Disusun oleh:
Disusun oleh :
Apoteker Angkatan XLIII
Hermawa kurnia rahayu, S.Farm (2043700201)
Disetujui Oleh :
Pembimbing PKPA
Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah serta nikmat-Nya yang tak terhingga, shalawat
beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Salallahu Alaihi
Wasallam beserta keluarga dan sahabatnya, serta umatnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) bidang Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo Jakarta
Pusat.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada apt. Febry Eko Adhiriawan,
S.Si sebagai pembimbing di RSAL Dr. Mintohardjo dan apt. Silvy Hartuti,
M.Farm sebagai pembimbing di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan dukungan moril serta saran
selama pelaksanaan PKPA di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo periode 22
Februari sampai dengan 31 Maret 2021.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada:
1. Nina Jusnita, S.TP., M. Si, selaku Dekan Farmasi Universitas 17 Agustus 1945.
2. Apt. Diah Ramadhani, M.Si selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Universitas 17 Agustus 1945.
3. Kolonel Laut Bapak Barkah Siswoyo, S.Si., Apt., selaku kepala Departemen
Farmasi Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo.
4. Apt. Febry Eko Adhiriawan, S.Si yang telah membimbing penyuluhan
Kesehatan masyarakat di Rumah Sakit dan mengenalkan fungsi apoteker di
Rumah Sakit.
5. Apt. Silvy Hartuti, M.Farm sebagai pembimbing di Universitas 17 Agustus 1945
Jakarta yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan
dukungan moril serta saran selama pelaksanaan PKPA di Rumah Sakit TNI AL
Dr. Mintohardjo.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo yang
telah membantu PKPA kami selama di Rumah Sakit.
ii
7. Seluruh pegawai Apotek Rawat Jalan, Rawat Inap, Departemen Farmasi dan
Yanmasum Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo yang telah membantu kami
selama PKPA di Rumah Sakit.
8. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Universitas 17 Agustus 1945.
9. Orang tua dan keluarga besar yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan
dan do’a selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.
10. Teman-teman kelompok A dan B yang bertugas di RS TNI AL Dr. Mintohardjo
serta teman-teman mahasiswa Program Profesi Apoteker Universitas 17 Agustus
1945 Jakarta angkatan 43, atas segala bantuan yang telah diberikan.
Penyusun sangat menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Penyusun berharap ilmu
dan pengalaman yang didapatkan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat
berguna pada saat menjalankan profesi sebagai Apoteker dalam lingkungan
masyarakat dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
3.8. Uraian Klinis Pasien ............................................................................................ 39
3.9. Resume Medis ..................................................................................................... 48
3.10. Ringkasan Masuk Dan Keluar Pasien ............................................................... 49
3.11. Terapi Obat Pulang ........................................................................................... 50
3.12. Analisis Terapi Pengobatan ............................................................................... 50
3.13. Drug Related Problem Pada Terapi Pasien ........................................................ 67
3.14. Interaksi Obat ................................................................................................... 68
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................... 72
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 74
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 74
B. Saran...................................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 75
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bahwa seorang pasien diobati dengan zat terapi yang paling efektif, paling
pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi, reaksi obat yag tidak
pasien dan secara terus menerus mengkaji manfaat terapi yang diharapkan
berikut:
1. Polifarmasi
berbahaya dan tidak dimaksudkan, serta terjadi pada dosis yang digunakan
5. Ketidakpatuhan pasien
6. Kontraindikasi
7. Duplikasi
Duplikasi terapi adalah penggunaan dua atau lebih obat dengan efek
2
dianggap signifikan secara klinik jika mempunyai kemungkinan
perawatan pasien.
6. Interaksi obat
terapi obat serta untuk mengantisipasi efek samping, toksisitas atau efek
yang merugikan
8. Tanda fisik dan gejala klinik yang relevan dengan terapi obat pasien.
Salah satu metode sistematis yang dapat digunakan dalam PTO adalah
Subjective (S)
Objective (O)
3
Data obyektif adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga kesehatan.Tanda-
tanda obyektif mencakup tanda vital (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi,
Assessment (A)
Mengedukasi pasien.
Pemeriksaan laboratorium.
B. Tujuan
1. Memaksimalkan manfaat terapi obat dan mencegah atau meminimalkan
efek merugikan akibat penggunaan obat
2. Meningkatkan peran apoteker dalam melakukan kegiatan Pharmaceutical
Care
3. Mendeskripsikan masalah terkait obat yang dikonsumsi serta untuk
melakukan pemantauan terapi obat dan mengidentifikasi keefektifan dan
kerasionalan obat yang digunakan pasien confirmed Covid-19 di ruang
Pulau Sibatik, di Rumah Sakit TNI-AL Dr. Mintohardjo.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Pemantauan terapi obat merupakan proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan
tersebut diantaranya:
Pengkajian pemilihan obat
Cara pemberian obat
Respon terapi
Reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
Rekomendasi perubahan atau alternative terapi
Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara berkesinambungan dan
dieavaluasi secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan ataupun
ataupun kegagalan terapi dapat diketahui.
6
Pasien mendapatkan obat yang bukan pilihan terbaik untuk kondisinya
(bukan untuk pilihan pertama, obat yang tidak cost effective, kontra
indikasi).
d. Dosis terlalu tinggi
e. Dosis terlalu rendah
f. Reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
g. Interaksi obat
h. Pasien tidak menggunakan obat karena suatu sebab
i. Beberapa penyebab pasien tidak menggunakan obat anatara lain : masalah
ekonomi, obat tidak tersedia, ketidak patuhan pasien, kelalaian petugas.
Apoteker perlu membuat prioritas masalah tersebut sudah terjadi atau
berpotensi akan terjadi. Masalah yang perlu peneyelasaian segera harus di
prioritaskan.
2.1.4 Rekomendasi Terapi
7
a. Menetapkan Parameter Farmakoterapi
8
c. Menetapkan Frekuensi Pemantauan
9
fisiologis/kondisi pasien, perubahan terapi pasien, dan gagal
terapi.
Salah satu metode sistematis yang dapat digunakan dalam
PTO adalah Subjective Objective Assesment Planning
(SOAP).
S : Subjective
Data subyektif adalah yang dikeluhkan oleh pasien.
Contoh : pusing, mual, nyeri, sesak nafas.
O : Objective
Data obyektif adalah tanda/gejala yang terukur oleh
tenaga kesehatan. Tanda-tanda obyektif mencakup tanda
vital ( tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, kecepatan
pernafasan), hasil pemerikasaan laboratorium dan
diagnostik.
A : Assessment
Berdasarkan data subyektif dan obyektif dilakukan
analisis untuk menilai keberhasilan terapi, meminimalkan
efek yang tidak dikehendaki dan kemungkinan adanya
masalah baru terkait obat.
P : Plans
Setelah dilalukan SOA maka langkah berikutnya
adalah menyusun rencana yang dapat dilakukan untuk
menyelsaikan masalah.
Rekomendasi yang dapat diberikan:
Memberikan alternative terapi, menghentikan pemberian obat,
memodifikasi dosis atau interval pemberian, merubah rute
pemberian.
Mengedukasi pasien
Pemeriksaan laboratorium
Perubahan pola makan atau penggunaan nutrisi parentral/enteral
Pemeriksaan parameter klinis lebih sering
10
2.1.6 Tindak Lanjut
11
2.1.8 Penggunaan Obat yang Rasional
2.2 COVID-19
12
coronavirus dan kali pertama terdiagnosis pada 2019. Karena gejala
penyakit yang disebabkan sama dengan SARS, penyakit saluran pernapasan
akut yang disebabkan oleh virus sejenis, coronavirus tersebut oleh
International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) diberi nama
severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 disingkat SARS-CoV-2.
Sebelum diberi nama resmi, pada 11 Februari 2020, virus tersebut
disebut sebagai “2019 novel coronavirus”, 2019-nCoV, alias virus korona
baru 2019. Diambil dari Bahasa Latin, korona atau corona berarti
“mahkota” dan virus korona dinamakan demikian karena, di bawah
mikroskop elektron, permukaannya mirip bentuk mahkota. Penamaan
ilmiah suatu virus oleh ICTV didasarkan pada struktur genetik virus
tersebut, dan dimaksudkan untuk memfasilitasi pengembangan uji
diagnostik, vaksin, dan obatnya.
Di sisi lain, penamaan suatu penyakit dimaksudkan untuk
mempermudah diskusi terkait pencegahan, penyebaran, transmisibilitas,
keparahan, dan pengobatan atau penanganan penyakit tersebut. Pemastian
kesiapan terhadap penyakit pada manusia adalah tugas dan tanggung jawab
WHO, sehingga penamaan penyakit merupakan wewenang WHO dan
menggunakan sistem International Classification of Diseases (ICD).
Pemastian kesiapan menghadapi wabah memerlukan komunikasi
yang baik. Maka, guna menghindari terpicunya kecemasan massal, WHO
menghindari penyebutan “SARS” yang 2003 merenggut sekitar 1.000
nyawa di Asia. Hal ini, ditambah beberapa alasan lain, membuat WHO
menyebut virus tersebut sebagai “virus yang bertanggung jawab atas
COVID-19” atau, ringkasnya, Covid-19 virus.3 Panduan ini memilih
menggunakan nama alias yang diberikan WHO tersebut, tetapi dengan ejaan
Bahasa Indonesia: Virus Covid-19.
13
2.2.2 Karakteristik Epidemiologis
a. Sumber Penularan
14
2. Percikan (droplet). Pada mereka yang telah terinfeksi, virus
Covid-19 terkosentrasi di lapisan lendir hidung dan mulut.
Percikan dari saluran pernapasan ketika bersin, batuk, atau bicara
dapat menyebarkan virus tersebut ke orang-orang di sekitarnya.
Menjaga jarak hingga lebih dari 1 meter dan sebaiknya minimal
2 meter, bila berhadap-hadapan dengan orang lain dapat bantu
mencegah penularan. Bagi yang merasa tidak sehat adalah wajib
menggunakan masker agar tidak menularkan penyakit ke orang
lain.
3. Fecal to oral route. Penularan karena cemaran tinja yang tertelan
sangat mungkin terjadi.
c. Individu yang rentan
Virus Covid-19 terbukti telah mampu berpindah dari manusia ke
manusia. Dan, karena dapat menginfeksi saluran napas bagian atas tidak
seperti SARS-CoV dan MERS-CoV yang hanya berkembang biak di
saluran napas bagian bawah virus Covid-19 mudah menular, seperti virus
influenza biasa. Selain itu, seperti sumber penyakit lainnya, biologis
maupun non-biologis, virus Covid-19 juga tidak pandang bulu, dapat
menginfeksi siapa pun. Dengan kata lain:
1. Semua manusia, jenis kelamin apa pun dan dalam segala kategori
umur, rentan terhadap penularan COVID-19.
2. Semua manusia, dari etnis atau agama apa pun, rentan terinfeksi
virus Covid-19.
3. Semua manusia, dari kategori sosioekonomi dan pendidikan apa
pun, rentan tertular COVID-19.
Namun demikian, penderita COVID-19 dengan karakteristik
tertentu lebih rentan terhadap kematian akibat infeksi virus Covid-19.
Berikut adalah karakteristik penderita yang bila tertular virus Covid-19
memiliki risiko kematian lebih tinggi:
1. Usia lebih dari 60 tahun. Semakin tinggi usia, setelah >60 tahun,
makin tinggi risiko kematian.
15
2. Menderita penyakit kronis tidak menular, antara lain diabetes,
penyakit jantung, kanker.
3. Mengalami kemunduran imunologik karena alasan apa pun:
Menggunakan obat penekan imun (immuno-suppressant),
misalnya pada para penerima transplantasi organ; dalam terapi
onkologik atau belum lama mendapatkan kemoterapi maupun
radioterapi; menderita infeksi HIV/AIDS. Orang-orang yang
memiliki sistem imunitas atau daya tahan tubuh yang kuat, walau
tidak menderita sakit ketika terinfeksi tetapi, sekali lagi, justru
lebih berpotensi menjadi penyebar virus Covid-19, sehingga tak
kalah penting untuk dihindarkan dari penularan.
a. Manifestasi klinis
16
4. Gejala pada kasus terburuk: Acute respiratory distress syndrome,
syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi, kelainan
koagulasi dan pendarahan, gagal ginjal dan organ vital lainnya, serta
multi organ dysfunction (MODs). Sebagai catatan, pasien COVID-
19 yang sangat parah sering hanya menunjukkan gejala demam
sedang atau bahkan tanpa demam sama sekali. Sementara itu, pada
kasus ringan, hanya terjadi demam ringan, kelelahan ringan, dan
mungkin gejala ringan lainnya tanpa manifestasi pneumonia. Kasus
ringan biasanya tejadi pada anak-anak dan individu usia muda
dengan daya tahan tubuh bagus. Prognosis umumnya baik, kecuali
pada penderita COVID-19 lanjut usia dan yang memiliki penyakit
kronis, termasuk penyakit kronis yang “lazim” seperti diabetes.
b. Pemeriksaan Laboraturium
17
c. Pemeriksaan radiologis
Hasil pemeriksaan Röntgen pada bagian dada pasien COVID-19 juga
tergantung tingkat keparahan penyakit. Pada umumnya, hasil Rontgen paru
pasien COVID-19 menunjukkan perkembangan berikut:
1. Fase awal: Terdeteksi bercak-bercak kecil berganda (multiple small-
patched shadows) dan perubahan interstitial, khususnya di bagian
tepi paru.
2. Fase lanjut: Terjadi perkembangan bercak menjadi bayangan
perselubungan (ground glass opacity) berganda dan bayangan
infiltrasi pada kedua paru (bilateral).
3. Fase parah: Dapat terjadi konsolidasi paru. Namun demikian, pada
pasien COVID-19 jarang ditemukan efusi pleura.
18
diperkirakan sekitar 14 hari, sesuai masa inkubasi virus tersebut, tindakan
yang dapat dilakukan bagi semua orang untuk melindungi diri adalah
menjaga daya tahan tubuh. Kita harus dapat melawan virus Covid-19
tersebut menggunakan sistem imun alami tubuh. Caranya: Dengan
mengaktifkan sistem imun tubuh melalui penerapan pola hidup sehat:
1. Pola makan yang teratur, dengan gizi yang mencukupi dan
seimbang.
2. Minum air putih sedikitnya 6 gelas per hari, dan sebaiknya air
hangat.
3. Olahraga setidaknya 3 kali seminggu, masing-masing minimal 30
menit.
4. Menjaga kebersihan tubuh secara keseluruhan, yaitu mandi setiap
hari, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer setiap kali
akan makan/ minum dan keluar dari kamar mandi.
5. Istirahat cukup, tidur 6-8 jam/hari Dan, yang tak kalah penting,
menghindari stres akibat kepanikan dalam menyikapi wabah
COVID-19.
Dalam hal ini, berdoa dan mendekatkan diri kepada Yang Maha
Kuasa akan sangat membantu.
b. Tatalaksana terapi covid-19 farmakologis
Identifikasi awal dan penanganan tepat waktu pasien COVID-19
merupakan faktor krusial yang sangat menentukan hasil terapi. Sampai saat
ini, baik WHO maupun CDC belum mengeluarkan standar pengobatan
untuk virus Covid-19. Pengobatan yang dilakukan masih bersifat suportif,
sesuai gejala dan manifestasi klinis pasien. Di China, kasus terduga dan
terkonfirmasi diisolasi dan ditangani di rumah sakit rujukan, dengan kondisi
isolasi yang efektif dan protektif. Kasus terkonfirmasi ditangani di bangsal
yang sama, tetapi kasus yang masih terduga ditangani di ruangan terpisah
agar pasien tidak justru mengalami penularan. Kasus-kasus kritis harus
segera mungkin dirawat di ICU. Penatalaksanaan COVID-19 dapat dibagi
19
menjadi penatalaksanaan terapi secara umum, terapi pada kondisi berat dan
kritis, dan terapi lain-lain.
1) Terapi umum
Pasien diistirahatkan di tempat tidur, diberi terapi suportif yang
memadai, termasuk pemberian nutrisi yang adekuat. Keseimbangan
air dan elektrolit pasien dijaga guna memelihara stabilitas internal,
tanda-tanda vital termasuk saturasi oksigen diawasi secara cermat,
berbagai evaluasi (darah, rutin, indikator biokimiawi, fungsi organ,
dan lain-lain) dilakukan secara berkala, sesuai kondisi pasien. Jika
memungkinkan dilakukan uji sitokin. Terapi oksigen diberikan
secara efektif dan terukur. Untuk terapi farmakologis, pasien
COVID-19 secara umum mendapat terapi antivirus, walau sampai
akhir Maret 2020 belum satu pun obat antivirus secara resmi
direkomendasikan. Beberapa di antara antivirus yang digunakan
mengacu pada terapi ketika epidemi SARS dan MERS, beberapa
tahun lalu. Berikut ini adalah beberapa antivirus yang digunakan di
China untuk mengobati pasien COVID-19 di Wuhan:
1. Nebulisasi alpha-interferon (5.000.000 IU atau equivalen
per kali untuk dewasa, ditambah 2 mL aqua pro injeksi;
diberikan inhalasi 2 kali sehari) (Du & Qu, 2020).
2. Lopinavir/ritonavir (200 mg/50 mg per kapsul, 2 kali
sehari 2 kapsul untuk dewasa, lama terapi ≤10 hari). Obat
ini banyak digunakan untuk pasien HIV/ AIDS, namun
terbukti memberikan hasil yang baik pada pengobatan
pasien SARS (Chan et al., 2003; Chu et al., 2004).
3. Ribavirin (direkomendasikan untuk dikombinasi dengan
interferon atau lopinavir/ritonavir, 500 mg untuk dosis
dewasa, diinjeksikan intravena 2–3 kali sehari, lama terapi
≤10 hari). Kombinasi obat ini telah dilaporkan berhasil
mengatasi infeksi SARS dan MERS-CoV ketika terjadi
epidemi (Kim et al,, 2016).
20
4. Chloroquine phosphate (500 mg untuk dewasa, 2 kali
sehari, lama terapi ≤10 hari). Obat ini dilaporkan poten
sebagai penghambat infeksi pada pasien SARS melalui
ikatannya dengan ACE2, yang merupakan bagian
permukaan sel yang berikatan dengan protein S dari
SARS-CoV (Vincent et al., 2005).
5. Hydroxychloroquine phosphate, mekanisme serupa
dengan chloroquine, digunakan dengan dosis 400 mg 2 kali
sehari pada hari ke 1, kemudian 200 mg 2 kali sehari pada
hari ke 2-5 (Du & Qu, 2020).
6. Arbidol (200 mg untuk dewasa, 2 kali sehari, lama terapi
≤10 hari).
7. Remdesivir, obat ini dulu pernah digunakan untuk
mengatasi SARS dan MERS (Sheahan et al., 2020; Wang
et al., 2020).
Pada terapi antivirus di atas, perlu diwaspadai efek samping seperti
diare, mual, muntah, gangguan liver terkait penggunaan lopinavir/ritonavir,
termasuk interaksi antar-obat yang diberikan kepada pasien. Penggunaan
secara bersamaan 3 atau lebih obat antivirus tidak direkomendasikan, dan
pemberian obat yang menyebabkan efek samping harus dihentikan dengan
segera. Selain itu, penggunaan antibiotik yang tidak selektif dan tidak tepat
juga harus dihindarkan, terutama jika dikombinasikan dengan antibiotika
sprektrum luas (Du & Qu, 2020).
Untuk terapi menggunakan kombinasi hidroksiklorokuin dan
azitromisin, Gautret et al. (2020) membuktikan efektivitasnya dengan
membandingkan terapi kombinasi tersebut [6 pasien] dengan kontrol [16
pasien] dan terapi hidroksiklorokuin saja [14 pasien]. Pada hari ke-6,
seluruh pasien yang diterapi dengan kombinasi hidroksiklorokuin-
azitromisin (6/6) terkonfirmasi negatif virus Covid-19, sementara untuk
kontrol yang terkonfirmasi negatif hanya 12,5 persen (2/16) dan untuk terapi
hidroksiklorokuin terkonfirmasi negatif 57,1 persen (8/14). Secara statistik,
21
hasil uji klinis tersebut mengesankan, tetapi dengan jumlah sampel yang
terbatas seperti itu, masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
2) Terapi pasien kondisi berat dan kritis
Pada kondisi COVID-19 yang berat dan kritis, prinsip terapi yang
diberikan adalah aktif mencegah komplikasi, mengatasi penyakit penyerta yang
muncul, mencegah infeksi sekunder, dan menyediakan dukungan fungsi organ
tepat waktu. Selain itu, diberikan terapi terhadap symptom penyakit. Pada
kondisi ini diperlukan berbagai tindakan medis, antara lain:
1. Dukungan fungsi respirasi
a. Terapi oksigen: Pasien yang parah harus diberi inhalasi oksigen
melalui kateter nasal atau masker, dimulai dengan 5 mL/menit.
Harus selalu dipantau apakah gangguan fungsi pernafasan
dan/atau hipoksemia telah teratasi. Targetnya adalah SpO2 ≥90%
pada anak dan dewasa, dan SpO2 = 92–95% pada wanita hamil.
b. Oksigen nasal aliran tinggi (HFNO). Disebut juga sebagai terapi
ventilasi mekanik non-invasif, terapi oksigen ini diberikan jika
gangnguan pernapasan atau hipoksemia tidak berkurang dengan
terapi oksigen standar. Jika kondisi tidak membaik, atau bahkan
memburuk, dalam waktu singkat (1–2 jam), perlu dilakukan
intubasi endotrakeal atau ventilasi mekanik invasif.
c. Ventilasi mekanik invasif. Pada tahap terapi oksigen ini
digunakan strategi ventilasi pelindung paru, yaitu menggunakan
volume tidal yang rendah (4-8 mL/kg BB) dan tekanan inspirasi
rendah (tekanan platform <30 cm H2 O) guna mengurangi cedera
paru terkait ventilator. Perlu dipertimbangkan terapi PEEP
(positive-end expiratory pressure) bila pasien mengalami ARDS
(acute respiratory distress syndrome) sedang.
d. Terapi penyelamatan. Untuk pasien yang mengalami ARDS berat
perlu dilakukan terapi PEEP. Jika memungkinkan, dilakukan
ventilasi dengan prone position >12 jam per hari, dan bila
22
hasilnya masih buruk segera pertimbangkan ECMO
(extracorporeal membrane oxygenation).
2. Dukungan sirkulasi Pada prinsipnya diberikan resusitasi cairan yang
adekuat, perbaikan mikrosirkulasi, penggunaan obat vasoaktif, dan pemantauan
hemodinamik sesuai kebutuhan.
3) Terapi lain-lain
Pada mereka yang berusia muda, memiliki daya tahan tubuh relatif kuat,
COVID-19 sering tidak menunjukkan gejala asimptomatik. Pada kondisi seperti
ini umumnya orang lebih memilih penggunaan obat yang dianggap dapat
meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan virus. Banyak pertanyaan
terkait penggunaan obat-obat semacam imunomodulator dan herbal, juga
kortikosteroid. Bebarapa jawaban yang dapat diberikan atas berbagai
pertanyaan yang sempat terpantau adalah:
1. Kortikosteroid. Beberapa panduan terapi melarang penggunaan
kortikosteroid pada pasien COVID-19. Namun, tergantung tingkat
keparahan dari gejala tekanan pada pernapasan dan perkembangan
hasil pemeriksaan Röntgen paru, kortikosteroid dapat digunakan
dalam waktu yang singkat (3–5 hari) untuk menekan inflamasi (Lee
et al, 2004), jika hanya ada indikasi tertentu. Pemberian
kortikosteroid tidak boleh melebihi dosis yang ekuivalen dengan 1–
2 mg/kg/hari metilprednisolon. Perlu diperhatikan bahwa
penggunaan kortikosteroid dengan dosis yang lebih tinggi justru
akan menunda pembersihan coronavirus akibat efek imunosupresif
dari kortikosteroid. (Auyeung et al., 2005).
2. Imunostimulan. Imunomodulator yang menstimulasi sistem imun ini
diyakini dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan
virus Covid-19. Beberapa suplemen di bawah ini memiliki efek
terhadap sistem imun dan berpengaruh pada daya tahan tubuh virus
Covid-19.
a. Vitamin C. Banyak terkandung dalam bebuahan berwarna,
vitamin C banyak dilaporkan dapat meningkatkan sistem
23
imun, termasuk melindungi dari infeksi coronavirus
(Helmi, 2003). Tiga uji klinik membuktikan bahwa
vitamin C juga dapat menurunkan insiden pneumonia,
sehingga diduga dapat mencegah kerentanan terhadap
infeksi saluran nafas bawah (Hemila, 1997).
b. Zinc. Merupakan mineral renik dalam komponen diet,
zinc memiliki fungsi penting dalam pemeliharaan dan
perkembangan sistem imun, baik sistem imun yang innate
maupun adaptif. Kekurangan zinc dapat menyebabkan
kerentanan terhadap penyakit infeksi. Peningkatan
konsentrasi zinc intrasel dengan pyrithione dapat
menghambat replikasi virus RNA, termasuk SARS-CoV
(te Velthuis et al., 2010).
c. Selenium. Kekurangan selenium, mineral renik utama
reaksi reduksioksidasi pada mamalia, bukan hanya dapat
menyebabkan gangguan sistem imun, tetapi juga
membuat mutasi virus RNA lebih virulens (Harthill,
2011).
d. Meniran (Phylantus niruri). Herbal ini telah dibuktikan
dapat meningkatkan sistem imun dengan mengaktifkan
makrofag dan sel-sel inflamatori lainnya
(Tjandarawinata, et al, 2017).
e. Echinacea. Diperoleh dari Echinacea purpura, herbal ini
dapat meningkatkan sistem imun melalui aktivasi
neutrofil, makrofag, leukosit polimorfonuklear, dan sel
natural killer (NK) (Manayi et al, 2015). Dengan
demikian, Echinacea diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan tubuh melawan infeksi virus. Sediaan obat
dan suplemen yang mengandung berbagai komponen di
atas, baik tunggal maupun dalam kombinasi, dan dalam
berbagai nama dagang, dapat bermanfaat untuk menjaga
24
daya tahan tubuh menghadapi serangan virus. Namun,
perlu diperhatikan bahwa penggunaan imunostimulan
pada orang yang menderita penyakit autoimun tidak
diperbolehkan karena berisiko meningkatkan
kekambuhan penyakit autoimun yang dideritanya. Untuk
pemakaian jangka panjang Echinacea menurut data studi
terbaru, dinyatakan aman dikonsumsi secara terus
menerus selama 4 bulan (Jawad M, et al, 2012 &
Rondanelli M, et al, 2018).
3. Vaksinasi Sampai akhir Maret 2020, belum tersedia vaksin untuk
virus Covid-19. Vaksin yang beredar saat ini adalah untuk
pneumonia akibat infeksi mikroorganisme patogen lain dan vaksin
untuk influenza.
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
No. RM : 238xxx
Nama : Ny. FS
Banten.
Agama : ISLAM
Pendidikan : SMA
KESATUAN :-
a. Anamnesa :
j. Pemeriksaan Umum
- Nadi : 92
- RR : 20
- Suhu : 37 o
27
3.3 DATA UGD
Pasien datang ke UGD dengan memebawa hasil PCR positif dari RS Mayapada
hospital tanggal 4/03/21: Batuk dahak tidak dapat keluar hanya dapat mengganjal
di tenggorokan, sesak (-)
Hidung mampet (+), pilek (-), suami pernah kontak dengan tetangga yang (+) covid
19, demam (-)
Alergi : tidak
Hipertensi (-)
DM (-)
Data objektif :
TD : 133/87 mmHg
Pernafasan 20 x / menit
Nadi : 92 x / menit
BB : 72 kg
Suhu : 37o C
Saturasi : 92 %
28
Riwayat alergi : tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
EWS : 2
TD : 133/87
N : 92/menit
RR: 20 menit
Spo2 : 96 %
Suhu : 35,3o C
BAB : Normal
BAK : Normal
0,2. Pm nk
Zink 1x 20 mg, inj omz 2 x 40 mg, rinofed, inj resfar 1 x5 gram , inj. Remdesivir
1x 200 mg LD selanjutnya 1x 100 mg besok cek dedimer, CRP, ceratinin hasil
keluar konsul kardio.
Pemeriksaan fisik
GCS : 15
29
Eye : 4
Motorik : 6
Verbal : 5
Kardiovaskular
TD : 133/87 mmHg
Nadi : 72 min
Suhu : 36,8o C
O2 : 06%
Kulit kemerahan
CRT ≤ 3 detik
Irama teratur
Sistem gastrointestinal
Defekasi : normal
Sistem perkemihan :
Skor Norton : 20
Nutrisi parameter
Masalah keperawatan
30
Bagian bersihan pola jalan nafas tidak efektif
Tujuan terukur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam bersihan
pola nafas teratasi.
(Tanggal 07/03/2021)
Doctor assessment
GCS : E : 4, M : 6, V : 5
Pemeriksaan penunjang
d. Diagnose kerja
- Confirmed covid 19
- Kista hepar
Konsul dokter 1
Konsul dokter 2
02 sipm HK
Azithromycin 1x 500 mg
Zink 1x 20 mg
Drip pct 3x 1g
Inj. OMZ 2x 40 mg
31
3.4 CATATAN MEDIS AWAL RAWAT INAP
Anamnesis (-)
Keluhan utama : batuk (+) riwayat demam (+) hidung mampet (+) penurunan
penciuman (+)
Riwayat penyakit sekarang :
swab (+) tanggal 4/03/21 rs. Mayapada
riwayat penyakit dahulu (-)
riwayat penyakit dalam keluarga (-)
riwayat pekerjaan : PNS
status sosial : (-)
status ekonomi : (-)
status kejiwaan & kebiasaan : (-)
pemeriksaan umum
1. Kesadaran : CM
2. GCS E : 4, M : 6, V : 5
3. Tekanan darah : 133/87
4. Nadi : 92
5. Suhu 37 o C
6. Pernafasan : 20
Kepala, mulut, THT, leher, jantung, dada, dan payudara, perut, anggota gerak,
status neurologis, muskulos keletal → Normal semuanya
Pemeriksaan penunjang pre rawat inap
Laboratorium : Radiologi, EKG
- BP. Bilateral covid mild – moderate – progressive
- Kista hepar
Diagnosa kerja
- Confirmed covid
- Kista hepar
32
Pengobatan
Oz sipm NC
Azithromycin 1x 500 mg
Zink 1x 20 mg
Drip pct 3x 1 gr
Inj. Omeprazole 2x1 mg
Inj. Resfar 1x 5 mg
Inj. Remdesivir 1x 200 LD →1x 200 mg
33
3.5 Hasil Pemeriksaan Fisik
Tanggal
Nilai
Parameter 7/03 8/03 9/03 10/03 11/03 12/03 13/03
Normal
/2021 /2021 /2021 /2021 /2021 /2021 /2021
114/89 107/73 117/73 164/66 112/82 127/87 116/80
Tekanan 120/80 mmhg mmhg mmhg mmhg mmhg mmhg mmhg
Darah mmhg
Nafas 17-20 20 20 20 20 20 20 20
/menit x/menit
Nadi 60-80
84 92 94 91 92 92 92
/menit x/menit
34
3.6 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hematokrit 42 – 48 % 36 % L
35
Jenis Nilai Normal Tanggal 07/03/2021
Pemeriksaan (satuan) Pemeriksaan Pukul : 16.00
Hasil
Pemeriksaan
Hematokrit 42 – 48 % 36 % L
36
3.7 Data Penggunaan Obat
Tabel 3. Data Penggunaan Obat
Tanggal
No 8/03/2021 9/03/2021 10/03/2021 11/03/2021
Nama Obat Dosis Aturan Pakai
P S M P S M P S M P S M
1. Inj. Lovenox 0,6 2 x 0,6 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √ Stop
2. Inj. Remdesivir 1 x 200 mg (1) (2) √ (3) √ (4) √ (5) √ Stop
3. Resfar 1 x 5 qs (1) (2) √ (3) √ (4) √ Stop
4. Drip PCT 1 x 1 qs (1) (2) √ (3) √ (4) √ Stop
5. Omeprazole 2 x 40 mg (1) (2) √ (3) √ (4) √ Stop
6. Oral :
7. Azithromycin 1 x 500 mg √ √ √ √
8. Rhinofed 3x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
9. Zink 1 x 20 √ √ √ √
10. Isprinol 4x1
11. Recolfar 2 x 0,5 mg √ √ √ √ √ √ √ √
12. Imboost 1x1 √ √ √ √
13. Vit D 3 2 x 5000 √ √ √ √ √ √ √ √
14. Vit E 2 x 400 mg √ √ √ √ √ √ √ √
15. Sanadril Syrp 3 x 1 √ √ √ Stop
16. Selkom C 2 x 500 mg
37
Tanggal
No 12/03/2021 13/03/2021
Nama Obat Dosis Aturan Pakai
P S M P S M P S M P S M
1. Inj. Lovenox 0,6 2 x 0,6 mg
2. Inj. Remdesivir 1 x 200 mg
3. Resfar 1 x 5 qs
4. Drip PCT 1 x 1 qs
5. Omeprazole 2 x 40 mg
6. Oral :
7. Azithromycin 1 x 500 mg √ √ Stop
8. Rhinofed 3x1 √ √ √ √ Stop
9. Zink 1 x 20 √ Stop
10. Isprinol 4x1
11. Recolfar 2 x 0,5 mg √ √ √ Stop
12. Imboost 1x1 √ √ Stop
13. Vit D 3 2 x 5000 √ √ √ Stop
14. Vit E 2 x 400 mg √ √ √ Stop
15. Sanadril Syrp
16. Selkom C 2 x 500 mg Stop
38
3.8 Uraian Klinis Pasien
HASIL PEMERIKSAAN,
ANALISA RENCANA
HARI/TANGGAL SOAP
PENATALAKSAAN PASIEN
Subjektif Batuk
Dokter
Tekanan Darah : 107/73
Pukul : 7.30
Objektif N : 73
8/03/2021
SPO2 : 98
39
Observasi TTV
Plan
Terapi D demier
Intervensi keperawatan
Plan Observasi K/U : CM
Anjurkan pola nafas relasasi
Anjurkan minum air hangat
40
Subjektif Batuk (+)
K/U = tenang
SPO2 = 98 %
Objektif Tekanan Darah : 134/85
S/N : 382/95
Perawat
Kesadaran : CM
8/03/2021
RR : 20
Pukul : 21.00
Assessment Bagian pola nafas
Observasi TTV
Plan Support mental
Ajarkan batuk efektif
K/U : tenang
Kesadaran : CM
Terpasang venflon
Objektif Tekanan darah : 117/73
Perawat DM
S/N : 367/72
9/03/2021
RR : 20
SPO2 : 78
41
Subjektif Batuk
K/U : tenang
Kesadaran : CM
Terpasang venflon
Objektif Tekanan darah : 117/73
Dokter
S/N : 367/72
9/03/2021
RR : 20
SPO2 : 78
K/U : tenang
S/N : 367/72
Tekanan Darah : 104/66
Perawat
Objektif RR : 20
10/03/2021
Spo2 : 99
Pukul : 07.00
Tekanan Darah : 112/77
Observasi TTV
Plan Ajarkan batuk efektif
Anjurkan minum air hangat
42
Subjektif
Batuk
Vit D 600
Plan
Lovenox 0,6 mg/ 12 jam 1 (V)
Subjektif Batuk
Omeprazole 2 x 1
Plan
Diflatyl 3 x 1
Perawat
Subjektif
11/03/2021 Pasien mengatkan batuk
43
Tekanan Darah : 123/77
S/N : 36,4/ 84
Objektif
RR : 20
Sat : 98
Observasi TTV
Plan Anjurkan batuk efektif
Anjurkan minum hangat
Dokter
11/03/2021
Assessment Confirmed covid 19
GG 100 mg
Codein 10 mg
Plan Cetirizine 5 mg
Inj resfar stop
Sanadryl stop
Terapi lanjutkan
44
Subjektif
Batuk (+)
Inteervensi dilanjutkan
Obsevasi TTV
Plan
Anjurkan batuk efektif
Anjurkan minum air hangat
45
Anjurkan lovenox 0,6/ 12 jam III
Plan
D dimer 600
Dokter
12/03/2021 Assessment Confirmed covid 19
Omeprazole 2 x 1
Disflatyl : 3 x 1
Plan
Subjektif
Sudah tidak ada keluhan
BLDI
Plan + aspilet 8 mg/24 per oral
Inj. Lovenox Stop
46
Subjektif Sudah Tidak ada keluhan
KU : tenang
Tekanan Darah : 116/80
RR : 20
Objektif
Kesadaran : CM
S/N : 367/78
Dokter
Spo2 : 99
13/03/2021
Pukul : 08.00
47
3.9 RESUME MEDIS
48
3.10 RINGKASAN MASUK DAN KELUAR PASIEN
49
3.11 TERAPI OBAT PULANG
a. Injeksi Remdesivir
1. Indikasi
Sebagai obat uji untuk pengobatan COVID-19, berdasarkan pengalaman
pengembangan pengobatan infeksi virus Ebola, SARS-CoV, MERSCoV. Dari
beberapa uji in-vitro dan in-vivo, Remdesivir menunjukkan aktivitas antivirus
yang kuat, dan juga telah terbukti dapat mengurangi patologi pulmonari (uji
in-vitro). Remdesivir memiliki potensi efikasi klinis terhadap filovirus,
termasuk virus Ebola dan SARS-CoV-2.
2. Kontra Indikasi
- Tidak dianjurkan pada penderita COVID-19 dengan gangguan ginjal sedang
sampai berat.
- Tidak dianjurkan pemberian bersama antiviral yang lain karena dapat terjadi
antagonisme, sinergi atau tidak ada efek.
3. Mekanisme kerja
Remdesivir adalah analog nukleotida adenin dengan aktivitas antiviral
spectrum luas terhadap berbagai virus RNA, seperti SARS, MERS, dan Ebola.
Remdesivir mengalami konversi metabolik yang efisien dalam sel dan jaringan
menjadi metabolit nukleosida trifosfat aktif yang menghambat RNAdependent
RNA polymerase (RdRp) virus, tetapi tidak menghambat RdRp pasien. Dengan
demikian remdesivir menghambat COVID-19 pada stadium awal replikasi
virus.
50
4. Dosis
Penggunaan pada dewasa:
- Hari ke-1, 200 mg IV 1 x sehari (diinfus selama >30 menit) sebagai dosis
muatan (loading dose).
- Hari ke-2 sampai ke-10 diberikan 100 mg IV sekali sehari (diinfus selama
>30 menit).
Penggunaan pada anak dengan BB < 40 kg:
- Hari ke-1, 5 mg / kg IV 1 x sehari (diinfus selama >30 menit), sebagai dosis
muatan (loading dose).
- Hari ke-2 sampai ke-10, 2,5 mg / kg IV 1 x sehari (diinfus selama >30 menit).
Efek Samping Panas, infeksi pda tempat penyuntikan, trombosis vena atau
flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.
5. Interaksi Obat
Data interaksi remdesivir dengan obat lain belum diketahui dengan pasti karena
belum ada uji yang spesifik. Namun, berdasarkan karakteristik kelompok obat
serupa, penggunaan beberapa obat dapat mengakibatkan peningkatan atau
penurunan kadar remdesivir dalam darah, atau sebaliknya, misalnya pada
penggunaan remdesivir bersamaan dengan antivirus lain, antibiotic
(klaritromisin, rifampisin), fenitoin, fenobarbital, dan produk yang
mengandung bahan herbal St John’s Wort.
6. Efek samping
- Gangguan gastrointestinal, hepatotoksik.
- Dari data non klinik: Risiko terjadinya efek pada susunan saraf pusat,
pernapasan dan kardiovaskular rendah pada perkiraan kadar terapi pada
manusia.
- Dosis 150 mg IV 1 x sehari selama 7 – 14 hari pada manusia menunjukkan:
tidak ada kelainan uji laboratorium derajat 3 atau 4, terjadi peningkatan ALT
dan AST derajat 1 atau 2 tanpa abnormalitas pada bilirubin total, fosfatase
alkali atau albumin, dan tidak ada efek pada fungsi ginjal.
b. Injeksi Acetylcysteine
1. Indikasi
Resfar infusion adalah obat yang digunakan untuk mengobati keracunan atau
overdosis paracetamol baik yang disengaja maupun tidak. Resfar infusion
51
mengandung Acetylcysteine, obat yang termasuk agen mukolitik yaitu obat yang
berfungsi mengencerkan dahak.
2. Kontraindikasi
Hipersensitivitas, alergi terhadap kandungan resfar infusion.
3. Efek Samping:
Umum dan relative ringan yaitu gangguan pada saluran pencernaan missal mual
dan muntah. Yang lebih serius tetapi jarang terjadi seperti bronkospasme,
angioedema, ruam, pruritis, hipotensi, takikardia, hipertensi, kulit kemerahan,
bengkak pada wajah, dispnea, sesak napas, sinkop, berkeringat, arthalgia,
pengelihatan kabur, gangguan fungsi hati, asidosis, kejang dan kadang-kadang
demam.
4. Interaksi obat
Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain,
sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat
bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan
tubuh. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda
konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan
Resfar Infusion adalah: Penggunaan bersamaan dengan antibiotik tetracycline harus
diberi jarak minimal 2 jam. Penggunaan bersamaan dengan gliserol trinitrat
(nitrogliserin) dapat menyebabkan peningkatan efek vasodilatasi dan aliran darah.
Resfar infusion dapat diberikan bersamaan dengan bronkodilator umum, dan
vasokonstriktor.
5. Dosis:
150 mg/kg berat badan dalam 60 menit, diikuti dengan dosis berikutnya 50 mg/kg
berat badan dengan kecepatan lambat.
Infusion diberikan setiap 4 jam untuk perawatan selama 72 jam.
c. Azithromycin
1. Indikasi
Azitromisin diindikasikan untuk pengobatan pasien dengan infeksi ringan sampai
sedang yang disebabkan oleh galur mikroorganisme yang peka, seperti infeksi
saluran napas atas (tonsillitis, faringitis), infeksi saluran napas bawah (eksaserbasi
bakterial akut, penyakit paru obstruktif kronik, pneumonia komunitas), infeksi kulit
dan jaringan lunak, penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual (Sexually
52
Transmitted Disease), uretritis, servisitis yang berkaitan dengan Chlamydia
trachomatis, Ureaplasma urealyticum dan Neisseria gonorrhoea.
d. Injeksi Paracetamol (BPOM 2020)
1. Indikasi
- Untuk menurunkan demam yang menyertai flu; dan demam setelah imunisasi.
- Meringankan rasa nyeri pada nyeri ringan seperti sakit kepala, sakit gigi dan sakit
pada otot.
2. Kontraindikasi
Jangan digunakan pada penderita yang menderita kerusakan hati hipersensitif
terhadap parasetamol.
3. Interaksi obat
- Antikoagulan: penggunaan parasetamol jangka panjang dapat meningkatkan efek
antikoagulan kumarin
- Sitotoksik: parasetamol dapat menghambat metabolisme busulvan intravena
(monitor selama 72 jam pemberian bersama dengan parasetamol)
- Hipolipidemik: absorpsi parasetamol menurun karena kolestiramin
- Metoklopramid: absorpsi parasetamol meningkat karena metoklopramid
- Kolestiramin menurunkan absorpsi parasetamol.
- Parasetamol dapat menghambat metabolisme busulfan yang diberikan secara
intravena (disarankan untuk memberikan busulfan secara hati-hati dalam waktu
72 jam pada pemberian bersama dengan parasetamol).
4. Efek samping
Penggunaan dosis tinggi dapat menimbulkan kerusakan hati, reaksi
hipersensitivitas seperti kemerahan atau gatal pada kulit. Hentikan penggunaan obat
dan segera hubungi dokter jika mengalami efek samping.
5. Dosis
3-4 x sehari. Minimum interval penggunaan dosis adalah 4 jam dan tidak melebihi
4 x dalam 24 jam. Dewasa: 500 mg -1000 mg, 3-4 x sehari; Anak 6- 12 tahun, 250
mg - 50 mg, 3-4 x sehari.
e. Zinc sulfat IONI 2014
Pada dasarnya, pentingnya zinc untuk fungsi kekebalan tubuh dan diberbagai telah
dibuktikan dalam beberapa penelitian. Kekurangan zinc menjadi salah satu faktor atas
16 persen kasus infeksi saluran pernapasan atau ISPA.
53
Hal ini menunjukkan adanya hubungan defisiensi zinc dengan risiko infeksi dan
perburukan infeksi COVID-19. Lalu, studi tersebut juga menunjukkan potensi
manfaat zinc untuk pasien COVID-19. Menurut beberapa studi ilmiah, zinc dapat
melindungi dari infeksi pernapasan misalnya flu. Bahkan, bisa mengurangi gejalanya.
Berdasarkan studi pada 2019, terhadap 64 pasien rumah sakit usia anak-anak yang
mengalami infeksi saluran pernapasan akut. Ternyata, pengobatan dengan memberikan
30 mg zinc setiap hari dapat menurunkan waktu infeksi.
Bahkan, pasien yang mendapatkan pengobatan tersebut bisa lebih cepat perawatannya.
Hal ini diharapkan dapat membantu proses pembersihan virus dari saluran pernapasan
manusia.
1. Indikasi:
Mengobati defisiensi zinc
Peringatan:
Jangan mengonsumsi zinc sulphate jika Anda memiliki riwayat alergi dengan
obat ini.
Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menuyusui, atau merencanakan
kehamilan, sebelum menggunakan zinc sulphate.
Jangan mengonsumsi suplemen zinc sulphate melebihi dosis atau durasi yang
disarankan oleh dokter.
Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter apabila ingin memberikan suplemen
zinc sulphate kepada anak-anak.
Beri tahu dokter jika Anda mengalami gangguan ginjal atau memiliki kadar
tembaga yang rendah dalam darah.
Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi suplemen lain, obat-obatan
tertentu, dan bahan herba.
Jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis, segera temui dokter.
2. Dosis
Dewasa: Untuk sediaan tablet, dosis 50 mg per hari. Untuk sediaan sirop, dosis 10-
20 mg sekali sehari. Anak usia 9-13 tahun: Sediaan sirop, dosis 10-20 mg sekali
sehari. Anak-anak usia 4-8 tahun: Sediaan sirop, 10 mg sekali sehari. Anak-anak
usia 1-3 tahun: Sediaan sirop, 5 mg sekali sehari.
54
3. Efek Samping:
Sakit perut,Mual, Rasa panas di dada (Heartburn), Muntah, Diare, Sakit kepala,
Pusing
f. Flumucyl (BPOM 2020)
Flumucyl mengandung acetylcystei 200 mg.
1. Indikasi:
Mengencerkan dahak yang kental pada bronkus dan paru, seperti pada: bronkitis
akut, kronik, dan akut berulang, bronkiektasis, emfisema, mucovisidosis, sehingga
dapat dikeluarkan dengan mudah.
2. Peringatan:
- Selama pengobatan, penderita asma harus dimonitor, pengobatan dihentikan
bila ada tanda-tanda bronkospasme.
- Bau sulfur yang ada bukan tanda dari kerusakan obat, hanya merupakan sifat
zat berkhasiatnya.
- Pada penderita dengan riwayat gastritis, sebaiknya diberikan setelah makan.
- Pemberian pada wanita hamil dan menyusui Pada beberapa penelitian baik
pada hewan maupun manusia menunjukkan pemberian asetilsistein tidak
menimbulkan efek teratogenik maupun efek samping berbahaya, akan tetapi
selama kehamilan dan menyusui pemberian asetilsistein harus di bawah
pengawasan dokter.
- Pemberian pada anak yang masih minum ASI dan anak kecil
3. Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap acetylcystein.
4. Interaksi obat
- Pemberian bersama obat penekan batuk (antitusif) dapat menyebabkan
penghentian sekresi yang berbahaya, seiring berkurangnya batuk.
- Penggunaan dengan tetrasiklin HCl harus diberikan secara terpisah dengan
interval waktu sekurangnya 2 jam.
- Pemberian bersama nitrogliserin mungkin dapat menyebabkan peningkatan
efek vasodilatasi dan aliran darah dari nitrogliserin.
5. Efek Samping:
Pirosis, mual, muntah, dan diare jarang terjadi. - Stomatitis, pusing dan telinga
berdengung (tinitus). - Reaksi alergi, seperti gatal, urtikaria, cutaneous eruption
55
(exanthema, rash), kesulitan bernapas (bronkospasme), denyut jantung yang cepat
dan turunnya tekanan darah. - Bronkospasme pada pasien dengan bronkus yang hiper
reaktif, disebut “Hyper Responder” (yaitu pada pasien dengan peningkatan
sensitivitas akibat berbagai stimuli)
6. Dosis:
- Dewasa dan anak >14 tahun: 1 Kapsul 2-3 x sehari (setara dengan 400 – 600
mg Nasetilsistein per hari) Untuk anak 6 – 14 tahun: 1 kapsul 2 x sehari (setara
dengan 400 mg N-asetilsistein per hari).
- Pada kasus mukovisidosis: Anak >6 tahun: 1 kapsul 3 x sehari (setara dengan
600 mg N-asetilsistein per hari).
56
Obat kanker (altretamin, cisplatin). Dapat meningkatkan efek samping obat
kanker.
5. Dosis
Selkom C tersedia dalam bentuk sediaan kapsul dengan kekuatan dosis per kapsulnya
mengandung:
Vitamin B1: 10 mg, Vitamin B2: 5 mg, Vitamin B6: 5 mg, Vitamin B12: 5 mcg,
Nicotinamide: 20 mg, Calcium Panthotenate: 10 mg, Vitamin C 500: mg
h. Recolfar
Penggunaan kolkisin (colchicine) sebagai antiinflamasi terbukti efektif pada pasien
dengan perikarditis secara umum. terbukti pada uji coba GRECCO-19 trial dengan
bukti pencegahan terjadinya perburukan pada pasien yang mendapatkan kolkisin.
Hingga saat ini kolkisin sebagai terapi cedera miokardium masih diteliti dalam
COLHEART-19 trial.
1. Indikasi
Gout akut, profilaksis jangka pendek selama terapi awal dengan alopurinol dan
urikosurik.
Peringatan:
Menyusui, lansia, penyakit saluran cerna, payah jantung, gangguan fungsi hati dan
gangguan fungsi ginjal.
2. Interaksi
- dapat meningkatkan risiko nefrotoksisitas dan miotoksisitas jika siklosporin
diberikan bersama
- antibakteri: meningkatkan risiko toksisitas kolkisin jika diberikan bersama
klaritromisin atau eritromisin
3. Kontraindikasi:
kehamilan
4. Efek Samping:
paling lazim mual, muntah, dan nyeri pada perut; dosis yang berlebihan juga
dapat menyebabkan diare berat, perdarahan saluran cerna, ruam, kerusakan
pada ginjal dan hati, jarang neuritis perifer, miopati, alopesia, dan gangguan
darah pada pengobatan yang lama.
5. Dosis:
57
dosis awal 1 mg, diikuti oleh 500 mcg setiap 2-3 jam sampai rasa nyeri hilang
atau erjadi muntah atau diare, atau hingga dosis total 10 mg tercapai.
Pengobatan tidak boleh diulang dalam selang 3 hari. Pencegahan serangan
selama pengobatan awal dengan alopurinol atau urikosurik, 500 mcg 2-3 kali
sehari.
i. Isprinol
1. Indikasi
Methisoprinol adalah obat antivirus untuk mengobati herpes simpleks, kutil kelamin,
dan sclerosing panencephalitis. Obat ini juga dikenal dengan nama inosine pranobex
atau isoprinosine.
Methisoprinol bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan dan penyebaran virus
di dalam tubuh. Obat ini juga dapat meningkatkan kerja sistem kekebalan tubuh,
sehingga membantu tubuh melawan infeksi.
2. Dosis
Tiap methisoprinol tablet mengandung 500 mg methisoprinol, sedangkan
methisoprinol sirop mengandung 250 mg methisoprinol dalam setiap 1 sendok teh
(5 ml).
Tablet : Dewasa: 6–8 tablet per hari yang dibagi ke dalam beberapa kali jadwal
konsumsi. Anak-anak: 3–4 tablet per hari yang dibagi ke dalam beberapa kali jadwal
konsumsi.
Sirup: Dewasa: 10 ml, 6–8 kali per hari. Anak usia >7 tahun atau berat badan >21
kg: 5 ml, 6 kali per hari. Anak usia 3–7 tahun atau berat badan 14–21 kg: 3,75 ml, 6
kali per hari. Anak usia 1–3 tahun atau berat badan 9–14 kg: 2,5 ml, 6 kali per hari.
Anak usia <1 tahun atau berat badan <9 kg: 1,25 ml, 6 kali per hari.
3. Interaksi
Methisoprinol dapat menimbulkan efek interaksi obat berupa peningkatan
konsentrasi zidovudine jika kedua obat ini digunakan secara bersamaan.
4. Efek samping
Salah satu efek samping dari penggunaan methisoprinol adalah peningkatan kadar
asam urat di dalam darah. Efek samping lain yang bisa timbul setelah mengonsumsi
methisoprinol antara lain diare, konstipasi, pusing, mual, untah, sakit perut, sakit
kepala, insomnia.
58
j. Imboost
1. Indikasi
Imboost bermanfaat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Obat herbal ini
akan melindungi tubuh dari serangan virus, seperti batuk pilek biasa (common cold)
dan flu. Imboost memiliki beberapa jenis, seperti Imboost Tablet, Imboost Force,
Imboost Force Extra Strength, Imboost Kids Sirup, dan Imboost Force Sirup.
Imboost dijual secara bebas di pasaran. Bahan utama dalam obat ini adalah ekstrak
tumbuhan echinacea, yang termasuk dalam keluarga bunga aster. Ekstrak tumbuhan
ini diduga efektif untuk mengurangi gejala batuk pilek.
2. Dosis
Imboost Tablet. Dewasa: 3 kali 1 tablet per hari
Imboost Force. Dewasa: 3 kali 1 tablet per hari
Imboost Force Extra Strength. Dewasa: 1 kali 1 tablet per hari
Imboost Kids Sirup. Usia 2–6 tahun: 1–2 kali 5 ml per hari, > 6 tahun: 3 kali 5 ml
per hari
Imboost Force Sirup. Usia 2–6 tahun: 3 kali 2,5–5 ml per hari, > 7 tahun: 3 kali 5
ml per hari
Peringatan:
- Hindari mengonsumsi Imboost jika memiliki riwayat alergi dengan echinacea
atau bahan yang terkandung di dalam produk ini.
- Hindari mengonsumsi obat ini jika Anda menderita penyakit autoimun atau
sedang mengonsumsi obat imunosupresif.
- Hati-hati dalam mengonsumsi obat ini jika menderita HIV/AIDS, gangguan
penyerapan nutrisi, rheumatoid arthritis, diabetes, atau sedang menjalani cuci
darah.
3. Efek samping
Jika Imboost dikonsumsi lebih dari dosis yang dianjurkan akan menimbulkan efek
samping berupa: gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, diare, atau sakit
maag. Rasa gelisah, detak jantung lebih cepat, atau sakit kepala. Efek samping ini
terjadi jika Imboost dikonsumsi bersama kafein. Imboost tidak disarankan untuk
dikonsumsi dengan obat imunosupresif, karena obat ini dapat menurunkan
efektivitas obat imunosupresif.
59
k. Injeksi Lovenox
1. Indikasi
Enoxaparin adalah obat untuk mencegah atau mengatasi deep vein thrombosis.
Selain itu, obat ini juga bisa digunakan untuk mencegah komplikasi akibat angina
tidak stabil.
Enoxaparin bekerja dengan cara mengurangi aktivitas protein yang bertugas
membekukan darah, sehingga mencegah terbentuknya gumpalan darah. Gumpalan
darah berisiko terjadi pada seseorang yang menjalani operasi perut, operasi lutut,
operasi panggul, atau tirah baring dalam jangka waktu yang lama.
2. Dosis
Enoxaparin bisa diberikan melalui suntikan ke bawah kulit (subcutan/SC). Suntikan
enoxaparin akan langsung diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah
pengawasan dokter. Berikut adalah dosis penggunaan enoxaparin berdasarkan
tujuan penggunaan dan usia pasien
Tujuan: Mencegah deep vein thrombosis
Pasien dewasa yang menjalani operasi daerah perut: Dosisnya 40 mg, 2 jam
sebelum operasi. Pasien dewasa yang menjalani operasi penggantian lutut atau
panggul: Dosisnya 30 mg tiap 12 jam, dimulai 12–24 jam setelah operasi. Durasi
pengobatan 10–35 hari. Anak-anak usia <2 bulan: 0,75 mg/kgBB, tiap 12 jam.
Anak-anak usia ≥2 bulan: 0,5 mg/kgBB, tiap 12 jam.
Tujuan: Mengobati deep vein thrombosis
Dewasa: 1 mg/kgBB, tiap 12 jam, atau 1,5 mg/kgBB, 1 kali sehari per hari. Anak
usia <2 bulan: 1,5 mg/kgBB, tiap 12 jam. Anak usia ≥2 bulan: 1 mg/kgBB, tiap 12
jam.
Tujuan: Mencegah terjadinya komplikasi dari angina tidak stabil
Dewasa: 1 mg/kgBB, tiap 12 jam.
3. Interaksi
Risiko terjadinya perdarahan bisa meningkat jika enoxaparin digunakan bersamaan
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti aspirin, ibuprofen, atau naproxen.
Antikoagulan, seperti warfarin atau heparin
Antiplatelet, seperti abciximab, clopidogrel, dipyridamole, prasugrel, atau
ticagrelor. Trombolitik, seperti alteplase. Suplemen herbal tertentu, seperti ginkgo
biloba, garlic (bawang putih), ginseng, jahe
60
Risiko terjadinya hiperkalemia juga bisa meningkat bila enoxaparin digunakan
dengan ACE Inhibitor, seperti benazepril, captopril, enalapril, atau ramipril.
Angiotensin IIreceptor blockers (ARB), seperi candesartan atau losartan. Diuretik
hemat kalium, seperti amiloride atau spironolactone. Obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS). Ciclosporin, tacrolimus, atau trimethoprim.
4. Efek samping
Nyeri, bengkak, memar, atau kemerahan pada area suntikan, demam, sakit perut.
Enoxaparin dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan.
l. Injeksi Omeprazole
1. Indikasi
Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung dan duodenum yang terkait
dengan AINS, lesi lambung dan duodenum, regimen eradikasi H. pylori pada tukak
peptik, refluks esofagitis, Sindrom Zollinger Ellison.
2. Dosis
Tukak lambung dan tukak duodenum (termasuk yang komplikasi terapi AINS), 20
mg satu kali sehari selama 4 minggu pada tukak duodenum atau 8 minggu pada
tukak lambung; pada kasus yang berat atau kambuh tingkatkan menjadi 40 mg
sehari; pemeliharaan untuk tukak duodenum yang kambuh, 20 mg sehari;
pencegahan kambuh tukak duodenum, 10 mg sehari dan tingkatkan sampai 20 mg
sehari bila gejala muncul kembali.
Tukak lambung atau tukak duodenum karena AINS dan erosi gastroduodenum, 20
mg sehari selama 4 minggu, diikuti 4 minggu berikutnya bila tidak sepenuhnya
sembuh; profilaksis pada pasien dengan riwayat tukak lambung atau tukak
duodenum, lesi gastroduodenum, atau gejala dispepsia karena AINS yang
memerlukan pengobatan AINS yang berkesinambungan, 20 mg sehari.
Tukak duodenum karena H. pylori menggunakan regimen eradikasi.
Sindrom Zollinger Ellison, dosis awal 60 mg sekali sehari; kisaran lazim 20-120
mg sehari (di atas 80 mg dalam 2 dosis terbagi).
Pengurangan asam lambung selama anestesi umum (profilaksis aspirasi asam), 40
mg pada sore hari, satu hari sebelum operasi kemudian 40 mg 2-6 jam sebelum
operasi.
Penyakit refluks gastroesofagal, 20 mg sehari selama 4 minggu diikuti 4-8 minggu
berikutnya jika tidak sepenuhnya sembuh; 40 mg sekali sehari telah diberikan
61
selama 8 minggu pada penyakit refluks gastroesofagal yang tidak dapat
disembuhkan dengan terapi lain; dosis pemeliharaan 20 mg sekalis sehari.
Penyakit refluks asam (Penatalaksanaan jangka panjang), 10 mg sehari meningkat
sampai 20 mg sehari jika gejala muncul kembali. Dispepsia karena asam lambung,
10-20 mg sehari selama 2-4 minggu sesuai respons. Esofagitis refluks yang
menyebabkan kondisi tukak yang parah (obati selama 4-12 minggu). ANAK di atas
1 tahun, berat badan 10-20 kg, 10 mg sekali sehari, jika perlu ditingkatkan menjadi
20 mg sekali sehari; Berat badan di atas 20 kg, 20 mg sekali sehari jika perlu
ditingkatkan menjadi 40 mg sehari; Pemberian harus diawali oleh dokter anak di
rumah sakit.
Anak. Neonatus 700 mcg/kg bb satu kali sehari, ditingkatkan jika perlu setelah 7-
14 hari menjadi 1,4 mg/kg bb, beberapa neonatus memerlukan hingga 2,8 mg/kg bb
satu kali sehari; Usia 1 bulan-2 tahun: 700 mcg/kg bb satu kali sehari, ditingkatkan
jika perlu menjadi 3 mg/kg bb (maks. 20 mg) satu kali sehari; Berat badan 10-20
kg, 10 mg satu kali sehari ditingkatkan jika perlu menjadi 20 mg satu kali sehari
(pada kasus refluks esofagitis ulseratif yang parah, maks. 12 minggu dengan dosis
lebih tinggi); Berat badan > 20 kg, 20 mg satu kali sehari ditingkatkan jika perlu
menjadi 40 mg satu kali sehari (pada kasus refluks esofagitis ulseratif, maks. 12
minggu dengan dosis lebih tinggi).
Eradikasi H. pylori pada anak (dalam kombinasi dengan antibakteri, lihat 1.3): Usia
1-12 tahun, 1-2 mg/kg bb (maks. 40 mg) satu kali sehari; Usia 12-18 tahun: 40 mg
satu kali sehari.
Injeksi intravena diberikan selama 5 menit atau melalui infus intravena; profilaksis
aspirasi asam, 40 mg harus telah diberikan seluruhnya, 1 jam sebelum operasi.
Refluks gastroesofagal, tukak duodenum dan tukak lambung, 40 mg sekali sehari
hingga pemberian oral dimungkinkan.
Anak. Injeksi intravena selama 5 menit atau dengan infus intravena: Usia 1 bulan-
12 tahun: dosis awal 500 mikrogram/kg bb (maks. 20 mg) satu kali sehari,
ditingkatkan menjadi 2 mg/kg bb (maks. 40 mg) jika diperlukan.; Usia 12-18 tahun,
40 mg satu kali sehari.
Pemberian pada anak: Oral, sama dengan dewasa.
Enteral: Buka kapsul omeprazol, larutkan omeprazol dalam sejumlah air
secukupnya atau dalam 10 mL Natrium Bikarbonat 8,4% (1mmol Na+/mL).
Biarkan selama 10 menit sebelum diberikan.
62
Infus intermiten intravena, encerkan larutan rekonstitusi pada kadar 400
mikrogram/mL dengan glukosa 5% atau Natrium Klorida 0,9%, berikan selama 20-
30 menit.
3. Efek samping
Dilaporkan paraesthesia, vertigo, alopesia, ginekomastia, impotensi, stomatitis,
ensefalopati pada penyakit hati yang parah, hiponatremia, bingung (sementara),
agitasi dan halusinasi pada sakit yang berat, gangguan penglihatan dilaporkan pada
pemberian injeksi dosis tinggi.
J. Rhinofed
Rhinofed adalah obat produksi Dexa Medica. Obat ini tersedia dalam bentuk sirup
dan tablet. Rhinofed mengandung pseudoephedrine dan terfenadine yang
digunakan untuk membantu mengobati rinitis alergi dan rinitis vasomotor, meliputi
hidung tersumbat, bersin-bersin, dan hidung berair.
Kandungan pseudoephedrine berfungsi untuk mengatasi gejala hidung tersumbat
pada kasus flu atau pilek. Sementara itu, terfenadine berfungsi untuk mengatasi
reaksi alergi.
Kegunaan Rhinofed
Rhinofed digunakan untuk mengatasi alergi dan rinitis vasomotor.
Dosis dan Cara Penggunaan Rhinofed
Rhinofed sirup termasuk obat bebas terbatas sehingga penggunaan dapat dilakukan
tanpa anjuran dokter, tetapi dengan memperhatikan beberapa peringatan. Sementara
itu, Rhinofed tablet tergolong obat keras sehingga hanya bisa digunakan dengan
resep dokter.
Adapun aturan penggunaan Rhinofed adalah sebagai berikut:
Rhinofed Sirup
Anak-anak usia < 12 tahun: diminum 3 kali sehari 1 sendok teh.
Rhinofed Tablet
Dewasa dan anak-anak usia > 12 tahun: diminum 3 kali sehari 1-2 tablet.
Cara Penyimpanan Rhinofed
Simpan pada suhu di bawah 30 derajat Celsius, di tempat kering dan terhindar dari
cahaya.
Efek Samping Rhinofed
Ada kemungkinan efek samping yang bisa muncul selama penggunaan Rhinofed,
di antaranya:
63
Gangguan makan.
Mual, muntah.
Ketidaknyamanan lambung.
Mulut kering.
Insomnia.
Gelisah.
Jantung berdebar.
Takikardia (detak jantung melebihi 100 kali per menit).
Kontraindikasi
Bagi orang-orang yang memiliki kondisi di bawah ini, tidak disarankan untuk
menggunakan Rhinofed:
Mempunyai insufisiensi koroner.
Memiliki aritmia.
Memiliki hipertensi berat.
Interaksi Obat
Penggunaan Rhinofed tidak boleh dilakukan bersamaan dengan jenis obat-
obatan berikut:
Simpatomimetik lainnya dan MAOI, dapat meningkatkan tekanan darah.
Antibiotik makrolida atau antijamur azole.
K. Sanadryl
Sanadryl Expectorant adalah obat batuk yang mengandung Diphenhydramine HCl,
Ammonium Cl, K Guaiacolsulfonate, Na citrate, mentol. Sanadryl Expectorant
digunakan untuk membantu mengatasi gejala-gejala alergi dan flu, misalnya hidung
mampet, bersin-bersin, mata berair, mata atau hidung yang gatal, digunakan
meringankan batuk berdahak karena alergi. Kandungan Difenhidramin HCl pada
dapat menyebabkan kantuk.
Kegunaan Sanadryl Expectorant
Sanadryl Expectorant digunakan untuk meringankan batuk produktif akibat reaksi
alergi dan batuk berdahak.
Dosis & Cara Penggunaan Sanadryl Expectorant
Anjuran penggunaan Sanadryl Expectorant:
Dewasa: 2 sendok teh.
Anak 6-12 tahun: 1 sendok teh (5 mL). Semua dosis harus diminum 3-4 kali sehari.
Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.
64
Efek Samping Sanadryl Expectorant
Efek samping yang mungkin terjadi selama pengunaan Sanadryl Expectorant, yaitu:
1. Pusing atau sakit kepala.
2. Mengantuk.
3. Mulut kering.
4. Lelah.
5. Sulit buang air kecil.
7. Sekresi saluran pernapasan mengental
8. kejang (dosis besar).
Interaksi Obat:
Berikut adalah beberapa Interaksi obat yang umumnya terjadi saat penggunaan
Sanadryl Expectorant:
1. Tindakan yang diperpanjang oleh Monoamin Oksidase Inhibitor.
2. Dapat mempotensiasi depresan SSP lainnya.
L. Vit E
Vitamin E, antioksidan yang ditengarai dapat memperlambat proses kerusakkan
organ ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan pada pria maupun
wanita, khususnya pada kaum pria. Dosis yang direkomendasikan adalah 200-600
IU per hari.
Berikut adalah beberapa efek samping vitamin E apabila dikonsumsi berlebihan:
Stroke perdarahan (terutama apabila dikonsumsi sebesar 300-800 IU/hari)
Kanker prostat
Mual hingga muntah
Diare
Nyeri perut
Lemas
Nyeri kepala
Pandangan kabur
Kemerahan pada kulit
Lebam
Perdarahan
Vitamin E hendaknya tidak dikonsumsi pada kodisi berikut ini:
Hamil muda
Sebelum menjalani prosedur angioplasti
65
Defisiensi vitamin K
Penderita retinitis pigmentosa
Gangguan pembekuan darah
Kanker kepala-leher
Kanker prostat
Sedang atau akan menjalani operasi (hentikan konsumsi setidaknya 2 minggu sebelum
operasi).
1. Meningkatkan daya tahan tubuh
2. Menghambat penuaan
3. Meningkatkan peluang hamil
4. Menyehatkan paru-paru
5. Menyehatkan rambut dan kulit kepala
M. Vit D3
Wellness Vitamin D3 adalah suplemen yang mengandung vitamin D3. Wellness
Vitamin D3 digunakan untuk membantu memelihara kesehatan tulang dan gigi,
membantu mencegah rakhitis pada anak-anak yang disebabkan oleh kekurangan
vitamin D dan kalsium. Wellness Vitamin D3 juga dapat digunakan untuk membantu
mengurangi gejala pengroposan tulang di kemudian hari.
Kegunaan Wellness Vitamin D3
Wellness Vitamin D3 digunakan untuk membantu memelihara kesehatan tulang dan
gigi.
Dosis & Cara Penggunaan Wellness Vitamin D3
Wellness Vitamin D3 dapat diminum 1-2 kapsul perhari atau sesuai anjuran Dokter.
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu dibawah 30 derajat Celcius, ditempat yang kering.
Efek Samping Wellness Vitamin D3
Belum ada efek samping yang dilaporkan. Jika terjadi efek samping yang tidak
diinginkan, maka segera hubungi Dokter.
Kontraindikasi
Hindari penggunaan Wellness Vitamin D3 pada pasien yang memiliki indikasi
hipersensitif.
66
3.13 Drug Related Problem Pada Terapi Pasien
Tabel 5. DRP
Dextromethorphan
+ triprolidine
(moderate)
vitamin E +
Enoxaparin
(moderate)
paracetamol +
remdesivir
(moderate)
azitromisin +
remdesivir
(moderate)
67
8 Pasien tidak - -
menggunakan obat
karena suatu sebab
Obat Signifikan
68
Anda menderita penyakit
69
perdarahan lain seperti
kelemahan.
menguning.
70
hati, dan menggunakannya sebelum dan selama
71
BAB IV
PEMBAHASAN
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Interaksi obat kategori major dan moderate harus dimonitoing untuk menghindari KTD
2. Pasien mengalami perbaikan disetiap harinya tidak ada gejala berat yang dirasakan oleh
pasien selain batuk yang kemudian diberikan sanadryl syrup
3. Kondisi pasien membaik dan tidak terdapat keluhan lagi sehingga pasien diijinkan
pulang untuk rawat jalan.
B. Saran
1. Perlu adanya monitoring kondisi pasien terkait terapi pengobatan.
2. Penggunaan Obat yang mempunyai potensi interaksi harus dihindari diberikan secara
terus menerus jika ada alternatife lain.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pom RI. 2014. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto. Jakarta.Hal 41-
306
Badan Pom RI. 2020. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto. Jakarta.Hal 73-
110
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Pedoman Tatalaksana
COVID-19 Edisi 3. 2020. Jakarta
(https://www.drugs.com/drug_information.html),