satu bulan sebelumnya atau
disebut juga dengan forecast yang kemudian akan diupload pada sistem
setelah mendapatkan persetujuan dari apoteker penanggungjawab.
Perhitungan perencanaan dibuat oleh direktorat sales cabang disesuaikan
dengan rata-rata penjualan. Setelah masuk ke sistem, pusat akan mereview
33
permintaan dari cabang. Jika PBF pusat mengalami kekosongan stok maka
PBF cabang dapat melakukan pembelian obat di PBF lain dengan
mengajukan UPC (Usulan Pembelian Cabang) terlebih dahulu ke pusat.
Setelah mendapat approve dari pusat, apoteker penanggjungjawab cabang
akan membuat pre order untuk obat tersebut. Pengadaan rutin yang
dilakukkan PT. Trisapta Jaya yaitu setiap minggu ke-2 dan minggu ke-4
setiap bulannya.
3. Pengelolaan Obat Rusak, Kadaluarsa, dan Pemusnahan Obat
PBF Tri Sapta Jaya Semarang tidak melakukan pemusnahan obat.
Pengelolaan obat rusak dan kadaluarsa di lakukan dengan cara retur ke
supplier. Sebelum diserahkan ke supplier obat rusak dan akan kadaluarsa
dalam waktu 3 bulan dikumpulkan dan disimpan diruang khusus untuk di
karantina dan diberikan penandaan yang jelas.
4. Tata Kelola Administrasi dan Laporan di PBF
Tata kelola administrasi di PBF TSJ Semarang meliputi dokumen
faktur dan surat pesanan, dokumen receiver atau penerimaan, dokumen
retur dan dokumen pengeluaran. Penyimpanan dokumen dilakukan selama
tiga tahun.
Pelaporan yang dilakukan oleh PBF TSJ Semarang yaitu laporan e-
report dan e-napza. Laporan tersebut dilakukan tiap bulan. Laporan e-
report yaitu pelaporan produk-produk narkotik, psikotropik dan precursor
yang ditujukan kepada kemenkes melalui website
http://pbf.binfar.kemkes.go.id/. Sedangkan laporan e-napza yaitu
pelaporan produk-produk narkotik, psikotropik, precursor dan OOT (obat-
obat tertentu) yang ditujukan kepada BPOM melalui website http://e-
napza.pom.go.id/
PBF juga terdapat laporan untuk obat diduga palsu. Apabila ada
temuan obat diduga palsu maka PBF akan melaporkan hal tersebut
kepada BBPOM. Sebelum lapor ke BBPOM, PBF akan melakukan
pengecekan terlebih dahulu terkait obat apa saja yang diduga palsu. PT.
34
Tri Sapta Jaya Semarang belum pernah mendapat keluhan produk diduga
palsu.
G. Monitoring Pengawasan dan Penyimpanan
PBF Tri Sapta Jaya Semarang melakukan pengawasan dan
penyimpanan, yaitu meliputi monitoring suhu ruang untuk memastikan semua
produk disimpan sesuai spesifikasi penyimpanan. Cycle count dilakukan
setiap hari dengan menghitung random beberapa produk. Perhitungan jumlah
produk dilakukan dengan mencocokan jumlah fisik dengan sistem apakah
sudah sesuai ataukah ada selisih. Melalui cycle count ini juga dapat untuk
mengecek apakah produk penempatan sudah sesuai lokasinya, misalnya tidak
bercampur antara obat dan suplemen. Monitoring pengawasan dan
penyimpanan juga dilakukan dengan melakukan stock opname dan pencatatan
pada kartu stock baik kartu stock fisik maupun elektronik.
35
a) Meliputi,penanganan produk kembalian karena Recall, mulai dari
pemberitahuan ke pelanggan, penerimaan, penempatan dan
pengembalian serta laporan nya. Penanggung Jawab
36
TSJ ke outlet tersebut, kolom jumlah dan keterangan untuk
menuliskan hasil apakah stok sudah habis atau masih ada, juga
disertai tanggal, nama penerima recall (outlet) dan stempel outlet.
Voluntary Recall
Voluntary recall dilakukan atas inisiatif dari supplier atau pabrik.
Pada voluntary recall pabrik akan mengirimkan surat perintah berupa
penarikan produk. Setelah menerima surat perintah tersebut produk
diambil oleh salesman, kemudian akan dibawa ke TSJ cabang.
Setelah semua terkumpul sesuai batas waktu yang ditentukan, maka
dibuat laporan, dan setelah itu barang dikembalikan ke TSJ pusat.
Nanti TSJ pusat yang akan mengembalikan ke supplier.
37
yang perlu dilakukan. Inspeksi diri dilakukan oleh auditor. Seorang auditor
yang melakukan audit, telah memenuhi pelatihan tentang inspeksi diri dan SOP
inspeksi diri sebelum menjalankan tugasnya. Inspeksi diri harus dilakukan
dengan cara yang independen dan rinci oleh personil yang kompeten dan
ditunjuk oleh perusahaan dan semua pelaksanaan inspeksi diri harus dicatat.
Inspeksi diri PBF Tri Sapta Jaya Semarang dilakukan setahun sekali dari
tanggal inspeksi sebelumnya. Untuk melakukan inspeksi diri akan dibentuk tim
yang didalamnya terdiri dari kepala bagian masing-masing divisi. Pelaksanaan
inspeksi diri harus selalu terdokumentasi. Inspeksi diri dilakukan secara
independen, audit dapat dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab ataupun
tim external. Auditor harus mendapat pelatihan dan mengetahui
parameter/standard yang berlaku atas aspek yang diaudit. Apabila ada temuan
masalah dalam inspeksi diri harus diidentifikasi dan dilakukan CAPA dan
segera direalisasikan.
38
Contoh kasus lain yang terjadi di PBF adalah kurangnya jumlah produk
yang dikirim dari PBF ke outlet, tidak sesuai antara yang tertera di faktur dan
jumlah fisik. hal tersebut dapat ditangani dengan melakukan pengecekan stok
di gudang apabila terdapat sisa stok di gudang maka barang akan dikirim
kembali ke outlet tersebut, namun jika tidak stok di gudang tidak ada selisih
maka dilakukan pengecekan di ekspedisi karena dikhawatirkan tertinggal.
Apabila tidak terjadi ketinggalan barang di ekspedisi maka kehilangan menjadi
tanggungjawab ekspedisi.
PBF Tri Sapta Jaya Semarang pernah melakukan recall terhadap produk
vitazym. Penarikan vitazym awalnya adalah dikarenakan produk serupa yaitu
enzyplex yang diduga terdapat bahan yang mengandung DNA tidak halal.
Kemudian dari Kalbe melakukan penarikan pada produk serupa (vitazym).
Sebelum melakukan penarikan, biasanya terdapat surat perintah penarikan dari
pabrik. Setelah menerima surat perintah tersebut produk diambil oleh
salesman, kemudian akan dibawa ke TSJ cabang. Setelah semua terkumpul
sesuai batas waktu yang ditentukan, maka dibuat laporan, dan setelah itu
barang dikembalikan ke TSJ pusat. Nantinya TSJ pusat yang akan
mengembalikan ke supplier. Laporan recall atau penarikan juga dikirimkan ke
BBPOM.
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan
di PT. Tri Sapta Jaya Semarang, dapat disimpulkan bahwa:
1. Peran dan tugas Apoteker sebagai penanggung jawab di PBF adalah
melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengelolaan obat yang terdiri dari
pengadaan, penerimaan dan penyaluran obat sesuai dengan Cara Distribusi
Obat yang Baik dan peraturan perundang-undangan.
2. Penerapan manajemen pengelolaan obat di PT. Tri Sapta Jaya Semarang
telah didukung oleh sistem software aplikasi yang terintegrasi ke seluruh
perangkat komputer yang terdapat di kantor PBF Cabang dan Pusat,
sehingga dapat meningkatkan efektivitaas dan efisiensi kegiatan
operasional di PBF.
3. PT. Tri Sapta Jaya Semarang sudah menjalankan standar CDOB sesuai
dengan Petunjuk Pelakasanaan CDOB.
4. PT. Tri Sapta Jaya Semarang sudah menerapkan Standar Operasional
Prosedur yang jelas dalam semua bagian.
B. SARAN
Pengelolaan obat di PT. Tri Sapta Jaya diharapkan dapat dipertahankan
untuk meningkatkan kualitas dalam memproduksi sediaan farmasi sesuai
dengan ketentuan CDOB.
40
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun
2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
Badan POM RI. 2015. Petunjuk Pelaksanaan Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB). Badan Pengawan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Jakarta
Presiden Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 34 tahun
2014 tentang Pedagang Besar Farmasi. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
41
LAMPIRAN
42
Lampiran 3. Peta Lokasi PT. Tri Sapta Jaya Semarang
43
Lampiran 5. Contoh Faktur PT. Tri Sapta Jaya
44
Lampiran 6. Contoh Surat Pesanan Prekursor Farmasi
45
Lampiran 7. Rekapan Laporan Keluhan Pelanggan
46
Lampiran 9. Form Monitoring Suhu
47
Lampiran 10. Berita Acara Penarikan Barang ( Recall )
48
Lampiran 12. Sertifikat Pelatihan CDOB
49
Lampiran 14. Jadwal Aktivitas Tahunan
50
Lampiran 16. Surat Penarikan Produk
51
Lampiran 18. Ruang Produk Retur Dan Ruang Karantina Produk Rusak
Dan Mendekati ED
52
Lampiran 20. Halaman Depan PBF. Tri Sapta Jaya Semarang
53
Lampiran 21. Jurnal Harian Kegiatan PKPA di PBF Tri Sapta Jaya
Semarang
NAMA MAHASISWA : Dyah Purnaning Tyas
TEMPAT PKPA : PBF Tri Sapta Jaya Semarang
PEMBIMBING : Dini Dewanti, S.Farm., Apt
TAHUN : 2020
Paraf Pembimbing
Tanggal Kegiatan
PKPA
Perkenalan dengan Kacab, Apoteker Penanggungjawab
20 April 2020 √
PBF dan Staff lainnya di PBF Tri Sapta Jaya Semarang
54
7 Mei 2020 LIBUR √
Sistem pengamanan sediaan di PBF
8 Mei 2020 √
Analisa verifikasi pelanggan dan pemesanan obat
9 Mei 2020 POST TEST √
55
56
57