Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN

PENGANTAR PRAKTEK KERJA LAPANGAN


DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN
Tanggal 01 Januari – 31 Januari 2021

DISUSUN OLEH:
1. Aslamiah : 1848401110007
2. Bewny Setiawan : 1848401110012

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
PENGANTAR PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH

Tanggal 01 Desember – 31 Desember 2021

Disetujui oleh

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

apt.Dedi Hartanto, M.Sc apt.Erwin Fakhrani, S.Farm


NIDN.1107108502 NIP.198412012010011014
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Farmasi

apt.Sri Rahayu, M.Farm


NIDN.1115098101
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Pengantar Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Alalak Tengah.
Shalawat serta salam kami hantarkan keharibaan junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat serta pengikut beliau hingga akhir
zaman.
Untuk memberikan pengalaman mengenai peran dan personilnya dengan
cara terlibat langsung dalam kegiatan Puskesmas sehingga dapat memberikan
bekal kemampuan propesional, manajerial, pengalaman praktis dan keterampilan
dalam hal pengelolaan Obat. Maka perlu diadakan Pengantar Praktek Kerja
Lapangan (PPKL) di Puskesmas. Berdasarkan hal tersebut kami telah melakukan
Pengantar Praktek Kerja Lapangan (PPKL) di Puskesmas Alalak Tengah.
Pada tanggal 01 Desember – 31 Desember 2020 dan menyusun laporan ini
merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban kami terhadap pelaksanaan
PPKL yang telah diembankan oleh Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Program Studi D3 Farmasi.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terimakasih atas kesempatan,
bimbingan serta kerja sama yang diberikan selama maupun setelah masa PPKL di
Puskesmas Alalak Tengah, Kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Khairudin, M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Ibu apt.Risya Mulyani, M.Sc. selaku Dekan Farmasi Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Ibu apt.Sri Rahayu, M.Farm. selaku Ketua Program Studi D3 Farmasi
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
4. Bapak apt.Erwin Fakhrani, S. Farm., selaku Apoteker Pengelola Apotek yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengenal lebih jauh
mengenai Puskesmas Alalak Tengah dan sekaligus selaku pembimbing

iii
lapangan yang membantu dalam pembuatan laporan Pengantar Praktek Kerja
Lapangan di Puskesmas Alalak Tengah .
5. Bapak apt.Dedi Hartanto.M.Sc, selaku pembimbing akademik kegiatan
Pengantar Praktek Kerja Lapangan.
6. Tenaga Teknis Kefarmasian dan karyawan Puskesmas Alalak Tengah.
7. Bapak Dai Padli, Amd.,Far selaku koordinator Pengantar Praktek Kerja
Lapangan
8. Seluruh Dosen Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Program Studi D3
Farmasi.
9. Keluarga dan rekan-rekan yang telah memberikan dukungan moril dan materil
sehingga laporan ini dapat selesai.
10. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu kami baik dalam hal material maupun spiritual dalam pelaksanaan
praktek kerja lapangan dan dalam menyelesaikan tugas laporan ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan Pengantar Praktek Kerja
Lapangan ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan, karena
terbatasnya kemampuan dan ilmu yang kami miliki dan kesempurnaan hanya
milik Allah SWT semata, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik dari berbagai pihak yang membangun untuk perbaikan selanjutnya.
Akhirnya kami berharap semoga laporan hasil Pengantar Praktek Kerja Lapangan
(PPKL) ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada kita, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Banjarmasin, Januari 2021

Tim Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................I
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................II
KATA PENGANTAR.........................................................................................III
DAFTAR ISI..........................................................................................................V
DAFTAR TABEL..............................................................................................VII
DAFTAR GAMBAR........................................................................................VIII
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................IX
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................X
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................1
B. TUJUAN PENGANTAR PRAKTEK KERJA LAPANGAN......................................3
C. MANFAAT PENGANTAR PRAKTEK KERJA LAPANGAN..................................3
BAB 2......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................5
A. PUSKESMAS...................................................................................................5
B. TUGAS DAN FUNGSI PUSKESMAS..................................................................7
C. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA......................................................10
D. PELAYANAN FARMASI DI PUSKESMAS........................................................23
E. LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT (LPLPO).........31
BAB 3....................................................................................................................33
TINJAUAN KHUSUS PUSKESMAS................................................................33
B. SEJARAH.........................................................................................................39
C. STRUKTUR ORGANISASI.................................................................................39
D. RUANG FARMASI PUSKESMAS ALALAK TENGAH..........................................39
BAB 4....................................................................................................................42
PEMBAHASAN...................................................................................................42
A.MANAJEMEN SDM PUSKESMAS ALALAK TENGAH........................................42
B. SARANA DAN PRASARANA.............................................................................44
C.MANAJEMEN PERBEKALAN FARMASI DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH.......45

v
D.ASUHAN KEFARMASIAN.........................................................................50
BAB 5....................................................................................................................53
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................53
A.KESIMPULAN...................................................................................................53
B.SARAN.............................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin di
Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Tengah Tahun 2019.
Tabel 3.2 Sarana Fisik Kesehatan di Puskesmas Alalak Tengah.
Tabel 3.3 Data Ketenagaan SDM di Puskesmas Alalak Tengah
Tabel 3.4 Sarana dan Prasarana Puskesmas Alalak Tengah

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Ruang Farmasi

Lampiran 2.Struktur Organisasi Puskesmas

Lampiran 3. Visi dan Misi Puskesmas Alalak Tengah

Lampiran 4.Kartu Stok,Blanko,Resep dan Etiket

Lampiran 5.Blanko Rencana Kebutuhan Obat

Lampiran 6.Blanko LPLPO

Lampiran 7.Penyimpanan Obat dan BAKHP

Lampiran 8.Penyimpanan Obat Narkotik dan Psikotropik

Lampiran 9.Penyimpanan Obat di Rak Kulkas

Lampiran 10.Alat Ukur Suhu Ruangan

viii
DAFTAR SINGKATAN

AA : Asisten Apoteker
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
BP : Bagian Pelayanan
BMHP : Bahan Medis Habis Pakai
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
DOEN : Daftar Obat Esensial Nasional
ED : Expired Date
FIFO : First In First Out
FEFO : First Expired First Out
GFK : Gudang Farmasi Kabupaten/Kota
ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
KTP : Kartu Tanda Penduduk
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
Kesling : Kesehatan Lingkungan
KLB : Kejadian Luar Biasa
LPLPO : Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat
MESO : Monitoring Efek Samping Obat
MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit
PMK : Peraturan Menteri Kesehatan
PTO : Pemantauan Terapi Obat
PIO : Pelayanan Informasi Obat
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
POA : Plan of Action
Pustu : Puskesmas Pembantu

ix
Pusling : Puskesmas Keliling
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
RKO : Rencana Kebutuhan
Obat
SDM : Sumber Daya
Manusia
SPO : Standar Prosedur
Operasional
TTK : Tenaga Teknis

Kefarmasian
TU : Tata Usaha
UKM : Unit Kesehatan
Masyarakat
UKP : Unit Kesehatan
Perorangan
UGD : Unit Gawat
Darurat
UPK : Unit Pelayanan
Kesehatan
UPOPUK : Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan

x
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43


Tahun 2019, Pusat Kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan
upaya Kesehatan masyarakat dan upaya Kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotive dan preventif di
wilayah kerjanya. Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya Kesehatan
dapat mengembangkan dan meningkatkan sumber daya bidang Kesehatan
sesuai dengan pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sesuai dengan pelayanan yang
dibutuhkan oleh masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) untuk memelihara dan meningkatkan
Kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
Kesehatan masyarakat. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) untuk
memelihara dan meningkatkan Kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah Kesehatan perseorangan. (Permenkes RI,
2019).

Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan


praktek kefarmasian oleh apoteker sedangkan pelayanan kefarmasian
merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
yang 2 berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. (Permenkes RI,
2009).
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan
kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang

1
2

berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang


berorientasi padapasien (patient oriented) dengan filosofi pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care). (Permenkes RI, 2014).
Salah satu dari praktek kefarmasian di puskesmas Menurut Permenkes
No. 26 Tahun 2020 yaitu Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, pelayanan
kefarmasian terbagi dalam dua kegiatan yaitu pengelolaan sediaan farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP serta pelayanan farmasi klinik di
puskesmas merupakan satu rangkaian kegiatan yang saling terkait satu dengan
yang lain. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia serta
sarana dan prasarana sesuai standar. Apoteker sebagai penanggung jawab
pelayanan kefarmasian di puskesmas diharapkan dapat melaksanakan
pelayanan kefarmasian sesuai standar dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien. (Permenkes RI, 2020).
Dalam Aplikasinya Pengantar Praktek Kerja Lapangan merupakan
wujud aplikasi terpadu antara sikap, kemampuan dan keterampilan yang
diperoleh mahasiswa dibangku kuliah. Pengantar Praktik Kerja Lapangan di
berbagai instansi akan sangat berguna bagi mahasiswa untuk dapat menimba
ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman.
Kesiapan institusi pendidikan dalam menyediakan sumber daya
manusia calon Tenaga Teknis Kefarmasian yang berkualitas menjadi faktor
penentu. Oleh karena itu, Program Studi Diploma III Farmasi Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin bekerja sama dengan Puskesmas Alalak Tengah
untuk menyelenggarakan Pengantar Praktek Kerja Lapangan (PPKL) di
Apotek Puskesmas Alalak Tengah yang berlangsung dari tanggal 01 Januari
2020 – 31 Januari 2020.
Kegiatan PPKL ini memberikan pengalaman kepada calon Ahli
Madya Farmasi untuk mengetahui pengelolaan serta pelayanan dan
mengembangkan cara berpikir, menambah ide-ide yang berguna dan dapat
menambah pengetahuaan mahasiswa sehingga dapat menumbuhkan rasa
disiplin dan tanggung jawab mahasiswa terhadap apa yang ditugaskan. Dan
dapat di aplikasikan setelah menempuh pendidikan diploma.
3

Dan Menimbang Puskesmas Alalak Tengah yang Membawahi Dua


Kelurahan sekaligus yaitu Alalak Tengah dan Alalak Utara. Maka Untuk
menunjang pelayanan kesehatan yang lebih baik. Mahasiswa sebagai sumber
daya manusia dimasa akan datang harus mempersiapkan terlebih dahulu ilmu
dan pengetahuan yang diaplikasikan melalui PPKL di Puskesmas Alalak
Tengah Banjaramasin.

B. Tujuan Pengantar Praktek Kerja Lapangan

1. Mempelajari dan mempraktekkan pelayanan farmasi klinik di


Puskesmas yang meliputi: Penerimaan resep, Peracikan obat dan
Penyerahan obat.

2. Memahami pengelolaan resep di Instalasi Farmasi yang mencakup


Alur pelayanan resep, Penyimpanan resep danPemusnahan resep

3. Mempelajari dan menjelaskan pengelolaan obat dipuskesmas

4. Dapat menyerahkan obat dan melakukan pemberian informasi obat


kepada pasien
.

C. Manfaat Pengantar Praktek Kerja Lapangan

1. Melatih kemampuann dan keterampilan mahasiswa/mahasiswi


dalam kaitannya antara teori dan praktek.

2. Menambah pengalaman mahasiswa/mahasiwi dalam dunia


perkuliahan maupun dunia kerja.

3. Menambah ilmu yang belum didapat pada saat perkuliahan.

4. Mengetahui dan mengenal berbagai macam sediaan obat yang


tersedia di Puskesmas.

5. Mengetahui dan mengenal jenis resep yang tersedia di Puskesmas.


4

6. Mengetahui manajemen sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan


di Puskesmas.

7. Mahasiswa/mahasiswi mampu menjalin komunikasi yang baik


dengan pasien.

8. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi Tenaga Teknis


Kefarmasian (TTK) yang professional.

9.
10. .
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas
Puskesmas Menurut Permenkes RI No.75 Tahun 2014, Puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (rehabilitatif), dan pengobatan (kuratif)
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi
semua fasilitas pelayanan kesehatan di indonesia termasuk Puskesmas.
Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi
semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk puskesmas.

Menurut Permenkes RI No.26 Tahun 2020, Tentang Standar


Pelayanan Kesehatan, Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan suatu wilayah kerja.

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas menurut Permenkes RI No. 75


Tahun 2014 meliputi :
1. Paradigma sehat Puskesmas mendorong seluruh pemangku
kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan
mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
2. Pertanggung jawaban wilayah Puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya.
3. Kemandirian masyarakat Puskesmas mendorong kemandirian hidup
sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
4. Pemerataan Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
dapat di akses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah

5
6

kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama,


budaya, dan kepercayaan.
5. Teknologi tepat guna Puskesmas menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan, mudah di manfaatkan dan tidak
berdampak buruk bagi lingkungan.
6. Keterpaduan dan kesinambungan Puskesmas mengintegrasikan dan
mengkordinasikan penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) lintas program dan
lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan dan di dukung dengan
manajemen Puskesmas.
Pelayanan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan yang
meliputi :

1. Pelayanan Pengobatan (kuratif) merupakan suatu rangkaian dari


pengolahan obat yang merupakan tahapan akhir dari sutu pelayanan
kesehatan yang ikut menentukan efektivitas upaya pengobatan oleh
tenaga medis kepada pasien.
2. Upaya Pemulihan Kesehatan (rehabilitatif) merupakan suatu kegiatan
dalam upaya pemulihan kesehatan.
3. Upaya Pencegahan (preventif) merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka pencegahan suatu penyakit dengan memelihara kesehatan
lingkungan maupun perorangan.
4. Upaya Peningkatan Kesehatan (promotif) yaitu suatu upaya kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan
merupakan konsep kesatuan upaya kesehatan.
Secara Nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu
kecamatan, dengan beberapa faktor yaitu: kepadatan penduduk, luas
daerah, keadaan geografi, dan keadaan infrastruktur lainnya yang
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja
Puskesmas. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas,
maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antara puskesmas dengan
7

memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa atau kelurahan, dusun


atau rukun warga, untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka
Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan yang lebih sederhana
diantaranya, yaitu:

1. Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan tempat pelayanan pengobatan


di bawah Puskesmas yang bertempat di suatu desa yang jauh dari
Puskesmas induk.
2. Puskesmas Keliling (Pusling) kegiatannya dilakukan sama seperti di
dalam Puskesmas, hanya saja Puskesmas keliling dilakukan oleh seorang
dokter, bidan, perawat, tenaga apoteker, gizi, dan Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK).
3. Posyandu, terbagi 2 yaitu :

a. Posyandu untuk kesehatan ibu dan balita, terutama pelayanan


imunisasi dan gizi terhadap ibu hamil, bayi, dan balita.
b. Posyandu Lansia (lanjut usia) untuk pelayanan pengobatan bagi usia
lanjut.
4. Posyandu Kesehatan Desa (Poskesdes) atau Posyandu Kesehatan
Kelurahan (Poskeskel) disediakan untuk pelayanan kesehatan yang
sifatnya mendasar.Pondok Bersalin Desa (Polindes) yaitu suatu
pelayanan yang dilakukan oleh seorang bidan yang ditempatkan di suatu
desa jauh dari Puskesmas induk.

B. Tugas dan Fungsi Puskesmas


1. Tugas Puskesmas

Tugas Puskesmas tergambar dari visi dan misi nya, yaitu sebagai berikut:

a. Visi pembangunan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah


tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator
utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Untuk
mencapai visi tersebut Puskesmas menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
8

Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya


kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan
kefarmasian yang bermutu.

b. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah


mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Misi
tersebut adalah:
1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan diwilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan
sektor lain yang diselenggarakan diwilayah kerjanya, agar
memperhatikan aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-
tidaknya terhadap ligkungan dan perilaku sehat masyarakat.
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
diwilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap
keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal diwilayah kerjaya
makin berdaya dibidang kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemandirian untuk hidup sehat.
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan. Puskesmas aka selalu
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan
pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi
pengolahan dana sehingga dapat terjangkau oleh seluruh anggota
masyarakat.
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu
berupaya memelihara dan menigkatkan kesehatan, mencegah, dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan bertempat tinggal di
wilayah kerjanya tanpa diskriminasi, dengan menerapkan kemajuan
9

ilmu dan teknologi Kesehatan yang sesuai termasuk aspek


lingkungannya.

2. Fungsi Puskesmas

Menurut Permenkes RI No.75 Tahun 2014, Puskesmas mempunyai


fungsi sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya,yaitu:

1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan


masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan


masyarakat dalam bidang kesehatan
4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain
terkait.
5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas
7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan
9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya,yaitu:

1) Menyelenggarakan pelayanan Kesehatan dasar secara


komprehensif, berkesinambungan dan bermutu.
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif.
10

3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada


individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
4) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
5) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi.
6) Melaksanakan rekam medis.

7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu


dan akses pelayanan kesehatan.
8) Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

9) Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas


pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.

10) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis


dan sistem rujukan.

C. Manajemen Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan
tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga tesehatan dan tenaga non
kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah
penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah
kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di
wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja. Jenis tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud paling sedikit terdiri atas :

1. Dokter atau dokter layanan primer;

2. Dokter Gigi;

3. Perawat;

4. Bidan;

5. Tenaga Kesehatan Masyarakat;

6. Tenaga Kesehatan Lingkungan;


11

7. Ahli Teknologi Laboraturium Medik;

8. Tenaga Gizi;

9. Apoteker; dan

10. Tenaga Kefarmasian.


Sumber Daya Manusia (SDM) untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di Puskesmas adalah Tenaga Kefarmasian. Menurut Peraturan
Pemerintah No. 51 Tahun 2009, Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang
melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian.

1. Apoteker

Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal


harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung
jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai
kebutuhan. Jumlah kebutuhan Apoteker di Puskesmas dihitung berdasarkan
rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta
memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah
Apoteker di Puskesmas bila memungkinkan diupayakan 1 (satu) Apoteker
untuk 50 (lima puluh) pasien perhari. Semua tenaga kefarmasian harus
memiliki surat tanda registrasi dan surat izin praktik untuk melaksanakan
Pelayanan Kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan termasuk
Puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker merupakan pendidikan
profesi setelah sarjana farmasi. Pendidikan profesi Apoteker hanya dapat
dilakukan pada perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan.
Standar pendidikan profesi Apoteker terdiri atas :

a. komponen kemampuan akademik; dan

b. kemampuan profesi dalam mengaplikasikan

c. Pekerjaan Kefarmasian.
12

Standar pendidikan profesi Apoteker disusun dan diusulkan oleh


Asosiasi di bidang pendidikan farmasi dan ditetapkan oleh Menteri. Peserta
pendidikan profesi Apoteker yang telah lulus pendidikan profesi Apoteker
berhak memperoleh ijazah Apoteker dari perguruan tinggi. Apoteker yang
menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki sertifikat kompetensi
profesi. Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi, dapat
memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung setelah
melakukan registrasi. Sertifikat kompetensi profesi berlaku 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang untuk setiap 5 (lima) tahun melalui uji kompetensi
profesi apabila Apoteker tetap akan menjalankan Pekerjaan Kefarmasian.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh sertifikat kompetensi
dan tata cara registrasi profesi diatur dengan Peraturan Menteri.

Kompetensi Apoteker di Puskesmas adalah sebagai berikut:


a. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian
yang bermutu.
b. Mampu mengambil keputusan secara profesional

c. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi


kesehatan lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal
maupun bahasa lokal.

d. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun


informal, sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu
baru.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009, Tenaga


Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker. Standar pendidikan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
pendidikan.
13

Peserta didik Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat menjalankan


Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki ijazah dari institusi pendidikan
sesuai peraturan perundang-undangan. Untuk dapat menjalankan Pekerjaan
Kefarmasian, peserta didik yang telah memiliki ijazah wajib

memperoleh rekomendasi dari Apoteker yang memiliki STRA di tempat


yang bersangkutan bekerja.

Menurut PP No. 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian.


Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) adalah tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalani pekerjaan kefarmasian.

Adapun standar pelayanan kefarmasian di puskesmas (Permenkes


no. 26 tahun 2020):
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dan
b. Pelayanan farmasi klinik.

Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan


kosmetika. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau
implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang
sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur
dan memperbaiki fungsi tubuh. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat
kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang
daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-undangan (Kemenkes,
2020).

Manajemen Perbekalan Farmasi merupakan salah satu kegiatan


pelayanan kefarmasian yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk
menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan bahan
medis habis pakai yang efisien, efektif, dan rasional, meningkatkan
kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi
14

manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.Kepala Ruang


Farmasi di puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
menjamin terlaksananya pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
yang baik.
Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
meliputi:

1. Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.


Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan
farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas.

Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:


a. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai yang mendekati kebutuhan;
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.


Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
di puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh ruang farmasi di
puskesmas. Proses seleksi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi
sediaan farmasi periode sebelumnya, data mutasi sediaan farmasi, dan
rencana pengembangan. Proses seleksi sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN) dan Formularium Nasional (FORNAS). Proses seleksi ini harus
melibatkan tenaga kesehatan yang ada di puskesmasseperti dokter, dokter
gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan
pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan sediaan farmasi per tahun dilakukan
secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data
pemakaian obat dengan menggunakan laporan pemakaian dan lembar
permintaan obat (LPLPO).
15

Selanjutnya instalasi farmasi kabupaten/kota akan melakukan


kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan sediaan farmasi puskesmas di
wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer stok, serta
menghindari stok berlebih.
Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan
obat ditiap unit pelayanan kesehatan adalah:
a. Metode Konsumsi

Metode ini dilakukan dengan menganalisis data konsumsi obat


tahun sebelumnya.Hal yang perlu diperhatikan adalah
pengumpulan data dan pengolahan data, analisis data untuk
informasi dan evaluasi serta perhitungan perkiraan kebutuhan
obat.
b. Metode Epidemiologi

Metode ini dilakukan dengan menganalisis kebutuhan obat


berdasarkan pola penyakit, perkiraan kunjungan, dan waktu
tunggu (leadtime). Langkah-langkahdalam metode ini adalah
menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani, menentukan
jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit,
menyediakan standar/ pedoman pengobatan yang digunakan,
menghitung perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian dengan
alokasi dana yang tersedia.
c. Metode Gabungan
Metode gabungan ini untuk menutupi kelemahan kedua metode
konsumsi dan metode epidemiologi, jadi metode gabungan ini
merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode
epidemiologi.

2. Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengadaan atau permintaan obat adalah suatu proses pengumpulan


dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi
16

kebutuhan pelayanan di Puskesmas. Tujuan permintaan Sediaan Farmasi


dan Bahan Medis Habis Pakai adalah memenuhi kebutuhan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.Permintaan diajukan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.

3. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.

Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah


suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan
Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan
memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.
Menurut Permenkes No 26 RI Tahun 2020, Tenaga Kefarmasian
dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban
penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang
menyertainya.
Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup
jumlah kemasan/ peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan
Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga
Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak
memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan
keberatan.
Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima
disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu
bulan.

4. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.


17

Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia
di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Bentuk dan jenis sediaan;

b. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan


Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;
c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar;

d. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan; dan
e. Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

Metode penyimpanan obat di puskesmas:

a. Obat disusun secara alfabetis.

b. Obat dirotasi dengan sistem First In First Out (FIFO) dan First
Expired First Out (FEFO).
c. Obat ditempatkan secara terpisah berdasarkan bentuk sediaan seperti
kapsul, tablet, sirup, salep, injeksi dan lain-lain.
d. Obat disimpan berdasarkan suhu penyimpanan seperti Cera, vaksin,
suppositoria disimpan dalam lemari pendingin.
e. Obat-obat narkotik dan psikotropik hendaknya disimpan dalam
lemari yang terkunci rapat.
f. Obat disimpan pada rak, rak terakhir harus memiliki jarak dengan
lantai.
g. Obat yang disimpan pada lantai harus sesuai dengan petunjuk.
18

h. Penyimpanan obat Hight Alert disimpan terpisah dari obat lain.


Suhu penyimpanan menurut Farmakope Indonesia Edisi 4 :

1) Suhu Dingin : suhu tidak lebih dari 8oC, lemari pendingin

memiliki suhu 2oC - 8oC

2) Sejuk : suhu antara 8°C - 15°C.

3) Suhu Kamar : suhu pada ruang kerja, suhu kamar terkendali


adalah suhu yang diatur antara 15°C - 30°C.
4) Lemari pendingin/kulkas: suhu lemari pendingin atau kulkas harus
berkisar antara 2 – 8 °C
5) Lemari pembeku/freezer: suhu lemari pembeku atau freezer harus
berkisar antara 20 hingga -0 °C
6) Hangat : suhu antara 30°C - 40°C.

7) Panas Berlebih : suhu diatas 40°C.

5. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.


Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan waktu yang tepat.

Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:

a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;

b. Puskesmas Pembantu;

c. Puskesmas Keliling;

d. Posyandu; dan

e. Polindes.
19

Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)


dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor
stok), pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan
dengan cara penyerahan Obat sesuai dengan kebutuhan (floor stok).

6. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.


Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan
obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari :

a. Pengendalian persediaan Untuk melakukan pengendalian


persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok kerja, stok
pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk
mencapai kebutuhan, perlu diperhitungkan keadaan stok yang
seharusnya ada pada waktu kedatangan obat dalam persediaan
maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1) Cantumkan jumlah stok optimum pada kartu stok.

2) Laporkan segera pada UPOPPK, jika terdapat pemakaian yang


melebuhi rencana karena keadaan yang tidak terduga.
3) Buat laporan sederhana secara berkala kepada Kepala
Puskesmas tentang pemakaian obat tertentu yang banyak dan
obat lainnya yang masih mempunyai persediaan banyak.
b. Pengendalian penggunaan untuk menjaga kualitas pelayanan obat
dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat. Pengendalian
penggunaan meliputi presentase penggunaan antibiotik,
presentase penggunaan injeksi, presentase rata-rata jumlah R/,
presentase penggunaan obat generik kesesuaian dengan pedoman.
20

c. Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.

1) Penanganan sediaan farmasi hilang.

Tujuannya adalah sebagai bukti pertanggungjawaban Kepala


Puskesmas sehingga di ketahui persediaan obat saat itu. Untuk
menangani obat hilang, perlu di lakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Petugas pengelola obat yang mengetahui kejadian obat
hilang segera menyusun daftar jenis obat hilang, serta
melaporkan kepada Kepala Puskesmas. Daftar sediaan
farmasi hilang tersebut nantinya akan digunakan sebagai
lampiran dari Berita Acara Sediaan Farmasi Hilang yang
diterbitkan Kepala Puskesmas.
b) Kepala Puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan
kejadian tersebut serta menerbitkan berita acara sediaan
farmasi hilang.
c) Kepala puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut
kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, di sertai
berita acara.
d) Petugas pengelola Ruang Farmasi selanjutnya mencatat
jenis dan jumlah sediaan farmasi yang hilang tersebut pada
masing-masing kartu stok.
e) Apabila jumlah obat yang tersisa diperhitungkan tidak lagi
mencukupi kebutuhan pelayanan, segera dipersiapkan Bon
untuk mengajukan tambahan obat.
f) Apabila hilangnya obat karena pencurian maka dilaporkan
kepada kepolisian dengan membuat berita acara.
d. Penanganan sediaan farmasi rusak dan kadaluwarsa

Tujuannya untuk melindungi pasien dari efek samping


penggunaan sediaan farmasi rusak dan kadaluarsa. Adapun
kegiatan penanganan nya sebagai berikut:
1) Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode
21

tertentu di puskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stok


ini di sebut stok kerja.
2) Menentukan stok optimum dan stok pengaman.
e. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk
:

1) Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam


pengelolaan Sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan;
2) Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai; dan
3) Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
Setiap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur
operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan
oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat
yang mudah dilihat contoh standar prosedur operasional
sebagaimana terlampir.

7. Administrasi.

Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh


rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit
pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah:

a. Bukti bahwa pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis


pakai telah dilakukan;
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
c. Sumber data untuk pembuatan laporan. Pencatatan dan pelaporan
22

yang di buat:
1) Stok opname,

2) LPLPO APBD,

3) LPLPO JKN,

4) Laporan narkotika,

5) Laporan psikotropika,

6) Laporan POR Diare dan ISPA,

7) Laporan monitoring penggunaan obat generik,

8) Laporan YANFAR, dan

9) Laporan ketersediaan obat

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis


Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan
cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan


peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan
Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya
dicabut oleh Menteri.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai bila:
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;

b. Telah kadaluwarsa;

c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan


kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
d. Dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis


23

Pakai terdiri dari:


a. membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan;
b. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;

c. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada


pihak terkait;
d. menyiapkan tempat pemusnahan; dan

e. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan


serta peraturan yang berlaku.

D. Pelayanan Farmasi di Puskesmas


Menurut Permenkes No.26 Tahun 2020, tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas, pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari
pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan obat dan bahan medis habis pakai dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:


1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan
kefarmasian di puskesmas.
2. Memberikan pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin
efektivitas, keamanan dan efisiensi obat dan bahan medis habis
pakai.
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan
kepatuhan pasien yang terkait dalam pelayanan kefarmasian.
4. Melaksanakan kebijakan obat dipuskesmas dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1. Pengkajian dan pelayanan Resep

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan


administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
24

a) Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.

b) Nama, dan paraf dokter.

c) Tanggal resep.

d) Ruangan/unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:

a) Bentuk dan kekuatan sediaan.

b) Dosis dan jumlah Obat.

c) Stabilitas dan ketersediaan.

d) Aturan dan cara penggunaan.

e) Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).

Persyaratan klinis meliputi:

a) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.

b) Duplikasi pengobatan.

c) Alergi, interaksi dan efek samping obat.

d) Kontra indikasi.

e) Efek adiktif.

2. Kegiatan penyerahan (Dispensing) dan pemberian informasi obat


merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan/ meracik obat, memberikan label/etiket, menyerahan
sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai
pendokumentasian.
Tujuan:

a) Pasien memperoleh obat sesuai dengan kebutuhan


klinis/ pengobatan.
b) Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi
intruksi pengobatan.
25

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker


untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan
pasien.

Tujuan:
a) Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga
kesehatan lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan
masyarakat.

b) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang


berhubungan dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat
oleh jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas, harus
memiliki alat penyimpanan yang memadai).

c) Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Kegiatan :

a) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen


secara pro aktif dan pasif.
b) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan
melalui telepon, surat atau tatap muka.
c) Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding
dan lain-lain.
d) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan
rawat inap, serta masyarakat.
e) Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan
obat dan bahan medis habis pakai.
f) Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan
pelayanan kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
26

a) Sumber informasi obat.

b) Tempat.

c) Tenaga.

d) Perlengkapan.

4. Konseling

Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian


masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien
rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan
dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang
benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan
Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan
penggunaan Obat.
Kegiatan:

a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.

b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan


oleh dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka,
misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat,
bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari
Obat tersebut, dan lain- lain.

c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan


Obat.

d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien,


mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan cara penggunaan Obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.

Faktor yang perlu diperhatikan:

1) Kriteria Pasien:
27

a) Pasien rujukan dokter.

b) Pasien dengan penyakit kronis.

c) Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan


poli farmasi.
d) Pasien geriatrik.

e) Pasien pediatrik.

f) Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.

2) Sarana dan prasarana:

a) Ruangan khusus.

b) Kartu pasien/catatan konseling.

Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki


kemungkinan mendapat risiko masalah terkait Obat misalnya
komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik
Obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan
Obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan
keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau
alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di
rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya
keberhasilan terapi Obat.
5. Ronde/Visite Pasien

Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang


dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan
lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Tujuan:

a. Memeriksa Obat pasien.

b. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan


Obat dengan mempertimbangkan diagnosis dan kondisi
klinis pasien.
28

c. Memantauperkembangan klinis pasien yang terkait


dengan penggunaan Obat.

d. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi


kesehatan dalam terapi pasien.

Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan,


pembuatan dokumentasi dan rekomendasi.
Kegiatan visite mandiri:

a. Untuk Pasien Baru

1) Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan


dari kunjungan.
2) Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi
dan jadwal pemberian Obat.
3) Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari
rumah, mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada
catatan pengobatan pasien.
4) Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan
masalah terkait Obat yang mungkin terjadi.
b. Untuk pasien lama dengan instruksi baru

1) Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.

2) Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah


pemberian Obat.

c. Untuk semua pasien

1) Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.

2) Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian


masalah dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap
kunjungan.
Kegiatan visite bersama tim:

a. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa


29

catatan pegobatan pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.


b. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien
dan/atau keluarga pasien terutama tentang Obat.
c. Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.

d. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan,


seperti Obat yang dihentikan, Obat baru, perubahan dosis dan
lainlain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:

a. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.

b. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan


tim.

c. Memahami teknik edukasi.

d. Mencatat perkembangan pasien.

Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan


terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan
penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga dilakukan pelayanan
kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar terwujud
komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam
penggunaan Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat.

6. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat


yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

Tujuan:

a. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama


yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
b. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang
30

sudah sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.


Kegiatan:

a. Menganalisis laporan efek samping Obat.

b. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko


tinggi mengalami efek samping Obat.
c. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

d. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat


Nasional.

Faktor yang perlu diperhatikan:

a. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.

b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien


mendapatkan terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Tujuan:

a. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.

b. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait


dengan Obat.

8. Evaluasi Penggunaan Obat

Menurut PERMENKES RI 2020, Merupakan kegiatan untuk


mengevaluasi penggunaan Obat secara terstruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan:

a. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus


31

tertentu.

b. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat

E. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)


Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat disampaikan oleh
Puskesmas/UPK ke Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota. Petugas pencatatan
dan evaluasi melakukan evaluasi dan pengecekan sesuai dengan rencana
distribusi dari Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota lalu dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota untuk mendapatkan persetujuan dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Formulir yang digunakan sebagai
dokumen bukti mutasi obat adalah formulir LPLPO atau disebut juga
formulir Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat.Formulir ini
dipakai untuk permintaan dan pengeluaran obat.

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat dibuat rangkap 3


(tiga) :

1. Asli untuk Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.

2. 1 untuk arsip instansi penerima (Puskesmas).

3. 2 dikirim untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Sedangkan untuk obat golongan narkotika dan psikotropika


sebenarnya sama saja dengan obat golongan lain, tetapi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota nantinya akan melaporkan laporan obat tersebut ke Dinas
Kesehatan Propinsi dan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

LPLPO berguna sebagai :

1. Bukti pengeluaran obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota.

2. Bukti penerimaan obat di Puskesmas.

3. Surat permintaan/pesanan obat dari Puskesmas/Rumah Sakit


kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
4. Sebagai bukti penggunaan obat di puskesmas.
32

Isi dari LPLPO yaitu:

1. Nomor dan tanggal pelaporan dan atau permintaan.

2. Nama puskesmas yang bersangkutan.

3. Nama kecamatan dari wilayah kerja puskesmas.

4. Nama kabupaten/kota dari wilayah kecamatan yang bersangkutan.

5. Nama provinsi dari wilayah kerja kabupaten/kota.

6. Tanggal pembuatan dokumen.

7. Bulan pelaporan dari puskesmas (Jumlah penggunaan obat dan


sisa stok).

8. Bulan permintaan puskesmas (Jumlah permitaan obat dan sisa


stok).

9. Jika hanya melaporkan data pemakaian dan sisa stok obat diisi
dengan nama bulan bersangkutan.
10. Jika dengan mengajukan permintaan obat (termasuk pelaporan
data obat) diisi dengan periode distribusi bersangkutan.

LPLPO sudah harus diterima oleh instalasi Farmasi Kab/Kota


tanggal 1 awal bulan. Setelah itu Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan
melakukan pengkajian yang kemudian LPLPO tersebut akan diserahkan ke
Instalasi Farmasi Kota (IFK). Langkah selanjutnya IFK akan melakukan
persiapan barang. Kemudian IFK akan mengirimkannya ke Puskesmas di
atas tanggal 10.
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS PUSKESMAS

A. Profil Puskesmas Alalak Tengah


1. Kondisi Geografi Wilayah Kerja Puskesmas
Kondisi geografis wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah adalah :
a. Luas Wilayah
1) Secara geografis Puskesmas Alalak Tengah terletak di Kecamatan
Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin yang memiliki luas wilayah
kelurahan Alalak Tengah 1,15 km² dan Kelurahan Alalak Utara 3,3
km² , dengan batas wilayah :
1. Sebelah Utara :Sungai Barito dan Sungai Alalak
2. Sebelah Selatan :Kelurahan Alalak Selatan, Kelurahan Kuin
Utara, Kelurahan Pangeran
3. Sebelah Barat :Sungai Barito
4. Sebelah Timur :Kelurahan Sei. Miai
b. Administrasi Wilayah
Secara administrasi, wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah
terdiri dari 2 kelurahan yaitu Alalak Tengah dan Alalak Utara dengan
kondisi daerahnya (100%) rawa, dan suhu udara berkisar (27oC) -
(33oC).

2. Data Gemografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah tahun 2020
adalah 37. 316 Jiwa dengan perincian berdasarkan wilayah kerja Puskesmas
sebagai berikut

33
34

Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan dan Jenis


Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Tengah Tahun 2019

JumlahPenduduk
N Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
o (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
Kelurahan Alalak
1 6.027 5,947 11.974
Tengah

Kelurahan Alalak
2 12. 771 12. 571 25.342
Utara
Total 18.798 18.518 37.316

a. Sosial Ekonomi
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah
cukup bevariasi, sebagian besar adalah Buruh.
b. Sarana Ekonomi /Transportasi/Komunikasi
Hampir seluruh wilayah kerja dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda
empat. Sarana komunikasi yang ada berupa telepon. waktu tempuh dari
Kelurahan ke Puskesmas berkisar 5 menit hingga 20 menit perjalanan
darat/sungai.
c. Pendidikan
Jumlah sarana sekolah Taman kanak-kanak adalah 14 buah PAUD 2 buah,
Sekolah Dasar 13 buah, Sekolah Menengah Pertama 7 buah, Sekolah
Menengah Atas 3 buah, Universitas negeri dan swasta 0 buah, serta
pesantren sebanyak 2 buah dan panti asuhan 3 buah.
d. Sarana Kesehatan
Berikut merupakan sarana fisik kesehatan dan ketenagaan yang dimiliki
Puskesmas Alalak Tengah
35

Tabel 3.2 Sarana Fisik Kesehatan di Puskesmas Alalak Tengah


No Sarana Jumlah
1 Puskesmas Induk 1 buah
2 Puskesmas Pembantu 1 buah

e. Sarana dan Fasilitas Kesehatan Pendudukan Puskesmas Alalak


Tengah
1. Jumlah Pustu
Jumlah Pustu diwilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah sebanyak 1
buah
2. Jumlah Poskesdes
Jumlah Poskesdes diwilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah tidak ada
3. Jumlah Posyandu Balita
Jumlah Posyandu Balita diwilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah
sebanyak 15 Posyandu Balita
4. Jumlah Posyandu Usila
Jumlah Posyandu Usila diwilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah
sebanyak 3 Posyandu Usila.
5. Jumlah Pos UKK
Jumlah Pos UKK diwilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah 2
sebanyak buah
6. Jumlah Posbindu
Jumlah Posbindu diwilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah sebanyak
2 buah
7. Jumlah Pokbang
Jumlah Kelompok Penimbangan (Pokbang) diwilayah kerja Puskesmas
Alalak Tengah sebanyak 3 buah

f. Denah Alur Kerja


36

1. Loket Kartu
2. Balai Pengobatan / Poli Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) / Poli Gigi
3. Kasir
4. Ruang Tindakan
5. Ruang Imunisasi
6. Laboratorium
7. Apotik
8. Tata Usaha
3. Data Keuangan
Sumber dana dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas Alalak Tengah
tahun 2020 berasal dari :
1. APBD
2. APBN
3. BPJS

4. Data Ketenagaan
Berikut adalah keadaan tenaga di Puskesmas Alalak Tengah pada tahun
2020
Tabel 3.3 Data Ketenagaan SDM di Puskesmas Alalak Tengah
No Jenis Ketenagaan/Profesi Status Kepegawaian Jumlah
(orang)
PNS PTT Honor
1. Dokter Umum 1 1 0 2
2. Dokter Gigi 1 0 0 1
3. Sarjana Kesehatan/SKM 0 0 0 0
4. Apoteker 1 0 0 1
5. Tenaga Gizi
a. SPAG 0 0 0 0
b. D3 Gizi 1 0 0 1
c. D4/S1 0 0 0 0
6. Tenaga Keperawatan
a. SPK 0 0 0 0
b. D3 Perawat 6 2 0 8
c. D4/S1 Keperawatan 0 0 0 0
37

7. Tenaga Perawat gigi


a. SPRG 0 0 0 0
b. D3/S1 Perawat gigi 3 0 0 3
8. Asisten Apoteker
a. SMIF 0 0 0 0
b. D3/S1 Asisten Apoteker 1 0 0 0
9. Tenaga Kebidanan
a. Kebidanan 0 0 0 0
b. D3 Kebidanan 4 1 0 5
c. D4/S1 Kebidanan 1 0 0 1
10. Tenaga Kesling
a. SPPH 0 0 0 0
b. D3 Kesling 2 0 0 2
c. D4/S1 Kesling 0 0 0 0
11. Tenaga Laboratorium
a. SMAK 0 0 0 0
b. D3 Analis 0 1 0 1
c. D4/S1 Analis 1 0 0 1
12. Prakarya 0 0 0 0
13. D III 2 1 0 3
14. DI 0 0 0 0
15. SMA 1 2 0 3
16. SMP 0 0 0 0
17. SD 0 0 0 0
Total 26 8 0 34

4. Susunan Organisasi Puskesmas


Susunan organisasi Puskesmas Alalak Tengah adalah sebagai berikut:
1. Kepala Puskesmas : Zainal Syachrial, SKM
2. Kepala Administrasi dan Perkantoran : Noor Bayah, SKM
3. Pengelola Program UKM : Uswatun Hasanah, Am.Keb
38

4. Pengelola Program UKP : dr. Esti Handayani


5. Pengelola Program Kesehatan Lansia : Yulia Istiqomah, AMK
6. Pengelola Program Kesgilut : Rusmawarni, AMKG
7. Pengelola UKGS/UKGMD : M.Yusuf Yacob, AMKG
8. Pengelola Program Kes. Kerja : Marlian Noor, AMKL
9. Pengelola Program TB Paru : Hj. Nurul Syamsiah, AMK
10. Pengelola Program Kes. Indera : Hj. Nurul Syamsiah, AMK
11. Pengelola Program PKPR : Diah Efri.A.Amd.Kep
12. Pengelola Program Perkesmas : Yulia Istiqomah, AMK
13. Pengelola Program Kesehatan PSM : Ardansyah, AMG
14. Pengelola Program Surveilans : Marlian Noor, AMKL
15. Pengelola Program Jiwa : Nurhidayati, A.Md.Kep
15. Pengelola Program Diare : Sri Dwi Erleny, AMK
16. Pengelola Program Kefarmasian : Erwin Fahkrani, S.Far.Apt
17. Pengelola Program Promkes : Rasidah, SKM
18. Pengelola Program ISPA : Sri Dwi Erleny, AMK
19. Pengelola Program Anak : Latty Alvina, AMd.Keb
20. Pengelola Program Imunisasi : Uswatun Hasanah, AM.Keb
21. Pengelola Program Kesehatan Ibu : Rulya Ulfah, S.ST
22. Pengelola Program Gizi : Helda Riyanti, AMG
23. Pengelola Prog.DBD dan Kesling : Yahdha Rindu, AMKL
24. Administrasi rekam medik : Akhmad Yani
25. Koordinator Perencanaan : Noor Bayah, SKM
26. Koordinator JKN : Erwin Fakhrani, S.far.Apt
27. Bendahara JKN : Rusmawarni, AMG
28. Bendahara BOK : Eni Adriani, AM.Keb
29. Bendahara Barang : Hekda Riyanti, AMG
30. Penanggung jawab Pustu : Fitrian Nor, A.Md.Kep

5. Data Sarana Dan Prasarana


Tabel 3.4 Sarana dan Prasarana Puskesmas Alalak Tengah Terdiri dari :
No Sarana & Prasarana Kondisi Jumlah
R.Ringan R.Berat Baik
39

1. Puskesmas 1 - - 1
2. Pustu - 1 - 1
3. Poskesdes - - - -
4. Rumah Dinas - 3 - 3
5. Pusling Ambulance R4 1 - - 1
6. Pusling Perahu Bermotor - - - -
7. Kendaraan R2 3 - - 3
8. Kendaraan R3 - - - -
Total 5 4 - 9

B. Sejarah
Puskesmas Alalak Tengah berlokasi di Komplek AMD Permai, Jalan
HKSN No.1 RT.23, Alalak Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Berdasarkan karakteristik Wilayah
Puskesmas Alalak Tengah berada di kawasan perkotaan. Belum diketahui
tahun berapa Puskesmas ini didirikan.

C. Ruang Farmasi Puskesmas Alalak Tengah


Pengelola Ruang Farmasi Puskesmas Alalak Tengah adalah seorang
Apoteker. Apoteker sebagai tenaga ahli dibidang obat sangatlah diperlukan
dalam rangka pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan yang baik dan
benar di Puskesmas.

Apoteker merupakan tenaga profesional yang melakukan pelayanan


kefarmasian di Ruang Farmasi dengan kompetensi sebagai berikut:

a) Mampu menyediakan dan memberikan pelayan yang baik


b) Mempunyai kemampun untuk mengambil keputusan professional
c) Mampu berkomunikasi dengan baik
d) Menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidispliner dalam
mengelola sumber daya (manusia,fisik,anggaran) dan informasi juga harus
dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim kesehatan.
1. Tugas Pokok Apoteker
a. Melakukan pelayanan resep mulai dari menerima resep, meracik,
mempersiapkan obat sesuai kebutuhan, menyerah kan obat sesuai resep
40

dan menjelaskan kepada pasien tentang pemakaian obat.


b. Merencanakan kebutuhan obat dan perbekalan kefarmasian baik
bulanan dan tahunan.
c. Mengelola pemasukan obat dan alkes (alat kesehatan) baik barang
Gudang Farmasi, ASKES maupun Jamkesmas.
d. Mengelola Pengeluaran / pendistribusian obat kepada Puskesmas
pembantu, pos kesehatan desa, polindes, posyandu, maupun kegiatan
Puskesmas keliling.
e. Menyusun dan menyimpan resep serta
f. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi.
2. Wewenang dan tanggung jawab Apoteker :
a. Mengkoordinir kegiatan kefarmasian di Puskesmas.
b. Mengkoordinir pelaporan obat dan alkes (LB2)
c. Memastikan kegiatan kefarmasian di Puskesmas berjalan dengan baik
d. Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh pimpinan sesuai bidang
tugas untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
3. Tugas tenaga teknik kefarmasian di Puskesmas
a. Tugas pokok, sebagai Fungsional Farmasi yang bertugas untuk :
1) Melakukan pelayan resep mulai dari penerimaan resep,
meracik, mempersiapkan obat sesuai kebutuhan, menyerahkan
obat sesuai resep dan menjelaskan kepada pasien tentang
pemakaian obat.
2) Melaksanakan pencatatan harian ruang pelayanan Ruang Farmasi.
3) Menyusun dan menyimpan arsip resep
b. Fungsi :
Sebagai asisten Apoteker yang membantu pekerjaan atau tugas
Apoteker Puskesmas dalam pengelolaan dan pencatatan obat dan
perbekalan kefarmasian di Puskesmas.
c. Uraian tugas / Tanggung jawab :
1) Mengkoordinir pencatatan harian di ruang pelayanan Ruang
Farmasi.
2) Memastikan kegiatan kefarmasian di ruang pelayanan Ruang
41

Farmasi berjalan dengan baik, dan


3) Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh pimpinan sesuai
bidang tugas untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
d. Tugas tambahan
Membantu pelaksaan kegiatan Posyandu balita, Posyandu
lansia, Poskedes
BAB 4
PEMBAHASAN
Dalam wilayah satu kecamatan bisa terdapat lebih dari satu Puskesmas.
Kecamatan Banjarmasin Utara sendiri terdiri dari 4 puskesmas yaitu Puskesmas
Alalak Selatan, Puskesmas Kayu Tangi, Puskesmas Sungai Jingah dan yang akan
dibahas yaitu Puskesmas Alalak Tengah. Puskesmas di Kecamatan Banjarmasin
Utara cukup banyak di sebabkan karena cakupan wilayah yang cukup luas dan
tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi sehingga tidak memungkinkan jika
hanya ada satu puskesmas yang beroperasi, oleh sebab itu di butuhkan beberapa
puskesmas untuk memenuhi pelayanan kesehatan di wilayah Banjarmasin Utara.

A. Manajemen SDM Puskesmas Alalak Tengah

Gambar 4.1

Kepala Puskesmas
Zainal Syachrial,SKM.MM
NIP.19691115 199003 1 007

Koordinator Apotek
apt.Erwin Fakhrani, S.Far
NIP.19841201 201001 1 014

Tenaga Teknis Kefarmasin


Layla Yatmini,Amd.Farm
NIP.19750521 199703 2 002

Apotek Puskesmas Alalak Tengah memiliki 1 orang Apoteker dan 1 orang


Asisten Apoteker yang bertanggung jawab atas pengelolaan obat dan
perbekalan farmasi di Puskesmas. Adapun tugas pokok dan fungsi masing -
masing petugas farmasi di Puskesmas Alalak Tengah adalah sebagai berikut

42
43

1. Apoteker
Nama : Erwin Fakhrani, S. Far., Apt
NIP :19841201 201001 1 014
Jabatan : Apoteker
a. Tugas Pokok
1. Menyusun rencana kebutuhan perbekalan farmasi.
2. Menerima dan memeriksa perbekalan farmasi.
3. Menyimpan dan mengelompokkan perbekalan farmasi.
4. Mendistribusikan perbekalan farmasi.
5. Menyusun laporan kegiatan laporan kegiatan pengelolaan
perbekalan farmasi.
6. Melakukan pengkajian resep yang didapat.
7. Memeriksa perbekalan farmasi yang akan diserahkan.
8. Menyerahkan perbekalan farmasi kepada pasien dan melakukan
9. pemberian informasi obat.
10. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
11. Menginventarisir dan menyerahkan obat kadaluarsa ke Gudang
12. Farmasi Kota Banjarmasin.
13. Membimbing siswa/mahasiswa yang berkaitan dengan tugas
14. kefarmasian.
b. Fungsi
Sebagai Apoteker yang membantu pekerjaan atau tugas Kepala
Puskesmas dalam pengelolaan dan pencatatan obat serta perbekalan
kefarmasian di Puskesmas yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh
Asisten Apoteker.

2. Tenaga Teknis Kefarmasian


Nama : Layla Yatmini, Amd.Farm
NIP : 19750521 199703 2 002
Jabatan : Tenaga Teknis Kefarmasian
44

a. Tugas Pokok
1. Menerima dan menskrining resep yang didapat.
2. Menyiapkan obat dan menuliskan etiket.
3. Menyusun dan menyimpan arsip resep.
4. Melakukan pelayanan kefarmasian di pusling, pustu, puskesdes, dan
posyandu lansia.
5. Menyusun obat dan mencatat kartu stok digudang obat.
6. Menyiapkan pembuatan obat racikan/puyer.
7. Menghadiri rapat dan menjadi anggota aktif organisasi AA.

b. Fungsi
Sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian yang membantu pekerjaan
atau tugas Apoteker Puskesmas dalam pengelolaan dan pencatatan obat
dan perbekalan kefarmasian di Puskesmas.

B. Sarana dan Prasarana


Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di
Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi:
1. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep di Puskesmas Alalak Tengah meliputi 1
loket penyerahan obat/1 loket penyerahan resep, 3 (tiga) set meja dan 4
(empat) kursi, 1 (satu) set kcomputer. Ruang penerimaan resep diberi papan
nama Ruang Farmasi yang ditempatkan pada bagian paling depan agar
mudah terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan di Puskesmas Alalak Tengah
meliputi adanya rak obat, meja, lemari pendingin, termometer ruangan,
etiket dan label obat, buku catatan pelayanan resep, serta buku lainnya.
Ruangan ini juga disediakan pendingin ruangan (AC).
45

3. Ruang penyerahan obat


Ruang penyerahan obat di Puskesmas Alalak Tengah meliputi
konter penyerahan obat, untuk pasien yang telah diserahkan obatnya
diberikan stampel PIO. Ruang penyerahan obat digabungkan dengan ruang
penerimaan resep agar memudahkan pasien dalam mengambil obat.
4. Ruang penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan di Puskesmas Alalak Tengah dilengkapi
dengan rak/lemari obat, pendingin ruangan (AC), lemari penyimpanan
khusus narkotika dan psikotropika, dan pengukur suhu.

C.Manajemen Perbekalan Farmasi di Puskesmas Alalak Tengah

1. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan setiap periode dilaksanakan oleh Apoteker
di Puskesmas Alalak Tengah. Metode yang digunakan untuk
menyusun perkiraan kebutuhan Obat di Puskesmas Alalak Tengah
adalah Metode Konsumsi. Dari mana dilihatnya? Dipilihnya metode
ini karena lebih mudah dibandingkan Metode Epidemiologi yang
mana datanya sulit untuk didapatkan dan melibatkan banyak pihak di
bidangnya. Metode Konsumsi ini menganalisa data konsumsi Obat
tahun sebelumnya, dengan menggunakan blangko RKO (Rencana
Kebutuhan Obat) dan ditambah 10% untuk mengantisipasi kenaikan
jumlah pasien. Lalu RKO diserahkan ke bagian Gudang Farmasi Kota
(GFK) Banjarmasin untuk dilakukan pengadaan.

2. Pengadaan
Pengadaan obat di Ruang Farmasi Puskesmas Alalak Tengah
dilakukan oleh Ruang Farmasier dengan cara mengajukan
permintaan dalam bentuk LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat) kepada dinas Kesehatan Kota Banjarmasin
melalui GFK (Gudang Farmasi Kota) sebagai penyalur obat-obatan
46

dan Perbekalan Kesehatan untuk Puskesmas. Jumlah permintaan


Obat dan Perbekalan Kesehatan yang ditulis oleh pihak Puskesmas
di dalam LPLPO biasanya tidak langsung disetujui oleh pihak Dinas
Kesehatan. Pihak GFK Dinas Kesehatan akan melakukan analisa
terlebih dahulu terhadap poin-poin yang ada di LPLPO, setelah itu
baru diputuskan berapa jumlah Obat dan Perbekalan Kesehatan
yang akan diberikan kepada puskesmas. Selain melalui GFK,
Puskesmas bisa melakukan pembelian langsung lewat e-katalog yang
sudah ditentukan oleh Pemerintah Pusat menggunakan dana kapitasi
yang ada di Puskesmas Alalak Tengah.

3 Penerimaan
Setelah Obat dan Perbekalan Kesehatan di terima oleh pengelola
Ruang Farmasi Puskesmas Alalak Tengah, maka dilakukan
pengecekan kesesuaian pesanan, tidak lupa juga di lihat tanggal
kadaluwarsa dan nomor batch. Setiap barang yang masuk akan ditulis
pada kartu stok baik jumlahnya, tanggal kadaluwarsa, nomor batch,
nomor SBBM (Surat Bukti Barang Masuk) dari gudang farmasi, dan
tanggal masuk barang. Kemudian Obat dan Perbekalan Kesehatan
disusun sesuai dengan ketentuan dan cara penyimpanan yang benar.

4 Penyimpanan
Sistem penyimpanan obat di gudang obat Puskesmas Alalak
Tengah yaitu:
1. Metode FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First
Out), barang dengan ED terdekat diletakkan paling depan, serta
barang masuk dengan ED lebih lama diletakkan dibelakang. Barang
yang lebih dahulu ada diletakkan di depan dan yang baru masuk
dibelakang (terutama barang / BMHP tanpa ED). Kl ini itu FIFO
atau FEFO??
2. Berdasarkan suhu penyimpanan, ada barang yang disimpan di
gudang (full AC non stop 24 jam), contoh tablet Paracetamol 500
47

mg, sirup Albendazol, dll. Tempat lainnya yaitu lemari pendingin


atau kulkas, contohnya injeksi Metilergometrin, serum anti A atau
anti B, Hemoroid suppo, dll.
3. Berdasarkan jenis barang, dibedakan menjadi alat kesehatan habis
pakai seperti Onescrub, kapas, kasa, dll dan obat-obatan, seperti
Omeprazole tablet, Ambroxol sirup, dll.
4. Penggolongan Obat, yaitu Obat bebas atau bebas terbatas atau keras,
dipisah dengan Obat golongan Narkotika dan Psikotropika, karena
diletakkan di tempat khusus.
5. Bentuk sediaan, seperti tablet, injeksi, salep, sirup, suppositoria,
Obat tetes, dll.
6. Kelas Farmakoterapi, Obat golongan Antibiotik atau Antijamur atau
Antivirus (Obat dengan etiket harus dihabiskan), Obat yang
berhubungan dengan kejiwaan atau syaraf seperti Haloperidol,
Karbamazepin, dll. Obat golongan Multivitamin seperti Hemafort,
Vitamin B12, Vitamin BComp, dll.
Gudang sekarang telah berlokasi di bangunan dengan pondasi
atau lantai tinggi untuk menghindari banjir. Luas bangunan belum
memenuhi syarat, tetapi cukup nyaman dan masih mampu
menampung dengan jumlah persediaan sekarang. Luas gudang Obat
diperkirakan adalah ± 8 m2.
Adapun kondisi gudang Obat di Puskesmas Alalak Tengah
adalah sebagai berikut :
a. Kartu stock untuk setiap obat dan BMHP.
b. Buku mutasi yang berisi data Obat keluar, buku masuk dan
buku defecta.
c. Pemeriksaan stock Obat setiap akhir bulan dan dibuat laporan
dengan diketahui oleh Pimpinan Puskesmas.
d. Pemeriksaan Obat dan BMHP kedaluwarsa setiap bulan dan
dipisahkan yang ED.
e. Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika di gudang Obat
dalam wadah yang terkunci, kunci dipegang oleh petugas.
48

5.Distribusi
Distribusi Obat di Puskesmas Alalak Tengah dilakukan ke Sub Unit
Puskesmas seperti Puskesmas pembantu (Pustu), Posyandu Lansia/Ibu
dan Anak, dan Puskesmas Keliling. Pendistribusian ke sub unit tersebut
dilakukan dengan pengisian data terlebih dahulu dibuku permintaan Obat
tiap ruang pelayanan setelah itu barulah diserahkan sesuai dengan data
permintaan Obat.
Kemudian Obat yang di serahkan kepada pasien berdasarkan resep
yang di terima bagian Tenaga Teknis Kefarmasian Puskesmas.

6.Pelaporan
Adapun administrasi pencatatan dan penyimpanan resep antara
lain:
a. Pencatatan jumlah harian resep yang masuk baik pasien umum
maupun JKN.
b. Mengarsipkan resep perhari sesuai tanggal berdasarkan nomor
urutnya.
c. Menyimpan arsip resep tersebut secara berurutan dan diletakan
ditempat yang telah disediakan agar jika resep tersebut dibutuhkan
akan lebih mudah ditemukan.
d. Melakukan pemusnahan resep, resep yang dimusnahkan adalah
resep yang telah disimpan selama 3 tahun.
e. Membuat berita pemusnahan resep dan dikirimkan ke Dinas
kesehatan Kota Banjarmasin.
Administrasi pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas Alalak
Tengah meliputi:
1) Buku pencatatan obat pemakaian harian/buku register harian
2) Buku rekapan Obat Bulanan
3) Buku pelaporan Narkotika dan Psikotropika
49

4) Pelaporan Narkotika dan Psikotropika


5) Buku kunjungan pasien
6) Kartu stok
7) Lembar LPLPO
8) Monitoring indicator peresepan
9) Monitoring penggunaan obat generik di sarana pelayanan
kesehatan
10) Form pemantauan ketersediaan obat dan vaksin indikator di
Puskesmas.
Langkah-langkah administrasi, pencatatan dan pelaporan yang
dilakukan di Ruang Farmasi Puskemas Alalak Tengah yaitu:
a. Gudang obat
Di gudang obat setiap obat yang diterima dan dikeluarkan dari
gudang dicatat pada kartu stok, laporan pemakaian dan lembar
permintaan obat (LPLPO) harus berdasarkan kartu stok dan catatan
harian penggunaan obat. Suhu gudang obat dipantau saat masuk dan
keluar gudang, menggunakan termometer dan form pemantau grafik
suhu gudang obat. Suhu optimum penyimpanan sediaan tablet yaitu
15-25 derajat celcius.
b. Apotek
Setiap hari obat yang dikeluarkan kepada pasien dicatat pada buku
catatan pemakaian obat harian, laporan pemakaian dan lembar
permintaan obat ke gudang dibuat berdasarkan catatan pemakaian
harian dan sisa stok.
c. Pustu (Puskesmas Pembantu)
Petugas pustu mencatat jumlah pengeluaran harian obat pada
register harian dan kemudian akan diakumulasikan dalam register
bulanan apotek. Petugas pustu melaporkan pemakain selama satu
bulan ke Ruang Farmasi Puskesmas Alalak Tengah dengan
menggunakan LPLPO Pustu.
d. Pusling, posyandu lansia
Permintaan obat pusling dan posyandu lansia diupayakan
50

menggunakan LPLPO sub unit yang diberikan sama seperti yang


dilakukan oleh pustu untuk mempermudah proses distribusi. Jika obat
yang diminta tidak tercukupi maka petugas boleh mengambil obat.

7. Pemusnahan Obat dan Resep


Pemusnahan obat dan resep di Puskesmas Alalak Tengah
dilakukan dengan membuat berita acara pengembalian yang kemudian
diserahkan ke Gudang Farmasi Kota, kemudian Gudang Farmasi
memusnahkan dengan bekerja sama dengan RSUD Ulin Banjarmasin
untuk selanjutnya dibakar dalam incinerator.

i. Asuhan Kefarmasian

1. Konseling Promosi dan Edukasi


Konseling merupakan proses interaktif yang terjadi murni dari dua
arah antara Apoteker dengan pasien. Di Puskesmas Alalak Tengah belum
melakukan konseling khusus karena keterbatasan SDM, dan keterbatasan
ruangan yang dimiliki Puskesmas. Sedangkan edukasi adalah dengan
mengangkat sebuah tema yang akan dijelaskan dan lebih dominan satu arah
terhadap pasien. Untuk waktu kegiatan edukasi bersifat fleksibel.

2. Pelayanan Kefarmasian
Di puskesmas Alalak Tengah pelayanan diberikan setiap hari kerja, yaitu:
Senin s/d Kamis : Jam 08.00-12.00
Jum’at : Jam 08.00-11.00
Sabtu : Jam 08.00-12.00
Adapun alur pelayanan pengunjung di Puskesmas Alalak Tengah yaitu
pasien yang datang mengambil kartu antri untuk berobat, dan pasien
menunggu panggilan, kemudian petugas loket memanggil pasien sesuai
dengan nomor urut, pasien datang dengan melampirkan kartu tanda penduduk
51

(KTP) jika usianya 17 tahun keatas dan kartu keluarga (KK) jika usianya 17
tahun kebawah dan untuk pasien BPJS/JKN harus membawa kartu BPJS/JKN
sebagai bukti dan menyerahkan kartu berobat pasien menuju ke masing-
masing poli yang tersedia sesuai dengan penyakit yang sedang diderita,
apakah menuju ke ruang BP umum, ruang gizi, ruang gigi, KIA, dan
laboratorium. Kemudian oleh dokter, perawat, atau bidan, pasien diperiksa
dan diberikan resep yang kemudian diserahkan ke Apotek atau Ruang
Farmasi.

3. Pengelolaan resep
Ruang Farmasi Puskesmas Alalak Tengah menerima 2 jenis resep,
resep untuk umum dan resep untuk JKN. Kedua jenis resep tersebut
berwarna putih. Yang membedakan hanya ada nomor JKN pasien di pojok
kanan atas resep.

Hal-hal yang tertera dilembar resep antara lain:


a. Tanggal penulisan resep
b. Unit (BP/KIA/GIGI)
c. Jenis Pasien (UMUM/JKN)
d. Pemeriksa
e. No. Indek
f. Nama dan Umur pasien
g. Alamat pasien
h. Tindak lanjut
i. Resep obat

4. Skrining resep
Setelah menerima resep maka dilakukan beberapa pengecekan
sebelum menyiapkan obat. Skrining administratif tidak dilakukan secara
menyeluruh, hanya beberapa bagian saja karena Ruang Farmasi di
puskesmas Alalak Tengah hanya menerima resep internal. Biasanya jika
ada resep yang kurang jelas seperti nama Obat, jumlah Obat serta
52

keseuaian terapi Apoteker maupun TTK akan langsung menghubungi


Dokter yang menulis resep. Di Ruang Farmasi Puskesmas Alalak
Tengah belum dilakukan juga skrining klinis. Idealnya setiap kegiatan
skrining sampai dengan penyerahan obat itu dilakukan oleh orang yang
berbeda namun kembali lagi ke SDM yang kurang.

5. Penyiapan, Peracikan, Pengemasan dan Penyerahan Obat


Peracikan di Ruang Farmasi Puskesmas Alalak Tengah jarang
dilakukan karena alat untuk meracik ada yang rusak. Sehingga
diusahakan memberikan sediaan yang dapat digunakan pada pediatri
maupun geriatri. Jika ada peracikan maka hanya pada jumlah obat yang
tidak banyak, karena masih bisa menggunakan mortir dan stamper.
Obat di beri etiket dan ditulis dengan tulisan yang jelas agar mudah di
baca pasien. SDM di Ruang Farmasi Puskesmas Alalak Tengah
meliputi 1 Apoteker dan 1 TTK sehingga jarang dilakukannya double
checking saat sebelum penyerahan obat.

6. Pemberian Informasi Obat


Saat obat diserahkan maka Apoteker ataupun TTK memberikan
bersamaan dengan informasi Obat. Pemberian informasi lebih
menekankan pada waktu penggunaan obat, lama penggunaan obat
Antibiotika yang harus dihabiskan walaupun sudah merasa sembuh,
cara penggunaan obat misalnya tetes telinga atau tetes mata, dan efek
samping yang sering terjadi seperti mengantuk serta penyimpanan
Obat khusus seperti Suppositoria yang harus disimpan di dalam lemari
pendingin.
Pemberian informasi ini dilakukan sesingkat mungkin karena di
Ruang Farmasi Puskesmas Alalak Tengah memiliki Waktu Standar
Pelayanan yaitu 3 menit. Tidak hanya itu hal ini juga dilakukan untuk
menghindari penumpukan pasien.
53
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Mahasiswa/Mahasiswi telah mempelajari dan mempraktekkan
pelayanan farmasi klinik di Puskesmas Pemurus Dalam yang meliputi:
- Penerimaan resep, melakukan skiring resep terlebih dahulu
sebelum menyiapkan obat, jika terdapat ketidaksesuaian ataupun
tidak jelas dalam penulisan resep maka tenaga kefarmasian
melakukan konfirmasi kepada dokter yang bersangkutan.
- Penyiapan obat dan peracikan obat sesuai dengan permintaan
tertulis pada resep dan tuliskam etiket yang sesuai.
- Penyerahan obat kepada pasien, lakukan lagi konfirmasi identitas
kepada pasien dengan menyebutkan nama pasien, kemudian
berikan PIO.
2. Mahasiswa telah memahami pengelolaan resep di Instalasi Farmasi
yang mencakup :
- Alur pelayanan resep
Pasien datang ke apotek dengan membawa resep dari dokter yang
dikunjunginya, jika resep JKN/BPJS maka obat bisa langsung
disiapkan, jika resep umum maka pasien dapat diarahkan menuju
kasir untuk melakukan pembayaran terlebih dahulu lalu kembali ke
Apotek untuk mengambil obat, jika resep pasien program maka
obat bisa langsung disiapkan. Setelah obat selesai disiapkan, tenaga
kefarmasian melakukan double check atau pemeriksaan kembali
obat yang disiapkan disesuaikan dengan permintaan pada resep,
lalu kemudian serahkan kepada pasien beserta melakukan
pemberian informasi obat kepada pasien dan keluarga pasien yang
mendampingi.
- Penyimpanan resep
Penyimpanan resep harian meliputi pencatatan resep masuk hari ini
pada buku register harian, kemudian disatukan dan diberi tanggal

53
54

pada hari itu. Penyimpanan resep bulanan dilakukan setiap bulan


dengan pengumpulan resep pada bulan tersebut disusun sesuai
tanggal dan diikat menggunakan tali lalu diberi tulisan tanggal
sesuai resep tersebut.
- Pemusnahan resep
Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan sekurang-
kurangnya petugas lain diapotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan yang lain yang dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan resep, dan selanjutnya dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
3. Mahasiswa telah mempelajari dan menjelaskan pengelolaan obat di
Puskesmas Pemurus Dalam.
4. Mahasiswa telah melakukan penyerahan obat dan melakukan
pemberian informasi obat.

B.Saran
1. Terus mempertahankan mutu pelayanan dipuskesmas dengan pemberian
infomasi obat kepada pasien agar dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
2. Melakukan pengecekan suhu termometer untuk obat-obatan yang ada dilemari
pendingin secara rutin.
3. Selalu melakukan pengecekan obat fisik dengan kartu stok dan selalu lakukan
pencatatan saat mengeluarkan obat.
4. Menulis tanggal exipired pada kotak obat yang ada di gudang agar mudah
melihat kapan obat expired dan mengeluarkannya.
5. Selalu periksa tanggal expired obat sebelum menyerahkan kepada pasien.
6. Saat menyerahkan obat tanyakan terlebih dahulu nama pasien, untuk
menghindari kesalahan pada pemberian obat atau kesalahan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Permenkes RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesahatan Masyarakat. Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
Permenkes RI, 21019. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.43
Tahun2019 TentangPusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Mentri
Kesehatan Republik Indonesia.
Permenkes RI, 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.26
Tahun 2020 Tentang Standar Pelayanan kefarmasian di Puskesmas .
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Ruang Farmasi

Lampiran 2. Struktur Organisasi Puskesmas


Lampiran 3. Visi dan Misi Puskesmas Alalak Tengah

Lampiran 4. Kartu Stok,Blanko,Resep,dan Etiket


Lampiran 5. Blangko Rencana Kebutuhan Obat

Lampiran 6. Blangko LPLPO


Lampiran 7. Penyimpanan Obat dan BAKHP di gudang

Lampiran 8.Penyimpanan Obat Narkotik & Psikotropika


Lampiran 9. Penyimpanan Obat di Rak dan Kulkas

Lampiran 10. Alat Ukur Suhu Ruangan Apotek

Anda mungkin juga menyukai