Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PUSKESMAS DTP CIKALONG WETAN

38
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Praktik Kerja Profesi Apoteker
pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani

FIRA, S. Farm.
3351191430

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke Hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Penyayang, atas segala cinta dan kemurahan-Nya yang begitu besar, sehingga
pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Profesi

38
Apoteker (PKPA) di Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) Cikalong
Wetan dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan laporan ini
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan ujian Praktik Kerja
Profesi Apoteker.

Dalam menyusun laporan ini telah berusaha untuk menyajikan dengan sebaik-
baiknya, namun penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
karena keterbatasan pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Mengingat akan keterbatasan kemampuan penulis dan demi sempurnanya
laporan ini penulis mengharapkan kritik yang konstruktif serta saran dari semua
pihak.

Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada semua pihak yang telah memberi bantuan baik moril maupun
materil, dorongan, bimbingan serta fasilitas sehingga laporan ini dapat penulis
susun dengan cukup baik.

Dalam kesempatan kali ini, ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada yang terhormat:
1. Puskesmas DTP Cikalong Wetan dan seluruh pegawai Puskesmas DTP
Cikalong Wetan atas kesempatannya bagi penulis untuk belajar dan
bimbingan tentang pekerjaan kefarmasian
2. Prof. Dr. apt. Afifah B Sutjiatmo, M.S., selaku Dekan Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani
3. Dr. apt. Sri Wahyuningsih, M.Si., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani
4. apt. Drs. Made Pasek Narendra, M.M., selaku Koordinator PKPA Puskesmas
Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Jenderal
Achmad Yani atas petunjuk dan arahan yang diberikan selama penyusunan
laporan ini.
5. apt. Gugum Gumilar, S. Si selaku pembimbing dan penanggung jawab PKPA
di Puskesmas DTP Cikalong Wetan.
6. apt. Dra. Pudjiastuti Kartidjo. M.Si, selaku pembimbing PKPA Puskesmas
atas bimbingan, petunjuk dan arahan yang telah diberikan selama penyusunan
laporan ini.
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani
8. Seluruh keluarga serta sahabat yang selalu memberikan doa, kasih sayang,
motivasi, nasihat, dan dukungan material.
9. Teman-teman Apoteker Angkatan XXIX atas perjuangan, semangat, dan
kerjasamanya.

i
10. Teman-teman Apoteker penulis selama menjalani PKPA di Puskesmas DTP
Cikalong Wetan atas dukungan semangat, serta kerja samanya.

11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan
PKPA ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Semoga Allah SWT memberikan karunia kepada kita semua serta memberikan
balasan yang sebesar-besarnya atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis. Akhir kata, semoga laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Tujuan.....................................................................................................2
1.3. Waktu dan Penatalaksanaan PKPA.........................................................2
BAB II PELAKSANAAN PKPA........................................................................3
2.1. Situasi Geografis Puskesmas DTP Cikalong Wetan.......................................3
2.2. Visi dan Misi Puskemas DTP Cikalong Wetan..............................................3
2.3. Sumber Daya Manusia Puskesmas DTP Cikalong Wetan..............................4
2.4. Stuktur Organisasasi Puskesmas DTP Cikalong Wetan ................................4
2.5. Sarana dan Prasarana Puskesmas DTP Cikalong Wetan ...............................4
2.6. Program Puskesmas DTP Cikalong Wetan ...................................................4
2.6.1. UKM Essensial dan keperawatan Masyarakat............................................4
2.6.2. Promkes dan UKS .......................................................................................4
2.6.3. Kesehatan Lingkungan ...............................................................................4
2.6.4. Pelayanan Kesehatan Pemeriksaan KIA dan KB .......................................4
2.6.5. Pelayanan Kesehatan Gigi ..........................................................................6
2.6.6. P2K .............................................................................................................6
2.6.7. UKM Pengembangan ..................................................................................6
2.6.8. Kesehatan Gizi Masyarakat ........................................................................6
2.6.9. Kesehatan Olahraga ....................................................................................6
2.6.10. Kesehatan Lanjut Usia...............................................................................7
2.6.11. UKM Pengembangan ................................................................................7
2.7. Instalasi Faramasi Puskesmas DTP Cikalong Wetan ....................................7
2.7.1. Sumber Daya Kefarmasian Di Puskemas DTP Cikalong Wetan................8
2.7.2. Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik............................................................8

iii
2.7.3. Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP..................................12
BAB III TUGAS KHUSUS...............................................................................17
3.1. Pendahuluan .................................................................................................17
3.2. Tinjauan Pustaka...........................................................................................18
3.3. Metode..........................................................................................................27
3.4. Hasil dan Pembahasan..................................................................................27
3.5. Kesimpulan dan Saran..................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................30
LAMPIRAN.......................................................................................................31

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
III.1. Pelaksanaan kegiatan Penyuluhan di Puskesmas DTP Cikalong Wetan....27

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
31
32
34
35
36
37
38

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
31
32
34
35
36
37
38

vii
viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

38
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia dan
merupakan salah satu modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional menuju terciptanya
kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapainya, perlu dilakukan suatu upaya kesehatan.
Menurut UU nomor 36 tahun 2009 upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. Permenkes nomor 74 tahun 2016 upaya peningkatan kesehatan adalah
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan.

Dalam kaitan tersebut, pemerintah telah melaksanakan pembangunan kesehatan yang


mengusahakan agar setiap penduduk dapat memperoleh derajat kesehatan yang optimal
dengan mengusahakan pelayanan kesehatan yang lebih luas, lebih merata dan lebih
terjangkau, terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah, baik di desa maupun di
kota dengan peran aktif masyarakat. Langkah selanjutnya yang dilakukan pemerintah
adalah dengan meningkatkan pelayanan kesehatan yang ada sekaligus mengusahakan
agar jasa pelayanan kesehatan tersebut tetap tejangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Profesi farmasi adalah profesi yang menyangkut kesehatan manusia sehingga seluruh
kegiatannya diatur melalui peraturan perundang-undangan. Sebagai profesi, pemerintah
telah mengeluarkan dan menetapkan Peraturan Pemerintah Nmor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Perkembangan dan
adanya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif dapat
menjadi peluang sekaligus merupakan tantangan bagi apoteker untuk meningkatkan
kompetensinya. Dengan tersedianya tenaga kefarmasian yang kompeten, diharapkan
dapat menjamin kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di UPT Puskesmas DTP Cikalong
Wetan merupakan kegiatan pelatihan bagi calon apoteker Universitas Jenderal Achmad
Yani untuk menerapkan ilmu yang telah didapat dan memberi pengalaman bagi calon
apoteker itu sendiri. Diharapkan calon apoteker dapat meningkatkan pemahaman tentang
peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di
Puskesmas.

1
1.2. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas


adalah:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi dan tanggung
jawab apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap-
perilaku (professionalism) serta wawasan dan pengalaman nyata (reality) untuk
melakukan praktik profesi dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari
strategis dan pengembangan praktik profesi apoteker di Puskesmas.
4. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan (problem-solving) praktik dan
pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.
5. Mempersiapkan calon apoteker agar memiliki sikap - prilaku dan
professionalism untuk memasuki dunia praktik profesi dan pekerjaan
kefarmasian di Puskesmas.
6. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk belajar berkomunikasi dan
berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang bertugas di Puskemas.
7. Memberikan kesempatan kepada calon apoteker untuk belajar pengalaman
PKPA di Puskesmas dalam kaitan dengan peran, tugas dan fungsi apoteker
dalam bidang kesehatan masyarakat.

1.3. Penatalaksanaan

PKPA dilaksanakan selama satu bulan mulai tanggal 1 Oktober sampai dengan 31
Oktober 2020, dengan metode secara offline/luring selama dua minggu dari
tanggal 1 Oktober sampai dengan 15 Oktober 2020, dan secara online/daring dari
tanggal 16 Oktober sampai dengan 31 Oktober 2020. Sedangkan tempat
berlangsung PKPA berada di Puskesmas DTP Cikalong Wetan Kabupaten
Bandung Barat, dengan waktu pelaksanaan:
Hari : Senin s/d Sabtu
Waktu : 08.00 s/d 14.00 WIB

2
BAB II

TINJAUAN PUSKESMAS DTP CIKALONG WETAN

2.1. Situasi Geografis Puskesmas DTP Cikalong Wetan

Puskesmas DTP Cikalong Wetan merupakan suatu organisasi fungsional yang


menyelenggarakan upaya Kesehatan dasar yang bersifat menyeluruh, terpadu,
dapat diterima dan terjangkau masyarakat.

Puskesmas Dengan Tingkat Perawatan (DTP) Cikalong Wetan,


didirikan/dibangun pada tahun 1954, dengan nama Rumah Sakit Pembantu (RSP)
Cikalong Wetan. Dibangun diatas lahan seluas kurang lebih 24.550 m 2, terletak
dipinggir jalan raya Padalarang-Purwakarta dan saat ini telah memiliki sertifikat,
sedangkan asal tanah berasal dari Bapak Osna Karta Nasmita dan kemudian tanah
tersebut dihibahkan ke Rumah Sakit Pembantu Tjikalong Wetan, yang kemudian
hari berubah nama menjadi Puskesmas DTP Cikalong Wetan. Fasilitas yang
dimiliki pada saat ini berupa satu unit rawat inap, satu unit rawat jalan, dan satu
rumah tempat tinggal dokter. Pelayanan puskesmas meliputi rawat jalan, rawat
inap umum dengan ruang gawat darurat, klinik gigi, laboratorium sederhana,
ruang P3M, dapur, ruang cuci, serta ruang alat.

Puskesmas DTP Cikalong Wetan merupakan satu dari 2 puskemas yang ada di
Kecamatan Cikalong Wetan, suatu kecamatan yang merupakan daerah argowisata.

Wilayah kerja Puskesmas DTP Cikalong Wetan meliputi 8 desa yaitu: Desa Cipta
Gumati, Mandala Mukti, Mandala Sari, Wangun Jaya, Cisomang Barat, Cipada,
Mekar Jaya, dan Ganjar Sari.

Adapun batas-batas wilayah kerja puskemas adalah sebagai berikut:


1. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cipendeuy
2. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Purwakarta
3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cisarua
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Padalarang.

Denah wilayah Puskesmas DTP Cikalong Wetan tertera pada Lampiran 1,


Gambar II.1
2.2. Visi dan Misi Puskesmas DTP Cikalong Wetan

Puskesmas DTP Cikalong Wetan merupakan salah satu puskemas di kota


Bandung Barat yang berakreditasi Madya. Adapun visi dari Puskemas DTP
Cikalong Wetan adalah “Terwujudnya Puskesmas DTP Cikalong Wetan menjadi
pilihan utama masyarakat untuk hidup sehat”.

Sementara untuk mewujudkan visi tersebut, Puskesmas DTP Cikalong Wetan


memiliki empat misi, yaitu :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu

3
2. Mengembangkan kemitraan dengan sarana pelayanan kesehatan swasta dan
dunia usaha
3. Meningkatkan profesionalisme petugas
4. Menjalin hubungan yang lebih baik dengan lintas sektoral
Motto dari Puskesmas DTP Cikalong Wetan yaitu “Kesehatan Anda Kebanggaan
Kami” dengan tata nilai SEHAT yaitu : Santun, Empati, Handal, Adil dan
Teladan.
2.3. Sumber Daya Manusia Puskesmas DTP Cikalong Wetan

Penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas DTP Cikalong Wetan terdiri dari 4


dokter umum, 1 dokter gigi, 2 perawat ners, 8 perawat D3, 4 perawat SPK, 14
bidan D3, 2 perawat gigi, 3 administasi tata usaha, 1 sarjana Kesehatan
masyarakat, 1 sanitarian, 1 apoteker, 2 asisten apoteker, 3 petugas pendaftaran, 2
analisis Kesehatan, 2 petugas kebersihan, 2 petugas pemeliharaan dapur, 1 supir
ambulance.

2.4. Stuktur Organisasi Puskesmas DTP Cikalong Wetan

Struktur organisasi di Puskesmas DTP Cikalong Wetan terdiri atas :


1. Pimpinan : Kepala Puskemas
2. Unsur Pembantu Pimpinan : Kepala Sub Bagian Tata Usaha
3. Pelaksanaan Tata Usaha : Bagian Penanggung Jawab Rumah Tangga,
Kepegawaian, Sistem Informasi, dan Keuangan
4. Jabatan fungsional : Dokter, Bidan, Farmasi, Kesling, Gizi, dan
Laboratorium.
5. Unsur Penatalaksanaan di bagian dalam : Promosi Kesehatan (Promkes),
Kesehatan Lingkungan (Kesling), Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak/Keluarga
Berencana (KIA/KB), Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Unit
Kesehatan Sekolah (UKS), Kesehatan Jiwa, Gigi, UKCM/UKCS, Lansia,
Reproduksi, Olahraga, dan Indera.

Struktur organisasi Puskesmas DTP Cikalong Wetan tertera pada Lampiran 2,


Gambar II.2
2.5. Sarana dan Prasarana Puskesmas DTP Cikalong Wetan

Sarana dan prasarana di Puskesmas DTP Cikalong Wetan terdiri atas : UGD,
Laboratorium, Konseling, Farmasi (gudang obat, ruang farmasi/loket, ruang
sterilisasi, ruang sanitasi dan ruang alat , Poli Pemeriksaan lansia/PTM, Poli
Umum, Poli Gigi, Poli MTBS/SIDDK (Manajemen Terpadu Balita Sakit), Ruang
KIA/ASI, Laktasi/Gizi, Ruang Bersalin, Ruang Perawatan Anak, Ruang
Perawatan Wanita, Ruang Jaga Perawat, Ruang Alkes, Ruang
KB/PKPR/KESPRO (Kesehatan Reproduksi), Ruang Bersalin, Area Tunggu
Pasien, Area Cuci Tangan, Mushola, dan Toilet.

2.6. Program Puskesmas DTP Cikalong Wetan

2.6.1 UKM Essensial dan Keperawatan Masyarakat

4
Penanggung jawab Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) Essensial dan
Keperawatan Masyarakat mempunyai rincian sebagai berikut:
1. Merencanakan dan mengevaluasi kegiatan disetiap seksi dan unit di bidang
UKM
2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di setiap seksi dan unit di
bidang UKM

2.6.2 Promkes dan UKS


Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan
oleh Puskesmas DTP Cikalong Wetan meliputi :
1. Penyuluhan
2. Promosi kesehatan di sekolah pendidikan dasar
3. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil, anak balita, anak
remaja, dewasa, dan lansia
4. Penyuluhan kesehatan masyarakat tentang imunisasi
5. Penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat tentang imunisasi
6. Peningkatan pengetahuan komprehensif masyarakat tentang pencegahan
penularan TB, HIV/AIDS dan IMS
7. Peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang penyakit diare,
tifoid dan hepatitis
8. Kegiatan edukasi dan konseling tentang swamedikasi dan penggunaan obat
9. Kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan penggunaan obat
rasional melalui metode cara belajar insan aktif (CBIA)

2.6.3 Kesehatan Lingkungan


Pemantauan tempat-tempat umum, pengelolaan makanan, dan sumber air bersih
Kesehatan lingkungan mempunyai rincian tugas sebagai berikut :
1. Menyusun perencanaan dan evaluasi di unit kesling
2. Mengurangi bahkan menghilangkan semua unsur fisik dan lingkungan yang
memberi pengaruh buruk terhadap Kesehatan masyarakat melalui penyuluhan
kesling
3. Penyehatan air bersih
4. Penyehatan pembuangan sampah
5. Penyehatan lingkungan dan pemukiman
6. Penyehatan pembuangan air limbah
7. Penyehatan makanan dan minuman
8. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
9. Pengawasan tempat pengelolaan pestisida
10. Pelaksana peraturan perundangan di bidang Kesehatan lingkungan
11. Pembakaran sampah medis
12. Pencatatan dan pelaporan

2.6.4 Pelayanan Kesehatan Pemeriksaan KIA dan KB

5
Melakukan pelayanan MTBS, ANC, KB, laporan PWS KIA, MTBS, MTBM,
laporan kematian ibu-bayi dan balita, mengevaluasi hasil kegiatan dan membuat
laporan bulanan.

2.6.5 Pelayanan Kesehatan Gizi


Melaksanakan pelayanan gizi, melatih kader posyandu, menerima konsultasi di
bidang gizi, menjelaskan tata cara pengisian dan penggunaan KMS, melakukan
kegiatan pendataan (status gizi balita, gizi anak sekolah, IMT ratridan WUS,
Kadarsi, PKG), distribusi sarana obat gizi, membuat laporan bulanan.

2.6.6 P2P
Ruang lingkup upaya pencegahan dan pengendalian penyakit adalah berfokus
pada pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular. Dalam
beberapa tahun terakhir telah mengalami pengembangan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Dimana kondisi penyakit tidak
menular semakin meningkat. Tujuannya adalah memacu kemandirian masyarakat
dalam pencegahan dan pengendalian suatu penyakit, untuk menurunkan kasus
terjadinya suatu penyakit serta dapat meningkatkan kualitas hidup sehat
masyarakat yang berada disemua tatanan.

2.6.7 UKM Pengembangan


Bertugas membawahi dan mengkoordinasi kegiatan pelayanan Kesehatan jiwa,
pelayanan NAPZA dan Rokok, Pelayanan Kesehatan Tradisional komplementer,
UKS, Kesehatan Lansia
Penanggung jawab UKM pengembangan mempunyai rincian tugas sebagai
berikut.
1. Merencanakan dan mengevaluasi di setiap seksi dan unit di bidang UKM-P
(Usaha Kesehatan Masyarakat Pengembangan)
2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di setiap seksi dan unit di
Bidang UKM-P

2.6.8 Kesehatan Gigi Masyarakat


Mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
1. Menyusun perencanaan
2. Melaksanakan UKGS dan UKGMD
3. Pelayanan berupa pemeriksaan, perawatan, pengobatan, penambalan,
pencabutan, pembersihan karang gigi serta rujukan gigi dan mulut serta
rujukan
4. Pencatatan dan pelaporan

2.6.9 Kesehatan Olahraga


Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan aktivitas
fisik dan atau olahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan. Aktivitas fisik dan
atau olah raga merupakan sebagian kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari

6
karena dapat meningkatkan kebugaran yang diperlukan dalam melakukan
tugasnya. Tujuan penyelenggaraan upaya kesehatan ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para petugas kesehatan tentang
kesehatan olahraga di tingkat pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas), sehingga
dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat agar masyarakat terhindar dari
berbagai penyakit tidak menular dan dapat meningkatkan derajat kesehatan,
kebugaran serta produktifitas kerja.

2.6.10 Kesehatan Lanjut Usia

Kegiatan ini dilakukan berdasarkan preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif


dengan melakukan pendataan usila kemudian melakukan promotif meliputi
penyuluhan gizi, kesehatan dimasa tua serta melakukan kegiatan senam
kesegaram jasmani. Kemudian mengikutsertakan masyarakat kedalam
perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan. Selain itu preventif dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan berkala, kegiatan pengobatan melalui pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan serta pemulihan dan mengembalikan fungsi organ
yang telah menurun.

2.6.11 UKM Pengembangan

Kegiatan ini dimulai dengan melakukan pelayanan kesehatan jiwa, pelayanan


NAPZA, dan rokok, pelayanan kesehatan tradisional komplementer, UKS,
kesehatan lansia.
2.7. Bagian Farmasi Puskesmas DTP Cikalong Wetan

Sarana dan prasarana ruang pelayanan obat yang terdapat di Puskesmas DTP
Cikalong Wetan yaitu sebagai berikut:

1. Ruang Penerimaan Resep, Pelayanan dan Peracikan

Ruang penerimaan, pelayanan dan peracikan yang dimiliki Puskesmas DTP


Cikalong Wetan terletak dibagian samping kiri dari ruangan farmasi, menghadap
langsung ke area ruang tunggu. Terdiri dari meja tempat penerimaan resep dan
pelayanan resep dengan satu set meja serta kursi yang menghadap langsung ke
jendela ruangan. Tersedia sendok obat, bahan pengemas obat, blangko salinan
resep, etiket dan label, buku catatan pelayanan resep, alat tulis sesuai secukupnya,
serta kontainer penyimpanan resep. Resep yang diterima kemudian di simpan
diatas meja berjejer sesuai dengan urutan penerimaan. Kemudian satu orang akan
melakukan pelayanan dan peracikan obat yang diresepkan, satu orang lagi
menuliskan etiket dan satu orang dibagian loket akan melakukan penyerahan
disertai dengan pelayanan informasi obat (PIO). Resep yang sudah diterima
kemudian disimpan didalam kontainer khusus untuk memudahkan rekap harian.
Etiket Obat Puskesmas DTP Cikalong Wetan tertera pada Lampiran 3, Gambar
II.3. Salinan resep Puskesmas DTP Cikalong Wetan tertera pada Lampiran 4,
Gambar II.4. Alur pelayanan resep Puskesmas DTP Cikalong Wetan tertera pada
Lampiran 5, Gambar II.5

7
2. Ruang Penyerahan Obat dan Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Ruang penyerahan obat di Puskesmas DTP Cikalong Wetan terletak di bagian
samping kiri ruangan dan bersebelahan dengan ruang pelayanan resep dan
peracikan. Pasien yang datang akan menyimpan resep dikontainer kecil dekat
loket sehingga tidak akan tertukar dengan pasien yang akan menerima informasi
obat.

3. Ruang Penyimpanan Obat

Ruang penyimpanan obat di Puskesmas DTP Cikalong Wetan masih dalam satu
ruangan, terletak dibagian belakang dari ruang penerimaan resep. Terdiri dari
empat lemari yaitu satu lemari terletak disamping meja pelayanan resep untuk
memudahkan pengambilan obat, tiga lemari terletak didalam ruangan
penyimpanan obat yaitu dua lemari untuk obat khusus serta satu lemari untuk
sediaan sirup dan obat luar.

4. Ruang Konseling

Ruang konseling dari Puskesmas DTP Cikalong Wetan terdiri dari dua meja dan
dua kursi konseling, dilengkapi dengan buku-buku referensi yang diperlukan.

5. Ruang Penyimpanan atau Gudang Sediaan Farmasi dan BMHP

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi dari sanitasi, temperatur,


kelembaban, ventilasi, cahaya yang cukup serta pemisahan untuk menjamin mutu
produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan peebekalan farmasi yang
dimiliki Puskesmas DTP Cikalong Wetan terletak di lantai dua, terdiri dari tiga
rak penyimpanan, beberapa palet, lemari pendingin dan lemari penyimpanan
khusus psikotropika.

6. Ruang Arsip

Ruang arsip Puskesmas DTP Cikalong Wetan terletak dibagian kanan dari ruang
farmasi. Terdiri dari satu lemari yang berisi buku-buku referensi/standar, satu set
meja serta komputer.
2.7.1. Sumber Daya Kefarmasian di Puskesmas DTP Cikalong Wetan

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas DTP Cikalong Wetan


dilaksanakan oleh satu orang tenaga apoteker yaitu Bapak apt. Gugum Gumilar,
S.Si,. sebagai penanggung jawab, dibantu oleh dua tiga orang Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK).

Adapun tugas khusus dan fungsi bagian farmasi Puskesmas DTP Cikalong Wetan
adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan farmasi klinik
2. Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP)
2.7.2. Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik

8
Kegiatan pelayanan kefarmasian klinik merupakan bagian dari pelayanan
kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien. Kegiatan
pelayanan farmasi klinik, meliputi :

i) Pengkajian Resep dan Penyerahan Obat

Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisis adanya masalah terkait obat, bila
ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis
resep.
Kegiatan Pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
2. Nama, dan paraf dokter
3. Tanggal resep
4. Ruangan/unit asal resep

Persyaratan farmasetik meliputi:


1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Dosis dan jumlah obat
3. Stabilitas dan ketersediaan
4. Aturan dan cara penggunaan
5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat)

Persyaratan klinis meliputi:


1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
2. Duplikasi pengobatan
3. Alergi, interaksi dan efek samping obat
4. Kontraindikasi
5. Efek adiktif

Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan tahap dispensing sebagai


berikut :
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan
2. Memberikan etiket
3. Memeriksa kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah obat.
4. Memanggil nama apasien dan memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
5. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat dan meminta
tandatangan pasien untuk dokumentasi laporan PIO

ii) Pelayanan Informasi Obat (PIO)

9
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan
informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi
Kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan puskesmas, pasien dan masyarakat
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
obat
3. Menunjang penggunaan obat yang rasional

Kegiatan:
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif
dan pasif
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga Kesehatan melalui telepon,
atau tatap muka
3. Membuat bulletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain
4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat
5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
Kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis pakai.
6. Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

Faktor yang perlu diperhatikan:


1. Sumber informasi obat
2. Tempat
3. Tenaga
4. Perlengkapan

Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam pelayanan infomasi obat di Puskesmas


DTP Cikalong Wetan diantaranya :
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada pasien secara langsung dan
tidak langsung
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan lain
3. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap serta
masyarakat

iii) Konseling

Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan


masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat baik pasien rawat jalan
dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah
memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien atau keluarga
pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan
penggunaan obat.

Kegiatan:

10
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya apa
yang dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek
yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain-lain
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.

Pelayanan konseling di Puskesmas DTP Cikalong Wetan rutin dilakukan pada


pasien TBC, HIV, ibu hamil, lansia, dan serta pasien yang menderita penyakit
komplikasi. Namun dimasa pandemi, konseling sangat dibatasi demi memenuhi
protokol kesehatan.

iv) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau
tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

Tujuan:
1. Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya yang jarang
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah sangat
dikenal atau yang baru saja ditemukan

Kegiatan:
1. Menganalisis laporan efek samping obat
2. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
efek samping obat
3. Mengisi formulir monitoring efek samping obat (MESO)
4. Melaporkan kepusat monitoring efek samping obat nasional

Faktor yang perlu diperhatikan:


1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain
2. Ketersediaan formulir monitoring efek samping obat.

v) Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan proses memastikan bahwa seorang
pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping.

Tujuan :
1. Mendeteksi masalah yang terkait dengan obat

11
2. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan obat

Kriteria pasien :
1. Anak- anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui
2. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis
3. Adanya multidiagnosis
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati
5. Menerima obat dengan indeks terapi sempit
6. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang
merugikan

Kegiatan :
1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria
2. Membuat catatan awal
3. Memperkenalkan diri pada pasien
4. Memberikan penjelasan pada pasien
5. Mengambil data yang dibutuhkan
6. Melakukan evaluasi
7. Memberikan rekomendasi
Kegiatan PTO di Puskesmas DTP Cikalong Wetan belum dilakukan.

vi) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi penggunaan obat merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan


obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).

Tujuan :
1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan obat pada kasus tertentu
2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat tertentu

vii) Visite Pasien

Kegiatan ronde/visite pasien merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap


yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri
dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain. Jadi kegiatan ini dapat dilakukan
secara kunjungan mandiri atau bersama dengan dokter.

Tujuan :
1. Memeriksa obat pasien
2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien
3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan obat
4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam
terapi pasien

12
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Memahami cara berkomunikasi yang efektif
2. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim
3. Memahami teknik edukasi
4. Mencatat perkembangan pasien

Untuk kegiatan visite di Puskesmas DTP Cikalong Wetan, belum dilakukan visite
bersama tim kesehatan lainnya, sehingga hanya dilakukan visite mandiri oleh
apoteker penanggung jawab puskemas. Untuk visite secara mandiri, apoteker
memperkenalkan diri terlebih dahulu, lalu memberikan penjelasan mengenai
indikasi dan jadwal pemberian obat. Selanjutnya mengajukan pertanyaan
mengenai keluhan setelah pemberian obat. Apoteker akan memberikan saran
kepada dokter mengenai obat yang perlu ditambahkan setelah menilai keluhan
pasien setelah diberikan obat.

2.7.3. Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP

Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai yang efisien, efektif, dan rasional, meningkatkan kompetensi/
kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan
melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP merupakan salah satu kegiatan
manajerial yang dilakukan di Puskesmas DTP Cikalong Wetan. Apoteker
penanggung jawab ruang farmasi di Puskesmas DTP Cikalong Wetan mempunyai
tugas dan tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya pengelolaan sediaan
farmasi dan BMHP yang baik dan tertata. Adapun kegiatan yang dilaksanakan
meliputi:

i) Perencanaan Kebutuhan Sediaan Farmasi dan BMHP

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan BMHP untuk
menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi dalam rangka pemenuhan
kebutuhan puskesmas. Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan BMHP di
puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh bagian farmasi di puskesmas. Proses
seleksi sediaan farmasi dan BMHP dilakukan dengan mempertimbangkan pola
penyakit, pola konsumsi sediaan farmasi periode sebelumnya, data mutasi sediaan
farmasi, dan rencana pengembangan. Proses seleksi sediaan farmasi dan BMHP
juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan
Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang
ada di puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan peraawat, serta pengelola
program yang berkaitan dengan pengobatan.

Perencanaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas DTP Cikalong Wetan


setiap periode dilaksanakan oleh bagian farmasi. Proses seleksi sediaan farmasi

13
dan BMHP dilakukan dengan mempertimbangkan pola konsumsi sediaan farmasi
dan BMHP periode sebelumnya serta pola penyakit musiman. Proses seleksi
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai harus mengacu pada Formularium
Nasional (Fornas) dan Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) serta dari
Formularium Kabupaten (Forkab). Jika obat tidak tertera dalam Fornas dan
DOEN maka sediaan farmasi dapat dipilih dari Pelayanan Kesehatan Dasar
(PKD).

ii) Permintaan Sediaan Farmasi dan BMHP

Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan
sediaan farmasi dan BMHP diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan daerah
setempat.

Untuk di Puskesmas DTP Cikalong Wetan, permintaan diajukan diajukan kepada


Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat dengan menyerahkan Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat. Untuk
obat-obat yang diluar pengadaan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat
maka digunakan pemesanan langsung ke PBF oleh apoteker dengan menggunakan
surat pesanan langsung.

iii) Penerimaan Sediaan Farmasi dan BMHP


Penerimaan sediaan farmasi dan BMHP adalah suatu kegiatan dalam menerima
sediaan farmasi dan BMHP dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil
pengadaan puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang diajukan
oleh puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu.
Sediaan farmasi dan BMHP diterima langsung oleh apoteker penanggung jawab
ruang obat Puskesmas DTP Cikalong Wetan yang bertanggung jawab langsung
atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan sediaan
farmasi dan BMHP berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.

Apoteker penanggung jawab akan melakukan pemeriksaan terhadap sediaan


farmasi dan bahan medis habis pakai yang diserahkan mencangkup jumlah
kemasan, jenis dan jumlah, bentuk sediaan farmasi serta masa kadaluwarsa yang
harus sesuai dengan isi dokumen LPLPO. Kemudian ditandatangani oleh apoteker
penanggung jawab dan disetujui oleh kepala Puskesmas DTP Cikalong Wetan

iv) Penyimpanan Sediaan Farmasi BMHP


Penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP merupakan suatu kegiatan pengaturan
terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu sediaan farmasi yang
tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.

14
Penyimpanan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Bentuk dan jenis sediaan
2. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan sediaaan farmasi,
seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembapan
3. Mudah atau tidaknya meledak/ terbakar
4. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan
5. Tempat penyimpanan Sediaan farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

Penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas DTP Cikalong Wetan di


seleksi berdasarkan bentuk dan jenis sediaan, alfabetis, suhu penyimpanan serta
cahaya dan kelembaban. Untuk narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari
khusus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setelah diseleksi,
penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP dilakukan dengan menggunakan sistem
First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO).

v) Pendistribusian Sediaan Farmasi BMHP


Pendistribusian sediaan farmasi dan BMHP merupakan kegiatan pengeluaran dan
penyerahan sediaan farmasi dan BMHP secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi sub unit pelayanan
eriodic yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan
waktu yang tepat. Sub-sub unit di puskesmas dan jaringannya antara lain:
1. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan puskesmas
2. Puskesmas Jejaring
3. Puskesmas Keliling
4. Posyandu
5. Polindes
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian
obat per sekali minum (unit dose dispensing), atau kombinasinya.

vi) Pemusnahan dan penarikan


Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, dan BMHP yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Penarikan sediaan farmasi, dan BMHP dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Pemusnahan dilakukan untuk sediaan farmasi, dan BMHP bila :
1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
2. Telah kadaluwarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan Kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan dan/atau
4. Dicabut izin edarnya

Tahapan pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP terdiri dari :


1. Membuat daftar sediaan farmasi dan BMHP yang akan dimusnahkan

15
2. Menyiapkan berita acara pemusnahan
3. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait
4. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.

vii) Pengendalian Sediaan Farmasi BMHP


Pengendalian sediaan farmasi dan BMHP adalah suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang di inginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.

Pengendalian yang dilakukan di Puskesmas DTP Cikalong Wetan yaitu


pengendalian persediaan dan penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluarsa
melalui stock opname yang dilakukan setiap akhir bulan. Setiap sediaan farmasi
dilengkapi dengan kartu stok. Pengendalian juga dilakukan terhadap penggunaan
obat dengan menetapkan jumlah maksimal obat yang diberikan untuk terapi suatu
penyakit.

viii) Pencatatan, Pelaporan, dan Pengarsipan Sediaan Farmasi dan BMHP


Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan dalam
pengelolaan sediaan farmasi, dan BMHP, baik sediaan farmasi dan BMHP yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit
pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah :
1. Bukti bahwa pengelolaan sediaan farmasi, dan BMHP telah dilakukan
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, dan
3. Sumber data untuk pembuatan laporan.

Penatalaksanaan sediaan farmasi dan BMHP secara tertib, baik obat, dan BMHP.
Laporan yang dibuat oleh apoteker penanggung jawab ruang farmasi di Puskemas
DTP Cikalong Wetan di antaranya:
1. LPLPO
2. Pelaporan kartu stock obat
3. Pelaporan copy resep
4. Pelaporan Pelayanan Informasi Obat (PIO)
5. Pelaporan Konseling
6. Buku penerimaan dan pengiriman barang
7. Buku pengeluaran obat bebas, bebas terbatas dan keras
8. Buku pencatatan psikotropika dan narkotika

ix) Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP


Pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas
DTP Cikalong Wetan dilakukan secara periodik dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
sediaan farmasi dan BMHP sehingga dapat menjaga kualitas maupun
pemerataan pelayanan

16
2. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP
3. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan
Setiap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, dan BMHP, harus dilaksanakan
sesuai standar prosedur operasional. Standar prosedur Operasional (SPO)
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.

BAB III

TUGAS KHUSUS
PENYULUHAN PENCEGAHAN TB, PENYULUHAN CARA CERDAS
MENGGUNAKAN OBAT, DAN PENCEGAHAN ANEMIA REMAJA
PUTRI DENGAN SUPLEMENTASI TABLET TAMBAH DARAH

3.1. Pendahuluan

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium


tuberculosis yang pada umumnya menyerang paru dan sebagian menyerang di
luar paru, seperti kelenjar getah bening (kelenjar), kulit, usus/saluran pencernaan,
selaput otak, dan sebagainya.

Penyakit ini menular dan menyebar takkala batuk dan bersin. Penularan terjadi
melalui udara (airborne spreading) dari “droplet” infeksi. Sumber infeksi adalah
pasien penderita tuberkulosis yang membatukkan dahaknya, dimana pada
pemeriksaan hapusan dahaknya umumnya ditemukan BTA positif. Pada saat
batuk pasien akan menghasilkan 3.000 droplet infeksi (droplet nuclei). Penularan
pada umumnya terjadi pada ruangan dengan ventilasi kurang dan ruangan gelap.

17
WHO memperkirakan bakteri ini membunuh sekitar 2 juta setiap tahunnya
penduduk dunia. Tahun 2002 - 2020 diperkirakan sekitar 1 miliar manusia akan
terinfeksi. Dengan kata lain pertambahan jumlah infeksi lebih dari 56 juta tiap
tahunnya penduduk dunia. WHO menyatakan 22 negara dengan beban
tuberkulosis tertinggi di dunia 50%-nya berasal dari negara-negara Afrika dan
Asia serta Amerika. Laporan WHO pada tahun 2010, mencatat peringkat
Indonesia masuk ke posisi lima dengan estimasi jumlah penderita tuberculosis
sebesar 430.000 kasus baru per tahun. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus
insiden pada tahun 2010 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Negeria dan
Indonesia (Moa, 2018)

Kebanyakan kasus terjadi pada kelompok usia 15 – 54 tahun, dan jenis kelamin
laki-laki lebih banyak kasus dibandingkan wanita dengan rasio 2:1. Mortalitas dan
morbiditas meningkat sesuai dengan umur, pada orang dewasa lebih tinggi pada
laki-laki.

Sementara pada wanita lebih sering dijumpai kasus menderita penyakit anemia,
World Health Organization (2011) menyatakan prevalensi kejadian anemia
remaja putri di Asia mencapai 191 juta orang dan Indonesia menempati urutan ke-
8 dari 11 negara di Asia setelah Sri Lanka dengan prevalensi anemia sebanyak 7,5
juta orang pada usia 10-19 tahun. Remaja putri terkena anemia karena keadaan
stres, haid, dan terlambat maka.

Berdasarkan data Depkes RI (2012) prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia


pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%,
remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1%, dan pada Wanita Usia Subur (WUS)
usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Berdasarkan kelompok usia tersebut yang
memiliki risiko paling besar menderita anemia adalah remaja putri usia 10-18
tahun.

Anemia pada remaja putri juga dapat berdampak pada prestasi belajar siswi
karena anemia pada remaja putri dapat menurunkan konsentrasi siswi dalam
belajar. Remaja putri yang mengalami anemia berisiko 1,875 kali lipat
memperoleh prestasi belajar lebih rendah dibandingkan remaja putri yang tidak
mengalami anemia. Sehingga remaja putri diharuskan mengkonsumsi Tablet
Tambah Darah (TTD) satu tablet perminggu.

Kemenkes RI, mengeluarkan kebijakan dalam Program Pembangunan Indonesia


Sehat dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019 yakni guna pembinaan perbaikan gizi masyarakat salah satunya adalah
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri. Namun upaya
pemerintah dalam pencegahan dan penanggulangan masalah anemia masih
banyak kendala terutama dalam hal kepatuhan yang rendah, dan isu dengan efek
samping obat.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka Dinas kesehatan, Dinas pendidikan,


Kemenag, dan Mitra pembangunan berkoordinasi mendukung keberlangsungan
untuk keberhasilan pemberian TTD. Kementrian Kesehatan melalui puskesmas
selain menjamin ketersedian obat tablet tambah darah (TTD) puskesmas juga

18
melakukan salah satu program kesehatan dasar yaitu kegiatan penyuluhan cara
cerdas menggunakan obat (GEMACERMAT) dengan harapan masyarakat
terutama remaja putri, wanita dan ibu hamil patuh dalam menggunakan obat serta
meminimalisir terjadinya efek samping obat.

Gema Cermat dicanangkan sebagai upaya bersama antara pemerintah dan


masyarakat melalui rangkaian kegiatan dalam rangka mewujudkan kepedulian,
kesadaran, pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam menggunakan obat
secara tepat dan benar. Gema Cermat bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat secara tepat dan
benar. Selain itu, bertujuan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
memilih, mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan memusnahkan obat
secara tepat dan benar, dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional untuk
menghindari terjadinya efek yang tidak diinginkan yang dapat membahayakan
nyawa pasien (Nining dan Yeni, 2019).
3.2. Tinjauan Pustaka
3.2.1. Peran Apoteker
Sebagai seorang tenaga profesional, seorang apoteker hendaknya berperan dalam
membantu upaya pemerintah dalam menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat
dan mandiri. Apoteker khususnya harus berperan aktif dalam penanganan
penyakit-penyakit yang membutuhkan pengobatan jangka panjang, memiliki
prevalensi yang tinggi dan juga membahayakan jiwa.

Peran aktif apoteker di antaranya adalah sebagai berikut:


1. Melakukan upaya pencegahan penyakit, upaya ini diwujudkan melalui
a) Pemberian penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit; gejala awal,
sumber penyakit, cara pencegahan dan pertolongan pertama yang harus
dilakukan.
b) Pembuatan buletin, leaflet, poster, dan iklan layanan masyarakat seputar
penyakit dalam rangka edukasi.
c) Berpartisipasi dalam upaya pengendalian infeksi di rumah sakit melalui
Komite Pengendali Infeksi dengan memberikan saran tentang pemilihan
antiseptik dan desinfektan; menyusun prosedur, kebijakan untuk mencegah
terkontaminasinya produk obat yang diracik di instalasi farmasi rumah sakit
dan puskesmas atau apotek; menyusun rekomendasi tentang penggantian,
pemilihan alat-alat kesehatan, injeksi, infus, alat kesehatan yang digunakan
untuk tujuan baik invasive maupun non-invasif, serta alat kesehatan balut
yang digunakan di ruang perawatan, ruang tindakan, maupun di unit
perawatan intensif (ICU).
2. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien untuk mempercepat proses
penyembuhan, mencegah bertambah parah atau mencegah kambuhnya
penyakit. Hal ini dilakukan dengan cara:
a) Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya dan perubahan
pola hidup yang harus dijalani (misalnya: diet rendah lemak dan garam,
tidak minum minuman beralkohol, istirahat yang cukup).
b) Menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan,
dosis, dan waktu penggunaannya.

19
c) Melakukan konseling kepada pasien untuk melihat perkembangan terapinya
dan memonitor kemungkinan terjadinya efek samping obat.
Program edukasi bertujuan untuk mengurangi peresepan dan penggunaan obat
yang tidak bijak. Materi edukasi berupa regimen terapi yang efektif dan
memberikan informasi mengenai dampak peresepan terhadap segi ekonomi dan
kesehatan pasien.
3.2.2. Penyakit TB
i) Pengertian Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus. TBC paru
tergolong penyakit air borne infection, yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui udara pernapasan ke dalam paru-paru. Kemudian kuman menyebar dari
paru-paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfe, melalui bronkus atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya
(Widyanto & Triwibowo, 2013)

Tuberkulosis (TBC) paru adalah suatu penyakit infeksi kronis yang sudah sangat
lama dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di
daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan
kerusakan tulang vertebra otak yang khas TBC dari kerangka yang digali di
Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal
dari mumi dan ukuriran dinding piramid di Mesir kuno pada tahun 2000 – 4000
SM. Hipokrates telah memperkenalkan sebuah terminologi yang diangkat dari
bahasa Yunani yang menggambarkan tampilan penyakit TBC paru ini (Sudoyo,
2010)
ii) Etiologi Tuberkulosis (TBC)

TBC paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil TBC (Mycrobacterium
Tuberculosi Humanis). Mycrobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman
berbentuk batang berukuran sangat kecil dengan panjang 1-4 µm dengan tebal
0,3-0,6 µm. Sebagian besar komponen Mycrobacterium tuberculosis adalah
berupa lemak atau lipid yang menyebabkan kuman mampu bertahan terhadap
asam serta zat kimia dan faktor fisik. Kuman TBC bersifat aerob yang
membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya.

Mycrobacterium tuberculosis banyak ditemukan di daerah yang memiliki


kandungan oksigen tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk
penyakit TBC. Kuman Mycrobacterium tuberculosis memiliki kemampuan
tumbuh yang lambat, koloni akan tampak setelah kurang dari dua minggu atau
bahkan terkadang setelah 6-8 minggu. Lingkungan hidup optimal pada suhu 37°C
dan kelembaban 70%. Kuman tidak dapat tumbuh pada suhu 25°C atau lebih dari
40°C (Widyanto & Triwibowo, 2013).

Mycrobacterium tuberculosis termasuk familie Mycrobacteriaceace yang


mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah Mycrobacterium, yang salah
satunya speciesnya adalah Mycrobacterium tuberculosis. Basil TBC mempunyai

20
dinding sel lipoid sehingga tahan asam, sifat ini dimanfaatkan oleh Robert Koch
untuk mewarnainya secara khusus. Oleh karena itu, bakteri ini disebut pula Basil
Tahan Asam (BTA). Basil TBC sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga
dalam beberapa menit saja akan mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap
gelombang cahaya ultraviolet. Basil TBC juga rentan terhadap panas-basah,
sehingga dalam 2 menit saja basil TBC yang berada dalam lingkungan basah
sudah akan mati bila terkena air bersuhu 100°C. Basil TBC juga akan terbunuh
dalam beberapa menit bila terkena alkohol 70% atau lisol 5% (Danusantoso,
2013)
iii) Pathogenesis Tuberkulosis (TBC)

TBC paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil TBC (Mycrobacterium
Tuberculosi Humanis). Karena ukurannya yang sangat kecil, bakteri TB dalam
percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya
kuman TBC ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik.
Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TBC dan biasanya sanggup
menghancurkan sebagian besar kuman TBC. Akan tetapi, pada sebagian kecil
kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TBC dan kuman akan
bereplikasi dalam makrofag. Kuman TBC dalam makrofag yang terus
berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut.

Lokasi pertama koloni kuman TBC di jaringan paru disebut Fokus Primer. Waktu
yang diperlukan sejak masuknya kuman TBC hingga terbentuknya kompleks
primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TBC. Hal ini berbeda
dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa
inkubasi TBC biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang
waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga
mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons
imunitas seluler (Werdhani, 2009)

TBC primer adalah TBC yang terjadi pada seseorang yang belum pernah
kemasukan basil TBC. Bila orang ini mengalami infeksi oleh basil TBC,
walaupun segera difagositosis oleh makrofag, basil TBC tidak akan mati. Dengan
semikian basil TBC ini lalu dapat berkembang biak secara leluasa dalam 2
minggu pertama di alveolus paru dengan kecepatan 1 basil menjadi 2 basil setiap
20 jam, sehingga pada infeksi oleh satu basil saja, setelah 2 minggu akan menjadi
100.000 basil. TBC sekunder adalah penyakit TBC yang baru timbul setelah lewat
5 tahun sejak terjadinya infeksi primer. Kemungkinan suatu TBC primes yang
telah sembuh akan berkelanjutan menjadi TBC sekunder tidaklah besar,
diperkirakan hanya sekitar 10%. Sebaliknya juga suati reinfeksi endogen dan
eksogen, walaupun semula berhasil menyebabkan seseorang menderita penyakit
TBC sekunder, tidak selalu penyakitnya akan berkelanjutan terus secara progresif
dan berakhir dengan kematian.hal ini terutama ditentukan oleh efektivitas system
imunitas seluler di satu pihak dan jumlah serta virulensi basil TBC di pihak lain.
Walaupun sudah sampai timbul TBC selama masih minimal, masih ada
kemungkinan bagi tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri bila system
imunitas seluler masih berfungsi dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa TBC

21
pada anak-anak umumnya adalah TBC primer sedangkan TBC pada orang dewasa
adalah TBC sekunder (Danusantoso, 2013).

iv) Penularan Tuberkulosis (TBC)


Menurut Dikjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2014) cara
penularan penyakit Tuberkulosis adalah:
1. Sumber penularan adalah pasien TBC BTA positif melalui percik renik dahak
yang dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TBC dengan hasil
pemeriksaanBTA negatif tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal
tersebut bisa saja terjadioleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam
contoh uji ≤ dari 5.000 kuman/ccdahak sehingga sulit dideteksi melalui
pemeriksaan mikroskopis langsung.
2. Pasien TBC dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkanpenyakit TBC. Tingkat penularan pasien TBC BTA positif adalah
65%, pasien TBC BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26%
sedangkan pasien TBC dengan hasilkultur negatif dan foto toraks positif
adalah 17%.
3. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung
percik renikdahak yang infeksius tersebut.
4. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentukpercikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

Kuman TBC menyebar melalui udara saat si penderita batuk, bersin, berbicara,
atau bernyanyi. Yang hebat, kuman ini dapat bertahan di udara selama beberapa
jam. Perlu diingat bahwa TBC tidak menular melalui berjabat tangan dengan
penderita TBC, berbagi makanan/minuman, menyentuh seprai atau dudukan
toilet, berbagi sikat gigi. Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di
wilayah perkotaan yang kurang memenuhi persyaratan kemungkinan besar telah
mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah
kasus TBC. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang
mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan
batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA)
(Sudoyo, 2010)

v) Gejala Tuberkulosis (TBC)


Gejala penyakit TBC dalam Jurnal Penelitian (Sudoyo 2010) dapat dibagi menjadi
gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.
Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga
cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

Gejala sistemik atau umum:

1. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)


2. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Terkadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
3. Penurunan nafsu makan dan berat badan

22
4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah

Gejala khusus:

1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi


sumbatansebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanankelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
“mengi”,suara nafas melemah yang disertai sesak.
2. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertaidengan keluhan sakit dada.
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dandisebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demamtinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Keluhan-keluhan seorang penderita TBC sangat bervariasi, mulai dari sama sekali
tak ada keluhan sampai dengan adanya keluhan-keluhan yang serba lengkap.
Keluhan umum yang sering terjadi adalah malaise (lemas), anorexia, mengurus
dan cepat lelah. Keluhan karena infeksi kronik adalah panas badan yang tak tinggi
(subfebril) dan keringat malam (keringat yang muncul pada jam-jam 02.30-
05.00). Keluhan karena ada proses patologik di parudan/atau pleura adalah batuk
dengan atau tanpa dahak, batuk darah, sesak, dan nyeri dada. Makin banyak
keluhan-keluhan ini dirasakan, makin besar kemungkinan TBC. Departemen
Kesehatan dalam pemberantasan TBC di Indonesia menentukan anamnesis resmi
lima keluhan utama yaitu batuk-batuk lama (lebih dari 2 minggu), batuk darah,
sesak, panas badan, dan nyeri dada (Danusantoso, 2013)

vi) Pengobatan Tuberkulosis (TBC)


Terdapat enam macam obat esensial yang telah dipakai sebagai berikut : Isoniazid
(H), para amino salisilik asid (PAS), Streptomisin (S), Etambutol (E), Rifampisin
(R) dan Pirazinamid (P). Faktor-faktor risiko yang sudah diketahui menyebabkan
tingginya prevalensi TBC di Indonesia antara lain : kurangnya gizi, kemiskinan
dan sanitasi yang buruk.

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
3. Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

23
Tahap awal (intensif)

1. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
2. Pengobatan tahap intensif tersebut apabila diberikan secara tepat, biasanya
pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
3. Sebagian besar pasien TBC BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.

Tahap lanjutan

1. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama.
2. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.

vii) Pencegahan Tuberkulosis (TBC)


Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderitaan, masayarakat dan petugas
kesehatan.
Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan
1. Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan
membuang dahak tidak disembarangan tempat.
2. Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap bayi
harus diberikan vaksinasi BCG (Bacillus Calmete Guerin).
3. Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit
TBC yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya
4. Isolasi, pemeriksaan kepada orang–orang yang terinfeksi, pengobatan khusus
TBC. Pengobatan mondok dirumah sakit hanya bagi penderita yang kategori
berat yang memerlukan pengembangan program pengobatannya yang karena
alasan-alasan sosial ekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki pengobatan
jalan.
5. Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga keberhasilan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, tempat tidur, pakaian)
ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.
6. Imunisasi orang–orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang–orang sangat
dekat (keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan lainnya yang
terindikasinya dengan vaksi BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
7. Penyelidikan orang–orang kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggota
keluarga dengan foto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara–cara ini
negatif, perlu diulang pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu
penyelidikan intensif.

Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat
obat–obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter di minum dengan tekun
dan teratur, waktu yang lama (6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal
terhadap obat-obat, dengan pemeriksaaan penyelidikan oleh dokter.
Tindakan pencegahan.

24
1. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti
kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
2. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan pnderita, kontak atau suspect
gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita,
kontak, suspect, perawatan.
3. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap
penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH (Isoniazid) sebagai
pencegahan.
4. BCG, vaksinasi diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan
bagi ibunya dan keluarganya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun
ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
5. Memberantas penyakit TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi
dan pasteurisasi air susu sapi.
6. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karena menghirup udara
yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
7. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala TBC paru.
8. Pemeriksaan screening dengan tuberculin test pada kelompok beresiko tinggi,
seperti para emigrant, orang–orang kontak dengan penderita, petugas dirumah
sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
9. Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil pemerikaan
tuberculin tes.

3.2.3. Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dengan Suplemen TTD

i) Anemia
Menurut WHO (2001) dalam Buku Pedoman Anemia (2016), batas ambang
anemia untuk wanita usia 11 tahun keatas adalah apabila konsentrasi atau kadar
hemoglobin dalam darah kurang dari 12 g/dl. Penggolongan jenis anemia menjadi
ringan, sedang, dan berat belum ada keseragaman mengenai batasannya, namun
untuk mempermudah pelaksanaan pengobatan dan mensukseskan program
lapangan, menurut WHO, 2011, Klasiffikasi Anemia dikelompokkan menurut
umur.
Kadar Hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang kurang
mengandung zat besi. Zat besi terkandung dalam bahanan yang berprotein tinggi
seperti protein hewani. Pemberian suplementasi besi akan memberikan hasil
kenaikan hemoglobin yang paling efektif dibandingkan dengan pendidikan gizi
menggunkan media pembelajaran.

ii) Tablet Tambah Darah

a. Definisi
Tablet tambah darah atau TTD merupakan suplemen zat gizi yang
mengandung 60 mg besi elemental dan 0,25 asam folat. TTD bila diminum
secara teratur dan sesuai aturan dapat mencegah dan menanggulangi anemia
gizi. Suplemen tablet tambah darah diberikan untuk menghindari remaja putri
dari anamia besi
b. Dosis Pemberian

25
Program pemberian suplementasi zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD)
pada remaja putri diharapkan dapat berkontribusi memutus lingkaran
malnutrisi antargenerasi. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1997 telah
menjalankan program pencegahan dan penanggulangan anemia gizi pada
Wanita Usia Subur (WUS) dengan mengintervensi WUS lebih dini, yaitu
sejak usia remaja. Program ini bertujuan untuk mendukung upaya penurunan
angka kematian ibu dengan menurunkan risiko terjadinya perdaan akibat
anemia pada ibu hamil. Pemberian TTD pada remaja putri yaitu 1
tablet/minggu dan 1 tablet/hari ketika menstruasi
c. Gejala Setelah Konsumsi Tablet Tambah Darah
Pada sebagaian orang, setelah konsumsi tablet besi menimbulkan gejala-
gejala sepertti mual, muntah, nyeri di daerah lambung, kadang-kadang diare
bahkan sulit buang air besar
d. Cara Mencegah Gejala
Sebaiknya konsumsi tablet besi pada malam hari untuk menghindari gejala-
gejala seperti yang disebutkan diatas. Sebaiknya saat mengonsumsi tablet
tambah darah tidak bersamaan dengan mengonsumsi makanan dan obat di
bawah ini karena dapat mengganggu penyerapan zat besi diantaranya:
1. Susu, jumlah kalsium yang tinggi dalam susu dapat menurunkan
penyerapan zat besi di mukosa usus.
2. Teh dan kopi, karena kandungan tanin dan kafein dapat mengikat zat besi
menjadi senyawa yang kompleks sehingga zat besi tidak dapat di serap.
3. Obat sakit maag berfungsi melapisi permukaan lambung, hal ini dapat
menghambat penyerapan zat besi.
e. Pengaruh Setelah Mengonsumsi Tablet Besi
Setelah mengonsumsi tablet besi, tinja biasanya berwarna hitam. Perubahan
warna tinja menjadi hitam bukan tanda yang membahayakan kesehatan.
f.. Manfaat Pemberian Tablet Zat Besi
Manfaat suplementasi tablet tambah darah adalah:
1. Menurunkan prevalensi anemia
2. Mencegah kasus BBLR
3. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
4. Mencegah anemia defisiensi besi pada ibu hamil, meningkatkan daya
tahan tubuh yang lebih baik.

3.2.3. Cara Cerdas Menggunakan Obat


GeMa Cermat adalah Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat.
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/427/2015.
GeMa Cermat merupakan Upaya bersama pemerintah dan masyarakat melalui
rangkaian kegiatan dalam rangka mewujudkan kepedulian, kesadaran,
pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam menggunakan obat secara tepat
dan benar.

GeMa Cermat bertujuan:


1. Meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
penggunaan obat secara benar

26
2. Meningkatnya kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam
penggunaan obat secara benar
3. Meningkatnya penggunaan obat rasiona

Masalah Penggunaan Obat di Masyarakat


1. Kurang pengetahuan dan informasi ttng obat resep dokter
2. Kepatuhan pasien rendah (durasi, dosis) efek pengobatan tidak optimal
3. Mispersepsi tentang obat generik obat murah dan tidak manjur
4. Pembelian antibiotik secara bebas tanpa resep dokter memicu resistensi
bakteri
5. Penggunaan obat bebas (OTC) tanpa pengetahuan dan informasi memadai
sehingga dapat menyebabkan masalah kesehatan baru, misalnya dosis
berlebihan, durasi tidak tepat, kejadian efek samping, interaksi
obat/penyalahgunaan obat, dll.

Hal yang harus diperhatikan ketika memilih obat.


1. Kandungan zat berkhasiat yang ada pada obat tersebut. Bukan merek atau
brand obat.
2. Riwayat alergi obat yang kamu miliki. Jangan memaksakan untuk
mengunakan obat yang kamu alergi.
3. Kondisi sedang menggunakan obat. Apabila kamu sedang menggunakan obat
lain, sebisa mungkin untuk konsultasi terlebih dahulu dengan apoteker, karena
beberapa obat dapat berinteraksi dengan obat lainnya.
4. Kondisi hamil dan menyusui. Ini sangat penting, karena penggunaan obat pada
masa hamil atau menyusui bisa berefek kepada janin ataupun bayi.

Secara umum ada 3 jenis cara mendapatkan obat. Yang pertama adalah obat bebas
yang bisa didaptkan tanpa menggunakan resep dokter. yang kedua adalah obat
bebas terbatas, yang juga bisa didapatkan tanpa menggunakan resep dokter namun
penggunaanya haru memperhatikan aturan pakai dan peringatan pada kemasan.
dan terakhir adalah obat keras, obat yang hanya bisa diperoleh dengan resep
dokter.

Cara menggunakan obat yang baik.


1. Baca aturan pakai sebelum menggunakan obat
2. Gunakan obat sesuai aturan pakai. Misal, Dosis : Gunakan sendok takar yang
tersedia. Rentang Waktu : Misal antibiotik 3x1 artinya gunakan obat setiap 8
jam sekali. Lama Penggunaan Obat : Antibiotik digunkan 3 - 5 Hari.
3. Obat bebas terbatas tidak digunakan terus menerus. Jika sakit berlanjut
usahakan untuk segera berobat ke dokter.
4. Hentika penggunaan obat apabila muncul efek yang tidak diiginkan. Segera ke
fasilitas pelayanan kesehata,
5. Tidak menggunakan obat orang lain mesti gejala sakitnya sama.

27
6. Tanyakan kepada apoteker untuk mendaptkan informasi penggunaan obat
yang lebih lengka

3.3. Metode Penelitian

Metode pelaksanaan kegiatan ini berdasarkan pada analisis situasi masyarakat


kecamatan Cikalong Wetan antara lain melakukan penyuluhan kepada masyarakat
pengunjung Puskesmas DTP Cikalong Wetan mengenai pencegahan penularan
penyakit TBC dan Cara Cerdas Menggunakan Obat dan Belajar mandiri; webinar
advokasi pencegahan anemia remaja putri dengan suplementasi tablet tambah
darah selama pandemic covid-19 di provinsi jawa barat. Pelaksanaan kegiatan ini
tertera pada Tabel III.1.

Tabel III.1. Pelaksanaan Kegiatan penyuluhan di Puskesmas DTP Cikalong Wetan.

Nama Kegiatan Bentuk Kegiatan


Cara Cerdas Menggunakan Obat Penyuluhan mengenai Cara Cerdas
Menggunakan Obat kepada masyarakat
pengunjung Puskesmas
Pencegahan Penularan TBC Penyuluhan dan membagikan leaflet
mengenai pencegahan penularan TBC
kepada masyarakat pengunjung
Puskesmas
Webinar advokasi pencegahan anemia Belajar Mandiri
remaja putri dengan suplementasi
tablet tambah darah selama pandemik
covid-19 di provinsi jawa barat.

3.4. Hasil dan Pembahasan

Penyuluhan merupakan kegiatan penambahan pengetahuan yang diperutukkan


bagi masyarakat melalui penyebaran pesan. Tujuan kegiatan penyuluhan
kesehatan yaitu untuk mencapai tujuan hidup sehat dengan cara mempengaruhi
prilaku masyarakat baik itu secara individu ataupun kelompok dengan
menyampaian pesan. Harapannya dengan adanya penyuluhan kesehatan dapat
membuat masyarakat lebih sadar akan pentingnya pola kehidupan yang sehat.
Sasaran penyuluhan kesehatan biasanya dilakukan di rumah sakit, klinik,
puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Materi atau pesan
yang disampaikan dalam penyuluhan kesehatan biasanya disesuaikan dengan
kebutuhan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehingga
materi atau pesan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Media yang biasanya
digunakan dalam penyuluhan kesehatan seperti media cetak, media elektronik,
dan media luar ruang.
Kegiatan Penyuluhan tentang Cara Cerdas Menggunakan Obat dan Pencegahan
Penyakit TB di Puskesmas DTP Cikalong Wetan diperlihatkan pada Lampiran 6,
Gambar III.6. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh mahasiswi PKPA terdiri
dari dua materi dan menggunakan media penyuluhan berupa leaflet seperti yang
tertera pada Lampiran 7 Gambar III.2 yang dibagikan kepada masyarakat

28
pengunjung Puskesmas DTP Cikalong Wetan. Leaflet berisi tentang pencegahan
Penularan Penyakit TBC yang meliputi: (1) Gejala penyakit tuberkulosis (2)
Pemeriksaan penyakit Tuberkulosis (3) pengobatan penyakit tuberculosis (4)
Penularan penyakit tuberculosis dan (5) Cara mengatasi agar tidak tertular
penyakit tuberculosis. Dan materi kedua membahas mengenai Cara Cerdas
menggunaka Obat yang meliputi: (1) Cara memilih obat (2) Hal – hal yang harus
diperhatikan dalam memilih obat (3) Cara mendapatkan obat (4) Cara menyimpan
obat dirumah secara umum dan khusus (5) Cara menggunakan Obat (6) Cara
membuang obat (7) Ayo tanya 5 O. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ifroh et al.,
(2019) bahwa penggunaan media komunikasi, informasi dan edukasi berupa
leaflet sangat bermanfaat dalam pelaksanaan edukasi kepada masyarakat.
Kumpulan gambar berdasarkan kehidupan sehari hari dapat meningkatkan sikap
dan kesadaran mengenai peristiwa atau kejadian yang mempengaruhi perilaku
kesehatan masyarakat.
Tingkat pengetahuan masyarakat terkait penyakit TBC tergolong masih kurang
mengenai kebiasaan/perilaku yang mudah menularkan TB, perilaku untuk
mencegah penularan TB dan strategi pemerintah dalam menanggulangi penyakit
TB yaitu DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Begitu juga dengan
cara penggunaan obat.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, berdasarkan kategori pertanyaan tentang
penyebab penyakit TBC diketahui bahwa rata-rata responden menjawab tentang
penyebab penyakit TB adalah berasal dari debu kotor saja tanpa mengetahui
bahwa sebenarnya ada bakteri atau kuman yang ada di udara, yaitu bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Kategori pertanyaan waktu pengobatan penyakit
TBC belum banyak yang mengetahui bahwa waktu pengobatan yang harus terus
berlanjut selama kurang lebih 6 bulan tanpa boleh putus, karena jika putus maka
harus mulai lagi dari nol bulan atau awal bulan. Dan kategori pertanyaan cara
mencegah dan mengatasi agar tidak tertular penyakit TBC masih banyak yang
belum mengetahui bahwa mencegah agar tidak tertular yaitu dengan selalu
menjaga kebersihan, selalu membuka jendela agar sinar matahari bisa masuk
dalam rumah, rumah harus dengan ventilasi agar ada pergantian udara karena
kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk tumbuh
dan berkembang biaknya bakteri-bakteri patogen termasuk M. tuberculosis. Dan
memisahkan alat makan dan minum dengan penderita; dan rutin menjemur alas
tidur.
Sedangkan dalam penggunaan obat, masi ada beberapa responden yang belum
mengetahui bahwa memperoleh, menyimpan, menggunakan, dan membuang obat
tidak boleh di sembarang tempat tetapi ada tempat-tempat tertentu. Hal ini
diketahui dari jawaban responden mengenai tempat pemperoleh obat masih di
warung- warung terdekat, dan penggunaan obat antibiotik yang masih belum
tepat.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat melalui Bidang Program Promosi


Kesehatan (Promkes) bekerjasama dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama
Jawa Barat melaksanakan Kegiatan Webinar Lokakarya Advokasi Pencegahan
Anemia Remaja Putri dengan Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) selama

29
Pandemi Covid 19. Kegiatan diperuntukkan untuk seluruh sekolah/madrasah dan
Puskesmas yang ada di Jawa Barat. Kegiatan dilaksanakan pada hari Rabu, 14
Oktober 2020 jam 08:00 - 12:00 WIB. MAN 3 Karawang diwakili pembina PMR,
Yayah, S.Ag., mengikuti kegiatan lokakarya tersebut. selain pola makan dan gizi
yang seimbang, pemberian TTD penting dilakukan untuk para remaja puteri untuk
menghindari anemia dan gejala yang ditimbulkan karena mereka sangat beresiko
menderita anemia. Menurut survei daring yang diadakan UNICEF baru-baru ini
terhadap lebih dari 6.000 anak muda Indonesia, hampir 90 persen remaja
perempuan berhenti mengonsumsi TTD selama pandemi sehingga
dilaksanakanlah seminar tersebut.
3.1. Kesimpulan dan Saran

3.1.1. Kesimpulan

Dari kegiatan penyuluhan yang di berikan kepada masyarakat pengunjung


Berdasarkan hasil Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas DTP
Cikalong Wetan dapat disimpulan bahwa:
1. Peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab calon apoteker dalam pelayanan
kefarmasian di puskesmas sesuai standar pelayanan kefarmasian di
puskesmas yaitu sebagai manajer dan sebagai professional
2. Wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian di puskesmas antara lain terkait kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi (manajerial) dan pelayanan farmasi klinik.
3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan praktek
farmasi di puskesmas yaitu kegiatan pengelolaan meliputi perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi; Kegiatan pelayanan
farmasi klinik antara lain meliputi pengkajian resep, penyerahan obat, dan
pemberian informasi obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, visite
serta Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).
4. Calon apoteker sebagai tenaga farmasi yang profesional apabila ingin
memasuki dunia kerja harus memahami dan menerapkan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.

3.1.2. Saran

Secara umum, dari hasil kegiatan dan pengamatan selama Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Puskesmas DTP Cikalong Wetan, pengelolaan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas sudah baik. Beberapa hal yang mungkin dapat menjadi
masukan untuk kegiatan PKPA kedepannya, antara lain:
a. Tetap bersedia menerima mahasiswa profesi apoteker untuk melakukan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) untuk memberikan wawasan,
pengetahuan dan pengalaman bagi calon apoteker.
b. Meningkatkan jumlah apoteker atau tenaga teknis kefarmasian agar segala
proses lebih optimal dan maksimal

30
DAFTAR PUSTAKA

Danusantoso, H., 2012, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Hipokrates, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2012. Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada
Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Jakarta. Direktorat Jenderal Pembangunan
Masyarakat.

Dipiro, JT., et al. 2015. Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition. New York :
McGraw-Hill Education.

31
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotopika, dan Prekursor Farmasi.
Moa T., 2018, Prilaku Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan Penularan
Penyakit TB, Jurnal Health Community Enpowerment, Vol. 1 (1).

Nining dan Yeni, 2019, Edukasi dan Sosialisasi Gerakan masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat (Gema Cermat), Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, Vil. 5 (1).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889 Tahun 2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang


Pekerjaan Kefarmasian.
Priyanto. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Leskonfi: Depok.

Sudoyo, 2010, Buku Ajar penyakit Dalam Jilid 1, Interna Publishing

Sumarsono, T. (2015). Pengantar Studi Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Syamsuni, H.A., (2016). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Werdhani RA (2009). patofisiologi, diagnosis, dan klasifikasi tuberkulosis


departemen ilmu kedokteran komunitas, okupasi, dan keluarga. Jakarta: UI.
Press.

Widyanto, F. C., & Triwibowo, C. (2013). Trend Disease. Jakarta: Trans Info
Media.

World Health Organization. 2018. Global Tuberculosis Report. France.

32
33
LAMPIRAN 1

DENAH WILAYAH PUSKESMAS DTP CIKALONG WETAN

R.P. R.ja Far


LAB

38
Wan ga masi
ita pera
wat

Gedung B Gedung A R. Tunggu

R.P.Anak

Pendaftaran
P Poli
R.P.Pria ol
Umum UG
i D
Poned Pengelolaan limbah PKM Gi
Lantai. 1 gi

Guda KIA R.

w
R. Bidan

R. Bidan Kepal

c
ng /KB
R. Anak farma a
Mush si Puske
ollah smas
Papan
Gizi R.A
rsip
R.Inap Poned Ruang Keslin Tata
TB konsel
Usah
R.Inap Poned Rapat ing g
Lantai. 2 a

Gambar II.1 Denah wilayah Puskesmas DTP Cikalong Wetan

33
3
LAMPIRAN 2

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS DTP CIKALONG WETAN

KEPALA PUSKESMAS
dr. Yulius Stepanus
KEPALA TATA USAHA
Wiwin
Sunaryati,Am.Keb.SKM

KEPEGAWAIAN
SISTEM INFORMASI RUMAH TANGGA
Wiwin Sunaryati,Am.Keb.SKM KEUANGAN
PUSKESMAS Arini M.P.U, Am.Gz
Y.Taty W,Am.Keb
Yudhi Hutamamir, Amd
Yati Rohayati, Am.Keb
Yayah Ikayah,Amd.Keb
Een Hendayati,Amd.Kes
Dipta Mulyadi Hardy,SE

UKM ESENSIAL DAN UKM PENGEMBANGAN UKP KEFARMASIAN DAN JARINGAN PELAYANAN
KEPERAWATAN KESMS Nuryanih, Str.Keb LABORATORIUM PKM DAN JEJARING
Dewi Widaningsih,Am.Keb dr. Niken Ayu Luckyta Putri Teten Herawati, S.T

34
PROMOSI KESEHATAN KESEHATAN JIWA RJ RUANG PEMERIKSAAN BIDAN DESA
Nia R.Kurniawaty,SKM dr. Ifah Syarifah UMUM & ANAK Dewi Widaningsih, Am.Keb
dr. Achmad Shidiq

KESEHATAN KESEHATAN GIGI


BIDAN DESA
LINGKUNGAN MASYARAKAT KESEHATAN GIGI MULUT Nuryanih, Str.Keb
Yuli Fitriani, SKM Drg. Annisa Ulfa drg. Annisa Ulfa

BIDAN DESA
KESEHATAN Catur Mulyasari, Am.Keb
KIA/KB OLAHRAGA PJ.KIA/KB
Nuryani, Str.Keb Edeh Widaningsih, SKM
Teten Herawati, S.T Nuryanih, Str.Keb BIDAN DESA
Teten Herawati, S.T Teten Herawati , S.T Warsini Riatiningsih,Am.Keb

KESEHATAN INDERA PJ . UGD BIDAN DESA


dr. Achmad shidiq Erwin Murdiana J, Amd Kep Yati Rohayati, Am.Keb
GIZI
Arim M.P.U, Am.Gz
PJ . RUANG GIZI
Ariani M.P.U, Am.Gz
BIDAN DESA
KESEHATAN LANSIA
Warsini Riatiningsih,Am.Keb Aurara indriyano, Amd.Keb
P2P PJ . PONED
B.A. Hidayat, S.Kep.Ners KESEHATAN KERJA
Yosephin Taty W,Am.Keb BIDAN DESA
Retno Wulandari, Am.Keb
dr. Niken Ayu Luckyta
Putri PJ . RAWAT INAP
H.M.A.Jabar, S.Kep.Ners
BIDAN DESA
BATTRA Deis Sumarni, Am.Keb
PJ . FARMASI
Gugum Gumilar, S.Si.,Apt Gugum Gumilar, S.Si.,Apt

UKS PJ . LABORATORIUM
Ari Purnamasari, Am.Kg Nurina Y. Suherman,Amd. AK

Gambar II.2 Struktur Organisasi Puskesmas DTP Cikalong Wetan


35
LAMPIRAN 3

ETIKET OBAT

38
Gambar IV.1. Etiket Obat Dalam

Gambar II.3 Etiket Obat

36
LAMPIRAN 4

SALINAN RESEP

Gambar II.4 Salinan Resep

37
LAMPIRAN 5

ALUR PELAYANAN RESEP

Gambar II.5 Alur Pelayanan Resep

38
LAMPIRAN 6

KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG CARA CERDAS MENGGUNAKAN OBAT


DAN PENYULUHAN PENCEGAHAN TB
DI PUSKESMAS DTP CIKALONG WETAN

38
Gambar III.6 Kegiatan penyuluhan tentang Cara Cerdas Menggunakan Obat dan Pencegahan Penyakit TB
di Puskesmas DTP Cikalong Wetan

37
39
LAMPIRAN 7

BROSUR TENTANG TB

Gambar III.7 Brosur tentang TB

38
40

Anda mungkin juga menyukai