Disusun oleh:
INTAN SALEH D1A123218
OKTALIN LIDONGI POA D1A123233
MARIA SEKONDINA TINA D1A123213
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Studi Pendidikan Profesi Apoteker pada Fakultas Farmasi
Universitas Megarezky Makassar.
Disetujui oleh:
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
Maret 2024 ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Praktek Kerja Profesi
poteker (PKPA) merupakan salah satu persyaratan untuk meraih gelar Apoteker di
Profesi Apoteker (PKPA) ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik
secara moral, spiritual dan material dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan
1. Bapak Dr. H. Alimuddin, SH., MH., MKn. Selaku Pembina YPI Megarezky
Makassar.
2. Ibu Hj. Suryani, SH., MH. Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Megarezky
Makassar.
3. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Aspar, Sp.PD., Sp.Jp (K). Selaku Ketua Rektorat
4. Ibu Dr. apt. Besse Yuliana.,S.Si., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Farmasi
5. Ibu apt. Nielma Auliah, S.Si.,M.Si. Selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
iii
6. Bapak Dr. Apt. Jangga, S.Si., M.Si Selaku pembimbing praktek kerja profesi
apoteker (PKPA) yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat bagi
Makassar
10. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas bantuan
dan dukungan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak
ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu segala kritik dan saran yang
Kassi Kassi Makassar, telah melakukan kesalahan baik tutur kata maupun
tingkah laku yang kurang sopan. Semoga laporan PKPA ini dapat bermanfaat
serta dapat menjadi sumber pengetahuan dan informasi bagi generasi yang
Penulis
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.............................................................................................vii
A. Puskesmas...........................................................................................8
A. Kesimpulan ........................................................................................56
v
B. SARAN ..............................................................................................56
LAMPIRAN ....................................................................................................58
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 16. Penyimpanan Obat pada rak yang ada di Gudang Farmasi
Puskesmas ....................................................................................81
obat ............................................................................................82
viii
Gambar 21. Contoh formulir laporan narkotika dan psikotropika secaran
manual..............................................................................................84
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesehatan.
berkelanjutan.
1
Pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan ketersediaan
2
dalam bidang kesehatan. Salah satu sarana kesehatan yang mendukung upaya
lembaga pemerintahan.
2
Berdasarkan uraian diatas maka puskesmas dapat dijadikan
B. Tujuan PKPA
1. Umum
kefarmasian di Puskesmas.
kefarmasian di Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
dan alkes.
3
c) Penyimpanan sediaan farmasi (obat), BMHP dan alkes.
j) Konseling
C. Manfaat PKPA
Puskesmas.
Puskesmas.
puskesmas
4
5. Meningkatkan percaya diri untuk menajdi apoteker yang professional.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Puskesmas
Pasal I
6
Pasal 6
b. Ruang farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibantu oleh tenaga teknis
meliputi:
7
Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang (Permenkes
hidup sehat.
dan masyarakat.
2. Kemampuan pelayanan
perkotaan sebagai berikut: Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen)
dan jasa.
8
2) Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar
radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop,
atau hotel.
3) Lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik.
1) Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor
agraris.
2) Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan
perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km,
3) Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh persen.
1) Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil,
pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam,
cuaca.
stabil.
9
Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan puskesmas dikategorikan
kawasan sangat terpencil, yang jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
tinngkan lanjut.
yang dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah
perhari. Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi dan
10
pelayanan kesehatan termasuk puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan
secara rahasia. Hasil penilaian kinerja ini akan digunakan sebagai pertimbangan
dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin
11
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
meliputi:
a. Seleksi / Pemilihan
bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Proses pemilihan obat di
juga memberikan informasi kepada dokter, dokter gigi, apoteker dan tenaga
b. Perencanaan
bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi
12
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
1) Perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
Proses seleksi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan
seleksi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai juga harus mengacu pada
seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas seperti
dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan
dengan pengobatan.
13
memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari stok
secara tepat. Perhitungan kebutuhan obat untuk satu periode dapat dilakukan
1) Metode konsumsi
waktu tunggu (lead time) dan memperhatikan sisa stok. Dalam menentukan
dan kenaikan jumlah kunjungan. Lead time stock adalah stok obat yang
dibutuhkan selama waktu tunggu, sejak obat dipesan sampai obat diterima.
Semakin lama waktu pengiriman semakin banyak lead time stock yang
dibutuhkan.
14
Adapun beberapa data yang diperlukan dalam perhitungan metode
pengeluaran/penjualan, sisa stok, daftar stok obat yang hilang, rusak dan
Rumus :
A=(B+C+D)–E
A = Rencana kebutuhan
E = Sisa stok
2) Metode morbiditas
15
e) Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.
c. Permintaan/Pengadaan
Tujuan pengadaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah
mandiri (pembelian).
16
1) Permintaan
masing-masing puskesmas.
SO = SK + SWK + SWT + SP
rumus :
Permintaan = SO – SS
17
Keterangan:
SO = Stok optimum
distribusi)
obat
time)
SP = Stok penyangga
SS = Sisa Stok
2) Pengadaan Mandiri
18
a) Narkotika, psikotropika dan/atau prekursor farmasi harus
dipesan.
kepada pemasok.
19
Jumlah pengadaan narkotika, psikotropika, dan/atau prekursor
terkecil).
pemerintah.
diadakan.
tahun berdasarkan urut bulan LPLPO dan harus dipisahkan dengan arsip
surat pesanan produk lain, seluruh arsip dokumen yang berkaitan dengan
20
Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan sebagai berikut
(Permenkes RI No 5, 2023):
21
Psikotropika golongan II: psikotropika yang berkhasiat terapi, tetapi
aminorex.
d. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dari
sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar sediaan
mutu.
22
Tenaga kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai yang diserahkan, mencakup jumlah
kemasan/peti, jenis dan jumlah sediaan farmasi, bentuk sediaan farmasi sesuai
dengan isi dokumen LPLPO, ditanda tangani oleh tenaga kefarmasian, dan
diketahui oleh kepala puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka tenaga
dalam keadaan baik, kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat, isi
kondisi cool box dan catatan pemantauan suhu saat diterima. Jika produk rantai
23
dingin (Cold Chain Product) dilengkapi dengan Vaccine Vial Monitor (VVM),
dan harus diterima oleh apoteker penanggung jawab. Bila puskesmas tidak
kefarmasian, tenaga medis atau tenaga kesehatan lain yang ditunjuk oleh kepala
bentuk, kekuatan sediaan obat, isi kemasan antara arsip surat pesanan (SP)/
24
3) Kesesuaian antara fisik narkotika, psikotropika dan/atau prekursor farmasi
e. Penyimpanan
suatu kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman
(tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
perundang-undangan.
25
Penyimpanan obat dan bahan obat diatur dalam Peraturan Badan POM
wadah aslinya untuk pelayanan resep, obat dapat disimpan di dalam wadah
dengan dilengkapi dengan identitas obat meliputi nama obat dan zat
aktifnya, bentuk dan kekuatan sediaan, nama produsen, jumlah, nomor bets
2) Pada kondisi yang sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi yang
3) Terpisah dari produk/bahan lain dan terlindung dari dampak yang tidak
eksternal lain.
campur-baur.
6) Dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun
secara alfabetis.
Sound Alike (LASA) dengan tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi
26
penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan
Obat.
dihentikan jika sisa masa kedaluwarsa kurang dari masa pemakaian yang
10) Dalam hal tempat penyimpanan obat dilengkapi label identitas obat (nama,
bentuk sediaan, dan kekuatan), maka harus dipastikan label identitas obat
dalamnya.
analisis risiko antara lain pembatasan akses personil, diletakkan dalam satu
penanggung jawab.
penyimpanan pada suhu 2°C sampai dengan suhu 8°C dan freezer untuk
suhu -15°C.
27
2) Tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan alat monitoring suhu yang
terkalibrasi.
VVM secara berkala. Dalam hal kondisi VVM menunjukan produk sudah
tidak layak digunakan yaitu dengan indikator warna segi empat sama
2meq/ml atau yang lebi h pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari
0,9% dan magnesium sulfat 50% atau yang lebih pekat) tidak disimpan di unit
unit perawatan pasien harus dilengkapi dengan pengaman, diberi label yang
jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat untuk mencegah
28
Khusus penyimpanan obat untuk keadaan darurat (emergensi) pada
atau rusak.
melibatkan apoteker.
2) Jumlah persediaan.
29
4) Jumlah yang diterima.
terpisah dari obat/bahan obat yang masih layak guna dan diberi penandaaan
yang jelas serta dilengkapi dengan pencatatan berupa kartu stok yang dapat
diletakkan dalam satu area dan tempat penyimpanan mudah diawasi secara
mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh
apoteker penanggung jawab dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai
disimpan secara terpisah dari yang layak guna, dalam lemari penyimpanan
30
khusus dan diberi penandaaan yang jelas. Prekursor farmasi yang rusak
dan/atau kadaluwarsa harus disimpan secara aman dan terpisah dari prekursor
farmasi yang layak guna serta diberi penandaaan yang jelas (Peraturan BPOM
f. Pendistribusian
medis habis pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub
kebutuhan sediaan farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah
kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
2) Puskesmas pembantu.
3) Puskesmas keliling.
4) Posyandu
5) Polindes.
dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor
stock), pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
31
dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock),
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
1) Pengendalian persediaan
sebagai berikut:
32
d) Mekanisme pengadaan obat diluar formularium nasional obat
2) Pengendalian penggunaan
mencakup:
b) Menentukan:
33
3) Penanganan sediaan farmasi hilang, rusak dan kadaluwarsa.
yang berlaku.
inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
kabupaten/kota.
34
Tahapan pemusnahan terdiri dari :
Pelaksanaan pemusnahan.
h. Administrasi
1. Pencatatan (dokumentasi)
pemasukan dan pengeluaran obat dan kartu stok. Petugas kefarmasian harus
pengeluaran obat.
35
b. Di ruang obat tersedia kartu stok, rekapan harian penggunaan obat dan
nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomor telepon dan jumlah obat yang
(satu) jenis sediaan farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber anggaran.
bersangkutan.
36
Jumlah sediaan farmasi yang diterima.
Pengendalian persediaan.
pendistribusian.
Petunjuk pengisian:
Kemasan
Isi kemasan
dikirim
37
No. Batch/No. Lot
Tanggal kadaluwarsa
Jumlah penerimaan
Jumlah pengeluaran
Sisa stok
(Kemenkes, 2019)
2. Pelaporan
sediaan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak
puskesmas meliputi:
38
formularium nasional kesesuaian penggunaan Dinkes kab/kota
obat dengan Fornas Formulir lampiran 4
5. Laporan pelayanan Mengetahui pelayanan Pelaporan ditujukan ke
kefarmasian (PIO dan farmasi klinik di Dinkes kab/kota,
konseling) puskesmas Provinsi dan Kemenkes
Formulir Lampiran 5
6. Penggunaan obat Untuk pemantauan
rasional penggunaan obat
rasional
7. Laporan obat program Melaporkan penggunaan
obat program di
puskesmas
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan
bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
puskesmas.
39
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien
Dalam rangka tercapainya outcome terapi pasien yang optimal, apoteker dituntut
memberikan pelayanan farmasi klinik pada pasien dengan efektif dan efisien,
serta tepat sasaran, perlu dilakukan seleksi terhadap pasien. Kriteria pasien yang
RI, 2019) :
a) Pasien pediatrik
b) Pasien geriatrik
c) Pasien polifarmasi
40
Pelayanan farmasi klinik meliputi :
informasi. Pengkajian dan pelayanan resep dilakukan untuk semua resep yang
untuk menganalisa adanya masalah terkait obat. Selain itu kegiatan ini
dan dapat dibantu oleh TTK. TTK dapat membantu pengkajian pelayanan
1) Nama, nomor rekam medis, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan
ginjal, epilepsi, gangguan hati, dan pasien bedah) dan tinggi badan pasien
41
2) Nama, No.SIP/SIPK dokter (khusus resep narkotika), alamat, serta paraf,
3) Tanggal resep.
penulis resep.
2) Duplikasi pengobatan.
4) Kontraindikasi
5) Interaksi obat
42
Tujuan:
dan pemberian informasi dan rekomendasi obat yang dilakukan oleh apoteker
kepada dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain
memadai).
43
3) Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
4) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
serta masyarakat.
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis pakai.
kefarmasian.
2) Tempat.
3) Tenaga.
4) Perlengkapan.
c. Konseling
secara tatap muka atau wawancara dengan pasien dan/atau keluarganya yang
2019).
yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
44
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat
a) Kriteria pasien:
farmasi.
Pasien geriatrik.
Pasien pediatrik.
45
b) Sarana dan prasarana:
Ruangan khusus.
dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk
terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki
46
3) Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan
obat.
kunjungan.
pengobatan pasien.
obat.
47
3) Untuk semua pasien
kunjungan.
obat yang dihentikan, obat baru, perubahan dosis dan lain- lain.
48
pharmacy care) agar terwujud komitmen, keterlibatan dan kemandirian
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
1) Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah sangat
49
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
3) Adanya multidiagnosis.
merugikan.
6) Melakukan evaluasi.
50
7) Memberikan rekomendasi.
oleh kepala puskesmas. SPO tersebut diletakkan ditempat yang mudah dilihat.
2016).
51
E. Sanitasi Puskesmas
1. Pemusnahan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan
BMHP yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
pengembalian.
kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap produk yang
2. Pemusnahan Resep
lain dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
52
berita acara pemusnahan resep dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas
3. Limbah medis
kemampuan daerah.
53
a. Pengurangan dan pemilahan persyaratan dan tata cara pengurangan dan
perundang-undangan.
limbah bahan berbahaya dan beracun yang memiliki izin sesuai dengan
medis dibedakan sesuai dengan suhu dan jenis karakteristik limbah seperti
54
dilakukan pengangkutan oleh pengelola sesuai dengan ketentuan peraturan
55
BAB III
PEMBAHASAN
A. Puskesmas Kassi-Kassi
Makassar.
a. Visi
56
b. Misi
kemandirian puskesmas.
kesehatan kesehatan.
baik pelayanan rawat inap maupun pelayanan rawat jalan serta pelayanan-
dengan kapasitas tempat tidur untuk pasien rawat inap sampai 20 orang, serta
57
Dalam melaksanakan kegiatan luar gedung puskesmas memiliki
sarana angkutan berupa 3 unit kendaraan roda empat (mobil Ambulance) serta
juga memiliki jaringan yaitu 5 unit pustu (puskesmas pembantu) antara lain
pustu Tolo’ timur, pustu bonto parang, pustu bonto lebang, pustu samataring,
poskesdes Tolo barat, poskesdes tombolo dan poskesdes Bonto Nompo serta
2. Keluarga berencana
4. Kesehatan lingkungan
9. Laboratorium sederhana
58
11. Upaya Kesehatan olahraga
1) Pelayanan rawat jalan (poli umum, poli gigi, poli KIA/KN, Imunisasi.
4) Pelayanan kefarmasian
5) Pelayanan laboratorium
G. Pelayanan administratif
59
3) Surat rujukan
4) Surat visum
5) Legalisir berkas
3. Struktur Organisasi
No.43 tahun 2019. Puskesmas Kassi-Kassi dikepalai oleh Dr. Hj. Mariathy Jassin,
M.Kes, adapun tugas dan fungsi kepala puskesmas yaitu mengkoordinir dan
kasubag tata usaha. Tugas dan fungsi tata usaha dalam hal ini yaitu merencanakan
bilaberhalangan hadir.
mengarsipkan surat.
60
d. Bagaian bendahara pengeluaran yang membawahi pembanru bendahara
pengeluaran pembantu.
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dilakukan sesuai dengan
1. Perencanaan
kebutuhan obat dalam setahun yang akan datang ditambah dengan buffer stock
dan dikurangi dengan sisa stok yang ada. Perencanaan obat di puskesmas dibuat
dan direkap oleh apoteker berupa rencana kebutuhan obat (RKO) yang mana
pemakaian obat dari apotek, IGD, KIA, RRI, Lab, Pustu dan Polindes
beberapa kolom yang harus diisi oleh pengelola obat di puskesmas dengan cara
61
mengisi data sisa stok pada akhir bulan, sisa stok ini dapat dilihat dari buku
register dan bukti fisik barang yang tersedia. Kolom selanjutnya yaitu data
fungsi yaitu untuk mengetahui pemakaian obat pada bulan sebelumnya dan juga
pada setiap tenaga kesehatan yang ada di puskesmas mengenai sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai yang akan digunakan dalam pelayanan pengobatan
di puskesmas Kassi-Kassi
2. Permintaan/Pengadaan
62
persediaan yang tentunya sudah berkoordinasi dengan petugas farmasi yang ada
3. Penerimaan
63
jumlah, bentuk sediaan dan tanggal kadaluarsa. Setelah diperiksa dan sesuai
dengan isi dokumen LPLPO. Kemudian berita cara penerimaan ditanda tangani
memenuhi syarat (tidak sesuai dengan isi dokumen LPLPO), maka apoteker
atau penerima barang dapat mengajukan keberatan dan dibuat berita acara
ketidaksesuaian.
Puskesmas.
4. Penyimpanan
didalam gudang obat yaitu di lemari obat yang disusun berdasarkan susunan
abjad, FIFO, FEFO, bentuk sediaan dan LASA, serta disusun dengan rapi di rak
dan di atas pallet agar tidak langsung bersentuhan dengan lantai, penyimpanan
obat sesuai dengan jenis obat. Untuk sistem FIFO (First In First Out) yaitu obat
yang masuknya lebih awal keluarnya pun di awal, sedangkan obat yang terakhir
masuk keluarnya pun terakhir juga. Untuk sistem FEFO (First Expired First
Out) yaitu obat yang memiliki masa expired yang pendek yang terlebih dahulu
dikeluarkan dari dalam gudang dan diserahkan kepada pasien. Dan sistem
LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu obat yang memiliki kemasan atau nama
64
yang mirip, jadi penyimpanannya harus dipisahkan. Penggunaan ketiga sistem
(kulkas), untuk vaksin polio harus disimpan di suhu beku, sedangkan vaksin
seperti campak, BCG dan vaksin lainnya bisa disimpan di suhu dingin (bukan
Kassi-Kassi di simpan dilemari khusus yaitu lemari besi yang dilenkapi dengan
dua pintu.
Setelah itu, dimasukkan data obat kedalam kartu stok. Hal ini bertujuan
untuk pemantauan ketersediaan obat di puskesmas dan melihat stok obat apa
5. Penditribusian
satu pintu. Dimana semua pelayanan obat melalui ruang obat puskesmas yang
65
meliputi pelayanan resep dan pelayanan ke sub unit bagian. Untuk
subunit tersebut. Untuk bahan medis habis pakai (BMHP) petugas ruang
6. Pengendalian
barang dipuskesmas yang bisa disebut stock opname dilakukan pada semua
barang dengan mencocokkan jumlah fisik dengan jumlah yang ada di kartu stok
dan logbook stok obat. Kegiatan ini dilakukan setiap hari untuk pengecekan
stok yang ada di ruang obat dan setiap bulan untuk stok yang terdapat di
dan pelaporan. Pencatatan dilakukan untuk stok harian dan stok bulanan dengan
8. Pemusnahan
66
Pemusnahan sediaan obat expire di puskesmas Kass-Kassi dilakukan oleh
pihak ketiga yang disebut dengan kesling, jadi obat yang telah expire
kemudian pihak ketiga (kesling) mengambil obat yang telah expire tersebut
Resep yang masuk kemudian diberikan nomor resep agar memudahkan dalam
penyiapan obat. Bila resep yang bawa oleh pasien dianggap tidak lengkap atau
obat yang diresepkan tidak tersedia, maka petugas mengkonfirmasi kepada dokter
khasiat yang sama dan tersedia di apotek. Kemudian dilakukan penyiapan obat
bedasarkan resep baik itu racikan maupun non racikan kemudian pemberian etiket
67
sesuai dengan aturan pakai. Jika obat yang diresepkan mengalamai kekosongan
maka dibuatkan copy resep. Setelah obat selesai disiapkan, maka dilakukan
penyerahan obat kepada pasien dengan menkonfirmasi nomor antrian, nama dan
umur pasien. Penyerahan obat disertai dengan pemberian informasi obat (PIO),
Pemberian informasi obat ini berupa nama obat, khasian, dosis, aturan pakai, cara
yang tidak terlaksana, diantaranya konseling, visite pasien rawat inap, pemantauan
terapi obat, monitoring efek samping obat dan home pharmacy care.
Konseling sendiri merupakan salah satu pelayanan farmasi klinik yang harus
metode edukasi pengobatan secara tatap muka atau wawancara dengan pasien
jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda
Visite juga merupakan salah satu pelayanan farmasi klinik yang harus ada di
68
kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau
bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat
perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan obat dan berperan
aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam terapi pasien.
farmasi klinik yang harus ada di puskesmas sesuai yang dipersyaratkan Permenkes
terapi obat diantaranya, mendeteksi masalah yang terkait dengan obat dan
Monitoring efek samping obat juga merupakan salah satu pelayanan farmasi
terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan
69
terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis. Tujuan monitoring efek samping obat
diantaranya, menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekuensinya jarang dan menentukan frekuensi dan insidensi
efek samping obat yang sudah sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Home pharmacy care juga merupakan salah satu pelayanan farmasi klinik
komplikasi, bersifat rahasia dan persetujuan pasien, melakukan telaah atas penata
70
BAB IV
A. Kesimpulan
71
B. Saran
puskesmas Kassi-Kassi.
72
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018. Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 4 Tahun 2018. Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat,
Bahan Obat Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2021. Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 24 Tahun 2021. Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat,
Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian.
Depkes RI. Pengolahan perbekalan farmasi di Rumah Sakit derektorat jendral bina
kefarmasian dan alat kesehatan Kemenkes RI bekerja sama dengan Japan
Internasional Cooperation Agency (JICA): 2010
Depkes RI. Standar pelayanan minimal rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI. 2007.
Departemen Kesehatan RI, 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35
tentang Narkotik :Jakarta.
Ikatan Apoteker Indonesia, 2014. Surat KeputusanPengurus Pusat Ikatan Apoteker
Indonesia tentang Peraturan Organisasi Nomor : PO. 001/
PP.IAI/1418/VII/2014 tentang Standar Praktik Apoteker Indonesia: Jakarta.
Ikatan Apoteker Indonesia, 2015. Buku Kode Etik Apoteker Indonesia dan Pedoman
Disiplin Apoteker Indonesia: Jakarta.
73
Peraturan Pemerintah No. 51, 2009.Tentang Pekerjaan Kefarmasian: Jakarta.
74
LAMPIRAN
75
Gambar 2. Alur pelayanan resep di Puskesmas
76
Gambar 4. Skrining Resep
77
Gambar 6. Pembuatan Puyer
78
Gambar 8. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
79
Gambar 10. Kartu Stok Obat
80
Gambar 12. Rak Obat
81
Gambar 14. Lemari Narkotika dan Psikotropika
82
Gambar 16. Contoh Formulir Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Obat
83
Gambar 18. Laporan Narkotika dan Psikotropika Secara Elektronik
Gambar 19. Contoh Formulir Laporan Narkotika dan Psikotropika Secara Manual
84
85