DISUSUN OLEH:
KHAIRIYAH, S.Farm
NIM 223202019
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker Farmasi Rumah Sakit di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Pelaksanaan PKPA ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU,
Bapak Dadang Irfan Husori, S,Si., M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak dr. Isra Firmansyah,
Sp.S(K), Ph.D., sebagai Direktur RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang telah
memberikan fasilitas untuk melaksanakan PKPA, Ibu Syarifah Maraiyuna, S.Si., Apt.,
sebagai Kepala Instalansi Farmasi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang telah
memberikan fasilitas, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama melakukan
PKPA, Bapak Prof. Dr. Wiryanto, MS., Apt., sebagai pembimbing dari Fakultas
Farmasi USU dan Ibu Ika Fitri Ramadhana, S.Farm., Apt., sebagai pembimbing dari
Instalansi Farmasi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
Terima kasih khusus penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis yang
telah memberi dukungan moril maupun materi selama melaksanakan PKPA di RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Terakhir kepada sahabat mahasiswa/i pendidikan
profesi Apoteker angkatan XXXIV atas segala bantuannya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna mendapat perbaikan positif demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh
pihak yang membutuhkan khususnya di bidang Farmasi.
Khairiyah, S.Farm
223202019
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Definisi..............................................................................................................3
2.2 Faktor Resiko Kanker Payudara.......................................................................3
2.3 Penatalaksanaan Terapi.....................................................................................6
2.3.1 Terapi Farmakologi........................................................................................6
2.3.2 Terapi Non Farmakologi................................................................................9
BAB III KASUS KANKER PAYUDARA..........................................................10
3.1 Identitas Pasien...............................................................................................10
3.2 Subjektif..........................................................................................................10
3.3 Objektif...........................................................................................................10
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................12
4.1 Kondisi Umum Pasien....................................................................................12
4.2 Asuhan Kefarmasian.......................................................................................12
4.2.1 Verifikasi Resep...........................................................................................12
4.2.2 Penyiapan Obat.............................................................................................17
4.2.3 Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)...................................................20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................24
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................24
5.2 Saran...............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Standar
farmasi, alat kesehatan, dan bahan media habis pakai serta pelayananan farmasi
Obat (PIO), konseling, visite, Pemantauan Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek
steril, dan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) (Permenkes RI, 2016).
terkhusus pada bangsal onkologi calon apoteker perlu diberi perbekalan dan
Kanker adalah masalah kesehatan global yang penting, kasus terbaru dari
kanker diperkirakan mencapai 21.4 juta pertahun (Taso et al., 2014). Beberapa
jenis kanker antara lain kanker payudara, kanker serviks, kanker tulang, kanker
otak, kanker darah, kanker kelenjar dan berbagai jenis kanker yang terjadi pada
1
berbagai macam jaringan tubuh. Kanker terjadi akibat mutasi atau perubahan
abnormal sehingga pertumbuhan sel tidak terkendali dan proses pembelahan sel
payudara dapat berkembang ke stadium akhir atau lanjut. Pada stadium lanjut
tersebut, kejadian luka laserasi kanker sekitar 5-10% pada pasien kanker
payudara. Ada beberapa jenis pengobatan pada pasien kanker payudara yaitu
khusus untuk mematikan sel-sel kanker. Terdapat beberapa efek samping yang
1.2 Tujuan
payudara
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Kanker payudara
dengan kode nomor 174 untuk wanita dan 175 untuk pria (Dalimartha, 2004).
pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel
Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati, dan
pembuluh getah bening dan tumbuh di kelenjar getah bening (Dalimartha, 2004).
Sampai saat ini belum ada penyebab spesifik timbulnya kanker payudara
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Faktor risiko ini penting untuk
payudara terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat diubah (unchangeable) dan
1. Umur
3
Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker
(Smeltzer, 2002).
4. Riwayat Keluarga
4
payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60%
pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10%
(Briston, 2008).,
1. Riwayat Kehamilan
(Dalimartha, 2004).
5
risiko untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause (Price,
2006).
4. Konsumsi Rokok
2009).
(Smeltzer, 2002).
a. Pembedahan
jaringan yang diambil dengan tetapi berpatokan pada kaidah onkologi. Terapi
pembedahan yang umumnya dikenal adalah terapi atas masalah lokal dan regional
dan metastase, dan terapi rekonstruksi yaitu terapi memperbaiki konsmetik atas
6
terapi lokal/regional, dapat dilakukan pada saat bersamaan (immediate) atau
b. Terapi Radiasi
kanker payudara. Radioterapi dalam tata laksana kanker payudara dapat diberikan
c. Kemoterapi
d. Terapi Hormonal
e. Terapi Target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B.
HER2 positif. Pilihan utama anti-HER2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada
kasuskasus yang stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik (selama satu
7
Menurut pedoman penatalaksanaan kanker payudara adalah salah satu
a) Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan
mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat
diterima.
obatan sitostatik yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui intra vena atau oral.
Pengunaan obat- obatan kemoterapi dapat memberikan efek toksik dan disfungsi
timbul karena obat-obatan tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker tetapi juga
menyerang sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat seperti
membran mukosa, sel rambut, sum-sum tulang dan organ reproduksi (Wahyuni,
2015).
pengobatan kanker dan proses penangannnya harus dilakukan secara aseptik untuk
standar operasional prosedur baik dari aspek dispensing, pemberian obat kepada
8
2.3.2 Terapi Non Farmakologi
menghindari rokok alkohol rajin mengonsumsi buah dan sayur dan olahraga.
Terapi non farmakologi yang akan digunakan yaitu musik dan progressive muscle
9
BAB III
Nama : Latifah
Umur : 56 tahun
BSA : 1,52 m2
Nomor MR : 13*****
Jaminan : BPJS
Siklus : Ke-VI
3.2 Subjektif
Kerontokan rambut, konstipasi, diare, nyeri dibagian lutut, kelelahan dan kekurangan energi.
3.3 Objektif
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Terapi Farmakologi
c. Diagnosa
11
BAB IV
PEMBAHASA
Pasien masuk ke RSUD dr. Zainoel Abidin pada tanggal 24 Januari 2023
untuk melakukan kemoterapi siklus ke-6. Berdasarkan hasil lab anatomi patologi
dan hasil pemeriksaan radiologi. Pasien didiagnosa Kanker Payudara Kiri (Ca
sekali.
dan dosis regimen. Verifikasi regimen terapi dan verifikasi dosis dilakukan untuk
guideline
12
kemoterapi yang berlaku. Regimen kemoterapi yang diberikan pada pasien ini
adalah:
1) Paclitaxel
2) Carboplatin
Dosis lazim :
71,89
Dosis yang diberikan kepada pasien tidak sesuai dengan hasil verifikasi
13
regimen terapi. Pembulatan dosis sangat relevan untuk obat yang dipasok dalam
botol sekali pakai pada formulasi bebas pengawet. Umumnya pembulatan dosis
dalam 5% -10% dari dosis yang dipesan untuk pengobatan antikanker biologis
dokter memiliki referensi lain dalam penentuan dosis regimen pada pasien
tersebut.
kenaikan dosis dianggap perlu untuk mengurangi efek samping terhadap obat-obat
yang dipilih oleh ahli onkologi, serta berat badan atau luas permukaan tubuh
pasien. Variabel lain juga dapat mengganggu penentuan dosis: usia, penyakit
penyerta, kinerja pasien, efek samping obat, dll. Oleh karena itu, dosis kemoterapi
tidak tetap dan dapat bervariasi antara pasien yang menggunakan protokol yang
sama.
terjadinya efek samping yang tidak diinginkan ketika kemoterapi. Setelah itu
14
pasien direhidrasi dengan NaCl 0,9% 500 cc untuk menjaga keseimbangan cairan
dan nutrisi selama kemoterapi selama ½ jam kemudian diberikan obat kemoterapi
Paclitaxel 265 mg dalam 250 cc 0,9 % selama ½ jam. Kemudian dibilas kembali
dengan NaCl 0,9 % sebanyak 500 cc selama ½ jam. kemudian diberikan obat
dibilas kembali dengan NaCl 0,9 % sebanyak 500 cc selama ½ jam. Pemberian
NaCl ini bertujuan untuk mencegah nyeri dan nekrosis jaringan jika ektravasasi
dan antikolinergik yang dapat mengurangi mual dan muntah (Dipiro, 2017).
15
reabsobsi tubulus natrium dan clorida ditubulus proksimal dan distal, serta
dari dosis dan regimen kemoterapi. Efek sitostatika terhadap sel normal yang aktif
mitosis seperti sel darah, sel traktus gastrointestinal, kulit, rambut, dan organ
reproduksi dapat menimbulkan efek samping. Efek samping yang dapat terjadi
Mual muntah merupakan salah satu efek samping yang sering terjadi pada
Efek samping kemoterapi sangat beragam tergantung dari tipe obat, dosis obat,
serta lama terapi. Efek samping berat dapat timbul pada pasien pasca kemoterapi
dan sering tidak dapat ditoleransi oleh pasien bahkan menimbulkan kematian
Mual muntah setelah kemoterapi terdiri dari akut, lambat, dan antisipatori.
Chemotherapy induced nausea and vomiting (CINV) akut terjadi pada 24 jam
induced nausea and vomiting lambat terjadi pada 24 jam dan berlangsung selama
5-7 hari. CINV antisipatory terjadi sebelum kemoterapi diberikan (Rahmah dan
16
Alfiyanti, 2021). Pada visite keruangan pasien dalam rangka Kegiatan
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), pasien mengeluhkan bahwa efek dari
kemoterapi sebelumnya mengalami mual dan muntah yang lumayan hebat sampai
membuat pasien harus dirawat kembali ke rumah sakit terdekat karena efek
samping kemoterapi yang didapat, dalam hal ini pasien masuk dalam kategori
mual muntah akut. Tipe mual muntah ini sulit dikontrol dibanding jenis lain. Hal
pemberian)
jelas/tidak lengkap.
18
Menurut Depkes RI 2009, proses pencampuran dilakukan sebagai berikut:
digunakan.
TETAP
9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas
meja BSC.
11. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah
12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-
pembuangan khusus.
14. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke
15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi
19
16. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap
17. Dalam kasus ini, penyiapan obat kemoterapi dilakukan oleh tenaga
teknis kefarmasian.
Penyiapan obat :
1) Paclitaxel
- 100 mg/16,7 ml
250 ml larutan NaCl 0,9%. Lalu diberi etiket meliputi nama obat,
beyond use date, dosis dan tanggal serta jam peracikan obat.
Perhitungan harga :
= Rp 1.015.872 – Rp 124.300
= Rp 891.572
- 450 mg/45 ml
etiket meliputi nama obat, beyond use date, dosis dan tanggal serta jam
peracikan obat.
Perhitungan harga :
21
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
kemoterapi pada pasien dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Faktor risiko
dari individu misalnya umur, kondisi umum, jenis kelamin, faktor patologi, faktor
alergi, dan faktor genetik. Efek samping kemoterapi sangat beragam tergantung
dari tipe obat, dosis obat, serta lama terapi. Efek samping berat dapat timbul pada
pasien pasca kemoterapi sering tidak dapat ditoleransi oleh pasien bahkan
harian (Shinta dan Surarso, 2016). Efek samping yang timbul serta manajemen
pengelolaan efek samping yang diedukasikan kepada pasien dapat dilihat pada
tabel 4.4.
22
3. Mual dan Muntah Minum banyak cairan, minum obat Tidak dialami
anti mual muntah seperti
ondansetron, sebelum
makan.
4. Diare Minum banyak air putih, hindari Dialami
makanan tinggi serat seperti
pisang, apel, alpukat dan lain-
lain. Jika diare masih berlanjut
hubungi dokter untuk
meresepkan obat
5. Sembelit Untuk menghindari konstipasi yaitu Dialami
dengan berolahraga, banyak
minum (8 gelas sehari), dan
diskusi kedokter jika
diperlukan pencahar. Untuk
diare banyak minum, makan
makanan tinggi serat.
6. Nyeri otot atau sendi apat mengonsumsi acetaminophen Dialami
(misalnya, TYLENOL®) setiap
4-6 jam hingga maksimum 4 g
(4000 mg) per hari atau
ibuprofen (misalnya, ADVIL®)
untuk nyeri ringan hingga
sedang.
7. Pembengkakan Tinggikan kaki saat duduk, hindari Tidak dialami
pakaian ketat.
8. Kehilangan selera Makan makanan yang bervariasi Tidak dialami
makan dan makan apa saja yang ingin
dimakan. Mencoba makan
sedikit atau mengemil beberapa
jam sekali agar tubuh tidak
lemas.
9. Kelelahan dan Diberitahukan untuk tidak Dialami
kekurangan energi mengemudi atau
mengoperasikan mesin saat
merasa lelah. Istirahat yang
cukup, konsumsi banyak cairan
dan olahraga ringan.
10.Rambut rontok Oleskan minyak mineral ke kulit Dialami
kepala untuk mengurangi rasa
gatal. Gunakan sampo yang
lembut dan sisir rambut dengan
pelan.
(BC Cancer Agency, 2023)
23
Setelah selesai mendapatkan kemoterapi, pasien diperbolehkan pulang dan
dibekali obat pulang. Obat pulang yang diterima pasien yaitu ondansetron 2 x 8
meringankan rasa mual dan muntah serta nyeri yang mungkin akan dialami oleh
pasien.
24
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
b. Calon apoteker selalu memantau perkembangan pasien, dan lebih rutin dalam
25
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini,D., Dewi M., dan Susy P. 2021. Peran Edukator Perawat Melalui
Terapi Non Farmakologi dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Tidur
Pasien Kanker Payudara. Jurnal EMPATI: Edukasi Masyarakat,
Pengabdian dan Bakti, vol 2 (1).
BC Cancer. 2021. [online]. http://www.bccancer.bc.ca/health-
professionals/clinical-resources/chemotherapy-protocols/breast. [Diakses
pada 09 Oktober 2022].
Briston, L. 2008. Prospective Evaluation of Risk Factors for Breast Cancer.
Journal of the National Cancer Institute. 100(20).
Dalimartha, S. 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker. Jakarta:
Penebar Swadaya
Drugbank. https://go.drugbank.com/ . [Diakses pada tanggal 26 Januari 2023].
Indriati, R., dkk. 2009. Faktor - Faktor Risiko yang Berhubungan Terhadap
Kejadian Kanker Payudara Wanita. http://www.mep.undip.ac.id. [Diakses
pada 15 April 2021.
Muchlis, R. 2005. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Permenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman 5, 33-37.
Price, S., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Rusli. 2018. Bahan Ajar Farmasi Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Setiawan, H., Nantia Khaerunnisa, R., Ariyanto, H., Fitriani, A., Anisa Firdaus,
F., & Nugraha, D. (2021). Yoga Meningkatkan Kualitas Hidup Pada
Pasien Kanker: Literature Review. Journal of Holistic Nursing Science,
8(1), 75–88.
Shinta, N.R dan Bakti S. 2016. Terapi Mual Muntah Pasca Kemoterapi. Jurnal
THT-KL. Vol 9(2).
Smeltzer, S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Sukarja. 2000. Onkologi Klinik. Surabaya: Airlangga University Press.
Wahyuni, D., Nurul, H., dan Gamya, T, U. 2015. Studi Fenomenologi:
Pengalaman Pasien Kanker Stadium Lanjut Yang Menjalani Kemoterapi.
JOM, Vol 2 (2).
26
LAMPIRAN
27
Lampiran 2. Resep Kemoterapi
28
Lampiran 3. Protokol Terapi
29
Lampiran 4. Literatur Terapi Lexicomp
30
Lampiran 5. Kebutuhan Obat Terapi
31
Lampiran 6. Cara Pemberian Kemoterapi
32
Lampiran 7. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi
33
Lampiran 8. Hasil Pemeriksaan Radiologi
34
Lampiran 9. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
35