38
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Praktik Kerja Profesi Apoteker
pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani
FIRA, S. Farm.
3351191430
Puji dan syukur dipanjatkan ke Hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Penyayang, atas segala cinta dan kemurahan-Nya yang begitu besar, sehingga
pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Profesi
38
Apoteker (PKPA) di Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) Cikalong
Wetan dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan laporan ini
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan ujian Praktik Kerja
Profesi Apoteker.
Dalam menyusun laporan ini telah berusaha untuk menyajikan dengan sebaik-
baiknya, namun penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
karena keterbatasan pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Mengingat akan keterbatasan kemampuan penulis dan demi sempurnanya
laporan ini penulis mengharapkan kritik yang konstruktif serta saran dari semua
pihak.
Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada semua pihak yang telah memberi bantuan baik moril maupun
materil, dorongan, bimbingan serta fasilitas sehingga laporan ini dapat penulis
susun dengan cukup baik.
Dalam kesempatan kali ini, ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada yang terhormat:
1. Puskesmas DTP Cikalong Wetan dan seluruh pegawai Puskesmas DTP
Cikalong Wetan atas kesempatannya bagi penulis untuk belajar dan
bimbingan tentang pekerjaan kefarmasian
2. Prof. Dr. apt. Afifah B Sutjiatmo, M.S., selaku Dekan Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani
3. Dr. apt. Sri Wahyuningsih, M.Si., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani
4. apt. Drs. Made Pasek Narendra, M.M., selaku Koordinator PKPA Puskesmas
Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Jenderal
Achmad Yani atas petunjuk dan arahan yang diberikan selama penyusunan
laporan ini.
5. apt. Gugum Gumilar, S. Si selaku pembimbing dan penanggung jawab PKPA
di Puskesmas DTP Cikalong Wetan.
6. apt. Dra. Pudjiastuti Kartidjo. M.Si, selaku pembimbing PKPA Puskesmas
atas bimbingan, petunjuk dan arahan yang telah diberikan selama penyusunan
laporan ini.
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani
8. Seluruh keluarga serta sahabat yang selalu memberikan doa, kasih sayang,
motivasi, nasihat, dan dukungan material.
9. Teman-teman Apoteker Angkatan XXIX atas perjuangan, semangat, dan
kerjasamanya.
i
10. Teman-teman Apoteker penulis selama menjalani PKPA di Puskesmas DTP
Cikalong Wetan atas dukungan semangat, serta kerja samanya.
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan
PKPA ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Semoga Allah SWT memberikan karunia kepada kita semua serta memberikan
balasan yang sebesar-besarnya atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis. Akhir kata, semoga laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Tujuan.....................................................................................................2
1.3. Waktu dan Penatalaksanaan PKPA.........................................................2
BAB II PELAKSANAAN PKPA........................................................................3
2.1. Situasi Geografis Puskesmas DTP Cikalong Wetan.......................................3
2.2. Visi dan Misi Puskemas DTP Cikalong Wetan..............................................3
2.3. Sumber Daya Manusia Puskesmas DTP Cikalong Wetan..............................4
2.4. Stuktur Organisasasi Puskesmas DTP Cikalong Wetan ................................4
2.5. Sarana dan Prasarana Puskesmas DTP Cikalong Wetan ...............................4
2.6. Program Puskesmas DTP Cikalong Wetan ...................................................4
2.6.1. UKM Essensial dan keperawatan Masyarakat............................................4
2.6.2. Promkes dan UKS .......................................................................................4
2.6.3. Kesehatan Lingkungan ...............................................................................4
2.6.4. Pelayanan Kesehatan Pemeriksaan KIA dan KB .......................................4
2.6.5. Pelayanan Kesehatan Gigi ..........................................................................6
2.6.6. P2K .............................................................................................................6
2.6.7. UKM Pengembangan ..................................................................................6
2.6.8. Kesehatan Gizi Masyarakat ........................................................................6
2.6.9. Kesehatan Olahraga ....................................................................................6
2.6.10. Kesehatan Lanjut Usia...............................................................................7
2.6.11. UKM Pengembangan ................................................................................7
2.7. Instalasi Faramasi Puskesmas DTP Cikalong Wetan ....................................7
2.7.1. Sumber Daya Kefarmasian Di Puskemas DTP Cikalong Wetan................8
2.7.2. Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik............................................................8
iii
2.7.3. Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP..................................12
BAB III TUGAS KHUSUS...............................................................................17
3.1. Pendahuluan .................................................................................................17
3.2. Tinjauan Pustaka...........................................................................................18
3.3. Metode..........................................................................................................27
3.4. Hasil dan Pembahasan..................................................................................27
3.5. Kesimpulan dan Saran..................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................30
LAMPIRAN.......................................................................................................31
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
III.1. Pelaksanaan kegiatan Penyuluhan di Puskesmas DTP Cikalong Wetan....27
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
31
32
34
35
36
37
38
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
31
32
34
35
36
37
38
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
38
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia dan
merupakan salah satu modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional menuju terciptanya
kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapainya, perlu dilakukan suatu upaya kesehatan.
Menurut UU nomor 36 tahun 2009 upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. Permenkes nomor 74 tahun 2016 upaya peningkatan kesehatan adalah
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan.
Profesi farmasi adalah profesi yang menyangkut kesehatan manusia sehingga seluruh
kegiatannya diatur melalui peraturan perundang-undangan. Sebagai profesi, pemerintah
telah mengeluarkan dan menetapkan Peraturan Pemerintah Nmor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Perkembangan dan
adanya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif dapat
menjadi peluang sekaligus merupakan tantangan bagi apoteker untuk meningkatkan
kompetensinya. Dengan tersedianya tenaga kefarmasian yang kompeten, diharapkan
dapat menjamin kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di UPT Puskesmas DTP Cikalong
Wetan merupakan kegiatan pelatihan bagi calon apoteker Universitas Jenderal Achmad
Yani untuk menerapkan ilmu yang telah didapat dan memberi pengalaman bagi calon
apoteker itu sendiri. Diharapkan calon apoteker dapat meningkatkan pemahaman tentang
peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di
Puskesmas.
1
1.2. Tujuan
1.3. Penatalaksanaan
PKPA dilaksanakan selama satu bulan mulai tanggal 1 Oktober sampai dengan 31
Oktober 2020, dengan metode secara offline/luring selama dua minggu dari
tanggal 1 Oktober sampai dengan 15 Oktober 2020, dan secara online/daring dari
tanggal 16 Oktober sampai dengan 31 Oktober 2020. Sedangkan tempat
berlangsung PKPA berada di Puskesmas DTP Cikalong Wetan Kabupaten
Bandung Barat, dengan waktu pelaksanaan:
Hari : Senin s/d Sabtu
Waktu : 08.00 s/d 14.00 WIB
2
BAB II
Puskesmas DTP Cikalong Wetan merupakan satu dari 2 puskemas yang ada di
Kecamatan Cikalong Wetan, suatu kecamatan yang merupakan daerah argowisata.
Wilayah kerja Puskesmas DTP Cikalong Wetan meliputi 8 desa yaitu: Desa Cipta
Gumati, Mandala Mukti, Mandala Sari, Wangun Jaya, Cisomang Barat, Cipada,
Mekar Jaya, dan Ganjar Sari.
3
2. Mengembangkan kemitraan dengan sarana pelayanan kesehatan swasta dan
dunia usaha
3. Meningkatkan profesionalisme petugas
4. Menjalin hubungan yang lebih baik dengan lintas sektoral
Motto dari Puskesmas DTP Cikalong Wetan yaitu “Kesehatan Anda Kebanggaan
Kami” dengan tata nilai SEHAT yaitu : Santun, Empati, Handal, Adil dan
Teladan.
2.3. Sumber Daya Manusia Puskesmas DTP Cikalong Wetan
Sarana dan prasarana di Puskesmas DTP Cikalong Wetan terdiri atas : UGD,
Laboratorium, Konseling, Farmasi (gudang obat, ruang farmasi/loket, ruang
sterilisasi, ruang sanitasi dan ruang alat , Poli Pemeriksaan lansia/PTM, Poli
Umum, Poli Gigi, Poli MTBS/SIDDK (Manajemen Terpadu Balita Sakit), Ruang
KIA/ASI, Laktasi/Gizi, Ruang Bersalin, Ruang Perawatan Anak, Ruang
Perawatan Wanita, Ruang Jaga Perawat, Ruang Alkes, Ruang
KB/PKPR/KESPRO (Kesehatan Reproduksi), Ruang Bersalin, Area Tunggu
Pasien, Area Cuci Tangan, Mushola, dan Toilet.
4
Penanggung jawab Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) Essensial dan
Keperawatan Masyarakat mempunyai rincian sebagai berikut:
1. Merencanakan dan mengevaluasi kegiatan disetiap seksi dan unit di bidang
UKM
2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di setiap seksi dan unit di
bidang UKM
5
Melakukan pelayanan MTBS, ANC, KB, laporan PWS KIA, MTBS, MTBM,
laporan kematian ibu-bayi dan balita, mengevaluasi hasil kegiatan dan membuat
laporan bulanan.
2.6.6 P2P
Ruang lingkup upaya pencegahan dan pengendalian penyakit adalah berfokus
pada pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular. Dalam
beberapa tahun terakhir telah mengalami pengembangan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Dimana kondisi penyakit tidak
menular semakin meningkat. Tujuannya adalah memacu kemandirian masyarakat
dalam pencegahan dan pengendalian suatu penyakit, untuk menurunkan kasus
terjadinya suatu penyakit serta dapat meningkatkan kualitas hidup sehat
masyarakat yang berada disemua tatanan.
6
karena dapat meningkatkan kebugaran yang diperlukan dalam melakukan
tugasnya. Tujuan penyelenggaraan upaya kesehatan ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para petugas kesehatan tentang
kesehatan olahraga di tingkat pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas), sehingga
dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat agar masyarakat terhindar dari
berbagai penyakit tidak menular dan dapat meningkatkan derajat kesehatan,
kebugaran serta produktifitas kerja.
Sarana dan prasarana ruang pelayanan obat yang terdapat di Puskesmas DTP
Cikalong Wetan yaitu sebagai berikut:
7
2. Ruang Penyerahan Obat dan Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Ruang penyerahan obat di Puskesmas DTP Cikalong Wetan terletak di bagian
samping kiri ruangan dan bersebelahan dengan ruang pelayanan resep dan
peracikan. Pasien yang datang akan menyimpan resep dikontainer kecil dekat
loket sehingga tidak akan tertukar dengan pasien yang akan menerima informasi
obat.
Ruang penyimpanan obat di Puskesmas DTP Cikalong Wetan masih dalam satu
ruangan, terletak dibagian belakang dari ruang penerimaan resep. Terdiri dari
empat lemari yaitu satu lemari terletak disamping meja pelayanan resep untuk
memudahkan pengambilan obat, tiga lemari terletak didalam ruangan
penyimpanan obat yaitu dua lemari untuk obat khusus serta satu lemari untuk
sediaan sirup dan obat luar.
4. Ruang Konseling
Ruang konseling dari Puskesmas DTP Cikalong Wetan terdiri dari dua meja dan
dua kursi konseling, dilengkapi dengan buku-buku referensi yang diperlukan.
6. Ruang Arsip
Ruang arsip Puskesmas DTP Cikalong Wetan terletak dibagian kanan dari ruang
farmasi. Terdiri dari satu lemari yang berisi buku-buku referensi/standar, satu set
meja serta komputer.
2.7.1. Sumber Daya Kefarmasian di Puskesmas DTP Cikalong Wetan
Adapun tugas khusus dan fungsi bagian farmasi Puskesmas DTP Cikalong Wetan
adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan farmasi klinik
2. Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP)
2.7.2. Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik
8
Kegiatan pelayanan kefarmasian klinik merupakan bagian dari pelayanan
kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien. Kegiatan
pelayanan farmasi klinik, meliputi :
Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisis adanya masalah terkait obat, bila
ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis
resep.
Kegiatan Pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
2. Nama, dan paraf dokter
3. Tanggal resep
4. Ruangan/unit asal resep
9
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan
informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi
Kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan puskesmas, pasien dan masyarakat
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
obat
3. Menunjang penggunaan obat yang rasional
Kegiatan:
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif
dan pasif
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga Kesehatan melalui telepon,
atau tatap muka
3. Membuat bulletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain
4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat
5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
Kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis pakai.
6. Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.
iii) Konseling
Kegiatan:
10
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya apa
yang dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek
yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain-lain
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau
tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan:
1. Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya yang jarang
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah sangat
dikenal atau yang baru saja ditemukan
Kegiatan:
1. Menganalisis laporan efek samping obat
2. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
efek samping obat
3. Mengisi formulir monitoring efek samping obat (MESO)
4. Melaporkan kepusat monitoring efek samping obat nasional
Tujuan :
1. Mendeteksi masalah yang terkait dengan obat
11
2. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan obat
Kriteria pasien :
1. Anak- anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui
2. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis
3. Adanya multidiagnosis
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati
5. Menerima obat dengan indeks terapi sempit
6. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang
merugikan
Kegiatan :
1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria
2. Membuat catatan awal
3. Memperkenalkan diri pada pasien
4. Memberikan penjelasan pada pasien
5. Mengambil data yang dibutuhkan
6. Melakukan evaluasi
7. Memberikan rekomendasi
Kegiatan PTO di Puskesmas DTP Cikalong Wetan belum dilakukan.
Tujuan :
1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan obat pada kasus tertentu
2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat tertentu
Tujuan :
1. Memeriksa obat pasien
2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien
3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan obat
4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam
terapi pasien
12
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Memahami cara berkomunikasi yang efektif
2. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim
3. Memahami teknik edukasi
4. Mencatat perkembangan pasien
Untuk kegiatan visite di Puskesmas DTP Cikalong Wetan, belum dilakukan visite
bersama tim kesehatan lainnya, sehingga hanya dilakukan visite mandiri oleh
apoteker penanggung jawab puskemas. Untuk visite secara mandiri, apoteker
memperkenalkan diri terlebih dahulu, lalu memberikan penjelasan mengenai
indikasi dan jadwal pemberian obat. Selanjutnya mengajukan pertanyaan
mengenai keluhan setelah pemberian obat. Apoteker akan memberikan saran
kepada dokter mengenai obat yang perlu ditambahkan setelah menilai keluhan
pasien setelah diberikan obat.
Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai yang efisien, efektif, dan rasional, meningkatkan kompetensi/
kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan
melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP merupakan salah satu kegiatan
manajerial yang dilakukan di Puskesmas DTP Cikalong Wetan. Apoteker
penanggung jawab ruang farmasi di Puskesmas DTP Cikalong Wetan mempunyai
tugas dan tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya pengelolaan sediaan
farmasi dan BMHP yang baik dan tertata. Adapun kegiatan yang dilaksanakan
meliputi:
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan BMHP untuk
menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi dalam rangka pemenuhan
kebutuhan puskesmas. Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan BMHP di
puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh bagian farmasi di puskesmas. Proses
seleksi sediaan farmasi dan BMHP dilakukan dengan mempertimbangkan pola
penyakit, pola konsumsi sediaan farmasi periode sebelumnya, data mutasi sediaan
farmasi, dan rencana pengembangan. Proses seleksi sediaan farmasi dan BMHP
juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan
Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang
ada di puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan peraawat, serta pengelola
program yang berkaitan dengan pengobatan.
13
dan BMHP dilakukan dengan mempertimbangkan pola konsumsi sediaan farmasi
dan BMHP periode sebelumnya serta pola penyakit musiman. Proses seleksi
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai harus mengacu pada Formularium
Nasional (Fornas) dan Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) serta dari
Formularium Kabupaten (Forkab). Jika obat tidak tertera dalam Fornas dan
DOEN maka sediaan farmasi dapat dipilih dari Pelayanan Kesehatan Dasar
(PKD).
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan
sediaan farmasi dan BMHP diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan daerah
setempat.
14
Penyimpanan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Bentuk dan jenis sediaan
2. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan sediaaan farmasi,
seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembapan
3. Mudah atau tidaknya meledak/ terbakar
4. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan
5. Tempat penyimpanan Sediaan farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
15
2. Menyiapkan berita acara pemusnahan
3. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait
4. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
Penatalaksanaan sediaan farmasi dan BMHP secara tertib, baik obat, dan BMHP.
Laporan yang dibuat oleh apoteker penanggung jawab ruang farmasi di Puskemas
DTP Cikalong Wetan di antaranya:
1. LPLPO
2. Pelaporan kartu stock obat
3. Pelaporan copy resep
4. Pelaporan Pelayanan Informasi Obat (PIO)
5. Pelaporan Konseling
6. Buku penerimaan dan pengiriman barang
7. Buku pengeluaran obat bebas, bebas terbatas dan keras
8. Buku pencatatan psikotropika dan narkotika
16
2. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP
3. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan
Setiap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, dan BMHP, harus dilaksanakan
sesuai standar prosedur operasional. Standar prosedur Operasional (SPO)
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.
BAB III
TUGAS KHUSUS
PENYULUHAN PENCEGAHAN TB, PENYULUHAN CARA CERDAS
MENGGUNAKAN OBAT, DAN PENCEGAHAN ANEMIA REMAJA
PUTRI DENGAN SUPLEMENTASI TABLET TAMBAH DARAH
3.1. Pendahuluan
Penyakit ini menular dan menyebar takkala batuk dan bersin. Penularan terjadi
melalui udara (airborne spreading) dari “droplet” infeksi. Sumber infeksi adalah
pasien penderita tuberkulosis yang membatukkan dahaknya, dimana pada
pemeriksaan hapusan dahaknya umumnya ditemukan BTA positif. Pada saat
batuk pasien akan menghasilkan 3.000 droplet infeksi (droplet nuclei). Penularan
pada umumnya terjadi pada ruangan dengan ventilasi kurang dan ruangan gelap.
17
WHO memperkirakan bakteri ini membunuh sekitar 2 juta setiap tahunnya
penduduk dunia. Tahun 2002 - 2020 diperkirakan sekitar 1 miliar manusia akan
terinfeksi. Dengan kata lain pertambahan jumlah infeksi lebih dari 56 juta tiap
tahunnya penduduk dunia. WHO menyatakan 22 negara dengan beban
tuberkulosis tertinggi di dunia 50%-nya berasal dari negara-negara Afrika dan
Asia serta Amerika. Laporan WHO pada tahun 2010, mencatat peringkat
Indonesia masuk ke posisi lima dengan estimasi jumlah penderita tuberculosis
sebesar 430.000 kasus baru per tahun. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus
insiden pada tahun 2010 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Negeria dan
Indonesia (Moa, 2018)
Kebanyakan kasus terjadi pada kelompok usia 15 – 54 tahun, dan jenis kelamin
laki-laki lebih banyak kasus dibandingkan wanita dengan rasio 2:1. Mortalitas dan
morbiditas meningkat sesuai dengan umur, pada orang dewasa lebih tinggi pada
laki-laki.
Sementara pada wanita lebih sering dijumpai kasus menderita penyakit anemia,
World Health Organization (2011) menyatakan prevalensi kejadian anemia
remaja putri di Asia mencapai 191 juta orang dan Indonesia menempati urutan ke-
8 dari 11 negara di Asia setelah Sri Lanka dengan prevalensi anemia sebanyak 7,5
juta orang pada usia 10-19 tahun. Remaja putri terkena anemia karena keadaan
stres, haid, dan terlambat maka.
Anemia pada remaja putri juga dapat berdampak pada prestasi belajar siswi
karena anemia pada remaja putri dapat menurunkan konsentrasi siswi dalam
belajar. Remaja putri yang mengalami anemia berisiko 1,875 kali lipat
memperoleh prestasi belajar lebih rendah dibandingkan remaja putri yang tidak
mengalami anemia. Sehingga remaja putri diharuskan mengkonsumsi Tablet
Tambah Darah (TTD) satu tablet perminggu.
18
melakukan salah satu program kesehatan dasar yaitu kegiatan penyuluhan cara
cerdas menggunakan obat (GEMACERMAT) dengan harapan masyarakat
terutama remaja putri, wanita dan ibu hamil patuh dalam menggunakan obat serta
meminimalisir terjadinya efek samping obat.
19
c) Melakukan konseling kepada pasien untuk melihat perkembangan terapinya
dan memonitor kemungkinan terjadinya efek samping obat.
Program edukasi bertujuan untuk mengurangi peresepan dan penggunaan obat
yang tidak bijak. Materi edukasi berupa regimen terapi yang efektif dan
memberikan informasi mengenai dampak peresepan terhadap segi ekonomi dan
kesehatan pasien.
3.2.2. Penyakit TB
i) Pengertian Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus. TBC paru
tergolong penyakit air borne infection, yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui udara pernapasan ke dalam paru-paru. Kemudian kuman menyebar dari
paru-paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfe, melalui bronkus atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya
(Widyanto & Triwibowo, 2013)
Tuberkulosis (TBC) paru adalah suatu penyakit infeksi kronis yang sudah sangat
lama dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di
daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan
kerusakan tulang vertebra otak yang khas TBC dari kerangka yang digali di
Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal
dari mumi dan ukuriran dinding piramid di Mesir kuno pada tahun 2000 – 4000
SM. Hipokrates telah memperkenalkan sebuah terminologi yang diangkat dari
bahasa Yunani yang menggambarkan tampilan penyakit TBC paru ini (Sudoyo,
2010)
ii) Etiologi Tuberkulosis (TBC)
TBC paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil TBC (Mycrobacterium
Tuberculosi Humanis). Mycrobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman
berbentuk batang berukuran sangat kecil dengan panjang 1-4 µm dengan tebal
0,3-0,6 µm. Sebagian besar komponen Mycrobacterium tuberculosis adalah
berupa lemak atau lipid yang menyebabkan kuman mampu bertahan terhadap
asam serta zat kimia dan faktor fisik. Kuman TBC bersifat aerob yang
membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya.
20
dinding sel lipoid sehingga tahan asam, sifat ini dimanfaatkan oleh Robert Koch
untuk mewarnainya secara khusus. Oleh karena itu, bakteri ini disebut pula Basil
Tahan Asam (BTA). Basil TBC sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga
dalam beberapa menit saja akan mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap
gelombang cahaya ultraviolet. Basil TBC juga rentan terhadap panas-basah,
sehingga dalam 2 menit saja basil TBC yang berada dalam lingkungan basah
sudah akan mati bila terkena air bersuhu 100°C. Basil TBC juga akan terbunuh
dalam beberapa menit bila terkena alkohol 70% atau lisol 5% (Danusantoso,
2013)
iii) Pathogenesis Tuberkulosis (TBC)
TBC paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil TBC (Mycrobacterium
Tuberculosi Humanis). Karena ukurannya yang sangat kecil, bakteri TB dalam
percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya
kuman TBC ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik.
Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TBC dan biasanya sanggup
menghancurkan sebagian besar kuman TBC. Akan tetapi, pada sebagian kecil
kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TBC dan kuman akan
bereplikasi dalam makrofag. Kuman TBC dalam makrofag yang terus
berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut.
Lokasi pertama koloni kuman TBC di jaringan paru disebut Fokus Primer. Waktu
yang diperlukan sejak masuknya kuman TBC hingga terbentuknya kompleks
primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TBC. Hal ini berbeda
dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa
inkubasi TBC biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang
waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga
mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons
imunitas seluler (Werdhani, 2009)
TBC primer adalah TBC yang terjadi pada seseorang yang belum pernah
kemasukan basil TBC. Bila orang ini mengalami infeksi oleh basil TBC,
walaupun segera difagositosis oleh makrofag, basil TBC tidak akan mati. Dengan
semikian basil TBC ini lalu dapat berkembang biak secara leluasa dalam 2
minggu pertama di alveolus paru dengan kecepatan 1 basil menjadi 2 basil setiap
20 jam, sehingga pada infeksi oleh satu basil saja, setelah 2 minggu akan menjadi
100.000 basil. TBC sekunder adalah penyakit TBC yang baru timbul setelah lewat
5 tahun sejak terjadinya infeksi primer. Kemungkinan suatu TBC primes yang
telah sembuh akan berkelanjutan menjadi TBC sekunder tidaklah besar,
diperkirakan hanya sekitar 10%. Sebaliknya juga suati reinfeksi endogen dan
eksogen, walaupun semula berhasil menyebabkan seseorang menderita penyakit
TBC sekunder, tidak selalu penyakitnya akan berkelanjutan terus secara progresif
dan berakhir dengan kematian.hal ini terutama ditentukan oleh efektivitas system
imunitas seluler di satu pihak dan jumlah serta virulensi basil TBC di pihak lain.
Walaupun sudah sampai timbul TBC selama masih minimal, masih ada
kemungkinan bagi tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri bila system
imunitas seluler masih berfungsi dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa TBC
21
pada anak-anak umumnya adalah TBC primer sedangkan TBC pada orang dewasa
adalah TBC sekunder (Danusantoso, 2013).
Kuman TBC menyebar melalui udara saat si penderita batuk, bersin, berbicara,
atau bernyanyi. Yang hebat, kuman ini dapat bertahan di udara selama beberapa
jam. Perlu diingat bahwa TBC tidak menular melalui berjabat tangan dengan
penderita TBC, berbagi makanan/minuman, menyentuh seprai atau dudukan
toilet, berbagi sikat gigi. Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di
wilayah perkotaan yang kurang memenuhi persyaratan kemungkinan besar telah
mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah
kasus TBC. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang
mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan
batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA)
(Sudoyo, 2010)
22
4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah
Gejala khusus:
Keluhan-keluhan seorang penderita TBC sangat bervariasi, mulai dari sama sekali
tak ada keluhan sampai dengan adanya keluhan-keluhan yang serba lengkap.
Keluhan umum yang sering terjadi adalah malaise (lemas), anorexia, mengurus
dan cepat lelah. Keluhan karena infeksi kronik adalah panas badan yang tak tinggi
(subfebril) dan keringat malam (keringat yang muncul pada jam-jam 02.30-
05.00). Keluhan karena ada proses patologik di parudan/atau pleura adalah batuk
dengan atau tanpa dahak, batuk darah, sesak, dan nyeri dada. Makin banyak
keluhan-keluhan ini dirasakan, makin besar kemungkinan TBC. Departemen
Kesehatan dalam pemberantasan TBC di Indonesia menentukan anamnesis resmi
lima keluhan utama yaitu batuk-batuk lama (lebih dari 2 minggu), batuk darah,
sesak, panas badan, dan nyeri dada (Danusantoso, 2013)
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
3. Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
23
Tahap awal (intensif)
1. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
2. Pengobatan tahap intensif tersebut apabila diberikan secara tepat, biasanya
pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
3. Sebagian besar pasien TBC BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
Tahap lanjutan
1. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama.
2. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat
obat–obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter di minum dengan tekun
dan teratur, waktu yang lama (6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal
terhadap obat-obat, dengan pemeriksaaan penyelidikan oleh dokter.
Tindakan pencegahan.
24
1. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti
kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
2. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan pnderita, kontak atau suspect
gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita,
kontak, suspect, perawatan.
3. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap
penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH (Isoniazid) sebagai
pencegahan.
4. BCG, vaksinasi diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan
bagi ibunya dan keluarganya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun
ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
5. Memberantas penyakit TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi
dan pasteurisasi air susu sapi.
6. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karena menghirup udara
yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
7. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala TBC paru.
8. Pemeriksaan screening dengan tuberculin test pada kelompok beresiko tinggi,
seperti para emigrant, orang–orang kontak dengan penderita, petugas dirumah
sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
9. Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil pemerikaan
tuberculin tes.
i) Anemia
Menurut WHO (2001) dalam Buku Pedoman Anemia (2016), batas ambang
anemia untuk wanita usia 11 tahun keatas adalah apabila konsentrasi atau kadar
hemoglobin dalam darah kurang dari 12 g/dl. Penggolongan jenis anemia menjadi
ringan, sedang, dan berat belum ada keseragaman mengenai batasannya, namun
untuk mempermudah pelaksanaan pengobatan dan mensukseskan program
lapangan, menurut WHO, 2011, Klasiffikasi Anemia dikelompokkan menurut
umur.
Kadar Hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang kurang
mengandung zat besi. Zat besi terkandung dalam bahanan yang berprotein tinggi
seperti protein hewani. Pemberian suplementasi besi akan memberikan hasil
kenaikan hemoglobin yang paling efektif dibandingkan dengan pendidikan gizi
menggunkan media pembelajaran.
a. Definisi
Tablet tambah darah atau TTD merupakan suplemen zat gizi yang
mengandung 60 mg besi elemental dan 0,25 asam folat. TTD bila diminum
secara teratur dan sesuai aturan dapat mencegah dan menanggulangi anemia
gizi. Suplemen tablet tambah darah diberikan untuk menghindari remaja putri
dari anamia besi
b. Dosis Pemberian
25
Program pemberian suplementasi zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD)
pada remaja putri diharapkan dapat berkontribusi memutus lingkaran
malnutrisi antargenerasi. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1997 telah
menjalankan program pencegahan dan penanggulangan anemia gizi pada
Wanita Usia Subur (WUS) dengan mengintervensi WUS lebih dini, yaitu
sejak usia remaja. Program ini bertujuan untuk mendukung upaya penurunan
angka kematian ibu dengan menurunkan risiko terjadinya perdaan akibat
anemia pada ibu hamil. Pemberian TTD pada remaja putri yaitu 1
tablet/minggu dan 1 tablet/hari ketika menstruasi
c. Gejala Setelah Konsumsi Tablet Tambah Darah
Pada sebagaian orang, setelah konsumsi tablet besi menimbulkan gejala-
gejala sepertti mual, muntah, nyeri di daerah lambung, kadang-kadang diare
bahkan sulit buang air besar
d. Cara Mencegah Gejala
Sebaiknya konsumsi tablet besi pada malam hari untuk menghindari gejala-
gejala seperti yang disebutkan diatas. Sebaiknya saat mengonsumsi tablet
tambah darah tidak bersamaan dengan mengonsumsi makanan dan obat di
bawah ini karena dapat mengganggu penyerapan zat besi diantaranya:
1. Susu, jumlah kalsium yang tinggi dalam susu dapat menurunkan
penyerapan zat besi di mukosa usus.
2. Teh dan kopi, karena kandungan tanin dan kafein dapat mengikat zat besi
menjadi senyawa yang kompleks sehingga zat besi tidak dapat di serap.
3. Obat sakit maag berfungsi melapisi permukaan lambung, hal ini dapat
menghambat penyerapan zat besi.
e. Pengaruh Setelah Mengonsumsi Tablet Besi
Setelah mengonsumsi tablet besi, tinja biasanya berwarna hitam. Perubahan
warna tinja menjadi hitam bukan tanda yang membahayakan kesehatan.
f.. Manfaat Pemberian Tablet Zat Besi
Manfaat suplementasi tablet tambah darah adalah:
1. Menurunkan prevalensi anemia
2. Mencegah kasus BBLR
3. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
4. Mencegah anemia defisiensi besi pada ibu hamil, meningkatkan daya
tahan tubuh yang lebih baik.
26
2. Meningkatnya kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam
penggunaan obat secara benar
3. Meningkatnya penggunaan obat rasiona
Secara umum ada 3 jenis cara mendapatkan obat. Yang pertama adalah obat bebas
yang bisa didaptkan tanpa menggunakan resep dokter. yang kedua adalah obat
bebas terbatas, yang juga bisa didapatkan tanpa menggunakan resep dokter namun
penggunaanya haru memperhatikan aturan pakai dan peringatan pada kemasan.
dan terakhir adalah obat keras, obat yang hanya bisa diperoleh dengan resep
dokter.
27
6. Tanyakan kepada apoteker untuk mendaptkan informasi penggunaan obat
yang lebih lengka
28
pengunjung Puskesmas DTP Cikalong Wetan. Leaflet berisi tentang pencegahan
Penularan Penyakit TBC yang meliputi: (1) Gejala penyakit tuberkulosis (2)
Pemeriksaan penyakit Tuberkulosis (3) pengobatan penyakit tuberculosis (4)
Penularan penyakit tuberculosis dan (5) Cara mengatasi agar tidak tertular
penyakit tuberculosis. Dan materi kedua membahas mengenai Cara Cerdas
menggunaka Obat yang meliputi: (1) Cara memilih obat (2) Hal – hal yang harus
diperhatikan dalam memilih obat (3) Cara mendapatkan obat (4) Cara menyimpan
obat dirumah secara umum dan khusus (5) Cara menggunakan Obat (6) Cara
membuang obat (7) Ayo tanya 5 O. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ifroh et al.,
(2019) bahwa penggunaan media komunikasi, informasi dan edukasi berupa
leaflet sangat bermanfaat dalam pelaksanaan edukasi kepada masyarakat.
Kumpulan gambar berdasarkan kehidupan sehari hari dapat meningkatkan sikap
dan kesadaran mengenai peristiwa atau kejadian yang mempengaruhi perilaku
kesehatan masyarakat.
Tingkat pengetahuan masyarakat terkait penyakit TBC tergolong masih kurang
mengenai kebiasaan/perilaku yang mudah menularkan TB, perilaku untuk
mencegah penularan TB dan strategi pemerintah dalam menanggulangi penyakit
TB yaitu DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Begitu juga dengan
cara penggunaan obat.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, berdasarkan kategori pertanyaan tentang
penyebab penyakit TBC diketahui bahwa rata-rata responden menjawab tentang
penyebab penyakit TB adalah berasal dari debu kotor saja tanpa mengetahui
bahwa sebenarnya ada bakteri atau kuman yang ada di udara, yaitu bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Kategori pertanyaan waktu pengobatan penyakit
TBC belum banyak yang mengetahui bahwa waktu pengobatan yang harus terus
berlanjut selama kurang lebih 6 bulan tanpa boleh putus, karena jika putus maka
harus mulai lagi dari nol bulan atau awal bulan. Dan kategori pertanyaan cara
mencegah dan mengatasi agar tidak tertular penyakit TBC masih banyak yang
belum mengetahui bahwa mencegah agar tidak tertular yaitu dengan selalu
menjaga kebersihan, selalu membuka jendela agar sinar matahari bisa masuk
dalam rumah, rumah harus dengan ventilasi agar ada pergantian udara karena
kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk tumbuh
dan berkembang biaknya bakteri-bakteri patogen termasuk M. tuberculosis. Dan
memisahkan alat makan dan minum dengan penderita; dan rutin menjemur alas
tidur.
Sedangkan dalam penggunaan obat, masi ada beberapa responden yang belum
mengetahui bahwa memperoleh, menyimpan, menggunakan, dan membuang obat
tidak boleh di sembarang tempat tetapi ada tempat-tempat tertentu. Hal ini
diketahui dari jawaban responden mengenai tempat pemperoleh obat masih di
warung- warung terdekat, dan penggunaan obat antibiotik yang masih belum
tepat.
29
Pandemi Covid 19. Kegiatan diperuntukkan untuk seluruh sekolah/madrasah dan
Puskesmas yang ada di Jawa Barat. Kegiatan dilaksanakan pada hari Rabu, 14
Oktober 2020 jam 08:00 - 12:00 WIB. MAN 3 Karawang diwakili pembina PMR,
Yayah, S.Ag., mengikuti kegiatan lokakarya tersebut. selain pola makan dan gizi
yang seimbang, pemberian TTD penting dilakukan untuk para remaja puteri untuk
menghindari anemia dan gejala yang ditimbulkan karena mereka sangat beresiko
menderita anemia. Menurut survei daring yang diadakan UNICEF baru-baru ini
terhadap lebih dari 6.000 anak muda Indonesia, hampir 90 persen remaja
perempuan berhenti mengonsumsi TTD selama pandemi sehingga
dilaksanakanlah seminar tersebut.
3.1. Kesimpulan dan Saran
3.1.1. Kesimpulan
3.1.2. Saran
Secara umum, dari hasil kegiatan dan pengamatan selama Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Puskesmas DTP Cikalong Wetan, pengelolaan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas sudah baik. Beberapa hal yang mungkin dapat menjadi
masukan untuk kegiatan PKPA kedepannya, antara lain:
a. Tetap bersedia menerima mahasiswa profesi apoteker untuk melakukan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) untuk memberikan wawasan,
pengetahuan dan pengalaman bagi calon apoteker.
b. Meningkatkan jumlah apoteker atau tenaga teknis kefarmasian agar segala
proses lebih optimal dan maksimal
30
DAFTAR PUSTAKA
Danusantoso, H., 2012, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Hipokrates, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2012. Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada
Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Jakarta. Direktorat Jenderal Pembangunan
Masyarakat.
Dipiro, JT., et al. 2015. Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition. New York :
McGraw-Hill Education.
31
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotopika, dan Prekursor Farmasi.
Moa T., 2018, Prilaku Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan Penularan
Penyakit TB, Jurnal Health Community Enpowerment, Vol. 1 (1).
Nining dan Yeni, 2019, Edukasi dan Sosialisasi Gerakan masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat (Gema Cermat), Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, Vil. 5 (1).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889 Tahun 2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
Syamsuni, H.A., (2016). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Widyanto, F. C., & Triwibowo, C. (2013). Trend Disease. Jakarta: Trans Info
Media.
32
33
LAMPIRAN 1
38
Wan ga masi
ita pera
wat
R.P.Anak
Pendaftaran
P Poli
R.P.Pria ol
Umum UG
i D
Poned Pengelolaan limbah PKM Gi
Lantai. 1 gi
Guda KIA R.
w
R. Bidan
R. Bidan Kepal
c
ng /KB
R. Anak farma a
Mush si Puske
ollah smas
Papan
Gizi R.A
rsip
R.Inap Poned Ruang Keslin Tata
TB konsel
Usah
R.Inap Poned Rapat ing g
Lantai. 2 a
33
3
LAMPIRAN 2
KEPALA PUSKESMAS
dr. Yulius Stepanus
KEPALA TATA USAHA
Wiwin
Sunaryati,Am.Keb.SKM
KEPEGAWAIAN
SISTEM INFORMASI RUMAH TANGGA
Wiwin Sunaryati,Am.Keb.SKM KEUANGAN
PUSKESMAS Arini M.P.U, Am.Gz
Y.Taty W,Am.Keb
Yudhi Hutamamir, Amd
Yati Rohayati, Am.Keb
Yayah Ikayah,Amd.Keb
Een Hendayati,Amd.Kes
Dipta Mulyadi Hardy,SE
UKM ESENSIAL DAN UKM PENGEMBANGAN UKP KEFARMASIAN DAN JARINGAN PELAYANAN
KEPERAWATAN KESMS Nuryanih, Str.Keb LABORATORIUM PKM DAN JEJARING
Dewi Widaningsih,Am.Keb dr. Niken Ayu Luckyta Putri Teten Herawati, S.T
34
PROMOSI KESEHATAN KESEHATAN JIWA RJ RUANG PEMERIKSAAN BIDAN DESA
Nia R.Kurniawaty,SKM dr. Ifah Syarifah UMUM & ANAK Dewi Widaningsih, Am.Keb
dr. Achmad Shidiq
BIDAN DESA
KESEHATAN Catur Mulyasari, Am.Keb
KIA/KB OLAHRAGA PJ.KIA/KB
Nuryani, Str.Keb Edeh Widaningsih, SKM
Teten Herawati, S.T Nuryanih, Str.Keb BIDAN DESA
Teten Herawati, S.T Teten Herawati , S.T Warsini Riatiningsih,Am.Keb
UKS PJ . LABORATORIUM
Ari Purnamasari, Am.Kg Nurina Y. Suherman,Amd. AK
ETIKET OBAT
38
Gambar IV.1. Etiket Obat Dalam
36
LAMPIRAN 4
SALINAN RESEP
37
LAMPIRAN 5
38
LAMPIRAN 6
38
Gambar III.6 Kegiatan penyuluhan tentang Cara Cerdas Menggunakan Obat dan Pencegahan Penyakit TB
di Puskesmas DTP Cikalong Wetan
37
39
LAMPIRAN 7
BROSUR TENTANG TB
38
40