Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

APOTEKER (PKPA) DI
PUSKESMAS SUDIANG RAYA KOTA MAKASSAR
Tanggal 22 April 2019 Sampai 04 Mei 2019

DISUSUN
OLEH :
MAHARANI
15120180078

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019

i
LEMBAR
PENGESAHAN

LAPORAN
PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
DI
PUSKESMAS SUDIANG RAYA MAKASSAR
Tanggal 22 April 2019 Sampai 04 Mei 2019

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing PSPA Preseptor Tempat PKPA

(Muzakkir Baits,S.Si.,M.Si.,Apt) (Widiar Ningsih,S.Si.,Apt)


NIP. 116020779 NIP.197404302005022001

Menegtahui

Ketua Program Studi Profesi Apoteker Kordinator PKPA Pemerintahan

(Muzakkir Baits, S. Si., M. Si., Apt) (Ahmad Najib,S.Si.,M.Farm.,Apt)


NIP. 116020779 NIP. 197607082005011002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak terhingga bagi Allah SWT atas berkah, rahmat, dan
karunia serta bimbinganNya-lah sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh
rangkaian kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Farmasi Pemerintahan
di Puskesmas Sudiang Raya Makassar dan penyusunan laporan PKPA
Pemerintahan ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar profesi
apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas
Muslim Indonesia.
Salawat dan salam juga tidak henti-hentinya kita kirimkan kepada baginda
Rasulullah Muhammad SAW beserta para sahabat, yang telah membawakan pelita
sebagai sumber penerangan dalam kegelapan untuk meraih cahaya, yang menutup
pintu-pintu kejahiliahan dan membuka pintu-pintu ilmiah bagi umat manusia.
Peyusunan laporan ini tidak lepas dari adanya bimbingan, saran, pendapat,
atau perbaikan dari segala pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Rachmat Kosman, M.Kes., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia.
2. Bapak Muzakkir Baits, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia, Sekaligus
Pembimbing PKPA Bidang Pemerintahan.
3. Ibu Widiar Ningsih, S.Si., Apt selaku Preseptor PKPA Di Bidang
Pemerintahan.
4. Rekan-rekan peserta Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Bidang
Pemerintahan Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam terselesaikannya
laporan ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

iii
diharapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak
khususnya dalam pengembangan ilmu kefarmasian.

Makassar, Juni 2019


Penulis,

Maharani

iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ...........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan PKPA ....................................................................................... 2
C. Manfaat PKPA ..................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian (Tempat PKPA) ................................................................. 4
B. Tugas dan Fungsi .................................................................................. 6
C. Ketentuan Umum Peraturan Perundang-undangan ............................... 8
D. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker .................................................. 9

BAB III TINJAUAN UMUM TEMPAT PKPA

A. Sejarah ................................................................................................. 23
B. Visi dan Misi ....................................................................................... 23
C. Lokasi, Sarana dan Prasarana .............................................................. 24
D. Struktur Organisasi ............................................................................. 26

BAB IV KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan Yang Dilakukan ................................................................... 28


B. Tugas Yang Dikerjakan Selama PKPA............................................... 28
C. Pembahasan ......................................................................................... 28

v
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 35
B. Saran .................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 36

LAMPIRAN ................................................................................................... 37

vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.Jumlah Tenaga di Puskesmas Sudiang Raya ........................................ 25

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.Struktur Organisasi Kamar Obat di Puskesmas Sudiang Raya ...... 27

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Alur Pelayanan Puskesmas Sudiang Raya....................................... 37
Lampiran 2. Alur Pelayanan Gudang Obat dan Apotek Puskesmas Sudiang .... 38
Lampiran 3. Struktur Organisasi Puskesmas Sudiang Raya ............................... 39
Lampiran4. Penyuluhan PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)
Tentang Cara Penggunaan Obat di Bulan Puasa ................................................. 40
Lampiran 5. Kegiatan Penempelan Poster Tentang Informasi Penggunaan Obat 41
Lampiran 6. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat ............................................... 41
Lampiran 7. Penyimpanan Obat .......................................................................... 42
Lampiran 8. Tempat Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika ............... 42
Lampiran 9. Kegiatan Stok Opname .................................................................... 43
Lampiran 10. Etiket Obat ................................................................................... 43
Lampiran 11. Resep JKN dan Non JKN (Umum) .............................................. 44
Lampiran 12. Puskesmas Sudiang Raya ............................................................. 44
Lampiran 13 Pelaporan Online ............................................................................ 45

ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 dijelaskan bahwa
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Kesehatan merupakan merupakan hak asasi manusia dan salah
satu unsur kesejahteraan. Pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan
ketersediaan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau melalui
perencanaan, pengaturan, penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan atas
penyelenggaraan upaya/pelayanan kesehatan di masyarakat.
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) menurut Permenkes RI
No. 74 tahun 2016 merupakan suatu unit pelakasana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan layanan
kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam system pelayanan kesehatan
harus melakukan pelayanan kesehatan wajib dan beberapa upaya kesehatan
pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan
dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Selain itu,
puskesmas pula memiliki tugas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
dan perilaku hidup sehat maupu menjaga lingkungan sehat dengan
memberikan pelayanan yang bermutu. Puskesmas menjadi fasilitas layanan
kesehatan yang memberikan edukasi upaya kesehatan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat serta mencegah
danmenanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.
Apoteker merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang juga
mempunyai peranan penting dalam mewujudkan layanan kesehatan yang
bermutu, untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, khususnya pada
pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan
bentuk pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan

1
kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas,
yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama
yang meliuti pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat. Pelayanan kefarmasian bertujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan
dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu
pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama
yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru
yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan
Kefarmasian (pharmaceutical care). Apoteker sebagai seorang penanggung
jawab hendaknya memiliki kemampuan untuk memimpin, mengelola,
memecahkan masalah dan mengembangkan pelayanan kefarmasian serta
mempunyai kemampuan untuk bermitra dan berinteraksi dengan profesi
kesehatan lainnya dalam menjalani praktek profesinya.
Untuk mendapatkan ilmu, wawasan serta pengalaman menegnai
pekerjaan kefarmasian di puskesmas, maka dilaksanakan Praktek Kerja
Profesi Apoteker pada bidang pemerintahan. Dimana tempat dilaksanakan
Praktek Kerja Profesi Apoteker yaitu di Puskesmas Sudiang Raya. Setelah
mengikuti Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas diharapkan
mahasiswa memiliki kemampuan serta keterampilan dan menerapkan
pelayanan kefarmasian yang telah dipelajari pada dunia kerja.
B. Tujuan PKPA
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas yaitu agar:
1. Mahasiswa mampu membuat keputusan profesi pada pekerjaan
kefarmasian dipemerintahan (Dinas Kesehatan Provinsi, Puskesmas,
Gudang Kabupaten/Kota, dan BBPOM) berdasarkan ilmu pengetahuan,
standar praktek kefarmasian, perundang-undangan yang berlaku dan
etika profesi farmasi.
2. Mahasiswa mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga
kesehatan yang lain dan tenaga kerja di bidang lain.

2
3. Mahasiswa mampu menyusun rencana pengelolaan perbekalan farmasi
dan alat kesehatan serta pengembangan sumber daya manusia.
4. Mahasiswa mampu menyusun rencana pengembangan praktek
kefarmasian di pemerintahan (Puskesmas, Gudang Farmasi dan BBPOM)
yang berorientasi pada pelayanan kefarmasian.
5. Mahasiswa mampu memahami peraturan perundang-undangan tentang
ijin praktek, ijin-ijin yang lain yang di bawah tugas dan wewenang
kefarmasian di pemerintahan (Puskesmas, Gudang Farmasi dan BPOM).
C. Manfaat PKPA
Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas yaitu :
1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pelayanan kefarmasian di
Puskesmas.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Puskesmas.
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi Apoteker yang
profesional.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Puskesmas
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan/atau masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya
disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes No 75, 2014).
Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan puskesmas dikategorikan
menjadi puskesmas rawat inap dan puskesmas rawat jalan. Puskesmas rawat
inap adalah puskesmas yang diberi tambahan sumberdaya untuk
menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan kebutuhan
pelayanan kesehatan. Sedangkan Puskesmas non rawat inap adalah puskesmas
yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan
persalinan normal (Data Dasar Puskesmas, 2015).
Karakteristik wilayah kerja puskesmas dibagi menjadi (Data Dasar
Puskesmas, 2015). :
a. Pedesaan. Puskesmas kawasan pedesaan adalah puskesmas yang wilayah
kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit tiga dari empat
kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut :
- Aktivitas lebih dari 50% penduduk pada sektor agragris
- Memiliki fasilitas antara lain sekolah dengan radius lebih dari 2 km,
rumah sakit dengan radius lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas
bioskop atau hotel
- Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90%

4
- Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas yang dimaksud
pada poin (2).
b. Perkotaan. Puskesmas kawasan perkotaan adalah puskesmas yang wilayah
kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit tiga dari empat
kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut :
- Aktivitas lebih dari 50% penduduk pada sektor non agragris, terutama
industri, perdagangan, dan jasa
- Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah dengan radius 2,5 km,
pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit dengan radius kurang dari 5 km,
bioskop, atau hotel
- Lebih dari 90% rumah tangga memiliki listrik; dan/atau
- Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan
yang dimaksud pada poin (2).
c. Terpencil/sangat terpencil. Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi
kawasan dengan karakteristik sebagai berikut:
- Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil,
gugus pulau, atau pesisir
- Akses transportasi umum rutin satu kali dalam satu minggu, jarak tempuh
pulang pergi dari ibu kota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam,
dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau
cuaca
- Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak
stabil
Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas
kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan,
pelaporan, dan dituangkan dalam suatu sistem. Pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang
memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu, hidup dalam
lingkungan sehat dan memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat (Permenkes No 75, 2014).

5
Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan dasar yang ada di Puskesmas
dilakukan sejalan dengan perkembangan kebijakan yang ada pada berbagai
sektor.Adanya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi diikuti pula
dengan menguatnya kewenangan daerah dalam membuat berbagai
kebijakan.Selama ini penerapan dan pelaksanaan upaya kesehatan dalam
kebijakan dasar Puskesmas yang sudah ada sangat beragam antara daerah satu
dengan daerah lainnya, namun secara keseluruhan belum menunjukkan hasil
yang optimal (Permenkes No 74, 2016).
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas,
yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama
yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat. (Permenkes No 74, 2016).
B. Tugas dan Fungsi Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes No 75, 2014).
Puskesmas menyelenggarakan fungsi (Permenkes No 75, 2014) :
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya,
Puskesmas berwenang untuk :
1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;

6
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerja sama dengan sektor lain terkait;
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas;
7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya,
Puskesmas berwenang untuk :
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu,
2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif,
3. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga kelompok dan masyarakat,
4. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung,
5. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerjasama inter dan antar profesi,
6. Melaksanakan rekam medis,
7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan,
8. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan,

7
9. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya, dan
10. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
Sistem Rujukan.
C. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-undangan
1. Ketentuan Umum
Ketentuan umum Ketentuan umum standar pelayanan kefarmasian di
Puskesmas (Permenkes RI No 74, 2016) :
a. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja.
b. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian.
c. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan
Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien.
d. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
e. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia.
f. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
g. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

8
h. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi.
i. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disebut
Kepala BPOM adalah Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian
yang mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang pengawasan obat dan makanan.
j. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
2. Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan (Hardjono, 2001) :
1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 44 Tahun 2016 Pedoman Manajmen
Puskesmas.
3. Peranturan Mentri Kesehatan No 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
4. Undang-undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.
5. Undang-undang No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika (Bpmpts
Palembang).
D. Tugas dan tanggung Jawab Apoteker
Tugas pokok dan fungsi apoteker di Puskesmas adalah pengelolaan obat,
yang meliputi perencanaan, permintaan, penyimpanan, pendistribusian,
pelayanan obat dan pencatatan/pelaporan (Sudibyo, 2012).
Tugas dan tanggung jawab Apoteker di Puskesmas yaitu (Permenkes
No.74, 2016) :
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.

9
Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan
keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien,
efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga
kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan.
Kepala Ruang Farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk menjamin terlaksananya pengelolaan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai yang baik. Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:
a. Perencanaan Kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah
Sediaan Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a) Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang mendekati kebutuhan;
b) Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
c) Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai di Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di
Puskesmas. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola
konsumsi Sediaan Farmasi periode sebelumnya, data mutasi Sediaan
Farmasi, dan rencana pengembangan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus
melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter,
dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan
dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun
dilakukan secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta

10
menyediakan data pemakaian Obat dengan menggunakan Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan
kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi Puskesmas di
wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta
menghindari stok berlebih.
b. Pengadaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuan pengadaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah
dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pemerintah daerah setempat.
c. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan
Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan
memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.
Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung
jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan
penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan
catatan yang menyertainya.
Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan,
mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi,
bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO,
ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala

11
Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian
dapat mengajukan keberatan.
Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima
disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu
bulan.
d. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia
di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a) Bentuk dan jenis sediaan;
b) Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan sediaan
farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;
c) Mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
d) Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
e) Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
e. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub
unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan

12
jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit di Puskesmas dan
jaringannya antara lain:
1. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
2. Puskesmas Pembantu;
3. Puskesmas Keliling;
4. Posyandu; dan
5. Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)
dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor
stock), pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan
dengan cara penyerahan Obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).
f. Pemusnahan dan penarikan
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan
Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya
dicabut oleh Menteri.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai bila:
a) produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b) telah kadaluwarsa;
c) tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
d) dicabut izin edarnya.

13
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai terdiri dari:
a) Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan;
b) Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
c) Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait;
d) Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
e) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta peraturan yang berlaku.
g. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit
pelayanan kesehatan dasar.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan
Obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian Sediaan Farmasi
terdiri dari:
a) Pengendalian persediaan;
b) Pengendalian penggunaan; dan
c) Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
h. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit
pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
a) Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai telah dilakukan;

14
b) Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
c) Sumber data untuk pembuatan laporan.
i. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
a) Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga
dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan;
b) memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai; dan
c) memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan. Setiap
kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai,
harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional.
Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.
Contoh standar prosedur operasional sebagaimana terlampir.
2. Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
a) Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
b) Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
c) Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan
pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
d) Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.

15
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
a. Pengkajian dan pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan Resep Kegiatan pengkajian resep
dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi :
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2. Nama, dan paraf dokter.
3. Tanggal resep.
4. Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan.
2. Dosis dan jumlah Obat.
3. Stabilitas dan ketersediaan.
4. Aturan dan cara penggunaan.
5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
2. Duplikasi pengobatan.
3. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan
farmasi dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian.
Tujuan:
1. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
2. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi
pengobatan.

16
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker
untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan:
a) Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain
di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
b) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan
dengan mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat
penyimpanan yang memadai).
c) Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan:
a) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro
aktif dan pasif.
b) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
c) Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-
lain.
d) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta masyarakat.
e) Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian
dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai.
f) Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah sumber informasi
Obat, tempat, tenaga dan perlengkapan.
c. Konseling
Konseling Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat
pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan

17
dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan
Obat.
Kegiatan:
a) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b) Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (Three Prime
Quetions), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat,
bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat
tersebut, dan lain-lain.
b) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat
c) Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan cara penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kriteria pasien:
a) Pasien rujukan dokter.
b) Pasien dengan penyakit kronis.
c) Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli
farmasi.
d) Pasien geriatrik.
e) Pasien pediatrik.
f) Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
2. Sarana dan prasarana:
a) Ruangan khusus.
b) Kartu pasien/catatan konseling.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki
kemungkinan mendapat risiko masalah terkait Obat misalnya
komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik Obat,

18
kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan Obat,
kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang
bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu
dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)
yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat.
d. Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
Ronde/Visite Pasien Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien
rawat inap yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi
kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Tujuan:
a) Memeriksa Obat pasien.
b) Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat
dengan mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
c) Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan
penggunaan Obat.
d) Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan
dalam terapi pasien. Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan,
pelaksanaan, pembuatan dokumentasi dan rekomendasi.
Kegiatan visite mandiri:
a. Untuk Pasien Baru
a) Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari
kunjungan.
b) Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan
jadwal pemberian Obat.
c) Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari
rumah, mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada
catatan pengobatan pasien.
d) Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan
masalah terkait Obat yang mungkin terjadi.
b. Untuk pasien lama dengan instruksi baru
a) Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.

19
b) Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian
Obat.
c. Untuk semua pasien
a) Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.
b) Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian
masalah dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap
kunjungan.
Kegiatan visite bersama tim:
a) Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan
pegobatan pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.
b) Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau
keluarga pasien terutama tentang Obat.
c) Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat. d. Mencatat semua
instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti Obat yang
dihentikan, Obat baru, perubahan dosis dan lain- lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a) Memahami cara berkomunikasi yang efektif.
b) Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.
c) Memahami teknik edukasi.
d) Mencatat perkembangan pasien.
Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan
terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan
Obat. Untuk itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah
(Home Pharmacy Care) agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan
kemandirian pasien dalam penggunaan Obat sehingga tercapai
keberhasilan terapi Obat.
e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
atau memodifikasi fungsi fisiologis. Tujuan:

20
a) Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
b) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah
sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Kegiatan:
a) Menganalisis laporan efek samping Obat.
b) Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping Obat.
c) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
d) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a) Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
b) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Tujuan:
a) Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.
b) Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan
Obat.
Kriteria pasien:
a) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b) Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c) Adanya multidiagnosis.
d) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e) Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
f) Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.
Kegiatan:
a) Memilih pasien yang memenuhi kriteria.

21
b) Membuat catatan awal.
c) Memperkenalkan diri pada pasien.
d) Memberikan penjelasan pada pasien.
e) Mengambil data yang dibutuhkan.
f) Melakukan evaluasi.
g) Memberikan rekomendasi.
g. Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan:
a) Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu
b) Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.
Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai
standar prosedur operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO)
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. Standar Prosedur Operasional
tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.

22
BAB III
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKPA
A. Sejarah
Puskesmas Sudiang Raya dibangun pada tahun 2003 yang dikepalai oleh
Kepala Puskesmas dr.Hj.Saenab Nani NB, atas bantuan Rotary Club of Leiden
yang diresmikan pada tanggal 9 Desember 2003 Oleh Walikota Makassar
dengan pihak donatur dan berdiri hingga sekarang. Puskesmas ini memiliki
bangunan seluas 1.300 m2 dengan luas 3.600 m2 serta mempunyai daya listrik
6.300 watt.
Puskesmas Sudiang Raya merupakan salah satu pusat pelayanan
kesehatan masyarakat di kecamatan Biringkanaya, yang beralamat di Jalan
Perumnas Raya No.5 Bumi Sudiang Permai.Selain memiliki fasilitas layanan
standar Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014, Puskesmas Sudiang Raya
juga memiliki Poliklinik Umum, Poliklinik Gigi dan Mulut.Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, pelayanan Laboratorium
dan Pelayanan Obat (Apotek). Rata-rata kunjungan ke Puskesmas Sudiang
Raya sekitar ± 200 orang perhari, dengan jadwal buka pukul 08.00 sampai
dengan 14.00 WIB.
B. Visi dan Misi
Visi :
“Mewujudkan Puskesmas Sudiang Raya yang bermutu menuju
masyarakat Sehat “
Misi :
1. Meningkatkan Pelayanan yang cepat, tepat dan terjangkau
2. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai untuk menciptakan
pelayanan yang lebih baik
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dan Lintas Sektor
4. Memberikan pelayanan tanpa diskriminasi
Motto :
“Sehat untuk Semua“

23
C. Lokasi, Sarana dan Prasarana
Puskesmas Sudiang Raya berlokasi di Jalan Perumnas Raya No.5 Bumi
Sudiang Permai, yang merupakan unit pelayanan kesehatan yang dibawahi
dinas kesehatan milik pemerintah kota makassar. Rumah Sakit Islam Faisal
bertipe akreditasi tingkat dasar, Nomor Komunikasi Puskesmas Telepon
+6285343792460. Seluas 1.300 m2 dengan luas 3.600 m2 serta mempunyai
daya listrik 6.300 watt.Puskesmas Sudiang Raya terletak di kelurahan Sudiang
Raya kecamatan Biringkanaya dengan berbatasan wilayah sebelah utara
dengan Kelurahan Pai, sebelah selatan dengan Kelurahan Paccerakkang,
sebelah barat dengan Kelurahan Bira, sebelah Timur dengan Kelurahan Mandai
/ Maros. Luas Wilayah 1,459 Ha, terdiri dari 2 Kelurahan yaitu kelurahan
Sudiang Raya 878 Ha dan kelurahan Daya581 Ha.
Sarana dan prasarana di Puskesmas Sudiang Raya diantaranya sarana
pelayanan dan sarana transportasi.Sarana pelayanan berupa Unit Pelayanan
Teknis Fungsional Puskesmas yang terdiri dari 2 unit yaitu unit Kesehatan
Masyarakat dan Unit Kesehatan Perorangan.
1. Unit Kesehatan Masyarakat terdiri dari 13 Upaya antara lain :
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upayan Kesehatan Lingkungan
c. Upaya KIA & KB
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Upaya Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Penyakit
Tidak Menular
f. Upaya Kesehatan Sekolah
g. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
h. Upaya Kesehatan Kerja
i. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
j. Upaya Kesehatan Jiwa
k. Upaya Kesehatan Mata
l. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
m. Upaya Pembinaan Obat Tradisional (Batra)

24
2. Unit Kesehatan Perorangan terdiri dari bagian – bagian yang melakukan
upaya pengobatan diantanya :
a. Poliklinik umum
b. Poliklinik Gigi dan Mulut
c. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)/Keluarga Berencana (KB)
d. Unit Gawat Darurat (UGD) / ruang tindakan
e. Laboratorium
f. Farmasi
g. Rekam Medik.
Jaringan Pelayanan Puskesmas terdiri dari :
1. Unit Puskesmas Keliling (Puskel)
2. Unit Puskesmas Pembantu (Pustu).
- Pustu Batara Ugi.
3. Unit Bidan / Komunitas
Sarana Transportasi Puskesmas sudiang raya terdiri atas :
1. Satu unit mobil ambulance
2. Satu unit mobil Dottorota
3. Lima Sepeda Motor.
Distribusi jenis dan jumlah Ketenagaan Kesehatan Puskesmas Sudiang
Raya diantaranya 27 orang pegawai (PNS) dan 19 sukarelawan yaitu :
Tabel. 1 Jumlah Tenaga di Puskesmas
JUMLAH TENAGA DI PUSKESMAS
NO Jenis Tenaga
PNS SUKARELA
1 Dokter Umum 3 0
2 Dokter Gigi 1 0
3 Bidan 2 4
4 Perawat 10 5
5 Perawat Gigi 1 1
6 Laboratorium (PKL) 1 1
7 Apoteker 1 0

25
8 Asisten Apoteker 0 2
9 Pekarya (Manajemen) 1 0
10 Kesling 1 0
11 Sopir 0 1
12 Ahli Gizi 2 1
13 Tata Usaha 3 0
14 Cleaning Service 1 1
15 Security 0 1
16 Skm 0 4
Jumlah 27 21

D. Struktur Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Walikota Makassar Nomor 79 Tahun 2009
tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Kesehatan
Masyarakat (PUSKESMAS) pada Dinas Kesehatan Kota Makassar, bahwa
UPT Puskesmas mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas teknis dinas di
bidang pengelolaan Puskesmas sesuai dengan wilayah dan lingkup tugasnya.
Struktur organisasi dari UPT Puskesmas terdiri dari Kepala UPT, Kepala Sub
Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional.Struktur organisasi
merupakan bagian yang sangat menentukan pencapaian tujuan organisasi
secara efisien, efektif dan produktif.
Struktur organisasi puskesmas sudiang raya dipimpin oleh seorang
kepala puskesmas atau Kepala UPT Puskesmas yaitu Bapak dr. H. Muhammad
Sofyan membawahi Kepala Tata Usaha dan kelompok Jabatan Fungsional
yang terdiri dari Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas dan Jaringan
Pelayanan Puskesmas.
Dalam Struktur Organisasi ini Kepala Tata Usaha membawahi bagian
keuangan dan bagian perlengkapan/pengurus barang. Sedangkan Kelompok
Jabatan Fungsional terdiri dari Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas
yang terdiri dari 2 unit yaitu unit Kesehatan Masyarakat dan Unit Kesehatan

26
Perorangan.Unit Kesehatan Masyarakat terdiri dari 13 Upaya kesehatan.
Sedangkan Unit Kesehatan Perorangan terdiri dari bagian – bagian yang
melakukan upaya pengobatan diantanya poliklinik umum, PoliklinikGigi dan
Mulut, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)/Keluarga Berencana (KB), Unit Gawat
Darurat (UGD) / ruang tindakan, Laboratorium, Farmasi dan Rekam Medik.
Bagian Farmasi dikepalai oleh seorang penanggung jawab apotek serta
Gudang Obat Puskesmas Sudiang Raya yaitu Ibu Widiar Ningsih, S.Si.,Apt,
yang mengatur pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP dipuskesmas Sudiang
Raya dibantu dengan beberapa Asisten Apoteker.

Gambar . Struktur Organisasi Kamar Obat

27
BAB IV
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN
A. Kegiatan yang dilakukan
1. Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
- Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan mesdis habis pakai
- Pendistribusian sediaan farmasi dan bahan mesdis habis pakai
- Pengendalian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
- Pencatatan dan pelaporan online
2. Pelayanan farmasi klinik
- Pengkajian dan pelayanan farmasi klinik
- Pelayanan informasi obat
- Konseling
B. Tugas Yang Dikerjakan Selama PKPA
Adapun tugas yang dikerjakan selama PKPA yaitu :
a. Pengkajian dan pelayanan resep serta memberikan informasi obat
kepada pasien, kegiatan ini dilakukan setiap kali pelayanan obat kepada
pasien.
b. Penyuluhan kepada pasien pasien Prolanis.
c. Kegiatan penyimpanan obat di gudang berdasarkan bentuk sediaan
(dipisahkan antara sediaan padat dan cair), kemudian untuk di disusun
secara alfabetis serta dicantumkan sumber dana pada masing-masing
obat.
C. Pembahasan
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi
pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan
strata pertama yang meliuti pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan
mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma
lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma

28
baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care) (Permekes No.74, 2016).
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi dua kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pegelolaan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan
tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia dan sarana prasarana
(Permenkes No.74, 2016).
Apoteker merupakan tenaga professional yang melakukan pelayanan
kefarmasian di Apotek dengan kompetensi sebagai berikut :
a. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik.
b. Mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan profesional.
c. Mampu berkomunikasi dengan baik.
d. Menempatkan diri sebagai pemimpin dalam situasi multidisipliner.
e. Mempunyai kemampuan dalam mengelola sumber daya (manusia, fisik,
anggaran) dan informasi secara efektif, juga harus dapat dipimpin dan
memimpin orang lain dalam tim kesehatan.
f. Selalu belajar sepanjang karier.
1. Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
Manajemen pelayanan kefarmasian di Puskesmas Sudiang Raya telah
berjalan dengan baik, terstruktur, dan terorganisasi. Untuk kegiatan masalah
perencanaan, pengadaan, permintaan, penerimaan obat, pengendalian
persediaan obat, hingga pencatatan dan pelaporan telah dibuat sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
a. Perencanaan
Untuk perencanaan sediaan farmasi dan BMHP di puskesmas
Sudiang Raya yaitu dengan menentukan jumlah dan jenis obat berdasarkan
pola konsumsi obat di puskesmas. Perencanaan sediaan farmasi dan BMHP
berdasarkan pada Formularium Nasional dan E-katalog. Perencanaan obat
tersebut termasuk obat-obat program yang dihitung berdasarkan kebutuhan
selama 1 tahun. Perencanaan obatobatan dan BMHP tersebut akan diajukan
ke Dinas Kesehatan.

29
b. Permintaan
Untuk kegiatan permintaan obat, pertama dilakukan pengajuan setiap
bulan ke Dinas Kesehatan Kota Makassar melalui UPTD Pengelolaan Obat
menggunakan LPLPO (Lembar Permintaan dan Laporan Pemakaian Obat)
yang telah ditandatangani oleh Kepala Puskesmas kecuali bulan Maret, Juni,
September dan Desember karena merupakan jadwal stok opname UPTD
Pengelolaan Obat. Selanjutnya puskesmas menunggu jadwal pengantaran
obat yang ditentukan oleh UPTD Pengelolaan Obat.
c. Penerimaan
Kegiatan penerimaan obat dan BMHP di puskesmas Sudiang Raya
dilakukan oleh Apoteker dibantu oleh asisten apoteker, dengan menerima
barang yang dibawa dari gudang farmasi dinkes sesuai dengan pemintaan
yang diajukan oleh puskesmas. Selanjutnya dicek kesesuaian berita acara
serah terima dengan fisik obat yang datang, dicek jumlah obat dan fisik
obat, tanggal masuk, tanggal kadaluarsa dan nomor batch serta sumber
anggaran obat. Selanjutnya jumlah obat dan BMHP yang masuk ditulis pada
kartu stok masing-masing obat dan BMHP.
Obat yang baru diterima dari UPTD Pengelolaan Obat Kota
Makassar disimpan di gudang obat Puskesmas, sehingga tidak merubah atau
merusak fisik obat tersebut. Obat-obat yang diterima di Puskesmas Sudiang
Raya bersumber dari dana JKN, DAK dan Hibah dari Pusat dan Provinsi.
Obat yang berasal dari Hibah sebagian besar merupakan obat-obat program
seperti program-program TB, HIV, Malaria, Vaksin, Hepatitis dan program
lainnya
d. Penyimpanan
Obat yang telah diterima dimasukkan atau disusun di rak gudang
puskesmas. Obat-obat digudang disimpan berdasarkan bentuk sediaan
tablet/kapsul, syrup, salep, dan BHP. Penyimpanan obat-obatan disimpan
berdarkan alfabetis serta dicantumkan sumber anggaran masing-masing obat
dan diberi jarak antara obat satu dengan yang lainnya. Untuk obat narkotika
dan psikotropika disimpan pada lemari besi yang dipisahkan dari obat-obat

30
lainnya. Untuk obat yang memerlukan suhu dingin disimpan dalam lemari
pendingin (kulkas). Dan untuk obat-obat program profilaksis seperti
Albendazol dan obat-obat program TB disimpan pada lemari terpisah.Obat-
obat yang telah kadaluarsa disimpan terpisah pada satu tempat. Pengeluaran
obat menggunakan sistem FIFO dan FEFO dimana yang lebih dekat masa
kadaluarsa atau lebih dahulu masuk disimpan pada bagian depan/atas.
e. Pendistribusian
Obat dan BMHP yang ada di gudang obat puskesmas tidak hanya
digunakan di kamar obat/ Apotek tetapi juga didistribusikan ke unit-unit
yang ada di Puskesmas seperti Ruang Tindakan (UGD), Laboratorium,
KIA/KB (Kesehatan Ibu dan Anak/Keluarga Berencana), Pustu (Puskesmas
pembantu), Home Care, Puskel (Puskesmas keliling) dan P3K. Petugas dari
unit menuliskan permintaan di buku permintaan obatnya (buku amprahan)
kemudian di verifikasi oleh Apoteker/Asisten Apoteker. Selanjutnya
Apoteker atau asisten apoteker menyiapkan obat/ BMHP berdasarkan
permintaan dari unit.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan dengan kegiatan stock opname dimana
mencocokan jumlah fisik obat dan bahan medis habis pakai dengan kartu
stok, juga untuk melihat masa kadaluwarsa obat. Tujuan dilakukan stock
opname agar menghindari terjadi kelebihan, kekurangan bahkan kekosongan
maupun kehilangan obat. Kegiatan stock opname dilakukan setiap akhir
bulan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan, Pelaporan, Pengarsipan yang dilakukan oleh Apotek
Puskesmas Sudiang Raya merupakan rangkaian kegiatan penatalaksanaan
obat secara tertib, baik itu yang diterima, disimpan, didistribuskan dan
digunakan di Puskesmas. Kegiatan ini dilakukan sebagai bukti pengelolaan
yang telah dilakukan :
a. Pencatatan penerimaan obat
b. Pencatatan penyimpanan (kartu stok)

31
c. Pencatatan pengeluaran (kartu stok, buku harian puskesmas)
d. Pelaporan
- Pelaporan Obat di seluruh puskesmas di kota Makassar termasuk
puskesmas Sudiang Raya menggunakan system pelaporan online yaitu
SIMBAKDA (Sistem Informasi Management Barang dan Keuangan
Daerah). Pelaporan di SIMBAKDA berupa nama obat, sumber
kegiatan, kode obat, satuan obat, jumlah, peruntuk dan harga satuan
obat. Penginputan SIMBAKDA dilakukan setiap hari setelah
pelayanan oleh pengelola obat puskesmas.
- Pelaporan dalam bentuk LPLPO juga dilaporkan tiap bulan ke Gudang
Farmasi Dinas Kesehatan.
h. Administrasi
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, dan
pengarsipan baik menyangkut sediaan farmasi dan alat kesehatan ataupun
resep. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengawasan serta evaluasi.
Administrasi untuk sediaan farmasi dan alat kesehatan berdasarkan
prosedur lengkap pencatatan dan penyimpanan resep, administrasi tersebut
antara lain :
1. Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan (umum,
BPJS).
2. Pencatatan jumlah obat harian yang digunakan untuk keperluan penulisan
di kartu stok obat.
3. Pencatatan pemberian informasi obat terkait resep.
4. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama 3 tahun dengan cara
dibakar.
5. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirim ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

32
2. Pelayanan Farmasi Klinik
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Penerimaan resep di Apotek Puskesmas Sudiang Raya berasal dari
pasien umum, BPJS dan KIS. Untuk pasien umum harus memenuhi syarat
yang berlaku yaitu membawa lembar fotocopy KTP atau KK (Kartu
Keluarga). Pada penerimaan resep dilakukan kegiatan pengkajian resep,
dimana kajian terhadap resep terdiri dari identitas pasien sepeti nama, umur,
jenis kelamin maupun alamat pasien, identitas dokter penulis resep, selain
itu kajian kesesuaian jumlah dan dosis serta aturan pakai obat dan kajian
klinis obat dalam resep seperti indikasi, efek samping, interaksi dan
sebagainya. Jika terdapat kekeliruan atau resep yang ditulis tidak rasional,
maka petugas Apotek harus menanyakan kembali tentang keabsahan resep
tersebut kepada dokter yang menulis resep tersebut, tapi jika resep sudah
lengkap maka langkah selanjutnya adalah pengerjaan resep, baik meracik
obat maupun penyiapan obat jadi.
Saat penyiapan obat perlu diperhatikan nama obat, dosis, dan expired
date obat tersebut. Jika obat telah siap dan sesuai dengan permintaan,
kemudian dilakukan penulisan nama pasien dan aturan pakai masing-masing
obat pada etiket. Sebelum menyerahkan obat kepada pasien, petugas Apotek
harus memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah, serta aturan pakai
kemudian petugas akan memanggil nama pasien. Petugas harus memastikan
pasien yang menerima obat tepat. Penyerahan obat kepada pasien harus
disertai dengan pemberian informasi obat yang jelas, mengenai indikasi
obat, efek samping, aturan pakai dan cara penggunaan obat hingga
penyimpanan obat yang baik.
b. Informasi Obat
Memberikan informasi obat secara akurat dan jelas kepada pasien
sangat penting disampaikan oleh tenaga farmasis yang melakukan
penyerahan obat kepada pasien. Pemberian informasi obat di Puskesmas
Sudiang Raya dilakukan oleh Apoteker maupun Asisten Apoteker yang
akan diserahkan kepada pasien dengan informasi cara penggunaan obat

33
yang benar, efek samping obat, interaksi obat, serta penyimpanan obat yang
benar dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien.
Informasi juga meliputi waktu dan pemakaian jumlah obat yang di anjurkan,
contoh antibiotik harus diminum sampai obat yang diberikan habis sesuai
dengan aturan pakai, terutama cara penggunaan untuk obat-obatan
pemakaian khusus.
Pemberian informasi obat juga diberikan melalui kegiatan
penyuluhan bagi pasien prolanis. Dimana pasien diberikan informasi
mengenai indikasi obat, aturan pakai dan cara penggunaan obat, efek
samping obat, interaksi obat, dan cara penyimpanan obat yang benar dari
masing-masing obat yang bisa dikonsumsi oleh pasien prolanis. Selain itu
juga informasi yang diberikan adalah mengenai terapi nonfarmakologi untuk
penyakit yang diderita pasien.

34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan kegiatan PKPA di Puskesmas dapat disimpulkan bahwa:
1. Seorang Apoteker di Puskesmas bertanggung jawab terhadap pengelolaan
perbekalan farmasi dan bahan medis habis pakai, meliputi perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pencatatan, pelaporan,
pengendalian dan pemusnahan serta dalam pelayanan farmasi klinik.
2. Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi dan bahan medis habis pakai
selama PKPA di Puskesmas Sudiang Raya yaitu penyimpanan,
pendistribusian dan pengendalian sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai.
3. Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di Puskesmas Sudiang Raya
diantaranya pengkajian dan pelayanan resep, pemberian informasi obat dan
Home care. Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas Sudiang Raya
telah mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016
Tentang standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas, namun ada beberapa
yang masih perlu dilengkapi dan dikembangkan.
B. SARAN
Sebaiknya bagian Farmasi Puskesmas Sudang Raya dapat
dipertimbangkan untuk melakukan kegiatan pemantauan terapi obat dan
Evaluasi Penggunaan obat pasien terutama untuk pasien prolanis agar dapat
mengembangkan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat dan mencapai tujuan
terapi yang maksimal. Dan sebaiknya dibuatkan ruangan khusus untuk
konseling agar apoteker dapat memberikan konseling kepada pasien.

35
DAFTAR PUSTAKA
Data Dasar Puskesmas. 2015. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016, Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014, Tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, Tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat.
Sudibyo dkk. 2012. Kebijakan Penempatan Apoteker di Puskesmas. Pusat
Teknologi dan Intervensi Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

36
LAMPIRAN
Lampiran 1.Alur Pelayanan Puskesmas Sudiang Raya

37
Lampiran 2. Alur Pelayanan Gudang Obat dan Apotek Puskesmas Sudiang Raya

38
Lampiran 3. Struktur Organisasi Puskesmas Sudiang Raya

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS SUDIANG RAYA


TAHUN 2017
Berdasarkan Peraturan Walikota Makassar No. 79 Tahun 2009
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128 / Menkes / SK / 2009
KEPALA PUSKESMAS
Dr. H. MUHAMMAD SOFYAN

KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA


NURSIAH H.

KEUANGAN PERLENGKAPAN
MUHAMMAD RAMLI, SOS NUR JANNAH,SKM

UNIT PELAYANAN TEKNIS JARINGAN PELAYANAN


FUNGSIONAL PUSKESMAS
PUSKESMAS

UNIT KESEHATAN
UNIT KESEHATAN MASYARAKAT PERORANGAN UNIT BIDAN /
Upaya Pengobatan : UNIT PUSKESMAS PEMBANTU : KOMUNITAS
Upaya Promosi Kesehatan ( ERNI,SKEP) dr. HJ. SAMSIAH, DPDK UNIT PUSK. KELILING
Upaya Kes. Lingkungan ( IRMA SURYANI, AMKL) dr. WAWAN D HAMKA DPDK dr. HJ. SAMSIAH, DPDK LUSIA SANDADEN,S.Tr,Keb
Upaya KIA & KB ( LUSIA SANDADEN,S,Tr,Keb ; YULIANTI) drg. RATNABIMA 1. PUSTU DARMAYANTI (HADIRA ALING, S.kep )
Upaya Perbaikan Gizi Masy. (SATRIYANI MARTHA, S.ST; MASDUKI, SKM 2. PUSTU BATARA UGI ( HAERANI, S.Kep,Ns ) HJ. ENNY RAHMAN, S.Kep,Ns YULIANTI,AMd.Keb
DARLIA,A.Md) HJ.ENNY RAHMAN,S.Kep,Ns
Upaya P2M / PTM ( MARGARETHA MN, SKM ; MASDUKI; HADIRA ALING, S.Kep
HAERANI,S.Kep,Ns, HADIRA ALING,S.kep ) FATIMA PAILU, A.Md.Kep
Upaya Kesehatan Sekolah (NI NYOMAN RAI, A.Mk)
Upaya Perkesmas (ROSLINA, A.Mk) SARTIKA DEWI, A.MK
Upaya Kesehatan Kerja (SATRIYANI MARTHA, S,Sit) WIDIAR NINGSIH, S.Si, Apt
Upaya Kes. Gigi & Mulut (Drg. RATNA BIMA; SITTI SALMAH) JUMANIA, S.SIT
Upaya Kesehatan Jiwa (NI NYOMAN RAI, A.Mk)
Upaya Kesehatan Indera (NI NYOMAN RAI,A.Mk)
Upaya Kes. Usia Lanjut (HJ. ENNY RAHMAN, S.Kep,Ns)
Upaya Pembinaan Batra (IRMA SURYANI, AMKL) Mengetahui
Kepala Puskesmas Sudiang Raya

Dr. H. Muhammad Sofyan


NIP. 197905042005021005

39
Lampiran 4. Penyuluhan PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)
Tentang Cara Penggunaan Obat di Bulan Puasa

40
Lampiran 5. Kegiatan Penempelan Poster Tentang Informasi Penggunaan Obat

Lampiran 6. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat

41
Lampiran 7. Penyimpanan Obat

Lampiran 8. Tempat Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika

42
Lampiran 9. Kegiatan Stok Opname

Lampiran 10. Etiket Obat

43
Lampiran 11. Resep JKN dan Non JKN (Umum)

Lampiran 12. Puskesmas Sudiang Raya

44
Lampiran 13. Pelaporan Online

45

Anda mungkin juga menyukai