LAPORAN
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PUSKESMAS
PUSKESMAS 9 NOPEMBER
Periode 16 Februari 2021 – 15 Maret 2021
Disusun oleh :
Rahmi (2031015320003)
COVER
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PUSKESMAS
PUSKESMAS 9 NOPEMBER
Periode 16 Februari 2021 – 15 Maret 2021
Rahmi (2031015320003)
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas MIPA Universitas
Lambung Mangkurat
Disetujui oleh:
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Profesi Apoteker
FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas 9 Nopember Banjarmasin. Laporan
Praktek Kerja disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan
PKPA yang telah ditempuh selama 4 minggu mulai tanggal 16 Februari 2021 – 15
Maret 2021 di Puskesmas 9 Nopember, sehingga dapat memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk memahami peran dan tugas Apoteker di Puskesmas serta
sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Studi
Profesi Apoteker di FMIPA Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin untuk
mencapai gelar profesi Apoteker.
Penyelesaian laporan PKPA ini tidak lepas dari bantuan dan doa dari
keluarga dan rekan-rekan yang telah mendukung dan meluangkan waktu untuk
ikut berpartisipasi. Kami juga mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan
dukungan. Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu apt. Difa Intannia, M. Farm-Klin., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atas kesempatan
dan dukungan yang diberikan untuk mengikuti program studi ini.
2. Ibu apt. Nurlely, M. Sc (Pharm)., selaku Pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan
mengarahkan kami dalam penyusunan laporan ini.
3. Ibu apt. Dreiyani Abdi Muliasari, S. Si., selaku Koordinator Apoteker
sekaligus Preceptor Puskesmas 9 Nopember.
4. Seluruh Asisten Apoteker yang sudah memberikan bimbingan dan arahan
selama menjalankan Praktik Kerja Profesi Apoteker
5. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Profesi Apoteker Universitas
Lambung Mangkurat
iii
iv
6. Orang tua dan keluarga kami yang telah memberikan dukungan material dan
moral serta memberikan semangat, motivasi, dan doa selama ini dalam
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
7. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker Angkatan VIII
Universitas Lambung Mangkurat
8. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu atas bantuan dan
dukungan yang diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung
selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
Penyusun berharap Praktik Kerja Profesi Apoteker ini dapat membuahkan
hasil yang baik dan bermanfaat sehingga dapat menjadi panduan dalam masa yang
akan datang. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Praktik
Kerja Profesi Apoteker ini masih banyak terdapat kekurangan dan
ketidaksempurnaan, oleh karena itu, penyusun berharap kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya. Semoga Laporan Praktik Kerja
Profesi Apoteker ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Akhir kata, penyusun mengucapkan mohon maaf apabila dalam
penyusunan laporan ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Semoga laporan ini
dapat berguna bagi para pembaca.
Penyusun
iv
v
Nama : Rahmi
NIM : 2031015320003
Program Studi : Apoteker
Fakultas : MIPA
Jenis Karya : Karya Akhir
Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal : 15 Maret 2021
Yang Menyatakan :
(Rahmi)
v
vi
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
RINGKASAN ......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3. Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
2.1. Puskesmas ................................................................................................ 4
2.1.1. Pengertian Puskesmas ....................................................................... 4
2.1.2. Tugas dan Fungsi Puskesmas ............................................................ 5
2.1.3. Pelayanan Puskesmas ........................................................................ 6
2.2. Persyaratan Puskesmas ............................................................................. 7
2.2.1. Umum................................................................................................ 7
2.2.2. Lokasi ................................................................................................ 8
2.2.3. Bangunan .......................................................................................... 8
2.2.4. Sarana ................................................................................................ 9
2.2.5. Peralatan ............................................................................................ 9
2.2.6. SDM Puskesmas ............................................................................... 9
2.3. Puskesmas 9 Nopember.......................................................................... 10
2.3.1. Visi dan Misi ................................................................................... 10
2.3.2. Profil Layanan Puskesmas .............................................................. 11
2.3.3. Susunan Organisasi ......................................................................... 12
2.4. Pengelolaan Obat .................................................................................... 13
2.4.1. Perencanaan..................................................................................... 13
2.4.2. Pengadaan ....................................................................................... 15
vi
vii
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Susunan Organisasi Puskesmas 9 Nopember ...................................... 12
Gambar 2. Puskesmas 9 Nopember Banjarmasin ................................................. 22
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1. Foto Apotek 9 Nopember
Lampiran 2. Rak Penyimpanan Obat Puskesmas 9 Nopember
Lampiran 3. Gudang Apotek Puskesmas 9 Nopember
Lampiran 4. Rak Obat sirup Puskesmas 9 Nopember
Lampiran 5. Lemari Pendingin Penyimpanan sediaan dengan Suhu Khusus di
Gudang Perbekalan Farmasi Puskesmas 9 Nopember
Lampiran 6. Contoh Resep Puskesmas 9 Nopember
Lampiran 7. Contoh Etiket di Puskesmas 9 Nopember
Lampiran 8. Form LPLPO
Lampiran 9. Form RKO Tahunan Puskesmas 9 Nopember
Lampiran 10. Laporan Indikator Peresepan Antibiotik
Lampiran 11. Contoh Lembar Permintaan Vaksin ke Dinkes Kab/Kota
Lampiran 12. Kegiatan Pengambilan Vaksin ke Dinas Kesehatan Kab/Kota
Lampiran 13. Kegiatan Proses Vaksinasi Puskesmas 9 Nopember di Meja III
Lampiran 14. Pengisian Lembar LPLPO
Lampiran 15. Stock Opname Puskesmas 9 Nopember
Lampiran 16. Form Konseling
Lampiran 17. Resep Konseling
Lampiran 18. Kegiatan Konseling
Lampiran 19. Kegiatan Survei Kepuasan Pelayanan di Apotek Puskesmas 9
Nopember
Lampiran 20. Data Hasil Pengambilan Kuesioner Kepuasan Pasien
Lampiran 21. Kegiatan Promosi Kesehatan di Puskesmas 9 Nopember
Lampiran 22. Kegiatan Senam di Puskesmas 9 Nopember
Lampiran 23. Jumlah Resep Perhari di Puskesmas 9 Nopember
ix
x
RINGKASAN
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
1 1
2
1.2. Tujuan
Tujuan dari PKPA di 9 Nopember adalah:
1. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peran, fungsi dan
tanggung jawab Apoteker dalam praktik pelayanan kefarmasian di
Puskesmas.
2. Membekali calon Apoteker agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap
perilaku (professionalism) serta wawasan dan pengalaman nyata (reality)
untuk melakukan praktik profesi dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.
3. Memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk melihat dan mempelajari
strategi dan pengembangan praktik profesi Apoteker di Puskesmas
3
1.3. Manfaat
Manfaat dari PKPA di Puskesmas 9 Nopember adalah:
1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Puskesmas
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Puskesmas
2.1.1. Pengertian Puskesmas
Menurut Permenkes No. 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas merupakan setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan
dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan
ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua.
Menurut PMK No. 75 tahun 2014 Tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Prinsip
penyelenggaraan Puskesmas (Permenkes, 2019) meliputi :
1. paradigma sehat
2. pertanggungjawaban wilayah
3. kemandirian masyarakat
4. ketersediaan akses pelayanan kesehatan
5. teknologi tepat guna dan
6. keterpaduan dan kesinambungan
Prinsip pertanggungjawaban wilayah menjadi salah satu prinsip yang
harus dilaksanakan oleh Puskesmas, yaitu Puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Wilayah kerja Puskesmas meliputi wilayah kerja administratif, yaitu satu
kecamatan, atau sebagian wilayah kecamatan. Lebih lanjut Puskesmas selalu
4 4
5
2. Dalam kondisi tertentu, pada satu kecamatan dapat didirikan lebih dari satu
Puskesmas.
3. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada nomor dua ditetapkan
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan
aksesibilitas.
4. Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan Laboratorium.
2.2.2. Lokasi
Persyaratan lokasi menurut PMK No 74 tahun 2014 harus memenuhi:
1. Geografis
2. Aksesibilitas untuk jalur transportasi
3. Kontur tanah
4. Fasilitas parkir
5. Fasilitas keamanan
6. Ketersediaan utilitas publik
7. Pengelolaan kesehatan lingkungan
8. Kondisi lainnya.
2.2.3. Bangunan
Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang meliputi:
1. Persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, serta
persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain.
3. Menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan dan
kesehatan serta kemudahan dalam memberi pelayanan bagi semua orang
termasuk yang berkebutuhan khusus, anak-anak dan lanjut usia.
4. Puskesmas harus memiliki bangunan rumah dinas tenaga kesehatan dengan
mempertimbangkan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan.
9
2.2.4. Sarana
Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri
dari:
1. Sistem penghawaan (ventilasi)
2. Sistem pencahayaan
3. Sistem sanitasi
4. Sistem kelistrikan
5. Sistem komunikasi
6. Sistem gas medik
7. Sistem proteksi petir
8. Sistem proteksi kebakaran
9. Sistem pengendalian kebisingan
10. Sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai
11. Kendaraan Puskesmas keliling
12. Kendaraan ambulan
2.2.5. Peralatan
Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan:
1. Standar mutu, keamanan, keselamatan
2. Memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
3. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi
yang berwenang.
(Depkes RI, 2004).
13
14
2.4.2. Pengadaan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasiaan di Puskesmas. Pengadaan terdiri dari 2 yaitu
permintaan dan pengadaan mandiri. Tujuan pengadaan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai adalah memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai di 9 Nopember, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah
dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah
daerah setempat. Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah sebelumnya
berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk
disediakan di Puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan itemnya ditentukan
setiap tahun oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial
Nasional.
Pengadaan obat ini diajukan oleh kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten dengan menggunakan format LPLPO, kemudian dari sub
unit ke Kepala Puskesmas dengan menggunakan LPLPO sub unit. Pengadaan
dapat dilakukan secara rutin dan khusus. Pengadaan rutin dilakukan sesuai jadwal
yang tertera oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sedangkan untuk pengadaan
khusus dilakukan diluar jadwal seperti kebutuhan yang meningkat, menghindari
kekosongan, obat rusak mupun kadaluarsa. Permintaan yang ditujukan pada Dinas
16
2.4.3. Penerimaan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, penerimaan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil
pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah
diajukan. Tujuannya adalah agar sediaan farmasi yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat dan mutu. Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan
pengelolaan bertanggung jawab terhadap penyimpanan, pemindahan,
pemeliharaan dan penggunaan obat dan bahan medis habis pakai berikut
kelengkapan catatan yang menyertainya.
Tenaga kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai yang diserahkan, mencakup jumlah
kemasan/peti, jenis dan jumlah sediaan farmasi, bentuk sediaan farmasi sesuai
dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh tenaga kefarmasian dan
diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka tenaga
kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa kadaluwarsa minimal dari
sediaan farmasi yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di
Puskesmas ditambah satu bulan.
2.4.4. Penyimpanan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasiaan di Puskesmas, penyimpanan merupakan suatu
kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman (tidak
hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu sediaan
farmasi yang tersedia di Puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan
17
persyaratan yang ditetapkan. Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Bentuk dan jenis sediaan.
2. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan sediaan farmasi,
seperti suhu penyimpanan, cahaya dan kelembaban.
3. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar.
4. Narkotik dan psikotropik disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
5. Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
2.4.5. Pendistribusian
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasiaan di Puskesmas, pendistribusian sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi sub unit pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan
waktu yang tepat. Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
1. Sub unit pelayanan kesehatan dalam lingkungan Puskesmas
2. Puskesmas Pembantu
3. Puskesmas Keliling
4. Posyandu
5. Poskeskel
Pendistribusian ke sub unit dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai
resep yang diterima (floor stock), pemberian obat per sekali minum (dispensing
dosis unit) atau kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas
dilakukan dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).
18
2.4.6. Pengendalian
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasiaan di Puskesmas, pengendalian sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian sediaan farmasi
terdiri dari:
1. Pengendalian persediaan,
2. Pengendalian penggunaan,
3. Penanganan sediaan farmasi hilang, rusak dan kadaluwarsa.
digunakan saat demam saja, sedangkan obat antibiotika harus dihabiskan agar
mencegah terjadinya resistensi.
3. Cara penggunaan obat yang benar dan menentukan keberhasilan pengobatan.
Oleh karena itu, pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara
penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti
obat oral, obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung,
tetes telinga, suppositoria, krim/salep rektal dan tablet vagina.
4. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat yang akan dirasakan, misalnya
berkeringat, mangantuk, kurang waspada, tinja berubah warna, air kencing
berubah warna dan sebagainya.
5. Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya efek samping obat, interaksi obat
dengan obat lain atau makanan tertentu dan kontraindikasi obat tertentu
dengan diet rendah kalori, kehamilan dan menyusui.
6. Cara penyimpanan obat.
Penyimpanan obat secara umum adalah:
a. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/kemasan.
b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
c. Simpan obat pada suhu kamar (15-30℃) dan hindari sinar matahari
langsung.
d. Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
e. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
f. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
g. Jangan meninggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama
h. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
(Permenkes 74, 2016).
22
BAB III
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN
3.3 Pembahasan
mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, etiket dan label
obat, buku pencatatan pelayanan resep, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini
diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Kegiatan
pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Apotek Puskesmas 9 Nopember
Banjarmasin terdiri dari kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan
farmasi klinis
2. Pengadaan
Pengadaan obat dipuskesmas dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan pengadaan
mandiri. Permintaan dan penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
di Puskesmas 9 Nopember diperoleh melalui Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin
yang disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan sesuai dengan LPLPO (Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) yang dibuat oleh Puskesmas 9
Nopember, ditandatangani oleh Kepala Puskesmas dan Koordinator Apoteker di
Puskesmas 9 Nopember dan selanjutnya dikirim ke Instalasi Gudang Farmasi
Kota. Pengadaan di Puskesmas 9 Nopember juga merujuk kepada Formularium
Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin dan Formularium Puskesmas 9 Nopember.
Permintaan obat di Puskesmas 9 Nopember terbagi menjadi dua yaitu permintaan
rutin dan permintaan khusus. Permintaan rutin dilakukan untuk memperoleh jenis
27
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan suatu kegiatan menerima obat-obat yang
diserahkan oleh pihak Instalasi Farmasi kepada Puskesmas atas obat-obat yang
dipesan oleh bagian Puskesmas yang terkait diterima oleh seorang Apoteker atau
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Penerimaan ini bertujuan agar obat yang
diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
Puskesmas. Setiap penyerahan obat oleh Instalasi Farmasi, kepada Puskesmas
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kota
atau pejabat yang berwenang. Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai dari Instalasi Farmasi Kota di Puskesmas 9 Nopember dilakukan pada awal
bulan. Ketika penerimaan obat, apoteker atau asisten apoteker memeriksa kembali
jumlah dan jenis obat, kemasan, nomor batch atau spesifikasi bahan medis habis
pakai, dan kadaluarsa untuk memastikan apakah sudah sesuai antara barang yang
diterima dengan barang yang diminta atau dipesan dengan isi dokumen (LPLPO).
Setelah dilakukan pengecekkan dan diketahui bahwa obat yang diterima sudah
sesuai dengan LPLPO, maka petugas/pihak penerima dari Puskesmas memberikan
tanda tangan. Apabila terdapat barang yang tidak sesuai dengan LPLPO atau
barang yang mengalami kerusakan, maka barang tersebut dapat dikembalikan.
Pencatatan tanggal dan jumlah obat atau BMHP yang diterima juga dilakukan
pada LPLPO. Kegiatan penerimaan ini bertujuan agar sediaan farmasi dan BMHP
yang diterima sesuai dengan kebutuhan yang diajukan oleh puskesmas. Setiap
28
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamatan terhadap obat-obatan
yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya tetap terjamin. Sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
di Apotek dan Gudang Obat Puskesmas 9 Nopember disimpan dengan pengaturan
sebagai berikut:
a. Penyimpanan obat pada suhu kamar 25℃ (tablet, kapsul, injeksi, cairan)
dan suhu dingin 2-8℃ (suppositoria, beberapa injeksi, dan obat yang
mudah rusak di suhu panas)
b. Obat disusun secara alfabetis sesuai dengan bentuk sediaannya.
c. Obat dirotasi dengan sistem FIFO (First in First Out) dan FEFO (First
Expired First Out).
d. Obat disimpan pada rak atau lemari khusus sehingga tidak bersentuhan
langsung dengan lantai
e. Obat LASA diberi penandaan dan disimpan dengan memberikan jarak.
f. Obat High Alert diberi penandaan dan disimpan terpisah dengan sediaan
lainnya.
g. Obat golongan Prekursor, Narkotika dan Psikotropika disimpan dalam
lemari besi memiliki dua buah pintu dan selalu terkunci
h. Obat-obatan yang tergolong obat luar seperti krim, salep, tetes mata, tetes
telinga dan bedak tabur disimpan dilemari terpisah
i. Alat-alat kesehatan seperti spuit, sarung tangan, masker, jarum jahit,
benang jahit dan lain-lain disimpan di tempat terpisah dengan sediaan
obat-obatan
j. Penyimpanan obat dilengkapi dengan kartu stok obat agar keluar masuk
obat dapat terdokumentasi dengan baik
29
5. Pendistribusian
Pendistribusian sediaan farmasi dan BMHP dari gudang obat Puskesmas 9
Nopember dilakukan ke apotek, dari apotek langsung kepada pasien berdasarkan
resep dari dokter yang diserahkan langsung oleh pasien ke apotek dan sub unit
lain di Puskesmas (KIA, Laboratorium, Poli Gigi). Selain itu pendistribusian juga
dilakukan ke unit dibawahnya secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan unit-unit pelayanan kesehatan. Puskesmas 9 Nopember melakukan
pendistribusian ke Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas Keliling (Pusling),
Posyandu Kesehatan Dasar (Poskesdes), Posyandu lansia dan Posyandu Balita.
Setiap sub unit menetapkan jumlah permintaan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai dengan memperhatikan sisa stok dan pemakaian rata-rata. Kemudian
sub unit melakukan permintaan ke gudang Puskesmas 9 Nopember untuk
menyiapkan obat-obatan yang diperlukan. Petugas farmasi mencatat obat yang
diambil dari gudang Puskesmas 9 Nopember dengan pengawasan koordinator
apoteker, kemudian dimasukkan ke dalam buku catatan pengeluaran obat dan
dicatat pada akhir bulan pada LPLPO sub unit. Pencatatan pada buku catatan
pengeluaran obat dan LPLPO sub unit merupakan bentuk pengawasan terhadap
pendistribusian obat dan sebagai dokumentasi tertulis jika nanti diperlukan.
Terdistribusinya obat dan perbekalan farmasi ke seluruh lingkungan Puskesmas,
puskesmas pembantu, pos kesehatan desa/kelurahan, puskesmas keliling dan pos
pelayanan terpadu diharapkan dapat menjamin terlaksananya pemerataan
kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan dan program kesehatan.
6. Pengendalian
Puskesmas 9 Nopember melakukan stok opname bulanan oleh apoteker
dan asisten apoteker yang dilaksanakan mendekati akhir bulan. Stok opname
dilakukan untuk memeriksa fisik obat dengan yang tertera pada kartu stok (bukti
di kartu stok). Formulir LPLPO diisi dengan benar dengan keterlibatan apoteker.
Obat yang kadaluarsa dan rusak dipisahkan dan dilaporkan dan disertai berita
acara pemusnahan obat untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota. Tujuan
pengendalian adalah untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan
30
sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan atau kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan.
Pengendalian dengan pencatatan kartu stok dinilai memudahkan dalam
pemantauan obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menghindari
terjadinya kekosongan atau kelebihan obat dan bahan medis habis pakai.
yang nantinya akan menjadi acuan dalam pembuatan LPLPO pada akhir
bulan untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota dan Instalasi Farmasi Kota.
Pelaporan yang ada di Apotek Puskesmas 9 Nopember meliputi:
a. Pelaporan Penggunaan Obat Rasional/POR (Indikator peresepan diare non
spesifik, myalgia, dan ISPA non pneumonia)
b. Laporan pemantauan ketersediaan obat dan vaksin indikator di Puskesmas
c. Laporan bulanan pelayanan kefarmasian di Puskesmas 9 Nopember
d. Laporan monitoring penggunaan obat generik
e. Pelaporan narkotika
f. Pelaporan psikotropika
g. Pelaporan prekursor
h. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
1. Penanganan Obat Kadaluarsa
Penanganan obat kadaluarsa di Puskesmas 9 Nopember yaitu apabila
ditemukan obat kadaluarsa atau rusak maka akan dikumpulkan dan dicatat pada
buku pencatatan obat kadaluarsa. Pemusnahan obat kadaluarsa dan rusak akan
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin akan memberikan informasi apabila akan mengadakan pemusnahan
obat maka obat-obat kadaluarsa dan rusak yang sudah dikumpulkan akan
diserahkan ke Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin dan dibuat berita acara
pemusnahan yang ditanda tangani oleh Kepala Puskesmas 9 Nopember.
jenis dan jumlah obat yang diminta, besarnya dosis, serta aturan minum obat
dalam satu hari.
d. Bila resep yang diminta tidak lengkap atau tidak sesuai, petugas apotek
berhak menanyakan ke dokter penulis resep.
e. Petugas apotek menulis tanggal, nomor resep, nama pasien, nama obat, aturan
minum obat untuk satu hari pemakaian pada etiket putih pemakaian oral dan
etiket biru pemakaian luar.
f. Petugas obat menyiapkan obat sesuai pada resep dan disesuaikan dengan
etiket yang telah disiapkan.
g. Sebelum obat di serahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali oleh petugas apotek penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah obat pada resep.
h. Bila antara obat dan resep telah sesuai maka dilakukan pemanggilan pasien
secara berurutan dan memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien
atau keluarga pasien dengan cara menanyakan langsung nama, alamat, umur
dan hubungan dengan pasien.
i. Penyerahan obat kepada pasien dilakukan oleh petugas farmasi dengan
informasi cara minum obat dalam satu hari, diminum sebelum atau sesudah
makan, berapa lama obat dapat digunakan, efek samping obat bila diperlukan
dan cara penyimpanan yang benar.
2. Untuk resep yang memuat obat golongan narkotika atau psikotropika
diminta alamat pasien serta resep harus dilengkapi dengan nama dokter,
tanda tangan dokter dan tanggal penulisan resep.
3. Konseling
Kegiatan konseling bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien maupun keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping
serta cara penyimpanan obat untuk memaksimalkan terapi pasien. Konseling
dilakukan oleh apoteker dan/atau asisten apoteker. Kriteria pasien yang perlu
diberikan konseling adalah pasien geriatri, pasien dengan penyakit menahun
seperti TB, hipertensi, diabetes ataupun pasien yang baru pertama kali
menggunakan obat-obatan khusus seperti suppositoria/ovula, salep mata, serta
tetes mata.
35
6. Kegiatan Vaksinasi
Berdasarkan Peraturan Presiden No.14 tahun 2021 tentang pengadaan
vaksin dan pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemik
corona virus disease 2019 (Covid 19). Puskesmas merupakan salah satu fasilitas
kesehatan yang menyelenggarakan vaksinasi. Puskesmas 9 Nopember melakukan
kegiatan vaksinasi sejak 25 Januari 2021. Alur pengadaan vaksin yaitu dari PT
BioFarma menyalurkan ke dinas kesehatan provinsi, dari dinas kesehatan provinsi
di salurkan ke dinas Kab/Kota, dari dinas kesehatan Kab/Kota di salurkan ke
fasilitas kesehatan. Secara umum tugas apoteker dalam program vaksinasi covid-
19 yaitu di bagian logistik meliputi permintaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pencatatan dan pelaporan. Apoteker di Puskesmas 9 Nopember
melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota dengan menyerahkan surat
permintaan yang di tandatangi oleh kepala Puskesmas dan Apoteker. Kemudian
vaksin di ambil ke Dinas Kesehatan Kab/Kota. Sebelum vaksin di masukkan
kedalam vaccine carrier, vaksin tersebut terlebih dahulu di cek no batch, expired
date dan suhunya. Setelah sampai di Puskesmas 9 Nopember vaksin disimpan
pada Ice Lined Refrigator di ruang penyimpanan vaksin dan dilakukan
pemantauan suhu pada rentang 2-8oC.
Tahap-tahap kegiatan vaksinasi di puskesmas 9 Nopember yaitu : Meja I
(pendaftaran dan varifikasi data); Meja II (skrining anamnesis & pemeriksaan);
Meja III (pemberian vaksinasi) dan Meja IV (pencatatan). Kegiatan vaksinasi di
Puskesmas 9 Nopember saat pelayanan vaksin yaitu mahasiswa melakukan
penyiapan vaksin dengan cara menstabilkan suhu vaccine carrier, kemudian
vaksin dimasukkan kedalamnya dan dibawa ke ruang/ tempat pelayanan vaksinasi
di Puskesmas 9 Nopember. Keterlibatan farmasi dalam proses vaksinasi
ditugaskan pada meja 3 (pemberian vaksin). Mahasiswa membantu dalam
pengambilan vaksin ke vaccine carrier, melakukan pemantauan suhu agara suhu
vaksin tetap berada pada rentang suhu yang di tentukan. Selain itu mahasiswa
37
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan PKPA yang dilaksanakan di Puskesmas 9 Nopember
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu memahami peran dan tanggung jawab Apoteker dalam
pelayanan kefarmasian di Puskesmas selama pelaksanaan PKPA di
Puskesmas 9 Nopember.
2. Pelaksanaan PKPA di Puskesmas 9 Nopember telah meningkatkan wawasan,
keterampilan, serta memberikan pengalaman praktis dalam melakukan
praktek kefarmasian di Puskesmas.
3. Secara umum kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Puskesmas
9 Nopember telah sesuai dengan PMK No. 74 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
4. Mahasiswa mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan
lain yang bertugas di Puskesmas 9 Nopember.
4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan kegiatan PKPA yang dilaksanakan
di Puskesmas 9 Nopember yaitu:
1. Perlu dibuat tempat khusus untuk dilakukannya konseling mengenai obat
kepada pasien dengan kondisi tertentu.
2. Diharapkan kerja sama antara Puskesmas 9 Nopember dan Program Studi
Profesi Apoteker dapat terus berjalan dengan baik kedepannya.
38
39
DAFTAR PUSTAKA
39
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Apotek 9 Nopember
Banjarmasin,
...........................
1.
2.
3.
4.
5.
Lembar disposisi
Kepala UPTD Instalasi Farmasi Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin
Sangat Tidak
Puas
No Jenis Pelayanan Puas Puas Total
3 2 1
Ketanggapan apoteker terhadap
1 12 38 50
pasien
2 Keramahan Apoteker 28 22 50
Kejelasan Apoteker dalam
3 38 12 50
Memberikan Informasi Obat
4 Kecepatan Pelayanan Obat 14 35 1 50
Kelengkapan Obat dan Alat
5 28 22 50
Kesehatan
6 Kenyamanan Ruang Tunggu 15 31 4 50
7 Kebersihan Ruang Tunggu 17 33 50
Ketersediaan Brosue, Leaflet,
8 Poster, dan lain-lain sebagai 14 35 1 50
Informasi Obat atau Kesehatan
TOAL SUARA 166 228 6 400
SKOR TOTAL 498 456 6 960