Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT PADA TROLLEY EMERGENCY DI


INSTALASI RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT LABUANG BAJI
MAKASSAR TAHUN 2023

ADE NILAM KUSUMA


202104003

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA MAKASSAR
2023

KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena telah melimpahkan Rahmat dan Rohani-nya serta akal pikiran
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“EVALUASI PENGELOLAAN OBAT PADA TROLLEY EMERGENCY DI
INSTALASI RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT LABUANG BAJI
MAKASSAR TAHUN 2023” sebagai salah satu syarat menjadi Ahli Madya
Farmasi pada Program Studi Diploma III Farmasi Institut Ilmu Kesehatan
Pelamonia Makassar.
Penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada
pihak yang membimbing dan membantu penulis dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini:
1. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis Ibu tercinta Cahyani
Purnamawanty Wahab dan Bapak tersayang Abd. Rahman serta kakak
– kakak hebat dan keluarga yang senantiasa memberikan doa, kasih
sayang, perhatian kesabaran serta dukungan yang tak terhingga dalam
bentuk apapun sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan
dengan baik.
2. Kolonel Ckm dr. Masri Sihombing, Sp.OT., M.Kes. selaku kakesdam
XIV/Hasanuddin Makassar.
3. Ibu Mayor Ckm (K) Dr. Ruqaiyah, S.ST., M.Kes., M.Keb selaku Rektor
Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia Makassar.
4. Ibu Asyima, S.ST., M.Kes., M.Keb. selaku Wakil Rektor l Institut Ilmu
Kesehatan Pelamonia Makassar.
5. Ibu Kapten Ckm (K) Ns. Fausiah Botutihe, S.Kep., SKM., M.kes. selaku
Wakil Rektor ll Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia Makassar.
6. Ibu Apt. Desi Reski Fajar, S.Farm, M.Farm. selaku ketua Prodi Dlll
Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia Makassar dan selaku
pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu.
7. Ibu Hijrawati ayu wardani, S. Farm., M. Farm selaku pembimbing ll
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu.

ii
8. Ibu Apt. Ira Widya Sari, S.Farm., M.Si. selaku penguji yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan arahan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu.
9. Seluruh dosen dan staf Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia Makassar
yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan selama penulis
mengikuti perkuliahan.
10. Terima kasih kepada saudara tak sedarah, Ana astrini cn yang selalu
membersamai, memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
11. Terimakasih untuk teman-teman seperjuangan Farmasi Hesty 07
angkatan 2021 yang saling memberikan dukungan dan semangat.
Terutama kepada Azqya dan Angel yang saling memberikan masukan
dan menjadi tim yang tolong menolong dalam keluh kesah selama
proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini berlangsung.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kata sempurna. Untuk itu segala bentuk kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diharapkan oleh penulis.
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua Aamiin.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 6
A.Latar Belakang..................................................................................... 6
B.Rumusan Masalah............................................................................... 9
C.Tujuan Penelitian................................................................................. 9
D.Manfaat Penelitian............................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 11
A.Landasan Teori................................................................................... 11
B.Instalasi farmasi Rumah Sakit............................................................ 15
C.Emergency Kit (Trolley)...................................................................... 23
D.Regulasi terkait trolley emergency..................................................... 23
E.Pengelolaan Obat kegawatdaruratan................................................. 24
F.Uraian tentang tempat penelitian........................................................ 25
G.Kerangka teori................................................................................... 26
H.Kerangka konsep............................................................................... 27
I.Definisi Opresional.............................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 29
A.Jenis Penelitian.................................................................................. 29
B.Waktu dan Tempat Penelitian............................................................. 29
C.Instrumen Penelitian.......................................................................... 29
D.Teknik Pengambilan Data.................................................................. 29
E.Teknik Pengolahan Data................................................................... 30
F.Analisis Data....................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 32
LAMPIRAN...........................................................................................36

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................21
Gambar 2.2 Kerangka Konsep...............................................................22

5
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nama-Nama Obat Emergency................................................16


Tabel 2.2 Definisi Operasional.................................................................23

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 3 tahun 2020
tentang klasifikasi dan perizinan menyebutkan bahwa raumah Sakit
merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawatdarurat.
Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan kesehatan dalam
upaya pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) (E Kiswandari et al., 2013)
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan yang bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk menciptakan derajat
kesehatan yang optimal pada Masyarakat. Adapun salah satu upaya
kesehatan dalam beberapa fasilitas pendukung di Instalasi farmasi
yang berhubungan dengan pengelolaan obat serta rumah sakit
bertanggung jawab atas keamanan dari penggunaan obat pada pasien
merupakan upaya rumah sakit. Hal ini diatur dalam permenkes No.26
Tahun 2020 yaitu Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di
puskesmas/rumah sakit dilaksanakan pada unit pelayanan berupa
ruang farmasi sebagaimana dimaksud dalam penyelenggaraan
Pelayanan Kefarmasian di puskesmas/rumah sakit, dapat dibantu oleh
apoteker, tenaga teknis kefarmasian atau tenaga kesehatan lainnya
berdasarkan kebutuhan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan semakin baik pelayanan yang diterima
masyarakat, maka upaya kesehatan yang dimaksud adalah rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Salah satu upaya kesehatan
yang dilakukan pemerintah adalah dengan memperhatikan pelayanan

7
kefarmasian. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian
dari penunjang medis untuk kesehatan di rumah sakit.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 35 tahun 2014,
apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker. Berkaitan dengan itu, arti dari Pelayanan
kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan tujuan
memperoleh hasil yang akurat guna meningkatkan kualitas hidup
pasien. Kebutuhan pasien dan masyarakat terhadap peningkatan mutu
pelayanan kefarmasian memerlukan perluasan dari model lama yang
berorientasi pada produk (Drug Orientation) menjadi model baru yang
berorientasi pada pasien (Patient Orientation) dengan filosofi pelayanan
kefarmasian (Pharmaceutical Care) (Rusli et al., 2019).

Pengelolaan obat darurat/emergency merupakan pengobatan


yang diperlukan dalam keadaan darurat dan sangat penting dalam
upaya meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, rumah sakit wajib
memiliki sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dapat digunakan
dalam penanganan kasus emergency. Sediaan emergency yang
dimaksud adalah obat – obat yang bersifat life saving atau life
threatening beserta alat kesehatan yang mendukung kondisi
emergency. Untuk itu pengelolaan obat emergency menjadi hal yang
penting dan menjadi tanggung jawab bersama, baik dari instalasi
farmasi sebagai penyedia sediaan farmasi dan alat kesehatannya, serta
dokter dan perawat sebagai pengguna. Selain itu pengelolaan sediaan
emergency ini masuk didalam standar akreditasi rumah sakit yaitu
standar Managemen Penggunaan Obat (MPO) dan Standar pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit. Obat-obatan darurat yang ditanggung
mencakup obat - obatan yang menyelamatkan jiwa atau mengancam
jiwa. Penggunaan trolley emergency pertama kali digunakan untuk
pengembangan standar obat essensial dan persediaan medis yang
digunakan dalam keadaan darurat penggunaan dan standarisasi,
emergency sangatlah penting guna peralatan medis dapat disimpan
dalam kesiapan untuk memenuhi kebutuhan mendesak (Sodikin et al.,
2015).

8
Berdasarkan penelitian sebelumnya dilakukan oleh Wahyuni
(2020) tentang kesesuaian pengelolaan dan gambaran penggunaan
logistik farmasi trolley emergency di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin
bahwa persentase pengelolaan trolley emergency 43,4% sesuai
karena, logistik farmasi emergensi dapat disimpan di troli, kit, lemari,
tas atau kotak obat emergensi sesuai dengan kebutuhan unit. Untuk
troli emergensi dapat menyimpan lebih banyak obat dan alat kesehatan
emergensi dan dapat diletakkan defibrillator. Guna menjamin keamanan
tempat penyimpanan obat harus dikunci atau disegel dengan segel
yang memiliki nomor register dan segel tersebut digunakan sekali pakai
sebagai indikator untuk mengetahui logistik farmasi emergensi tersebut
dalam keadaan utuh atau tidak, dan 56,6% tidak sesuai karena
Penggunaan troli emergensi pun hanya digunakan untuk di ruang ICU
saja. Untuk kategori penyimpanan obat emergensi bernomor register
yang sesuai 0% dan yang tidak sesuai 100%. Ketidaksesuaian ini
dikarenakan kunci troli emergensi tidak disertai segel bernomor register.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widy (2021) Tentang


Gambaran Pengelolaan emergency kit (Trolley) di Rumah Sakit Umum
daerah (RSUD) dr. Hasri Ainun Habibie, didapatkan hasil penelitian
bahwa yang belum memenuhi sub variabel yaitu pada pencatatan
pengambilan perbekalan farmasi, dengan presentase 100% (tidak),
pada kunci dissposible trolley dengan presentase 100% (tidak) pada
sumber daya manusia pada sub variabel lima dengan presentase 100%
(tidak) sub variabel enam presentase 50% (tidak) sub variabel delapan
presentase 100% (tidak), 50% (tidak) 25% (ya) (Widy, 2021).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handojo


(2019) Tentang Evaluasi Pengelolaan Obat pada emergency diruang
rawat inap pada Rumah Sakit Bina Sehat Jember, didapatkan hasil
penelitian bahwa pengelolaan penyimpanan obat emergency sebanyak
32 skor dari skor maksimal 54 terdapat hasil (59%).

Pada pendistribusian obat pada emergency dengan skor 47 dari


maksimal 54 diperoleh hasil (86,7%), pada penggantian obat darurat
bekas dengan skor 30 dari maksimal 36 diperoleh hasil (83%).

9
Penggantian obat yang rusak atau kadaluarsa dengan skor 18 dari skor
maksimal 27, hasilnya (66,6%), pada emergency pemantauan darurat
dengan skor 38 dari skor maksimal 45, terdapat (84%). Hasil (Handojo,
2019). Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai gambaran pengelolaan emergency
trolley di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit di kabupaten
Serpong.

Sebagai rumah sakit rujukan kota Makassar, Rumah Sakit Umum


Labuang Baji perlu diperhatikan, bagaimana pengelolaan obat pada
trolley emergency. Dikarenakan kurangnya sumber pengelolaan obat di
Instalasi Farmasi rumah sakit labuang baji membuat peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian terkait evaluasi terhadap pengelolaan obat
pada trolley emergency.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah sistem pengelolaan trolley emergency di Instalasi Rawat
Inap di Rumah Sakit Labuang Baji kota Makassar tahun 2023?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sistem pengelolaan trolley emergency di Instalasi
Rawat Inap di Rumah Sakit Labuang Baji kota Makassar tahun 2023?

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan bagi penulis serta memberikan
pengalaman kepada penulis dalam hal melakukan penelitian terkait
pengelolaan obat pada trolley emergency di Ruangan Rawat Inap di
Rumah Sakit Labuang Baji kota Makassar.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan positif
bagi Rumah Sakit Labuang baji Makassar dan dapat memberi
10
motivasi dalam perbaikan sistem pengelolaan pada trollley
emergency yang efektif sehingga mampu meningkatkan kualitas
pelayanan Rumah sakit.
3. Bagi Institut
Dapat menjadi bahan pembelajaran serta referensi di Ruang
Lingkup Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia Makassar tentang
Evaluasi Pengelolaan Obat Pada trolley Emergency di Rumah Sakit
Labuang Baji Makassar.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai panduan dan sumber pengetahuan
bagi peneliti yang tertarik mengembangkan dan melakukan
penelitian lebih lanjut menggunakan topik yang berhubungan dengan
Judul Penelitian Evaluasi Pengelolaan Obat Pada Trolley Emergency
di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Definisi Rumah Sakit
Menurut Permenkes No. 3 Tahun 2020 tentang klasifikasi dan
perizinan Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi medis yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat (Studi et al., 2020).
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
27 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Obat Rumah Sakit.
Rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
11
Pelayanan kesehatan holistik adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan suportif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
(Karuniawati, 2020).
Menurut Pasal 4 Undang – Undang Rumah Sakit No. 47 Tahun
2021 Republik Indonesia, misi Rumah Sakit adalah untuk
menyediakan layanan kesehatan pribadi yang komprehensif. Rumah
Sakit melaksanakan tugas – tugas yang tercantum dalam Pasal 4
Undang – Undang Rumah Sakit No. 47 Tahun 2021 Republik
Indonesia dan menyelenggarakan fungsi:
a. Memberikan pelayanan medis dan rehabilitasi sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
b. Menjaga dan meningkatkan kesehatan individu melalui pelayanan
kesehatan sekunder dan tersier yang komprehensif sesuai
kebutuhan medis.
c. Pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia untuk
meningkatkan kapasitas dan pemberian layanan kesehatan.

Pelaksanaan R&D dan technology screening di bidang


kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan, dengan
tetap mempertimbangkan etika ilmu di bidang kesehatan (Studi et al.,
2020).
Menurut Supartiningsih (2017), juga mendefinisikan rumah sakit
sebagai suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis
profesional yang tertata dengan baik dalam hal sarana dan
prasarana medis, asuhan keperawatan yang berkesinambungan,
diagnosis dan pengobatan penyakit yang diderita pasien. Dan juga
menjelaskan bahwa rumah sakit merupakan sarana pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan berdaya guna
dan berhasil guna pada upaya penyembuhan dan pemulihan yang
terintegrasi dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta upaya
rujukan (Bramantoro, 2017)
2. Tugas Rumah Sakit
Menurut Undang – Undang RI No. 47 Tahun 2021 tentang
Rumah sakit. Rumah sakit mempunyai tugas dan fungsi ialah Rumah
12
Sakit menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna.
3. Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 56 Tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit,
rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok
berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, dan rumah sakit
pendidikan. Berdasarkan jenis pelayanan rumah sakit diklasifikasikan
menjadi:
a. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Klasifikasi rumah sakit umum dapat diklasifikasikan menjadi
(Satibi, 2015).

b. Tipe/kelas rumah sakit umum A, memiliki fasilitas dan kemampuan


pelayanan medik sekurang – kurangnya 4 dokter spesialis dasar,
5 dokter spesialis penunjang medik, 12 dokter spesialis lainnya
dan 13 dokter spesialis dasar.
c. Rumah Sakit Umum Kelas B, memilki fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik sekurang – kurangnya 4 dokter spesialis dasar,
4 dokter spesialis penunjang medik, 8 dokter spesialis lainnya dan
2 subspesialis dasar.
d. Rumah Sakit Umum Kelas C, memiliki fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik sekurang – kurangnya 4 dokter spesialis dasar
dan 4 dokter spesialis penunjang medik.
e. Rumah Sakit Umum Kelas D, mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik sekurang – kurangnya 2 orang
dokter spesialis dasar.
1) Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan utama dalam satu bidang atau jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit atau kekhususan lainnya. Berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan, rumah sakit khusus diklasifikasikan
menjadi:
13
a) Rumah sakit khusus kelas A , mempunyai fasilitas dan
kemampuan sekurang – kurangnya pelayanan medik
spesialistik dan subspesialis sesuai spesialisasi lengkap.
b) Rumah sakit khusus kelas B, mempunyai fasilitas dan
kemampuan sekurang – kurangnya pelayanan medik
spesialistik dan subspesialis sesuai dengan spesialisasi
yang terbatas.
c) Rumah sakit khusus kelas C, memiliki fasilitas dan
kemampuan sekurang – kurangnya pelayanan medik
spesialistik dan subspesialis dengan spesialisasi terbatas.

Menurut Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang


Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit dapat diklasifikasikan
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1) Penggolongan berdasarkan bentuk dan jenis pelayanan, terdiri
dari
a) Rumah Sakit berbentuk Rumah Sakit Statis adalah rumah
sakit yang didirikan dalam satu lokasi dan bersifat permanen
dalam jangka waktu yang lama untuk memberikan pelayanan
kesehatan paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
b) Rumah Sakit keliling adalah rumah sakit yang siap pakai dan
bersifat sementara untuk jangka waktu tertentu dan dapat
dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain dalam bentuk bus,
pesawat, kapal, karavan, gerbong kereta api atau peti kemas
yang berfungsi di daerah tertinggal, daerah perbatasan,
kepulauan, daerah yang belum memiliki rumah sakit atau
keadaan bencana dan darurat lainnya dan dalam
memberikan pelayanan kesehatan wajib melapor kepada
dinas kesehatan kabupaten atau kota tempat pelayanan
kesehatan tersebut diberikan.
c) Rumah Sakit Lapangan adalah rumah sakit yang didirikan di
lokasi tertentu dan bersifat sementara pada konsi darurat
dan masa tanggap darurat bencana, atau pada saat
14
pelaksanaan kegiatan tertentu yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan (Nurul et al., 2021).
2) Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan, terdiri dari 2 jenis:
a) Rumah Sakit Umum, memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit. Klasifikasi sebagai
berikut:
1) Rumah Sakit Umum Kelas A (memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit 250 buah).
2) Rumah Sakit Umum Kelas B (memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit 200 buah).
3) Rumah Sakit Umum Kelas C (memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit 100 buah).
4) Rumah Sakit Umum Kelas D (memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit 50 buah).
b) Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada
satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
displin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau
kekhususan lainnya seperti pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan kegawat daruratan. Berikut klasifikasi Rumah
sakit khusus:
1) Rumah Sakit khusus kelas A (memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit 100 buah).
2) Rumah Sakit khusus kelas B (memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit 25 buah).
3) Rumah Sakit khusus kelas C (memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit 25 buah) (Nurul K., 2021).
A. Instalasi farmasi Rumah Sakit
Instalasi farmasi harus mencakup penyelenggaran pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, pelayanan
farmasi klinik dan manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi
sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga mutu. Dalam permenkes RI
Nomor 72 Tahun 2016 disebutkan mengenai tugas instalasi farmasi
rumah sakit.
1. Tugas instalasi farmasi rumah sakit
15
Adapun beberapa tugas instalasi antara lain, sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan
mengawasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal
dan professional serta sesuai prosedur dan etik prosefi.
b. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmsi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.
c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan
farmsi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna
memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan
risiko.
d. Melaksanakan komunikasi, edukasi dan informasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.
e. Berperan aktif dalam komite/tim farmasi dan terapi.
f. Melaksanakan Pendidikan dan pelatihan serta pengembangan
pelayanan kefarmasian.
g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan
dan formularium rumah sakit.
2. Pengelolaan Obat
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan
dan pelaporan (PERMENKES, 2016).
a. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu fungsi yang menentukan
dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di Rumah
perbekalan farmasi di Rumah Sakit. Tujuannya Sakit. Tujuannya
adalah untuk menetapkan adalah untuk menetapkan jenis dan
jenis dan jumlah perbekalan jumlah perbekalan farmasi farmasi
sesuai dengan pola dengan pola penyakit dan penyakit dan
kebutuhan pelayanan kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit. Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dapat
dilakukan melalui beberapa metode:

16
1) Metode Konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi
didasarkan pada data real konsumsi perbekalan farmasi
periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dankoreksi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka
menghitung jumlah perbekalan farmasi yangdibutuhkan adalah:
a) Pengumpulan dan Pengolahan data
b) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
c) Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
d) Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan
alokasi dana.
2) Metode Morbiditas/Epidemiologi
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan
perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan
kenaikan kunjungan berdasarkan pola penyakit, perkiraan
kenaikan kunjungan, dan waktu tunggu. Langkah-langkah
dalam metode ini adalah:
a) Menentukan jumlah pasien yang dilayani
b) Menentukan jumlah kunjungan
c) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan
kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit revalensi
penyakit
d) Menyediakan formularium standar pedoman perbekalan
farmasi
e) Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
f) Penyesuaian dengan lokasi dana yang tersedia
g) Evaluasi perencanaan
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka
pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan
dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik
17
yang diterima.
d. Penyimpanan
1) Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan
pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi
dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru.
Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch
dan tanggal kadaluwarsa.
2) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
4) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara
alfabetis.
5) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (first expire first out)
dan FIFO (first in first out).
e. Pendistribusian
Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh instalasi
farmasi rumah sakit dalam mendistribusikan perbekalan farmasi
di lingkungannya. Sistem distribusi tersebut yaitu: resep
perorangan, sistem persediaan lengkap di ruang, sistem
distribusi dosis unit, dan Sistem distribusi kombinasi.
1) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock).
2) Sistem Resep Perorangan Pendistribusian Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan
Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
Instalasi Farmasi.
3) Sistem Unit Dosis Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep
perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau
ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit
dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
4) Sistem Kombinasi Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien
18
rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c
atau a + c.
f. Pemusnahan dan Penarikan
1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnakan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau
rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan
oleh apoteker dan disaksikan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota.
2) Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain
yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
menggunakan formulir 1 sebagaimana terlampir.
3) Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan
dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan.
4) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang – undangan dilakukan
oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh
BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
memberikan laporan kepada kepala BPOM.
ii.
5) Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh
menteri.
g. Pengendalian
Tujuan pengendalian persediaan yaitu agar tidak terjadi
kelebihan dan kekosongan perbekalan farmasi di unit pelayanan.
Kegiatan pengendalian ini mencakup:
1) Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode
tertentu.
2) Menentukan stok optimum (stok yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan),
19
stok pengaman dan menentukan waktu tunggu (leadtime).
Selain itu, beberapa pengendalian yang perlu diperhatikan
dalam pelayanan kefarmasian yaitu:
1) Rekaman pemberian obat, yaitu formulir yang digunakan
perawat untuk menyiapkan obat sebelum pemberian. Dengan
formulir ini, perawat dapat langsung mencatat waktu pemberian
dan aturan yang sebenarnya sesuai petunjuk.
2) Pengembalian obat yang tidak digunakan.
3) Pengendalian obat dalam ruang bedah dan ruang pemulihan.
h. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
meliputi pengadaan surat pesanan, faktur, dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen apotek, meliputi keuangan, barang dan
laporan lainnya.

Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk


memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika
dan pelaporan lainnya.
3. Daftar nama-nama obat emergency

NAMA GENERIK/KEKUATAN

1. Adrenalin (epinefrin)

- Inj 1 mg/mL

2. Lidokain

- Inj 2%

3. Atropin

20
- Inj 0,25 mg/mL

4. Isosorbid dinitrat

- Tab 5 mg

- Tab 10 mg

5. NaCI 0,9%

- Inf

6. Deksametason

- Inj 5 mg/mL

7. Salbutamol

- Cairan inhalasi 1 mg/mL

8. Ringer Lactat

- Inf

9. Glukosa 40%

10. Diazepam

- Inj 5 mg/mL

- enema 5 mg/2,5 mL

- enema 10 mg/ 2,5 mL

11. Klorpromazin (inj)

- inj 5 mg/mL (i.m.)

12. Ketoprofen

- supp 100 mg

13. Paracetamol

- supp 80 mg

- supp 125 mg

- drops 100 mg/mL

14. Propranolol
21
- tab 10 mg

- inj 1 mg/mL

15. Fitomenadion (vitamin K1)

- inj 2 mg/mL (i.m.)

- inj 10 mg/mL (i.m.)

16. Magnesium sulfat

- inj 40% (i.v.)

17. Nifedipin

- tab 10 mg

18. Gliseril trinitrat

- tab sublingual 500 mcg

Tabel 2.1 Nama – nama obat emergency

B. Emergency Kit (Trolley)


Perbekalan farmasi emergency adalah obat dan alat kesehatan
yang penggunaannya harus segera dan bersifat menyelematkan jiwa
dan hidup pasien (live saving). Trolley/kit Emergency adalah trolley/kit
yang digunakan untuk menempatkan perlengkapan medis dan obat –
obatan penting (perbekalan farmasi emergency) yang dibutuhkan
segera.
Rumah sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat
emergency untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan
harus mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan
pencurian.
Pengelolaan obat emergency harus menjamin (Permenkes, 2016):
1. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergency yang
telah ditetapkan
2. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan
lain
22
3. Bila dipakai untuk keperluan emergency harus segera diganti
4. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa, dan
5. Dilarang digunakan/dipinjam untuk kebutuhan lain.
C. Regulasi terkait trolley emergency
Trolley emergency adalah trolley yang berisi obat-obatan yang
bersifat saving life sehingga pengelolaan trolley emergency penting
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat
dimana terjadi perburukan keadaan klinis pasien secara mendadak dan
tidak diperkirakan sebelumnya yang dapat segera menyebabkan
kematian, atau menimbulkan kesehatan jangka panjang sehingga
diperlukan intervensi segera atau tindakan resusitasi. Pengelolaan
trolley emergency yang baik dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, sehingga pengelolaan trolley emergency penting untuk
meningkatkan pelayanan kegawatdaruratan di rumah sakit
(Nihmaturojaiyah, 2023).
B. Pengelolaan Obat kegawatdaruratan
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
menyangkut aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan
pendistribusian obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin
tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat
kesehatan, dengan memanfaatkan sumber – sumber yang tersedia
seperti tenaga, dana, sarana, dan perangkat lunak (metode dan tata
laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan diberbagai
tingkat unit kerja (Mangindara, 2010).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
72 tahun 2016 Tentang Standar pelayanan kefarmasian di Rumah
Sakit,
pengelolaan obat dan alat kesehatan kegawatdaruratan harus
menjamin jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat
kegawatdaruratan yang telah ditetapkan, tidak boleh dicampur dengan
persediaan obat untuk kebutuhan lain, bila dipakai untuk keperluan
gawatdarurat harus segera diganti, dicek secara berkala apakah ada
yang kadaluwarsa, dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain. Dalam
pengelolaan obat kegawatdaruratan, puskesmas seharusnya memiliki
kebijakan maupun prosedur agar lebih mudah dan tertata dalam
23
pelaksaannya.
Obat kegawatdaruratan merupakan sebagian dari obat – obatan
yang harus ada dalam persediaan ruangan, obat ini mutlak harus
tersedia disetiap ruangan karena pengaruhnya yang begitu besar
terhadap pelayanan yang terkait yaitu mengembalikan fungsi sirkulasi
dan mengatasi keadaan gawatdarurat lainnya dengan menggunakan
obat – obatan ini (Djuma, 2014). Obat kegawatdaruratan harus tersedia
pada unit – unit dan dapat terakses segera saat diperlukan, idealnya
obat – obat kegawatdaruratan harus ada pada setiap unit perawatan
atau pelayanan. Jika terkendala dengan jumlahnya, maka obat –
obatan tersebut bisa ditempatkan pada titik – titik lokasi yang sering
atau rawan terjadi kondisi gawatdarurat. Beberapa kondisi gawatdarurat
seperti kecelakaan/tenggelam/keracunan, penurunan kesadaran,
kejang, sesak napas, luka bakar, serangan jantung, diare/muntah
dengan dehidrasi, persalinan, alergi.
C. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar
Rumah sakit umum labuang baji didirikan pada tahun 1938 oleh
Zending Gereja Georoformat Surabaya, malang dan semarang sebagai
rumah sakit zending. Rumah sakit ini di resmikan pada tanggal 12 juli
1938 dengan kapasitas tempat tidur yang tersedia pada saat itu adalah
15.
Rumah sakit labuang baji adalah salah satu rumah sakit
pemerintah daerah tertua di Sulawesi selatan yang diresmikan pada
tanggal 12 juli 1938 dan berkedudukan di jl. Ratulangi 81 makassar,
Sulawesi selatan. Labuang baji adalah unit pelaksana teknis pada dinas
kesehatan yang bertipe B dan berkomitmen menjadi rumah sakit
dengan layanan unggulan dalam memberikan pelayanan kesehatan
terbaik kepada masyarakat. Beberapa fasilitas dan layanan rumah sakit
umum daerah labuang baji sebagai berikut :
1. Ambulance
2. Instalasi gawat darurat
3. Poloklinik
4. Bedah sentral
5. Layanan khusus
a. Sister panda
24
b. Depo TB
6. Penunjang medik
a. Radiologi
b. Lab. Patologi anatomi
7. Hemodialisa
8. Rawat inap
9. Perawatan khusus

25
D. Kerangka teori

RUMAH SAKIT
LABUANG BAJI MAKASSAR

INSTALASI RAWAT INAP

PENGELOLAAN EMERGENCY KIT (TROLLEY)

PENGADAAN
PERENCANAAN

PENYIMPANAN

NN
PENDISTRIBUSIAN

PENCATATAN DAN PELAPORAN

PEMUSNAHAN

Gambar 2.1 Kerangka Teori

E. Kerangka konsep

RUMAH SAKIT
26
LABUANG BAJI MAKASSAR
METODE OBSERVASIONAL

INSTALASI RAWAT INAP

PENGELOLAAN EMERGENCY KIT (TROLLEY)

KESESUAIAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DENGAN SPO

PENGADAAN
PERENCANAAN

PENYIMPANAN

NN
PENDISTRIBUSIAN

PENCATATAN DAN PELAPORAN

PEMUSNAHAN

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

F. Definisi Opresional
Alat Ukur Nilai/
No. Variabel Definisi Oprasional
Instrumen Hasil

1. Evaluasi Merupakan monitoring Form Narasi


Pengelolaan pengelolaan obat emergency wawancara
Obat trolley di Rumah Labuang
Emergency
27
trolley baji sesuai standar

2. Emergency Trolley yang berisi peralatan Lembar Narasi


trolley dan obat-obatan untuk wawancara
keadaan gawat darurat yang
terdapat di Labuang baji

Tabel 2.2 Definisi Operasional

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode observasional yang
bersifat deskriptif. Dimana observasi dilakukan melalui pengamatan
secara langsung terhadap pengelolaan obat pada trolley emergency
diruangan rawat inap Pada Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2024.

28
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruangan rawat inap Rumah Sakit
Labuang Baji Makassar yang beralamat di Jl. DR. Ratulangi No. 81,
Kec. Mamajang, Kota makassar, Sulawesi Selatan.

C. Instrumen Penelitian
Lembar check list, alat tulis, dan handphone.

D. Teknik Pengambilan Data


1. Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data yang dilakukaan di instalasi farmasi
rumah sakit labung baji, dengan melalui suatu pengamatan, dengan
disertai pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran
terhadap pengamatan yang peneliti lakukan dan di sebut sebagai
teknik observasi, dan pengumpulan data di lapangan. Selanjutnya
data yang diperoleh peneliti dari hasil yang didapatkan di lapangan,
maka akan di evaluasi kembali berdasarkan permenkes no. 72 tahun
2016.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pedoman
atau prosedur penggunaan emergency trolley serta formular dan
laporan terkait Evaluasi Pengelolaan Obat pada Trolley Emergency
Diruangan Rawat Inap Pada Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.
E. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
teknik observasi dan lembar checklist. Observasi merupakan salah satu
teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara
langsung terhadap kelengkapan data - data yang berhubungan dengan
penelitian sedangkan lembar checklist merupakan pedoman didalam
observasi yang berisi aspek – aspek yang akan diamati.

F. Analisis Data
Hasil penelitian disusun dan disajikan dalam bentuk tabel checklist
hasil observasi dan dalam bentuk narasi tentang Pengolahaan Obat
Pada Trolley Emergency di Ruangan rawat inap Rumah Sakit Labuang
Baji Makassar.

29
Data yang telah terkumpul dilakukan pemberian skor atau nilai
kemudian dipresentasekan menggunakan rumus:
Dimana : Nilai 1 untuk jawaban Sesuai
Nilai 0 untuk jawaban Tidak Sesuai

Rumus Perhitungan Presentase: (Arikunto, 2013)


Jumlah skor yang diperoleh
Jumlah skor maksimal
X 100%

Didasar hukum Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016


tentang standar pelayanan kefarmasian di Rumah sakit diantaranya
Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah
menjelaskan bahwa kriteria penilaian standar pelayanan maksimal
(SPM) tentang kepuasan pelanggan kurang lebih 80% maka kinerja
Apoteker dan tenaga teknis farmasi telah sesuai.

Hasil perhitungan ini dapat dimasukkan dalam kategori penilaian:


Metode Penilaian :
1. Bila seluruh kegiatan dilakukan maka setiap kegiatan akan
mendapatkan nilai 1 jika ada kegiatan yang tidak dilakukan maka
akan mendapatkan nilai 0.

2. Jumlah pengelolaan obat emergency yang dinilai pada setiap

kegiatan sebanyak ruangan yang ada sehingga nilai maksimal yang

diperoleh dalam kegiatan berdasarkan pada ruangan yang ada

dirumah sakit tersebut tetapi jika tidak semua pengelolaan obat

emergency dalam kegiatan tersebut sesuai dengan SOP maka nilai

yang diperoleh pada kegiatan tersebut hanya yang sesuai dengan

SOP.

3. Maka prosentase perolehan nilai setiap kegiatan adalah Σ nilai

kegiatan yang diperoleh : Σ nilai maksimal seluruh kegiatan.

30
4. Total prosentase pada setiap sub pengelolaan yaitu : penyimpanan,

pendistribusian, Penggantian obat emergency yang sudah terpakai,

Penggantian obat emergency yang rusak atau kadaluarsa dan

monitoring obat pada emergency kit adalah Σ nilai total prosentase.

DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar, S. (2015). Pengembangan Kesadaran Hukum Berlalu Lintas


Siswa Melalui Model Pembelajaran Jurisprudensial Dalam
Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan
Indonesia.
AMELIA, D. (2021). EVALUASI KESESUAIAN PENYIMPANAN OBAT
LASA DIPUSKESMAS.
Handojo, K. J. (2019). Evaluasi Pengelolaan Obat Pada Emergency Kit Di
Ruangan Rawat Inap Pada Rumah Sakit Bina Sehat Jember.
Jurnal Ilmiah Farmasi AKFAR, 3(2), 2615-2756.
Karuniawati, D. (2020). Gambaran Penyimpanan Obat High Alert Di
Instalasi Farmasi Rsui Mutiara Bunda. Kti, 10, 55–63.
Mangindara. 2015. Analisis Pengelolaan Obat di Puskesmas Kampala
Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai Tahun 2011. Jurnal
AKK, Vol 1 no 1
Menkes RI. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Nurul, K., Kedua, P., Ketiga, P., Harapan, P., Tegal, B., Sakit, R., &
Medikapemalang, P. (2021). Gambaran penyimpanan obat
hight alert di instalasi farmasi rumah sakit Prima Medika
Pemalang. Jurnal Ilmiah Farmasi, 10(0283), 1–3.

31
Nihmaturojaiyah, E. (2023) GAMBARAN PENGELOLAAN EMERGENCY
TROLLEY DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH
SAKIT X DI SERPONG. Politeknik Kesehatan Hermina.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 72 Tahun 2012 Tentang
Sistem Kesehatan Nasional.
PERMENKES. (2016). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR
PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK. PERMENKES,
13(3), 44–50.
Rusli, 2016. Farmasi Rumah Sakit dan Klinik. Pusdik SDM Kesehatan.
Jakarta.
Sarlin Djuma d.Djuna S, dkk. Studi Manajemen Pengelolaan Obat di
Puskesmas Labakkang Kabupaten Pangkep. FKM Universitas
Hasanuddin, 2013.

Satibi, (2015), Manajemen Obat di Rumah Sakit, Yogyakarta, Gadjah


Mada University Press.
Setiyani, M. S. (2020). EVALUASI PENYIMPANAN INJEKSI HIGH ALERT
DI INSTALASI GAWAT DARURAT. 1–9.
Sihotang, F. (2020). Profil Pengelolaan Emergency Trolley di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus
Bengkulu. Jurnal Vokasi Keperawatan, 3(1), 50-65.
Sodikin, I. 4. (2015). Gambaran Pengelolaan Emergency Trolley di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Studi, P., Farmasi, D., Farmasi, F., & Kencana, U. B. (2020). EVALUASI
PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT RUMAH SAKIT DI
KABUPATEN BANDUNG.
Supartiningsih, S.(2017). Kualitas Pelayanan Kepuasan Pasien Rumah
Sakit: Kasus Pada Pasien Rawat Jalan. Jurnal
Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 6(1), pp.9-15.
T. Heru Nurgiansah, 2018. Pengembangan Kesadaran Hukum Berlalu
Lintas Siswa Melalui Model Pembelajaran Jurisprudensial
Dalam Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan
Indonesia.
Wahyuni, A. (2020). Kesesuaian Pengelolaan Dan Gambaran
Penggunaan Logistik Farmasi Troli Di Ruang Icu Rsud Ulin
Banjarmasin. Amaliyah Wahyuni, 3(2), 209-216.
Widy, S. (2021). Gambaran Pengelolaan Emergency Kit (Trolley) Di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Hasri Ainun Habibie
Kabupaten Gorontalo. Indonesia Journal of Pharmaceutical
Education, 1(1), 47-56.

32
LAMPIRAN

Lembar Observasi Cheklist Penelitian Di Instalasi Rawat Inap


(Nihmaturojaiyah, E. 2023). Menurut Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 07 Tahun 2021.

Tidak
No. Pengelolaan Sesuai Skor
Sesuai
Perencanaan Obat pada Trolley Emergency
Perencanaan obat emergency
1. berdasarkan koordinasi dengan
ruangan terkait
Penyimpanan obat sesuai den-
gan jenis dan jumlah pada trolley
2. emergency
Melakukan pengisian obat sesuai
3. dengan daftar standar trolley
emergency
Total =
Pengadaan Obat pada Trolley Emergency
Tidak
No Pengelolaan Sesuai Skor
sesuai
Obat segera diganti setelah ada
1.
pemakaian
Perawat menyertakan resep ke-
farmasi yang nantinya digu-
2.
nakan untuk rekapitulasi perhi-
tungan biaya obat

33
Mengunci Kembali trolley emer-
3. gency dengan kunci sekali pakai
bernomor registrasi
Pelaporan pemakaian obat kurang
dari 30 menit oleh perawat keba-
4.
gian instalasi farmasi

Total =

34
Penyimpanan Obat pada Trolley Emergency
Tidak
No Pengelolaan Sesuai Skor
sesuai
Obat yang berada pada
1.
emergency kit sesuai dengan
daftar lampiran obat emergency
yang telah disepakati
Obat yang berada pada
emergency kit sesuai dengan
2.
daftar lampiran obat emergency
yang telah disepakati
Segel emergency kit hanya
3. boleh dibuka pada saat
keadaan emergency oleh
dokter, perawat apoteker atau
TTK
Total =
Pendistribusian Obat pada Trolley Emergency
Tidak
No Pengelolaan Sesuai Skor
sesuai
Obat yang tersedia diruang
1.
keperawatan hanya obat dengan
kategori life saving pada
emergency kit dalam keadaan
terkunci dan hanya digunakan
saat keadaan emergency
Stok tetap obat emergency
disediakan diseluruh ruang
2.
perawatan rawat inap dan unit
pelyanan khusus
Pendistribusian obat
3. emergency untuk persediaan
diruang rawat inap menjadi
tanggung jawab perawat
ruangan yang telah diberi SK
pelimpahan
Pencatatan pengambilan stok
obat emergency dilakukan
4.
dalam buku ekspedisi mutasi
barang penggunaan stok tetap
Total =

35
Pencatatan Dan Pelaporan Obat pada Trolley Emergency
Tidak
No Pengelolaan Sesuai Skor
sesuai
Pencatatan pemakaian obat
1.
pada formulir emergency trolley
Emergency trolley dikontrol
setiap hari oleh apoteker dan
2.
TTK

Total =
Pemusnahan Obat pada Trolley Emergency
Tidak
No Pengelolaan Sesuai Skor
sesuai
Obat rusak dan kadaluarsa
1.
dipisahkan dan dikembalikan
(retur) dan diganti dengan obat
yang kadaluarsanya masih jauh
Total =

36

Anda mungkin juga menyukai