Anda di halaman 1dari 137

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

APOTEK MEDIZONE SAWAH BESAR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Apoteker (APT)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh :
SITI KHAIRUNNISA ARAHMAH 2143700101

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PROGRAM STUDI


PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIZONE SAWAH BESAR
PERIODE 9 MEI-31 MEI 2022

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar


Apoteker Program Studi Profesi Apoteker

Disusun Oleh :
SITI KHAIRUNNISA ARAHMAH 2143700101

Telah disetujui oleh :


Pembimbing Fakultas Pembimbing PKPA

apt. Adeliana, S.Farm

apt. Rabima, M.Farm


NIDN : 03100171003
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker

apt. Nuzul Fajriani, M.Sc


NIDN : 0318119103

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


1. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik Apoteker baik di Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta maupun di Universitas lain.
2. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini murni gagasan, rumusan dan
penilaian penyusun tanpa bantuan pihak lain, kecuali tim pembimbing.
3. Dalam Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker tidak terdapat karya atau
pendapat yang telah ditulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam
naskah dengan disebutkan dan atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara
tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan
disebutkan nama pengarang serta dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya, apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan atau ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
penyusun bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan gelar serta
sangsi lainnya sesuai peraturan perundang–undangan dan norma akademik
yang berlaku di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Jakarta, 31 Mei 2022

Siti Khairunnisa Arahmah

iii
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu
melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Medizone Sawah
Besar. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) di Fakultas
Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta untuk mencapai gelar profesi
Apoteker. Selain itu PKPA ini juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa
dalam memahami peran dan tugas Apoteker di Apotek. Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Medizone Sawah Besar berlangsung pada tanggal
09 Mei 2022 – 31 Mei 2022.
Adapun penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
penulis tidak dapat menyelesaikan Laporan PKPA ini. Pada kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan terimakasih atas bantuan dan bimbingan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. apt Dayar Arbian selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
17 Agustus 1945 Jakarta
2. Ibu apt. Nuzul Fajriani, M. Sc, selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
3. Ibu apt. Adeliana, S. Farm selaku Preceptor dan Pembimbing Lapangan di
Apotek Medizone Sawah Besar.
4. Ibu apt. Rabima, M. Farm sebagai pembimbing Fakultas Farmasi Profesi
Apoteker UTA’45 Jakarta yang telah memberikan bimbingan dan arahan
selama PKPA hingga penulisan laporan ini.
5. Seluruh staff di Apotek Medizone Sawah Besar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala
kritik dan saran demi perbaikan di masa mendatang.
Jakarta, Mei 2022

iv
Siti Khairunnisa Arahmah
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker............................................2
C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)............................3
BAB II TINJAUAN UMUM...............................................................................4
A. Definisi dan Gambaran Umum Apotek............................................4
1. Pengertian Apotek.....................................................................4
2. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-Undangan tentang
Apotek.......................................................................................4
3. Tugas dan Fungsi Apotek..........................................................5
B. Struktur Organisasi Apotek..............................................................6
1. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker......................................6
2. Tenaga Kefarmasian..................................................................7
C. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek......................................8
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai.....................................................................8
2. Pelayanan Farmasi Klinis........................................................11
D. Pengelolaan Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor.............18
1. Pengelolaan Narkotika............................................................18
2. Pemusnahan Narkotika............................................................20
E. Pengelolaan Psikotropika...............................................................21
1. Pemesanan Psikotropika..........................................................21
2. Penerimaan Psikotropika.........................................................21
3. Penyimpanan Psikotropika......................................................21
4. Pelayanan Psikotropika...........................................................21
5. Pelaporan Psikotropika............................................................22
6. Pemusnahan Psikotropika........................................................22
F. Daftar Obat Wajib Apotik (DOWA)..............................................22
BAB III KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN.........................................26
1. Apotek Medizone....................................................................26
2. Tujuan......................................................................................26
3. Visi dan Misi...........................................................................26
4. Struktur Organisasi..................................................................27

v
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................68
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................69
LAMPIRAN...........................................................................................................70

vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Obat bebas............................................................................................22
Gambar 2. Obat bebas terbatas..............................................................................22
Gambar 3. Obat Keras............................................................................................23
Gambar 4. Struktur Organisasi...............................................................................27

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu bentuk kesejahteraan yang
memungkinkan manusia untuk memiliki derajat hidup yang lebih berkualitas.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2021. Upaya Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan dengan sasaran keluarga kelompok dan masyarakat.
Kesehatan tersebut dapat dicapai melalui suatu upaya kesehatan serta akses
ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau. Upaya kesehatan tersebut dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan berupa pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
(promotive), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan penyakit
(curative), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative). Fasilitas pelayanan
kesehatan yang termasuk dalam upaya kesehatan salah satunya adalah apotek.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14
tahun 2021 Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh Apoteker. Berdasarkan kewenangan pada peraturan
perundang-undangan, pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan
yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)
kemudian berkembang menjadi pelayanan komprehensif yang meliputi
pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Dengan adanya perubahan tersebut,
apoteker diminta untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan
kemampuan berkomunikasi dengan pasien sehingga dapat memberikan
pelayanan yang baik. Dengan adanya interaksi antara pasien dengan apoteker
diharapkan mampu mendukung tercapainya tujuan terapi dan dapat
menghindari terjadinya kesalahan dalam penggunaan obat (medication error).

1
2

Selain melaksanakan praktik professional, apoteker juga memiliki


tanggung jawab di bidang manajerial yang berfungsi untuk menutupi biaya
operasional apotek. Apoteker sebagai penanggung jawab apotek dituntut
untuk dapat menjalankan peran sebagai profesionalisme dan juga manajerial.
Dalam hal menyiapkan apoteker yang profesional maka perlu dilakukan
praktik kerja di apotek untuk mengaplikasikan ilmu yang di dapat
diperkuliahan dan mempelajari berbagai kegiatan dan permasalahan yang di
dapat selama praktek serta mencari solusinya. Berdasarkan hal tersebut, maka
Program Studi Profesi Apoteker Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
melakukan kerja sama dengan Apotek Medizone Untuk melaksanakan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Medizone guna
menghasilkan apoteker yang kompeten, jujur, bertanggung jawab dan dapat
memahami secara langsung kegiatan rutin, organisasi, manajemen dan
pelayanan kesehatan di apotek serta mempersiapkan diri untuk menghadapi
situasi lingkungan kerja di apotek yang sesungguhnya.
Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di
Apotek Medizone yang berlokasi di Jl. Raya Mangga Besar Raden Jakarta
Pusat, yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang meliputi pengarahan,
peninjauan lapangan, pelaksanaan tugas khusus dan pelayanan terhadap
pasien.

B. Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker


1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi
dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di apotek.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan praktek farmasi komunitas di apotek.
3

4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai


tenaga farmasi yang professional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
apotek.

C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)


1. Mampu melaksanakan pelayanan obat dengan resep dan atau tanpa resep
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
2. Mampu melaksanakan optimalisasi penggunaan obat.
3. Mampu melakukan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan lainnya
secara baik, sesuai dengan sifat bahan.
4. Mampu melaksanakan pengelolaan obat.
5. Mampu menerapkan peraturan perundangan dan kode etik apoteker yang
terkait dengan apotek.
6. Mampu melaksanakan fungsi penetapan regiment dosis yang tepat dan
pemantauan efek.
7. Mampu memberikan pelayanan informasi obat kepada atau untuk
penderita (konseling), masyarakat dan tenaga kesehatan lain yang
membutuhkan secara professional (PIO).
BAB II
TINJAUAN UMUM

A. Definisi dan Gambaran Umum Apotek


1. Pengertian Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9
Tahun 2017 apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Fasilitas Kefarmasian
adalah sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
Menurut Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
73 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, yang
dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus sebagai apotek dan telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker.
Dalam mendirikan sebuah apotek harus memenuhi beberapa
persyaratan seperti lokasi, bangunan, sarana prasarana dan peralatan,
serta ketenagaan, tujuannya adalah untuk menunjang kinerja dari
apoteker dalam menjalankan praktek kefarmasiannya dengan sebaik
mungkin.
2. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-Undangan tentang
Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang diatur dalam :
a. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
c. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

4
5

d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 tentang


Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
2016 tentang Perubahan Registrasi, Izin Praktik dan Kerja Tenaga
Kefarmasian
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Perubahan Penggolongan Narkotika
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2017 tentang
Perubahan Penggolongan Psikotropika
i. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2017 tentang Apotek
j. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor
Kesehatan.
3. Tugas dan Fungsi Apotek
Apotek merupakan suatu sarana untuk apoteker melakukan
pekerjaan kefarmasian sesuai dengan standar diantaranya adalah
pengelolaan obat dan farmasi klinis.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian Apotek memiliki beberapa tugas dan fungsi
diantaranya sebagai berikut:
a. Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukannya pekerjaan kefarmasian oleh seorang apoteker.
b. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah
mengucapkan sumpah Apoteker.
c. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian.
6

d. Sarana yang digunakan untuk mendistribusikan sediaan farmasi


antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika
yang diperlukan oleh masyarakat secara luas dan merata.
e. Sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya
kepada tenaga kesehatan lain dan masyarakat termasuk pembuatan
dan pengendalian pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

B. Struktur Organisasi Apotek


1. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian menyatakan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat , bahan obat dan obat tradisional.
Menurut PMK 73 Tahun 2016 tentang Pekerjaan Kefarmasian
secara khusus sebagai berikut :
a. Melakukan pekerjaan kefarmasian (pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional).
b. Membuat dan memperbaharui SPO (Standar Prosedur Operasional)
c. Harus memenuhi ketentuan cara distribusi yang baik yang ditetapkan
oleh menteri saat melakukan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi
atau penyaluran sediaan farmasi, termasuk pencatatan segala sesuatu
yang berkaitan sediaan farmasi, termasuk pencatatan segala sesuatu
7

yang berkaitan dengan proses distribusi atau penyaluran sediaan


farmasi.
d. Apoteker menyerahkan obat kepada pasien melalui pharmaceutical
care dan berorientasi pada pasien
2. Tenaga Kefarmasian
Pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2021
disebutkan bahwa Tenaga Teknis Kefarmasian yang selanjutnya
disingkat TTK adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
melakukan praktik kefarmasian di Apotek, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Analis Farmasi.
Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, mereka yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan
pekerjaan kefarmsian di Indonesia sbeagai apoteke. Tenaga kefarmasian
di Apotek terbagi atas:
1) Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah seorang apoteker yang
telah diberikan Surat Izin Apoteker (SIPA) dan Surat Izin Apotek
(SIA) untuk bertanggung jawab penuh penyelenggaran pelayanan
kefarmasian di Apotek tersebut.
2) Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang berpraktik di Apotek di
samping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikannya
pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotek.
3) Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker
Pengelolah Apotek selama Apoteker Pengelolah Apotek tersebut
tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus,
telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker
Pengelola Apotek di Apotek lain.
4) Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai Asisten Apoteker, yang dimaksud disini adalah
Tenaga Teknis Kefarmasian
8

C. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek


Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang di pergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek pada pasal 3 meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat Kesehatan,
bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik.
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan.
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan
pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka
pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1) Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan
pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi
9

dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah
sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan
tanggal kadaluarsa
2) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya
3) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
4) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
5) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired First
Out)
e. Pemusnahan dan Penarikan
1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau
rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau
surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima)
tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh
apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di
apotek dengan cara di bakar atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep dan
selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
3) Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan
10

dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
4) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan
oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh
BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
5) Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh
Menteri.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan
sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal
ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.
Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa
persediaan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan
11

laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang


dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan narkotika,
psikotropika dan pelaporan lainnya. Petunjuk teknis mengenai
pencatatan dan pelaporan akan diatur lebih lanjut oleh Direktur
Jenderal.
2. Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari
Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada
Pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi
pengkajian dan pelayanan resep, dispensing, Pelayanan Informasi Obat
(PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy
care), Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan Monitoring Efek Samping
Obat (MESO).
a. Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi kajian administrasi,
kajian farmasetik dan pertimbangan klinis.
Kajian administratif meliputi:
1) Nama pasien, umur, jenis kelamian dan berat badan
2) Nama dokter, nomor surat izin praktik (SIP), alamat, nomor dan
paraf, dan
3) Tanggal penulis resep
Kajian farmasetik meliputi:
1) Bentuk dan kekuatan sediaan
2) Stabilitas dan
3) Kompatibilitas (ketercampuran obat)
Pertimbangan klinis meliputi:
1) Ketepatan indikasi dan dosis obat
2) Aturan, cara dan lama penggunaan obat
12

3) Duplikasi dan/atau polifarmasi


4) Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain).
5) Kontraindikasi, dan interaksi
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian
maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep. Pelayanan
Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi obat. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep
dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat
(medication error).
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal
sebagai berikut:
1) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan Resep :
a) Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan Resep
b) Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluawarsa
dan keadaan fisik obat.
2) Melakukan peracikan obat bila diperlukan.
3) Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a) Warna putih untuk obat dalam/oral
b) Warna biru untuk obat luar dan suntik
c) Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi
4) Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah
untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan
menghindari penggunaan yang salah. Setelah penyiapan obat
dilakukan hal sebagai berikut:
13

a) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan


pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah Obat
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep)
b) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
c) Memeriksa ulangi identitas dan alamat pasien
d) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi Obat.
e) Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal
yang terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan
dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek
samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain
f) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan
cara baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat
mungkin emosinya tidak stabil
g) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya
h) Harus membuat salinan resep dengan resep asli dan diparaf
oleh apoteker (apabila diperlukan)
i) Menyimpan resep pada tempatnya
j) Apoteker membuat catatan pengobatan pasien.
Apoteker di apotek juga harus dapat melayani obat non resep
atau pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi
kepada pasien yang memerlukan obat non resep untuk penyakit
ringan dengan memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang
sesuai.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat
yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti
terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi
kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai obat
14

termasuk obat resep, obat bebas dan herbal. Informasi meliputi


dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode pemberian,
farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping,
interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari
obat dan lain-lain. Kegiatan pelayanan informasi obat di apotek
meliputi:
1) Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan
2) Membuat dan menyebarkan bulletin/ brosur/ leaflet, pember-
dayaan masyarakat (penyuluhan)
3) Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
4) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi
5) Melakukan penelitian penggunaan obat
6) Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah
7) Melakukan program jaminan mutu
Pelayanan Informasi Obat harus di dokumentasikan untuk
membantu penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan
informasi obat:
1) Topik pertanyaan;
2) Tanggal dan waktu pelayanan informasi obat diberikan;
3) Metode pelayanan informasi obat (lisan, tertulis, lewat telepon)
4) Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan dan informasi lain
seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui,data
laboratorium)
5) Uraian pertanyaan
6) Jawaban pertanyaan
7) Referensi
8) Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, telepon) dan data
Apoteker yang memberikan pelayanan informasi obat.
15

d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien atau keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan
perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker
menggunakan Three Prime Questions. Apabila tingkat kepatuhan
pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief
Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah memahami obat yang digunakan. Kriteria
pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
1) Pasien dengan kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi
hati dan atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya:
TB, DM, AIDS, epilepsi).
3) Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
4) Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
5) Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat
untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga
termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang
diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.
6) Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah Tahap konseling:
a) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
b) Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat
melalui Three Prime Questions, yaitu :
 Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
 Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara
pemakaian obat anda?
16

 Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang


diharapkan setelah anda menerima terapi obat tersebut?
 Menggali informasi lebih lanjut dengan member
kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi
masalah penggunaan obat
 Memberikan penjelasan kepada pasien untuk
menyelesaikan masalah penggunaan obat
 Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan
pemahaman pasien.
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta
tanda tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami
informasi yang diberikan dalam konseling dengan menggunakaan
formulir.
e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat
melakukan Pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,
khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya. Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang
dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi:
1) Penilaian/pencarian (assesment) masalah yang berhubungan
dengan pengobatan.
2) Identifikasi kepatuhan pasien.
3) Pendampingan pengelolaan obat dan atau alat kesehatan di
rumah, misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan
insulin.
4) Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum.
5) Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan
obat berdasarkan catatan pengobatan pasien.
6) Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah
dengan menggunakan formulir.
17

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Pemantauan Terapi Obat merupakan proses yang memastikan
bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan
terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping.
Kriteria pasien:
1) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2) Menerima obat lebih dari 5 jenis.
3) Adanya multi diagnosis.
4) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5) Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
6) Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat
yang merugikan.
Kegiatan:
1) Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2) Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan
pasien yang terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan
obat dan riwayat alergi; melalui wawancara dengan pasien atau
keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain.
3) Melakukan identifikasi masalah terkait obat. Masalah terkait obat
antara lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi,
pemberian obat tanpa indikasi, pemilihan obat yang tidak tepat,
dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, terjadinya reaksi obat
yang tidak diinginkan atau terjadi interaksi obat.
4) Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien
dan menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi
akan terjadi.
5) Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi
rencana pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek
samping terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki.
18

6) Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang


telah dibuat oleh apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga
kesehatan terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
7) Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi obat
dengan menggunakan formulir.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis. Kegiatan:
1) Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat.
2) Mengisi formulir monitoring efek samping obat (MESO)
3) Melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat nasional
dengan menggunakan formulir.
Faktor yang perlu diperhatikan
1) Kerja sama dengan tim kesehatan lain
2) Ketersediaan formulir monitoring efek samping obat

D. Pengelolaan Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
1. Pengelolaan Narkotika
Pengelolaan narkotika diatur secara khusus untuk menghindari
terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan
pengelolaan narkotika di Apotek meliputi :
a. Pemesanan Narkotika
Pemesanan sediaan narkotika menggunakan Surat Pesanan
Narkotik yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA). Pemesanan dilakukan ke PT. Kimia Farma Trade and
19

Distribution (satu satunya PBF narkotika yang legal di indonesia)


dengan membuat surat pesanan khusus narkotika rangkap empat.
Satu lembar Surat Pesanan Asli dan dua lembar salinan Surat
Pesanan diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi yang
bersangkutan sedangkan satu lembar salinan Surat Pesanan sebagai
arsip di apotek, satu surat pesanan hanya boleh memuat pemesanan
satu jenis obat (item) narkotik misal pemesanan pethidin satu surat
pesanan dan pemesanan kodein satu surat pesanan juga, begitu juga
untuk item narkotika lainnya.
b. Penerimaan Narkotika
Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh APA
atau dilakukan dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan
menandatangani faktur tersebut setelah sebelumnya dilakukan
pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan
pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan.
c. Penyimpanan Narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di
Apotek disimpan pada lemari khusus yang terbuat dari kayu (atau
bahan lain yang kokoh dan kuat) yang ditempel pada dinding,
memiliki 2 kunci yang berbeda, terdiri dari 2 pintu, satu untuk
pemakaian sehari hari seperti kodein, dan satu lagi berisi pethidin,
morfin dan bentuk garam-garamnya. Lemari tersebut terletak di
tempat yang tidak diketahui oleh umum, tetapi dapat diawasi
langsung oleh Asisten Apoteker yang bertugas dan penanggung
jawab narkotika.
d. Pelayanan Narkotika
Apotek hanya boleh melayani resep narkotika dari resep asli
atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek itu sendiri yang belum
diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak
melayani pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan
resep yang ditulis oleh apotek lain. Resep narkotika yang masuk
20

dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis merah di bawah obat
narkotik.
e. Pelaporan Narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap
bulan. Laporan penggunaan obat narkotika dilakukan melalui online
SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten
apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan narkotika dan
psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah terinput data
tersebut diimpor (paling lama sebelum tanggal 10 pada bulan
berikutnya). Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk
bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan,
satuan, persediaan awal bulan), pasword dan username didapatkan
setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.
2. Pemusnahan Narkotika
Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut:
a. APA membuat dan menandatangani surat permohonan pemusnahan
narkotika yang berisi jenis dan jumlah narkotika yang rusak atau
tidak memenuhi syarat.
b. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan
ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan. Balai Besar Pengawas
Obat dan Makanan akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan.
c. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA,
Asisten Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Suku Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
d. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara
Pemusnahan yang berisi :
a. Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan
b. Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan
c. Cara pemusnahan
d.  Petugas yang melakukan pemusnahan
e. Nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek
21

Berita acara tersebut dibuat dengan tembusan :


a. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta.
c. Arsip apotek.

E. Pengelolaan Psikotropika
Selain pengelolaan narkotika, pengelolaan psikotropika juga diatur
secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari
terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan
pengelolaan psikotropika di Apotek meliputi:
1. Pemesanan Psikotropika
Pemesanan psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2,
diperbolehkan lebih dari 1 item obat dalam satu surat pesanan, boleh
memesan ke berbagai PBF. 
2. Penerimaan Psikotropika
Penerimaan Psikotropika dari PBF harus diterima oleh APA atau
dilakukan dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani
faktur tersebut setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat
pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis
dan jumlah Psikotropika yang dipesan.
3. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di lemari yang terbuat
dari kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat). Lemari tersebut
mempunyai kunci (tidak harus terkunci) yang dipegang oleh Asisten
Apoteker sebagai penanggung jawab yang diberi kuasa oleh APA.
4. Pelayanan Psikotropika
Apotek hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau
salinan resep yang dibuat sendiri oleh Apotek yang obatnya belum
diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani
pembelian obat psikotropika tanpa resep atau pengulangan resep yang
ditulis oleh apotek lain.
22

5. Pelaporan Psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap bulannya
melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten
apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan psikotropika
melalui SIPNAP lalu setelah data telah terinput data tersebut
diimpor. Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk bulan
bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan,
persediaan awal bulan). pasword dan username didapatkan setelah
melakukan registrasi pada dinkes setempat.
6. Pemusnahan Psikotropika

F. Daftar Obat Wajib Apotik (DOWA)


Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA), yaitu obat keras yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek. Ada 3
jenis penggolongan obat yaitu :
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli
tanpa resep dokter. Tanda khusus untuk obat bebas adalah berupa lingkaran
berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh dari obat bebas
adalah parasetamol, vitamin dan mineral, dll.

Gambar 1. Obat bebas


Obat bebas terbatas adalah obat yang dijual bebas dan dapat dibeli
tanpa dengan resep dokter, tapi disertai dengan tanda peringatan.Tanda
khusus untuk obat ini adalah lingkaran berwarna biru dengan garis tepi
hitam. Selain tanda khusus obat bebas terbatas, terdapat pula tanda
peringatan.

Gambar 2. Obat bebas terbatas


23

Tanda khusus untuk obat ini adalah lingkaran berwarna merah dengan
garis tepi hitam dan bertuliskan huruf K berwarna hitam pada bagian tengah
lingkaran. Tanda peringatan berupa empat persegi panjang dengan huruf
putih pada dasar hitam yang terdiri dari 6 macam, yaitu:

Obat Keras adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep


dokter. Obat ini hanya boleh dijual di apotik dan harus dengan resep dokter
pada saat membelinya.Tanda khusus untuk obat ini adalah lingkaran bulat
berwarna merah dengan garis tepi hitam dengan huruf K ditengah yang
menyentuh garis tepi.

Gambar 3. Obat Keras

Selanjutnya, obat yang dapat disarankan kepada konsumen oleh


apoteker untuk pengobatan sendiri adalah Obat Wajib Apotek, yaitu obat-
obatan yang dapat diserahkan tanpa resep dokter, namun harus diserahkan
oleh apoteker di apotek. Disini terdapat daftar obat wajib apotek yang
dikeluarkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan. Sampai saat ini sudah
ada 3 (tiga) daftar obat yang diperbolehkan diserahkan tanpa resep dokter.
Seperti telah kita ketahui bersama, peraturan mengenai Daftar Obat Wajib
Apotek tercantum dalam:
1. Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang
Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No.1.
24

2. Keputusan Menteri Kesehatan No.924/Menkes/Per/X/1993 tentang


Daftar Obat Wajib Apotek No. 2.
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang
Daftar Obat Wajib Apotek No. 3 Dalam peraturan ini disebutkan bahwa
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya
sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dirasa perlu ditunjang dengan
sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman
dan rasional. Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional dapat dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang
dibutuhkan disertai dengan informasi yang tepat sehingga menjamin
penggunaan yang tepat dari obat tersebut. Oleh karena itu, peran apoteker
di apotek dalam pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
serta pelayanan obat kepada masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka
peningkatan pengobatan sendiri. Obat yang dapat diserahkan tanpa resep
harus memenuhi kriteria :
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,
anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan
risiko pada kelanjutan penyakit
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya
tinggi di Indonesia.
e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI)
Nomor HK.00.05.4.2411 Tentang Pokok Pengelompokan dan Penandaan
Obat Bahan Alam Indonesia, menyebutkan obat tradisional dapat
dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Jamu (Empirical Based Herbal Medicine) adalah obat tradisional yang
berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut.
25

Jamu disajikan dalam bentuk serbuk seduhan, pil atau cairan,


mengandung dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5-10
macam, bahkan bisa lebih. Jamu harus memenuhi persyaratan keamanan
dan standar mutu, tetapi tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji
klinis, cukup dengan bukti empiris. Kriteria yang harus dipenuhi dalam
suatu sediaan jamu adalah: aman, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan
data empiris dan memenuhi persyaratan mutu.
2. Obat herbal terstandar (Standarized Based Herbal Medicine) merupakan
obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyarian bahan
alam, baik tanaman obat, binatang, maupun mineral. Proses pembuatan
obat herbal terstandar membutuhkan peralatan yang tidak sederhana dan
lebih mahal dari jamu. Pembuktian ilmiah merupakan penunjang obat
herbal terstandar berupa penelitian praklinis yang meliputi standarisasi
kandungan senyawa berkhasiat dalam bahan penyusun, standarisasi
pembuatan ekstrak yang higienis serta uji toksisitas maupun kronis.
3. Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine) merupakan obat
tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat modern. Proses
pembuatan fitofarmaka telah terstandarisasi yang didukung oleh bukti
ilmiah sampai uji klinis pada manusia. Pembuatannya diperlukan
peralatan berteknologi modern, tenaga ahli, dan biaya yang tidak sedikit.
BAB III
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum
1. Apotek Medizone
Apotek Medizone Sawah Besar salah satu sarana yang terdapat di
jakarta pusat. Beralamat di jalan mangga besar Raya No.121-123,
Rt.02/Rw.01, mangga 2 selatan, kec. Sawah besar, jakarta pusat. Pemilik
sarana apotek medizone adalah Budijanto Samiri dan apoteker
penanggung jawab adalah apt. Adeliana, S.Farm. Apotek medizone buka
setiap hari senin – sabtu, dengan sift kerja pagi pada pukul 09.00 – 16.00
WIB dan sift Sore 13.00 – 21.00 WIB.
2. Tujuan
a. Sebagai tempat pelayanan kesehatan masyarakat
b. Memberikan layanan terpadu kepada masyarakat sekitar guna
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
c. Melayani dan memberikan obat sesuai keluhan penyakit guna
menghindari penyalahgunaan obat
3. Visi dan Misi
a. Visi
 Menjadi apotek yang mampu memberikan pelayanan yang
profesinal, optimal, dan berkualitas
b. Misi
 Menyediakan secara lengkap pilihan obat denga harga yang
terjangkau
 Memberikan pelayanan prima yang berkualitas dalam upaya
memuaskan pelanggan

26
27

4. Struktur Organisasi

Budijanto Samiri, S.E

Apt. Adeliana, S.Farm

Dwi Ariani, S.Farm Tju Fui Fui, Amd.Farm Yanti, Amd.Adm

Lusiana Gita Martin

Gambar 4. Struktur Organisasi

B. Kegiatan Pkpa
PMK NO. 73 TAHUN 2016 STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

PELAYANAN KEFARMASIAN OBSERVASI ATAU PENGAMATAN KETERANGAN


SELAMA PKPA

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
1. Perencanaan
Perencanaan sediaan farmasi, alat Pengamatan prosedur perencanaan Perencanaan
kesehatan dan bahan medis habis bertujuan untuk memastikan pelaksanaan kefarmasian di
pakai untuk menjamin kualitas dan pengawasan kegiatan perencanaan Apotek Medizone
Pelayanan Kefarmasian maka Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan sudah memenuhi
pengadaan Sediaan Farmasi harus sehingga mendapatkan jumlah dan jenis Persyaratan sesuai
melalui jalur resmi sesuai ketentuan yang sesuai kebutuhan dan menjamin aturan yang berlaku
peraturan perundang-undangan. ketersediaan sediaan farmasi-alat
kesehatan di sarana pelayanan
Tugas Apoteker di Apotek yang
terlaksanakan :
28

1. Melakukan review terhadap : pola


penyakit, kemampuan daya beli
masyarakat serta kebiasaan
masyarakat setempat.
2. Melakukan kompilasi penggunaan
sediaan farmasi-alat kesehatan setiap
bulan
3. Melakukan analisa untuk menetapkan
prioritas dan jumlah sediaan yang
akan diadakan.
4. Melakukan monitoring distributor
sediaan farmasi-alat kesehatan untuk
menjamin keabsahan distributor dan
menjamin bahwa sediaan farmasi-alat
kesehatan yang diadakan memenuhi
persyaratan mutu.
Menyusun prakiraan perencanaan
kebutuhan sediaan farmasi-alat
kesehatan dan prakiraan pembelian ke
masing-masing distributor serta
frekuensi pengadaan sediaan farmasi-
alat kesehatan.
2. Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi, alat Pengamatan prosedur pengadaan bertujuan Pengadaan
kesehatan dan bahan medis habis untuk menjamin ketersediaan sediaan kefarmasian di
pakai untuk menjamin kualitas farmasi dan alat kesehatan sesuai Apotek Medizone
Pelayanan Kefarmasian maka kebutuhan apotek dan memastikan proses sudah memenuhi
pengadaan Sediaan Farmasi harus pengadaan sediaan farmasi dan alat Persyaratan sesuai
melalui jalur resmi sesuai ketentuan kesehatan sesuai prosedur dan ketentuan aturan yang berlaku
peraturan perundang-undangan. perundang-gundangan.
Tugas Apoteker di Apotek yang
terlaksanakan :
1. Memeriksa Sediaan Farmasi- Alat
Kesehatan yang sudah habis atau
hampir habis (diketahui melalui
pengamatan visual atau dari kartu
stok pada setiap obat), dicatat di
29

buku daftar obat habis (defecta).


2. Pemesanan Sediaan Farmasi - Alat
Kesehatan yang habis pada PBF
dilakukan perminggu atau sesuai
dengan kebiasaan datangnya PBF.
3. Menentukan pesanan Sediaan
Farmasi - Alat Kesehatan yang
meliputi jenis (termasuk di dalamnya
bentuk sediaan dan kekuatan),
jumlah, dan PBF yang dipilih.
4. Menulis di blanko Surat Pesanan
(SP) :
a. Surat Pesanan Obat dan Alat
Kesehatan
 Dibuat rangkap dua
(masing-masing untuk PBF
dan arsip apotek)
 Ditulis Nomor urut lembar
SP, Nama dan alamat PBF,
jenis dan jumlah obat yang
dipesan.
b. Surat Pesanan Narkotika
 Ditujukanpada PBF Kimia
Farma, dibuat rangkap
empat (tiga untuk PBF
Kimia Farma dan satu arsip
apotek)
 Ditulis Nomor urut lembar
SP, Nama, alamat dan
jabatan APA sebagai
pemesan, jenis dan jumlah
yang dipesan serta tujuan
penggunaan.
 Satu lembar SP hanya dapat
digunakan untuk memesan
satu jenis Narkotika.
30

c. Surat Pesanan Psikotropika


 Dibuat rangkap dua
(masing-masing untuk PBF
dan arsip apotek)
 Ditulis Nomor urut lembar
SP, Nama, alamat dan
jabatan APA sebagai
pemesan, Nama dan alamat
PBF, jenis dan jumlah obat
yang dipesan.
Satu lembar SP dapat digunakan untuk
memesan lebih dari satu jenis
Psikotropika. SP ditandatangani oleh APA
dan diberi stempel apotek.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan Pengamatan prosedur penerimaan Penerimaan sediaan
untuk menjamin kesesuaian jenis bertujuan untuk memastikan kesesuain farmasi, alat
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu jumlah, spesifikasi dan mutu sediaan serta kesehatan dan bahan
penyerahan dan harga yang tertera alat kesehatan yang dipesan. Dan medis habis pakai di
dalam surat pesanan dengan kondisi memastikan kesesuaian barang secara fisik Apotek Medizone
fisik yang diterima. dan yang tertera pada faktur. sudah memenuhi
Tugas Apoteker di Apotek yang Persyaratan sesuai
terlaksanakan : aturan yang berlaku
 Dicocokkan antara SP dengan faktur
meliputi :
a. Nama PBF
b. Jenis sediaan farmasi yang dipesan
c. Kekuatan sediaan farmasi dan
bentuk sediaan yang dipesan
d. Jumlah yang dipesan
e. Harga Bila tidak sesuai
dikonfirmasi dengan PBF.

 Dicocokkan antara isi faktur dan


sediaan farmasi-alat kesehatan yang
31

datang meliputi :
a. Jenis sediaan farmasi yang dipesan
b. Jumlah sediaan farmasi yang
dipesan
c. Nomor batch Bila jenis dan jumlah
sediaan farmasi tidak sama,
dikembalikan dan ditukar dengan
yang tertera pada faktur dan SP.
Bila nomor batch tidak sesuai
dengan yang tertera maka pada
faktur dituliskan nomor batch
barang yang diterima dan harus
dimintakan tanda tangan pengirim
sebagai bukti bahwa batch yang
dikirim tidak sesuai dan sudah
disesuaikan dengan sepengetahuan
pengirim.
 Sediaan farmasi diperiksa kondisi
fisiknya antara lain :
a. Wadahnya harus baik dan
tertutup rapat
b. Kondisi sediaan tidak rusak
(bentuk, warna, bau)
c. Tanggal kedaluarsa masih jauh
Bila rusak atau tanggal
kedaluarsa sudah dekat, diretur
kepada PBF.
Setelah pemeriksaan dan pencocokan
selesai, faktur ditandatangani pihak apotek
dan diberi stempel apotek. Faktur asli
diberikan kepada PBF dan salinannya
disimpan sebagai arsip apotek.
4. Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus Penyimpanan obat atau bahan medis di Penyimpanan sediaan
disimpan dalam wadah asli Apotek Medizone meliputi: farmasi, alkes dan
dari pabrik. Dalam hal 1. Penyimpanan disesuaikan bahan medis habis
pengecualian atau darurat berdasarkan bentuk sediaan pakai di Apotek
32

dimana isi dipindahkan yaitu sediaan tablet, sirup, obat Medizone sudah
pada wadah lain, maka luar (tetes, krim dan gel), sediaan memenuhi
harus dicegah terjadinya injeksi, Persyaratan sesuai
kontaminasi dan harus 2. Lokasi penyimpanan dipisahkan aturan yang berlaku
ditulis informasi yang jelas yaitu bentuk sediaan, obat
pada wadah baru. Wadah dipisahkan dengan alkes
sekurang- kurangnya 3. Disimpan berdasarkan suhu
memuat nama Obat, penyimpanan
nomor batch dan tanggal 4. Disusun secara alfabetis
kadaluwarsa. 5. Masing-masing sediaan farmasi
2. Semua Obat/bahan Obat dan Alat Medis terdapat kartu
harus disimpan pada stok yang digunakan untuk
kondisi yang sesuai memantau sediaan yang masuk
sehingga terjamin dan juga keluar
keamanan dan 6. Menerapkan sistem First In First
stabilitasnya. Out (FIFO), first expired first out
3. Tempat penyimpanan obat (FEFO).
tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang
lainnya yang
menyebabkan
kontaminasi.
4. Sistem penyimpanan
dilakukan dengan
memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi
Obat serta disusun secara
alfabetis.
5. Pengeluaran Obat
memakai sistem FEFO
(First Expired First Out)
dan FIFO (First In First
Out)
5. Pemusnahan
1. Obat kadaluwarsa atau Pemusnahan di Apotek Medizone Pemusnahan di
rusak harus dimusnahkan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, dengan Apotek Medizone
sesuai dengan jenis dan kriteria sebagai berikut: sudah sesuai dengan
33

bentuk sediaan. 1. Sediaan yang kadaluarsa aturan yang berlaku


Pemusnahan Obat 2. Sediaan yang sudah tidak sesuai
kadaluwarsa atau rusak mutunya sehingga tidak dapat
yang mengandung digunakan lagi
narkotika atau 3. Sediaan yang sudah tidak boleh
psikotropika dilakukan diedarkan atau dicabut izin edarnya
oleh Apoteker dan 4. Resep yang telah disimpan selama 5
disaksikan oleh Dinas tahun.
Kesehatan Tahapan pemusnahan di Apotek Medizone
Kabupaten/Kota. dilakukan sebagai berikut:
Pemusnahan Obat selain 1. Sediaan yang akan dimusnahkan
narkotika dan psikotropika dikumpulkan dan di data terlebih
dilakukan oleh Apoteker dahulu meliputi nama sediaan, jumlah
dan disaksikan oleh tenaga sediaan, no batch, tanggal kadaluarsa,
kefarmasian lain yang serta bentuk dan jenis sediaan
memiliki surat izin praktik 2. Pemusnahan obat di saksikan oleh
atau surat izin kerja. Dinkes Kesehatan dan Balai Pom.
Pemusnahan dibuktikan Pemusnahan dibuktikan dengan
dengan berita acara adanya berita acara.
pemusnahan menggunakan
Formulir 1 sebagaimana
terlampir.
2. Resep yang telah disimpan
melebihi jangka waktu 5
(lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan
Resep dilakukan oleh
Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya
petugas lain di Apotek
dengan cara dibakar atau
cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan Berita
Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Formulir 2
sebagaimana terlampir dan
selanjutnya dilaporkan
34

kepada dinas kesehatan


kabupaten/kota.
3. Pemusnahan dan
penarikan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak dapat
digunakan harus
dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Penarikan sediaan farmasi
yang tidak memenuhi
standar/ketentuan
peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh
pemilik izin edar
berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi
sukarela oleh pemilik izin
edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan
laporan kepada Kepala
BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan
dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya
dicabut oleh Menteri.
6. Pengendalian
Pengelolaan Obat Exp dan Retur Pengendalian penggunaan obat atau Pengendalian di
Obat Sediaan farmasi di Apotek Medizone Apotek Medizone
Pengelolaan Obat Psikotropik, dengan cara sebagai berikut: sudah sesuai dengan
Narkotik dan Prekursor 1. Melakukan evaluasi persediaan yang aturan yang berlaku
jarang digunakan (slow moving)
35

Pengendalian dilakukan untuk 2. Melakukan evaluasi persediaan yang


mempertahankan jenis dan jumlah tidak digunakan dalam waktu tiga
persediaan sesuai kebutuhan bulan berturut-turut (death stock)
pelayanan, melalui pengaturan 3. Stok opname yang dilakukan setiap
sistem pesanan atau pengadaan, bulan untuk memastikan sisa stok
penyimpanan dan pengeluaran. Hal obat yang ada di apotek.
ini bertujuan untuk menghindari 4. Melakukan pencatatan barang-barang
terjadinya kelebihan, kekurangan, yang mendekati atau telah
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa.
kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan.
Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik
dengan cara manual atau elektronik.
Kartu stok sekurang- kurangnya
memuat nama Obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa
persediaan.
7. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap Tugas Apoteker di Apotek yang Pencatatan dan
proses pengelolaan Sediaan terlaksanakan pelaporan di Apotek
Farmasi, Alat Kesehatan, dan 1. Setiap hari setelah resep dilayani Medizone sudah
Bahan Medis Habis Pakai meliputi atau setelah terjadi penyerahan memenuhi
pengadaan (surat pesanan, faktur), perbekalan farmasi Persyaratan sesuai
penyimpanan (kartu stok), kepada pasien aturan yang berlaku
penyerahan (nota atau struk 2. Hasil rekapan setiap awal bulan
penjualan) dan pencatatan lainnya dibuat laporan pemakaian
disesuaikan dengan kebutuhan. perbekalan farmasi pada pasien
Pelaporan terdiri dari pelaporan umum, pemakaian narkotik dan
internal dan eksternal. Pelaporan psikotropika, pemakaian obat
internal merupakan pelaporan yang OKT,pemakaian obat generik.
digunakan untuk kebutuhan 3. Laporan dikumpulkan oleh
manajemen Apotek, meliputi koordinator atau petugas yang
keuangan, barang dan laporan ditunjuk kemudian diserahkan
lainnya. Pelaporan eksternal kepada
merupakan pelaporan yang dibuat Apoteker Pengelola Apotek.
36

untuk memenuhi kewajiban sesuai 4. Apoteker Pengelola Apotek


dengan ketentuan peraturan melakukan pelaporan untuk
perundang-undangan, meliputi Narkotika, Psikotropika, dan
pelaporan narkotika, psikotropika Prekursor.
dan pelaporan lainnya. Petunjuk
teknis mengenai pencatatan dan
pelaporan akan diatur lebih lanjut
oleh Direktur Jenderal.
8. Evaluasi Mutu Manajerial di Apotek
1. Metode Evaluasi Tugas Apoteker di Apotek yang Evaluasi mutu di
a. Audit terlaksanakan Apotek Medizone
Audit merupakan usaha untuk 1. Melakukan review terhadap : sudah memenuhi
menyempurnakan kualitas pola penyakit, kemampuan Persyaratan sesuai
pelayanan dengan pengukuran daya beli masyarakat serta aturan yang berlaku
kinerja bagi yang memberikan kebiasaan masyarakat
pelayanan dengan setempat.
menentukan kinerja yang 2. Melakukan kompilasi
berkaitan dengan standar yang penggunaan sediaan farmasi-
dikehendaki. Oleh karena itu, alat kesehatan setiap bulan
audit merupakan alat untuk 3. Melakukan analisa untuk
menilai, mengevaluasi, menetapkan prioritas dan
menyempurnakan Pelayanan jumlah sediaan yang akan
Kefarmasian secara diadakan
sistematis. Audit dilakukan 4. Melakukan monitoring
oleh Apoteker berdasarkan distributor sediaan farmasi-
hasil monitoring terhadap alat kesehatan untuk
proses dan hasil pengelolaan. menjamin
Contoh: keabsahan distributor dan
1. Audit Sediaan Farmasi, menjamin bahwa sediaan
Alat Kesehatan, dan farmasi-alat kesehatan yang
Bahan Medis Habis diadakan memenuhi
Pakai lainnya (stock persyaratan mutu.
opname) 5. Menyusun prakiraan
2. audit kesesuaian SPO perencanaan kebutuhan
3. audit keuangan (cash flow, sediaan farmasi-alat kesehatan
neraca, laporan rugi laba) dan prakiraan pembelian ke
b. Review masing-masing distributor
37

Review yaitu tinjauan/kajian serta frekuensi pengadaan


terhadap pelaksanaan Pelayanan sediaan
Kefarmasian tanpa farmasi-alat kesehatan.
dibandingkan dengan standar.
Review dilakukan oleh
Apoteker berdasarkan hasil
monitoring terhadap
pengelolaan Sediaan Farmasi
dan seluruh sumber daya yang
digunakan.
Contoh:
1. pengkajian terhadap Obat
fast/slow moving
2. perbandingan harga Obat
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh
Apoteker berdasarkan hasil
monitoring terhadap seluruh
proses pengelolaan Sediaan
Farmasi.
Contoh:
1. observasi terhadap
penyimpanan Obat
2. proses transaksi dengan
distributor
3. ketertiban dokumentasi
2. Indikator Evaluasi Mutu
a. kesesuaian proses terhadap
standar
b. efektifitas dan efisiensi
Pelayanan Farmasi Klinis
1. Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian Resep Pengkajian resep di Apotek Medizone Pengkajian Resep di
meliputi administrasi, kesesuaian berdasarkan prosedur yang telah dibuat Apotek Medizone
farmasetik dan pertimbangan klinis. dan ditetapkan adalah : sudah memenuhi
Kajian administratif meliputi: 1. Resep diterima Persyaratan sesuai
1. nama pasien, umur, jenis 2. Memeriksa kebenaran dokter yang aturan yang berlaku
38

kelamin dan berat badan; tertera dalam resep (jika meragukan


2. nama dokter, nomor Surat segera hubungi dokternya).
Izin Praktik (SIP), alamat, 3. Memeriksa kebenaran pasien yang
nomor tertera dalam resep (cek nama, umur
3. telepon dan paraf; dan dan alamat), jika tidak sesuai dengan
4. tanggal penulisan Resep. pasien dimaksud dikonfirmasi pada
Kajian kesesuaian farmasetik penulis resep atau ditolak.
meliputi: 4. Memastikan sediaan farmasi-alkes
1. bentuk dan kekuatan sesuai dengan tujuan terapi pasien, jika
sediaan; tidak sesuai diperbaiki atau
2. stabilitas; dan dikonfirmasi pada penulis
3. kompatibilitas resep/ditolak tergantung dari situasi
(ketercampuran Obat). dan besar kecilnya ketidaksesuaian
Pertimbangan klinis meliputi: tersebut.
1. ketepatan indikasi dan 5. Mengecek ketersediaan sediaan
dosis Obat; farmasi-alkes di apotek dengan yang
2. aturan, cara dan lama tertulis di resep.
penggunaan Obat; - Jika sediaan farmasi-alkes tidak
3. duplikasi dan/atau tersedia atau habis stoknya maka
polifarmasi; sediaan farmasi-alkes pada resep
4. reaksi Obat yang tidak tidak diberi harga dan diberi tanda
diinginkan (alergi, efek (*)
samping Obat, manifestasi - sediaan farmasi-alkes
klinis lain); yang tertulis di resep
5. kontra indikasi; dan tersedia stoknya di
6. interaksi. apotek maka sediaan
farmasi-alkes tersebut di
Jika ditemukan adanya cek harganya di catatan
ketidaksesuaian dari hasil list harga.
pengkajian maka Apoteker harus 7. Jika ada sediaan farmasi-alkes yang
menghubungi dokter penulis Resep. tidak tersedia di apotik, pasien dan
Pelayanan Resep dimulai dari atau dokter diberitahu termasuk
penerimaan, pemeriksaan alternatif pengganti jika ada.
ketersediaan, penyiapan Sediaan 8. Memberitahukan harga yang harus
Farmasi, Alat Kesehatan, dan dibayar
Bahan Medis Habis Pakai termasuk - Pasien diminta membayar jika ia
peracikan Obat, pemeriksaan, setuju dengan harga yang harus
39

penyerahan disertai pemberian dibayar


informasi. Pada setiap tahap alur - Jika Pasien tidak membawa uang
pelayanan Resep dilakukan upaya yang cukup, apoteker harus
pencegahan terjadinya kesalahan bertindak terutama untuk antibiotik,
pemberian Obat jika harga obat terlalu mahal bagi
(medication error). Petunjuk teknis pasien maka apoteker menghubungi
mengenai pengkajian dan dokter dan mengkonsultasikan
pelayanan Resep akan diatur lebih dengan dokter penulis resep untuk
lanjut oleh Direktur Jenderal. mengganti antibiotik tersebut
dengan nama dagang yang
harganya mampu dibayar oleh
pasien atau ditawarkan pada pasien
secara langsung untuk diganti
dengan merek lain yang lebih
murah.
6. Ketika harga sudah sesuai terjadi
pembayaran
7. Memberi nomor urut yang sesuai
dengan nomor resep pada pasien
dengan tujuannya.
- Agar tidak terjadi kesalahan pada
penerimaan sediaan farmasi-alkes
- Sebagai nomor antrian pasien agar
lebih teratur dan tertib.
- Untuk mempermudah dalam
pengecekan jika ada sesuatu
sebagai nomor resep yang masuk di
apotek.

8. Nomor antrian diberikan pada pasien


yang bersangkutan, selanjutnya ditukar
dengan obatnya setelah proses
penyiapan selesai.
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, Dispensing sediaan farmasi di Apotek Dispensing Resep di
penyerahan dan pemberian Medizone dilakukan oleh Apoteker dan Apotek Medizone
informasi Obat. Setelah melakukan Tenaga Teknis Kefarmasian. sudah memenuhi
40

pengkajian Resep dilakukan hal Standar prosedur operasional dalam Persyaratan sesuai
sebagai berikut: Dispensing sediaan farmasi di Apotek aturan yang berlaku
1. Menyiapkan Obat sesuai Medizone antara lain:
dengan permintaan Resep: 1. Sediaan Farmasi diambil dari rak.
a. menghitung kebutuhan 2. Item, jumlah dan kekuatan
jumlah Obat sesuai dengan Sediaan Farmasi yang diambil
Resep; harus sesuai dengan resep.
b. mengambil Obat yang 3. Setiap pengambilan Sediaan
dibutuhkan pada rak Farmasi, harus mencatat pada
penyimpanan dengan masing-masing kartu stok.
memperhatikan nama 4. Setelah semua Sediaan Farmasi
Obat, tanggal kadaluwarsa pada resep disiapkan, ditulis
dan keadaan fisik Obat. etiket pada masing-masing
2. Melakukan peracikan Obat Sediaan Farmasi.
bila diperlukan 5. Untuk Sediaan Farmasi yang
3. Memberikan etiket penggunaannya secara per oral,
sekurang-kurangnya etiket yang digunakan adalah
meliputi: etiket berwarna putih, sedangkan
a. warna putih untuk Obat Sediaan Farmasi yang digunakan
dalam/oral; non oral dan alat kesehatan
b. warna biru untuk Obat luar menggunakan etiket berwarna
dan suntik; biru.
c. menempelkan label 6. Penulisan etiket harus jelas dan
“kocok dahulu” pada mudah dipahami oleh orang lain
sediaan bentuk suspensi 7. Penulisan etiket meliputi : tanggal
atau emulsi. pembuatan resep, nomor resep,
4. Memasukkan Obat ke nama pasien, aturan penggunaan,
dalam wadah yang tepat dan waktu penggunaan.
dan terpisah untuk Obat 8. Pada saat pemberian etiket juga
yang berbeda untuk dilakukan pengecekan ulang pada
menjaga mutu Obat dan nama, jumlah, jenis, dan kekuatan
menghindari penggunaan Sediaan Farmasi
yang salah. 9. Kemudian etiket yang sudah
dituliskan aturan pakai
Penyerahan Obat sebagai berikut: ditempelkan sesuai dengan
1. Sebelum Obat diserahkan Sediaan Farmasi
kepada pasien harus
41

dilakukan pemeriksaan Standar prosedur operasional dalam


kembali mengenai penyiapan obat puyer dan kapsul di
penulisan nama pasien Apotek Medizone antara lain:
pada etiket, cara 1. Memastikan bahwa semua obat
penggunaan serta jenis dan bisa diracik (digerus)
jumlah Obat (kesesuaian 2. Untuk obat-obat yang tidak bisa
antara penulisan etiket digerus seperti lepas lambat, obat
dengan Resep); salut, dll. Tidak boleh digerus,
2. Memanggil nama dan dilakukan konfirmasi pada dokter
nomor tunggu pasien; penulis resep.
3. Memeriksa ulang identitas 3. Menyiapkan obat-obat yang akan
dan alamat pasien; diracik berdasarkan resep yang
4. Menyerahkan Obat yang diterima.
disertai pemberian 4. Menulis etiket meliputi nomor
informasi Obat; resep, tanggal, nama pasien dan
5. Memberikan informasi aturan penggunaan obat.
cara penggunaan Obat dan 5. Etiket langsung ditempatkan di
hal-hal yang terkait wadah pengemas (plastik klip)
dengan Obat antara lain agar tidak tertukar dengan resep
manfaat Obat, makanan lain.
dan minuman yang harus 6. Sebelum dipakai, mortir dan
dihindari, kemungkinan stamper harus dicuci terlebih
efek samping, cara dahulu dan dikeringkan.
penyimpanan Obat dan 7. Obat-obat yang akan diracik
lain-lain; dikeluarkan dari kemasannya,
6. Penyerahan Obat kepada setelah semua obat terbuka dari
pasien hendaklah kemasannya digerus sesuai
dilakukan dengan cara dengan prosedur yang baik
yang baik, mengingat sampai halus dan homogen.
pasien dalam kondisi tidak 8. Kemudian membagi serbuk-
sehat mungkin emosinya serbuk tersebut sama banyak
tidak stabil; sesuai dengan jumlah puyer yang
7. Memastikan bahwa yang akan dibuat.
menerima Obat adalah 9. Mengemas puyer dengan
pasien atau keluarganya; menggunakan kertas puyer
8. Membuat salinan Resep kemudian di press dengan
sesuai dengan Resep asli menggunakan sealing machine.
42

dan diparaf oleh Apoteker Sedangkan untuk kapsul, serbuk


(apabila diperlukan); tersebut dimasukkan pada
9. Menyimpan Resep pada cangkang kapsul sama banyak,
tempatnya; tutup kembali kapsul.
10. Apoteker membuat catatan 10. Menghitung kembali jumlah
pengobatan pasien dengan puyer/kapsul yang dibuat
menggunakan Formulir 5 berdasarkan resep.
sebagaimana terlampir. 11. Masukkan pada plastik klip yang
Apoteker di Apotek juga suda diberi etiket.
dapat melayani Obat non Standar prosedur operasional dalam
Resep atau pelayanan Penyerahan Obat di Apotek Medizone
swamedikasi. Apoteker antara lain:
harus memberikan edukasi 1. Sedian farmasi yang sudah diberi
kepada pasien yang etiket diserahkan pada pasien.
memerlukan Obat non 2. Memanggil nama pasien sesuai
Resep untuk penyakit dengan yang tertulis pada resep.
ringan dengan memilihkan 3. Meminta nomor antrian yang
Obat bebas atau bebas diberikan diawal penerimaan resep.
terbatas yang sesuai. 4. Mencocokkan nomor antrian dengan
nomor resep, setelah nomor antrian
dan nomor resep cocok sediaan
farmasi diserahkan pada pasien.
5. Menyerahkan sediaan farmasi pada
pasien dengan pemberian informasi
tetang cara pemakaian, aturan pakai
dan waktu penggunaan dan cara
penyimpanan (KIE).
6. Pastikan bahwa sediaan farmasi yang
diterima oleh pasien digunakan
secara benar,Informasi yang
diberikan oleh Apoteker dipahami
oleh pasien, jika terlihat ragu-ragu,
ulangi penjelasan pada pasien
(asuhan kefarmasian)
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat Standar prosedur operasional dalam Pelayanan Informasi
merupakan kegiatan yang dilakukan Pelayanan Informasi Obat di Apotek Obat di Apotek
43

oleh Apoteker dalam pemberian Medizone dibuat untuk pelaksanaan Medizone sudah
informasi mengenai Obat yang kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh memenuhi
tidak memihak, dievaluasi dengan Apoteker untuk memberikan informasi dan Persyaratan sesuai
kritis dan dengan bukti terbaik konsultasi secara akurat, tidak bias, aturan yang berlaku
dalam segala aspek penggunaan faktual, terkini, mudah dimengerti, etis dan
Obat kepada profesi kesehatan lain, bijaksana.
pasien atau masyarakat. Informasi
mengenai Obat termasuk Obat Prosedur antara lain:
Resep, Obat bebas dan herbal. 1. Memberikan informasi kepada
Informasi meliputi dosis, bentuk pasien berdasarkan resep atau
sediaan, formulasi khusus, rute dan kartu pengobatan pasien
metoda pemberian, farmakokinetik, (medication record) atau kondisi
farmakologi, terapeutik dan kesehatan pasien baik lisan
alternatif, efikasi, keamanan maupun tertulis
penggunaan pada ibu hamil dan 2. Melakukan penelusuran literatur
menyusui, efek samping, interaksi, bila diperlukan, secara sistematis
stabilitas, ketersediaan, harga, sifat untuk memberikan informasi.
fisika atau kimia dari Obat dan lain- 3. Menjawab pertanyaan pasien
lain. dengan jelas dan mudah
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat dimengerti, tidak bias, etis dan
di Apotek meliputi: bijaksana baik secara lisan
1. menjawab pertanyaan baik maupun tertulis
lisan maupun tulisan; 4. Informasi yang perlu disampaikan
2. membuat dan kepada pasien:
menyebarkan - Jumlah, jenis dan kegunaan
buletin/brosur/leaflet, masing-masing obat
pemberdayaan - Bagaimana cara pemakaian
3. masyarakat (penyuluhan); masing-masing obat yang
4. memberikan informasi dan meliputi : bagaimana cara
edukasi kepada pasien; memakai obat, kapan harus
5. memberikan pengetahuan mengkonsumsi/memakai
dan keterampilan kepada obat, seberapa banyak/dosis
mahasiswa dikonsumsi sebelumnya,
6. farmasi yang sedang waktu sebelum atau sesudah
praktik profesi; makan, frekuensi penggunaan
7. melakukan penelitian obat/rentang jam penggunaan
penggunaan Obat; - Bagaimana cara
44

8. membuat atau menggunakan peralatan


menyampaikan makalah kesehatan
dalam forum ilmiah; - Peringatan atau efek
9. melakukan program samping obat
jaminan mutu. - Bagaimana mengatasi
Pelayanan Informasi Obat harus jika terjadi masalah efek
didokumentasikan untuk membantu samping obat
penelusuran kembali dalam waktu - Tata cara penyimpanan
yang relatif singkat dengan obat (sediaan farmasi)
menggunakan Formulir 6 - Pentingnya kepatuhan
sebagaimana terlampir. penggunaan obat
Hal-hal yang harus diperhatikan 5. Menyediakan informasi aktif (brosur,
dalam dokumentasi pelayanan leaflet dll)
Informasi Obat : 6. Mendokumentasikan setiap kegiatan
1. Topik Pertanyaan; pelayanan informasi obat
2. Tanggal dan waktu
Pelayanan Informasi Obat
diberikan;
3. Metode Pelayanan
Informasi Obat (lisan,
tertulis, lewat telepon);
4. Data pasien (umur, jenis
kelamin, berat badan,
informasi lain
5. seperti riwayat alergi,
apakah pasien sedang
hamil/menyusui,
6. data laboratorium);
7. Uraian pertanyaan;
8. Jawaban pertanyaan;
9. Referensi;
10. Metode pemberian
jawaban (lisan, tertulis,
telepon) dan data
11. Apoteker yang
memberikan Pelayanan
Informasi Obat.
45

4. Konseling
Konseling merupakan proses Standar prosedur operasional dalam Konseling di Apotek
interaktif antara Apoteker dengan Konseling Obat di Apotek Medizone oleh Medizone sudah
pasien/keluarga untuk Apoteker untuk melakukan kegiatan memenuhi
meningkatkan pengetahuan, konseling pasien dengan resep, sesuai Persyaratan sesuai
pemahaman, kesadaran dan dengan aturan yang berlaku
kepatuhan sehingga terjadi kondisi pasien, antara lain:
perubahan perilaku dalam 1. Membuka komunikasi antara
penggunaan Obat dan apoteker dengan pasien/keluarga
menyelesaikan masalah yang pasien
dihadapi pasien. Untuk mengawali 2. Menanyakan 3 (tiga) pertanyaan
konseling, Apoteker menggunakan kunci menyangkut obat (sediaan
three prime questions. Apabila farmasi/alkes) yang dikatakan oleh
tingkat kepatuhan pasien dinilai dokter kepada pasien dengan metode
rendah, perlu dilanjutkan dengan open-ended question. Untuk resep
metode Health Belief Model. baru, bisa dilakukan dengan metode
Apoteker harus melakukan three prime question :
verifikasi bahwa pasien atau - Apa yang telah dokter katakan
keluarga pasien sudah memahami mengenai obat ini ?
Obat yang digunakan. Kriteria - Bagaimana dokter menerangkan
pasien/keluarga pasien yang perlu cara pemakaian ?
diberi konseling: - Apa hasil yang diharapkan dokter
1. Pasien kondisi khusus dari pengobatan ini ?
(pediatri, geriatri, Untuk resep ulang :
gangguan fungsi hati - Apa gejala atau keluhan yang
dan/atau ginjal, ibu hamil dirasakan pasien ?
dan menyusui). - Bagaimana cara pemakaian
2. Pasien dengan terapi obat ?
jangka panjang/penyakit - Apakah ada keluhan selama
kronis (misalnya: TB, DM, penggunaan obat ?
AIDS, epilepsi). 3. Memperagakan dan menjelaskan
3. Pasien yang menggunakan mengenai pemakaian obat-obat
Obat dengan instruksi tertentu (inhaler, suppositoria, obat
khusus (penggunaan tetes, dll)
kortikosteroid dengan 4. Melakukan verifikasi akhir
tappering down/off). meliputi :
4. Pasien yang menggunakan - Mengecek pemahaman pasien
46

Obat dengan indeks terapi - Mengidentifikasi dan


sempit (digoksin, fenitoin, menyelesaikan masalah yang
teofilin). berhubungan dengan cara
5. Pasien dengan polifarmasi; penggunaan obat untuk
pasien menerima beberapa mengoptimalkan terapi
Obat untuk indikasi 5. Melakukan pencatatan konseling
penyakit yang sama. yang dilakukan pada kartu
Dalam kelompok ini juga pengobatan
termasuk pemberian lebih
dari satu Obat untuk
penyakit yang diketahui
dapat disembuhkan dengan
satu jenis Obat.
6. Pasien dengan tingkat
kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan konseling:
1. Membuka komunikasi
antara Apoteker dengan
pasien
2. Menilai pemahaman
pasien tentang penggunaan
Obat melalui
Three Prime Questions, yaitu:
a. Apa yang
disampaikan
dokter tentang
Obat Anda?
b. Apa yang
dijelaskan oleh
dokter tentang
cara pemakaian
Obat Anda?
c. Apa yang
dijelaskan oleh
dokter tentang
hasil yang
diharapkan
47

setelah anda
menerima terapi
Obat tersebut?
3. Menggali informasi lebih lanjut
dengan memberi kesempatan
kepada pasien untuk
mengeksplorasi masalah
penggunaan Obat
4. Memberikan penjelasan kepada
pasien untuk menyelesaikan
masalah penggunaan Obat
5. Melakukan verifikasi akhir untuk
memastikan pemahaman pasien
Apoteker mendokumentasikan
konseling dengan meminta tanda
tangan pasien sebagai bukti bahwa
pasien memahami informasi yang
diberikan dalam konseling dengan
menggunakan Formulir 7
sebagaimana terlampir.
5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan Apotek Medizone tidak melakukan (Home Pelayanan
diharapkan juga dapat melakukan Pharmacy Care) Kefamasian di
Pelayanan Kefarmasian yang Rumah oleh Apotek
bersifat kunjungan rumah, Medizone tidak
khususnya untuk kelompok lansia tersedia.
dan pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya. Jenis
Pelayanan Kefarmasian di rumah
yang dapat dilakukan oleh
Apoteker, meliputi :
1. Penilaian/pencarian
(assessment) masalah yang
berhubungan dengan
pengobatan
2. Identifikasi kepatuhan
pasien
48

3. Pendampingan
pengelolaan Obat dan/atau
alat kesehatan di rumah,
misalnya cara pemakaian
Obat asma, penyimpanan
insulin.
4. Konsultasi masalah Obat
atau kesehatan secara
umum.
5. Monitoring pelaksanaan,
efektifitas dan keamanan
penggunaan Obat
berdasarkan catatan
pengobatan pasien
6. 6. Dokumentasi
pelaksanaan Pelayanan
Kefarmasian di rumah
dengan menggunakan
Formulir 8 sebagaimana
terlampir.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang Apotek Medizone tidak melakukan Pemantauan Terapi
memastikan bahwa seorang pasien pemantauan terapi obat dan tidak bekerja Obat oleh Apotek
mendapatkan terapi Obat yang sama dengan tim kesehatan lainnya. Medizone tidak
efektif dan terjangkau dengan tersedia.
memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
Kriteria pasien:
1. Anak-anak dan lanjut usia,
ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima Obat lebih dari
5 (lima) jenis.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan
fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima Obat dengan
indeks terapi sempit.
49

6. Menerima Obat yang


sering diketahui
menyebabkan reaksi Obat
yang merugikan.
Kegiatan:
1. Memilih pasien yang
memenuhi kriteria.
2. Mengambil data yang
dibutuhkan yaitu riwayat
pengobatan pasien yang
terdiri dari riwayat
penyakit, riwayat
penggunaan Obat dan
riwayat alergi; melalui
wawancara dengan pasien
atau keluarga pasien atau
tenaga kesehatan lain
3. Melakukan identifikasi
masalah terkait Obat.
Masalah terkait Obat
antara lain adalah adanya
indikasi tetapi tidak
diterapi, pemberian Obat
tanpa indikasi, pemilihan
Obat yang tidak tepat,
dosis terlalu tinggi, dosis
terlalu rendah, terjadinya
reaksi Obat yang tidak
diinginkan atau terjadinya
interaksi Obat
4. Apoteker menentukan
prioritas masalah sesuai
kondisi pasien dan
menentukan apakah
masalah tersebut sudah
atau berpotensi akan
terjadi
50

5. Memberikan rekomendasi
atau rencana tindak lanjut
yang berisi rencana
pemantauan dengan tujuan
memastikan pencapaian
efek terapi dan
meminimalkan efek yang
tidak dikehendaki

6. Hasil identifikasi masalah


terkait Obat dan
rekomendasi yang telah
dibuat oleh Apoteker harus
dikomunikasikan dengan
tenaga kesehatan terkait
untuk mengoptimalkan
tujuan terapi.
7. Melakukan dokumentasi
pelaksanaan pemantauan
terapi Obat dengan
menggunakan Formulir 9
sebagaimana terlampir.
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan Apotek Medizone menyediakan formulir MESO oleh Apotek
setiap respon terhadap Obat yang pengisian Monitoring Efek Samping Obat Medizone tersedia
merugikan atau tidak diharapkan (MESO) namun jarang sekali digunakan. namun kurang aktif
yang terjadi pada dosis normal yang dilaksanakan.
digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis dan
terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis. Kegiatan:
1. Mengidentifikasi Obat
dan pasien yang
mempunyai resiko
tinggi mengalami efek
samping Obat.
2. Mengisi formulir
51

Monitoring Efek
Samping Obat (MESO)
3. Melaporkan ke Pusat
Monitoring Efek
Samping Obat Nasional
dengan menggunakan
Formulir 10
sebagaimana terlampir.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a. Kerjasama dengan tim
kesehatan lain
8. Evaluasi Mutu Pelayanan Farmasi Klinik
1. Metode Evaluasi Mutu Apotek Medizone tidak melakukan Evaluasi Mutu
a. Audit Evaluasi Mutu Pelayana Farmasi Klinik Pelayanan Farmasi
Audit dilakukan oleh Apoteker Klinik Apotek
berdasarkan hasil monitoring Medizone tidak
terhadap proses dan hasil pelayanan tersedia.
farmasi klinik.
Contoh:
a. audit penyerahan Obat
kepada pasien oleh
Apoteker
b. audit waktu pelayanan

b. Review
Review dilakukan oleh Apoteker
berdasarkan hasil monitoring
terhadap pelayanan farmasi klinik
dan seluruh sumber daya yang
digunakan.
Contoh:
review terhadap kejadian
medication error

c. Survei
Survei yaitu pengumpulan data
dengan menggunakan kuesioner.
52

Survei dilakukan oleh Apoteker


berdasarkan hasil monitoring
terhadap mutu pelayanan dengan
menggunakan angket/kuesioner
atau wawancara langsung
Contoh: tingkat kepuasan pasien

d. Observasi
Observasi yaitu pengamatan
langsung aktivitas atau proses
dengan menggunakan cek list atau
perekaman. Observasi dilakukan
oleh berdasarkan hasil monitoring
terhadap seluruh proses pelayanan
farmasi klinik.
Contoh :
Observasi pelaksanaan SPO
pelayanan

2. Indikator Evaluasi Mutu


Indikator yang digunakan untuk
mengevaluasi mutu pelayanan
adalah:
a. Pelayanan farmasi klinik
diusahakan zero defect dari
medication error;
b. Standar Prosedur Operasional
(SPO): untuk menjamin mutu
pelayanan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan;
c. Lama waktu pelayanan Resep
antara 15-30 menit;
d. Keluaran Pelayanan
Kefarmasian secara klinik
berupa kesembuhan penyakit
pasien, pengurangan atau
hilangnya gejala penyakit,
53

pencegahan terhadap penyakit


atau gejala, memperlambat
perkembangan penyakit.

Apotek adalah sarana kesehatan yang menangani distribusi sediaan


farmasi dan alat kesehatan ke masyarakat yang juga mempunyai fungsi ekonomi.
Apotek adalah sarana kefarmasian tempat diakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker. Praktek kefarmasian yang dapat dilakukan di apotek diantaranya yaitu
proses perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi obat,
peracikan, pengubahan bentuk obat, pelayanan obat resep, pelayanan obat tanpa
resep, obat wajib apotek, monitoring penggunaan obat serta pelaporan
penggunaan obat. Apotek yang merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan
masyarakat memiliki dua aspel kegiatan, yaitu pelayanan kefarmasian
(pharmaceutical care) yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dan aspek
bisnis apotek. Pelayanan kefarmasian atau pharmaceutical care merupakan suatu
bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi Apoteker terhadap
pekerjaan kefarmasian dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dalam penyelenggaraannya kedua aspek ini haruslah seimbang.
Apotek Medizone merupakan sebuah apotek yang didirikan sejak tahun
2012 dengan modal perseorangan pekerja kefarmasian di apotek Medizone tetap
sepenuhnya dilakukan oleh Apoteker sebagai Apoteker Penanggung Jawab
Apotek yang telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, memiliki Surat Tanda
Registrasi Apoteker (STRA) yang merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh
konsil tenaga kefarmasian kepada Apoteler yang telah diregistrasi serta memiliki
Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) yang merupakan bukti tertulis yang diberikan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai pemberian
kewenangan untuk mnejalankan praktik kefarmasian. Apoteker Penanggung
Jawab Apotek bertanggungjawab dalam mengawasi pelayanan resep,
memberikan pelayanan informasi obat, menyediakan obat yang berkualitas dan
terjamin keasliannya, terampil melakukan pekerjaan kefarmasian, serta kegiatan
yang berhubungan dengan administrasi dan keuangan.
54

Apoteker Penanggung Jawab Apotek perlu memahami dan memenuhi


persyaratan-persyaratan dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di Apotek
yaitu memenuhi Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan No.73 Tahun 2016 dalam ruang lingkup
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai serta
Pelayanan Farmasi Klinik. Memenuhi syarat sarana dan prasarana apotek sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.14 Tahun 2021 tentang Standar
Kegiatan Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
Resiko Sektor Kesehatan di Apotek.
Berdasarkan perbandingan antara Peraturan Menteri Kesehatan No.73
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dengan hasil
pengamatan selama PKPA di Apotek Medizone, mengenai Pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai bahwa Apotek Medizone
telah memenuhi seluruh standar persyaratan yang berlaku, antara lain dalam hal :
Perencanaan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan, Pemusnahan, Pengendalian,
Pencatatan dan Pelaporan, serta Evaluasi Mutu Manajerial di Apotek.
Berdasarkan perbandingan antara Peraturan Menteri Kesehatan No.73 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dengan hasil pengamatan
selama PKPA di Apotek Medizone, mengenai pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang meliputi : perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan,
serta evaluasi mutu manajerial di apotek berdasarkan pengamatan selama praktek
kerja profesi apoteker sudah sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Kegiatan perencanaan di apotek Medizone dilakukan untuk memastikan
pelaksanaan dan pengawasan kegiatan perencanaan Sediaan Farmasi-Alat
Kesehatan sehingga mendapatkan jumlah dan jenis yang sesuai kebutuhan dan
menjamin ketersediaan sediaan farmasi-alat kesehatan di sarana pelayanan.
Pengadaan dilakukan untuk menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan sesuai kebutuhan apotek dan memastikan proses pengadaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan sesuai prosedur dan ketentuan perundang-undangan.
Penerimaan bertujuan untuk memastikan kesesuain jumlah, spesifikasi dan mutu
55

sediaan serta alat kesehatan yang dipesan. Dan memastikan kesesuaian barang
secara fisik dan yang tertera pada faktur. Penyimpanan pada apotek medizone
berdasarkan bentuk sediaan, alfabetis, suhu, serta FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out). Pemusnahan dilakukan pada sediaan yang telah
kadaluarsa, sediaan yang telah rusak dan tidak sesuai mutunya, dicabut izin edar,
dan resep yang telah disimpan selama 5 tahun. Pengendalian bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pencatatan dan pelaporan
dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan). Evaluasi mutu
manajerial di apotek dilakukan untuk melakukan review terhadap pola penyakit,
kemampuan daya beli masyarakat, kebiasaan masyarakat setempat dalam
mengkonsumsi obat, melakukan analisa terhadap prioritas, monitoring terhadap
keabsahan distributor agar sediaan farmasi dan alat-alat kesehatan sesuai dengan
persyaratan mutu, dan melakukan prakiraan pembelian kebutuhan sediaan farmasi
dan alat kesehatan.
Pelayanan Farmasi Klinik berdarsarkan perbandingan antara Peraturan
Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek dengan hasil pengamatan didapatkan hasil yaitu telah memenuhi
persyaratan, antara lain : Pengkajian Resep, Dispensing Resep, Pelayanan
Informasi Obat (PIO), dan Konseling. Sedangkan Apotek Medizone tidak
melayani Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care), Pemantauan
Terapi Obat, Evaluasi Mutu Pelayanan Farmasi Klinik, dan jarang melaksanakan
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) walaupun lembar pengisian formulir
MESO tersedia di Apotek Medizone.
Berdasarkan perbandingan antara Peraturan Menteri Kesehatan No.14 Tahun 2021
tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Resiko Sektor Kesehatan di Apotek dengan hasil pengamatan
selama PKPA di Apotek Medizone, didapatkan hasil yaitu sebagian besar telah
memenuhi persyaratan, antara lain : Sarana dan Prasarana, Ruang Apotek,
56

Peralatan Apotek, Sumber Daya Manusia (SDM) dan Penyelenggaraan. Apotek


Medizone tidak menyediakan obat Narkotika dan Psikotropik sehingga pada
bagian Peralatan Apotek tidak tersedia buku pencatatan obat narkotika, buku
pesanan obat narkotika, formulir laporan obat, buku pencatatan obat psikotropika,
buku pesanan obat psikotropika dan formulir laporan obat psikotropika.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama Praktik Kerja Profesi
Apoteker di apotek medizone dapat disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa dapat memahami tentang peran, fungsi dan tanggung jawab
seorang apoteker di apotek dalam melakukan pelayanan kefarmasian
2. Apoteker memiliki peranan penting dalam melakukan praktik
kefarmasian baik pelayanan farmasi klinik maupun perbekalan farmasi
3. Menambah pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman bagi mahasiswa
dalam melakukan kegiatan praktik kefarmasian selama di apotek
4. Memberikan gambaran yang nyata tentang permasalahan dalam
pekerjaan kefarmasian sehingga dapat melatih mahasiswa untuk siap
dalam memasuki dunia kerja
5. Pada pelaksanaan pelayanan farmasi klinik apotek medizone melakukan
monitoring efek samping obat (MESO) namun tidak dilakukan secara
rutin, juga tidak melakukan Home Pharmacy Care
6. Semua sarana dan prasarana di apotek medizone sudah memenuhi syarat
sesuai peraturan yang berlaku

B. Saran
1. Mahasiswa hendaknya lebih teliti dalam melakukan praktik kefarmasian
seperti meracik dan menyerahkan obat ke pasien
2. Melakukan survei pengumpulan data melalui quesioner, berdasarkan
evaluasi pelayanan mutu seperti pelayanan farmasi klinik, menjamin
mutu pelayanan agar sesuai standar prosedur operasional (SPO) yang
telah ditetapkan, lama waktu pelayanan resep (15-30 menit), tingkat
kesembuhan atau pengurangan gejala penyakit pasien selama
pengobatan.

68
DAFTAR PUSTAKA

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor: 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor: 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

[Depkes] Departemen Kesahatan. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor: 889/Menkes/Per//V/2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2021. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 14


standar kegiatan usaha dan produk pada penyelenggaraan perizinan
berusaha berbasis risiko sektor kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2017. Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor: 9 Tahun 2017 tentang Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2016. Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor: 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2018. Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor: 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik Sektor Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Keputusan Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No.


925/MENKES/PER/X/1993 tentang Daftar Perubahan Golongan Obat
No.1

Keputusan Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No.


924/MENKES/PER/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.2

Keputusan Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No.


1176/MENKES/PER/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.3

69
LAMPIRAN

1. Praktek Apotek

2. Denah Apotek

70
71

3. Resep

4. Faktur
72

5. Etiket
73

6. Penyimpanan obat termolabil

7. Meja Racik

8. Etalase Penyimpanan Obat


74
75

9. Sarana dan Prasarana Apotek


Perbandingan antara PMK No.14 Tahun 2021 Tentang Standar Kegiatan Usaha dan
Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor Kesehatan
dan Hasil Observasi
HASIL PENILAIAN
PERINCIAN PERSYARATAN
OBSERVASI TMS MS
1. Sumber air - Sumber air bersih Sumber air √
bersih dan tersedia bersih : PDAM
sanitasi - Tersedia tempat sampah Tempat
yang memenuhi Sampah : Ada
persyaratan
2. Instalasi listrik Sistem kelistrikan dan PLN/Generator √
penempatannya harus mudah
dioperasikan, diamati, dipelihara,
tidak membahayakan, tidak
mengganggu lingkungan, bagian
bangunan dan instalasi lain. Jika
Apotek menyediakan vaksin,
maka Apotek harus memastikan
suplai listrik tidak terputus untuk
fasilitas pendingin.
3. Instalasi Ventilasi ruang pada bangunan Tersedia √
sirkulasi udara Apotek, dapat berupa ventilasi
alami dan/atau ventilasi mekanis.
Setiap ruang diupayakan proses
udara di dalam ruang bergerak
dan terjadi pertukaran antara
udara di dalam ruang dengan
udara dari luar
4. Penerangan Penerangan cukup untuk Tersedia √
menjamin kegiatan pelayanan
5. Pencegahan dan Alat Pemadam Api Ringan Tersedia √
penanggulangan (APAR)
kebakaran
6. Sistem Tersedia √
komunikasi
76

Peralatan Apotek
1. Peralatan pada a. Meja dan kursi 1 set Tersedia √
ruang b. Komputer/laptop 1 set Ruang Apotek
penerimaan
resep sekurang-
kurangnya :
2. Peralatan pada a. Timbangan obat berupa Tersedia √
ruang timbangan analog atau
pelayanan timbangan digital, yang
Resep dan sudah dikalibrasi, dan
peracikan dibuktikan dengan tanda
sekurang- bukti kalibrasi.
kurangnya : Ada sesuai kebutuhan
b. Meja peracikan Tersedia √
Ada sesuai kebutuhan.
c. Wastafel Tersedia √
Ada sesuai kebutuhan.
d. Referensi dan literatur Tersedia √
peraturan perundang-
undangan bidang
kefarmasian baik berupa
hardcopy maupun
softcopy
Ada sesuai kebutuhan.
e. Peralatan peracikan Tersedia √
Ada sesuai kebutuhan.
f. Air untuk pengencer Tersedia √
(purified water/aquadets)
Ada sesuai kebutuhan.
g. Sendok obat Peralatan √
Ada sesuai kebutuhan. Apotek
h. Bahan pengemas dan Tersedia √
pembungkus obat
Ada sesuai dengan jumlah
kebutuhan.
i. Termometer ruangan √
77

Ada sesuai kebutuhan.


j. Blanko salinan resep Tersedia √
Ada sesuai kebutuhan.
k. Etiket dan label obat Tersedia √
Ada sesuai dengan jumlah
kebutuhan.
l. Pendingin ruangan (air Tersedia √
conditioner)
Ada sesuai kebutuhan.
3. Peralatan pada a. Meja dan kursi satu set Tersedia √
ruang konseling b. Buku referensi. Ada Tersedia √
sekurang- sesuai kebutuhan.
kurangnya: - Buku standar Tersedia √
- Kumpulan peraturan Tersedia √
perundang-undangan
terkait praktik
kefarmasian
c. Leaflet. Ada sesuai Tersedia √
kebutuhan.
d. Poster. Ada sesuai Tersedia √
kebutuhan.
e. Alat bantu konseling. Tersedia √
Ada sesuai kebutuhan.
f. Tempat untuk Tersedia √
mendisplai informasi
obat. Ada sesuai
kebutuhan.
g. Formulir dan Dokumen Tersedia √
Pelayanan Kefarmasian.
Ada sesuai kebutuhan.
- Formulir Pelayanan Tersedia √
Informasi Obat (PIO)
- Formulir Pelayanan Tersedia √
Konseling
- Formulir catatan Tersedia √
pengobatan pasien
78

- Formulir Monitoring Tersedia √


Efek Samping Obat
(MESO)
- Formulir pelayanan Tersedia √
kefarmasian di rumah
(Home Pharmacy Care)
4. Peralatan pada a. Lemari/rak untuk Tersedia √
ruang penyimpanan obat. Ada
penyimpanan sesuai dengan kebutuhan
sediaan farmasi b. Pallet. Ada sesuai Tersedia √
sekurang- dengan kebutuhan
kurangnya: c. Lemari pendingin. Ada Tersedia √
sesuai dengan kebutuhan
d. Lemari untuk Tersedia √
penyimpanan narkotika
dan psikotropika. Ada
sesuai peraturan yang
berlaku.
e. Lemari penyimpanan Tersedia √
obat khusus. Ada sesuai
dengan kebutuhan
f. Pendingin ruangan obat Tersedia √
khusus (AC). Ada sesuai
dengan kebutuhan
g. Pengukuran suhu dan Tersedia √
kelembaban
(termohigrometer).
Harus memenuhi
persyaratan.
h. Pengukuran suhu Tersedia √
(termometer ruangan).
Harus memenuhi
persyaratan.
i. Kartu monitoring suhu. Tersedia √
Ada sesuai dengan
kebutuhan
79

j. Tempat penyimpanan Tersedia √


khusus obat rusak dan
kadaluwarsa. Ada sesuai
dengan kebutuhan
5. Pada ruang a. Lemari buku. Ada sesuai Tersedia √
penyimpanan dengan kebutuhan
dokumen b. Blanko pesanan obat. Tersedia √
administrasi Ada dengan jumlah
dan data sesuai kebutuhan.
sekurang- c. Blanko kartu stok obat. Tersedia √
kurangnya Ada dengan jumlah
tersedia : sesuai kebutuhan.
d. Blanko salinan resep. Tersedia √
Ada dengan jumlah
sesuai kebutuhan.
e. Blanko faktur dan Tersedia √
blanko nota penjualan.
Ada dengan jumlah
sesuai kebutuhan.
f. Buku pencatatan obat Tersedia √
narkotika. Ada dengan
jumlah sesuai kebutuhan.
g. Buku pesanan obat Tersedia √
narkotika. Ada dengan
jumlah sesuai kebutuhan.
h. Form laporan obat Tersedia √
narkotika. Ada dengan
jumlah sesuai kebutuhan.
i. Buku pencatatan obat Tersedia √
psikotropika. Ada
dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
j. Buku pesanan obat Tersedia √
psikotropika. Ada
dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
80

k. Form laporan obat Tersedia √


psikotropika. Ada
dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Apotek Apotek yang buka 24 jam 1 Apoteker √
sekurang- sekurang-kurangnya harus (Apotek dibuka
kurangnya memiliki 2 (dua) orang Apoteker. selama 12 jam)
terdiri dari satu
orang Apoteker
2. Apoteker 3 orang √
penanggung
jawab dapat
dibantu
Apoteker lain
dan/atau Tenaga
Teknis
Kefarmasian,
asisten tenaga
kefarmasian
dan/atau tenaga
administrasi
3. Jumlah - Data jam operasional Apotek 09.00-21.00 √
Apoteker dan - Data jam praktik Apoteker WIB
tenaga lain - Tersedia analisa beban kerja
disesuaikan
dengan jam
operasional
Apotek dan
mempertimbang
kan analisa
beban kerja
4. Semua tenaga Dibuktikan dengan Tersedia √
ke farmasian SIPA/SIPTTK
memiliki surat
izin praktik
81

5. Semua tenaga Tersedia √


kefarmasian
sesuai dengan
standar profesi,
standar prosedur
operasional,
standar
pelayanan, etika
profesi,
menghormati
hak pasien, serta
mengutamakan
mutu dan
keselamatan
pasien sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
Penyelenggaraan (Untuk Permohonan Perpanjangan Izin, Perubahan lokasi, Perubahan
alamat di lokasi yang sama, Perubahan Nama Apotek, dan/atau Perubahan Apoteker
Penanggung Jawab Apotek)
1. Apotek tidak √
melakukan
kegiatan
distribusi obat
2. Apoteker tidak √
melayani dan
menyerahkan
obat dalam
jumlah besar
3. Apotek √
melakukan
pengisian self
assessment
Pelayanan
82

Kefarmasian di
Apotek
berdasarkan
penyelenggaraa
n Apotek paling
sedikit satu (1)
kali setahun
4. Apotek Bukti hasil pelaporan pelyanan √
memberikan kefrmasian terakhir
laporan
Pelayanan
Kefarmasian
setiap bulan
5. Apotek Bukti hasil pelaporan SIPNAP √
memberikan
laporan
pemasukan dan
penyerahan/pen
ggunaan
narkotika dan
psikotropika
setiap bulan
melalui aplikasi
SIPNAP
83

TUGAS KHUSUS

1. KAJIAN ADMINISTRASI
Nama Dokter = Ada
RESEP
SIP = Ada
R/ Triamcort 2 mg Alamat = Ada
Meptin 12,5
Trifed 1/6 Inscriptio = Tidak Ada
Isprinol 1/5 Invecatio = Ada
m.f pulv dtd No XV
S 2dd I Praescriptio = Ada
Signatura = Ada
Pro : An. BL
Umur : 2 Tahun 6 Bulan Subscriptio = Tidak Ada
Alamat: - Nama Pasien = Ada
Alamat Pasien = Tidak Ada
Umur Pasien = Ada

2. KAJIAN FARMASETIK
1. Triamcort
 Kandungan
Tablet mengandung 4 mg, vial 10 dan 40 mg/ml,
 Dosis
Dewasa 4 mg–48 mg/hari dalam dosis terbagi (dosis disesuaikan
dengan jenis penyakit dan resepon pasien)
84

 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
2. Meptin
 Kandungan
Setiap tablet mengandung procaterol 25 mcg, 50 mcg, meptin syrup 5
mcg/ml, larutan inhalasi 0,3 ml dan 0,5 ml
 Dosis
Dewasa 50 mcg 2x sehari, anak usia 6 tahun keatas 25 mcg 2x sehari
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
3. Trifed
 Kandungan
Per 5 ml : Tripolidine HCL 1,25 mg, Pseudoephedrine HCL 30 mg
 Dosis
Dewasa dan anak usia >12 tahun 2 sendok takar 5 ml, anak 6-12 tahun
1 sendok takar 5 ml, anak 4-6 tahun 0,75 sendok takar 5 ml, anak 2-4
tahun 0,5 sendok takar 5 ml
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
4. Isprinol
 Kandungan
Per 5 ml : sirup 250 mg (methisoprinol)
 Dosis
Dewasa 2 sendok takar 6-8 kali sehari, anak >7 tahun dengan BB >21
kg/BB 1 sendok takar (5 ml) 6 kali sehari, anak usia 0-7 tahun dengan
BB 14-21 kg/BB ¾ sendok takar (5 ml) 6 kali sehari, anak 1-3 tahun
dengan BB 9-14 kg/BB ½ sendok takar (5 ml) 6 kali sehari, anak <1
tahun dengan BB <9 kg/BB sendok takar (5 ml) 6 kali sehari
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
85

a. Bentuk Sediaan
 Triamcort : Tablet
 Meptin : Tablet
 Trifed : Sirup
 Isprinol : Sirup
b. Stabilitas
 Triamcort : Stabil
 Claritromicin : Stabil
 Trifed : Stabil
 Isprinol : Stabil
c. Kompaktibilitas
 Triamcort : Tercampur
 Claritromicin : Tercampur
 Trifed : Tercampur
 Isprinol : Tercampur
5. KAJIAN KLINIS
1. Triamcort
a. Indikasi
Demam reumatik, asma bronkial, rinitis vasomotor, leukimia,
limfosarkoma, penyakit hodgkin, fibrosis paru, bursitis akut
b. Kontraindikasi
Kontraindikasi dengan penderita DM, tukak peptik/tukak duodenum,
infeksi berat hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular lainnya
c. Efek Samping
Penghentian secara tiba-tiba setelah penggunaan jangka panjang
menyebabkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia,
atralgia, malaise. Komplikasi penggunaan jangka panjang
menyebabkan gangguan cairan elektrolit, hiperglikemia, tukak peptik,
86

osteoporosis, miopati, habitus pasien cushing syndrome (moon face,


buffalo hump, dll)
2. Meptin
a. Indikasi
Asma, bronkial kronis, emfisema paru
b. Kontraindikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitivitas terhadap
kandungan meptin (procaterol)
c. Efek Samping
Takikardi, demam, pusing, mual, gelisah, tremor, ruam merah pada
kulit
3. Trifed
a. Indikasi
Rinitis alergi, hidung tersumbat
b. Kontraindikasi
hipersensitivitas pada penderita hipertensi, glaukoma, diabetes, jantung
koroner
c. Efek Samping
Pusing, sakit kepala, tremor, gelisah, mengantuk, mulut terasa kering,
gangguan saluran pencernaan, takikardi, halusinasi
4. Isprinol
a. Indikasi
Antivirus untuk herpes, cacar air, hepatitis B, influenza, bronkitis,
rinofaringitis
b. Kontraindikasi
Pada penderita gout, jantung, tidak digunakan pada 4 bulan pertama
kehamilan
c. Efek Samping
Peningkatan asam urat dan serum kreatinin, lelah/lesu, diare
87

TELAAH RESEP

NO ASPEK TELAAH BERI TANDA (√)

YA TIDAK
1 KEJELASAN TULISAN √
2 BENAR NAMA PASIEN √
3 BENAR NAMA OBAT √

4 BENAR DOSIS √
5 BENAR WAKTU DAN DOSIS √
PEMBERIAN
6 BENAR CARA PEMBERIAN √
7 ADA TIDAKNYA DUPLIKASI √
8 ADA TIDAKNYA POLI FARMASI √
9 INTERAKSI OBAT YANG √
MUNGKIN TERJADI

Interaksi :
Procaterol dan pseuodophedrin dapat meningkatkan efek simpatis (adrenergik)
termasuk peningkatan tekanan darah dan detak jantung sehingga penggunaannya
harus di monitoring.

1.
88

KAJIAN ADMINISTRASI
RESEP Nama Dokter = Ada
30 maret 2022 SIP = Ada

R/ OBH Syr 500 ml Alamat = Ada


Syrup Thymi 100 ml Inscriptio = Ada
Cetirizine 12 tab
Kalmethasone 0,15 12 tab Invecatio = Ada
Codein 300 mg Praescriptio = Ada
m.f Syr No. I
S 3dd C I Signatura = Ada
Subscriptio = Ada
Pro : Ny. L
Umur : - Nama Pasien = Ada
Alamat: - Alamat Pasien = Tidak Ada
Umur Pasien = Tidak Ada

2. KAJIAN FARMASETIK
1. OBH Sirup
 Kandungan
Tiap 5 ml (1 sendok takar) sirup mengandung succus liquiritiae extract
167 mg, paracetamol 150 mg, ammonium chloride 50 mg, ephedrine
HCL 2,5 mg, chlorpeniramine maleat 1 mg.
 Dosis
Anak usia 6-12 tahun 3x sehari 1.5 sendok teh (7,5 ml), Dewasa 3x
sehari (15 ml)
89

 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
2. Sirup Thymi
 Kandungan
Tiap 5 ml mengandung guaifenesin 3,75 mg, ekstrak thyme 250 mg,
ekstrak primulae 50 mg, esktrak althaea 175 mg, eucalyptus oil 0,5
mg, anise oil 1.25 mg
 Dosis
Dewasa 1 sendok makan (15 ml) 3-4 kali sehari, anak-anak 1 sendok
takar (5 ml) 3-4 kali sehari
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
3. Cetirizine
 Kandungan
Tablet 5 mg, tab/kaps 10 mg, tetes 10 mg/ml, sirup 5 mg/5 ml
 Dosis
Dewasa 1x10 mg/hari, anak usia >2 tahun 0,25 mg/kg BB diberikan
tiap 24 jam
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
4. Kalmethasone
 Kandungan
Tablet 0,5 mg (deksametahson), ampul 4 mg/ml, ampul 5 mg/ml
 Dosis
Dewasa 0,5-10 mg/hari dalam dosis terbagi injeksi 0,5-24 mg dalam
dosis terbagi, anak oral, IM, IV 0,08-0,3 mg/kg BB/hari dalam dosis
terbagi setiap 6-12 jam
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
90

5. Codein
 Kandungan
Tablet 10 mg, 15 mg, 20 mg
 Dosis
Dewasa 10-20 mg tiap 4-6 jam masksimal 120 mg/hari, 6-12 tahun 5-
10 mg atau 0,5-1,5 mg/kg BB tiap 4-6 jam maksimal 30 mg/hari
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
a. Bentuk Sediaan
 OBH syr : Sirup
 Syrup Thymi : Sirup
 Cetirizine : Tablet
 Kalmethasone : Tablet
 Codein : Tablet
b. Stabilitas
 OBH syr : Stabil
 Syrup Thymi : Stabil
 Cetirizine : Stabil
 Kalmethasone : Stabil
 Codein : Stabil
c. Kompaktibilitas
 OBH syr : Tercampur
 Syrup Thymi : Tercampur
 Cetirizine : Tercampur
 Kalmethasone : Tercampur
 Codein : Tercampur
3. KAJIAN KLINIS
1. OBH Syr
a. Indikasi
Meredakan gejala batuk, flu, demam, sakit kepala, hidung tersumbat
91

b. Kontraindikasi
Hipersensitivitas pada salah satu kandungan obat
c. Efek Samping
Mengantuk, gangguan pencernaan ringan
2. Syrup Thymi
a. Indikasi
Meredakan batuk berdahak, melegakan tenggorokan dan pilek
b. Kontraindikasi
Tidak boleh digunakan pada penderita yang hipersensitivitas terhadap
thymi
c. Efek Samping
-
3. Cetirizine
a. Indikasi
Rinitis alergi, konjungtivitas, urtikaria, idiopati kronis, pruritus
b. Kontraindikasi
Hipersensitivitas, laktasi
c. Efek Samping
Pusing, sakit kepala, mengantuk, mulut terasa kering, agitasi, reaksi
hipersensitif seperti reaksi kulit dan angiodema, rasa tidak nyaman di
perut.
4. Kalmethasone
a. Indikasi
Inflamasi dan alergi, syok, diagnosis syndrome cushing, edema
serebral
b. Kontraindikasi
Kontraindikasi dengan penderita DM, tukak peptik/tukak duodenum,
infeksi berat hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular lainnya
c. Efek Samping
Penghentian secara tiba-tiba setelah penggunaan jangka panjang
menyebabkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia,
92

atralgia, malaise. Komplikasi penggunaan jangka panjang


menyebabkan gangguan cairan elektrolit, hiperglikemia, tukak peptik,
osteoporosis, miopati, habitus pasien cushing syndrome (moon face,
buffalo hump, dll)
5. Codein
a. Indikasi
Batuk kering, batuk dengan nyeri
b. Kontraindikasi
Batuk berdahak, penyakit hepar, gangguan ventilasi, hipersensitivitas,
riwayat penggunaan MAO inhibitor dalam 14 hari terakhir, menderita
atau dicurigai terdapat paru obstruksi gastrointestinal, ileus paralitik,
depresi nafas
c. Efek Samping
Konstipasi, depresi pernafasan pada pasien yang sensitif atau pada
dosis besar
93

TELAAH RESEP

NO ASPEK TELAAH BERI TANDA (√)

YA TIDAK
1 KEJELASAN TULISAN √
2 BENAR NAMA PASIEN √
3 BENAR NAMA OBAT √
4 BENAR DOSIS √
5 BENAR WAKTU DAN DOSIS √
PEMBERIAN
6 BENAR CARA PEMBERIAN √
7 ADA TIDAKNYA DUPLIKASI √
8 ADA TIDAKNYA POLI FARMASI √
9 INTERAKSI OBAT YANG MUNGKIN √
TERJADI

Interaksi : Tidak Ada

1.
94

KAJIAN ADMINISTRASI
Nama Dokter = Ada
SIP = Ada
RESEP
13 mei 2022 Alamat = Ada
R/ Mefinal 500 mg
Inscriptio = Ada
Valisanbe 500 mg
Dexamethasone 0,75 mg Invecatio = Ada
m.f caps dtd No. X
Praescriptio = Ada
S 2dd I
Signatura = Ada
Pro : Ny. ZML
Subscriptio = Ada
Umur : -
Alamat: - Nama Pasien = Ada
Alamat Pasien = Tidak Ada
Umur Pasien = Tidak Ada

2. KAJIAN FARMASETIK
1. Mefinal
 Kandungan
Mengandung asam mefenamat tablet/kaplet 500 mg
 Dosis
Dewasa 2-3 x 250 mg–500 mg sehari
 Aturan pakai
Diminum 2x sehari 2 tablet sesudah makan (Racikan)
95

2. Valisanbe
 Kandungan
Mengandung diazepam 2 mg, 5 mg, injeksi 5 mg/ml, suppo 10 mg/2,5
ml
 Dosis
Untuk status epileptikus konvulsif : dewasa 10-20 mg/rectal dapat
diulamgi 15 menit kemudian bila kejang masih berlanjut
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (Racikan)
3. Dexamethasone
 Kandungan
Tablet 0,5 mg dan 0,75 mg
 Dosis
Dewasa 0,5-10 mg/hari dalam dosis terbagi, anak untuk antiinflamasi
oral, IM, IV 0,08-0,3 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi setiap 6-12
jam
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (Racikan)
a. Bentuk Sediaan
 Mefinal : Tablet
 Valisanbe : Tablet
 Dexamethasone : Tablet
b. Stabilitas
 Mefinal : Stabil
 Valisanbe : Stabil
 Dexamethasone : Stabil
c. Kompaktibilitas
 Mefinal : Tercampur
 Valisanbe : Tercampur
 Dexamethasone : Tercampur
96

3. KAJIAN KLINIS
1. Mefinal
a. Indikasi
Nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, dismenore
primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot dan nyeri karena
pasca operasi.
b. Kontraindikasi
Hipersensitivitas, ulkus peptikum, kehamilan, anak <14 tahun
c. Efek Samping
Gangguan saluran cerna (dispepsia, diare, gejala iritasi mukosa
lambung), reaksi hipersentivitas, (eritema kulit), bronkokonstriksi
2. Valisanbe
a. Indikasi
Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan pada
putus alkohol akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot.
b. Kontraindikasi
Depresi pernafasan, gangguan hati berat, miastenia gravis, insufisiensi
pulmoner akut, kondisi fobia dan obsesi, psikosis kronik, glaukoma
sudut sempit akut, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan,
bayi prematur, tidak boleh digunakan sendirian pada depresi atau
ansietas dengan depresi
c. Efek Samping
Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, gangguan mental, amnesia,
depresi pernafasan, bingung, gangguan saluran cerna, retensi urin,
ruam, gangguan penglihatan
3. Deksametason
a. Indikasi
Inflamasi dan alergi, syok, diagnosis sindroma cushing, hiperplasia
adrenal kongenital, edema serebral. Intranasal (alergi atau inflamasi
nasal dan polip), inhalasi oral (pengontrol asma bronkial persisten),
dapat digunakan untuk menangani edema serebral dan syok septik
97

b. Kontraindikasi
Kontraindikasi dengan penderita DM, tukak peptik/tukak duodenum,
infeksi berat hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular lainnya
c. Efek Samping
Penghentian secara tiba-tiba setelah penggunaan jangka panjang
menyebabkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia,
atralgia, malaise. Komplikasi penggunaan jangka panjang
menyebabkan gangguan cairan elektrolit, hiperglikemia, tukak peptik,
osteoporosis, miopati, habitus pasien cushing syndrome (moon face,
buffalo hump, dll).
TELAAH RESEP
NO ASPEK TELAAH BERI TANDA (√)
YA TIDAK
1 KEJELASAN TULISAN √
2 BENAR NAMA PASIEN √
3 BENAR NAMA OBAT √
4 BENAR DOSIS √
5 BENAR WAKTU DAN DOSIS √
PEMBERIAN
6 BENAR CARA PEMBERIAN √
7 ADA TIDAKNYA DUPLIKASI √
8 ADA TIDAKNYA POLI FARMASI √
9 INTERAKSI OBAT YANG √
MUNGKIN TERJADI
98

Interaksi :
1. Monitoring penggunaan diazepam, karena deksametason akan menurunkan
kadar atau efek dari diazepam dengan mempengaruhi metabolisme enzim
CYP3A4 di hati/usus
2. Monitoring risiko ulserasi gangguan saluran cerna pada penggunaan asam
mefenamat dan deksametason karena dicurigai dapat meningkatkan efek
toksisitas obat lain dengan sinergisme farmakodinamik
99

3. KAJIAN ADMINISTRASI
Nama Dokter = Ada
RESEP SIP = Ada
Alamat = Ada
R/ Triamcort 2 mg Inscriptio = Tidak Ada
Meptin 12,5 Invecatio = Ada
Trifed 1/6
Praescriptio = Ada
Isprinol 1/5
m.f pulv dtd No XV Signatura = Ada
S 2dd I Subscriptio = Tidak Ada
Nama Pasien = Ada
Pro : An. BL Alamat Pasien = Tidak Ada
Umur : 2 Tahun 6 Bulan Umur Pasien = Ada
Alamat: -

4. KAJIAN FARMASETIK
6. Triamcort
 Kandungan
Tablet mengandung triamcinolone 4 mg, vial 10 dan 40 mg/ml,
 Dosis
Dewasa 4 mg–48 mg/hari dalam dosis terbagi (dosis disesuaikan
dengan jenis penyakit dan resepon pasien)
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
7. Meptin
 Kandungan
Setiap tablet mengandung procaterol 25 mcg, 50 mcg, meptin syrup 5
mcg/ml, larutan inhalasi 0,3 ml dan 0,5 ml
100

 Dosis
Dewasa 50 mcg 2x sehari, anak usia 6 tahun keatas 25 mcg 2x sehari
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
8. Trifed
 Kandungan
Per 5 ml : Tripolidine HCL 1,25 mg, Pseudoephedrine HCL 30 mg
 Dosis
Dewasa dan anak usia >12 tahun 2 sendok takar 5 ml, anak 6-12 tahun
1 sendok takar 5 ml, anak 4-6 tahun 0,75 sendok takar 5 ml, anak 2-4
tahun 0,5 sendok takar 5 ml
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
9. Isprinol
 Kandungan
Per 5 ml : sirup 250 mg (methisoprinol)
 Dosis
Dewasa 2 sendok takar 6-8 kali sehari, anak >7 tahun dengan BB >21
kg/BB 1 sendok takar (5 ml) 6 kali sehari, anak usia 0-7 tahun dengan
BB 14-21 kg/BB ¾ sendok takar (5 ml) 6 kali sehari, anak 1-3 tahun
dengan BB 9-14 kg/BB ½ sendok takar (5 ml) 6 kali sehari, anak <1
tahun dengan BB <9 kg/BB sendok takar (5 ml) 6 kali sehari
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)

d. Bentuk Sediaan
 Triamcort : Tablet
 Meptin : Tablet
 Trifed : Sirup
 Isprinol : Sirup
e. Stabilitas
 Triamcort : Stabil
 Claritromicin : Stabil
 Trifed : Stabil
 Isprinol : Stabil
f. Kompaktibilitas
 Triamcort : Tercampur
 Meptin : Tercampur
 Trifed : Tercampur
101

 Isprinol : Tercampur

10. KAJIAN KLINIS


5. Triamcort
d. Indikasi
Demam reumatik, asma bronkial, rinitis vasomotor, peradangan, alergi,
leukimia, limfosarkoma, penyakit hodgkin, fibrosis paru, bursitis akut
e. Kontraindikasi
Kontraindikasi dengan penderita DM, tukak peptik/tukak duodenum,
infeksi berat hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular lainnya
f. Efek Samping
Penghentian secara tiba-tiba setelah penggunaan jangka panjang
menyebabkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia,
atralgia, malaise. Komplikasi penggunaan jangka panjang
menyebabkan gangguan cairan elektrolit, hiperglikemia, tukak peptik,
osteoporosis, miopati, habitus pasien cushing syndrome (moon face,
buffalo hump, dll)
6. Meptin
d. Indikasi
Asma, bronkial kronis, emfisema paru
e. Kontraindikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitivitas terhadap
kandungan meptin (procaterol)
f. Efek Samping
Takikardi, demam, pusing, mual, gelisah, tremor, ruam merah pada
kulit
7. Trifed
d. Indikasi
Rinitis alergi, hidung tersumbat
e. Kontraindikasi
hipersensitivitas pada penderita hipertensi, glaukoma, diabetes, jantung
koroner
f. Efek Samping
Pusing, sakit kepala, tremor, gelisah, mengantuk, mulut terasa kering,
gangguan saluran pencernaan, takikardi, halusinasi
8. Isprinol
d. Indikasi
Antivirus untuk herpes, cacar air, hepatitis B, influenza, bronkitis,
rinofaringitis
e. Kontraindikasi
102

Pada penderita gout, jantung, tidak digunakan pada 4 bulan pertama


kehamilan
f. Efek Samping
Peningkatan asam urat dan serum kreatinin, lelah/lesu, diare

TELAAH RESEP

NO ASPEK TELAAH BERI TANDA (√)


YA TIDAK
1 KEJELASAN TULISAN √
2 BENAR NAMA PASIEN √
3 BENAR NAMA OBAT √
4 BENAR DOSIS √
5 BENAR WAKTU DAN DOSIS √
PEMBERIAN
6 BENAR CARA PEMBERIAN √
7 ADA TIDAKNYA DUPLIKASI √
8 ADA TIDAKNYA POLI √
FARMASI
9 INTERAKSI OBAT YANG √
MUNGKIN TERJADI

Interaksi Obat : Tidak Ada


103

5. KAJIAN ADMINISTRASI
RESEP Nama Dokter = Ada
30 maret 2022 SIP = Ada
Alamat = Ada
R/ OBH Syr 500 ml Inscriptio = Ada
Syrup Thymi 100 ml Invecatio = Ada
Cetirizine 12 tab
Praescriptio = Ada
Kalmethasone 0,15 12 tab
Codein 300 mg Signatura = Ada
m.f Syr No. I Subscriptio = Ada
S 3dd C I Nama Pasien = Ada
Alamat Pasien = Tidak Ada
Pro : Ny. L Umur Pasien = Tidak Ada
Umur : -
Alamat: -

6. KAJIAN FARMASETIK
6. OBH Sirup
 Kandungan
Tiap 5 ml (1 sendok takar) sirup mengandung succus liquiritiae extract
167 mg, paracetamol 150 mg, ammonium chloride 50 mg, ephedrine
HCL 2,5 mg, chlorpeniramine maleat 1 mg.
 Dosis
Anak usia 6-12 tahun 3x sehari 1.5 sendok teh (7,5 ml), Dewasa 3x
sehari (15 ml)
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
104

7. Sirup Thymi
 Kandungan
Tiap 5 ml mengandung guaifenesin 3,75 mg, ekstrak thyme 250 mg,
ekstrak primulae 50 mg, esktrak althaea 175 mg, eucalyptus oil 0,5
mg, anise oil 1.25 mg
 Dosis
Dewasa 1 sendok makan (15 ml) 3-4 kali sehari, anak-anak 1 sendok
takar (5 ml) 3-4 kali sehari
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
8. Cetirizine
 Kandungan
Tablet 5 mg, tab/kaps 10 mg, tetes 10 mg/ml, sirup 5 mg/5 ml
 Dosis
Dewasa 1x10 mg/hari, anak usia >2 tahun 0,25 mg/kg BB diberikan
tiap 24 jam
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
9. Kalmethasone
 Kandungan
Tablet 0,5 mg (deksametahson), ampul 4 mg/ml, ampul 5 mg/ml
 Dosis
Dewasa 0,5-10 mg/hari dalam dosis terbagi injeksi 0,5-24 mg dalam
dosis terbagi, anak oral, IM, IV 0,08-0,3 mg/kg BB/hari dalam dosis
terbagi setiap 6-12 jam
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
10. Codein
 Kandungan
Tablet 10 mg, 15 mg, 20 mg
 Dosis
Dewasa 10-20 mg tiap 4-6 jam masksimal 120 mg/hari, 6-12 tahun 5-
10 mg atau 0,5-1,5 mg/kg BB tiap 4-6 jam maksimal 30 mg/hari
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
d. Bentuk Sediaan
 OBH syr : Sirup
 Syrup Thymi : Sirup
 Cetirizine : Tablet
105

 Kalmethasone : Tablet
 Codein : Tablet
e. Stabilitas
 OBH syr : Stabil
 Syrup Thymi : Stabil
 Cetirizine : Stabil
 Kalmethasone : Stabil
 Codein : Stabil
f. Kompaktibilitas
 OBH syr : Tercampur
 Syrup Thymi : Tercampur
 Cetirizine : Tercampur
 Kalmethasone : Tercampur
 Codein : Tercampur
4. KAJIAN KLINIS
6. OBH Syr
d. Indikasi
Meredakan gejala batuk, flu, demam, sakit kepala, hidung tersumbat
e. Kontraindikasi
Hipersensitivitas pada salah satu kandungan obat
f. Efek Samping
Mengantuk, gangguan pencernaan ringan
7. Syrup Thymi
d. Indikasi
Meredakan batuk berdahak, melegakan tenggorokan dan pilek
e. Kontraindikasi
Tidak boleh digunakan pada penderita yang hipersensitivitas terhadap
thymi
f. Efek Samping
-
8. Cetirizine
d. Indikasi
Rinitis alergi, konjungtivitas, urtikaria, idiopati kronis, pruritus
e. Kontraindikasi
Hipersensitivitas, laktasi
f. Efek Samping
Pusing, sakit kepala, mulut terasa kering, agitasi, reaksi hipersensitif
seperti reaksi kulit dan angiodema, rasa tidak nyaman di perut.
106

9. Kalmethasone
d. Indikasi
Inflamasi dan alergi, syok, diagnosis syndrome cushing, edema
serebral
e. Kontraindikasi
Kontraindikasi dengan penderita DM, tukak peptik/tukak duodenum,
infeksi berat hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular lainnya
f. Efek Samping
Penghentian secara tiba-tiba setelah penggunaan jangka panjang
menyebabkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia,
atralgia, malaise. Komplikasi penggunaan jangka panjang
menyebabkan gangguan cairan elektrolit, hiperglikemia, tukak peptik,
osteoporosis, miopati, habitus pasien cushing syndrome (moon face,
buffalo hump, dll)
10. Codein
d. Indikasi
Batuk kering, batuk dengan nyeri
e. Kontraindikasi
Batuk berdahak, penyakit hepar, gangguan ventilasi, hipersensitivitas,
riwayat penggunaan MAO inhibitor dalam 14 hari terakhir, menderita
atau dicurigai terdapat paru obstruksi gastrointestinal, ileus paralitik,
depresi nafas
f. Efek Samping
Konstipasi, depresi pernafasan pada pasien yang sensitif atau pada
dosis besar
107

TELAAH RESEP

NO ASPEK TELAAH BERI TANDA (√)


YA TIDAK
1 KEJELASAN TULISAN √
2 BENAR NAMA PASIEN √
3 BENAR NAMA OBAT √
4 BENAR DOSIS √
5 BENAR WAKTU DAN DOSIS √
PEMBERIAN
6 BENAR CARA PEMBERIAN √
7 ADA TIDAKNYA DUPLIKASI √
8 ADA TIDAKNYA POLI FARMASI √
9 INTERAKSI OBAT YANG √
MUNGKIN TERJADI

Interaksi Obat : Tidak Ada


1.
108

KAJIAN ADMINISTRASI
Nama Dokter = Ada
RESEP SIP = Ada
14 mei 2022
Alamat = Ada
R/ Lamesone 16 mg VII Inscriptio = Ada
S 1dd I pc Invecatio = Ada
Lansoprazole VII Praescriptio = Ada
S 1dd I ac Signatura = Ada
Neurosanbe 5000 VII Subscriptio = Ada
Nama Pasien = Ada
S 1dd I pc
Lyrica 50 mg VII Alamat Pasien = Tidak Ada
Umur Pasien = Ada
S 1dd I pc
Zitanid VII
S 1dd I pc

Pro : Ny. HN
Umur : 38 Tahun 7 Bulan
Alamat: -

2. KAJIAN FARMASETIK
1. Lamesone
 Kandungan
Tablet methylprednisolone 4 mg, 16 mg, vial 125 mg
 Dosis
109

Dewasa 4-48 mg/hari, dalam dosis terbagi, Anak untuk antiinflamasi


peroral, IV, IM, 0,5-1,7 mg/kg BB/dosis selama 15 menit diikuti 45
menit kemudian denga dosis rumatan lewat infus kontiyu 5,4 mg/kg
BB/jam selama 23 jam.
 Aturan pakai
Diminum 1x sehari sesudah makan
2. Lansoprazole
 Kandungan
Tablet/kapsul 15 mg, 30 mg
 Dosis
1x15-30 mg/hari selama 4-8 minggu
 Aturan pakai
Diminum 1x sehari 30-1 jam sebelum makan
3. Neurosanbe
 Kandungan
Vitamin B1 100 mg, Vitamin B6 200 mg, Vitamin B12 200 mcg
 Dosis
Dewasa 1x sehari/tab
 Aturan pakai
1x sehari sesudah makan
4. Lyrica
 Kandungan
Tiap kapsul mengandung pregabalin 75 mg
Dosis
150-600 mg 2-3x sehari, dosis awal 2x sehari 75 mg, dapat
ditingkatkan menjadi 2x sehari 150 mg. Dosis dapat ditingkatkan
setelah interval pemberian 1 minggu, maksimal 2x sehari 300 mg
Aturan pakai
Diminum 1x sehari sesudah makan
5. Zitanid
 Kandungan
Tiap tablet 2 mg mengandung tizanidine
 Dosis
1 tablet sebagai dosis tunggal. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 1-2
tablet/hari setelah pemberian obat selama 3-4 hari. Dosis harus
diminum dalam 3-4 dosis terbagi
 Aturan pakai
Diminum 1x sehari sesudah makan
110

a. Bentuk Sediaan
 Lamesone : Tablet
 Lansoprazole : Tablet
 Neurosanbe : Tablet
 Lyrica : Tablet
 Zitanid : Tablet
b. Stabilitas
 Lamesone : Stabil
 Lansoprazole : Stabil
 Neurosanbe : Stabil
 Lyrica : Stabil
 Zitanid : Stabil
c. Kompaktibilitas
 Lamesone : Tercampur
 Lansoprazole : Tercampur
 Neurosanbe : Tercampur
 Lyrica : Tercampur
 Zitanid : Tercampur
3. KAJIAN KLINIS
1. Lamesone
a. Indikasi
Antiinflamasi atau imunosupresi pada beberapa penyakit hematologi,
alergi, neoplasma maupun autoimun
b. Kontraindikasi
Kontraindikasi dengan penderita DM, tukak peptik/tukak duodenum,
infeksi berat hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular lainnya
c. Efek Samping
Penghentian secara tiba-tiba setelah penggunaan jangka panjang
menyebabkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia,
atralgia, malaise. Komplikasi penggunaan jangka panjang
menyebabkan gangguan cairan elektrolit, hiperglikemia, tukak peptik,
osteoporosis, miopati, habitus pasien cushing syndrome (moon face,
buffalo hump, dll)
2. Lansoprazole
a. Indikasi
Tukak lambung, tukak duodenum, GERD, hipersekresi patologis (ex:
syndrome zollinger ellison)
b. Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap lansoprazole
111

c. Efek Samping
Urtikaria, mual, muntah, konstipasi, kembung, gangguan fungsi hati,
edema perifer, nyeri abdomen, lesu
3. Neurosanbe
a. Indikasi
Gangguan sistem saraf perifer, defisiensi vitamin B
b. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap kandungan obat neurosanbe
c. Efek Samping
Diare, gatal, sindrome neuropati, reaksi alergi
4. Lyrica
a. Indikasi
Nyeri neuropatik perifer, terapi tambahan untuk kejang parsial dengan
atau tanpa generalisasi sekunder
b. Kontraindikasi
Hipersensitivitas, pankreatis akut, tidak efektif untuk kejang
generalisasi primer
c. Efek Samping
Pusing, lelah, nigtamus, sakit kepala, tremor, rinitis, mual, muntah,
peningkatan BB, demam, nyeri punggung, depresi, myalgia,
mulut/tenggorokan kering
5. Zitanid
a. Indikasi
meredakan nyeri spasme/kram otot, paska operasi seperti pada hernia
diskus intervetebra atau OA panggul
b. Kontraindikasi
Ibu hamil
c. Efek Samping
Mengantuk, lesu, pusing, mulut kering, mual, dan sedikit penurunan
TD, lelah, konstipasi, muntah, rhinitis, ISK
112

TELAAH RESEP

NO ASPEK TELAAH BERI TANDA (√)


YA TIDAK
1 KEJELASAN TULISAN √
2 BENAR NAMA PASIEN √
3 BENAR NAMA OBAT √
4 BENAR DOSIS √
5 BENAR WAKTU DAN DOSIS √
PEMBERIAN
6 BENAR CARA PEMBERIAN √
7 ADA TIDAKNYA DUPLIKASI √
8 ADA TIDAKNYA POLI FARMASI √
9 INTERAKSI OBAT YANG √
MUNGKIN TERJADI

Interaksi Obat :
1. Lansoprazole dapat menghambat absorpsi dari Neuorosanbe sehingga terjadi
penurunan kadar obat neurosanbe. (Medscape Apps Drugs and Interaction)
2. Lamesone dapat meningkatkan kadar atau efek dari Lansoprazole dengan
mempengaruhi efek metabolismenya di hati/usus. (Medscape Apps Drugs and
Interaction)
Solusi :
1. Lansoprazole diminum 30 menit sebelum makan, neurosanbe 2 jam setelah
makan (pemberian obat dijeda)
2. Monitoring pemberian dosis lansoprazole dengan lamesone
3. Pemberian lansoprazole untuk mencegah/mengurangi efek samping tukak
lambung dari lamesone

1.
113

KAJIAN ADMINISTRASI
Nama Dokter = Ada
RESEP SIP = Ada
13 mei 2022
Alamat = Ada
R/ Mefinal 500 mg
Inscriptio = Ada
Valisanbe 500 mg Invecatio = Ada
Dexamethasone 0,75 mg Praescriptio = Ada
m.f caps dtd No. X Signatura = Ada
Subscriptio = Ada
S 2dd I Nama Pasien = Ada
Alamat Pasien = Tidak Ada
Pro : Ny. ZML Umur Pasien = Tidak Ada
Umur : -
Alamat: -

2. KAJIAN FARMASETIK
1. Mefinal
 Kandungan
Mengandung asam mefenamat tablet/kaplet 500 mg
 Dosis
Dewasa 2-3 x 250 mg–500 mg sehari
 Aturan pakai
Diminum 2x sehari 2 tablet sesudah makan (Racikan)
2. Valisanbe
 Kandungan
Mengandung diazepam 2 mg, 5 mg, injeksi 5 mg/ml, suppo 10 mg/2,5
ml
114

 Dosis
Untuk status epileptikus konvulsif : dewasa 10-20 mg/rectal dapat
diulamgi 15 menit kemudian bila kejang masih berlanjut
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (Racikan)
3. Dexamethasone
 Kandungan
Tablet 0,5 mg dan 0,75 mg
 Dosis
Dewasa 0,5-10 mg/hari dalam dosis terbagi, anak untuk antiinflamasi
oral, IM, IV 0,08-0,3 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi setiap 6-12
jam
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (Racikan)
a. Bentuk Sediaan
 Mefinal : Tablet
 Valisanbe : Tablet
 Dexamethasone : Tablet
b. Stabilitas
 Mefinal : Stabil
 Valisanbe : Stabil
 Dexamethasone : Stabil
c. Kompaktibilitas
 Mefinal : Tercampur
 Valisanbe : Tercampur
 Dexamethasone : Tercampur
4. KAJIAN KLINIS
1. Mefinal
a. Indikasi
Nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, dismenore
primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot dan nyeri karena
pasca operasi.
b. Kontraindikasi
Hipersensitivitas, ulkus peptikum, kehamilan, anak <14 tahun
c. Efek Samping
Gangguan saluran cerna (dispepsia, diare, gejala iritasi mukosa
lambung), reaksi hipersentivitas, (eritema kulit), bronkokonstriksi
115

2. Valisanbe
a. Indikasi
Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan pada
putus alkohol akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot.
b. Kontraindikasi
Depresi pernafasan, gangguan hati berat, miastenia gravis, insufisiensi
pulmoner akut, kondisi fobia dan obsesi, psikosis kronik, glaukoma
sudut sempit akut, serangan asma akut.
Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, gangguan mental, amnesia,
depresi pernafasan, bingung, gangguan saluran cerna, retensi urin,
ruam, gangguan penglihatan
3. Deksametason
a. Indikasi
Inflamasi dan alergi, syok, diagnosis sindroma cushing, hiperplasia
adrenal kongenital, edema serebral. Intranasal (alergi atau inflamasi
nasal dan polip), inhalasi oral (pengontrol asma bronkial persisten),
dapat digunakan untuk menangani edema serebral dan syok septik
b. Kontraindikasi
Kontraindikasi dengan penderita DM, tukak peptik/tukak duodenum,
infeksi berat hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular lainnya
c. Efek Samping
Penghentian secara tiba-tiba setelah penggunaan jangka panjang
menyebabkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia,
atralgia, malaise. Komplikasi penggunaan jangka panjang
menyebabkan gangguan cairan elektrolit, hiperglikemia, tukak peptik,
osteoporosis, miopati, habitus pasien cushing syndrome (moon face,
buffalo hump, dll).
116

TELAAH RESEP

NO ASPEK TELAAH BERI TANDA (√)


YA TIDAK
1 KEJELASAN TULISAN √
2 BENAR NAMA PASIEN √
3 BENAR NAMA OBAT √
4 BENAR DOSIS √
5 BENAR WAKTU DAN DOSIS √
PEMBERIAN
6 BENAR CARA PEMBERIAN √
7 ADA TIDAKNYA DUPLIKASI √
8 ADA TIDAKNYA POLI √
FARMASI
9 INTERAKSI OBAT YANG √
MUNGKIN TERJADI

Interaksi :
1. Deksametason akan menurunkan kadar atau efek dari valisanbe (diazepam)
dengan mempengaruhi metabolisme enzim CYP3A4 di hati/usus. Monitoring
penggunaan diazepam. (Medscape Apps Drugs and Interaction)
2. Mefinal (asam mefenamat) dan deksametason dicurigai dapat meningkatkan
efek toksisitas obat lain (diazepam) dengan sinergisme farmakodinamik.
(Medscape Apps Drugs and Interaction)

Solusi :
1. Monitoring risiko gangguan saluran cerna (diare) pada penggunaan diazepam
2. Penggunaan dosis ketiga obat tersebut untuk saling menghindari efek samping

1.
117

KAJIAN ADMINISTRASI
Nama Dokter = Ada
RESEP SIP = Ada
3 jan 2022 Alamat = Ada
R/ Salofalk 500 mg XLV Inscriptio = Ada
S 3dd I
Invecatio = Ada
R/ Lesichol XXX
S 2dd I pc Praescriptio = Ada
R/ Pariet 20 mg XIV Signatura = Ada
S 1dd I ac Subscriptio = Ada
R/ Mucosta 100 mg XXX Nama Pasien = Ada
S 2dd I Alamat Pasien = Tidak Ada
Umur Pasien = Ada
Pro : NJ
Umur : 20-11-59 (63 Tahun)
Alamat: -

2. KAJIAN FARMASETIS
1. Salofalk
 Kandungan
Mengandung Mesalazine tablet 250 mg, 500 mg Mesalazine, granul
1500 mg, suppo 500 mg
 Dosis
Dewasa 3x sehari 1 tablet dengan durasi penggunaan 2-6 minggu
 Aturan pakai
Diminum 3x sehari 2 jam sesudah makan
118

2. Lesichol
 Kandungan
Mengandung pure lechitin (PPC 95 %) 300 mg/600 mg, vitamin B1 6
mg, vitamin B2 6 mg, vitamin B6 6 mg, vitamin E 10 mg,
nicotinamide 30 mg
 Dosis
Dewasa 1-2 kapsul 3x sehari
 Aturan pakai
Diminum 2x sehari sesudah makan
3. Pariet
 Kandungan
Tablet rabeprazole 10 mg, 20 mg
 Dosis
Dewasa untuk tukak duodenum sehari 20 mg pada pagi hari selama 4-
8 minggu, untuk tukak lambung sehari 20 mg pada pagi hari selama 6-
12 minggu, GERD/ulseratif 20 mg/hari selama 4-8 minggu. Untuk
terapi pemeliharaan 10-20 mg/hari
 Aturan pakai
Diminum 1x sehari 30 menit sebelum makan
4. Mucosta
 Kandungan
Tablet 100 mg (rebamipide)
 Dosis
3x100 mg/hari pada pagi hari, sore dan menjelang tidur malam
 Aturan pakai
Diminum 2x sehari sesudah makan
a. Bentuk Sediaan
 Mefinal : Tablet
 Lesichol : Tablet
 Pariet : Tablet
 Mucosta : Tablet
b. Stabilitas
 Mefinal : Stabil
 Lesichol : Stabil
 Pariet : Stabil
 Muscosta : Stabil
c. Kompaktibilitas
 Mefinal : Tercampur
 Lesichol : Tercampur
119

 Pariet : Tercampur
 Mucosta : Tercampur
3. KAJIAN KLINIS
1. Salofalk
a. Indikasi
Mengobati radang usus seperti kolitis ulseratif, penyakit crohn,
meredakan nyeri akibat tukak usus
b. Kontraindikasi
Kelainan fungsi hati dan ginjal berat, ulkus peptik aktif, pembekuan
darah yang abnormal, bayi dan infan
c. Efek Samping
Hipersensitivitas terhadap mesalazine
2. Lesichol
a. Indikasi
Suplement untuk memelihara fungsi hati
b. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap salah satu komposisi obat
c. Efek Samping
Diare, sakit perut, cepat kenyang, mulut kering
3. Pariet
a. Indikasi
Tukak lambung, tukak usus halus, GERD/ulseratif
b. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap pengganti benzimidazole, hamil dan laktasi
c. Efek Samping
Pusing, diare, mual, muntah, kembung, konstipasi
4. Mucosta
a. Indikasi
Tukak lambung, kombinasi dengan penghambat faktor offensif (PPI,
antikolinergik atau H2-antagonis), gastritis
b. Kontraindikasi
Riwayat hipersensitivitas terhadap komponen obat ini (rebamipide)
c. Efek Samping
Kelainan darah, hipersensitif (gatal, kemerahan), konstipasi
120

TELAAH RESEP

NO ASPEK TELAAH BERI TANDA (√)


YA TIDAK
1 KEJELASAN TULISAN √
2 BENAR NAMA PASIEN √
3 BENAR NAMA OBAT √
4 BENAR DOSIS √
5 BENAR WAKTU DAN DOSIS √
PEMBERIAN
6 BENAR CARA PEMBERIAN √
7 ADA TIDAKNYA DUPLIKASI √
8 ADA TIDAKNYA POLI FARMASI √
9 INTERAKSI OBAT YANG √
MUNGKIN TERJADI

Interaksi :
Pariet (rebeprazole) menurunkan efek salofalk (mesalazine) dengan meningkatkan
pH lambung. (Medscape Apps Drugs and Interaction)

Solusi :
1. Gunakan alternatif (penggunaan kedua obat diberi jeda)
2. Pemberian kombinasi antara mucosta (rebamipide) dan pariet (rebeprazole)
untuk meningkatkan efek penghambatan asam pada tukak lambung

1.
121

KAJIAN ADMINISTRASI
Nama Dokter = Ada
RESEP SIP = Ada
4 Juni 2022 Alamat = Ada
R/ Mefinal 500 mg Inscriptio = Tidak Ada
Codein 2,5 mg Invecatio = Ada
Myonal 2/3 tab Praescriptio = Ada
Frego 5 mg Signatura = Ada
m.f pulv da in cap dtd No X Subscriptio = Ada
S 2dd cap I Nama Pasien = Ada
Alamat Pasien = Tidak Ada
Pro : Tn. HH
Umur : 56 Tahun 29 hari Umur Pasien = Ada
Alamat: -

2. KAJIAN FARMASETIK
1. Mefinal
 Kandungan
Mengandung asam mefenamat tablet/kaplet 500 mg
 Dosis
Dewasa 2-3 x 250 mg–500 mg sehari
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (Racikan)
2. Codein
 Kandungan
Tablet 10 mg, 15 mg, 20 mg
122

 Dosis
Dewasa 10-20 mg tiap 4-6 jam masksimal 120 mg/hari, 6-12 tahun 5-
10 mg atau 0,5-1,5 mg/kg BB tiap 4-6 jam maksimal 30 mg/hari
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
3. Myonal
 Kandungan
Eperisone HCL 50 mg
 Dosis
Dewasa 3x sehari 1 tablet
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
4. Frego
 Kandungan
Tablet 5 mg, 10 mg (flunarizine)
 Dosis
5-10 mg/haro diberikan malam 1x sehari. Maksimal 10 mg/hari. Umur
<65 tahun : 10 mg/hari
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (racikan)
a. Bentuk Sediaan
 Mefinal : Tablet
 Codein : Tablet
 Myonal : Tablet
 Frego : Tablet
b. Stabilitas
 Mefinal : Stabil
 Codein : Stabil
 Myonal : Stabil
 Frego : Stabil
c. Kompaktibilitas
 Mefinal : Tercampur
 Codein : Tercampur
 Myonal : Tercampur
 Frego : Tercampur
123

3. KAJIAN KLINIS
1. Mefinal
a. Indikasi
Nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, dismenore
primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot dan nyeri karena
pasca operasi.
b. Kontraindikasi
Hipersensitivitas, ulkus peptikum, kehamilan, anak <14 tahun
c. Efek Samping
Gangguan saluran cerna (dispepsia, diare, gejala iritasi mukosa
lambung), reaksi hipersentivitas, (eritema kulit), bronkokonstriksi
2. Codein
a. Indikasi
Asma, bronkial kronis, emfisema paru
b. Kontraindikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitivitas terhadap
kandungan meptin (procaterol)
c. Efek Samping
Takikardi, demam, pusing, mual, gelisah, tremor, ruam merah pada
kulit
3. Myonal
a. Indikasi
Nyeri otot, kaku pada leher, kram
b. Kontraindikasi
hipersensitivitas, ibu menyusui
c. Efek Samping
Syok, reaksi anafilaksis (kemerahan, gatal, urtikaria, edema, dispnea)
4. Frego
a. Indikasi
Profilaksis migrain, vertigo, pusing, gangguan sirkulasi perifer
b. Kontraindikasi
Pada penderita depresi, parkinson, pasien yang mendapat terapi beta
blocker
c. Efek Samping
Mengantuk, letih
124

TELAAH RESEP

NO ASPEK TELAAH BERI TANDA (√)


YA TIDAK
1 KEJELASAN TULISAN √
2 BENAR NAMA PASIEN √
3 BENAR NAMA OBAT √
4 BENAR DOSIS √
5 BENAR WAKTU DAN DOSIS √
PEMBERIAN
6 BENAR CARA PEMBERIAN √
7 ADA TIDAKNYA DUPLIKASI √
8 ADA TIDAKNYA POLI √
FARMASI
9 INTERAKSI OBAT YANG √
MUNGKIN TERJADI

Interaksi : Tidak Ada

1.
125

KAJIAN ADMINISTRASI
Nama Dokter = Ada
RESEP SIP = Ada
3 juni 2022
Alamat = Ada
R/ Risperidone 3 mg
Inscriptio = Ada
Trihexyfenidil 3 mg Invecatio = Ada
Diazepam 1,5 mg Praescriptio = Ada
m.f caps dtd No. XXI Signatura = Ada
Subscriptio = Ada
S Pagi I Nama Pasien = Ada
Alamat Pasien = Tidak Ada
Pro : MRA Umur Pasien = Tidak Ada
Umur : -
Alamat: -

2. KAJIAN FARMASETIK
1. Risperidone
 Kandungan
Risperidone tablet
 Dosis
Oral 2-4 mg/hari
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (Racikan)
126

2. Trihexyfenidil
 Kandungan
Tablet 2 mg
 Dosis
Dosis 2 mg, diberikan 2-3 kali sehari, rentang dosis 10 -20 mg/hari
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (Racikan)
3. Diazepam
 Kandungan
Tablet 2 mg, 5 mg, rectal suppo 5 mg/2,5 mg; suppo 10 mg/2,5 ml,
injeksi 5 mg/5 ml
 Dosis
Diazepam sebagai ansietas; oral 2-3 x 2,5 mg/hari, injeksi 5-10 mg
(i.m /i,v)
 Aturan pakai
Diminum sesudah makan (Racikan)
a. Bentuk Sediaan
 Risperidone : Tablet
 Trihexyfenidil : Tablet
 Diazepam : Tablet
b. Stabilitas
 Risperidone : Stabil
 Trihexyfenidil : Stabil
 Diazepam : Stabil
c. Kompaktibilitas
 Risperidone : Tercampur
 Trihexyfenidil : Tercampur
 Diazepam : Tercampur
3. KAJIAN KLINIS
1. Risperidone
a. Indikasi
Skizofrenia akut dan kronik serta kondisi psikotik lain. Meredakan
gejala afektif yang berhubungan dengan skizofrenia
b. Kontraindikasi
Hipersensitivitas, ibu menyusui
c. Efek Samping
Insomnia, agitasi, ansietas, sakit kepala, lelah, pusing, konstipasi,
mual, muntah, dispepsia, gangguan penglihatan, rinitis, ruam,
127

peningkatan berat badan, disfungsi ereksi dan ejakulasi, nyeri


abdomen, somnolen
2. Trihexyfenidil
a. Indikasi
Parkinson, gangguan ekstrapiramidal karena obat
b. Kontraindikasi
Retensi urin, glaukoma (sudut sempit), dan obstruksi saluran cerna
c. Efek Samping
Mulut kering, gangguan saluran cerna, pusing, penglihatan kabur,
retensi urin, takikardi, hipersensitivitas, gugup, bingung, eksitasi
3. Diazepam
a. Indikasi
Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, gangguan
kecemasan, tambahan pada putus alkohol akut, status epileptikus,
kejang, demam, spasme
b. Kontraindikasi
Pasien yang hipersensitivitas dengan golongan benzodiazepine,
glaukoma, insufisiensi pulmonal kronik, penyakit hati atau ginjal
kronik, depresi pernafasan, trimester pertama kehamilan, persalinan,
serangan asma akut
c. Efek Samping
Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, gangguan mental, amnesia,
ketergantungan, depresi pernafasan, bingung, nyeri kepala, vertigo,
gangguan saluran cerna, retensi urin, gangguan penglihatan, hipotensi.

TELAAH RESEP

NO ASPEK TELAAH BERI TANDA (√)


YA TIDAK
1 KEJELASAN TULISAN √
2 BENAR NAMA PASIEN √
3 BENAR NAMA OBAT √
4 BENAR DOSIS √
5 BENAR WAKTU DAN DOSIS √
PEMBERIAN
6 BENAR CARA PEMBERIAN √
7 ADA TIDAKNYA DUPLIKASI √
8 ADA TIDAKNYA POLI √
FARMASI
9 INTERAKSI OBAT YANG √
MUNGKIN TERJADI
128

Interaksi :
1. Diazepam dan risperidone dapat meningkatkan efek sedasi. (Medscape Apps
Drugs and Interaction)
2. Risperidone dapat meningkatkan efek sinergis farmakodinamik dari
trihexyfenidil dan memiliki potensi efek antikolinergik aditif. (Medscape
Apps Drugs and Interaction)

Solusi :
1. Monitoring penggunaan kombinasi diazepam, risperidone, dan trihexyfenidil
untuk melihat efektivitas terapi dan monitoring efek samping obat
2. Pemberian diazepam untuk mencegah/mengurangi efek samping ansietas
pada risperidone
129

SKRINING RESEP

Pembacaan Resep
R/ Metformin 500 mg No. C
S2 dd 1
R/ Acetylcysteine 200 mg No. XX
S2 dd 1
R/ Omeprazole 2 mg No. XX
S2 dd 1
R/ Ondansentron 4 mg No. XX
S2 dd 1
R/ Bexicom c No. X
S1 dd 1

1. Kajian Administrasi

Indikator Keterangan
Nama Dokter Ada
SIP Tidak ada
Alamat Ada
No telepon Ada
Paraf Tidak ada
Tanggal Penulisan Resep Tidak ada
Nama Pasien Ada
Umur Tidak ada
Jenis Kelamin Tidak ada
Berat Badan Tidak ada

2. Bentuk dan Kekuatan Sediaan


 Metformin : Tablet
 Acetylcystein : Kapsul
 Omeprazole : Kapsul
130

 Ondansentron : Tablet
 Bexicom c : Kaplet

3. kompaktibilitas
 Metformin : Tercampur
 Acetylcystein : Tercampur
 Omeprazol : Tercampur
 Ondansentron : Tercampur
 Bexicom c : Tercampur

4. Kajian Farmasetik
1) Metformin
 Bentuk Sediaan Tablet
 Kandungan
Setiap tablet mengandung 500 mg metformin
 Dosis
Untuk dewasa Dosis awal 500–850 mg, 2–3 kali sehari. Dosis
maksimal 2.000–3.000 mg tiap hari, dibagi dalam 3 kali minum.
Untuk anak-anak Usia 10 Tahun Keatas Dosis awal 500–850
mg, 1 kali sehari, dosis dinaikkan secara bertahap, tergantung
kondisi pasien. Dosis maksimal 2.000 mg per har yang dibagi
dalam 2–3 kali pemberian.
 Aturan Pakai
Diminum Sesudah makan
2) Acetylcystein
 Bentuk Sediaan : Kapsul
 Kandungan :
Setiap kapsul mengandung 200 mg Acetylcystein
 Dosis :
Untuk dewasa 200 mg 3 kali sehari, atau 600 mg (untuk
sediaan effervescent) sekali sehari. Dosis maksimal 600 mg
per hari
Untuk anak-anak usia 2-6 tahun 100 mg, 2–4 kali sehari. Untuk
anak- anak usia > 6 tahun 200 mg, 2–3 kali sehari.
 Aturan pakai : Diminum sesudah makan
3) Omeprazol
 Bentuk sediaan : Kapsul
 Kandungan :
Setiap kapsul mengandung 20 mg omeprazole
131

 Dosis :
500 mg/kapsul
4) Ondansentron
 Bentuk sediaan : Tablet
 Kandungan :
Ondansetron 4 mg, Ondansetron 8 mg.
 Dosis :
Pencegahan mual dan muntah pasca operasi:
Dosis awal 1 tablet 8 mg, 1 jam sebelum pembiusan dan 2
dosis
selanjutnya 1 tablet 8 mg tiap 8 jam.
 Aturan pakai :
Diberikan 30 menit sebelum makan.
5) Bexicom c
 Bentuk sediaan : Kaplet
 Kandungan :
Vitamin B1 15 mg, vitamin B2 10 mg, vitamin B6 10 mg,
vitamin B12 100 mcg, vitamin C 500 mg, vitamin E 20 mg, Ca
pantothenate 20 mg, nicotinamide 50 mg
 Dosis :
1 kaplet di minum 1 kali sehari.
 Aturan pakai :
Sebelum atau sesudah makan
5. Kajian klinis
1) Metformin
 Indikasi :
untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes
tipe 2.
 Kontraindikasi :
Penyakit ginjal berat. Kondisi metabolik asidosis akut,
maupun kronik. Termasuk status Diabetik Ketoasidosis,
dengan atau tanpa koma.
 Efek samping :
Mual atau muntah, Sakit perut, Diare, Rasa lelah atau lemas,
Rasa logam di mulut, Kadar gula darah rendah (hipoglikemia)
2) Acetylcystein
 Indikasi :
mengencerkan dahak pada beberapa kondisi, seperti asma,
cystic fibrosis, atau PPOK.
132

 Kontraindikasi :
Penggunaan bubuk oral untuk larutan dan tablet
effervescent pada anak dibawah usia 2 tahun, pasien
hipersenstif
 Efek samping :
Mual, muntah, sakit perut, ruam, pilek, demam
3) Omeprazol
 Indikasi :
untuk tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung
dan duodenum yang terkait dengan AINS, lesi lambung dan
duodenum, regimen eradikasi H. pylori pada tukak peptik,
refluks esofagitis, Sindrom Zollinger Ellison.
 Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap omeprazole.
 Efek samping :
Pada dosis besar dan penggunaan yang lama, kemungkinan
dapat menstimulasi pertumbuhan sel ECL (enterochromaffin-
like cells). Pada penggunaan jangka panjang perlu
diperhatikan adanya pertumbuhan bakteri yang berlebihan di
saluran pencernaan.
4) Ondansentron
 Indikasi :
untuk mencegah serta mengobati mual dan muntah yang bisa
disebabkan oleh efek samping kemoterapi, radioterapi, atau
operasi.
 Kontraindikasi : Hipersensitif
 Efek samping :
sakit kepala, demam, menggigil, konstipasi, sensasi panas
pada daerah kepala, nyeri epigastrium, nyeri muskuloskeletal,
nyeri dada, rasa lemas, ansietas, hipotensi, gatal, parestesia,
sedasi dan diare
5) Bexicom c
 Indikasi :
Masa pertumbuhan, Malnutrisi, Penyembuhan, Lanjut Usia,
defisiensi vitamin B, C, E & Zn.
 Kontraindikasi : -
 Efek samping : -
133

Telaah Resep

No Aspek Telaah Beri tanda √

Ya Tidak
1 Kejelasan tulisan √
2 Benar nama pasien √
3 Benar nama obat √
4 Benar dosis √
5 Benar waktu dan √
dosis
Pemberian
6 Benar cara pemberian √
7 Ada tidaknya duplikasi √
8 Ada tidaknya polifarmasi √
9 Interaksi obat yang mungkin
Terjadi √

Interaksi Obat :
Ondansetron dapat meningkatkan kadar metformin. (Medscape Apps Drugs and
Interaction)

Solusi :
1. Pemberian ondansetrone 30 menit sebelum makan (bila mual) dan metformin
sesudah makan (diberi jeda)
134

2. Pemberian ondansetron apabila pasien merasa mual karena keluhan tukak

Pembacaan Resep
R/ Medixone 16 mg No. VII
S1 dd 1 pc
R/ Omeprazole 20 mg No. VII
S1 dd 1 ac
R/ Neurobion Forte No. VII
S1 dd 1 pc

Pro : Ny. RH
Umur : 70 tahun
lambungnyaSKRINING RESEP

1. Kajian Administrasi

Indikator Keterangan
Nama Dokter Ada
SIP Ada
Alamat Ada
No telepon Ada
Paraf Ada
Tanggal Penulisan Resep Ada
Nama Pasien Ada
Umur Ada
Jenis Kelamin Ada
Berat Badan Ada

2. Bentuk dan Kekuatan Sediaan


 Medixone : Tablet
 Omeprazol : Kapsul
 Neurobion Forte : Tablet
3. Stabilitas
 Medixone :
Simpan ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya matahari
 Omeprazol :
disimpan dalam kemasan yang kedap udara, pada temperatur
135

ruangan bersuhu 25 derajat Celsius, atau pada kisaran 15─30


derajat Celsius. Jauhkan dari lingkungan yang lembap, panas, atau
sinar matahari.
 Neurobion Forte :
Simpan di bawah suhu 25 derajat Celcius, jauhkan dari tempat
lembab dan jangan didinginkan
4. Kompaktibilitas
 Medixone : Tercampur
 Omeprazole : Tercampur
 Neurobion Forte : Tercampur
5. Kajian Farmesetik
1) Medixone (Methylprednisolon)
 Bentuk Sediaan : Tablet
 Kandungan :
Methylprednisolone 4 mg, methylprednisolone 8 mg,
methylprednisolo 16 mg
 Dosis :
Kondisi alergi, Dewasa: 24 mg pada hari 1 (8 mg sebelum
sarapan, 4 mg setelah makan siang, 4 mg setelah makan
malam, dan 8 mg pada waktu tidur) atau 24 mg sebagai dosis
tunggal atau dalam 2-3 dosis terbagi saat
2) Omeprazol
 Bentuk Sediaan : Kapsul
 Kandungan :
Setiap kapsul mengandung 20 mg omeprazole
 Dosis :
Penyakit asam lambung atau GERD. Untuk dewasa, 20 mg,
sekali sehari, selama 4–8 minggu. Dosis pemeliharaan 10 mg
atau dapat ditingkatkan 20–40 mg per hari tergantung kondisi
pasien.
Infeksi Helicobacter pylori. Untuk dewasa 20 mg,
dikombinasikan dengan clarithromycin dan amoxicillin atau
metronidazole, 2 kali sehari selama 1 minggu.
3) Neurobion Forte
 Bentuk Sediaan : Tablet
 Kandungan :
Thiamine mononitrate (Vitamin B1) 100 mg
Pyridoxine hydrochloride (Vitamin B6) 100 mg
Cyanocobalamin (Vitamin B12) 5000 mcg
136

 Dosis :
satu tablet dalam sehari.
 Aturan Pakai :
Berikan pada saat makan atau sesudah makan. Telan utuh
jangan dikunyah/dihancurkan.
6. Kajian Klinis
1) Medixone (Methylprednisolon)
 Indikasi :
sebagai antiinflamasi atau imunosupresan, tatalaksana status
asmatikus, reaksi penolakan pada transplantasi organ, dan
kondisi alergi
 Kontraindikasi :
Alergi terhadap methylprednisolone Infeksi fungal sistemik
Administrasi intramuskular pada ITP (Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura). Pada kondisi ini,
methylprednisolone dapat diberikan secara intravena.
Pemberian dosis imunosupresan bersamaan dengan vaksinasi
 Efek Samping :
Mual atau muntah, Pusing, Sakit kepala, Perut kembung,
Sakit maag atau heartburn , Nyeri otot, Nafsu makan
menurun, Sulit tidur, Peningkatan kadar gula darah, Mudah
terkena infeksi, Siklus haid tidak teratur, Muncul jerawat,
Pembengkakan di tangan atau pergelangan kaki akibat
penumpukan cairan, Gangguan emosi dan suasana hati, seperti
mudah marah.
2) Omeprazole
 Indikasi :
untuk tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung
dan duodenum yang terkait dengan AINS, lesi lambung dan
duodenum, regimen eradikasi H. pylori pada tukak peptik,
refluks esofagitis, Sindrom Zollinger Ellison.
 Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap omeprazole.
 Efek Samping :
Pada dosis besar dan penggunaan yang lama, kemungkinan
dapat menstimulasi pertumbuhan sel ECL (enterochromaffin-
like cells). Pada penggunaan jangka panjang perlu
diperhatikan adanya pertumbuhan bakteri yang berlebihan di
saluran pencernaan.
137

3) Neurobion Forte
 Indikasi :
Obat ini digunakan untuk defisiensi Vitamin B1, B6, dan B12
pada kasus polineuritis dan beri-beri.
 Kontraindikasi :
Pasien diabetes melitus. Pasien dengan gangguan fungsi hati
dan ginjal yan berat. Pasien yang menderita anemia
megaloblastik (kekurangan vitamin B12 dan asam folat).
 Efek Samping :
Ruam kulit, diare, penglihatan kabur, gatal, sakit pada dada.

Telaah Resep
No Aspek Telaah Beri Tanda √

Ya Tidak

1 Kejelasan tulisan √
2 Benar nama pasien √
3 Benar nama obat √
4 Benar dosis √
5 Benar waktu dan dosis √
Pemberian
6 Benar cara pemberian √
7 Ada tidaknya duplikasi √
8 Ada tidaknya polifarmas √
9 Interaksi obat yang mungkin √
Terjadi

Interaksi Obat : Tidak ada


138

SKRINING RESEP

Pembacaan Resep
R/ Pantozol 40 mg No. XV
S2 dd 1
R/ Cetrizin 10 mg No. XV
S2 dd 1
R/ Braxidin Tab No. XV
S2 dd 1

1. Kajian Administrasi

Indikator Keterangan
Nama Dokter Ada
SIP Ada
Alamat Ada
No telepon Ada
Paraf Tidak ada
Tanggal Penulisan Resep Ada
Nama Pasien Ada
Umur Ada
Jenis Kelamin Tidak ada
Berat Badan Tidak ada

2. Bentuk dan kekuatan sediaan


 Pantozol : Tablet
 Cetrizin : Tablet
 Braxidin : Tablet
139

3. Stabilitas
 Pantozol :
Simpan pada suhu 20-25 derajat Celsius.
 Cetrizin :
Cetirizine harus disimpan dalam kemasan yang kedap udara, pada tempat yang
kering dan sejuk, pada temperatur ruangan sekitar 20‒25 derajat Celsius. Jauhkan
dari lingkungan yang lembap, panas, atau paparan sinar matahari langsung
 Braxidin :
Simpanlah obat-obatan pada suhu kamar, jauh dari panas dan cahaya langsung.
Jangan membekukan obat kecuali disarankan dalam kemasan. Jauhkan obat-
obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Jangan membuang obat
ke toilet atau menuangkannya ke saluran pembuangan air kecuali diperintahkan
untuk melakukannya.
4. Kompaktibilitas
 Pantazol : Tercampur
 Cetrizin : Tercampur
 Braxidin : Tercampur
5. Kajian Farmasetik
1) Pantazol (Pantoprazole)
 Bentuk Sediaan : Tablet
 Kandungan :
Pantoprazole 20 mg , pantoprazole 40 mg
 Dosis :
Peptic ulcer. Dewasa: 40 mg sekali sehari (meningkatkan hingga 80 mg jika
perlu) selama 2-4 minggu untuk tukak duodenum atau 4-8 minggu untuk
tukak lambung jinak.
Profilaksis tukak yang diinduksi NSAID
2) Cetrizin
 Bentuk Sediaan : Tablet
 Kandungan :
Setiap tablet mengandung 10 mg cetrizin
 Dosis :
Kondisi alergi Dosis yang dianjurkan: Dewasa & anak umur >12 tahun: 10
mg sekali sehari. Anak umur 2-6 tahun: 2,5 mg dua kali sehari. Anak umur 6-
12 tahun: 5 mg dua kali sehari. Lansia: Belum ada data untuk menurunkan
dosis pada pasien lansia. Insufisiensi ginjal: dosis 1/2 kali dosis yang
dianjurkan.
 Aturan pakai :
Sebelum atau sesudah makan
140

3) Braxidin
 Bentuk Sediaan : Tablet
 Kandungan :
chlordiazepoxide 5 mg dan juga clidinium br 2,5 mg\
 Dosis :
Dewasa, 1 tablet yang diberikan 3 hingga 4 kali perhari. Lansia: 1 tablet
diberikan 1 hingga 2 kali per hari.
 Aturan pakai :
Diberikan dalam keadaan perut kosong yaitu beberapa jam sebelum
makan atau sebelum tidur.
6. Kajian Klinis
1) Pantazol
 Indikasi :
untuk mencegah luka yang disebabkan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS).
 Kontraindikasi :
Penggunaan yang bersamaan dengan atazanavir dan rilpivirine.
 Efek Samping :
Mual, Muntah. Perut kembung, Diare, Sakit perut, Sembelit, Mulut kering,
Lemas, Sakit kepala, Kekurangan vitamin B12., Dan lainnya.
2) Cetrizine
 Indikasi :
Rinitis menahun, rinitis alergi seasonal, konjungtivitis, pruritus,
urtikaria idiopati kronis.
 Kontraindikasi :
Hipersensitif, Gangguan ginjal berat.
 Efek samping :
Gangguan jantung: Takikardia. Gangguan gastrointestinal: Sakit perut,
mulut kering, mual, diare, muntah. Gangguan umum dan kondisi tempat
pemberian: Kelelahan, asthenia, malaise, edema.
Gangguan sistem saraf: Pusing, sakit kepala, kejang, agitasi. Gangguan
kejiwaan: Somnolen, agresi, kebingungan, depresi, halusinasi, insomnia,
epistaksis, bronkospasme. Gangguan pernapasan, toraks dan mediastinum:
Faringitis, rinitis. Gangguan kulit dan jaringan subkutan: Pruritus, ruam,
urtikaria.
3) Braxidin
 Indikasi :
digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan dan juga beberapa
gangguan pencernaan, terutama pada bagian usus.
141

 Kontraindikasi :
Pasien dengan hipersensitivitas terhadap Chlordiazepoxide Hydrochloride
dan obat Clidinium Bromide dan obat sejenisnya. Riwayat alergi Pasien
dengan glaukoma, kondisi tekanan cairan pada bola mata tinggi Gangguan
fungsi hati Pelebaran prostat Gangguan mental yang membuat pasien tidak
dapat membedakan realitas
 Efek samping :
Gangguan koordinasi Pusing dan sakit kepala Mengantuk berlebihan
Cemas dan bingung Retensi urine Sembelit Tekanan darah tinggi
(hipertensi)

Telaah Resep

No Aspek Telaah Beri Tanda √

Ya Tidak

1 Kejelasan tulisan √
2 Benar nama pasien √
3 Benar nama obat √
4 Benar dosis √
5 Benar waktu dan √
dosis
Pemberian
6 Benar cara pemberian √
7 Ada tidaknya duplikasi √
8 Ada tidaknya polifarmasi √
9 Interaksi obat yang mungkin √
Terjadi

Interaksi Obat : Tidak ada

Anda mungkin juga menyukai