FAKULTAS FARMASI
LAPORAN
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA
SELATAN
DAN PUSKESMAS KECAMATAN PANCORAN
Jl. Radio I No.8, RT.3/RW.4, Kramat Pela, Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130
Jl. Potlot II No.6, RW.6, Duren Tiga, Kec. Pancoran, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12760
PERIODE 6 – 30 JUNI 2022
Disusun Oleh:
ii
Universitas Pancasila, dan seluruh teman-teman di luar lingkungan Universitas
Pancasila atas segala bantuan dan motivasi yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan PKPA
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan menambah wawasan para pembacanya khususnya di bidang
farmasi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gedung Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan ..................................................... 21
Gambar 2. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan .................................. 21
Gambar 3. Profil Puskesmas Kecamatan Pancoran ................................................................. 23
Gambar 4. Struktur Organisasi Puskesmas .............................................................................. 25
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan ...................... 65
Lampiran 2. Profil Puskesmas Kecamatan Pancoran ............................................................. 66
Lampiran 3. Ruang Pelayanan Farmasi Puskesmas Kecamatan Pancoran ............................. 67
Lampiran 4. Gudang Farmasi Puskesmas Kecamatan Pancoran ............................................ 68
Lampiran 5. Label Kadaluwarsa Obat .................................................................................... 69
Lampiran 6. Rak Penyimpanan Obat ...................................................................................... 70
Lampiran 7. Penyimpanan Narkotik dan Psikotropika ........................................................... 71
Lampiran 8. Kartu Stok dan Lampiran Catatan Stok Opname ............................................... 72
Lampiran 9. Leaflet Lembar Penyuluhan ............................................................................... 73
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat
mutlak, dan merupakan unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan
melalui berbagai upaya kesehatan menyeluruh dan terpadu. Adapun hak
asasi manusia tersebut tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan No.36
tahun 2009 pasal 4 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kesehatan”.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 36
Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1. Sementara itu, World Health Organization
(WHO) menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan yang sempurna
secara fisik, mental dan sosial, bukan sekedar terbebas dari penyakit atau
kelemahan. Kesehatan merupakan elemen terpenting kebutuhan manusia
dan merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM). Sumber daya
dibidang kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (1).
Pada pelaksanaannya sebagai wujud dari kesehatan yang optimal
dan merata merupakan hal yang perlu perwujudan pembangunan kesehatan
maka dibuat peraturan daerah tentang sistem kesehatan daerah yang
bertujuan agar terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua
potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah dan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya
guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya (2). Dibentuknya Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) di tingkat
Kota Administratif merupakan salah satu perwujudan sistem otonomi
daerah dalam mengelola pembangunan kesehatan masyarakat di provinsi
DKI Jakarta. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah. Pemerintah DKI Jakarta melalui Peraturan Gubernur
1
2
Provinsi DKI Jakarta No. 159 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kesehatan mendirikan Suku Dinas Kesehatan di setiap Kota
Administrasi yang berada di DKI Jakarta.
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan
merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
untuk mempermudah tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian dalam kegiatan
penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat dan
pelayanan kesehatan baik pelayanan kesehatan perorangan, rujukan khusus,
tradisional, maupun keahlian dimana dalam hal ini Puskesmas terdapat
didalamnya (2)
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai
pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama
yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat (3). Peran apoteker di puskesmas adalah melaksanakan kegiatan
manajerial meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai serta pelayanan farmasi klinik (4)
Salah satu upaya untuk menciptakan Apoteker yang profesional
maka perlu pemahaman, gambaran dan pengetahuan mendalam tentang
fungsi, tugas, dan peran Apoteker dilingkup Suku Dinas Kesehatan dan
Puskesmas. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker (PKPA) Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam kegiatan PKPA yang berlangsung
3
TINJAUAN UMUM
4
5
B. PUSKESMAS
1. Definisi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat
yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan
17
2. Tujuan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.43 tahun 2019 tentang
Puskesmas, pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat,
dengan masyarakat yang :
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat.
b. Mampu menjangkau Pelayanan Kesehatan bermutu.
c. Hidup dalam lingkungan sehat.
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
3. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
a. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
b. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Ketersediaan akses pelayanan kesehatan
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat
diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya
secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama,
budaya, dan kepercayaan.
18
5. Kebijakan mutu
Memberikan layanan proma yang berorientasi kepada keselamatan pasien
dan keselamatan kerja untuk mencapai kepuasan pelanggan.
6. Motto
Sehat adalah pilihan dan tanggung jawab setiap insan
7. Fasilitas puskesmas
Fasilitas kesehatan (faskes) yang ada di Puskesmas Kecamatan Pancoran
meliputi : Poli umum, poli gigi dan mulut, Farmasi, Unit Pelayanan 24 jam,
unit pelayanan laboratorium, unit pelayanan lansia, unit pelayanan
kesehatan ibu hamil, unit pelayanan kesehatan anak (imunisasi), Polo
TB/PAL, Poli MTBS, Polo penyakit tidak menular, poli Pel Kes Peduli
Remaja (PKPR), poli kirana, poli kesehatan indera, Poli caten, poli Haji dan
Poli Mentari.
8. Struktur Organisasi
25
h. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di
Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Tujuan pencatatan dan
pelaporan adalah:
1) Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai telah dilakukan
2) Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.
3) Sumber data untuk pembuatan laporan.
i. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk :
1) Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan
2) Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai
3) Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
Setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur
operasional yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
maksudmencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi:
a) Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik
31
Kegiatan :
1) Menganalisis laporan efek samping obat
2) Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat
3) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
4) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
Kriteria pasien :
1) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui
2) Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis
3) Adanya multidiagnosis
4) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati
5) Menerima obat dengan indeks terapi sempit
6) Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat
yang merugikan
Kegiatan :
1) Memilih pasien yang memenuhi kriteria
2) Membuat catatan awal
3) Memperkenalkan diri pada pasien
4) Memberikan penjelasan pada pasien
5) Mengambil data yang dibutuhkan
6) Melakukan evaluasi
7) Memberikan rekomendasi
g. Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional),
dengan tujuan :
1) Mendapatkan gambaran pola penggunaan obat pada kasus
tertentu.
2) Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat
tertentu
Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan
sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) yang ditetapkan oleh
37
Kepala Puskesmas.
BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan
(Sudinkes) Kota Administrasi Jakarta Selatan dan Puskesmas Kecamatan Pancoran
berlangsung mulai tanggal 06 Juni hingga 30 Juni 2022. PKPA di Sudinkes
dilakukan pada tanggal 06 Juni-10 Juni 2022 dan 30 Juni 2022 sedangkan di
Puskesmas Kecamatan Pancoran dilakukan pada tanggal 13 Juni-29 Juni 2022.
Kegiatan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan diantaranya
menerima pemaparan materi dan berdiskusi terkait kegiatan PIRT yang dilakukan
oleh Seksi SDK, Pengelolaan dan disribusi vaksin/imunisasi, Tugas pokok dan
fungsi Seksi SDK di Sudinkes Jakarta Selatan, dan standar pelayanan kefarmasian
di puskesmas.
Kegiatan PKPA di Puskesmas Kecamatan Pancoran dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Kegiatan yang dapat dilakukan secara langsung
diantaranya melakukan pengkajian resep, peracikan resep, penyerahan resep,
penyerahan obat dan pemberian informasi obat kepada pasien, penyimpanan dan
pendistribusian. Selain kegiatan yang telah disebutkan, kegiatan pelayanan lainnya
dilakukan secara tidak langsung melalui diskusi dari masing-masing kegiatan
pelayanan baik klinis dan non klinis dengan apoteker penanggung jawab ruang
farmasi.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai serta kegiatan pelayanan farmasi klinik. Beberapa kegiatan
PKPA yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pancoran adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari sistem manajerial pengelolaan dan perencanaan obat di Puskesmas.
2. Melakukan pelayanan kefarmasian (pengkajian resep, penyiapan obat sesuai
resep, dan penyerahan obat)
3. Melaksanakan tugas Khusus berupa Penyuluhan kepada masyarakat
4. Mengamati dan mempelajari alur pelayanan resep dan obat di Puskesmas.
38
BAB IV
PEMBAHASAN
No Kegiatan Pelaksanaan kegiatan Keterangan
Terlaksana Belum
terlaksana
1. Pengelolaan
sediaan farmasi
dan bahan medis
habis pakai
Perencanaam ✓ Perencanaan perbekalan
farmasi di Puskesmas
Pancoran telah mengacu
pada Permenkes No 74
tahun 2016. Proses
seleksi Sediaan Farmasi
dan BMHP dilakukan
setahun sekali diakhir
tahun dengan
mempertimbangkan pola
konsumsi sediaan
farmasi sebelumnya dan
pola penyakit (frekuensi
penyakit, jumlah
kunjungan, dan standar
pengobatan yang
digunakan). Adapun
analisa data yang
digunakan berdasarkan
Laporan Pemakaian dan
Laporan Permintaan
Obat (LPLPO) dari tiap
38
39
Puskesmas Kelurahan
sebagai acuan untuk
membuat Rencana
Kebutuhan Obat (RKO)
yang diinput dalam
sistem e-RBA (Rencana
Belanja Anggaran)
Permintaan ✓ Permintaan obat
dilakukan berdasarkan
Rencana Kebutuhan
Obat (RKO) yang telah
dibuat oleh Puskesmas
Kecamatan dan disetujui
oleh Dinas Kesehatan.
Pengadaan di puskesmas
Kecamatan Pancoran
dilakukan oleh bagian
pengadaan, tetapi pada
saat akan melakukan
pemesanan obat, bagian
pengadaan berkoordinasi
dengan Apoteker.
Permintaan di
Puskesmas Kecamatan
Pancoran dilakukan
dengan 3 cara yaitu
pembelian, dropping
dari Suku Dinas
Kesehatan donasi.
Permintaan dengan cara
pembelian dilakukan
oleh Puskesmas
Kecamatan Pancoran
dilakukan dengan 2 cara
yaitu pembelian secara
langsung melalui
yang tercantum di
Permenkes No 74 tahun
2016. Pengecekan
spesifikasi, jumlah dan
kesesuaian dengan
LPLPO, serta pencatatan
dan penandatanganan
surat penerimaan obat
telah dilakukan oleh
Tenaga Kefarmasian.
Jika tedapat
ketidaksesuaian antara
faktur pembelian dengan
barang yang diterima
maka petugas puskesmas
akan melakukan
permintaan untuk
pembenaran faktur agar
sesuai dengan barang
yang diterima.
Penyimpanan ✓ Perbekalan farmasi di
Puskesmas Kecamatan
Pancoran disimpan di
gudang farmasi. Gudang
farmasi dibagi menjadi
gudang besar dan
gudang BP (Balai
Pengobatan). Fungsi
gudang besar adalah
menyimpan perbekalan
farmasi untuk kebutuhan
obat tahunan. Sedangkan
gudang BP terletak di
Puskesmas Kecamatan
Pancoran, berfungsi
menyimpan obat untuk
memenuhi kebutuhan
obat setiap poli dan unit
41
Puskesmas.
obat terdokumentasi
dalam kartu stok dan
dilakukan setiap hari.
Pendistribusian ✓ Sediaan farmasi yang
telah diterima dan
disimpan kemudian
distribusikan dari gudang
Puskesmas Kecamatan
Pancoran ke delapan
Puskesmas Kelurahan di
Kecamatan Pancoran,
Ruang Farmasi
Puskesmas Kecamatan
Pancoran, Poli yang
melakukan tindakan
injeksi dan Ruang gawat
darurat/24 jam.
Pengendalian ✓ Kegiatan pengendalian
mutu sediaan farmasi di
Puskesmas Kecamatan
Pancoran meliputi
pencatatan kartu stok
obat dan pencatatan
tanggal kadaluarsa obat
yang terkontrol melalui
sistem inventory WE
HOPE (sistem yang
berlaku di internal
Puskesmas Kec.
Pancoran). Kartu stok
berfungsi untuk
pengendalian atau
43
kedepan sehingga
memudahkan dalam
pengawasan penggunaan
obat sesuai ED terdekat.
Pencatatan dan ✓ Pelaporan di Puskesmas
Pelaporan Kecamatan Pancoran
terbagi menjadi 3, yaitu
laporan bulanan, laporan
triwulan dan laporan
tahunan. Laporan
bulanan meliputi
pelaporan Laporan
Pemakaian dan Lembar
Permintaan (LPLPO),
Laporan Ketersediaan
Obat, Pengunaan Obat
Rasional (POR), laporan
YanFar, laporan SIHA
dan laporan SIPNAP.
Sedangkan laporan
triwulan meliputi laporan
ketersediaan obat. Yang
membedakan laporan
ketersediaan obat
bulanan dengan triwulan
adalah adanya nilai
rupiah atau nominal pada
laporan triwulan.
Sedangkan laporan
tahunan meliputi laporan
ketersediaan pemakaian
obat, profil obat dan
45
evaluasi penggunaan
obat.
Pemantauan dan ✓ Pemantauan dan evaluasi
evaluasi pengelolaan dilakukan
dengan memperhatikan
jumlah obat bulanan dan
tahunan. Pemakaian obat
atau bahan medis habis
pakai yang secara
periodik dengan
menetapkan sasaran
mutu pada pelayanan
resep
2. Pelayanan
Farmasi Klinis
Pengkajian dan ✓ Pengkajian dan
pelayanan resep yang
Pelayanan Resep
dilakukan di Puskesmas
Kecamatan Pancoran
dilakukan untuk
mengetahui dan
memastikan kelengkapan
dan kerasionalan resep
agar menjamin ketepatan
dan keamanan obat.
Resep yang masuk ke
bagian farmasi
Puskesmas merupakan
resep online sehingga
pasien hanya akan
menyerahkan nomor
antrian farmasi untuk
pengambilan obat.
Apoteker atau petugas
farmasi akan menelaah
resep yang masuk untuk
menghindari terjadinya
medication error.
Diharapkan), KPC
(Kejadian Potensial
Cedera) dan KNC
(Kejadian Nyaris Cedera)
dan jika terjadi kejadian
tersebut akan
dilakukankan pelaporan
kasus yang ditujukan
kepada Kepala
Puskesmas.
Pemantauan ✓
Terapi Obat
Evaluasi ✓
Penggunaan Obat
3. Sumber Daya
Kefarmasian
Sumber Daya ✓ Manajemen SDM
Manusia terlaksana dengan baik
dipuskesmas dengan
struktur organisasi yang
baik.
Sarana dan ✓ sarana prasarana di
Prasarana Puskesmas Kecamatan
Pancoran cukup lengkap,
terdiri dari ruang
penerimaan resep, ruang
pelayanan resep dan
peracikan, ruang
penyerahan obat, ruang
penyimpanan obat dan
bahan medis habis pakai
dan ruang arsip,
49
Surat Berita Barang Keluar (SBBK) dan BAST (Berita Acara Serah
Terima) hanya diberikan ketika Gudang Besar atau Gudang Kecil Farmasi
memberikan sediaan farmasi kepada instansi lainnya, misal Rumah Sakit dan
Puskesmas diluar Kecamatan Pancoran.
f. Pemusnahan
Obat – obat yang sudah mendekati waktu kadaluarsa (satu bulan
sebelum tanggal kadaluarsa) segera dikembalikan ke gudang untuk
dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan oleh pihak ketiga melalui bagian
Kesehatan Lingkungan (kesling) sesuai dengan SOP yang berlaku.
Pemusnahan obat non narkotika dan non psikotropika yang menjadi saksi
terdiri dari Apoteker dan Kesehatan Lingkungan, sedangkan untuk obat
narkotika dan psikotropika saksi terdiri dari Apoteker, Kesehatan
Lingkungan, dan perwakilan Suku Dinas Kesehatan. Sebelum melakukan
kegiatan pemusnahan apoteker harus membuat Berita Acara Pemusnahan.
Berita Acara Pemusnahan ditandatangani oleh pelaksana dan saksi.
g. Pengendalian, Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan
Pengendalian Sediaan Farmasi dilakukan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
57
c. Konseling
Pelaksanaan konseling di Puskesmas Kecamatan Pancoran masih
61
C. TUGAS KHUSUS
Kegiatan Khusus yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pancoran adalah
dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Kegiatan ini dilakukan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penggunaan antibiotic dengan
baik dan benar serta memberikan informasi kepada masyarakat mengenai keluarga
berencana dan metode kontrasepsi. Adapun tugas terlampir pada lampiran 9 dan 10.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Sub seksi kefarmasian yang merupakan bagian dari seksi Sumber Daya
Kesehatan (SDK) memiliki peran dan fungsi utama dalam melakukan
pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap sarana kesehatan
dan aspek-aspek yang terkait didalamnya, dan juga berperan dalam
memberikan rekomendasi teknis terkait perizinan fasilitas pelayanan
kesehatan (apotek, toko obat, Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT),
Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) di wilayah administrasinya.
2. Peran Apoteker di Puskesmas meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai yang diawali pada tahap perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pemusnahan, dan pencatatan atau pelaporan serta pelayanan farmasi
klinik yang meliputi pengkajian resep, pelayanan informasi obat,
konseling, pemantauan terapi obat, monitoring efek samping, dan
evaluasi penggunaan obat.
B. SARAN
Kegiatan pembinaan perlu dioptimalkan untuk meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan terhadap tenaga kesehatan maupun pemilik
sarana pelayanan kesehatan, farmasi, PIRT guna meminimalisir terjadinya
pelanggaran yang terjadi.
63
64
DAFTAR PUSTAKA
64
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan
65
66