Anda di halaman 1dari 37

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PUSKESMAS BANJARMASIN
PERIODE : 6 MEI – 1 JUNI 2019

EVALUASI KESESUAIAN PERESEPAN OBAT PADA PASIEN JKN


RAWAT JALAN DENGAN FORMULARIUM PUSKESMAS
BERUNTUNG RAYA PERIODE JANUARI-DESEMBER 2018

Disusun oleh :

Norhayati, S.Farm 1831015320003

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat melaksanakan tugas dan menyelesaikan
Tugas Khusus Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Tidak lupa pula
saya haturkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
beserta sahabat dan keluarga beliau.
Penulisan Tugas Khusus ini merupakan suatu bentuk pertanggung jawaban
terhadap pelaksanaan PKPA yang telah ditempuh selama 4 minggu mulai tanggal
6 Mei 2019 sampai dengan 1 Juni 2019 di Puskesmas yang bertujuan untuk
mempersiapkan mahasiswa profesi Apoteker untuk terjun ke dunia kerja dalam
memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat nantinya.
Penyelesaian Tugas Khusus Laporan PKPA ini tidak lepas dari bantuan dan
doa dari keluarga dan rekan-rekan yang telah mendukung dan meluangkan waktu
untuk ikut berpartisipasi. Pada kesempatan ini tidak lupa penyusun mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Difa Intannia, S.Farm., M.Farm-Klin., Apt. selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Universitas Lambung Mangkurat dan dosen pembimbing
internal PKPA yang telah membantu mengarahkan dan membimbing dalam
penyusunan laporan ini.
2. Ibu Hj. Shanti Agustiati, S.Si., Apt. selaku Preceptor di Puskesmas Beruntung
Raya Banjarmasin.
3. Seluruh Tenaga Teknis Kefarmasian dan Tenaga Kesehatan lain serta karyawan
dan karyawati Puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin yang sudah memberikan
bimbingan dan arahan selama menjalankan PKPA.
4. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Profesi Apoteker Universitas Lambung
Mangkurat.
5. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah banyak
membantu dalam pelaksanaan PKPA dan dalam menyelesaikan penyusunan
laporan ini.

iii
Penyusun berharap PKPA ini dapat membuahkan hasil yang baik dan
bermanfaat sehingga dapat menjadi panduan dalam menghadapi persaingan dan
lingkungan kerja yang semakin penuh tantangan di masa yang akan datang.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Khusus Laporan PKPA ini
masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan, oleh karena itu,
penyusun berharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
selanjutnya. Semoga Tugas Khusus Laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Akhir kata, penyusun mengucapkan mohon maaf apabila dalam penyusunan
laporan ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Semoga Tugas Khusus ini dapat
berguna bagi para pembaca.

Banjarmasin, Mei 2019

Penyusun

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS KHUSUS LAPORAN PRAKTEK KERJA UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat, saya yang bertanda


tangan di bawah ini :

Nama : Norhayati
NIM : 1831015320003
Program Studi : Apoteker
Fakultas : MIPA
Jenis Karya : Karya Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Lambung Mangkurat Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya saya yang berjudul :

“Tugas Khusus Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Puskesmas Beruntung


Raya Periode : 6 Mei – 1 Juni 2019”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Lambung Mangkurat berhak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencamtumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal : Mei 2019
Yang Menyatakan :

(Norhayati)

v
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Halaman Persetujuan Publikasi Tugas Khusus Laporan Praktek Kerja ... iv
Daftar Isi ............................................................................................................ v
Daftar Gambar .................................................................................................. vii
Daftar Tabel....................................................................................................... viii
Daftar Lampiran ............................................................................................... ix
Ringkasan .......................................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ....................................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
2.1 Puskesmas ................................................................................................... 4
2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ........................................................ 5
2.3 Formularium .............................................................................................. 6
2.4 Peresepan Rasional .................................................................................... 6
BAB III. METODOLOGI PENGKAJIAN ..................................................... 8
3.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 8
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 8
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................. 8
3.3.1 Populasi .............................................................................................. 8
3.3.2 Sampel ................................................................................................ 8
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................... 9
3.4.1 Kriteria Inklusi ................................................................................. 9
3.4.2 Kriteria Eksklusi ............................................................................... 9
3.5 Variabel Penelitian..................................................................................... 9
3.6 Definisi Operasional................................................................................... 9
3.7 Alat Pengumpulan Data ............................................................................ 10

vi
3.7.1 Instrumen Penelitian ........................................................................ 10
3.7.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 10
3.8 Teknik Pengolah dan Analisis Data ......................................................... 10
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 12
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 21
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 21
5.2 Saran ........................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Rekapitulasi kesesuaian resep terhadap formularium.................... 15

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi operasional penelitian ........................................................... 10


Tabel 4.1 Rekapitulasi Kesesuaian Resep dengan Formularium ....................... 14
Tabel 4.2 Obat di luar formularium .................................................................... 17

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Obat yang sesuai Formularium ..................................................... 14


Lampiran 2. Obat di luar formularium .............................................................. 14
Lampiran 3. Rekapitulasi Kesesuaian Resep dengan Formularium .................. 14

x
RINGKASAN

Formularium Puskesmas merupakan daftar obat yang disepakati staf medis,


disusun oleh farmasi, dokter dan perawat ditetapkan oleh pimpinan puskesmas.
Formularium puskesmas mengacu kepada formularium nasional. Formularium
bermanfaat sebagai acuan bagi penulis resep, mengoptimalkan pelayanan kepada
pasien, memudahkan perencanaan, dan penyediaan obat pada fasilitas pelayanan
kesehatan. Pasien akan mendapatkan obat terpilih yang tepat, berkhasiat, bermutu,
aman, dan terjangkau dengan adanya formularium, sehingga akan tercapai
kesehatan yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu obat yang tercantum dalam
formularium harus dijamin ketersediaannya, standar pelayanan minimal untuk
penulisan resep sesuai dengan formularium yaitu 100%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase kesesuaian peresepan
obat dengan formularium puskesmas dan item obat apa saja yang tidak sesuai
dengan formularium puskesmas periode Januari sampai Desember 2018. Penelitian
ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian metode
retospektif untuk mengetahui jumlah persentase kesesuaian dan ketidaksesuaian
peresepan obat tehadap formularium puskesmas selama bulan Januari sampai
Desember 2018. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling).
Kesesuaian diukur dengan menghitung persentase antara jumlah obat yang sesuai
formularium 6 puskesmas di daerah Banjarmasin Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan persentase kesesuaian resep terhadap
formularium paling tinggi diperoleh pada Puskesmas Pemurus Dalam yaitu sebesar
98,42%, sedangkan paling rendah diperoleh pada Puskesmas Cempaka yaitu
sebesar 89,50%. Hasil ini mengindikasikan bahwa penulisan resep di puskesmas
daerah Banjarmasin Selatan sudah cukup mematuhi formularium meskipun angka
kesesuaian resep belum ada yang mencapai 100%.

Kata Kunci: formularium puskesmas, standar pelayanan minimal, kesesuaian


peresepan.

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dalam pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mencakup pelayanan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat sesuai dengan kebutuhan medis.
Dalam mendukung pelaksanaan tersebut, Kementerian Kesehatan, khususnya
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berupaya untuk
menjamln ketersediaan, keterjangkauan dan aksesibilitas obat dengan menyusun
Formularium Nasional (Fornas) yang akan digunakan sebagai acuan dalam
pelayanan kesehatan di seluruh fasilitas kesehatan, baik fasilitas kesehatan tingkat
pertama, maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (Permenkes No 54
2018).
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI
No. 75 tahun 2014). Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam
pengobatan puskesmas selain menggunakan formularium nasional juga
menggunakan formularium dinas kota dan formularium puskesmas. Formularium
Puskesmas merupakan daftar obat yang disepakati staf medis dan apoteker
ditetapkan oleh pimpinan puskesmas. Formularium puskesmas mengacu kepada
formularium nasional. Formularium bermanfaat sebagai acuan bagi penulis resep,
mengoptimalkan pelayanan kepada pasien, memudahkan perencanaan, dan
penyediaan obat pada fasilitas pelayanan kesehatan. Pasien akan mendapatkan obat
terpilih yang tepat, berkhasiat, bermutu, aman, dan terjangkau dengan adanya
formularium, sehingga akan tercapai kesehatan yang setinggi-tingginya. Oleh
karena itu obat yang tercantum dalam formularium harus dijamin ketersediaannya
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

1
2

Formularium berperan penting dalam pelayanan Kefarmasian salah satunya


yaitu pelayanan resep (Depkes RI, 2016). Peresepan yang baik akan meningkatkan
penggunaan obat secara rasional sehingga pasien menerima obat yang sesuai
dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang tepat untuk jangka waktu yang
cukup dengan biaya yang rendah (WHO, 2004). Pelayanan Puskesmas penulisan
resep seluruhnya harus mengacu pada formularium dengan standar 100%. Standar
Pelayanan Puskesmas merupakan tolak ukur dari pelayanan kesehatan di
Puskesmas (Krisnadewi et al., 2014).
Melihat pentingnya Formularium dalam pelayanan puskesmas kami tertarik
untuk melakukan tugas khusus tentang kesesuaian resep JKN dengan Formularium
Puskesmas. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
penelitian yaitu berapa persentase kesesuaian dan ketidaksesuaian peresepan obat
dengan formularium puskesmas serta item obat apa saja yang tidak sesuai dengan
formularium puskesmas periode Januari - Desember 2018.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian Tugas Khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini
adalah sebagai berikut.
1. Menentukan jumlah persentase kesesuaian peresepan obat dengan
formularium puskesmas periode Januari – Desember 2018.
2. Menentukan jumlah persentaase ketidaksesuaian peresepan obat dengan
formularium puskesmas periode Januari – Desember 2018.
3. Mengetahui jumlah item obat yang tidak sesuai dengan formularium
puskesmas.

2
3

1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian Tugas Khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini
adalah sebagai berikut.
1. Untuk menambah pengetahuan mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker
universitas Lambung Mangkurat yang sedang menjalani praktek kerja
profesi apoteker di Puskesmas.
2. Mampu memberikan gambaran mengenai kesesuaian dan
ketidaksesuaian peresepan obat terhadap formularium puskesmas.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan Puskesmas adalah
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab atas
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah
kecamatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi
menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, akan mengacu pada kebijakan pembangunan
kesehatan pemerintah daerah kabupaten/kota bersangkutan, yang tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Lima
Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat, disebutkan bahwa Puskesmas mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Selanjutnya dalam melaksanakan tugas tersebut, Puskesmas menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama yang dilaksanakan secara
terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama
meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 pasal 3 meliputi standar:

4
5

a. Pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai; dan


b. Pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan kefarmasian salah satunya yaitu pelayanan resep (Depkes RI,
2016). Peresepan yang baik akan meningkatkan penggunaan obat secara rasional
sehingga pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam
dosis yang tepat untuk jangka waktu yang cukup dengan biaya yang rendah.

2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Dikeluarkan Undang – Undang No 40 tahun 2004 tentang Sistem
JaminanSosial Nasional (SJSN) mengamanatkan bahwa jaminan social wajibbagi
seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasioanl (JKN) melalui suatu
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang-undang No 24 Tahun 2011
juga menetapkan Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang
terdiri atas BPJS kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk JKN akan
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari
2014.
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan melalui mekanisme
Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan undang-
undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial. Tujuannya adalah agar
semua penduduk Indonesia terlindungi dalam system asuransi, sehingga mereka
dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak (Depkes RI,
2014).
Jaminan Kesehatan Masyarakat (JKN) merupakan asuransi kesehatan social.
Asuransi kesehatan social memberikan beberapa keuntungan yang pertama,
memberikan manfaat yang komprehensif dengan premi terjangkau. Kedua, asuransi
kesehatan social menerapkan prinsip kendali biaya mutu. Ketiga, asuransi
kesehatan social menjamin sustainabilitas (kepastian pembiayaan pelayanan
kesehatan yang berkelanjutan). Keempat, asuransi kesehatan social memiliki
portabilitas, sehingga dapat digunakan di seluruh wilayah Indonesia (Depkes
RI,2014).

5
6

Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) perlu disusun daftar obat


dalam bentuk Formularium Nasional. Formularium Nasional merupakan daftar obat
terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan dalam
rangka pelaksanaan JKN (Depkes RI,2015). Adanya Formularium Nasional maka
pasien akan mendapatkan obat terpilih yang tepat, berkhasiat, bermutu, aman dan
terjangkau, sehingga akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Oleh karena itu obat yang tercantum daslam Formularium Nasional harus
dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya (Depkes RI,2014)

2.3 Formularium
Formularium Nasional adalah daftar obat yang disusun berdasarkan bukti
ilmiah mutakhir oleh Komite Nasional Penyusunan Fornas. Obat yang masuk dalam
daftar obat Fornas adalah obat yang paling berkhasiat, aman, dan dengan harga
terjangkau yang disediakan serta digunakan sebagai acuan untuk penulisan resep
dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (Keputusan Menteri Kesehatan
RI No 328/MENKES/SK/VIII/2013).
Formularium yang terdapat di Puskesmas merupakan salah satu alat untuk
mengevaluasi pemilihan dan penggunaan obat yang tepat/rasional yang ada di
Puskesmas. Formularium obat Puskesmas bertujuan untuk mengefektivitaskan
pengadaan obat. Formularium Puskesmas juga berguna untuk meningkatkan
penggunaan obat yang rasional sehingga penggunaan obat essensial pada unit
kesehatan selain disesuaikan dengan pedoman pengobatan yang telah ditetapkan,
selain itu juga sangat berkaitan dengan pengelolaan obat. Penggunaan obat dapat
dipengaruhi oleh ketersediaan obat, baik itu pengadaan obat esensial yang kurang
atau pengadaan obat non esensial yang berlebihan (Kardela et al., 2014).

2.4 Peresepan Rasional

Peresepan rasional menunjang terhadap penggunaan obat rasional.


Penggunaan obat yang rasional adalah penggunaan obat yang sesuai dengan
kebutuhan klinis pasien dalam jumlah dan untuk masa yang memadai, dan dengan
biaya yang terendah (WHO,2002).

6
7

Penggunaan obat yang tidak rasional dapat dikategorikan sebagai berikut:


1. Peresepan berlebih (overprescribing)
Yaitu jika memberikan obat yang sebenarnya tidak diperlukan untuk
penyakit yang bersangkutan.
2. Peresepan kurang (underprescribing)
Yaitu jika pemberian obat kurang dari yang seharusnya diperlukan, baik
dalam hal dosis, jumlah maupun lama pemberian. Tidak diresepkannya obat
yang diperlukan untuk penyakit yang diderita juga termasuk dalam kategori
ini.
3. Peresepan majemuk (multiple prescribing)
Yaitu jika memberikan beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang
sama. Kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk
penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.
4. Peresepan salah (incorrect prescribing)
Mencakup pemberian obat untuk indikasi yang keliru, untuk kondisi
yang sebenarnya merupakan kontraindikasi pemberian obat, memberikan
kemungkinan resiko efek samping yang lebih besar, pemberian informasi
yang keliru mengenai obat yang diberikan kepada pasien, dan sebagainya.

7
BAB III
METODE PENGKAJIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain non eksperimental
(observasional), dengan rancangan penelitian metode retospektif untuk mengetahui
jumlah persentase kesesuaian dan ketidaksesuaian peresepan obat tehadap
formularium puskesmas. Tahap penelitian ini dimulai dari pengumpulan resep yang
akan digunakan, melihat kesesuaian formularium puskesmas dengan peresepan
obat, dan analisis data terhadap kesesuaian dan ketidaksesuaian peresepan obat
terhadap formularium puskesmas.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 – 25 Mei 2019 di Puskesmas
Pekauman, Puskesmas Beruntung Raya, Puskesmas Beruntung Raya, Puskesmas
Cempaka, Puskesmas Pemurus Dalam, dan Puskesmas Kelayan Timur Kota
Banjarmasin.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi merupakan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2013). Populasi penelitian ini adalah semua resep BPJS yang masuk
pada periode Januari – Desember 2018 disesuaikan dengan kriteria inklusi
penelitian.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2013). Besar sampel ditentukan dengan persamaan Slovin, dengan taraf
kepercayaan yang digunakan 95%.

8
9

Sehingga, persamaan yang digunakan yaitu:


𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

Keterangan :
n = Jumlah sampel yang diambil
N = Jumlah Resep JKN dan BPJS dalam setahun
e = Margin Error (0,05)

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi


3.4.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap populasi yang
dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah semua resep yang R/ dapat dibaca dengan jelas.
3.4.2 Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah semua
resep yang R/ tidak dapat dibaca dengan jelas, dan R/ tidak terisi pada resep.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Variabel Penelitian terbagi menjadi dua yaitu:

1) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah resep yang diambil sebagai
sampel.
2) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persentase kesesuaian dan
ketidaksesuaian peresepan obat dengan formularium puskesmas.

9
10

3.6 Definisi Operasional


Definisi Operasional yang terdapat dalam penelitian ini dapat dilihat pada table
Tabel 3.1 Definisi operasional penelitian
Variabel Definisi Skala
Resep yang digunakan Resep yang diambil Rasio
sebagai sampel secara acak untuk dilihat Satuan :
jumlah R/ yang nantinya lembar
akan dilihat
kesesuaiannya dengan
formularium puskesmas.
Persentase Kesesuaian Jumlah total R/ yang Rasio
diresepkan sesuai dengan Satuan :
formularium, dibagi %
dengan jumlah total
keseluruhan sampel yang
diambil untuk dikali
dengan 100%.
Persentase Jumlah total R/ yang Rasio
Ketidakesesuaian diresepkan tidak sesuai Satuan :
dengan formularium, %
dibagi dengan jumlah
total keseluruhan sampel
yang diambil untuk
dikali dengan 100%.

3.7 Alat Pengumpulan Data


3.7.1 Instrumen penelitian
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
formularium puskesmas.
3.7.2 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan secara
random sampling atau pengambilan resep secara acak.

3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Tahapan pengumpulan data penelitian yang dilakukan yaitu :
1. Pengumpulan resep BPJS yang akan digunakan sebagai populasi.

10
11

2. Menghitung jumlah sampel yang akan diambil menggunakan persamaan


Slovin.
3. Melihat kesesuaian peresepan obat dengan formularium puskesmas.
Adapun tahapan pengolahan data dalam penelitian ini yaitu resep yang
diambil sebagai sampel dilakukan penyuntingan (editing). Tujuannya adalah untuk
melakukan pemeriksaan jumlah sampel yang telah diambil telah sesuai dengan
perhitungan Slovin dan memenuhi kriteria inklusi. Apabila termasuk kriteria
eksklusi, maka data tersebut tidak dimasukkan dalam analisis data. Data yang telah
disunting kemudian di coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka. Data yang telah di coding kemudian dimasukkan dalam
software komputer (data entry) lalu data tersebut dilakukan tabulasi data
(Notoatmodjo, 2010).
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
univariat. Dimana analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
karakteristik setiap variabel yang diteliti sehingga menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentase dari tiap variabel penelitian. Teknik analisis ini digunakan
karena penelitian yang dilakukan bersifat statistik deskriptif yaitu penelitian
bertujuan hanya untuk mengetahui gambaran frekuensi dari proporsi kejadian.
Penelitian ini akan dianalisis dengan cara mengonversikan nilai menggunakan
rumus dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Rumus perhitungan :

P = F/N X 100%

P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesesuaian obat yang diresepkan dengan formularium merupakan salah satu


indikator peresepan dalam Key Performance Indicator (KPI) yang perlu dievaluasi
untuk senantiasa menjamin pengobatan yang rasional bagi masyarakat (WHO,
1993). Indikator ini diukur dalam satuan persentase dan dimaksudkan untuk melihat
tingkat kepatuhan dokter sebagai penulis resep (prescriber) terhadap formularium.
Formularium sendiri berisi daftar obat baku yang telah dipilih secara rasional dan
disepakati bersama untuk dijadikan sebagai panduan pelayanan yang lengkap.
Kepatuhan penulisan resep terhadap formularium dapat mengurangi kemungkinan
obat yang tidak terlayani dan menjamin rasionalitas penggunaan obat (Suci, 2006).
Kesesuaian peresepan dengan formularium puskesmas ditentukan secara
retrospektif terhadap resep selama 1 tahun sejak Januari-Desember 2018.
Keunggulan pengambilan data retrospektif yaitu data lebih mudah dikumpulkan
dan periode yang diamati dapat lebih lama daripada pengambilan data secara
prospektif. Dengan demikian, data kesesuaian peresepan dengan formularium yang
diambil secara retrospektif memiliki validitas lebih baik (WHO, 1993).
Hasil kesesuaian peresepan dengan formularium merupakan persentase
perbandingan jumlah obat yang diresepkan dan terdaftar dalam formularium
terhadap jumlah keseluruhan obat yang diresepkan. Rekapitulasi kesesuaian
peresepan dengan formularium puskesmas Beruntung Tabel 4.1. Data diambil dari
resep JKN dengan periode 1 tahun sejak Januari hingga Desember 2018.
Kesesuaian peresepan dengan formularium puskesmas Beruntung Raya
Banjarmasin sebesar 96,59 %. Hasil kesesuaian peresepan di Puskesmas Pekauman
masih belum memenuhi standar kesesuaian peresepan dari WHO (1993). World
Health Organization (1993) menganjurkan kesesuaian resep dengan formularium
sebesar 100%.

12
13

Tabel 4.1. Rekapitulasi Kesesuaian Resep dengan Formularium


Bulan Rekapitulasi Resep Persentase

Sesuai Tidak Total R/ Sesuai Tidak Sesuai


Sesuai
Januari 64 2 66 96,97 3,03

Februari 78 0 78 100,00 0,00

Maret 67 4 71 94,37 5,63

April 52 2 54 96,30 3,70

Mei 82 4 86 95,35 4,65

Juni 81 3 84 96,43 3,57

Juli 70 5 75 93,33 6,67

Agustus 81 2 83 97,59 2,41

September 56 1 57 98,25 1,75

Oktober 80 2 82 97,56 2,44

November 68 2 70 97,14 2,86

Desember 70 3 73 95,89 4,11

Jumlah 849 30 879 96,59 3,41

Hasil rekapitulasi kesesuaian peresepan dengan formularium dapat dilihat


pada diagram batang (Gambar 4.1). Persentase kesesuaian resep terhadap
formularium Puskesmas Beruntung Raya paling tinggi dibulan Februari 2018
sebesar 100%, sedangkan paling rendah diperoleh pada bulan Mei 2018 yaitu
sebesar 94,37%. Hasil ini mengindikasikan bahwa penulisan resep di puskesmas
Beruntung Banjarmasin sudah mematuhi formularium meskipun angka kesesuaian
resep belum ada yang mencapai 100%. Kesesuaian resep yang belum mencapai
100% dapat disebabkan oleh faktor medis dan faktor nonmedis.

13
14

Persentase Kesesuaian Resep dengan


Formularium

96.97 100 94.37 96.3 95.35 96.43 97.59 98.25 97.56 97.14 95.89
93.33

3.03 0 5.63 3.7 4.65 3.57 6.67 2.41 1.75 2.44 2.86 4.11

Sesuai Tidak sesuai

Gambar 4.1. Rekapitulasi kesesuaian resep terhadap formularium

Faktor medis yang menyebabkan dokter menuliskan obat di luar formularium


berhubungan dengan kondisi klinis pasien yaitu pasien dalam kondisi darurat atau
tidak dapat menerima obat yang tersedia sehingga memerlukan obat yang tidak
tertera dalam formularium (Pratiwi et al., 2017). Peningkatan keparahan beberapa
penyakit yang diderita oleh pasien juga menyebabkan dokter meresepkan obat
kombinasi di luar formularium puskesmas.
Faktor nonmedis pemicu dokter menuliskan obat di luar formularium yaitu
kekosongan stok obat di apotek puskesmas, faktor internal dari pribadi dokter, dan
permintaan oleh pasien (Pratiwi et al., 2017). Faktor internal dari individu dokter
yang mempengaruhi penulisan resep antara lain dokter tersebut sudah yakin
terhadap suatu obat yang tidak tercantum dalam formularium. Dokter bisa saja tidak
setuju dengan obat yang tercantum dalam formularium sehingga menuliskan obat
lain di luar formularium (Budiantoro, 2018). Kekosongan stok obat di puskesmas
juga memicu apoteker dan dokter untuk mencari obat alternatif lain yang cocok
untuk kondisi pasien. Obat alternatif tersebut bisa saja tidak tertera di dalam
formularium puskesmas sehingga menurunkan persentase kesesuaian peresepan
dengan formularium. Pasien pada kondisi ini umumnya tidak menyukai efek

14
15

samping yang timbul dari penggunaan suatu obat dan meminta obat dengan indikasi
yang sama, namun dengan efek samping minimal (Medisa et al., 2015; Pratiwi et
al., 2017). Pasien juga dapat meminta dokter untuk meresepkan obat tertentu yang
sering digunakan. Sebagai contoh pasien datang ke puskesmas dengan nilai
kolestrol total yang tinggi dokter memberikan obat simvastatin tapi pasien sering
menggunakan obat antihiperlipidemia yaitu atorvastatin sedangkan atorvastatin
tidak termasuk di dalam formularium Puskesmas Beruntung Raya yang dituliskan
diresep adalah atorvastatin sesuai dengan permintaan pasien.
Ketidaksesuaian resep terhadap formularium dapat menimbulkan beberapa
dampak dari segi pengelolaan obat maupun mutu pelayanan pasien (Budiantoro,
2018). Ketidaksesuaian resep dengan formularium dapat meningkatkan
kemungkinan menumpuknya obat di gudang. Persentase kesesuaian resep yang
rendah menunjukkan bahwa dokter banyak meresepkan obat di luar formularium.
Hal ini menyebabkan obat dengan indikasi sama yang tertera di dalam formularium
tidak diberikan kepada pasien sehingga terjadi penumpukan obat. Penumpukan obat
dapat menyebabkan obat tersebut kedaluwarsa sebelum diberikan pada pasien.
Selain itu, obat yang tidak tercantum dalam formularium kemungkinan besar tidak
tersedia (kosong) di apotek puskesmas sehingga ada beberapa resep yang tidak
terlayani. Pasien harus mengeluarkan biaya lebih untuk menebus obat di luar
puskesmas. Hal ini merupakan salah satu bentuk kerugian bagi pasien, khususnya
pasien JKN yang telah mengeluarkan dana rutin untuk iuran anggota. Mutu
pelayanan juga kemungkinan menjadi lebih rendah. Resep di luar formularium yang
tidak tersedia di apotek memicu tenaga kefarmasian untuk mencari obat alternatif
lain yang tersedia. Tentunya waktu pelayanan resep menjadi lebih lama daripada
seharusnya karena diperlukan konfirmasi ke dokter penulis resep apabila ingin
mengganti obat yang diresepkan dengan obat lain. Secara tidak langsung citra
pelayanan di apotek menjadi kurang optimal bagi pasien. Oleh karena itu,
kepatuhan peresepan terhadap formularium menjadi hal yang penting untuk
dievaluasi secara berkala.
Rincian obat di luar formularium yang diresepkan oleh dokter di puskesmas
Beruntung Raya Banjarmasin dapat dilihat pada Tabel 4.2.

15
16

No. Nama Obat Jumlah

1 Atorvastatin 20 mg 4
2 Betahistine 1
3 Catarlent tetes mata 1
4 Curcuma 1
5 Cendo lyteers 1
6 Gentian Violet 2
7 Intehistine 4
8 Kloramfenikol tetes telinga 1
9 Noza 1
10 neo diaform 1
11 Retaphyl 1
12 Stimuno 5
13 Tera f 6
14 Vitamin A 1
Total 30

Tabel 4.2. Obat di luar formularium


Berdasarkan Tabel 4.2 terdapat obat yang diresepkan di luar dari formularium
puskesmas. Ada obat di luar formularium puskesmas yang terdaftar dalam
formularium nasional. Obat tersebut antara lain vitamin A. Penulisan obat-obat
yang terdaftar dalam formularium nasional tetapi tidak masuk dalam formularium
puskesmas masih dapat diterima karena mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
Obat-obat yang diresepkan tidak sesuai dengan formularium puskesmas dan tidak
tercantum dalam formularium nasional antara lain Noza®, Betahistine, Interhistine
klormfenikol tetes telinga dan neo diaform. Noza® mengandung tripolidine,
pseudoephedrine HCl, dan parasetamol. Obat ini digunakan untuk meringankan
gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin. Obat
ini tidak masuk dalam formularium nasional dan formularium puskesmas
kemungkinan karena berupa obat kombinas yang kandungan tripolide tidak ada
diformulariumi. Obat ini juga merupakan obat kombinasi dengan nama dagang
sehingga kemungkinan besar tidak masuk dalam formularium.
Peningkatan persentase kesesuaian resep dengan formularium puskesmas
memerlukan kerja sama antara staf medis dan tenaga kefarmasian. Revisi

16
17

formularium secara berkala dapat menjadi satu upaya untuk meningkatkan


kepatuhan terhadap formularium. Formularium dengan data terkini dapat menjamin
sbenar-benar bermanfaat baik dari segi biaya (cost-effective), efektif, dan aman bagi
pasien. Revisi secara berkala juga memberikan kesempatan bagi dokter untuk
mengajukan obat-obatan di luar formularium yang memang diperlukan dalam terapi
pasien agar obat-obatan tersebut dapat dimuat dalam formularium puskesmas.
Formularium puskesmas sebaiknya disosialisakan kepada seluruh staf medis
sebagai bagian dari penentuan langkah terapi. Apabila terdapat obat dalam resep
yang tidak masuk formularium puskesmas, pihak kefarmasian dapat melakukan
auto switching atau pergantian obat dengan kandungan yang sama untuk menekan
biaya obat (Pratiwi et al., 2017). Pihak kefarmasian juga dapat secara proaktif
menginformasikan kepada dokter penulis resep bahwa obat yang diresepkan tidak
masuk formularium dan menawarkan beberapa alternatif obat yang tersedia di
apotek.

17
18

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Persentase kesesuaian peresepan obat dengan formularium puskesmas periode
Januari – Desember 2018 pada Puskesmas Beruntung Raya adalah 96.97%;
100%; 94.37%; 96.30%; 95.35%; 96.43%; 93.33%;97.59%; 98.25%; 97.56%;
97.14% dan 95,89% hal ini menunjukan
2. Persentaase ketidaksesuaian peresepan obat dengan formularium puskesmas
periode Januari – Desember 2018 pada Puskesmas Beruntung Raya berturut-
turut adalah 3.03%; 0%; 5.63%; 3.70%; 4.65%; 3.57%; 6,67%,
2,41%;1,75%;2,44%;2.86% dan 4.11%
3. Jumlah item obat yang tidak sesuai dengan formularium Puskesmas berjumlah
14 item obat.

4.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan , saran yang dapat diberikan adalah
Peningkatan persentase kesesuaian resep dengan formularium puskesmas
memerlukan kerja sama antara staf medis dan tenaga kefarmasian dan melakukan
revisi formularium berkala untuk meningkatkan kepatuhan terhadap formularium.

18
22

DAFTAR PUSTAKA

Budiantoro, I. W. 2018. Evaluasi Kesesuaian Peresepan Pasien Rawat Inap


terhadap Formularium di RSUD Karanganyar Tahun 2016. Skripsi. Fakultas
Farmasi, Surakarta.

Cabana, M.D., Rand, C.S., Powe, N.R., Wu, A.W., Wilson, M.H., Abboud, P.C., &
Rubin, H.R. (1999). Why don’t physicians follow clinical practice guidelines
A framework for improvement. JAMA, October (15), 1458-1465.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 328/Menkes/ SK/VIII/2013 tentang Formularium
Nasional. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan


RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2016). Peraturan Menteri Kesehatan


RI Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.

Kardela, W., R. Andrajati, & S. supardi. 2014. Perbandingan Penggunaan Obat


Rasional Berdasarkan Indikator WHO di Pukesmas Kecamatan aatara Kota
Depok dan Jakarta Selatan. Jurnal Kefarmasian Indonesia. (4): 91-102.

Kemenkes RI. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 54


Tahun 2018 Tentang Penyusunan Dan Penerapan Formularium Nasional
Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehata. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75


tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.

22
23

Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 74


tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kemenkes RI. 2017. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/Menkes/659/2017 tentang Formularium Nasional. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kepmenkes RI. 2013. Keputusan Menteri Kesehatan No


328/MENKES/SK/VIII/201, Jakarta.

Krisnadewi, Kusuma, A., Subagio, P.B., & Wiratmo. (2014). Evaluasi standar
pelayanan minimal instalasi farmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan sebelum
dan sesudah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. e-
Jurnal Pustaka Kesehatan, 2 (2),192- 19.

Medisa, D., Danu, S.S., & Rustamaji. (2015). Kesesuaian resep dengan standar
pelayanan medis dan formularium Jamkesmas pada pasien rawat jalan
Jamkesmas. Jurnal Ilmiah Farmasi, 11 (1), 20-28

Notoatmodjo. S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT.Rineka Cipta, Jakarta.

Pratiwi, W.R., A.P. Kautsar., & D. Gozali. 2017. Hubungan Kesesuaian Penulisan
Resep dengan Formularium Nasional terhadap Mutu Pelayanan pada Pasien
Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum di Bandung.
PharmSciRes. 4: 2407-2354.

Suci, S. 2006. Analasis Perencanaan Obat berdasarkan ABC Indeks Kritis di


Instalasi Farmasi. Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Pratiwi et al., 2017

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D). CV. Alfabeta, Bandung.. Tannerl, A., L. Rantil., W.A. & Lolol.
(2015). Evaluasi pelaksanaan pelayanan resep obat generic pada pasien BPJS
rawat jalan di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode Januari-Juni
2014. Pharmacon, 4 (4), 58-64.

WHO. 1993. How to Investigate Drug Use in Health Facillities, Selected Drug Use
Indicator Action Program on Essential Drug. World Health Organization,
Geneva.

23
24

WHO. 2002. Promoting rational use of medicines: Core Components. WHO Policy
Perspectives on Medicines. Hal 1-6.

WHO. (2004) The World medicine Situation. Geneva: WHO press

24
LAMPIRAN
Lampiran 1. Obat yang sesuai Formularium
Bulan Persentase
No Nama O bat Jumlah
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII Peresepan
1 Allopurinol 100 mg 1 1 3 2 1 1 1 10 1,18
2 Alprazolam 1 1 0,12
3 Ambroxol syr 1 1 2 1 5 0,59
4 Ambroxol 30 mg 2 2 1 2 3 10 1,18
5 Aminofilin 200 mg 1 1 0,12
6 Amitriptilin 1 1 0,12
7 Amlodipine 10 mg 1 1 1 6 1 2 12 1,41
8 Amlodipine 5 mg 2 2 3 2 5 9 1 1 2 27 3,18
9 Amoxicillin trihidrat 250 mg 1 1 1 1 4 0,47
10 Amoxicillin trihidrat 500 mg 2 1 3 3 1 2 4 3 1 20 2,36
11 Amoxicillin trihidrat suspensi 1 1 1 3 6 0,71
12 Antasida DOEN suspensi 3 1 4 2 10 1,18
13 Antasida DOEN tablet kunyah 2 2 3 13 3 5 4 32 3,77
14 Antifungi DOEN 0 0,00
15 Antihemoroid suppositoria 1 1 2 0,24
16 Arkavit 3 1 1 5 0,59
17 Asam folat 1 1 3 1 3 1 10 1,18
18 Asam mefenamat 500 mg 3 1 1 2 2 3 2 1 15 1,77
19 Baby cought 1 1 0,12
20 Bacitracin krim 1 1 0,12
21 Bedak salisilat 1 1 1 3 0,35
22 Betametasone krim 0,1% 2 1 1 4 0,47
23 Captopril 12,5 mg 1 1 0,12
24 Captopril 25 mg 2 1 1 6 2 12 1,41
25 Carbamazipine 1 1 1 3 0,35
26 Cendo xitrol 1 1 2 0,24
27 Cefadroxil tablet 1 1 2 2 7 3 2 18 2,12
28 Cefadroxil Syr 125 mg/ 5ml 1 1 0,12
29 Cetirizine 5mg/ 5ml 3 1 1 5 0,59
30 Cetirizine 1 1 1 1 1 1 2 8 0,94
31 Ciprofloxacin 500 mg 1 2 3 0,35
32 Codein 1 1 0,12
33 CT M 4 mg 1 2 2 1 4 2 5 3 4 6 30 3,53
34 Dexamethasone 0,5 mg 2 1 1 1 5 0,59
35 Digoksin 0,25 mg 1 1 0,12
36 Domperidone syr 1 1 0,12
37 Domperidone 10 mg 1 2 1 4 0,47
38 Fenobarbital 1 1 2 0,24
40 Furosemide 40 mg 1 1 0,12
41 Gentamisin krim 0,1% 1 1 2 1 1 6 0,71
42 Gentamisin Salep mata 0,3 % 2 2 0,24
43 Gentamisin tetes mata 0,3% 1 2 1 4 0,47
44 Glibenklamida 5 mg 1 4 5 0,59
45 Glimepiride 1 mg 1 1 1 1 1 5 0,59
46 Glimepiride 2 mg 1 2 3 0,35
47 Gliseril guaiakolat 100 mg 5 1 2 3 3 4 1 4 2 25 2,94
48 Hexadol 1 1 0,12
49 Hiosina butilbromida 1 iii1 1 3 0,35
50 Hidrokortison krim 1% 1 1 0,12
51 Hidrokortison krim 2,5% 2 1 3 0,35
52 Ibuprofen 200 mg 1 1 1 3 0,35
53 Ibuprofen 400 mg 3 1 4 0,47
Lampiran 2. Obat di luar formularium
Bulan Persentase
No. Nama Obat Jumlah
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII Peresepan
1 Atorvastatin 20 mg 1 1 1 1 4 13,33
2 Betahistine 1 1 3,33
3 Catarlent tetes mata 1 1 3,33
4 Curcuma 1 1 3,33
5 Cendo lyteers 1 1 3,33
6 Gentian Violet 1 1 2 6,67
7 Intehistine 2 1 1 4 13,33
8 Kloramfenikol tetes telinga 1 1 3,33
9 Noza 1 1 3,33
10 neo diaform 1 1 3,33
11 Retaphyl 1 1 3,33
12 Stimuno 1 1 3 5 16,67
13 Tera f 3 2 1 6 20,00
14 Vitamin A 1 1 3,33
Total 2 0 4 2 4 3 5 2 1 2 2 3 30 100,00

iv
Lampiran 3. . Rekapitulasi Kesesuaian Resep dengan Formularium
Bulan Rekapitulasi Resep Persentase

Sesuai Tidak Total R/ Sesuai Tidak Sesuai


Sesuai
Januari 64 2 66 96,97 3,03

Februari 78 0 78 100,00 0,00

Maret 67 4 71 94,37 5,63

April 52 2 54 96,30 3,70

Mei 82 4 86 95,35 4,65

Juni 81 3 84 96,43 3,57

Juli 70 5 75 93,33 6,67

Agustus 81 2 83 97,59 2,41

September 56 1 57 98,25 1,75

Oktober 80 2 82 97,56 2,44

November 68 2 70 97,14 2,86

Desember 70 3 73 95,89 4,11

Jumlah 849 30 879 96,59 3,41

v
vi

Anda mungkin juga menyukai