Anda di halaman 1dari 96

HALAMAN PENGESAHAN

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi


JL. Pramuka No. 55 Kel.Margajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat
Periode 1 Maret S/D 29 April 2022

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Apoteker


(Apt) Program Studi Profesi Apoteker

Disusun Oleh:

Sri Wahyuni Abdullah 2143700141

Disetujui Oleh:

Pembimbing Fakultas Pembimbing PKPA


Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta RSUD Chasbullah Abdulmajid Bekasi

apt. Julaeha, M.PH apt. Aan Mulyanah, MKM

Mengetahui,
Koordinator PKPA
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

apt. Nuzul Fajriani, S.Farm.,M.Sc


NIDN 0318119103

i
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

1. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik Apoteker baik di Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta maupun di universitas lain.
2. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini murni gagasan, rumusan dan
penilaian penyusun tanpa bantuan pihak lain, kecuali tim pembimbing.
3. Dalam Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker tidak terdapat karya atau
pendapat yang telah ditulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam
naskah dengan disebutkan dan atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara
tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan
disebutkan nama pengarang serta dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya, apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan atau ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
penyusun bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan gelar serta
sangsi lainnya sesuai peraturan perundang-undangan dan norma akademik
yang berlaku di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Bekasi, 29 April 2022


Yang Membuat Pernyataan

Tim Penulis

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek
Kerja Profesi Apoteker di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
periode 01 Maret – 29 April 2022. Kegiatan PKPA merupakan salah satu tahap
yang harus diselesaikan dalam menempuh pendidikan profesi Apoteker di
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. Diharapkan setelah menjalani PKPA
mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan, pengalaman secara nyata, dan dapat
mengenali peran serta tanggung jawab sebagai seorang Apoteker di RS.
Dalam proses pelaksanaan PKPA tidak lepas dari berbagai pihak yang
memberi bimbingan, dukungan, bantuan serta doa, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan PKPA dengan baik. Pada kesempatan ini, perkenankan
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan PKPA di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.
2. Ibu Dr.apt. Yelfi Anwar, M.Farm., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
3. Ibu apt. Nuzul Fajriani, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Universitas 17 Agustus 1945.
4. Bapak apt. Dicky Hendarsyah, S.Farm., selaku Kepala Instalasi Farmasi
RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi yang telah memberikan izin
melaksanakan PKPA di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.
5. Ibu apt. Aan Mulyanah, MKM., apt. Fadiah Bayu Adlina, S.Farm., apt. Santi
Septiani, M.Farm., dan bapak apt. Aripin, M.Farm., selaku Apoteker
Penanggung Jawab dan Pembimbing kami di RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi yang telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada kami selama pelaksanaan PKPA.
6. Ibu apt. Julaeha M.PH., selaku Dosen Pembimbing PKPA di RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.
7. Seluruh staf RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi atas bantuan

ii
selama kegiatan PKPA berlangsung.
8. Seluruh Dosen Program Studi Profesi Apoteker Universitas 17 Agustus 1945
Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat.
9. Kedua Orang Tua beserta keluarga yang telah menjadi motivasi terbesar
dalam menyelesaikan laporan PKPA serta memberikan dukungan secara
materil dan non-materil.
10. Teman-teman Program Studi Profesi Apoteker Universitas 17 Agustus 1945
Jakarta yang telah memberikan dukungan, semangat dan bantuan kepada
penulis.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara langsung
maupun tidak langsung yang membantu dalam pelaksanaan PKPA.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan dapat membantu menyempurnakan
laporan ini. Akhir kata, penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila
selama pelaksanaan PKPA ada perbuatan yang kurang baik dan kurang sopan.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca khususnya mahasiswa yang
sedang menempuh pendidikan profesi Apoteker serta dapat digunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dalam pendidikan profesi Apoteker.
Semoga laporan dan pengalaman yang diperoleh selama PKPA di RSUD
dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dapat bermanfaat untuk berbagai pihak
dan modal awal bagi penulis dalam menjalankan tugas sebagai seorang Apoteker
untuk melayani masyarakat dengan baik.

Bekasi, 29 April 2022

Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................
1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di RS.............................................
1.3 Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di RS...........................................
BAB II TINJAUAN UMUM......................................................................................
2.1 Pengertian Rumah Sakit...............................................................................
2.1.1 Sejarah RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi..................
2.1.2 Klasifikasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi............
2.1.3 Visi dan Misi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi......
2.2 Patient Safety (Sasaran Keselamatan Pasien) RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi..........................................................................
2.3 Profil Instalasi Farmasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
Kota Bekasi................................................................................................
2.3.1 Struktur Organisasi...........................................................................
2.3.2 Pelayanan Instalasi Farmasi di RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi.................................................................
BAB III PEMBAHASAN.........................................................................................
3.1 Manajemen Kefarmasian............................................................................
1. Seleksi (alur penambahan obat baru, dan proses
pembuatan/revisi formularium).............................................................
2. Perencanaan obat...................................................................................
3. Pengadaan..............................................................................................
4. Penerimaan............................................................................................
5. Penyimpanan obat (mencakup penyimpanan narkotika-psikotropika,
high alert (LASA, elektrolit konsentrat dan obat sitostatika))..............

iv
6. Distribusi obat........................................................................................
7. Penarikan obat (karena cacat produksi/recall oleh BPOM)..................
8. Pemusnahan...........................................................................................
9. Pengendalian..........................................................................................
10. Administrasi (indikator mutu farmasi)..................................................
3.2 Pelayanan Rawat Jalan...............................................................................
3.3 Pelayanan Rawat Inap................................................................................
1. Alur pelayanan resep rawat inap (alur dan sistem distribusi obat)........
2. Floor stock ruangan...............................................................................
3. Pelayanan resep high alert (terutama elektrolit konsentrat)..................
4. Pelayanan resep narkotika dan psikotropika (alur pelayanan
resepnya)................................................................................................
5. Penelusuran riwayat obat dan Rekonsiliasi obat...................................
6. Pemantauan terapi obat..........................................................................
7. Alur pelaporan dan monitoring efek samping obat...............................
8. Edukasi dan Konseling obat pasien rawat inap.....................................
9. Alur dan tahapan Pelayanan Informasi Obat (kepada Nakes)...............
3.4 CSSD..........................................................................................................
3.5 Alur Pelayanan Dispensing Steril...............................................................
3.6 Pengolahan Limbah Rumah Sakit (Khususnya sediaan farmasi)...............
3.7 Kegiatan Selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di RS...........................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................
4.1 Kesimpulan.................................................................................................
4.2 Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
LAMPIRAN...............................................................................................................

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Standar Pelayanan Kefarmasian di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid


Kota Bekasi............................................................................................................24

Tabel 3. 1 Pembahasan...........................................................................................26
Tabel 3. 2 Kegiatan Selama PKPA di RSUD dr. Chasbullah................................80

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Lokasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.................16


Gambar 2. 2 Tampak Depan RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi. . .16
Gambar 2. 3 Sertifikat Akreditasi RSUD Kota Bekasi..........................................19
Gambar 2. 4 Struktur Organisasi di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi.....................................................................................................................20
Gambar 2. 5 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi......................................................................................20
Gambar 3.1 Formulir Pengajuan Obat Untuk Masuk Dalam
Formularium.........................................................................................
Gambar 3.2 Formulir Pengajuan Penghapusan Obat Dalam Formularium................
Gambar 3.3 Rumus Metode Konsumsi.......................................................................
Gambar 3.4 Rumus Stok Optimum.............................................................................
Gambar 3.5 Pengkajian - Pelayanan Resep................................................................
Gambar 3.6Klasifikasi Warna Kantong Pembuangan Limbah Padat RS
menurut WHO........................................................................................
Gambar 3.7 Klasifikasi Warna Kantong Pembuangan Limbah Padat RSUD
dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi..............................................

i
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alur Pelayanan Instalasi Rawat Jalan....................................................


Lampiran 2 Alur Pelayanan Instalasi Rawat Inap.....................................................
Lampiran 3 Alur Pelayanan Instalasi Gawat Darurat...............................................
Lampiran 4 Alur Kerja Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap....................................
Lampiran 5 Alur Pelayanan Farmasi Rawat Jalan dan Rawat Inap..........................
Lampiran 6 Alur Pengerjaan Resep Rawat Jalan dan Rawat Inap............................
Lampiran 7 Alur Pengerjaan Resep Tunai di RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi......................................................................
Lampiran 8 Alur Pengerjaan Resep Non Tunai di RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi......................................................................
Lampiran 9 Alur Perencanaan dan Pengadaan Perbekalan Farmasi di
RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi..................................
Lampiran 10 Alur Permintaan Perbekalan Farmasi dari Depo Farmasi ke
Gudang Farmasi di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
Kota Bekasi........................................................................................100
Lampiran 11 Alur Kegiatan CSSD di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
Kota Bekasi.......................................................................................101
Lampiran 12 Form Resep Pasien Rawat Jalan........................................................102
Lampiran 13 Form Resep Pasien Rawat Inap.........................................................102
Lampiran 14 Salinan Resep....................................................................................103
Lampiran 15 Etiket dan Bungkus Puyer.................................................................104
Lampiran 16 Kartu Stok Obat.................................................................................105
Lampiran 17 Form Permintaan Barang dan Jasa....................................................105
Lampiran 18 Form Surat Pesanan Pengadaan Barang............................................106
Lampiran 19 Form Surat Pesanan Narkotika dan Psikotropika..............................106
Lampiran 20 Penyimpanan Obat High Alert di Gudang Farmasi...........................107
Lampiran 21 Penyimpanan Obat Termolabil di Gudang Farmasi..........................107
Lampiran 22 Penyimpanan Obat dan BMHP di Gudang Farmasi..........................108
Lampiran 23 Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun

i
di Gudang Farmasi.............................................................................109
Lampiran 24 Troli Emergency di Depo Farmasi Rawat Inap.................................109
Lampiran 25 Penyimpanan Obat di Depo Farmasi Rawat Jalan
dan Rawat Inap..................................................................................110
Lampiran 26 Jadwal Pendistribusian Barang di Gudang Farmasi..........................111

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat (Permenkes, 2016).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi di RS, Rumah Sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit merupakan rujukan dari pusat
pelayanan kesehatan masyarakat, terutama untuk upaya penyembuhan dan
pemulihan bagi penderita yang membutuhkan pelayanan rawat jalan atau
rawat inap yang bersifat spesialistik.
Pelayanan farmasi Rumah Sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu termasuk pelayanan
farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Tuntutan
pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi mengharuskan adanya
perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke paradigma baru
patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (Pelayanan
Kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang
terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan
menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan
kesehatan (Permenkes, 2016).
3
Salah satu upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya, maka
Program Studi Profesi Apoteker Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi yang dimulai tanggal 01 Maret hingga 29 April
2022. Melalui kegiatan PKPA ini mahasiswa calon Apoteker diharapkan
memiliki bekal pengetahuan tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit
sehingga dapat menjadi Apoteker yang profesional di masa yang akan
datang.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di RS
Pada PKPA di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
bertujuan agar mahasiswa calon Apoteker dapat melakukan pekerjaan
pelayanan kefarmasian yang meliputi:
1. Mengetahui tentang peran, fungsi dan tanggung jawab Apoteker dalam
pelayanan kefarmasian di RS.
2. Mendapatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
mengenai pekerjaan kefarmasian dalam pengelolaan perbekalan farmasi
di RS.
3. Memperoleh pemahaman peran dan fungsi Apoteker di RS.
4. Mengetahui gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian
di RS terutama di manajerial farmasi dan pelayanan farmasi klinis.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di RS
Hasil dari PKPA di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat, meliputi:
1. Dapat memahami alur dan tahapan pekerjaan kefarmasian sebagai
Apoteker di RS.
2. Mendapatkan pengetahuan tentang pelayanan kefarmasian yang ada di
RS.
3. Meningkatkan profesionalisme sebagai Apoteker yang mampu bekerja
secara profesional di RS.

4
5
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit


2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit,
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan Kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Pasal 4 Tahun 2009


Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Berdasarkan Undang Undang RI Nomor 44 Pasal 5 Tahun
2009 menjalankan tugas rumah sakit mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
6
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 3


Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Rumah Sakit
dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada semua bidang dan jenis penyakit, sedangkan Rumah
Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit atau kekhususan lainnya.

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit umum terdiri


atas pelayanan medik dan penunjang medik, pelayanan keperawatan dan
kebidanan dan pelayanan non medik. Pelayanan medik terdiri atas
pelayanan medik umum, pelayanan medik spesialis dan pelayanan
medik sub spesialis. Pelayanan medik umum berupa pelayanan medik
dasar dan pelayanan medik subspesialis lain meliputi pelayanan
penyakit dalam, anak, bedah, dan obstrectri dan ginekologi. Pelayanan
medik subspesialis berupa pelayanan medik subspesialis dasar dan
pelayanan medik subspesialis lain. Pelayanan keperawatan dan
kebidanan meliputi asuhan keperawatan generalis dan/ asuhan
keperawatan spesialis dan asuhan kebidanan. Pelayanan non medik
terdiri atas pelayanan farmasi, pelayanan laundry atau binatu,
pengolahan makanan atau gizi, pemeliharaan sarana dan prasarana dan
alat kesehatan, informasi dan komunikasi, pemulasan jenazah dan
pelayanan non medik lainnya.

Klasifikasi Rumah Sakit Umum terdiri atas:


a. Rumah sakit Umum kelas A
Merupakan rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat
tidur paling sedikit 250 buah. Berdasarkan jenis pelayanan yang
diberikan Rumah Sakit dikategorikan Pelayanan medik;
1. Pelayanan kefarmasian;
7
2. Pelayanan keperawatan dan kebidanan;
3. Pelayanan penunjang klinik;
4. Pelayanan penunjang nonklinik;
5. Pelayanan rawat inap;

Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas A


paling sedikit meliputi: (PMK RI 56, 2014). Pelayanan rawat inap
harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:
1. Jumlah tempat tidur perawatan kelas 3 paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
pemerintah;
2. Jumlah tempat tidur perawatan kelas 3 paling sedikit 20% (dua
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
swasta;
3. Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.
Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Umum kelas A terdiri
atas:

1. Tenaga medis, paling sedikit terdiri atas;

a. 18 (delapan belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;


b. 4 (empat) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c. 6 (enam) dokter pesialis untuk setiap jenis pelayanan medic;
d. 2 (dua) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik subspesialis; dan
e. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis gigi mulut.
c. Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas:
a. 1 (satu) apoteker sebagai kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
b. 5 (lima) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh
8
paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga teknis kefarmasian;
c. 5 (lima) apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit
10 (sepuluh) tenaga teknis kefarmasian;
d. 1 (satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh
minimal (dua) tenaga teknis kefarmasian;
e. 1 (satu) apoteker di ruang icu yang dibantu oleh paling sedikit 2
(dua) tenaga teknis kefarmasian;

f. 1 (satu) apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi


yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di
rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit; dan
g. 1 (satu) apoteker sebagai coordinator produksi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau
rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian Rumah Sakit.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
Merupakan rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat
tidur paling sedikit 200 buah. Pelayanan yang diberikan oleh
Rumah Sakit Umum kelas B paling sedikit meliputi: (PMK RI 56,
2014)
1. Pelayanan medik;

2. Pelayanan kefarmasian;

3. Pelayanan keperawatan dan kebidanan;

4. Pelayanan penunjang klinik

5. Pelayanan penunjang nonklinik;

6. Pelayanan rawat inap;


9
Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam pasal 25
huruf harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:
1. Jumlah tempat tidur perawatan kelas 3 paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
pemerintah;
2. Jumlah tempat tidur perawatan kelas 3 paling sedikit 20% (dua
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
swasta;
3. Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen)
dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik pemerintah dan
Rumah Sakit milik swasta.

Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas B terdiri atas:

1. Tenaga medis, paling sedikit terdiri atas:

a. 12 (dua belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar

b. 3 (tiga) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut

c. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medic


spesialis dasar;
d. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis penunjang;
e. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis lain;
f. 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
subspesialis; dan
g. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis gigi mulut.

2. Tenaga kefarmasian, paling sedikit terdiri atas:


a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala Instalasi Farmasi Rumah
10
Sakit
b. 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu
oleh paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;
c. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh
paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;
d. 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu
oleh minimal 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;
e. 1 (satu) orang apoteker di ruang icu yang dibantu oleh paling
sedikit 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;
f. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan
distribusi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi
klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga
teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaika n dengan
beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit; dan
g. 1 (satu) orang apoteker sebagai coordinator produksi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat
inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
c. Rumah Sakit Umum kelas C
Merupakan rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat
tidur paling sedikit 100 buah. Pelayanan yang diberikan oleh Rumah
Sakit Umum kelas C paling sedikit meliputi: (PMK RI 56, 2014)
1. Pelayanan medik;

2. Pelayanan kefarmasian;

3. Pelayanan keperawatan dan kebidanan;

4. Pelayanan penunjang klinik;

5. Pelayanan penunjang nonklinik;

6. Pelayanan rawat inap


11
Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam pasal 25
huruf di harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:
1. Jumlah tempat tidur perawatan kelas 3 paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
pemerintah;
2. Jumlah tempat tidur perawatan kelas 3 paling sedikit 20% (dua
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
swasta;
3. Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen)
dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik pemerintah dan
Rumah Sakit milik swasta.
Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas C
terdiri atas: Tenaga medis, paling sedikit terdiri atas:
1. 9 (sembilan) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;

2. 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;

3. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis


dasar;
4. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medic spesialis
penunjang; dan

5. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik


spesialis gigi mulut.
Tenaga kefarmasian, paling sedikit terdiri atas:

1. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala Instalasi Farmasi


Rumah Sakit;
2. 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh
paling sedikit 4 (empat) orang tenaga teknis kefarmasian; 4 (empat)
orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh
3. Paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;

4. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaa n, distribusi


12
dan produksi yang dapat merangkap melakuka n pelayanan farmasi
klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasia n Rumah Sakit.
d. Rumah sakit Umum kelas D
Rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 50 buah. Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum
kelas D paling sedikit meliputi: (PMK RI 56, 2014)
1. Pelayanan medik, paling sedikit terdiri dari:

2. Pelayanan kefarmasian;

3. Pelayanan keperawatan dan kebidanan

4. Pelayanan penunjang klinik

5. Pelayanan penunjang nonklinik

6. Pelayanan rawat inap;

Pelayanan rawat inap harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai


berikut:

1. Jumlah tempat tidur perawatan kelas 3 paling sedikit 30% (tiga


puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
pemerintah;
2. Jumlah tempat tidur perawatan kelas 3 paling sedikit 20% (dua
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
swasta;
3. Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.
Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas D
terdiri atas: Tenaga medis, paling sedikit terdiri atas:
1. 4 (empat) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
13
2. 1 (satu) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;

3. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis


dasar.

Tenaga kefarmasian, paling sedikit terdiri atas:


1. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala Instalasi Farmasi Rumah
Sakit
2. 1 (satu) apoteker yang bertugas di rawat inap dan rawat jalan yang
dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;
3. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaa n, distribusi
dan produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi
klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumla hnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan kegawatdaruratan. Pelayanan
kegawatdaruratan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan pelayanan rawat
Rumah Sakit harus memiliki Jumlah Tempat tidur perawatan
1. Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit: 30%
(tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit
milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan 20% (dua
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit
milik swasta.
2. Jumlah tempat tidur perawatan di atas perawatan kelas I paling
banyak 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk
Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
swasta.
Jumlah tempat tidur perawatan intensif

1. Jumlah tempat tidur perawatan intensif paling sedikit 8%


14
(delapan persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit
baik milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan swasta.
2. Jumlah tempat tidur perawatan intensif untuk Rumah Sakit
umum, terdiri atas 5% (lima persen) untuk pelayanan unit rawat
intensif (ICU), dan 3% (tiga persen) untuk pelayanan intensif
lainnya kecuali untuk Rumah Sakit khusus mata dan Rumah
Sakit khusus gigi dan mulut.

15
2.2 Sejarah RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi terletak di JL.
Pramuka No.55, RT.006/RW.006, Kelurahan Margajaya, Kecamatan Bekasi
Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat 17141 dengan nomor telpon (021)
8841005. Lokasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi jika
digambar dari aplikasi Google Maps adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 1 Lokasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi

Gambar 2. 2 Tampak Depan RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi

Pada tahun 1939 daerah Bekasi masih merupakan daerah terpencil


dan merupakan bagian dari Karisedenan Jatinegara. Seorang tuan tanah
terketuk hatinya untuk menolong sesamanya yang sedang sakit, dengan
membangun balai kesehatan berukuran 6 x 18 meter di atas tanah seluas 400
meter persegi yang dihibahkan untuk kepentingan umum. Tahun 1942 saat
pendudukan Jepang mendapat perhatian dan dikembangkan menjadi
Poliklinik Bekasi yang dipimpin oleh seorang patriot pejuang kemerdekaan
bernama Bapak Jasman. Tahun 1945 poliklinik tersebut dijadikan basis
perlengkapan P3K.
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, berubah status
menjadi RS Pembantu, tepatnya pada tanggal 24 Juli 1946. Pada tahun 1946
kepemimpinan digantikan oleh seorang juru rawat dari RS Pembantu
Banjaran, bernama Bapak S Wijaya. Pada saat kepemimpinannya berubah
menjadi RSU Kab. Bekasi dengan kapasitas 10 tempat tidur dan
penambahan bangunan untuk perawat dan bidan. Kemudian pada Tahun
1956 Bp S Wijaya pensiun dan digantikan oleh Bp. H. Nadom Miadi.
Kepemimpinan Rumah Sakit pada tahun 1970 dipimpin oleh seorang
dokter dibantu beberapa tenaga medis dan non medis. Sejak saat itu
organisasi dan tata laksana RSUD ditetapkan. Selanjutya, dalam
perkembangannya Rumah Sakit ditetapkan sebagai rumah sakit kelas C,
berdasarkan SK Menkes Republik Indonesia nomor 051/Menkes/SK/II/1979
tentang pengelolaan rumah sakit umum pemerintah. Pada 1 April 1999 RSU
diserahkan oleh Pemda Kabupaten Bekasi kepada Pemda Kabupaten Bekasi
kepada Pemda Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi.
Pada tanggal 30 November 2000 ditetapkan Peraturan Daerah Kota
Bekasi Nomor 12 tahun 2000 tentang Pembentukan Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bekasi Nomor 12 Tahun 2000 tentang Pembentukan Rumah
Sakit Umum Daerah Pemerintah Kota Bekasi sekaligus dengan peningkatan
status menjadi RSUD kelas B Non Pendidikan Pemerintah Kota Bekasi oleh
Walikota.
Pada tahun 2001 dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun
2001 tentang Penetapan RSUD Kota Bekasi menjadi Unit Swadana, untuk
melengkapi Dasar Hukum dalam operasional Rumah Sakit ditetapkanlah

17
Perda Nomor 21 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD
Kota Bekasi.
Pada tahun 2009 dikeluarkan Peraturan Walikota Nomor
060/Kep.251-Org/VII/2009 tentang RSUD Kota Bekasi menjadi BLUD
dengan status penuh. Tanggal 8 Juni 2016 Nama RSUD Kota Bekasi di
ubah menjadi RSUD dr. Chasbullah A.M yang ditetapkan dengan
Keputusan Walikota Bekasi Nomor: 445/Kep.332-RSUD/VI/2016 tentang
Nama Rumah Sakit Umum Daerah dr. Chasbullah A.M Kota Bekasi.
Dikarenakan salah penulisan nama Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bekasi sesuai dengan Keputusan Wali Kota Bekasi Nomor 445/Kep.332-
RSUD/VI/2016 tentang Nama Rumah Sakit Umum Daerah dr. Chasbullah
A.M Kota Bekasi, maka nama RSUD dr. Chasbullah A.M diubah kembali
menjadi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi sesuai dengan Keputusan Wali Kota Bekasi Nomor 445/Kep.204-
RSUD/IV/2017 tentang Perubahan Nama Rumah Sakit Umum Kota Bekasi
yang ditetapkan tanggal 3 April 2017.

2.3 Klasifikasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi


Rumah Sakit dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi adalah salah
satu badan layanan umum milik Kota Bekasi yang berkomitmen untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat Kota
Bekasi pada khususnya dan warga negara Indonesia pada umumnya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit memiliki
beberapa fungsi untuk menunjang terciptanya masyarakat Indonesia yang
lebih sehat. Selain kegiatan penyelenggaraan kegiatan pelayanan dan
pemulihan kesehatan, rumah sakit juga memiliki fungsi sebagai tempat
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia kesehatan. Dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan untuk mahasiswa, RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi melakukan pembenahan dan perbaikan terhadap
pelayanannya diantaranya adalah dengan meningkatkan status RSUD
menjadi Rumah Sakit tipe B pendidikan dan akreditasi Paripurna.

18
Gambar 2. 3 Sertifikat Akreditasi RSUD Kota Bekasi

2.3.1 Visi dan Misi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
1. Visi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
“RSUD terdepan dalam pelayanan secara paripurna menuju
masyarakat sehat dan mandiri”
2. Misi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
1. Kami adalah Rumah sakit umum daerah yang melayani dengan
hati.
2. Kami memberikan pelayanan dan pendidikan yang terintegrasi
berbasis teknologi modern.
3. Kami menjamin kualitas layanan dengan mengutamakan
kepuasan pelanggan.
4. Kami berjuang mewujudkan kualitas hidup seimbang secara
fisik, emosional, dan spiritual.

19
2.3.2 Struktur Organisasi
a. Struktur Organisasi di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
Kota Bekasi

Gambar 2. 4 Struktur Organisasi di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi

b. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi di RSUD dr.


Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi

20
Gambar 2. 5 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
Kota Bekasi

21
2.4 Profil Instalasi Farmasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi
Instalasi farmasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
adalah satuan unit kerja fungsional yang dipimpin oleh seorang apoteker
sebagai pengelola yang disebut Kepala Instalasi Farmasi yang mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi guna memenuhi
kebutuhan semua pelayanan kesehatan di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
Kota Bekasi yang optimal meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian perbekalan farmasi dan produksi sediaan famasi, serta
melaksanakan pelayanan farmasi klinik sesuai prosedur kefarmasian dan etik
profesi.
Instalasi farmasi memiliki unit-unit pelayanan farmasi berupa depo
farmasi. Depo farmasi berada di bawah instalasi farmasi yang dipimpin oleh
seorang profesional (Apoteker) yang bertanggung jawab dalam pengelolaaan
dan penggunaan perbekalan kefarmasian dengan pelayanan medis dan
keperawatan dengan tugas pokok melakukan efisiensi pengadaan dan
penyelenggaraan pelayanan farmasi sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Depo farmasi di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi terdiri
dari depo farmasi rawat jalan gedung A dan E, depo farmasi rawat inap
gedung C dan E, depo farmasi gabungan rawat jalan dan rawat inap gedung
D, depo farmasi IGD, depo farmasi kamar operasi, depo Anak Ekslusif
gudang farmasi dan depo rawat jalan dan rawat inap khusus Covid-19 gedung
F. Penanggung jawab farmasi masing-masing depo adalah seorang Apoteker
yang diberi tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan
pelaksanaan pelayanan farmasi sesuai dengan teknis secara cepat, tepat dan
akurat.
Pelayanan farmasi klinis dipegang oleh seorang Apoteker yang
bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan dan memastikan seluruh
kegiatan pelayanan farmasi diberikan dengan tujuan agar terapi obat yang
diperoleh secara optimal serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
melalui beberapa cara berupa pemantauan terapi obat, konseling dan
pemberian informasi obat.
1. Depo Farmasi Rawat Jalan (Gedung A dan E)
Depo farmasi gedung A dan E merupakan salah satu depo farmasi
yang berada dibawah struktur organisasi Bagian Farmasi RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi yang melayani pasien rawat jalan
dengan BPJS dan pasien Umum (pembayaran dengan BJB).
Depo farmasi rawat jalan gedung A khusus ditujukan untuk melayani
obat untuk rawat jalan Poli Jiwa, Poli Mata, Poli Gigi, Poli THT, Poli
Anak, Poli Kebidanan dan Poli Jantung. Depo farmasi rawat jalan gedung
E ditujukan untuk melayani obat untuk rawat jalan Poli Kulit, Poli
Penyakit Dalam dan Poli Syaraf.
Alur distribusi obat di depo farmasi rawat jalan gedung A dan E
meliputi penomoran resep. Kode 0 merupakan resep racikan, kode 1
merupakan resep yang ditunggu dan kode 5 merupakan resep yang diantar
oleh SITARO. SITARO adalah sistem pelayanan resep dengan cara
pengantaran obat ke rumah pasien, baik pasien BPJS dan pasien Umum.
Setelah diberi nomor, resep di entry di sistem SIMRS RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi. Kemudian obat disiapkan lalu
diberi etiket. Setelah itu penyerahan disertai dengan Pelayanan Informasi
Obat (PIO).
2. Depo Farmasi Rawat Inap (Gedung C dan E)
Depo farmasi rawat inap gedung C merupakan depo yang melayani
pasien rawat inap khusus ruang PICU, ruang Perinatologi, ruang MICU,
ruang Ponek, ruang VK, ruang Seruni, ruang Dahlia, ruang Melati dan
ruang Tulip.
Depo farmasi rawat inap gedung E merupakan depo yang melayani
pasien rawat inap khusus ruang Catleeya, ruang Camellia, ruang Sakura,
ruang Aster, ruang Mayor Oking dan ruang Azaleya.

23
Alur distribusi obat di depo farmasi rawat inap gedung C dan E
menggunakan Catatan Penggunaan Obat (CPO) dengan sistem UDD (Unit
Dose Dispensing).
a. Depo Farmasi Gabungan Rawat Jalan dan Rawat Inap (Gedung D)
Depo farmasi gedung D merupakan salah satu depo farmasi yang
beradadibawah struktur organisasi Bagian Farmasi RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi. Depo farmasi gedung D khusus
ditujukan untuk melayani obat untuk rawat jalan dan rawat inap bagi
pasien bedah, yang terdiri dari ruang Bougenville, ruang ICU, ruang
Teratai, ruang ICCU dan ruang Wijaya Kusuma.
b. Depo Farmasi IGD
Depo farmasi IGD hanya menyediakan alat kesehatan dan obat-
obat emergency. Depo Farmasi IGD juga melayani resep rawat inap
dalam keadaan emergency. Tetapi untuk pelayanan rawat inap
dilakukan apabila depo rawat inap tidak menerima pelayanan.
c. Depo Farmasi Kamar Operasi
Depo farmasi kamar operasi suatu unit yang berfungsi melayani
perbekalan farmasi untuk keperluan tindakan operasi. Untuk tindakan
operasi sesuai jadwal harian, pendistribusian dilakukan secara
individual spesifik per pasien. Pada jadwal operasi tercantum nama
pasien, medical record, jenis tindakan, serta obat-obatan anasthesi apa
yang diperlukan. Apabila ada alat kesehatan dan obat-obatan tambahan
akan dicatat dalam jadwal harian, setelah itu akan dibuat formulir
Pemakaian Obat dan Alat Anasthesi di Ruang OK.
Sedangkan untuk operasi cito diluar jadwal pelayanan farmasi,
pendistribusian dilakukan melalui sistem paket tindakan yang telah di
floor stock dilakukan serah terima antara petugas farmasi dengan
petugas kamar operasi. CPO dicatat dalam Formulir Pemakaian Obat
dan Alat Anasthesi di Ruang OK, kemudian dimasukkan dalam sistem
SIMRS RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi agar masuk ke
dalam tagihan pasien.

24
d. Gudang Farmasi
Gudang farmasi bertugas untuk menerima, menyimpan, dan
mendistribusikan perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan, rawat
inap, IGD, kamar operasi dan setiap poli yang ada di RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi. Perbekalan farmasi yang
dimaksud meliputi material kesehatan yang berupa obat-obatan, alat
kesehatan dan BMHP.

2.3.3 Pelayanan Instalasi Farmasi di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid


Kota Bekasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit,
Pelayanan Kefarmasian di RS meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan
menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali
biaya.
Pelayanan Kefarmasian yang diselenggarakan di Rumah Sakit
haruslah mampu menjamin ketersediaan obat yang aman, bermutu dan
berkhasiat sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit dan diselenggarakan sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.

Tabel 2. 1 Standar Pelayanan Kefarmasian di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi

Pengelolaan Sediaan Farmasi,


Pelayanan Farmasi Klinik
Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP)

25
- Pemilihan - Pengkajian dan pelayanan resep
- Perencanaan kebutuhan - Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
- Pengadaan - Rekonsiliasi Obat

- Penerimaan - Pelayanan Informasi Obat (PIO)

- Penyimpanan - Konseling

- Pendistribusian - Visit/Ronde Bangsal

- Pemusnahan dan penarikan - Pemantauan Terapi Obat (PTO)


- Monitoring Efek Samping Obat
- Pengendalian
(MESO)/Farmakovigilans
- Administrasi - Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
- Dispensing Sediaan Steril
- Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
- Pharmacy Home Care

26
BAB III
PEMBAHASAN

Tabel 3. 1 Pembahasan

Observasi/Pengamatan (Yang
Pelayanan Kefarmasian Teori/Dasar PerUU Gap
ditemukan/didapatkan selama PKPA)
3.1 Manajemen Kefarmasian
1. Seleksi (alur Pelayanan kesehatan yang diberikan Formularium Rumah Sakit di RSUD dr. Sudah sesuai dengan
penambahan kepada masyarakat dalam pelaksanaan Jaminan Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi merupakan teori/dasar Pedoman
obat baru, dan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan panduan daftar obat dan kebijakan penggunaan obat tentang Penyusunan
proses promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang disepakati staf medis, disusun oleh Komite Formularium di
pembuatan/revis termasuk pelayanan obat sesuai dengan Farmasi dan Terapi (KFT) dan ditetapkan oleh Rumah Sakit
i formularium) kebutuhan medis. Pemerintah Pusat, direktur/kepala rumah sakit. Formularium RS dapat (Kemenkes, 2021)
Pemerintah Daerah, dan fasilitas kesehatan dilengkapi dengan mekanisme kerja KFT serta tata dan hasil
bertanggung jawab atas ketersediaan obat, alat kelola Formularium RS. observasi/pengamatan
kesehatan, dan BMHP dalam penyelenggaraan Formularium RS dapat berbentuk hardcopy di RSUD dr.
program Jaminan Kesehatan sesuai dengan dan/atau softcopy dan harus dapat diakses oleh Chasbullah
kewenangannya. seluruh tenaga kesehatan yang terlibat dalam Abdulmadjid Kota
Sesuai dengan Peraturan Perundang- penggunaan obat. Bekasi.
undangan yang mengatur mengenai Jaminan Penyusunan obat dalam Formularium RS
Kesehatan, disebutkan bahwa Formularium berdasarkan kebutuhan RS mengacu pada data
Nasional (Fornas) merupakan daftar obat morbiditas di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
terpilih sebagai pedoman dalam pelayanan Kota Bekasi. Tahapan penyusunan Formularium RS
kesehatan. Tujuan utama pengaturan obat sebagai berikut:
dalam Fornas untuk meningkatkan mutu 1. Meminta usulan obat dari masing-masing
pelayanan kesehatan melalui peningkatan Kelompok Staf Medik (KSM) dengan
efektivitas dan efisiensi pengobatan sehingga berdasarkan pada Panduan Praktik Klinis (PPK)
tercapai penggunaan obat rasional. dan clinical pathway.
Demikian pula di Rumah Sakit, sesuai 2. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 masing KSM berdasarkan standar terapi atau
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan standar pelayanan medik.
Kefarmasian di Rumah Sakit bahwa 3. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan
Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk kelas terapi.
semua penulis resep, pemberi obat, dan 4. Membahas usulan tersebut dalam rapat KFT,
penyedia obat sebagai pedoman pemilihan dan jika diperlukan dapat meminta masukan dari
penggunaan obat di rumah sakit. Formularium pakar.
Rumah Sakit merupakan daftar obat dan 5. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan
kebijakan penggunaan obat yang disepakati staf KFT, dikembalikan ke masing-masing Staf
medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Medik Fungsional (SMF) untuk mendapatkan
Terapi dan ditetapkan oleh direktur/kepala umpan balik.
rumah sakit. Formularium Rumah Sakit dapat 6. Membahas hasil umpan balik dari masing-
dilengkapi dengan mekanisme kerja masing SMF untuk mendapatkan obat yang
Komite/Tim Farmasi dan Terapi serta tata rasional dan cost effective.
kelola Formularium Rumah Sakit. 7. Menyusun usulan daftar obat yang masuk ke
Formularium Rumah Sakit bermanfaat dalam Formularium RS.
dalam kendali mutu dan kendali biaya obat 8. Menyusun usulan kebijakan penggunaan obat.
yang akan memudahkan pemilihan obat yang 9. Penetapan Formularium RS oleh direktur.
rasional, mengurangi biaya pengobatan, dan 10. Melakukan edukasi mengenai Formularium RS
mengoptimalkan pelayanan kepada pasien. kepada seluruh tenaga kesehatan rumah sakit.
Penyusunan Formularium Rumah Sakit 11. Melakukan monitoring dan evaluasi kepatuhan.
selain mengacu kepada Fornas, juga mengacu Penyusunan dan revisi Formularium RS
pada Panduan Praktik Klinis Rumah Sakit serta dikembangkan berdasarkan pertimbangan
mempertimbangkan hasil evaluasi penggunaan terapeutik dan ekonomi dari penggunaan obat agar
obat di rumah sakit. Menurut standar akreditasi dihasilkan Formularium RS yang selalu mutakhir
rumah sakit, Formularium Rumah Sakit dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang
mengacu pada peraturan perundang-undangan rasional. Untuk revisi Formularium RS di RSUD dr.
dan didasarkan pada misi rumah sakit, Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi setiap 6
kebutuhan pasien, serta jenis pelayanan yang bulan sekali.
diberikan. Perubahan obat dalam formularium
Pemantauan dan evaluasi Formularium dilakukan melalui pengusulan permohonan harus
Rumah Sakit dilakukan terhadap kepatuhan diajukan secara resmi melalui KSM kepada KFT
penggunaan Fornas dan kepatuhan penggunaan menggunakan Formulir 1 (untuk pengajuan obat
Formularium Rumah Sakit. Indikator pada masuk dalam formularium) atau Formulir 2 (untuk
Akreditasi Rumah Sakit terkait formularium pengajuan penghapusan obat dalam formularium).
adalah tersedianya regulasi organisasi yang

28
menyusun Formularium Rumah Sakit,
pemantauan terhadap penggunaan obat baru
pada formularium, pemantauan kepatuhan
terhadap formularium baik dari persediaan
maupun penggunaannya, serta adanya review
formularium secara berkala.
Penyusunan Formularium Rumah Sakit
berdasarkan kriteria yang disusun secara
kolaboratif sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pada praktiknya, format
formularium sangat bervariasi tergantung
kepada interpretasi masing-masing rumah sakit.
Untuk itu perlu disusun pedoman penyusunan
Formularium Rumah Sakit (Kemenkes, 2021).
Gambar 3.1. Formulir Pengajuan Obat Untuk Masuk
Dalam Formularium

Gambar 3.2. Formulir Pengajuan Penghapusan Obat


Dalam Formularium

Permohonan penambahan obat yang akan

29
dimasukkan dalam Formularium RS yang diajukan
setidaknya memuat informasi tentang mekanisme
farmakologi obat dan indikasi yang diajukan, alasan
mengapa obat yang diajukan lebih baik daripada
yang sudah ada di dalam formularium dan bukti
ilmiah dari pustaka yang mendukung perlunya obat
dimasukkan ke dalam formularium.
Kriteria penghapusan obat dari
formularium:
1) Obat tidak beredar lagi di pasaran.
2) Obat tidak ada yang menggunakan lagi.
3) Sudah ada obat baru yang lebih cost effective.
4) Obat yang setelah dievaluasi memiliki risiko
lebih tinggi dibandingkan manfaatnya.
5) Berdasarkan hasil pembahasan oleh KFT.
6) Terdapat obat lain yang memiliki efikasi yang
lebih baik dan/atau efek samping yang lebih
ringan.
7) Masa berlaku NIE telah habis dan tidak
diperpanjang oleh industri farmasi.
Pelaksanaan review formularium dilakukan
paling sedikit 1 tahun sekali meliputi efektifitas
obat dan monitoring medication error. Review
terkait efektifitas meliputi dokumen pemantauan
terapi pasien.
2. Perencanaan Rumah Sakit harus melakukan Perencanaan perbekalan farmasi di RSUD Sudah sesuai dengan
obat perencanaan kebutuhan obat dengan dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota bekasi dibagi dua teori/dasar Permenkes
menggunakan metode yang dapat yaitu perencanaan untuk jangka panjang (1 tahun) No.72 Tahun 2016,
dipertanggungjawabkan untuk menghindari yaitu penggunaan dana BLUD dari Pemerintah Petunjuk Teknis
kekosongan obat. Perencanaan obat yang baik yang dilihat dari pemakaian obat, alat kesehatan Standar Pelayanan
dapat meningkatkan pengendalian stok sediaan dan BMHP tahun sebelumnya dan perencanaan Kefarmasian di
farmasi di RS. Perencanaan dilakukan mengacu jangka pendek (1 bulan) yaitu untuk perencanaan Rumah Sakit
pada Formularium RS yang telah disusun obat, alat kesehatan dan BMHP yang dilihat dari (Kemenkes, 2019)
sebelumnya (Permenkes, 2016). pemakaian sisa stok atau pemakaian setiap dan hasil

30
Apabila terjadi kehabisan obat karena bulannya. observasi/pengamatan
terlambatnya pengiriman, kurangnya stok Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan di RSUD dr.
nasional atau sebab lain yang tidak diantisipasi dan BMHP yang dilakukan di RSUD dr. Chasbullah
sebelumnya, maka apoteker menginformasikan Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi berdasarkan Abdulmadjid Kota
kepada staf medis tentang kekosongan obat atas kebutuhan atau permintaan di RS dan mengacu Bekasi.
tersebut dan mengadakan pembelian ke pihak pada Formularium RS yang telah disusun
luar seperti pembelian ke vendor dan PBF yang sebelumnya.
telah diikat dengan perjanjian kerjasama. Metode yang digunakan untuk perencanaan
Perencanaan dilaksanakan melibatkan internal RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
instalasi farmasi rumah sakit dan unit kerja menggunakan metode konsumsi yaitu berdasarkan
yang ada di rumah sakit (Kemenkes, 2019). data pemakaian perbekalan farmasi pada periode
Beberapa tahapan yang perlu sebelumnya, disesuaikan dengan melihat sisa stok
diperhatikan sebelum menyusun rencana yang masih tersedia di gudang obat, alat kesehatan
kebutuhan obat yaitu: dan BMHP dengan dihitung menggunakan rumus
1) Perlu dipastikan kembali program dan sebagai berikut:
komoditas apa yang akan disusun
perencanaannya.
2) Perlu ditetapkan stakeholder yang terlibat
dalam proses perencanaan, diantaranya
adalah pemegang kebijakan dan
pemasok/vendor.
3) Daftar obat harus sesuai Formularium
Nasional dan Formularium RS.
Formularium RS yang telah diperbaharui
secara teratur harus menjadi dasar untuk
perencanaan, karena daftar tersebut
mencerminkan obat yang diperlukan untuk
pola morbiditas terkini.
4) Perencanaan perlu memerhatikan waktu Gambar 3.3 Rumus Metode Konsumsi
yang dibutuhkan, mengestimasi periode
pengadaan, mengestimasi safety stock dan Koordinator Perencanaan Perbekalan
memperhitungkan lead time. Farmasi membuat daftar item yang akan dibeli
5) Perlu diperhatikan ketersediaan anggaran (work sheet perencanaan), setelah itu diajukan
dan rencana pengembangan jika ada. kepada Kepala Instalasi Farmasi dilakukan

31
6) Pengumpulan data yang dibutuhkan antara verifikasi sesuai kebutuhan obat dan BMHP.
lain data penggunaan obat pasien periode Setelah disetujui oleh kepala instalasi farmasi
sebelumnya (data konsumsi), sisa stok, data diajukan kepada kepala bidang penunjang (pejabat
morbiditas dan usulan kebutuhan obat dari pembuat komitmen) dan di tembuskan ke wakil
unit pelayanan. direktur pelayanan medis. Bidang penunjang medik
7) Menyusun dan menghitung rencana membuat daftar usulan pengadaan barang yang
kebutuhan obat menggunakan metode yang diteruskan kepada pejabat pengadaan untuk
sesuai. dipesankan ke distributor.
8) Melakukan evaluasi rencana kebutuhan
menggunakan analisis yang sesuai.
9) Revisi rencana kebutuhan obat (jika
diperlukan).
10) IFRS menyampaikan draft usulan
kebutuhan obat ke manajemen rumah sakit
untuk mendapatkan persetujuan.
11) Proses penyampaian RKO ke aplikasi E-
Monev Obat.
Evaluasi terhadap perencanaan
dilakukan meliputi kesesuaian perencanaan
dengan kebutuhan. Dilakukan penilaian
kesesuaian antara RKO dengan realisasi.
Sumber data berasal dari rumah sakit, LKPP
dan pemasok dan masalah dalam ketersediaan
yang terkait dengan perencanaan. Dilakukan
dengan cek silang data dari fasyankes dengan
data di pemasok.
Cara/teknik evaluasi yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Analisa ABC untuk evaluasi aspek
ekonomi.
2) Pertimbangan/kriteria VEN, untuk evaluasi
aspek medik/terapi.
3) Kombinasi ABC dan VEN.
4) Revisi rencana kebutuhan obat.

32
3. Pengadaan Pengadaan adalah kegiatan untuk Pengadaan yang dilakukan di RSUD dr. Sudah sesuai dengan
merealisasikan kebutuhan yang telah Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dimulai dari teori/dasar Permenkes
direncanakan dan disetujui, melalui pembelian, pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, No.72 Tahun 2016.
produksi/pembuatan sediaan farmasi, dan penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan Permenkes No.63
sumbangan/droping/hibah. Pembelian dengan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan Tahun 2014,
penawaran yang kompetitif (tender) merupakan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, Peraturan Presiden
suatu metode penting untuk mencapai dan pembayaran. Pengadaan yang efektif harus No.16 tahun 2018,
keseimbangan yang tepat antara mutu dan menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang Petunjuk Teknis
harga, apabila ada dua atau lebih pemasok, tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai Standar Pelayanan
apoteker harus mendasarkan pada kriteria mutu standar mutu. Hal-hal yang perlu diperhatikan Kefarmasian di
produk, reputasi produsen, distributor resmi, dalam pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan Rumah Sakit
harga, berbagai syarat, ketepatan waktu dan BMHP antara lain: (Kemenkes, 2019)
pengiriman, mutu pelayanan pemasok, dapat 1) Bahan baku obat harus disertai sertifikat dan hasil
dipercaya, kebijakan tentang barang yang analisa. observasi/pengamatan
dikembalikan, dan pengemasan (Kemenkes, 2) Bahan berbahaya harus menyertakan Material di RSUD dr.
2019). Safety Data Sheet (MSDS). Chasbullah
Pembelian merupakan suatu rangkaian 3) Sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan Abdulmadjid Kota
proses pengadaan untuk mendapatkan sediaan Medis Habis Pakai harus mempunyai Nomor Bekasi.
farmasi dan BMHP dari pemasok. Proses Izin Edar (NIE).
pengadaan mempunyai beberapa langkah yang 4) Masa kedaluwarsa (expired date) minimal 2
baku dan merupakan siklus yang berjalan terus (dua) tahun kecuali untuk sediaan farmasi, alat
menerus sesuai dengan kegiatan rumah sakit. kesehatan dan BMHP tertentu (vaksin, reagen
Langkah proses pengadaan dimulai dengan dan lain-lain) atau pada kondisi tertentu yang
mereview daftar sediaan farmasi dan BMHP dapat dipertanggung jawabkan.
yang akan diadakan, menentukan jumlah 5) Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang
masing-masing item yang akan dibeli, mencegah kekosongan stok obat yang secara
menyesuaikan dengan situasi keuangan, normal tersedia di Rumah Sakit dan
memilih metode pengadaan, memilih mendapatkan obat saat Instalasi Farmasi tutup.
distributor, membuat syarat kontrak kerja, Untuk RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
memonitor pengiriman barang, menerima Kota Bekasi, pembelian sediaan farmasi, alat
barang, melakukan pembayaran serta kesehatan dan BMHP harus sesuai dengan
menyimpan kemudian mendistribusikan. ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku.
Ada 4 metode pada proses pembelian. Di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
a) Tender terbuka, berlaku untuk semua pengadaan dapat dilakukan secara pembelian

33
distributor yang terdaftar, dan sesuai langsung yang dilakukan dalam jumlah kecil untuk
dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada item yang perlu segera tersedia. Harga untuk item
penentuan harga metode ini lebih tertentu relatif lebih mahal dibanding pada
menguntungkan. Untuk pelaksanaannya pembelian dengan metode lain. Hal-hal yang perlu
memerlukan staf yang kuat, waktu yang diperhatikan dalam pembelian adalah: Kriteria
lama serta perhatian penuh. sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
b) Tender terbatas, sering disebutkan lelang habis pakai, yang meliputi kriteria umum dan
tertutup. Hanya dilakukan pada distributor kriteria mutu obat.
tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki Instalasi Farmasi harus melakukan
riwayat yang baik. Harga masih dapat pencatatan dan pelaporan terhadap penerimaan dan
dikendalikan, tenaga dan beban kerja lebih penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
ringan bila dibandingkan dengan lelang BMHP jika barang tersebut berasal dari
terbuka. sumbangan/dropping/hibah. Instalasi Farmasi dapat
c) Pembelian dengan tawar menawar, memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah
dilakukan bila item tidak penting, tidak Sakit untuk mengembalikan/menolak
banyak dan biasanya dilakukan pendekatan sumbangan/dropping/hibah sediaan farmasi, alat
langsung untuk item tertentu. kesehatan, dan BMHP yang tidak bermanfaat bagi
d) Pembelian langsung, pembelian jumlah kepentingan pasien Rumah Sakit.
kecil, perlu segera tersedia. Harga tertentu, Pengadaan di RSUD dr. Chasbullah
relatif agak lebih mahal. Abdulmadjid Kota Bekasi dilakukan oleh bagian
Untuk pelayanan kesehatan Jaminan unit Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang sudah
Kesehatan Nasional, pembelian obat dilakukan diberikan wewenang melalui surat keputusan
melalui e-purchasing berdasarkan obat yang Direktur yang dibantu oleh Pejabat Pengadaan di
ada di e-catalogue sesuai dengan Peraturan bagian Unit Pengadaan Barang dan Jasa (UPBJ)
Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 secara berkala dan rutin setiap akhir bulannya
tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog dengan melakukan e-purchasing secara online
Elektronik (e-catalogue). Dengan telah untuk barang yang tersedia dalam e-catalogue.
terbangunnya sistem Katalog Elektronik (e- Untuk barang yang belum tersedia dalam e-
catalogue) obat, maka seluruh Fasilitas catalogue dilakukan pembelian secara manual ke
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) distributor atau sub distributor rekanan RSUD dr.
dalam pengadaan obat baik untuk program Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.
Jaminan Kesehatan Nasional maupun program Salah satu cara untuk penentuan pengadaan
kesehatan lainnya tidak perlu melakukan proses yaitu buffer stock atau yaitu stok penyangga
pelelangan, namun dapat langsung persediaan saat pemesanan, yang bertujuan untuk

34
memanfaatkan sistem Katalog Elektronik (e- mengantisipasi perubahan yang mungkin terjadi
catalogue) obat dengan prosedur e-purchasing. seperti jumlah permintaan meningkat atau apabila
Dalam hal obat yang dibutuhkan tidak obat datang terlambat. Buffer stock harus ada untuk
terdapat dalam Katalog Elektronik (e- semua item obat, alat kesehatan dan BMHP
catalogue) obat, proses pengadaan dapat terutama untuk obat fast moving. Dengan demikian
mengikuti metode lainnya sebagaimana diatur tidak ada kekosongan obat di rumah sakit.
dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa. Bekasi menetapkan cara penentuan buffer stock
Tahapan pengadaan obat pada RS yang sebesar 50% untuk semua jenis sediaan farmasi dan
melayani peserta Jaminan Kesehatan Nasional BMHP. Hal ini dilakukan untuk mencegah
(JKN): kekosongan obat, alat kesehatan dan BMHP yang
1) Kepala Instalasi Farmasi menentukan terlalu lama karena banyak hal seperti pembayaran
Rencana Kebutuhan Obat (RKO) dan yang tertunda, keterlambatan perencanaan,
selanjutnya menyampaikannya kepada keterlambatan dalam pengiriman barang, antisipasi
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker kosong pabrik, kosong regional, dan kosong
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan nasional.
(FKRTL). Sediaan farmasi yang ada di RSUD dr.
2) Skrining dan klasifikasi RKO: identifikasi Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi didapat
obat yang ada di e-catalogue dan yang melalui pembelian, konsinyasi dan
tidak masuk e-katalog. sumbangan/dropping/hibah. Sumber anggaran yang
3) Obat e-catalogue dapat langsung dibuat digunakan dalam pengadaan sediaan farmasi,
pesanan ke sistem e-purchasing. adalah:
4) selanjutnya melakukan perjanjian/kontrak e. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
jual beli terhadap obat yang telah disetujui Daerah).
dengan distributor yang ditunjuk oleh f. BLUD (Badan Layanan Umum Daerah).
penyedia obat/industri farmasi
5) Dalam hal obat yang ada di e-catalogue
tidak dapat disediakan oleh penyedia, maka
pengadaan dilakukan mengikuti peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sesuai dengan Permenkes No.63 Tahun
2014 tentang Pengadaan Obat Berdasarkan
Katalog Elektronik, RS swasta yang bekerja
sama dengan BPJS dapat melaksanakan

35
pengadaan obat berdasarkan e-catalogue.
Pada prinsipnya pengelolaan sediaan
farmasi dan BMHP dari hibah/sumbangan,
mengikuti kaidah umum pengelolaan sediaan
farmasi dan BMHP reguler. Sediaan farmasi
dan BMHP yang tersisa dapat dipakai untuk
menunjang pelayanan kesehatan pada saat
situasi normal (Permenkes, 2016).
Pada proses pengadaan ada 3 faktor
penting yang harus diperhatikan:
a. Pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti
dapat menjadikan biaya tinggi.
b. Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja
(harga kontrak = visible cost + hidden
cost), sangat penting untuk menjaga agar
pelaksanaan pengadaan terjamin mutu
(misalnya persyaratan masa kedaluwarsa,
sertifikat analisa/standar mutu, harus
mempunyai Material Safety Data Sheet
(MSDS) untuk bahan berbahaya dan
khusus untuk alat kesehatan harus
mempunyai Certificate of Origin).
c. Order pemesanan agar barang dapat sesuai
jenis, waktu dan tempat.
Beberapa jenis obat, bahan aktif yang
mempunyai masa kedaluwarsa relatif pendek
harus diperhatikan waktu pengadaannya. Untuk
itu harus dihindari pengadaan dalam jumlah
besar.
Guna menjamin tata kelola sediaan
farmasi dan BMHP yang baik, dalam proses
pengadaan harus diperhatikan adanya:
a) Prosedur yang transparan dalam proses
pengadaan.

36
b) Mekanisme penyanggahan bagi peserta
tender yang ditolak penawarannya.
c) Pedoman tertulis mengenai metode
pengadaan bagi panitia pengadaan.
d) Pernyataan dari anggota panitia pengadaaan
bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai
konflik kepentingan.
e) SPO pengadaan.
f) Kerangka acuan bagi panitia pengadaan
selama masa tugasnya.
g) Pembatasan masa kerja anggota panitia
pengadaan misalkan maksimal 3 tahun.
h) Standar kompetensi bagi anggota panitia
pengadaan, panitia harus mempunyai
Sertifikat Pengadaan Barang dan Jasa.
i) Kriteria tertentu untuk menjadi anggota
panitia pengadaan terutama: integritas,
kredibilitas, rekam jejak yang baik.
j) Sistem manajemen informasi yang
digunakan untuk melaporkan produk
sediaan farmasi dan BMHP yang
bermasalah.
k) Sistem yang efisien untuk memonitor post
tender dan pelaporan kinerja pemasok
kepada panitia pengadaan.
l) Audit secara rutin pada proses pengadaan.
4. Penerimaan Penerimaan dan pemeriksaan Alur penerimaan barang di RSUD dr. Sudah sesuai dengan
merupakan salah satu bagian dari kegiatan Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi yaitu barang teori/dasar Permenkes
pengadaan agar obat yang diterima sesuai yang datang akan diperiksa oleh Panitia Pemeriksa No.72 Tahun 2016,
dengan jenis, jumlah dan mutunya berdasarkan Pekerjaan Daerah (P3D) yang sudah diberikan Petunjuk Teknis
dokumen yang menyertainya dilakukan oleh wewenang untuk melakukan rangkaian Standar Pelayanan
panitia penerimaan yang salah satu anggotanya pemeriksaan di setiap sediaan farmasi, alat Kefarmasian di
adalah tenaga farmasi (Permenkes, 2016). kesehatan dan BMHP yang datang dari Rumah Sakit
Pemeriksaan mutu obat dilakukan vendor/distributor. (Kemenkes, 2019)

37
secara organoleptik, khusus pemeriksaan label Pemeriksaan meliputi kesesuaian antara dan hasil
dan kemasan perlu dilakukan pengecekan surat pesanan, faktur, identitas vendor/distributor, observasi/pengamatan
terhadap tanggal kedaluwarsa, dan nomor kondisi fisik barang, nama sediaan, nomor batch, di RSUD dr.
batch terhadap obat yang diterima. jumlah sediaan dan tanggal expired date. Apabila Chasbullah
Penerimaan sediaan farmasi, alat barang yang datang tidak sesuai dengan surat Abdulmadjid Kota
kesehatan dan BMHP harus dilakukan oleh pesanan dan faktur maka P3D menulis return di Bekasi.
Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian. faktur. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan yang kedaluwarsanya kurang dari dua tahun tidak
harus terlatih baik dalam tanggung jawab dan dapat diterima kecuali ada surat jaminan return
tugas mereka, serta harus mengerti sifat penting yang menyatakan bahwa sediaan farmasi, alat
dari sediaan farmasi, alat kesehatan dan kesehatan dan BMHP tersebut dapat dikembalikan
BMHP. jika tidak habis dan sudah mencapai masa
Dalam tim penerimaan harus ada kedaluwarsanya.
Apoteker. Bila terjadi keraguan terhadap mutu Apabila semua telah sesuai, maka petugas
obat dapat dilakukan pemeriksaan mutu di pemeriksa barang akan melakukan serah terima
laboratorium yang ditunjuk pada saat barang tersebut kepada kepala gudang. Kemudian,
pengadaan dan merupakan tanggung jawab faktur yang telah diterima dibubuhi tanda tangan
pemasok yang menyediakan (Kemenkes, pemeriksa dan penerima, cap dan tanggal
2019). penerimaan. Bagian gudang mengambil salinan
Semua sediaan farmasi, alat kesehatan faktur sebanyak 2 lembar untuk arsip gudang dan
dan BMHP harus ditempatkan dalam tempat tembusan PPK guna pelaporan realisasi pengadaan.
persediaan. Setelah diterima, sediaan farmasi, Faktur asli digunakan untuk proses penagihan ke
alat kesehatan dan BMHP harus segera bagian keuangan setelah berkas lengkap oleh
disimpan dalam tempat penyimpanan sesuai pelaksana administrasi PPK.
standar. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan Setelah itu, salinan faktur akan dimasukkan
BMHP yang diterima harus sesuai dengan ke dalam sistem SIMRS RSUD dr. Chasbullah
dokumen pemesanan. Hal lain yang perlu Abdulmadjid Kota Bekasi agar jumlah stok barang
diperhatikan dalam penerimaan: gudang bertambah sesuai dengan jumlah yang
a. Harus mempunyai Material Safety Data diterima dan dicatat kembali di dalam kartu stok
Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya. obat manual.
b. Khusus untuk alat kesehatan harus
mempunyai Certificate of Origin.
c. Sertifikat Analisa Produk.

38
d. Khusus vaksin dan enzim harus diperiksa
cool box dan catatan pemantauan suhu
dalam perjalanan.
5. Penyimpanan Penyimpanan adalah suatu kegiatan Penyimpanan sediaan farmasi, alat Sudah sesuai dengan
obat (mencakup menyimpan dan memelihara dengan cara kesehatan dan BMHP di RSUD dr. Chasbullah teori/dasar Permenkes
penyimpanan menempatkan sediaan farmasi dan BMHP yang Abdulmadjid Kota Bekasi yang terdapat di No.72 Tahun 2016,
narkotika- diterima pada tempat yang dinilai aman dari beberapa depo dan gudang farmasi meliputi: Petunjuk Teknis
psikotropika, pencurian serta gangguan fisik yang dapat 1) Suhu Penyimpanan: Standar Pelayanan
high alert merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan a) Suhu Beku (-25 s/d -40°C) meliputi vaksin Kefarmasian di
(LASA, adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi, covid. Rumah Sakit
elektrolit menghindari penggunaan yang tidak b) Suhu Dingin (2 s/d 8°C) meliputi produk (Kemenkes, 2019)
konsentrat dan bertanggungjawab, menghindari kehilangan termolabil seperti serum, vaksin, albumin, dan hasil
obat sitostatika)) dan pencurian, serta memudahkan pencarian insulin, dan suppositoria. observasi/pengamatan
dan pengawasan (Kemenkes, 2019). c) Suhu Sejuk (16 s/d 25°C) meliputi antibiotik di RSUD dr.
Untuk mendapatkan kemudahan dalam injeksi dan serbuk prebiotik. Chasbullah
penyimpanan, penyusunan, pencarian dan d) Suhu Kamar (25 s/d 30°C) meliputi tablet Abdulmadjid Kota
pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan dan sirup. Bekasi. Akan tetapi
pengaturan tata ruang gudang dengan baik. 2) Rak penyimpanan sesuai dengan kelompok obat untuk penyimpanan
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan generik dan obat paten. obat high alert belum
dalam merancang bangunan gudang adalah 3) Penyimpanan disesuaikan dengan bentuk sesuai karena
sebagai berikut: sediaan dan jenisnya seperti oral, solid, penyimpanan obat
1) Kemudahan bergerak semisolid-liquid, parenteral, obat pemakaian high alert perlu
Untuk kemudahan bergerak, gudang luar, alat kesehatan, BMHP dan cairan infus, disimpan dalam
perlu ditata sebagai berikut: serta disesuaikan dengan sifat bahan dan lemari dan terkunci.
a) Gudang menggunakan sistem satu ketahanan terhadap cahaya di rak.
lantai, tidak menggunakan sekat-sekat 4) Susunan penyimpanan sediaan farmasi, alat
karena akan membatasi pengaturan kesehatan dan BMHP secara alfabetis.
ruangan. Jika digunakan sekat, 5) Sistem FIFO dan FEFO.
perhatikan posisi dinding dan pintu 6) Produk nutrisi disimpan sesuai dengan stabilitas
untuk mempermudah gerakan. produk kandungannya (lihat brosur produk).
b) Berdasarkan arah penerimaan dan 7) Produk sampel diterima di gudang farmasi,
pengeluaran sediaan farmasi, alat diproses sama seperti obat lain dan disimpan
kesehatan dan BMHP, ruang gudang khusus di kotak obat donasi/sampel.
dapat ditata berdasarkan sistem arus 8) Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP

39
garis lurus, arus U atau arus L. dalam kemasan besar dan jumlah banyak
2) Sirkulasi udara yang baik disusun di atas pallet secara rapi dan teratur.
Salah satu faktor penting dalam 9) Penyimpanan Khusus:
merancang bangunan gudang adalah a) Obat Narkotika/Psikotropika/Prekursor
adanya sirkulasi udara yang cukup didalam yang disimpan secara khusus di dalam
ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan lemari dengan pintu ganda dan kunci
memaksimalkan umur hidup dari sediaan ganda (double lock), terpisah, dan
farmasi, alat kesehatan dan BMHP terawasi.
sekaligus bermanfaat dalam b) Obat High Alert dan larutan konsentrasi
memperpanjang dan memperbaiki kondisi tinggi diberi label di rak penyimpanan
kerja. obat. Elektrolit pekat konsentrat dilarang
3) Rak dan Pallet disimpan di unit pelayanan. Unit tertentu
Penempatan rak yang tepat dan yang dapat menyimpan elektrolit
penggunaan pallet akan dapat konsentrat harus dilengkapi dengan SPO
meningkatkan sirkulasi udara dan khusus untuk mencegah penatalaksanaan
perputaran stok sediaan farmasi, alat yang kurang hati-hati.
kesehatan dan BMHP. c) Obat dengan Nama Obat Rupa Ucapan
Keuntungan penggunaan pallet: Mirip (NORUM)/LASA (Look Alike
a) Sirkulasi udara dari bawah dan Sound Alike) diberi label dan
perlingungan terhadap banjir. penyimpanannya tidak boleh berdekatan.
b) Peningkatan efisiensi penanganan stok. d) Obat yang dibawa pasien dari
c) Dapat menampung sediaan farmasi, alat rumah/pasien rujukan dari RS lain harus
kesehatan dan BMHP lebih banyak. dicatat dalam formulir rekonsiliasi obat
d) Pallet lebih murah dari pada rak. dan disimpan di depo keperawatan.
4) Kondisi penyimpanan khusus: e) Bahan berbahaya disimpan dalam tempat
Vaksin memerlukan “Cold Chain” terpisah dimana tersedia APAR dan diberi
khusus dan harus dilindungi dari label B3 sesuai dengan klasifikasi.
kemungkinan terputusnya arus listrik. f) Obat dan alat kesehatan untuk keadaan
Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan darurat (emergency) disimpan dalam troli
bahan berbahaya beracun (B3) harus khusus.
disimpan dalam lemari khusus dan selalu
terkunci.
Bahan-bahan mudah terbakar seperti
alkohol harus disimpan dalam ruangan

40
khusus, sebaiknya disimpan di bangunan
khusus terpisah dari gudang induk.
5) Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan
bahan-bahan yang mudah terbakar seperti
dus, karton, dan lain-lain. Alat pemadam
kebakaran harus dipasang pada tempat
yang mudah dijangkau dan dalam jumlah
yang cukup. Tabung pemadam kebakaran
agar diperiksa secara berkala, untuk
memastikan masih berfungsi atau tidak.
Selain adanya sistem penyimpanan
yang baik, dibuat pula sistem pengawasan obat,
dengan tujuan agar sediaan farmasi terlindung
dari kehilangan dan pencurian, yaitu dengan
cara:
a) Memasang CCTV di area penyimpanan dan
distribusi obat dan alat kesehatan.
b) Membuat peringatan tertulis “Selain
Petugas Farmasi yang berkepentingan,
dilarang masuk ke area pelayanan obat”.
c) Melakukan proses komputerisasi stok.
6. Distribusi obat Distribusi adalah kegiatan menyalurkan Pendistribusian sediaan farmasi, alat Sudah sesuai dengan
sediaan farmasi dan BMHP di rumah sakit kesehatan dan BMHP di RSUD dr. Chasbullah teori/dasar Permenkes
untuk pelayanan pasien dalam proses terapi Abdulmadjid Kota Bekasi menggunakan sistem No.72 Tahun 2016,
baik pasien rawat inap maupun rawat jalan Desentralisasi yang artinya sediaan farmasi, alat Petunjuk Teknis
serta untuk menunjang pelayanan medis dan kesehatan dan BMHP disiapkan dan diberikan Standar Pelayanan
BMHP. Tujuan pendistribusian adalah kepada pasien melalui depo instalasi farmasi Kefarmasian di
tersedianya sediaan farmasi dan BMHP di unit- Rumah Sakit. Prosedur pendistribusian dan Rumah Sakit
unit pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis penyerahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan (Kemenkes, 2019)
dan jumlah obat, alat kesehatan dan BMHP BMHP di gudang farmasi RSUD dr. Chasbullah dan hasil
(Permenkes, 2016). Distribusi sediaan farmasi Abdulmadjid Kota Bekasi sebagai berikut: observasi/pengamatan
dan BMHP dapat dilakukan dengan salah 1) Gudang farmasi menerima permintaan barang di RSUD dr.
satu/kombinasi sistem yaitu: dari beberapa depo farmasi seperti depo rawat Chasbullah

41
a. Sistem distribusi sentralisasi, yaitu jalan (depo gedung A dan E), depo rawat inap Abdulmadjid Kota
distribusi dilakukan oleh Instalasi Farmasi (depo gedung E), depo gabungan rawat jalan Bekasi.
secara terpusat ke semua unit rawat inap di dan rawat inap (depo gedung D dan E), depo
rumah sakit secara keseluruhan. IGD, dan depo OK melalui sistem SIMRS
b. Sistem distribusi desentralisasi, yaitu RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
distribusi dilakukan oleh beberapa depo Bekasi atau lewat buku permintaan manual
yang merupakan cabang pelayanan di yang telah ditandatangani oleh Apoteker
rumah sakit. Penanggungjawab Depo.
Untuk memenuhi kebutuhan setiap 2) Petugas gudang farmasi akan menyiapkan
pasien, maka dilakukan penyiapan sediaan barang yang diminta sesuai dengan ketersediaan
farmasi dan BMHP. Ada beberapa metode stok gudang.
penyiapan sediaan farmasi dan BMHP untuk 3) Penanggung jawab pengelolaan sediaan
pasien, yaitu: farmasi, alat kesehatan dan BMHP di gudang
1) Persediaan di Ruang Rawat (Floor Stock) farmasi memeriksa jumlah barang yang akan
Penyiapan obat berdasarkan sistem diberikan.
persediaan di ruang rawat (floor stock) adalah 4) Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan
penyiapan obat yang dilakukan oleh perawat dan BMHP setiap depo tersebut dilakukan oleh
berdasarkan resep/instruksi pengobatan yang petugas gudang farmasi dengan mengantar
ditulis oleh dokter. langsung ke masing-masing depo farmasi sesuai
Sediaan farmasi dan BMHP disimpan di dengan jadwal yang telah ditetapkan.
ruang rawat dengan penanggungjawab perawat. 5) Petugas gudang farmasi melakukan serah
Metode ini hanya diperbolehkan untuk terima dengan penerima barang di faktur
memenuhi kebutuhan dalam keadaan darurat. pengeluaran barang.
Jenis dan jumlah sediaan farmasi dan BMHP 6) Untuk kebutuhan paket pasien hemodialisa,
yang dapat dijadikan floor stock ditetapkan dilakukan metode floor stock harian sejumlah
oleh Tim Farmasi. Rumah Sakit harus membuat kapasitas maksimal ruang hemodialisa.
prosedur sehingga penerapan metode ini tidak 7) Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan
mengurangi pengawasan dan pengendalian dari dan BMHP ke unit di luar depo farmasi
Instalasi Farmasi dalam pengelolaannya. mengacu pada formulir permintaan yang diisi
2) Resep Perorangan (Individu) oleh perawat atau petugas lain dari ruang rawat
Penyiapan sediaan farmasi dan BMHP atau unit-unit di RSUD dr. Chasbullah
berdasarkan sistem resep perorangan (individu) Abdulmadjid Kota Bekasi.
adalah penyiapan sediaan farmasi dan BMHP
sesuai resep/instruksi pengobatan yang ditulis

42
dokter baik secara manual maupun elektronik
untuk tiap pasien dalam satu periode
pengobatan (contoh: dokter menuliskan resep
untuk 7 hari, maka instalasi farmasi
menyiapkan obat yang dikemas untuk
kebutuhan 7 hari). Metode penyiapan secara
resep perorangan digunakan untuk pasien rawat
jalan.
3) Unit Dose Dispensing (UDD)
Penyiapan sediaan farmasi dan BMHP
secara unit dose adalah penyiapan sediaan
farmasi dan BMHP yang dikemas dalam satu
kantong/wadah untuk satu kali penggunaan
obat (dosis), sehingga siap untuk diberikan ke
pasien (ready to administer). Obat yang sudah
dikemas per dosis tersebut dapat disimpan di
lemari obat pasien di ruang rawat untuk
persediaan tidak lebih dari 24 jam.
Mengingat metode ini dapat
meningkatkan keselamatan pasien, maka
metode ini harus digunakan dalam penyiapan
obat untuk pasien rawat inap secara
menyeluruh di rumah sakit. Rumah sakit dapat
menggunakan Automatic Dispensing Cabinet
(ADC) untuk meningkatkan akurasi dan
efisiensi dalam proses penyiapan obat
(Kemenkes, 2019).
7. Penarikan obat Pengendalian persediaan adalah suatu Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan Sudah sesuai dengan
(karena cacat kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran dan BMHP yang tidak memenuhi standar/ketentuan teori/dasar Permenkes
produksi/recall yang diinginkan sesuai dengan strategi dan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh No.72 Tahun 2016,
oleh BPOM) program yang telah ditetapkan sehingga tidak pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan Petunjuk Teknis
terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan Standar Pelayanan
obat di unit-unit pelayanan (Permenkes, 2016). inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary Kefarmasian di
Kegiatan pengendalian mencakup: recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Rumah Sakit

43
1) Memperkirakan/menghitung pemakaian Kepala BPOM. Penarikan sediaan farmasi, alat (Kemenkes, 2019)
rata-rata periode tertentu, jumlah stok ini kesehatan dan BMHP dilakukan terhadap produk dan hasil
disebut stok kerja. yang izin edarnya dicabut oleh BPOM. observasi/pengamatan
2) Menentukan stok optimum adalah stok obat Pengembalian (return) sediaan farmasi, alat di RSUD dr.
yang diserahkan kepada unit pelayanan kesehatan dan BMHP harus memenuhi persyaratan Chasbullah
agar tidak mengalami berikut: Abdulmadjid Kota
kekurangan/kekosongan. 1) Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP Bekasi.
3) Menentukan waktu tunggu (lead time) masih dalam kemasan asli (tidak terbuka).
adalah waktu yang diperlukan dari mulai 2) Label (nama obat, kekuatan, nomor batch,
pemesanan sampai obat diterima. tanggal kedaluwarsa) masih terbaca jelas.
Selain itu, beberapa pengendalian yang 3) Bukan obat racikan, obat termolabil dan tablet
perlu diperhatikan dalam pelayanan tanpa kemasan.
kefarmasian adalah sebagai berikut: Penarikan kembali sediaan farmasi, alat
a) Catatan pemberian obat kesehatan dan BMHP (recall) dari unit pelayan
Catatan pemberian obat adalah pasien dilakukan dengan alasan berikut:
formulir yang digunakan perawat untuk 1) Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
menyiapkan obat sebelum pemberian. Pada ditarik oleh pabrik/produsen, distributor,
formulir ini perawat memeriksa obat yang Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat
akan diberikan pada pasien. Dengan dan Makanan (BPOM).
formulir ini perawat dapat langsung 2) Kepala instalasi farmasi mendokumentasikan
merekam/mencatat waktu pemberian dan hasil penarikan kembali sediaan farmasi, alat
aturan yang sebenarnya sesuai petunjuk. kesehatan dan BMHP tersebut untuk dilaporkan
b) Pengembalian obat yang tidak digunakan ke BPOM sediaan farmasi, alat kesehatan dan
Semua perbekalan farmasi yang BMHP kedaluwarsa/rusak.
belum diberikan kepada pasien rawat 3) Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab
tinggal harus tetap berada dalam kotak untuk memastikan penarikan kembali sediaan
obat. Hanya perbekalan farmasi dalam farmasi, alat kesehatan dan BMHP dari seluruh
kemasan tersegel yang dapat dikembalikan unit pelayanan dan menyerahkan ke sub unit
ke instalasi farmasi. sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP.
c) Pengendalian obat dalam kamar operasi. 4) Pengembalian sediaan farmasi, alat kesehatan
Sistem pengendalian obat rumah dan BMHP kadaluwarsa/rusak harus disertai
sakit harus sampai ke kamar operasi. surat pengantar yang dilengkapi dengan daftar
Apoteker harus memastikan bahwa semua sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
obat yang digunakan dalam bagian ini tepat yang dikembalikan dan ditanda tangani oleh

44
order, disimpan, disiapkan, dan koordinator ruangan.
dipertanggung jawabkan sehingga 5) Petugas ruangan dan petugas farmasi
pencatatan dilakukan seperti pencatatan di melakukan serah terima sediaan farmasi, alat
instalasi farmasi. kesehatan dan BMHP yang dikembalikan
d) Penarikan obat kemudian di dokumentasikan dalam berita
Penarikan obat merupakan suatu acara serah terima sediaan farmasi, alat
proses penilaian kembali (re-evaluasi) kesehatan dan BMHP.
terhadap obat jadi yang telah terdaftar dan
beredar di masyarakat, terutama terhadap
obat-obat yang mempunyai resiko tinggi,
komposisi dianggap tidak rasional, indikasi
tidak tepat dan pemborosan karena efek
terapi yang tidak bermakna. Tahap-tahap
proses penarikan obat antara lain sebagai
berikut:
1) Mencatat nama dan nomer batch/lot
produk.
2) Menelusuri nomer barcode produk
menggunakan menu info obat di
software menu Fari atau menu FarJ.
3) Menelusuri histori mutasi stok keluar.
4) Mencatat lokasi stok disimpan atau
nama pasien yang telah dilayani.
5) Mengirim memo pemberitahuan
penarikan ke depo dimana produk
disimpan.
6) Memberitahukan pada pasien akan
penarikan produk, bila perlu dilakukan
penarikan hingga ke tangan pasien.
Mengambil produk dari lokasi
penyimpanan (depo dan pasien).
7) Melakukan proses karantina produk
dengan memberi label “JANGAN
DIGUNAKAN” sampai produk diambil

45
oleh distributor/pabrik.
8) Mendokumentasikan nama, nomer
batch/lot obat yang ditarik, tindakan
yang diambil dan hasil penarikan
produk. Dokumen disertai dengan
lampiran form pemberitahuan penarikan
dari distributor serta dokumen serah
terima barang dengan distributor/pabrik
(Kemenkes, 2019).
8. Pemusnahan Pemusnahan obat dan perbekalan Rumah Sakit harus memiliki sistem Sudah sesuai dengan
kesehatan merupakan kegiatan penyelesaian penanganan obat yang rusak, tidak memenuhi teori/dasar Permenkes
terhadap obat-obatan dan perbekalan kesehatan persyaratan mutu, telah kedaluwarsa, tidak No.72 Tahun 2016,
yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam Petunjuk Teknis
ataupun mutunya sudah tidak memenuhi pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu Standar Pelayanan
standar (Permenkes, 2016). pengetahuan dan dicabut izin edarnya untuk Kefarmasian di
Tujuan dilakukan pemusnahan adalah dilakukan pemusnahan atau pengembalian ke Rumah Sakit
sebagai berikut: distributor sesuai ketentuan yang berlaku. (Kemenkes, 2019)
a) Untuk melindungi masyarakat dari bahaya Tahapan pemusnahan terdiri dari: dan hasil
yang disebabkan oleh penggunaan obat 1) Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, observasi/pengamatan
atau perbekalan kesehatan yang tidak dan BMHP yang akan dimusnahkan. di RSUD dr.
memenuhi persyaratan mutu keamanan dan 2) Membuat surat permohonan pemusnahan ke Chasbullah
kemanfaatan. walikota. Abdulmadjid Kota
b) Untuk menghindari pembiayaan seperti 3) Menyiapkan berita acara pemusnahan dari Bekasi.
biaya penyimpanan, pemeliharaan, instalasi farmasi ke instalasi K3RS yang sudah
penjagaan atas obat atau perbekalan ditanda tangani oleh kordinator ruangan/unit
kesehatan lainya yang sudah tidak layak kerja untuk diserahkan pada pihak ketiga untuk
untuk dipelihara. dimusnahkan yaitu PT. Wastek melalui
c) Untuk menjaga keselamatan kerja dan perusahaan pengangkut PT. Jalan Hijau yang
menghindarkan diri dari pengotoran ditujukan kepada Dinkes Kota Bekasi.
lingkungan, dan penyalahgunaan. 4) Surat permohonan pemusnahan sudah disetujui
Pembuangan yang tidak layak dapat oleh walikota.
menjadi berbahaya jika kemudian 5) Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat
menimbulkan kontaminasi pada sumber air pemusnahan kepada pihak terkait.
setempat. Selain itu obat dan alat kesehatan 6) Membuat SK tim pemusnahan.

46
yang kedaluwarsa dapat disalahgunakan 7) Menyiapkan tempat pemusnahan.
dan digunakan kembali jika tempat 8) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan
pembuangan tidak dipilih secara tepat dan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang
aman. berlaku.
Tahap-tahap proses pemusnahan obat a) Untuk obat narkotika, psikotropika, dan
dan perbekalan kesehatan adalah: prekursor pemusnahan harus disaksikan
1) Inventarisasi terhadap obat dan perbekalan oleh apoteker RS dan apoteker Dinkes Kota
kesehatan yang akan dimusnahkan. Bekasi.
2) Persiapan administrasi meliputi laporan dan b) Untuk obat non narkotika, psikotropika, dan
berita acara pemusnahan. prekursor dilakukan pemusnahan oleh
3) Penentuan jadwal, metode, dan tempat apoteker dibantu oleh pihak ketiga. Jika
pemusnahan, dan koordinasi dengan pihak pemusnahan obat dilakukan oleh pihak
terkait. ketiga maka instalasi farmasi harus
4) Persiapan tempat pemusnahan. memastikan bahwa obat telah dimusnahkan.
5) Pelaksanaan pemusnahan, menyesuaikan Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan
jenis dan bentuk sediaan. dan BMHP yang kedaluwarsa yang dilakukan di
6) Pembuatan laporan pemusnahan obat dan RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
perbekalan kesehatan, yang memuat: dengan mengacu pada peraturan pemusnahan
a) Waktu dan tempat pelaksanaan barang atau jasa pemerintah.
pemusnahan obat dan alat kesehatan. Di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
b) Nama dan jumlah obat dan alat Bekasi pemusnahan resep dilakukan terhadap resep
kesehatan. yang telah berumur minimal 5 tahun. Untuk resep
c) Nama apoteker pelaksana pemusnahan umum dan psikotropika ditimbang terlebih dahulu,
sediaan farmasi dan perbekalan sedangkan untuk resep narkotika harus dihitung
kesehatan. perlembarnya. Pemusnahan resep disaksikan oleh
d) Nama saksi dalam pelaksanaan seorang apoteker, tenaga kerja lain di RSUD dr.
pemusnahan obat dan perbekalan Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dan saksi
kesehatan. dari Dinkes Kota Bekasi.
7) Laporan pemusnahan obat dan perbekalan
kesehatan, ditandatangani oleh apoteker
dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan
(berita acara terlampir).
Dalam proses pemusnahan obat,
prosedur yang dipilih adalah demgan cara

47
ditimbun di dalam tanah. Hal-hal yang
dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi
penimbunan obat adalah jarak lokasi dengan
sumber air dan tanah, untuk mengurangi resiko
adanya kontaminasi. Sebelum ditimbun di
dalam tanah obat dikeluarkan dari kemasan
primernya agar lebih cepat terurai di dalam
tanah (Kemenkes, 2019).
Sedangkan proses pemusnahan
perbekalan farmasi, prosedur yang dipilih
adalah dengan insenerasi, yakni memasukkan
perbekalan kesehatan ke dalam pembakaran
bersuhu tinggi (800°C).
9. Pengendalian Pengendalian persediaan adalah suatu Pengendaliaan sediaan farmasi, alat Sudah sesuai dengan
kegiatan untuk memastikan tercapainya kesehatan, dan BMHP di RSUD dr. Chasbullah teori/dasar Permenkes
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi Abdulmadjid Kota Bekasi menggunakan kartu stok No.72 Tahun 2016,
dan program yang telah ditetapkan sehingga manual dan sistem SIMRS RSUD dr. Chasbullah Petunjuk Teknis
tidak terjadi kelebihan dan Abdulmadjid Kota Bekasi. Standar Pelayanan
kekurangan/kekosongan obat di rumah sakit. Cara untuk mengendalikan persediaan Kefarmasian di
Pengendalian persediaan obat terdiri dari sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP adalah: Rumah Sakit
pengendalian ketersediaan, pengendalian 1) Melakukan evaluasi persediaan yang jarang (Kemenkes, 2019)
penggunaan dan penanganan ketika terjadi digunakan (slow moving). dan hasil
kehilangan, kerusakan, dan kedaluwarsa 2) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak observasi/pengamatan
(Permenkes, 2016). digunakan dalam waktu tiga bulan berturut- di RSUD dr.
Dokumen yang harus dipersiapkan turut (death stock). Chasbullah
dalam rangka pengendalian persediaan: 3) Stock opname yang dilakukan secara periodik Abdulmadjid Kota
a. Formularium Nasional. dan berkala. Kartu stok manual dimutakhirkan Bekasi.
b. Formularium Rumah Sakit. setiap sebulan sekali saat pelaksanaan stock
c. Perjanjian kerja sama dengan pemasok opname.
obat. Stock opname bertujuan untuk mengetahui
d. Kartu stok obat. kesesuaian stok fisik obat, memeriksa kedaluwarsa,
e. Laporan jumlah penerimaan dan menilai kecepatan mutasi obat dan ketepatan
pengeluaran obat termasuk kondisi fisik, pengadaan.
nomor batch dan tanggal kedaluwarsa obat. a. Penggunaan obat sesuai dengan formularium

48
f. Pedoman pelayanan kefarmasian. Rumah Sakit.
g. Pedoman pengadaan obat. b. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosa dan
h. Sistem pengawasan, penggunaan dan terapi.
pengamanan obat. c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau
i. Standar Prosedur Operasional. SPO yang tidak terjadi kelebihan dan
perlu dipersiapkan antara lain: kekurangan/kekosongan, kerusakan,
1) SPO penanganan ketidaktersediaan stok kedaluwarsa, dan kehilangan serta pengendalian
obat. pesanan sediaan farmasi dan BMHP.
2) SPO monitoring obat baru dan Kejadian Pengendalian ini dilakukan dengan tujuan
Tidak Diinginkan (KTD) yang tidak untuk menciptakan keseimbangan antara persediaan
diantisipasi. dengan permintaan serta menjaga agar pelayanan di
3) SPO sistem pengamanan atau RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
perlindungan terhadap kehilangan atau bisa berjalan lancar tanpa adanya kehilangan,
pencurian. kehabisan, dan kelebihan sediaan farmasi, alat
4) SPO proses untuk mendapatkan obat kesehatan dan BMHP.
pada saat farmasi tutup/di luar jam
kerja.
5) SPO untuk mengatasi kondisi
kekosongan obat.
6) SPO untuk pemenuhan obat yang tidak
pernah tersedia.
j. Mekanisme penyediaan untuk
mengantisipasi kekosongan stok, misalnya
kerjasama dengan pihak ketiga dan
prosedur pemberian saran substitusi ke
dokter penulis resep.
Kekosongan atau kekurangan obat di
rumah sakit dapat terjadi karena beberapa hal:
1) Perencanaan yang kurang tepat.
2) Obat yang direncanakan tidak
tersedia/kosong di distributor.
3) Perubahan kebijakan pemerintah (misalnya
perubahan e-catalogue, sehingga obat yang
sudah direncanakan tahun sebelumnya

49
tidak masuk dalam katalog obat yang baru).
4) Obat yang dibutuhkan sesuai indikasi
medis di Rumah Sakit tidak tercantum
dalam Formularium Nasional.
5) Berikut beberapa langkah yang dapat
dilakukan oleh Instalasi Farmasi untuk
mencegah/mengatasi kekurangan atau
kekosongan obat.
6) Melakukan substitusi obat dengan obat lain
yang memiliki zat aktif yang sama.
7) Melakukan substitusi obat dalam satu kelas
terapi dengan persetujuan dokter
penanggung jawab pasien.
8) Membeli obat dari Apotek/Rumah Sakit
lain yang mempunyai perjanjian kerjasama.
9) Apabila obat yang dibutuhkan sesuai
indikasi medis di rumah sakit tidak
tercantum dalam Formularium Nasional
dan harganya tidak terdapat dalam e-
catalogue, maka dapat digunakan obat lain
berdasarkan persetujuan ketua Komite
Farmasi dan Terapi (KFT) dengan
persetujuan komite medik atau Direktur
RS.
10) Mekanisme pengadaan obat di luar
Formularium Nasional dan e-catalogue
dilakukan sesuai dengan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018
Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
11) Obat yang tidak tercantum dalam
Formularium Nasional atau e-catalogue
dimasukkan dalam Formularium Rumah
Sakit.

50
Kegiatan pengendalian mencakup:
1) Memperkirakan/menghitung pemakaian
rata-rata periode tertentu. Jumlah stok ini
disebut stok kerja.
2) Menentukan stok optimum dan stok
pengaman. Stok optimum adalah stok obat
yang diserahkan kepada unit pelayanan
agar tidak mengalami
kekurangan/kekosongan. Stok pengaman
adalah jumlah stok yang disediakan untuk
mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak
terduga, misalnya karena keterlambatan
pengiriman.
Cara menghitung stok optimum:

Gambar 3.4 Rumus Stok Optimum


3) Menentukan waktu tunggu (lead time)
adalah waktu yang diperlukan dari mulai
pemesanan sampai obat diterima.
4) Menentukan waktu kekosongan obat.
5) Saat stock opname dilakukan pendataan
sediaan yang masa kedaluwarsanya

51
minimal 6 bulan, kemudian dilakukan hal-
hal sebagai berikut:
1. Diberi penandaan khusus dan disimpan
sesuai FEFO.
2. Untuk sediaan yang sudah ED disimpan
ditempat terpisah dan diberi keterangan
“sudah kedaluwarsa”.
3. Dikembalikan ke distributor atau
dimusnahkan sesuai ketentuan.
4. Waktu kedaluwarsa: saat sediaan tidak
dapat digunakan lagi sampai akhir bulan
tersebut.
5. IFRS harus membuat prosedur
terdokumentasi untuk mendeteksi
kerusakan dan kedaluwarsa sediaan
farmasi dan BMHP serta
penanganannya. IFRS harus diberi tahu
setiap ada produk sediaan farmasi dan
BMHP yang rusak, yang ditemukan
oleh perawat dan staf medik.
Dalam rangka pengendalian perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Formulir pemberian obat adalah formulir
yang digunakan perawat untuk pemberian
obat. Pada formulir ini perawat mencatat
pemberian obat. Pada saat melakukan
rekonsiliasi obat, apoteker membandingkan
formulir ini dengan sumber data lain,
misalnya daftar riwayat penggunaan obat
pasien, resep/instruksi pengobatan.
2) Pengembalian obat yang tidak digunakan.
3) Pengendalian obat dalam ruang bedah dan
ruang pemulihan. Sistem pengendalian obat
rumah sakit harus sampai ke bagian bedah,

52
apoteker harus memastikan bahwa semua
obat yang digunakan dalam bagian ini tepat
order, disimpan, disiapkan dan
dipertanggung jawabkan (Kemenkes,
2019).
10. Administrasi Kegiatan administrasi terdiri dari Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan Sudah sesuai dengan
(indikator mutu Pencatatan, Pelaporan, Administrasi Keuangan, pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan teori/dasar Permenkes
farmasi) dan Administrasi Penghapusan (Permenkes, bahan medis habis pakai yang meliputi perencanaan No.72 Tahun 2016,
2016). kebutuhan, pengadaan, penerimaan, Petunjuk Teknis
1.) Pencatatan pendistribusian, pengendalian persediaan, Standar Pelayanan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan pengembalian, pemusnahan dan penarikan sediaan Kefarmasian di
yang bertujuan untuk memonitor transaksi farmasi, alat kesehatan dan BMHP. Pelaporan Rumah Sakit
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dibuat secara berkala yang dilakukan Instalasi (Kemenkes, 2019)
yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS. Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, dan hasil
Adanya pencatatan akan memudahkan petugas triwulanan, atau pertahun). Pelaporan yang observasi/pengamatan
untuk melakukan penelusuran bila terjadi dilakukan oleh bagian gudang RSUD dr. di RSUD dr.
adanya mutu obat yang substandar dan harus Chasbullah Kota Bekasi adalah: Chasbullah
ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat a) Laporan stock opname. Abdulmadjid Kota
dilakukan dengan menggunakan bentuk digital b) Laporan penerimaan dan pengeluaran barang Bekasi.
maupun manual. Kartu yang umum digunakan disampaikan kepada Badan Pemeriksa
untuk melakukan pencatatan adalah Kartu Keuangan dan Anggaran Daerah (BPKAD)
Stok. Kota Bekasi.
2) Pelaporan c) Laporan pembelian sediaan farmasi, alat
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan kesehatan, dan BMHP.
pendataan kegiatan administrasi sediaan d) Laporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
farmasi dan BMHP, tenaga dan perlengkapan yang disampaikan ke Kemenkes melalui
kesehatan yang disajikan kepada pihak yang SIPNAP.
berkepentingan. e) Laporan obat hibah (Program obat HIV, Vaksin
Jenis laporan yang wajib dibuat oleh Bantuan Dinkes, Program Methadon). Laporan
IFRS meliputi laporan penggunaan untuk obat-obat sumbangan/hibah dibuat dan
psikotropika dan narkotik serta laporan disampaikan kepada pihak pemberi hibah.
pelayanan kefarmasian. Laporan tersebut dibuat secara berkala tiap
Banyak tugas/fungsi penanganan bulannya dan dibuat rekapitulasi tahunan.
informasi dalam sistem pengendalian sediaan f) Laporan pemakaian sediaan farmasi, alat

53
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP (misalnya, kesehatan, dan BMHP jaminan kesehatan bagi
pengumpulan, perekaman, penyimpanan, masyarakat tidak mampu.
penemuan kembali, meringkas, mengirimkan, g) Laporan mutasi sediaan farmasi, alat kesehatan
dan informasi penggunaan sediaan farmasi, alat dan BMHP.
kesehatan, dan BMHP) dapat dilakukan lebih h) Laporan penggunaan antibiotik.
efisien dengan komputer daripada sistem i) Laporan penggunaan obat OAT.
manual. j) Laporan penggunaan obat HIV/ARV.
Akan tetapi, sebelum sistem k) Laporan SITARO.
pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, l) Laporan SIMONA.
dan BMHP dapat dikomputerisasi, rumah sakit m) Laporan anggaran keuangan per tahun.
hendaknya melakukan suatu studi yang teliti n) Laporan pendapatan.
dan komprehensif dari sistem manual yang ada. o) Laporan kinerja (laporan sasaran mutu, laporan
Studi ini harus mengidentifikasi aliran data di indikator mutu).
dalam sistem dan menetapkan berbagai fungsi p) Laporan insiden di RS.
yang dilakukan dan hubungan timbal balik Pencatatan dilakukan untuk:
berbagai fungsi itu. Informasi ini kemudian 1. Persyaratan Kementerian Kesehatan atau
digunakan sebagai dasar untuk mendesain BPOM.
sistem komputerisasi. 2. Dasar akreditasi Rumah Sakit.
Sistem komputerisasi harus termasuk 3. Dasar audit Rumah Sakit.
upaya perlindungan yang memadai untuk 4. Dokumentasi farmasi.
memelihara catatan medik pasien secara Pelaporan dilakukan sebagai komunikasi
rahasia. Untuk hal ini harus diadakan prosedur antara level manajemen dan penyiapan laporan
yang terdokumentasi untuk melindungi tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di
rekaman yang disimpan secara elektronik, Instalasi Farmasi.
terjaga keamanan, kerahasiaan, perubahan data,
dan mencegah akses yang tidak berwenang
terhadap rekaman tersebut.
Suatu sistem data pengaman (back up)
harus tersedia untuk meneruskan fungsi
komputerisasi selama kegagalan alat. Semua
transaksi yang terjadi selama sistem komputer
tidak beroperasi, harus dimasukkan ke dalam
sistem secepat mungkin.
3) Administrasi Keuangan

54
Apabila Instalasi Farmasi harus
mengelola keuangan maka perlu
menyelenggarakan administrasi keuangan.
Administrasi keuangan merupakan pengaturan
anggaran, pengendalian dan analisa biaya,
pengumpulan informasi keuangan, penyiapan
laporan, penggunaan laporan yang berkaitan
dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian
secara rutin atau tidak rutin dalam periode
bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.
4) Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan
kegiatan penyelesaian terhadap sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang tidak
terpakai karena kedaluwarsa, rusak, mutu tidak
memenuhi standar dengan cara membuat
usulan penghapusan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP kepada pihak terkait
sesuai dengan prosedur yang berlaku
(Kemenkes, 2019).
3.2 Pelayanan Rawat Jalan
1. Alur Pelayanan 1) Pengkajian dan Pelayanan Resep 1) Pengkajian dan Pelayanan Resep Untuk pengkajian-
Resep Pengkajian dan pelayanan resep Di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota pelayanan resep dan
 Skrining merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam Bekasi telah melakukan pelayanan farmasi berupa PIO pada setiap depo
resep penyiapan obat (dispensing) yang meliputi pengkajian resep dengan teliti seperti yang terlihat farmasi rawat jalan
 Dispensing penerimaan, pengkajian resep, pemeriksaan pada saat pelayanan resep di rawat jalan BPJS. sudah sesuai dengan
 Verifikasi ketersediaan produk, penyiapan sediaan Untuk meminimalisir kesalahan, semua tahapan teori/dasar Permenkes
 Penyerahan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP, telaah dalam pengkajian dan pelayanan resep dilakukan No.72 Tahun 2016,
dan obat, dan penyerahan disertai pemberian oleh tenaga yang berbeda. Petunjuk Teknis
Konseling informasi. 2) Pelayanan Informasi Obat (PIO) Standar Pelayanan
Kegiatan pengkajian resep dilakukan Pemberian imformasi tentang tata cara Kefarmasian di
dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan penggunaan obat di RSUD dr. Chasbullah Rumah Sakit
menyelesaikan masalah terkait obat sebelum Abdulmadjid Kota Bekasi sudah berjalan dengan (Kemenkes, 2019)

55
obat disiapkan. Sedangkan pelayanan resep baik terutama pada depo rawat jalan. dan hasil
bertujuan agar pasien mendapatkan obat Dengan PIO diharapkan supaya pasien yang observasi/pengamatan
dengan tepat dan bermutu. datang dapat mendapatkan pemahaman yang baik di RSUD dr.
Pengkajian dan pelayanan resep tentang tata cara konsumsi obat yang telah Chasbullah
dilakukan oleh apoteker dan tenaga teknis diresepkan dokter dan meminimalisir kesalahan Abdulmadjid Kota
kefarmasian. Dalam pengkajian resep tenaga penggunaan obat. Bekasi, akan tetapi
teknis kefarmasian diberi kewenangan terbatas Pada pasien rawat inap, informasi obat untuk kegiatan
hanya dalam aspek administratif dan farmasetik diberikan kepada perawat dan tenaga medis lainnya. konseling pada setiap
(Permenkes, 2016). Informasi yang biasa disampaikan berupa depo farmasi rawat
ketersediaan obat, harga obat, cara penggunaan obat jalan belum sesuai
khusus, aturan pakai, dan interaksi obat. karena perlu diadakan
Pemberian informasi obat pada pasien rawat ruangan khusus untuk
inap dan rawat jalan bisa dilakukan melalui tatap kegiatan konseling.
muka dan melalui telepon. Namun, lembar kerja
bukti pelayanan informasi obat belum
terdokumentasi dengan baik.

3) Konseling
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun
rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat
Gambar 3.5 Pengkajian - Pelayanan Resep dilakukan atas inisitatif apoteker, rujukan dokter,
keinginan pasien atau keluarganya.
Tahap pelaksanaan pengkajian resep Untuk kegiatan konseling di RSUD dr.
yaitu: Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi pada setiap
1) Terima resep elektronik atau manual yang depo farmasi rawat jalan belum dilakukan secara
diserahkan ke bagian farmasi. maksimal.
2) Jika sudah menggunakan sistem informasi,
cetak resep elektonik.
3) Jika resep manual tidak terbaca, hubungi
dokter penulis resep.
4) Periksa kelengkapan adminisitratif,

56
farmasetik dan klinis pada resep.
5) Lakukan pengkajian dari aspek regulasi
rumah sakit sebagai contoh pengkajian
antibiotika dilakukan apakah sudah sesuai
dengan kebijakan rumah sakit tentang
restriksi antibiotika.
6) Informasikan dan minta persetujuan tentang
harga resep pada pasien non
jaminan/umum.
7) Buat laporan kesalahan penggunaan obat
tahap peresepan berdasarkan catatan
pengkajian resep yang tidak sesuai.
Laporan dibuat setiap bulan.
Tahap pelayanan resep yaitu:
1) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan
resep yang sudah dilakukan pengkajian.
2) Melakukan peracikan obat bila diperlukan.
3) Sebelum obat diserahkan kepada
pasien/keluarga pasien maka harus
dilakukan telaah obat yang meliputi
pemeriksaan kembali untuk memastikan
obat yang telah disiapkan sesuai dengan
resep. Aspek yang diperiksa dalam telaah
obat meliputi 5T yakni, tepat obat, tepat
pasien, tepat dosis, tepat rute dan tepat
waktu pemberian.
4) Pada penyerahan obat untuk pasien rawat
jalan, maka harus disertai pemberian
informasi obat yang meliputi nama obat,
kegunaan/indikasi, aturan pakai, efek terapi
dan efek samping dan cara penyimpanan
obat.
5) Jika regulasi rumah sakit membolehkan
pengantaran obat ke rumah pasien

57
dilakukan oleh jasa pengantar, maka
kerahasiaan pasien harus tetap terjaga
(contoh: resep dalam amplop tertutup, obat
dikemas tertutup).

2) Pelayanan Informasi Obat


Pelayanan Informasi Obat (PIO)
merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi, rekomendasi obat yang independen,
akurat, terkini dan komprehensif yang
dilakukan oleh apoteker. PIO dilakukan oleh
apoteker.
Tujuannya untuk menyediakan
informasi mengenai obat kepada pasien dan
tenaga kesehatan di lingkungan RS dan pihak
lain di luar RS, menyediakan informasi untuk
membuat kebijakan yang berhubungan dengan
obat/sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
BMHP, terutama bagi KFT, menunjang
penggunaan obat yang rasional, membuat
kajian obat secara rutin sebagai acuan
penyusunan Formularium RS, membuat kajian
obat untuk uji klinik di RS, mendorong
penggunaan obat yang aman dengan
meminimalkan efek yang merugikan dan
mendorong penggunaan obat yang efektif
dengan tercapainya tujuan terapi secara optimal
serta efektifitas biaya.
Pelayanan Informasi Obat dapat
diselenggarakan secara informal maupun
formal. Secara informal maksudnya adalah
apoteker memberikan informasi mengenai

58
penggunaan obat ketika melakukan kegiatan
farmasi klinik, misalnya ketika melakukan
pemantauan terapi obat di ruang rawat apoteker
menjawab pertanyaan dari perawat mengenai
waktu pemberian obat.
Sedangkan secara formal adalah
Instalasi Farmasi menyediakan sumber daya
khusus baik sumber daya manusia yang terlatih
khusus maupun sarana dan prasarananya.
3) Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas
pemberian nasihat atau saran terkait terapi obat
dari apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau
keluarganya. Pelayanan konseling obat
dilakukan oleh apoteker.
Pemberian konseling obat bertujuan
untuk meningkatkan kepatuhan pasien,
mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan
risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness
yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan obat bagi pasien (patient safety).
Pelaksanaan konseling pada pasien
rawat jalan yaitu:
1) Membuka komunikasi antara apoteker
dengan pasien.
2) Menulis identitas pasien (nama, jenis
kelamin, tanggal lahir), nama dokter, nama
obat yang diberikan, jumlah obat, aturan
pakai, waktu minum obat (pagi, siang, sore,
malam).
3) Jika ada informasi tambahan lain dituliskan
pada keterangan.
4) Menemui pasien/keluarga di ruang

59
konseling.
5) Memastikan identitas pasien dengan cara
menanyakan dengan pertanyaan terbuka
minimal 2 identitas: nama lengkap dan
tanggal lahir.
6) Mengidentifikasi dan membantu
penyelesaian masalah terkait terapi obat.
7) Menilai pemahaman pasien tentang
penggunaan obat melalui Three Prime
Questions.
8) Menggali informasi lebih lanjut dengan
memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengeksplorasi masalah penggunaan obat.
9) Memberikan penjelasan kepada pasien
untuk menyelesaikan masalah penggunaan
obat.
10) Memberikan informasi dan edukasi obat
kepada pasien/keluarga, terutama untuk
obat yang akan digunakan secara mandiri
oleh pasien mengenai: indikasi, dosis,
waktu dan cara minum/menggunakan obat,
hasil terapi yang diharapkan, cara
penyimpanan obat, efek samping obat jika
diperlukan, dan hal- hal lain yang harus
diperhatikan selama penggunaan obat.
11) Meminta pasien/keluarga pasien untuk
mengulangi penjelasan terkait penggunaan
obat yang telah disampaikan.
12) Melakukan verifikasi akhir untuk
memastikan pemahaman pasien apoteker
mendokumentasikan konseling dengan
meminta tanda tangan pasien sebagai bukti
bahwa pasien memahami informasi yang
diberikan dalam konseling (Kemenkes,

60
2019).
3.3 Pelayanan Rawat Inap
1. Alur pelayanan Berdasarkan Permenkes No.72 Tahun Pelayanan resep rawat inap di RSUD dr. Sudah sesuai dengan
resep rawat inap 2016 pelayanan resep rawat inap dilakukan Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dilakukan teori/dasar Permenkes
(alur dan sistem dengan metode secara UDD (Unit Dose dengan metode secara UDD, dimana penyiapan No.72 Tahun 2016
distribusi obat) Dispensing) dan ODDD (One Daily Dose obat oleh petugas farmasi dilakukan melalui dan hasil
Dispensing). Catatan Penggunaan Obat (CPO) dan berdasarkan observasi/pengamatan
pemakaian sehari pakai. Pengerjaan resep rawat di RSUD dr.
inap dilakukan secara per ruangan rawat inap. Chasbullah
Abdulmadjid Kota
Bekasi.
2. Floor stock Penyiapan obat berdasarkan sistem Penyiapan obat, alat kesehatan, dan BMHP Sudah sesuai dengan
ruangan persediaan di ruang rawat (floor stock) adalah di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi teori/dasar Petunjuk
penyiapan obat yang dilakukan oleh perawat dari ruangan rawat inap ke depo farmasi (floor Teknis Standar
berdasarkan resep/instruksi pengobatan yang stock) dapat dilakukan dengan mengisi formulir Pelayanan
ditulis oleh dokter. permintaan untuk pemakaian yang rutin, berkala Kefarmasian di
Sediaan farmasi dan BMHP disimpan di dan urgent dimana pemintaan dapat dilakukan bila Rumah Sakit
ruang rawat dengan penanggungjawab perawat. stok dalam troli emergency dalam kondisi stok (Kemenkes, 2019)
Metode ini hanya diperbolehkan untuk kosong. dan hasil
memenuhi kebutuhan dalam keadaan darurat. observasi/pengamatan
Jenis dan jumlah sediaan farmasi dan BMHP di RSUD dr.
yang dapat dijadikan floor stock ditetapkan Chasbullah
oleh Tim Farmasi. Abdulmadjid Kota
Rumah Sakit harus membuat prosedur Bekasi.
sehingga penerapan metode ini tidak
mengurangi pengawasan dan pengendalian dari
Instalasi Farmasi dalam pengelolaannya
(Kemenkes, 2019).
3. Pelayanan resep Setiap petugas farmasi/perawat harus Pelayanan resep high alert dilakukan Sudah sesuai dengan
high alert selalu melakukan pengecekan ganda (double- dengan resep terpisah yang pemberian obat oleh teori/dasar Peraturan
(terutama check) terhadap semua high alert medications petugas farmasi ke perawat secara langsung dengan Menteri Kesehatan
elektrolit sebelum diserahkan atau diberikan kepada pengecekan ganda (double check). No.1691 Tahun 2011
konsentrat) petugas atau pasien. Identifikasi obat-obatan dan hasil observasi di

61
yang memerlukan verifikasi atau pengecekan RSUD dr. Chasbullah
ganda oleh petugas lainnya (sebagai orang Abdulmadjid Kota
kedua) sebelum memberikan obat dengan Bekasi.
tujuan meningkatkan keselamatan dan akurasi.
Pengecekan ganda diperlukan sebelum
memberikan high alert medications dan disaat
pelaporan pergantian jaga atau saat melakukan
transfer pasien. Untuk selanjutnya, pengecekan
ganda ini akan dicatat pada catatan pemberian
obat pasien.
Prosedur untuk dosis inisial atau inisiasi
infus baru dimana petugas kesehatan
mempersiapkan obat dan hal-hal dibawah ini
untuk menjalani pengecekan ganda oleh
petugas kedua, antara lain:
1) Obat-obatan pasien dengan label yang
masih intak/berjalan/terpasang.
2) Rekam medis pasien, catatan pemberian
medikasi pasien, atau resep/instruksi
tertulis dokter.
3) Obat yang hendak diberikan lengkap
dengan labelnya.
Petugas kedua akan memastikan hal-hal
berikut ini:
1) Obat telah disiapkan dan sesuai dengan
instruksi.
2) Perawat harus memverifikasi bahwa obat
yang hendak diberikan telah sesuai dengan
instruksi dokter.
3) Obat telah memenuhi 5T persyaratan.
4) Membaca label dengan suara lantang
kepada perawat untuk memverifikasi 5T.
Pada situasi emergency, dimana
pelabelan dan prosedur pengecekan ganda

62
dapat menghambat/menunda penatalaksanaan
dan berdampak negatif terhadap pasien,
perawat atau dokter pertama-tama harus
menentukan dan memastikan bahwa kondisi
klinis pasien bahwa benar-benar emergency dan
perlu ditatalaksana segera sedemikian rupa
sehingga pengecekan ganda dapat ditunda.
Petugas yang memberikan obat harus
menyebutkan dengan lantang semua terapi obat
yang diberikan sebelum memberikannya
kepada pasien (Permenkes, 2011).
4. Pelayanan resep Berdasarkan Permenkes No.24 Tahun Pelayanan resep narkotika dan psikotropika Sudah sesuai dengan
narkotika dan 2021 untuk pelayanan resep narkotika dan dilakukan secara bersamaan baik di pelayanan resep teori/dasar Permenkes
psikotropika psikotropika dilakukan dengan memperhatikan rawat jalan maupun resep rawat inap dengan No.24 Tahun 2021
(alur pelayanan kelengkapan resep, baik resep rawat inap memperhatikan kelengkapan resep. dan hasil
resepnya) maupun rawat jalan yang penyimpanan obatnya observasi/pengamatan
secara khusus di dalam lemari dengan pintu di RSUD dr.
ganda dan kunci ganda (double lock), terpisah, Chasbullah
dan terawasi. Abdulmadjid Kota
Bekasi. Akan tetapi,
obat narkotika pada
resep perlu
ditambahkan garis
bawah tinta merah
dan obat psikotropika
pada resep perlu
ditambahkan garis
bawah tanda biru.
5. Penelusuran Rekonsiliasi obat adalah proses Pelayanan rekonsiliasi obat dilakukan secara Sudah sesuai dengan
riwayat obat dan mendapatkan dan memelihara daftar semua langsung kepada pasien yang telah berobat dari RS teori/dasar Permenkes
Rekonsiliasi obat (resep dan non-resep) yang sedang pasien lain atau membawa obat dengan edukasi obat secara No.72 Tahun 2016,
obat gunakan secara akurat dan rinci, termasuk dosis langsung ke pasien dengan pemberian informasi Petunjuk Teknis
dan frekuensi, sebelum masuk RS dan obat. Jika pasien tersebut dirawat di RSUD dr. Standar Pelayanan
membandingkannya dengan resep/instruksi Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi obat yang Kefarmasian di

63
pengobatan ketika admisi, transfer dan dibawa dari RS lain oleh pasien tersebut disimpan Rumah Sakit
discharge, mengidentifikasi adanya diskrepansi di depo keperawatan dan mengisi formulir (Kemenkes, 2019)
dan mencatat setiap perubahan, sehingga rekonsiliasi obat. dan hasil
dihasilkan daftar yang lengkap dan akurat observasi/pengamatan
(Permenkes, 2016). di RSUD dr.
Tujuan rekonsiliasi obat yaitu Chasbullah
memastikan informasi yang akurat tentang obat Abdulmadjid Kota
yang digunakan pasien, mengidentifikasi Bekasi.
ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter, mengidentifikasi
ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya
instruksi dokter, mencegah kesalahan
penggunaan obat (duplikasi, salah obat, salah
dosis dan interaksi obat) dan menjamin
penggunaan obat yang aman dan efektif.
Pelaksanaan rekonsiliasi obat saat
admisi yaitu:
1) Melakukan penelusuran riwayat
penggunaan obat.
2) Melakukan konfirmasi akurasi riwayat
penggunaan obat dengan cara
memverifikasi beberapa sumber data
(rekam medis admisi sebelumnya, catatan
pengambilan obat di apotek, obat yang
dibawa pasien).
3) Membandingkan data Obat yang
pernah/sedang digunakan pasien sebelum
admisi dengan resep pertama dokter saat
admisi. Apakah terdapat diskrepansi
(perbedaan). Jika ditemukan perbedaan,
maka apoteker menghubungi dokter penulis
resep.
4) Mencatat hasil klarifikasi di Formulir
Rekonsiliasi Obat Saat Admisi.

64
5) Melakukan komunikasi dengan pasien
dan/atau keluarga pasien atau perawat
mengenai perubahan terapi yang terjadi.
Apoteker bertanggung jawab terhadap
informasi obat yang diberikan.
Rekonsiliasi Obat Saat Transfer
merupakan kegiatan yang dilakukan apoteker
pada rekonsiliasi obat saat transfer antar ruang
rawat adalah membandingkan terapi obat pada
formulir instruksi pengobatan di ruang
sebelumnya dengan resep/instruksi pengobatan
di ruang rawat saat ini dan daftar obat yang
pasien gunakan sebelum admisi. Jika terjadi
diskrepansi, maka apoteker menghubungi
dokter penulis resep di ruang rawat saat ini.
Hasil klarifikasi dicatat di Formulir
Rekonsiliasi Obat Saat Transfer.
Rekonsiliasi Obat Saat Pasien Akan
Dipulangkan (Discharge) adalah kegiatan
rekonsiliasi obat saat pasien akan dipulangkan
adalah membandingkan daftar obat yang
digunakan pasien sebelum admisi dengan obat
yang digunakan 24 jam terakhir dan resep obat
pulang. Jika terjadi diskrepansi, maka apoteker
menghubungi dokter penulis resep obat pulang.
Hasil klarifikasi dicatat di Formulir
Rekonsiliasi Obat Saat Discharge (Kemenkes,
2019).
6. Pemantauan Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah Pemantauan terapi obat untuk pasien rawat Belum sesuai dengan
terapi obat kegiatan untuk memastikan terapi obat yang inap dilakukan oleh apoteker rawat inap dengan teori/dasar Permenkes
aman, efektif dan rasional bagi pasien. melakukan visite ke ruangan pasien setelah dokter No.72 Tahun 2016,
Tujuannya untuk meningkatkan efektivitas visite dengan pemberian informasi obat serta Petunjuk Teknis
terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat edukasi obat untuk monitoring obat yang digunakan Standar Pelayanan
yang Tidak Dikehendaki (ROTD), oleh pasien selama perawatan di RSUD dr. Kefarmasian di

65
meminimalkan biaya pengobatan dan Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi. Visite yang Rumah Sakit
menghormati pilihan pasien (Permenkes, dilakukan di rawat inap masih visite mandiri. (Kemenkes, 2019)
2016). dan hasil
Pelaksanaan untuk pemantauan terapi observasi/pengamatan
obat yaitu dengan cara seleksi pasien di RSUD dr.
berdasarkan kondisi pasien, profil pengobatan, Chasbullah
kompleksitas regimen dan rekam medis. Abdulmadjid Kota
Setelah data terkumpul, perlu dilakukan Bekasi dikarenakan
analisis untuk identifikasi adanya masalah kegiatan visite belum
terkait obat. Jika ditemukan masalah terkait dilakukan secara
obat, dikomunikasikan dengan tertulis atau maksimal pada
lisan dengan bahasa yang baik saat/setelah pandemi
Masalah terkait obat menurut Hepler Covid-19.
dan Strand dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Ada indikasi tetapi tidak diterapi.
2) Pemberian obat tanpa indikasi.
3) Pemilihan obat yang tidak tepat.
4) Dosis terlalu tinggi.
5) Dosis terlalu rendah.
6) Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD).
7) Interaksi Obat.
8) Pasien tidak menggunakan obat karena
suatu sebab.

Apoteker dalam membuat rencana


pemantauan perlu menetapkan langkah-
langkah yaitu menetapkan parameter
farmakoterapi, menetapkan sasaran terapi (end
point) dan tindak lanjut/follow up.
Dalam hal ini, apoteker tetap harus
melakukan pemantauan terapi obat sampai
pasien keluar RS. Frekuensi pemantauan
tergantung pada tingkat keparahan penyakit

66
dan risiko yang berkaitan dengan terapi obat.
Apabila hal tersebut tidak tercapai,
maka dapat dikatakan mengalami kegagalan
mencapai sasaran terapi. Penyebab kegagalan
tersebut antara lain kegagalan menerima terapi,
perubahan fisiologis/kondisi pasien dan
perubahan terapi pasien.
Pemantauan Terapi Obat (PTO) yang
dilakukan harus dikomunikasikan dengan
dokter, perawat dengan metode komunikasi
SOAP (Subjective, Objective, Assessment,
Plan) sebagai dokumen tertulis dan dapat
dilakukan metode SBAR (Situation,
Background, Assesment, Recommendation)
jika dilakukan komunikasi verbal (Kemenkes,
2019).
7. Alur pelaporan Monitoring Efek Samping Obat Monitoring efek samping obat untuk pasien Belum sesuai dengan
dan monitoring (MESO) yang dilaksanakan di RS lebih tepat rawat inap dilakukan oleh apoteker rawat inap teori/dasar Permenkes
efek samping bila disebut Farmakovigilans yakni mengenai dengan melakukan visite ke ruangan pasien setelah No.72 Tahun 2016,
obat survei ESO, identifikasi obat pemicu ESO, dokter visite dengan monitoring obat yang Petunjuk Teknis
analisis kausalitas dan memberikan digunakan oleh pasien selama perawatan di RSUD Standar Pelayanan
rekomendasi penatalaksanaannya (Kemenkes, dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi. Kefarmasian di
2019). Rumah Sakit
Tujuannya untuk menemukan Efek (Kemenkes, 2019)
Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama dan hasil
yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya observasi/pengamatan
jarang, menentukan frekuensi dan insidensi di RSUD dr.
ESO yang sudah dikenal dan yang baru saja Chasbullah
ditemukan, mengenal semua faktor yang Abdulmadjid Kota
mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi Bekasi dikarenakan
angka kejadian dan hebatnya ESO, kegiatan visite belum
meminimalkan risiko dan mencegah dilakukan secara
terulangnya kejadian ROTD. maksimal pada
Pelaksanaan MESO yaitu dengan cara saat/setelah pandemi

67
melakukan pencatatan atau penggalian data Covid-19.
terkait ROTD, melakukan pencocokan ROTD
dengan obat menggunakan literatur tersier,
mencocokkan onset ROTD dengan data
farmakokinetik obat yang dicurigai, melakukan
pencarian laporan/case report dari obat yang
dicurigai memicu ROTD, menganalisis
kausalitas dengan menggunakan algoritma
Naranjo dalam formulir MESO, merumuskan
rekomendasi kepada klinisi terkait ROTD
tersebut, membuat laporan kepada klinisi dan
Tim MESO (bagian KFT/TFT) dengan
mencantumkan obat yang memicu ROTD skala
kausalitasnya dan rekomendasi pengatasan
ROTD tersebut dan membuat laporan ke
BPOM secara manual maupun elektronik
melalui link BPOM (Permenkes, 2016).
8. Edukasi dan Pelaksanaan konseling pada pasien Pemberian edukasi dan konseling obat di Untuk kegiatan
Konseling obat rawat inap yaitu: RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi edukasi obat pasien
pasien rawat 1) Dilakukan bila pasien membutuhkan untuk pasien rawat inap dilakukan oleh apoteker rawat inap sudah
inap konseling obat selama rawat inap. secara langsung kepada pasien dan mengisi sesuai dengan
2) Menemui pasien/keluarga pasien di ruang formulir konseling oleh apoteker. teori/dasar Petunjuk
rawat. Teknis Standar
3) Memastikan identitas pasien dengan cara Pelayanan
menanyakan dengan pertanyaan terbuka Kefarmasian di
minimal 2 identitas: nama lengkap dan Rumah Sakit
tanggal lahir atau nomor rekam medik. (Kemenkes, 2019)
4) Memulai pertemuan dengan mendengarkan dan hasil
uraian/masalah dari pasien/keluarga terkait observasi/pengamatan
terapi obat. di RSUD dr.
5) Mengidentifikasi dan membantu Chasbullah
penyelesaian masalah terkait terapi obat. Abdulmadjid Kota
6) Mengisi Formulir Edukasi Pasien dan Bekasi, akan tetapi
Keluarga Terintegrasi sebagai bukti untuk kegiatan

68
melakukan konseling pasien rawat inap. konseling pada setiap
7) Konseling pasien dengan obat khusus depo farmasi rawat
(HIV, OAT dan Obat yang perlu perhatian, inap belum sesuai
obat dengan aturan pakai khusus). karena perlu diadakan
Pelaksanaan konseling pada pasien ruangan khusus untuk
pulang setelah rawat inap yaitu: kegiatan konseling.
1) Menulis identitas pasien dan instruksi
khusus pada Formulir Informasi Obat
Pulang.
2) Jika ada informasi tambahan lain dituliskan
pada keterangan.
3) Menemui pasien/keluarga di ruang rawat
atau di ruang konseling.
4) Memastikan identitas pasien dengan cara
menanyakan dengan pertanyaan terbuka.
5) Mengidentifikasi dan membantu
penyelesaian masalah terkait terapi obat.
6) Memberikan informasi dan edukasi obat
kepada pasien/keluarga, terutama untuk
obat yang akan digunakan secara mandiri
oleh pasien.
7) Meminta pasien/keluarga pasien untuk
mengulangi penjelasan terkait penggunaan
obat yang telah disampaikan.
8) Meminta pasien/keluarga pasien
menandatangani Formulir Informasi Obat
Pulang.
9) Mengkompilasi Formulir Informasi Obat
Pulang setiap bulan (Kemenkes, 2019).
9. Alur dan Komunikasi dalam pelaksanaan Pemberian obat di RSUD dr. Chasbullah Sudah sesuai dengan
tahapan pelayanan farmasi klinik, apoteker banyak Abdulmadjid Kota Bekasi secara UDD yang teori/dasar Petunjuk
Pelayanan bekerjasama dengan profesional bidang terdapat di CPO pasien rawat inap memberikan Teknis Standar
Informasi Obat kesehatan lain terutama dengan tenaga medis, informasi kepada perawat meliputi aturan pakai, Pelayanan
(kepada Nakes) maka apoteker perlu memiliki kemampuan khasiat/guna, cara pemberian dan cara Kefarmasian di

69
untuk berkomunikasi antar profesional penyimpanan obat atau alat kesehatan tersebut. Rumah Sakit
sehingga dapat bekerjasama dengan baik demi (Kemenkes, 2019)
mencapai outcome terapi pasien yang optimal. dan hasil
Rekomendasi yang diberikan apoteker observasi/pengamatan
atas terapi pasien akan merubah terapi yang di RSUD dr.
telah ditetapkan tenaga medis sebelumnya, Chasbullah
maka akan sangat mungkin menimbulkan Abdulmadjid Kota
resistensi dari tenaga medis. Karena itu Bekasi.
penyampaian rekomendasi yang ditujukan
kepada tenaga medis hendaknya ditulis dengan
tata bahasa yang tidak menghakimi atau
menyalahkan, melainkan menunjukkan bahwa
rekomendasi tersebut disusun sesuai dengan
tujuan untuk meningkatkan outcome terapi bagi
pasien.
Apoteker juga perlu meyakinkan bahwa
dokumentasi yang dibuat oleh apoteker bukan
dimaksudkan untuk mencatat kesalahan yang
dilakukan oleh tenaga medis atau tenaga
kesehatan lain. Perlu dikomunikasikan bahwa
dokumentasi yang dilakukan merupakan bagian
dari upaya untuk mencegah terjadinya
kesalahan pengobatan (Kemenkes, 2019).

70
3.4 CSSD CSSD (Central Sterile Supply CSSD (Central Sterilized and Supply Sudah sesuai dengan
Departement) atau pusat sterilisasi merupakan Department) merupakan departemen yang teori/dasar Depkes RI
salah satu dari mata rantai yang penting agar bertanggungjawab untuk mensterilkan pakaian Tahun 2009 tentang
dapat mengendalikan infeksi dan mempunyai untuk operasi dan alat-alat kesehatan. Tujuan Pedoman Instalasi
peran dalam upaya mencegah kejadian infeksi dilakukannya sterilisasi yaitu untuk memutuskan Pusat Sterilisasi
terutama infeksi nosokomial, hal ini mata rantai infeksi nosokomial. CSSD RSUD dr. (Central Sterile
dikarenakan CSSD adalah bagian di institusi Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dinaungi oleh Supply
pelayanan kesehatan RS yang mengurus suplai Kepala Instalasi Penunjang Khusus yang diberi Department/CSSD)
dan peralatan bersih atau steril. Pembentukan wewenang oleh Kepala Bidang Pelayanan di Rumah Sakit dan
CSSD (Central Sterile Supply Departement) Penunjang Medis dan bertanggung jawab langsung hasil
berdasarkan pada kebijakan Departement kepada Wakil Direktur Pelayanan. observasi/pengamatan
Kesehatan Republik Indonesia yang Kegiatan pelayanan yang dilakukan di di RSUD dr.
menyatakan bahwa CSSD sebagai salah satu CSSD antara lain: Chasbullah
upaya dalam pengendalian infeksi di rumah a. Dekontaminasi Abdulmadjid Kota
sakit dan merupakan salah satu mata rantai Bahan dan instrumen dibagi menjadi 3 jenis Bekasi.
yang penting untuk Perencanaan dan golongan sesuai dengan proses dekontaminasinya,
Pengendalian infeksi (PPI). yaitu critical, semi critical dan non critical. Jenis
Central Sterile Supply Departement critical contohnya adalah bahan atau instrumen
adalah departemen dalam rumah sakit yang yang menyentuh pembuluh darah pasien, jenis ini
menyediakan bahan atau sediaan dan alat-alat harus melalui sterilisasi. Jenis semi critical hanya
steril secara profesional kepada semua memerlukan desinfeksi tingkat tinggi, tidak melalui
departemen terspesialisasi. Departemen ini sterilisasi. Jenis non critical hanya memerlukan
khusus melayani ruang perawatan, klinik, desinfeksi tingkat rendah. Proses dekontaminasi
laboratorium khusus seperti Cardiac menggunakan 2 jenis cairan pembersih yaitu cairan
Catherization Laboratory (Laboratorium enzymatic dan desinfektan.
Katerisasi Jantung) dan ruang operasi. Instalasi b. Pengemasan dan Pelabelan
pusat sterilisasi juga merupakan unit pelayanan Pengemasan dan pelabelan dilakukan untuk
nonstruktural yang berfungsi memberikan mengelompokkan bahan atau instrumen sesuai
pelayanan sterilisasi yang sesuai dengan dengan jenis dan jumlah yang dibutuhkan. Bahan
standar atau pedoman dan memenuhi pengemas yang digunakan antara lain linen dan
kebutuhan barang steril di RS. pouches. Setelah dikemas, diberi label indikator
Tujuan pelayanan CSSD: yang terdiri dari tanggal sterilisasi, masa
1) Menyediakan kebutuhan RS, sediaan atau kedaluwarsa, nama instrumen, dan petugas steril.
peralatan kamar operasi dan unit yang Masa kedaluwarsa dari bahan atau instrumen yang

71
membutuhkan peralatan steril. dikemas dengan linen adalah 6 hari, sedangkan
2) Melaksanakan proses dekontaminasi dan yang dikemas dengan pouches adalah 1 tahun dan
sterilisasi peralatan di RS. khusus untuk bahan dan instrumen ruang operasi
3) Menjamin bahwa seluruh alat atau barang masa kedaluwarsa 3 bulan.
dengan tingkat sterilisasi yang sama sesuai c. Sterilisasi
standar yang telah ditetapkan. CSSD RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
4) Menyelenggarakan standarisasi dalam Kota Bekasi menggunakan 2 jenis alat sterilisasi
proses dekontaminasi, pengemasan atau yaitu autoclave steam dengan suhu 135°C selama 1
pengepakan sampai dengan sterilisasi. jam, autoclave kering dengan suhu 140°C selama 1
5) Memelihara dan melakukan inventarisasi jam, Plasma dengan suhu 55-60°C selama 1 jam 30
persediaan peralatan yang ada serta menit, dan Stericool H2O2 dengan suhu 55°C
peralatan di unit kerja CSSD secara akurat. selama 1 jam 30 menit.
6) Memelihara efektivitas secara akurat d. Penyimpanan
terhadap berbagai proses pembersihan, Bahan dan instrumen yang sudah selesai di
desinfeksi dan sterilisasi. sterilisasi disimpan diruang penyimpanan khusus.
7) Memberikan kontribusi dalam Penyimpanan disusun berdasarkan jenis bahan atau
mengembangkan pelayanan mutu di rumah instrumen, pada rak stainless yang tidak menyentuh
sakit yang terkait dengan pengendalian dinding, lantai atau plafon. Tekanan udara diatur
infeksi. pada nilai positif dan petugas tidak boleh berlama-
Ruangan pusat sterilisasi dibagi atas 5 lama di dalam ruang penyimpanan untuk menjamin
ruang yaitu: mutu bahan dan instrumen yang telah disterilkan.
a. Ruang Dekontaminasi e. Distribusi
Tempat terjadinya proses Produk steril yang dihasilkan CSSD
penerimaan barang atau alat-alat kotor, didistribusikan ke bagian-bagian yang memerlukan
dekontaminasi atau pembersihan. seperti kamar operasi, kamar bersalin, IGD, ruang
Dekontaminasi adalah proses untuk rawat inap, dan poliklinik. Kemudian petugas dari
mengurangi jumlah pencemaran CSSD akan mengantarkan alat dan perlengkapan
mikroorganisme atau substansi lain yang yang dibutuhkan untuk proses operasi dari ruangan
berbahaya sehingga aman untuk penangan CSSD ke unit terkait yang memerlukan produk
lebih lanjut. steril tersebut.
b. Ruang pengemasan alat Petugas harus membawa bahan atau
Tempat dilakukannya pengemasan isntrumen steril dalam box khusus untuk menjaga
alat dan pengecekan alat untuk lebih mutu dan langsung dibawa ke ruangan yang
mengetahui kelengkapan serta kondisi alat memerlukan perlengkapan tersebut. Serta petugas

72
tersebut. harus melakukan tindakan aseptik dalam
c. Ruang proses linen menggunakan alat-alat maupun perlengkapan yang
Tempat dilakukannya pemeriksaan sudah disterilikan. Bagian CSSD menghasilkan
linen yang dikemas untuk persiapan produk steril berupa instrumen set keperluan
sterilisasi. operasi, kasa steril berbagai ukuran, linen steril
d. Ruang sterilisasi untuk operator, crew dan lain-lain.
Tempat dilakukannya proses
sterilisasi alat atau bahan dengan
menggunakan autoclave, oven dan sinar
UV.
e. Ruang penyimpanan sterilisasi
Tempat penyimpanan semua alat
atau bahan yang telah melalui proses
sterilisasi untuk kemudian siap
didistribusikan ke ruangan yang
memerlukan.
Jenis-jenis indikator yang digunakan
pada proses sterilisasi di ruang CSSD yaitu:
1) Indikator biologi, berupa bakteri Bacillus
sterothernophyllus, proses kerjanya
indikator tersebut dimasukkan ke dalam
autoclave, dipanaskan sesuai pada waktu
melakukan sterilisasi, setelah itu dilihat
adanya perubahan warna, jika bakteri dan
media berwarna hitam, maka bakteri
tersebut mau artinya dengan baik.
2) Indikator kimia yang berbentuk selotif
bergaris, terdiri dari indikator internal dan
indikator eksternal. Indikator internal
digunakan untuk mengevaluasi produk
yang telah disterilkan, tetapi belum masuk
ke tahap pengemasan, perubahan warna
yang terjadi pada indikator ini adalah dari
warna coklat menjadi hitam, sedangkan

73
indikator eksternal untuk produk yang telah
dikemas, perubahan warna yang terjadi
adalah dari putih menjadi cokelat.
3) Indikator fisika atau mekanik berupa
tombol dan monitor yang berada pada alat
sterilisasi.
Sterlisasi yaitu suatu proses membunuh
segala bentuk kehidupan mikroorganisme yang
ada dalam sampel atau contoh, alat-alat atau
lingkungan tertentu. Teknik sterilisasi antara
lain dapat dilakukan dengan cara fisik, yang
diantaranya meliputi metode pemanasan
dengan uap air dengan suhu tinggi dan metode
pemanasan secara basah kering.
a. Metode pemanasan
Dengan uap air dan pengaruh tekanan
benda yang akan disterilkan diletakkan diatas
lempengan saringan dan tidak langsung
mengenai air di bawahnya. Pemanasan
dilakukan hingga air mendidih (diperkirakan
pada suhu 100°C) pada temperatur mencapai
121°C. Organisme yang tidak berspora dapat
dimatikan dalam tempo 10 menit saja.
Banyak jenis spora hanya dapat mati
dengan pemanasan 100°C selama 30 menit
tetapi ada beberapa jenis spora dapat bertahan
pada temperatur ini selama beberapa jam.
Spora-spora yang dapat bertahan selama 10 jam
pada temperatur 100°C dapat dimatikan hanya
dalam waktu 30 menit apabila air yang
mendidih ini ditambah dengan Natrium
Carbonat (Na2CO)3.
b. Metode pemanasan secara kering
Metode pemanasan kering dilakukan

74
pada temperatur antara 160-180°C. Pada
temperatur ini akan menyebabkan kerusakan
pada sel-sel hidup dan jaringan. Hal ini
disebabkan terjadinya auto oksidasi sehingga
bakteri patogen dapat terbakar. Pada sistem
pemanasan kering terdapat udara yang
merupakan penghantar panas yang buruk
sehingga sterilisasi melalui pemanasan kering
memerlukan waktu cukup lama, rata-rata waktu
yang diperlukan 45 menit. Pada temperatur
160°C memerlukan waktu 1 jam, sedangkan
pada temperatur 180°C memerlukan waktu 30
menit (Depkes, 2009).

75
3.5 Alur Pelayanan Dispensing sediaan steril adalah Untuk kegiatan dispensing sediaan steril di Belum sesuai dengan
penyiapan sediaan farmasi steril untuk RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi teori/dasar Depkes RI
Dispensing Steril
memenuhi kebutuhan individu pasien dengan pada depo farmasi rawat inap sudah ada ruangan Tahun 2009 tentang
cara melakukan pelarutan, pengenceran dan khusus untuk dispensing akan tetapi belum Pedoman Dasar
pencampuran produk steril dengan teknik dilakukan secara maksimal. Dispensing Sediaan
aseptic untuk menjaga sterilitas sediaan sampai Steril dan hasil
diberikan kepada pasien. observasi/pengamatan
Ruang lingkup dispensing sediaan steril di RSUD dr.
meliputi: Chasbullah
4) Pencampuran obat suntik non sitostatika Abdulmadjid Kota
(IV admixture). Kegiatan meliputi Bekasi dikarenakan
pencampuran sediaan intravena ke dalam kegiatan dispensing
cairan infus, pengenceran sediaan intravena sediaan steril belum
dan rekonstitusi sediaan intravena dalam dilakukan secara
bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai. maksimal.
5) Penyiapan nutrisi parenteral merupakan
kegiatan pencampuran komponen nutrisi:
karbohidrat, protein, lipid, vitamin dan
mineral untuk kebutuhan individu pasien
yang diberikan melalui intravena.
6) Pencampuran sediaan sitostatik merupakan
kegiatan pencampuran sediaan obat kanker
untuk kebutuhan individu pasien dan
melindungi petugas dan lingkungan dari
paparan zat berbahaya.
7) Dispensing sediaan tetes mata merupakan
kegiatan pencampuran sediaan tetes mata
untuk kebutuhan individu pasien.
Tujuan dispensing sediaan steril harus
dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit
yaitu menjamin sterilitas sediaan,
meminimalkan kesalahan pengobatan,
menjamin kompatibilitas dan stabilitas,
menghindari pemaparan zat berbahaya,

76
menghindari pencemaran lingkungan,
meringankan beban kerja perawat dan
penghematan biaya penggunaan obat.
Pelaksanaan dispensing sediaan steril
yaitu setiap apoteker yang melakukan
persiapan/peracikan sediaan steril harus
memenuhi beberapa syarat yaitu memiliki
kompetensi tentang penyiapan, pengelolaan
sediaan steril termasuk teknik aseptic dan
memiliki kemampuan membuat prosedur tetap
setiap tahapan pencampuran sediaan steril
(Depkes, 2009).
Tenaga Teknis Kefarmasian membantu
apoteker dalam melakukan pencampuran
sediaan steril. Petugas harus memiliki
kompetensi dalam melakukan pencampuran.

77
3.6 Pengolahan Limbah RS terbagi 3 macam yaitu: Pemeriksaan limbah cair RSUD dr. Sudah sesuai dengan
1. Limbah cair artinya semua air buangan Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dilakukan teori/dasar Permenkes
Limbah Rumah
termasuk tinja yang berasal dari kegiatan dengan cara mengirimkan sampel uji ke No.18 Tahun 2020,
Sakit (Khususnya rumah sakit yang kemungkinan laboratorium pemerintah Kota Bekasi dan pada Pedoman
sediaan farmasi) mengandung mikroorganisme, bahan kimia laboratorium swasta untuk melihat aman atau Pembuangan Limbah
beracun dan radio aktif yang berbahaya tidaknya limbah tersebut untuk dibuang ke kali Rumah Sakit
bagi kesehatan. Bekasi. Rujukan, Rumah
2. Limbah gas adalah semua limbah yang Pemeriksaan parameter pembuangan air Sakit Darurat dan
berbentuk gas yang berasal dari kegiatan limbah rumah sakit dilakukan sebulan sekali Puskesmas Yang
pembakaran di rumah sakit seperti dengan membuat laporan ke BPLHD (Badan Menangani Pasien
insenerator, dapur, perlengkapan generator Pengelola Lingkungan Hidup Daerah) Provinsi Covid-19 (Kemenkes,
dan anastesi. Jawa Barat setiap 1 bulan sekali dengan format 2020) dan hasil
3. Limbah padat adalah semua limbah rumah yang sudah ditentukan. observasi/pengamatan
sakit yang terdiri dari limbah medis padat Parameter pengolahan limbah cair adalah di RSUD dr.
dan limbah padat non medis. kadar klorin, kesadahan, senyawa aktif biru metilen, Chasbullah
4. Limbah medis adalah limbah yang berasal Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Abdulmadjid Kota
dari pelayanan medis, perawatan, bahan- Oxygen Demand (BOD). Bekasi.
bahan yang beracun, infeksius, atau bahan Pada proses pengolahan, semua limbah cair
yang berbahaya (Permenkes, 2020). dialirkan ke dalam bak penampungan sewang tank,
Berdasarkan potensi bahaya yang penampung sewang tank ada dua yaitu tangki aerasi
terkandung, maka jenis limbah medis dapat dan tangki satu dan tangki aerasi dua.
digolongkan sebagai berikut: Setelah itu dimasukan ke kolam air asin,
1) Limbah benda tajam adalah limbah kemudiaan dilakukan sedimentasi dimana
objek atau alat yang memiliki sudut sedimentasi ada dua yaitu sedimentasi primer dan
tajam, sisi, ujung atau bagian yang sedimentasi sekunder dengan ditambahkan bakteri
menonjol yang dapat mendorong atau aerob dan non aerob kemudian ditambahkan kaporit
menusuk kulit. Benda tajam yang lalu masuk ke dalam kolam effluent di filter dimana
terbuang berpotensi terkontaminasi dengan menggunakan karbon aktif dan sand filter
darah, cairan atau bahan yang kemudian dialirkan ke saluran kota.
berbahaya, beracun dan infeksius. Pengolahan limbah padat dibedakan
2) Limbah infeksius adalah limbah yang menjadi limbah padat B3 (infeksi, beracun dan
dihasilkan dari isolasi penyakit menular, mudah terbakar) dan limbah padat non B3, limbah
limbah laboratorium yang berkaitan padat B3 adalah bahan atau barang sisa atau
dengan pemeriksaan mikorbiologi dan buangan yang dihasilkan dari kegiatan atau

78
ruang isolasi penyakit menular. tindakan medis, seperti spuit, jarum suntik, kassa,
3) Limbah sitotoksik adalah bahan yang verban, masker dan sarung tangan.
terkontaminasi dengan obat sitotoksik Sedangkan limbah padat non B3 adalah
selama peracikan, pengangkutan atau bahan atau barang sisa atau buangan yang
tindakan terapi sitotoksik. dihasilkan dari kegiatan pasien, pengunjung dan
4) Limbah farmasi adalah limbah yang petugas (selain tindakan medis), seperti sisa
berasal dari obat kedaluwarsa, obat makanan, kertas, kemasan plastik, kardus dan botol.
yang terbuang dan obat yang tidak Jumlah limbah padat B3 yang di hasilkan
diperlukan lagi serta limbah yang rata-rata perhari ±300-350 kg, limbah padat non B3
dihasilkan selama produksi obat-obatan. rata-rata perhari ±6-7m³ pengelolaan limbah RS
5) Limbah radioaktif adalah bahan yang baik limbah padat B3 dan limbah padat non B3,
terkontaminasi dengan radioisotop yang dibagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu tahap
berasal dari penggunaan medis. pemilihan/pewadahan, tahap
5. Limbah non medis rumah sakit pengumpulan/pengangkutan dan tahap
digolongkan berdasarkan unit penghasil pemusnahan, pada ke tiga tahap ini pengelolaan
dan kegunaan desain pembuangan. limbah padat B3 dan limbah padat non B3,
Klasifikasi limbah padat dibagi menjadi dibedakan peliharaannya, sarananya, maupun
lima kategori limbah padat, limbah radioaktif, pemusnahannya.
limbah yang sangat infeksius, limbah infeksius, Tahap pemilahan atau pewadahan limbah
patologi dan anatomi, limbah sitotoksik, kimia B3 (infeksi) dilakukan oleh petugas medis, sarana
dan limbah farmasi (Kemenkes, 2020). pewadahan untuk limbah B3 infeksius, yaitu tempat
sampah yang dilapisi kantong plastik kuning dan
safety box untuk tempat sampah infeksius (benda
tajam), pewadahan untuk limbah non B3, yaitu
tempat sampah yang dilapisi kantong plastik warna
hitam.

Gambar 3.6 Klasifikasi Warna Kantong


Pembuangan Limbah Padat RS menurut WHO

79
Gambar 3.7 Klasifikasi Warna Kantong Pembuangan
Limbah Padat RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
Kota Bekasi

Tahap pengumpulan atau pengangkutan


limbah padat B3 (infeksi, beracun mudah terbakar)
dan limbah non padat dilakukan oleh petugas
cleaning service, sarana pengangkutan limbah B3,
yaitu troli warna kuning sedangkan limbah non B3
troli warna biru.
Tahap pemusnahan limbah padat B3 bekerja
sama dengan pihak ke III yaitu PT. Wastec
International yang menunjuk PT. Jalan Hijau
sebagai transporter sedangkan limbah pada non B3
bekerjasama dngan dinas lingkungan hidup kota
Bekasi.

80
3.7 Kegiatan Selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di RS
Kegiatan PKPA di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
dilaksanakan mulai tanggal 01 Maret 2022 sampai dengan 29 April 2022.
Adapun kegiatan selama PKPA di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 2 Kegiatan Selama PKPA di RSUD dr. Chasbullah

N
TANGGAL KEGIATAN
O
- Pengarahan via Zoom tentang praktek K3
dan PPI (Hand hygiene dan penggunaan
APD).
- Praktek K3 dan PPI di gedung A lantai 3
(depan poli jantung).
- Melihat letak penyimpanan obat di depo
farmasi rawat jalan (gedung A) dan rawat
inap (gedung D).
- Menyiapkan obat dan alat kesehatan sesuai
resep rawat jalan dan rawat inap.
1. 01 – 11 Maret 2022
- Memberikan etiket obat.
- Mengisi obat yang kosong ke dalam rak
obat.
- Mempelajari pembagian resep sesuai warna
keranjang.
- Mempelajari alur distribusi obat dan alat
kesehatan rawat inap.
- Mempelajari pengisian PIO dan telaah
resep.
2. 14 – 25 Maret 2022 - Melihat letak penyimpanan obat di depo
farmasi OK, IGD dan Gudang Farmasi.
- Mempelajari alur distribusi/pemakaian obat
dan alat kesehatan di depo farmasi OK.
- Mengisi obat yang kosong ke dalam rak
obat.
- Menulis lembar pemakaian obat dan
menulis jumlah total harga.
- Menyiapkan obat untuk anastesi umum dan
spinal.
- Menyiapkan paket SC.
- Mempelajari alur pengadaan obat di depo
farmasi OK.
- Diskusi dengan APJ depo farmasi IGD.
- Bimbingan dengan preceptor ibu apt.
Fadiah Bayu Adlina, S.Farm. (18 Maret
2022).
- Bimbingan dengan preceptor ibu apt. Santi
Septiani, M.Farm. (20 Maret 2022).
- Mengecek dan menyimpan barang obat dan
alat kesehatan dari Gudang ke depo farmasi
IGD.
- Menyiapkan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan BMHP sesuai dengan lembar
permintaan dari masing-masing depo
farmasi.
- Melakukan packing obat yang sudah di
double check sesuai permintaan.
- Menyiapkan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan BMHP sesuai dengan lembar
permintaan dari masing-masing depo
farmasi (Gudang Farmasi).
- Melakukan packing obat yang sudah di
double check sesuai permintaan (Gudang
Farmasi).
- Bimbingan dengan preceptor ibu apt. Aan
3. 28 – 08 April 2022 Mulyanah, MKM. (28 Maret 2022).
- Menyiapkan obat dan alat kesehatan sesuai
resep rawat jalan dan rawat inap.
- Memberikan etiket obat.
- Meracik obat untuk pasien rawat jalan.
- Mengisi obat yang kosong ke dalam rak
obat.
- Melakukan stock opname di depo farmasi
rawat jalan (gedung A).
4. 11 – 22 April 2022 - Mengisi obat yang kosong ke dalam rak
obat.
- Menulis lembar pemakaian obat dan
menulis jumlah total harga.
- Menyiapkan obat untuk anastesi umum dan
spinal.
- Mengecek dan menyimpan barang obat dan
alat kesehatan dari Gudang ke depo farmasi
OK.
- Mengambil barang untuk depo farmasi OK
ke Gudang Farmasi.
- Mempelajari tentang laporan Narkotika-
Psikotropika, BMHP dan Implan.
- Mempelajari tentang sistem stock opname.
- Bimbingan dengan preceptor ibu apt. Santi
Septiani, M.Farm. (10 April 2022).
- Melihat letak penyimpanan obat di depo
farmasi rawat jalan (gedung E).
- Menyiapkan obat sesuai resep rawat jalan
dan rawat inap (IGD).
- Memberikan etiket obat.

82
- Diskusi dengan APJ depo farmasi IGD.
- Bimbingan dengan semua preceptor tentang
Evaluasi Penggunaan Obat (19 April 2022).
- Mempelajari tentang sterilisasi alat
kesehatan untuk operasi (CSSD OK) dan
depo ruangan/tindakan.
- Mempelajari cara penggunaan alat-alat
sterilisasi di CSSD OK dan Sentral.
- Mempelajari alur pelayanan dan
pendistribusian CSSD OK dan Sentral.
- Mempelajari indikator mutu.
- Mempelajari ruangan-ruangan di CSSD
Sentral.
- Diskusi dengan APJ di CSSD Sentral.
- Mengisi obat yang kosong ke dalam rak
obat (IGD).
- Menyiapkan obat dan alat kesehatan sesuai
resep rawat jalan dan rawat inap.
- Diskusi dengan APJ depo farmasi IGD.
- Bimbingan dengan preceptor bapak apt.
Aripin, M.Farm. (25 April 2022).
- Menyiapkan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan BMHP sesuai dengan lembar
5. 25 – 29 April 2022 permintaan dari masing-masing depo
farmasi (Gudang Farmasi).
- Melakukan packing obat yang sudah di
double check sesuai permintaan (Gudang
Farmasi).
- Melakukan stock opname di Gudang
Farmasi.
- Bimbingan dengan preceptor bapak apt.
Dicky Hendarsyah, S.Farm. (29 April
2022).

83
84
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan PKPA di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
Kota Bekasi periode 01 Maret – 29 April 2022, dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi sudah berjalan dengan baik sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit yang mencakup pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan BMHP serta pelayanan farmasi klinik.
2. PKPA di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi memberikan
pengalaman dalam pengelolaan manajerial farmasi secara desentralisasi
sehingga dapat meningkatkan kualitas yang lebih baik dalam bidang
pelayanan kefarmasian di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
terkait pengobatan yang diberikan kepada pasien.

4.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil PKPA di RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi periode 01 Maret – 29 April 2022,
yakni:
a. Bagi Institusi
1. Sebelum melaksanakan kegiatan PKPA mahasiswa calon Apoteker
hendaknya membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan pelayanan kefarmasian baik secara manajerial dan farmasi
klinik agar menjadi seorang Apoteker yang profesional sehingga pada
saat pelaksanaan PKPA mahasiswa calon Apoteker dapat
mengaplikasikan ilmu dan keterampilan tersebut secara efektif dan
efisien.
2. Mahasiswa calon Apoteker dapat memahami peran Apoteker untuk
terjun langsung ke kalangan masyarakat setelah mendapatkan
pembekalan dari kampus.
b. Bagi RS
1. Perlu adanya bimbingan yang terjadwal agar PKPA ini dapat berjalan
lebih efektif.
2. Perlu adanya arahan dan pemberian informasi dari RS terkait agenda
pembelajaran bagi mahasiswa calon Apoteker sehingga dapat
meningkatkan pemahaman terhadap pelayanan kefarmasian baik secara
klinis dan manajerial. Serta perlu menerapkan secara optimal terkait
pelayanan farmasi klinis seperti konseling, monitoring efek samping
obat dan pemantauan terapi obat.

86
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2009). Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hlm 7–9.

Depkes RI. (2009). Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile Supply
Departement/CSSD) Di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, hlm 1–11.

Kemenkes RI. (2019). Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di


Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hlm 9–
105.

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Rujukan,


Rumah Sakit Darurat, dan Puskesmas Yang Menangani Pasien Covid-19.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hlm 2–12.

Kemenkes RI. (2021). Pedoman Penyusunan Formularium Rumah Sakit. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hlm 17–35.

Permenkes RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1691 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, hlm 2–25.

Permenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


56 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, hlm 6–27.

Permenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


63 Tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik (E-
Catalogue). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hlm 2–11.

Permenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


72 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hlm 5–62.

Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia. (2018). Peraturan Pemerintahan


Republik Indonesia Nomor 16 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Jakarta: Republik Indonesia, hlm 2–26.

Permenkes RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


18 Tentang Pengelolaan Limbah Medis Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Berbasis Wilayah. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hlm

87
3–28.

Permenkes RI. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


24 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Farmasi.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hlm 7–45.

UUD RI. (2009). Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 36 Tentang


Kesehatan. Jakarta: Republik Indonesia, hlm 2–4.

UUD RI. (2009). Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 44 Tentang


Rumah Sakit. Jakarta: Republik Indonesia, hlm 2–33.

88

Anda mungkin juga menyukai