Anda di halaman 1dari 79

UNIVERSITAS PANCASILA

FAKULTAS FARMASI

LAPORAN
PRAKTIK KERJA
PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA
JL. SIRSAK, RT 1/RW 2, JAGAKARSA, KOTA JAKARTA
SELATAN, DKI JAKARTA 12620
PERIODE 06 – 30 JUNI 2022

Disusun oleh:

Tasya Veronica, S.Farm 2021001178


Apriliana Wahyuni, S.Farm 2021001185

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2022
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA
JL. SIRSAK, RT 1/RW 2, JAGAKARSA, KOTA JAKARTA
SELATAN, DKI JAKARTA 12620
PERIODE 06 – 30 JUNI 2022

Disusun Oleh :

Tasya Veronica, S.Farm 2021001178


Apriliana Wahyuni, S.Farm 2021001185

Disetujui Oleh :

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan dan menyusunan Laporan Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta.
Diharapkan calon Apoteker memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai tugas,
fungsi, dan peran Apoteker di Puskesmas.
Pada kesempatan ini kami penulis mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada
Ibu apt. Irine Satya Firmandasari., S.Farm selaku pembimbing PKPA di
Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dan Ibu Dr. apt. Hesty Utami R., M.Clin.Pharm.,
PhD selaku pembimbing PKPA di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, nasehat, serta
motivasi selama proses PKPA maupun penyusunan hingga Laporan Praktik Kerja
Profesi Apoteker ini terselesaikan dengan baik. Penulis juga menyampaikan rasa
terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Bapak Prof. Dr. apt. Syamsudin,
M.Biomed.
2. Ketua Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Pancasila,
apt. Hesty Utami R., M.Clin.,Phd.
3. Seluruh Dosen, Staff dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila yang
telah membantu selama masa perkuliahan di FFUP
4. Seluruh Staff dan Karyawan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa yang memberikan
pengetahuan dan pengalaman tentang Puskesmas.
5. Seluruh Pihak yang turut membantu dalam penulisan laporan PKPA ini secara
baik dan lancar secara langsung maupun tidak langsung.
6. Kedua orang tua, serta kakak-kakak dan adik-adik yang senantiasa memberikan
doa, semangat, serta dukungan baik secara moril maupun materil yang tak
terhingga.

Penulis sangat menyadari bahwa Laporan PKPA ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis terima

ii
dengan senang hati. Akhir kata, semoga Laporan PKPA ini dapat bermanfaat serta
memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca khususnya dibidang
Puskesmas.
Jakarta, Juni 2022

Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI

Hal
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 1
B. TUJUAN .................................................................................................... 2
C. MANFAAT ................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 4
A. PUSKESMAS ............................................................................................ 4
B. STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS ............ 7
BAB III GAMBARAN UMUM DAN RUANG LINGKUP TEMPAT PKPA......... 20
C. VISI DAN MISI ....................................................................................... 22
D. FASILITAS PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA .................. 22
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 24
A. TEMPAT DAN WAKTU ........................................................................ 24
B. KEGIATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA ............ 24
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 38
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 38
B. SARAN .................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 40
LAMPIRAN ............................................................................................................... 41

iv
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar III. 1 Puskesmas Kecamatan Jagakarsa ........................................................ 20
Gambar III. 2 Organisasi Puskesmas Kecamatan Jagakarsa ...................................... 21

v
DAFTAR LAMPIRAN

Hal
Lampiran 1. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) ............... 41
Lampiran 2. Faktur ..................................................................................................... 42
Lampiran 3. Laporan Penerimaan Vaksin dan Berita Acara Serah Terima (BAST) . 43
Lampiran 4. Kartu Stock ............................................................................................ 44
Lampiran 5. Gudang Puskesmas Kecanatan Jagakarsa.............................................. 45
Lampiran 6. Penyimpanan Sediaan Farmasi Puskesmas Kecamatan Jagakarsa ........ 46
Lampiran 7. Cold Chain Penyimpanan Vaksin .......................................................... 48
Lampiran 8. Lemari Pendingin .................................................................................. 49
Lampiran 9. Resep Racikan ....................................................................................... 50
Lampiran 10. Ruang Konseling Apoteker ................................................................. 51
Lampiran 11. Form Konseling Pasien ........................................................................ 52
Lampiran 12. Ruang Peyimpanan Vaksin .................................................................. 62
Lampiran 13. Resep ................................................................................................... 63
Lampiran 14. Tugas Khusus ...................................................................................... 64

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis (1). Dalam UU tersebut juga
dijelaskan bahwa upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal setiap orang. Upaya kesehatan terdiri atas pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
Berbagai pihak turut serta dalam melakukan upaya kesehatan, salah satunya
adalah pemerintah. Pemerintah dalam pembangunan kesehatan memiliki
tanggung jawab atas ketersediaan sumber daya dalam bidang kesehatan yaitu
segala bentuk dana, alat kesehatan, tenaga, sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan serta sarana dan prasarana kesehatan yang menunjang perencanaan,
mengatur, menyelenggarakan, membina, pelayanan, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan. Upaya pemerintah dalam menyelenggarakan
kesehatan dilakukan oleh kementerian kesehatan (KEMENKES) untuk
membantu presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara khususnnya
di bidang kesehatan (2).
Unsur pelaksana yang dilakukan kemenkes dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang kesehatan adalah Dinas Kesehatan (DINKES) dan Suku
Dinas kesehatan Kota (SUDINKES) merupakan unit kerja Dinas Kesehatan pada
kota administrasi. Suku Dinas Kesehatan daerah Ibukota Jakarta terdapat di lima
Kota administrasi yaitu Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta

1
2

Timur, dan Jakarta Barat. Wilayah Jakarta selatan terdiri dari sepuluh kecamatan
yaitu, Kebayoran baru, Kebayoran lama, Pesanggrahan, Cilandak, Pasar minggu,
Jagakarsa, Mampang Prapatan, Pancoran, Tebet, dan Setiabudi. Suku Dinas
kesehatan Kota (SUDINKES) dalam penyelengaraan memiliki fungsi
pengoordinasian kegiatan puskemas dalam pelayanan kesehatan dan upaya
kesehatan masyarakat serta perorangan (3,4).
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya.
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan memiliki peran yaitu
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang meliputi pengelolaan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai serta pelayanan farmasi klinik (3,5).
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan salah satu sarana bagi
calon apoteker untuk mendapatkan pengalaman kerja, pengetahuan, gambaran,
dan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran apoteker di lingkup
pelayanan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, mahasiswa calon apoteker
melakukan PKPA di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan yang
berlangsung dari tanggal 13 Juni – 29 Juni 2022 untuk memberikan wawasan
kepada calon apoteker mengenai perannya di pusat pelayanan kesehatan.

B. TUJUAN
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Kecamatan
Jagakarsa adalah:
1. Mengetahui dan memahami gambaran umum pusat kesehatan masyarakat
beserta peran dan fungsinya
2. Mengetahui dan memahami pengelolaan dan pelayanan obat di Puskesmas
kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.
3. Memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian di lembaga pemerintahan.
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.
3

C. MANFAAT
Manfaat dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Kecamatan
Jagakarsa adalah:
1. Calon apoteker memiliki kemampuan dan pengalaman praktis untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian di pemerintahan.
2. Fakultas memperoleh masukan mengenai materi yang perlu diajarkan di
kampus khususnya peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan
dan farmasi sehingga kurikulum FFUP selalu mengikuti apa yang menjadi
kebutuhan dunia kerja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PUSKESMAS
1. DEFINISI (2,5)
Pusat kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan/atau masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya
disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif di wilayah kerjanya. Secara nasional standar wilayah kerja
Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih
dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar
Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/
kelurahan.
2. TUJUAN
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 43 tahun 2019 tentang
Puskesmas, pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang (5):
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat.
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.
c. Hidup dalam lingkungan sehat.
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

4
5

3. PRINSIP PENYELENGGARAAN PUSKESMAS (5)


a. Paradigma Sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
b. Pertanggungjawaban Wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandirian Masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
d. Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses
dan terjangkau oleh seluruh masyarakat diwilayah kerjanya secara adil
tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan
kepercayaan.
e. Teknologi Tepat Guna
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan. Pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk
bagi lingkungan.
f. Keterpaduan dan Kesinambungan Puskesmas
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan
UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan
Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen puskesmas.
4. TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG PUSKESMAS (5)
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Fungsi dari puskesmas adalah
6

sebagai penyelenggara UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya dan


penyelenggara UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya Dalam
menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di
wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk :
1). Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
2). Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
3). Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
4). Menggerakan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah perkembangan
masyarakat yang berkerjasama dengan sektor lain terkait
5). Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas
6). Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
7). Melaksnakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu dan cakupan Pelayanan Kesehatan
8). Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya, yakni:
1). Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif
berkesinambungan dan bermutu
2). Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif
3). Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
4). Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung
7

5). Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif


dan kerja sana inter dan antar profesi
6). Melaksanakan rekam medis
7). Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan
8). Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan
9). Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayana
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya
10). Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan.
Selain kedua fungsi tersebut, Puskesmas dapat berfungsi sebagai
lahan pendidikan bagi Tenaga Kesehatan.

B. STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS


Berdasarkan Permenkes No. 26 Tahun 2020 sebagai perubahan atas Permenkes
No. 74 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas,
standar pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi standar: (2,7)
1. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN BAHAN MEDIS HABIS
PAKAI (BMHP)
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan
farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas. Tujuan
perencanaan adalah untuk mendapatkan:
1). Perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai yang mendekati kebutuhan.
2). Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
3). Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
di puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh ruang farmasi di
puskesmas. Proses seleksi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
8

dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi


sediaan farmasi periode sebelumnya, data mutasi sediaan farmasi, dan
rencana pengembangan. Proses seleksi sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN) dan Formularium Nasional (FORNAS). Proses seleksi ini harus
melibatkan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas seperti dokter,
dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan
dengan pengobatan. Proses perencanaan kebutuhan sediaan farmasi per
tahun dilakukan secara berjenjang (bottom/up). Puskesmas diminta
menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Selanjutnya Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap
kebutuhan sediaan farmasi puskesmas di wilayah kerjanya,
menyesuaikan pada anggaran yang tersedia memperhitungkan waktu
kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.
b. Permintaan
Tujuan permintaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah
memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di
puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pemerintah daerah setempat. Pengadaan juga dapat dilaksanakan secara
mandiri.
c. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
dari instalasi farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan puskesmas
secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya
adalah agar sediaan farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas, dan memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Tenaga kefarmasian dalam
9

kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan,


pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat dan bahan medis habis
pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya. Tenaga
kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai yang diserahkan, mencakup jumlah
kemasan/peti, jenis dan jumlah sediaan farmasi, bentuk sediaan farmasi
sesuai dengan isi dokumen LPLPO ditandatangani oleh tenaga
kefarmasian, dan diketahui oleh kepala puskesmas. Bila tidak memenuhi
syarat, maka tenaga kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa
kedaluwarsa minimal dari sediaan farmasi yang diterima disesuaikan
dengan periode pengelolaan di puskesmas ditambah satu bulan.
d. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan
suatu kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.Tujuannya adalah agar mutu sediaan farmasi yang tersedia di
puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1). Bentuk dan jenis sediaan.
2). Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan
Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban.
3). Mudah atau tidaknya meledak/terbakar.
4). Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5). Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
e. Pendistribusian
Pendistribusian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan bahan medis
10

habis pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub
unit/pelayanan farmasi puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi sub unitpelayanan kesehatan
yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis,mutu, jumlah dan
waktu yang tepat. Sub- sub unit di puskesmas dan jaringannya antara
lain:
1). Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas
2). Puskesmas Kelurahan
3). Puskesmas Keliling
4). Posyandu
5). Polindes
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)
dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor
stock), pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan
dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).
f. Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, dan bahan medis habis pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penarikan sediaan
farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
memberikan laporan kepada kepala BPOM. Penarikan bahan medis habis
pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Pemusnahan dilakukan untuk sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai bila:
1). Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
2). Telah kadaluwarsa;
11

3). Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan


kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau dicabut izin
edarnya.
Tahapan pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis Pakai
terdiri dari:
1). Membuat daftar sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang
akan dimusnahkan.
2). Menyiapkan berita acara pemusnahan
3). Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait.
4). Menyiapkan tempat pemusnahan.
5). Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta peraturan yang berlaku.
g. Pengendalian
Pengendalian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan
obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian sediaan farmasi
terdiri dari:
1). Pengendalian persediaan.
2). Pengendalian penggunaan.
3). Penanganan sediaan farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
h. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai, baik sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit
pelayanan lainnya. Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
12

1). Bukti bahwa pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai telah dilakukan.
2). Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.
3). Sumber data untuk pembuatan laporan.
i. Pemantauan dan Evaluasi
Pengelolaan Pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
1). Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai sehingga
dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan.
2). Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai.
3). Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
Setiapkegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional.
Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh kepala
Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat
inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi:
1). Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2). Nama, dan paraf dokter.
3). Tanggal resep.
4). Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi:
1). Bentuk dan kekuatan sediaan.
2). Dosis dan jumlah obat.
3). Stabilitas dan ketersediaan.
4). Aturan dan cara penggunaan.
13

5). Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat)


Persyaratan klinis meliputi:
1). Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat.
2). Duplikasi pengobatan
3). Alergi, interaksi dan efek samping obat.
4). Kontra indikasi.
5). Efek adiktif
Kegiatan penyerahan dan Pemberian Informasi Obat merupakan kegiatan
pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat,
memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi
yang memadai disertai pendokumentasian.
Tujuan:
1). Pasien memperoleh obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
2). Pasien memahami tujuan pengobatan & mematuhi instruksi
pengobatan.
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan
oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
1). Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain
di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
2). Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan obat (contoh: kebijakan permintaan obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
3). Menunjang penggunaan obat yang rasional.
Kegiatannya meliputi hal berikut:
1). Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara
pro aktif dan pasif.
14

2). Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui


telepon, surat atau tatap muka.
3). Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dindingdan lain-
lain.
4). Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan danrawat
inap, serta masyarakat.
5). Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenagakefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis
pakai.
6). Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan
kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
1). Sumber informasi obat
2). Tempat
3). Tenaga
4). Perlengkapan.
c. Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat
pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan
dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek
samping, tanda- tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat.
Kegiatan :
1). Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2). Menanyakan hal-hal yang terkait obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended
question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai obat,
bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkandari obat
tersebut, dan lain-lain.
15

3). Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.


4). Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1). Kriteria pasien:
 Pasien rujukan dokter.
 Pasien dengan penyakit kronis.
 Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan
polifarmasi.
 Pasien geriatrik.
 Pasien pediatrik.
 Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
2). Sarana dan Prasarana
 Ruangan khusus.
 Kartu pasien/catatan konseling. dilakukan konseling, pasien yang
memiliki kemungkinan mendapat risiko masalah terkait obat
misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik
obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan obat,
kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan
tentang bagaimana menggunakan obat dan/atau alat kesehatan
perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home
Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi
obat.
d. Ronde/Visite Pasien (Khusus Puskesmas Rawat Inap)
Ronde/Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya
terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Tujuan:
1). Memeriksa obat pasien.
16

2). Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan obat


dengan mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
3). Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan
penggunaan obat.
4). Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan
dalam terapi pasien. Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan,
pelaksanaan, pembuatan dokumentasi dan rekomendasi.
Kegiatan visite mandiri:
1). Untuk Pasien Baru
 Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari
kunjungan.
 Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi
danjadwal pemberian obat.
 Menanyakan obat yang sedang digunakan atau dibawa darirumah,
mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan
pengobatan pasien.
 Mengkaji terapi obat lama dan baru untuk memperkirakan
masalah terkait obat yang mungkin terjadi
2). Untuk Pasien Lama dengan Instruksi Baru
 Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan obat baru.
 Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian
obat.
3). Untuk semua pasien
 Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.
 Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian
masalah dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap
kunjungan.
Kegiatan visite bersama tim:
1). Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan
pengobatan pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.
17

2). Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan


pasiendan/ataukeluarga pasien terutama tentang obat.
3). Menjawab pertanyaan dokter tentang obat.
4). Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan,
seperti obat yang dihentikan, obat baru, perubahan dosis dan lain-
lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1). Memahami cara berkomunikasi yang efektif.
2). Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.
3). Memahami teknik edukasi.
4). Mencatat perkembangan pasien.
Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan
terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan
obatsehingga perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home
Pharmacy Care) agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian
pasien dalam penggunaan obat sehingga tercapai keberhasilan terapi obat.
e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi
pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan:
1). Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
2). Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah
sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan
Kegiatan:
1). Menganalisis laporan efek samping obat.
2). Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat.
3). Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
18

4). Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.


Faktor yang perlu diperhatikan:
1). Kerja sama dengan tim kesehatan lain
2). Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat merupakan proses yang memastikan bahwa
seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Tujuan:
1). Mendeteksi masalah yang terkait dengan obat.
2). Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan
obat.
Kriteria pasien:
1). Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui
2). Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3). Adanya multi diagnosis.
4). Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5). Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
6). Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang
merugikan.
Kegiatan:
1). Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2). Membuat catatan awal.
3). Memperkenalkan diri pada pasien.
4). Memberikan penjelasan pada pasien.
5). Mengambil data yang dibutuhkan
6). Melakukan evaluasi.
7). Memberikan rekomendasi
19

g. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) (5)


Evaluasi penggunaan obat merupakan kegiatan untuk mengevaluasi
penggunaan obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk
menjamin obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan
terjangkau (rasional).
Tujuan dari kegiatan evaluasi penggunaan obat yaitu:
1). Mendapatkan gambaran pola penggunaan obat pada kasus tertentu.
2). Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat tertentu.
Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai
standar prosedur operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO)
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas
BAB III

GAMBARAN UMUM DAN RUANG LINGKUP TEMPAT


PKPA

A. PROFIL PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA

Gambar III. 1 Puskesmas Kecamatan Jagakarsa


Puskesmas kecamatan Jagakarsa merupakan sarana Pelayanan Kesehatan tingkat
I yang berda di kota administrasi Jakarta Selatan. Puskesmas Kecamatan
Jagakarsa terletak di Jalan Sirsak No 1 RT 1/RW Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan,
DKI Jakarta 12620. Puskesmas kecamatan Jagakarsa membawahi delapan
Puskesmas diantaranya yaitu Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I, Puskesmas
Kelurahan Jagakarsa II, Puskesmas Kelurahan Lenteng Agung I, Puskesmas
Kelurahan Lenteng Agung II, Puskesmas Kelurahan Ciganjur, Puskesmas
Kelurahan Srengseng Sawah, Puskesmas Keliling Tanjung Barat, dan Puskesmas
Kelililing Cipedak.

20
21

B. STRUKTUR ORGANISASI

Gambar III. 2 Organisasi Puskesmas Kecamatan Jagakarsa


Puskesmas kecamatan Jagakarsa dikepalai oleh Kepala Puskesmas yang
membawahi Satuan Pengawas Internal, Kepala Subbagian Tata Usaha, Kepala
Satuan Pelaksana UKM, Kepala Satuan Pelaksana UKP. Kepala Subbagian Tata
Usaha membawahi Bendahara Penerima, Pengolah Perencanaan dan Anggaran,
Bendahara Pengeluaran, Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa, Pengurus Barang,
Pengadministrasian Keuangan, Penyimpan Barang, Verifikator, Pengelola
Kepegawaian, Diklat, Kasir, SP2TP, dan Loket Pendaftaran.
Kepala Satuan Pelaksana UKM membawahi Satpel Promosi Kesehatan,
Satpel Kesehatan Lingkungan, Satpel Gizi Masyarakat, Satpel KIA/KB, Satpel
Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit, Satpel Surveilans, dan bersama
dengan Kepala Satuan Pelaksana UKP membawahi Satpel KPLDH
Kepala Satuan Pelaksana UKP membawahi Satpel Poli BPU, Satpel Poli
BPG, Satpel Poli KI, Satpel Poli KB, Satpel Poli PM, Satpel Klinik Lestari, Satpel
Poli PTM, Satpel Poli Lansia, Satpel Rumah Bersalin, Satpel Poli Pelayanan 24
jam, Satpel Poli PKPR, Satpel Poli Haji, Satpel Poli Laboratorium, Satpel Farmasi,
Rekam Medis, dan bersama dengan Kepala Satuan Pelaksana UKM membawahi
Satpel KPLDH.
22

Kepala Puskesmas kecamatan Jagakarsa juga membawahi Kepala Puskesmas


Kelurahan Jagakarsa I, Kepala Puskesmas Kelurahan Jagakarsa II, Kepala
Puskesmas Kelurahan Lenteng Agung I, Kepala Puskesmas Kelurahan Lenteng
Agung II, Kepala Puskesmas Kelurahan Ciganjur, Kepala Puskesmas Kelurahan
Srengseng Sawah, Kepala Unit Puskesmas Keliling Tanjung Barat, dan Kepala
Unit Puskesmas Keliling Cipedak.

C. VISI DAN MISI


1. Visi
Terwujudnya kecamatan Jagakarsa yang sehat tahun 2022
melalui penyelenggaraan kesehatan yang optimal.
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
b. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral dalam upaya pembangunan
kesehatan masyarakat.
c. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
d. Meningkatkan sistem informasi puskesmas yang bermutu.
e. Meningkatkan kinerja, kompeten karyawan dan pengelolaan kantor yang
mendukung efisiensi dan efektifitas.

D. FASILITAS PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA


Puskesmas Kecamatan Jagakarsa saat ini telah memiliki layanan kesehatan yang
meliputi:
1. Poli Layanan 24 jam
2. Poli Umum
3. Poli Gigi
4. Poli Kesehatan Ibu (KI)
5. Poli Kesehatan Anak (KA)
6. Poli Keluarga Berencana (KB)
7. Poli Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
23

8. Poli Penyakit Menular (PM)


9. Poli Lestari
10. Poli PKPR
11. Poli Haji
12. Poli Penyakit Tidak Menular (PTM
13. Poli Lansia
14. Ruang Bersalin (RB)
15. Kamar Obat Puskesmas Kelurahan
16. Farmasi
17. Gudang
BAB IV

PEMBAHASAN

A. TEMPAT DAN WAKTU


Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan di Puskesmas
Kecamatan Jagakarsa yang terletak di Jalan Sirsak, RT.1/RW.2, Jagakarsa, Kec.
Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12620.
Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan pada bulan Juni
2022. Jadwal PKPA dilaksanakan pada hari Senin sampai Jumat pukul 08.00 –
15.00 WIB.

B. KEGIATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA


Puskesmas Kecamatan Jagakarsa merupakan salah satu Puskesmas yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kefarmasian mulai dari proses
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) hingga
pelayanan farmasi klinis. Dalam proses pelayanan kefarmasian, puskesmas
wajib menerapkan pelayanan kefarmasian di puskesmas sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 74 Tahun 2016 dan peraturan lain terkait dengan
pelayanan kefarmasian di puskesmas. Adapun proses implementasi pelayanan
kefarmasian di puskesmas pada Puskesmas Kecamatan Jagakarsa diantaranya
yaitu:
1. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN BAHAN MEDIS HABIS
PAKAI (BMHP)
a. Perencanaan
Perencanaan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dilakukan oleh
Apoteker penanggungjawab gudang menggunakan metode kombinasi
antara metode konsumsi obat periode sebelumnya, pola penyakit, data
mutasi obat dan rencana pengembangan, regulasi (DOEN dan
Formularium Nasional), stok opname gudang, dan permintaan
unit/kelurahan (buttom up).

24
25

Perencanaan dilaksanakan sesuai dengan Rencana Kebutuhan Obat


(RKO) yang telah diperhitungkan berdasarkan rekapitulasi data Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dengan form yang
sudah tersedia dari dinas kesehatan. RKO dibuat oleh apoteker di
puskesmas kecamatan yang merupakan rata-rata konsumsi gabungan dari
9 puskesmas kecamatan, kelurahan, dan unit.
RKO biasanya disusun pada awal tahun menggunakan data 12 bulan
dari tahun sebelumnya, kemudian dibagi 12 bulan untuk mendapatkan
rata-rata setiap sebulan, lalu dikali 18 untuk kebutuhan tahun depan
ditambah denga buffer/rentang waktu selama proses pengajuan selama 6
bulan. RKO yang diajukan merujuk pada obat-obatan Formularium
Nasional yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan dan obat-obatan Non
Formularium Nasional, sesuai kesepakatan tenaga kesehatan di
Puskesmas. RKO kemudian ditandatangani oleh pimpinan dan bagian
pengadaan puskesmas kecamatan, lalu RKO diupload di sistem e-monev
(Elektronik monitoring dan evaluasi obat) di website milik Kementrian
Kesehatan yaitu https://monevkatalogobat.kemkes.go.id. RKO dikirim
oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, lalu Dinas
Kesehatan Provinsi ke Kementrian Kesehatan kemudian didisposisikan
ke Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP)
sebagai jumlah obat yang harus dipenuhi oleh principle untuk
menyediakan kebutuhan obat secara nasional. Disini LKPP mengadakan
lelang bagi principle yang bersedia dan menyanggupi akan ketersediaan
obat sesuai kebutuhan. Untuk obat-obatan non Formularium Nasional
tidak diajukan melalui sistem e-monev catalogue tetapi dibuat secara
manual oleh Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dan dikirimkan ke Dinas
Kesehatan. Perencanaan obat non Formularium Nasional dibuat
berdasarkan hasil musyawarah tim dokter yang bertanggung jawab di
Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dengan melihat pola penyakit dan pola
konsumsi obat-obatan non Formularium Nasional yang banyak
diresepkan. Dokter dapat mengajukan obat diluar formularium melalui
26

formulir permintaan obat diluar formularium. Pengajuan obat diluar


formularium masih diperbolehkan namun jumlahnya hanya 15-30%.
b. Pengadaan dan Permintaan
Pengadaan obat di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dilakukan oleh tim
pengadaan barang dan jasa di Puskesmas Kecamatan, yang terdiri dari
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat Pengadaan Barang dan
Jasa (PPBJ). PPK bertugas melakukan pengadaan barang yang bernilai >
200 juta, sedangkan PPBJ bertugas melakukan pengadaan barang yang
bernilai ≤ 200 juta. Pengadaan obat dilakukan berdasarkan RKO yang
telah disetujui.
Pengadaan obat di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dilakukan dengan
dua cara yaitu pengadaan mandiri/langsung dan permintaan obat ke Suku
Dinas Kesehatan. Pengadaan mandiri (pembelian) dapat dilakukan
melalui e-catalog yang telah ditetukan oleh LKPP (Lembaga Kebijakan
dan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah) dan dapat dilakukan melalui
pengadaan langsung ke distributor. Pengadaan melalui sistem e-catalog,
yaitu sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis spesifikasi
teknis, harga serta penyedia. Pengadaan melalui e-catalog dilakukan
untuk obat-obat FORNAS. Pengadaan langsung yaitu pembelian
langsung ke distributor, dilakukan jika obat-obat yang akan dibeli tidak
tersedia di e-catalog. Permintaan obat ke Suku Dinas Kesehatan atau
yang disebut hibah umumnya dilakukan untuk obat-obat program seperti
obat TBC, HIV, Gizi dan Vaksin. Dalam permintaannya bisa beberapa
kali dalam setahun. Obat program tersebut berasal dari Kementrian
Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, kemudian
didropping ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan,
lalu ke Puskesmas Kecamatan Jagakarsa.
c. Penerimaan
Penerimaan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dilakukan oleh tim
Panitia Pemeriksa hasil Pekerjaan (PPHP) dengan melakukan
pemeriksaan kesesuaian barang dengan faktur. Faktur diberikan oleh
27

distributor setelah dilakukannya pengiriman barang secara keseluruhan.


Penerimaan dilakukan dengan mengecek kesesuaian surat pesanan
dengan faktur. Pemeriksaan kesesuaian antara faktur dengan surat
pesanan dilakukan untuk memastikan bahwa barang serta faktur yang
diterima sesuai dengan pesanan yang telah diajukan.
Pemeriksaan kesesuaian antara barang yang datang dengan faktur
dilakukan untuk memastikan bahwa barang yang diterima sesuai
spesifikasinya dengan yang tertulis dalam faktur barang seperti nama
sediaan, bentuk, kekuatan, jumlah unit, nomor batch, harga barang, serta
expired date. Expired date maksimal 2 tahun, tetapi untuk obat-obatan
dari pemerintah yang sering digunakan sering maksimal expired date saat
ini 6 bulan masih bisa ditoleransi. Apabila barang, surat pesanan serta
faktur telah sesuai maka Team PPHP akan menandatangani dan
memberikan stempel. Faktur terdiri dari 3 rangkap yang terdiri dari 1
rangkap untuk bagian Pengadaan, 1 rangkap untuk Farmasi dan 1
rangkap untuk pengurus barang dan pengadaan sedangkan 1 rangkap
untuk arsip gudang. Selanjutnya PPHP atau tim pendukung PPHP akan
membuat berita acara penerimaan dan pemeriksaan barang untuk
diserahkan ke pengurus barang, selanjutnya pengurus barang akan
menyerahkan ke unit yang dituju, seperti gudang farmasi di Puskesmas,
kegiatan serah terima disertai dengan Berita Acara Serah Terima
(BAST). Setiap pemasukan obat atau BMHP ke gudang wajib dilakukan
pencatatan di kartu stok dan buku penerimaan barang.
d. Penyimpanan
Penyimpanan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dilakukan di gudang
farmasi, selain itu terdapat juga gudang khusus untuk unit pelayanan
farmasi. Penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP dikelompokkan
berdasarkan stabilitas, bentuk sediaan, penggolongan obat, alat kesehatan
dan beberapa barang dengan penyimpanan khusus seperti vaksin.
Barang-barang tersebut disusun sesuai dengan prinsip FEFO (First
Expired First Out) dan FIFO (First In First Out) dengan diberi
28

penandaan berupa stiker persegi dengan warna yang berbeda. Untuk


expired date tahun 2022 diberikan stiker berwarna hitam, expired date
tahun 2023 diberikan stiker berwarna biru, expired date tahun 2024
diberikan stiker berwarna kuning, expired date tahun 2025 diberikan
stiker berwarna orange, expired date tahun 2026 diberikan stiker
berwarna hijau, expired date tahun 2027 diberikan stiker berwarna biru
tua, expired date tahun 2028 diberikan stiker berwarna merah, dan tanpa
expired date diberikan stiker berwarna putih.
Dalam penyimpanan suhu penyimpanan juga harus selalu
diperhatikan dengan cara membuat grafik pemantauan suhu yang
bertujuan untuk menjaga stabililitas dari obat. Selain itu, penyimpanan
obat diletakkan diatas pallet sehingga tidak bersentuhan langsung dengan
lantai ataupun berdekatan dengan dinding yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kerusakan obat akibat lantai yang dingin dan
dinding yang lembab. Untuk produk cold chain suhu dipantau dua kali
sehari pada pagi dan sore hari. Obat-obat tertentu diberi label LASA dan
High Alert, untuk obat- obat yang diberi label LASA diberi jarak antar
obat satu dengan lainnya. Obat-obat program kesehatan jiwa, ARV, dan
TB disimpan di lemari terpisah. Obat narkotika dan psikotropika
disimpan di lemari khusus dengan kunci ganda. Setiap penyimpanan
sediaan farmasi dan BMHP selalu dilengkapi dengan kartu stok. Setiap
terjadinya pemasukkan maupun pengeluaran sedian farmasi dan BMHP,
petugas wajib mencatat di dalam kartu stok tersebut.
e. Pendistribusian
Pendistribusian di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dilakukan oleh
penanggung jawab gudang farmasi dan dapat didistribusikan ke unit
farmasi Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, poli terkait, puskesmas
kelurahan/unit yang dibawahi Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, dan
kepada pasien. Pendistribusian ke poli-poli di puskesmas dilakukan
menggunakan buku permintaan dari tiap poli atau sistem ini disebut
(floor stock) cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan.
29

Pendistribusian ke puskesmas kelurahan/unit yang dibawahi


Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dilakukan menggunakan LPLPO dan
surat permintaan setiap satu bulan sekali dengan mengetahui Kepala
Puskesmas Kelurahan dan penanggung jawab unit terkait, kemudian
surat tersebut akan diterima oleh Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dan
bagian penanggung jawab gudang atau apoteker penanggung jawab akan
mengecek ketersediaan pesanan lalu petugas akan menyiapkan pesanan
sesuai surat permintaan tersebut. Dalam menyiapkan pesanan harus
dilakukan double check antara petugas yang mengambil barang di
gudang dengan petugas yang akan menyerahkan barang tersebut ke pihak
puskesmas kelurahan dengan cara mencocokkan Surat Permintaan
Barang, Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan fisik barang. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam menyiapkan pesanan
sehingga tidak mempengaruhi stok di gudang.
Setelah selesai dilakukan pengecekan maka Surat Bukti Barang
Keluar (SBBK) yang di dalamnya terdapat nomor surat, hari, tanggal,
bulan, dan tahun terjadinya serah terima barang dari unit yang
menyerahkan, dalam hal ini gudang farmasi, kepada unit yang menerima,
dalam hal ini puskesmas kelurahan. SBBK tersebut ditanda tangani oleh
pihak yang menyerahkan yaitu penanggung jawab gudang dan pihak
yang menerima di unit terkait dengan mengetahui Kepala Sub Bagian
Tata Usaha Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dan Pengurus Barang
Puskesmas Kecamatan Jagakarsa.
Pendistribusian ke unit farmasi Puskesmas Kecamatan Jagakarsa
prosesnya sama seperti pendistribusian ke puskesmas kelurahan/unit.
Pendistribusian kepada pasien dilakukan dengan individual prescribing
dan unit dose dispensing (UDD) khusus untuk pasien TB.
f. Pemusnahan dan Penarikan
Kegiatan pemusnahan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa terbagi
menjadi 2 yaitu pemusnahan resep dan pemusnahan sediaan farmasi dan
BMHP. Pemusnahan dilakukan oleh pihak ketiga yaitu PT. Wastec
30

Internasional setiap 5 tahun sekali menggunakan insenerator.


Pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas Kecamatan
Jagakarsa dilakukan terhadap sediaan farmasi dan BMHP yang telah
kadaluarsa atau yang mengalami kerusakan mutu.
Sediaan farmasi dan BMHP yang telah kadaluarsa dipisahkan dan
diletakkan di tempat karantina. Pemusnahan dilakukan dengan
mengumpulkan semua sediaan yang telah kadaluarsa dari seluruh
puskesmas kelurahan/unit yang terdapat di kecamatan jagakarsa. Setelah
semua terkumpul dilakukan perhitungan jumlah sediaan dan BMHP.
Setelah dilakukan perhitungan kemudian dibuat Berita Acara (BA),
selanjutnya mengajukan surat permohonan ke Suku Dinas Kesehatan
untuk menyaksikan pemusnahan, terutama pada sediaan farmasi yang
mengandung psikotropika dan narkotika. Obat dipisahkan dari kemasan
primer, kemudian obat dan kemasan primer maupun sekunder dirusak
dengan cara digunting. Setelah obat dirusak kemudian diserahkan ke
kesehatan lingkungan, lalu diserahkan ke PT. Biotec sebagai transporter
lalu dikirim ke PT. Wastec untuk dimusnahkan menggunakan
insenerator. Setiap tahap kegiatan pemusnahan dicatat dalam Berita
Acara.
Kegiatan penarikan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dilakukan
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk sediaan Farmasi dan
BMHP yang tidak dapat digunakan atau tidak memenuhi
standard/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin
edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala
BPOM. Penarikan juga dapat dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut oleh Menteri. Jika melakukan penarikan perbekalan
farmasi Voluntary recall dan Mandatory recall maka akan ditarik dari
seluruh poli di puskesmas Kecamatan Jagakarsa dan 9 Puskesmas
kelurahan/unit dibawahnya.
31

g. Pengendalian
Kegiatan pengendalian di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dilakukan
melalui pengendalian persediaan, pengendalian penggunaan, dan
penanganan obat hilang, rusak dan kadaluarsa. Pengendalian persediaan
dilakukan dengan menentukan jumlah stok yang diserahkan pada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekosongan/kekurangan obat dan
menentukan jumlah stok obat yang disediakan untuk mencegah
terjadinya hal tidak terduga (keterlambatan pengadaan/pengiriman).
Pengendalian kegunaan dilakukan dengan menghitung rata-rata
jumlah resep, memeriksa kesesuaian peresepan dengan formularium
Puskesmas dan memeriksa persentase peresepan obat yang rasional
terhadap pemakaian antibiotik pada diagnosa penyakit ISPA dan diare
serta pemakaian injeksi vitamin pada diagnosa penyakit myalgia.
Penanganan obat hilang, rusak dan kadaluarsa dilakukan dengan
memeriksa jenis, kesesuaian jumlah dengan pencatatan kartu stok,
kondisi, dan tanggal kadaluarsa obat, mencatat jika ada ketidaksesuaian
jenis, jumlah atau kejadian obat, dan mencatat jumlah obat yang rusak
atau kadaluarsa.
h. Administrasi
Kegiatan administrasi di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa meliputi
kegiatan pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan
dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP, baik yang diterima,
disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit
pelayanan lainnya. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan kartu
stok, LPLPO, dan dokumentasi lainnya melalui Laporan POR. Untuk
pencatatan kesesuaian obat dengan Fomularium Puskesmas dilakukan
setiap hari dan direkap perbulan persentasi kesesuaiannya.
Kegiatan pelaporan obat untuk golongan narkotika dan psikotropika
dilakukan secara online melalui SIPNAP yang dapat diakses melalui
www.sipnap.kemkes.go.id, untuk obat Anti Retro Viral (ARV) pelaporan
dilakukan melalui SIHA yang dapat diakses melalui
32

www.siha.kemkes.go.id, untuk vaksin pelaporan dilakukan melalui


SMILE yang dapat diakses melalui www.imunisasi-
logistik.kemkes.go.id, dan untuk Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
pelaporan dilakukan melalui SITB yang dapat diakses melalui
www.sitb.id.
i. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di
Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dilakukan secara periodik. Setiap
kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan sesuai SOP yang ditetapkan oleh kepala puskesmas. Adapun
tujuan dilakukannya pemantauan dan evaluasi adalah sebagai berikut :
1) Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga
dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan.
2) Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai.
3) Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan
2. PELAYANAN FARMASI KLINIK
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa
dilakukan pada semua resep yang berasal dari puskesmas. Obat di
Puskesmas tidak dapat dibeli dan hanya dapat ditebus gratis jika ada resep
dari dokter Puskesmas. Untuk mendapatkan resep obat, pasien harus
mengambil nomor urut antrian loket untuk berkonsultasi dengan dokter di
poli tertentu. Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, farmasetik dan klinis.
Alur pelayanan resep yaitu mulai dari pasien datang membawa kertas
loket, kemudian pasien mengambil nomor antrian loket di bagian farmasi
dan pasien menuliskan nomor antrian yang diambil ke kertas loket.
Setelah itu petugas akan mengambil resep pasien di kotak penerimaan
resep, setelah itu pasien menunggu untuk dipanggil. Nantinya resep akan
33

muncul otomatis dan ter-print oleh sistem, kemudian Apoteker atau


Asisten Apoteker akan mencocokkan kertas loket dengan resep yang
sudah di print dan terakses melalui SIKDA. Resep yang masuk
diverifikasi sesuai persyaratan administratif, farmasetik dan klinis lalu
dikerjakan sesuai nomor urutan yang tersedia. Apabila ada
ketidaksesuaian resep pada persyaratan tersebut, maka Apoteker atau
Asisten Apoteker akan melakukan klarifikasi dengan cara menghubungi
langsung dokter yang meresepkan dan jika terjadi ketidaksesuaian
persyaratan administrasi dapat melakukan klarifikasi langsung kepada
pasien atau keluarga pasien.
Resep ada 2 (dua) jenis yaitu racikan dan nonracikan. Jika resep
racikan, maka Apoteker akan melihat dan memvalidasi dosis dan obat
yang diberikan dengan berat badan dan umur pasien. Jika semua sudah
cocok maka dilakukan dispensing resep atau penyiapan obat serta
penulisan etiket, penulisan etiket ditulis lengkap berisi nama pasien,
tanggal, aturan penggunaan obat, indikasi obat, serta informasi khusus
masing-masing obat (seperti efek kencing merah, atau tanggal
kedaluwarsa). Setelah selesai, maka akan dicek lagi kesesuaian oleh orang
yang berbeda, kemudian apoteker akan mencocokkan dengan nomor yang
diambil pasien serta memastikan nama, tanggal lahir, dan identitas pasien.
Apoteker akan meminta nomor telepon pasien yang dapat dihubungi,
guna dapat menghubungi pasien jika terdapat kesalahan peresepan.
Kemudian penyerahan obat dan pemberian informasi mengenai obat
selengkap-lengkapnya oleh Apoteker dan pasien akan diminta untuk paraf
tanda tangan sebagai tanda persetujuan pasien dan tanda terima obat
sesuai dengan resep masing-masing. Apabila obat tidak ada maka
Apoteker akan membuat copy resep untuk ditebus di luar oleh pasien.
Pengkajian dan Pelayanan yang ada di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa
telah memenuhi standar pelayanan kefarmasian sesuai dengan aturan
PMK. No.74 tahun 2016.
34

b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan informasi obat yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan
Jagakarsa dilakukan oleh apoteker atau dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini
kepada dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien yang ada di
lingkungan Puskesmas.
PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat dapat bersifat
aktif atau pasif melalui kegiatan :
1) PIO langsung kepada pasien di apotek, informasi yang di berikan
berupa cara : aturan pakai obat, indikasi obat, jumlah obat yang di
terima pasien dan cara pengunaan obat waktu khusus contohnya
ketika puasa.
2) Apoteker secara mandiri atau bersama tenaga kesehatan lain
melakukan penyuluhan baik di Poli Puskesmas maupun di luar
Puskesmas. Penyuluhan di lakukan dengan presentasi yang dilakukan
oleh apoteker di depan ruang tunggu poli, dalam hal ini audiens dapat
langsung bertanya kepada apoteker terkait materi yang
dipresentasikan.
3) Menyediakan informasi kepada pekerja kefarmasian di Puskesmas
Kecamatan Jagakarsa terkait perbekalan kefarmasian berupa
identifikasi obat, pengunaan obat, efek samping obat, penyimpanan
dan stabilitas, interaksi obat dan efek terapeutik menjawab pertanyaan
dari pasien tentang informasi obat secara tatap muka maupun telepon,
dan menjawab pertanyaan tentang informasi obat dari tenaga
kesehatan lain (dokter) baik melalui telepon maupun tatap muka.
4) Pembuatan leaflet/brosur yang diletakan di Apotek maupun ruang
tunggu sebagai sumber informasi.
c. Konseling
Konseling di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dilakukan langsung oleh
apoteker penanggung jawab pada pasien dengan penggunaan obat dalam
jangka waktu yang lama seperti pasien baru TB, TB Multi Drug Resistant
35

baru, pasien HIV baru, dan pasien lansia dengan penyakit kronis seperti
diabetes, hipertensi, dan lainnya serta atas persetujuan dari pasien
tersebut. Tahapan konseling Puskesmas Kecamatan Jagakarsa meliputi :
1) Perkenalan apoteker
2) Apa saja hal yang disampaikan tentang obat oleh dokter sebelumnya
3) Cara pakai obat
4) Kegunaan obat
5) Lama penggunaan obat
6) Efek samping obat
7) Harapan setelah menggunakan obat
8) Memotivasi pasien agar semangat menggunakan obat
Adapun harapan dilakukan konseling adalah memberikan pemahaman
yang benar mengenai obat kepada pasien terkait tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan dan lama penggunaan obat, efek samping obat, cara
penggunaan serta penyimpanan obat yang baik dan benar.
d. Visite/Ronde
Kegiatan visite/ronde di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa tidak dilakukan
secara rutin karena kegiatan visite/ronde pasien di Puskesmas Kecamatan
Jagakarsa hanya kepada pasien rawat inap, sedangkan pasien rawat inap
di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa hanya ada pasien bersalin tanpa
resiko sehingga visite/ronde pasien hanya dilakukan sebatas pada
pemberian vitamin.
e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Kegiatan MESO di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa yang dilakukan oleh
apoteker penanggung jawab dilakukan sesuai dengan PMK Nomor 74
tahun 2016. Kegiatan MESO dilakukan melalui pencatatan pada lembar
kuning, yang selanjutnya dilaporkan ke web MESO Nasional.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Kegiatan pemantauan terapi obat (PTO) di Puskesmas Kecamatan
Jagakarsa yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan
36

memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping obat. Adapun


tujuan dari PTO yaitu :
1) Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.
2) Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan
Obat.
Saat ini Puskesmas Kecamatan Jagakarsa melakukan pemantauan
pasien dalam kondisi yang terbatas, penekanan pemantauan atau prioritas
pasien dilakukan untuk memantau terapi obat dari pasien HIV, TBC, dan
TBC MDR. PTO dilakukan dengan menjadwalkan pengambilan obat dan
melakukan pencatatan pengambilan obat :
1) Pasien HIV : pasien harus mengambil obat setiap 30 hari sekali atau
15 hari sekali.
2) Pasien TBC : pasien harus mengambil obat setiap 30 hari sekali.
3) Pasien TBC MDR : pasien harus mengambil obat setiap hari.
g. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Kegiatan evaluasi penggunaan obat (EPO) di Puskesmas Kecamatan
Jagakarsa dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara
terstruktur dan berkesinambungan agar menjamin obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). Adapun tujuan
dari EPO yaitu :
1) Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
2) Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.
Saat ini Puskesmas Kecamatan Jagakarsa melaksanakan EPO dengan
membuat laporan POR (Penggunan Obat Rasional) yang berisi laporan
mengenai :
1) Penggunaan Antibiotik pada ISPA Non-Pneumonia.
2) Penggunaan Antibiotik pada Diare Non-Spesifik.
3) Penggunaan Injeksi pada Myalgia Sampel di ambil dari setiap poli 1
sampel per hari.
37
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah
dilakukan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa pada periode 06 Juni – 30 Juni
2022 dapat disimpulkan bahwa:
1. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk melaksanakan upaya kesehatan, berperan penting
dalam upaya preventif dan promotif guna meningkatkan taraf hidup kesehatan
bagi masyarakat. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
dilaksanakan pada unit pelayanan berupa ruang farmasi yang dipimpin oleh
seorang Apoteker sebagai penanggung jawab.
2. Pelayanan kefarmasian di puskesmas terdiri dari pengelolaan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai (BMHP) dan pelayanan farmasi klinis.
Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) meliputi
kegiatan perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, administrasi, serta
pemantauan dan evaluasi. Pelayanan farmasi klinis meliputi pengkajian dan
pelayanan resep, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite pasien
(khusus puskesmas rawat inap), monitoring efek samping obat (MESO),
pemantauan terapi obat (PTO), dan evaluasi penggunaan obat (EPO).
3. Apoteker di puskesmas memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) dan
pelayanan farmasi klinis.

B. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan praktik kerja di
Puskesmas Kecamatan Jagakarsa adalah:

38
39

1. Penambahan jumlah SDM khususnya Apoteker untuk pengelolaan baik obat


maupun alat kesehatan dan BMHP serta dalam menjalani kegiatan pelayanan
klinis di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa.
2. Sebaiknya disediakan konseling secara telefarmasi seperti melalui Whatsapp
agar memudahkan pasien dan petugas farmasi dalam menjalankan kegiatan
konseling.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Nomor
51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
4. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. 2019. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Nomor 159 Tahun 2019 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan.
Jakarta : Gubernur Provinsi DKI Jakarta.
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
6. Dinata A. Pendampingan Penyusunan DRD Pembangunan Puskesmas
Kecamatan Dempo Utara Kota Pagar Alam. Ngabdimas. 2018;1(1):1-5.
7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

40
LAMPIRAN

Lampiran 1. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

41
42

Lampiran 2. Faktur
43

Lampiran 3. Laporan Penerimaan Vaksin dan Berita Acara Serah Terima


(BAST)
44

Lampiran 4. Kartu Stock


45

Lampiran 5. Gudang Puskesmas Kecanatan Jagakarsa


46

Lampiran 6. Penyimpanan Sediaan Farmasi Puskesmas Kecamatan


Jagakarsa
1. Rak Obat

2. Lemari Narkotika dan Psikotropika


47

3. Lemari Obat ARV


48

Lampiran 7. Cold Chain Penyimpanan Vaksin


49

Lampiran 8. Lemari Pendingin


50

Lampiran 9. Resep Racikan


51

Lampiran 10. Ruang Konseling Apoteker


52

Lampiran 11. Form Konseling Pasien


53
54
55
56
57
58
59
60
61
62

Lampiran 12. Ruang Peyimpanan Vaksin


63

Lampiran 13. Resep


64

Lampiran 14. Tugas Khusus

METODE PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa pada 13-29 Juni
2022.

B. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
pengumpulan data secara retrospektif yang diperoleh dari data resep
pemakaian obat golongan antibiotik di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa
Tahun 2021.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi pada penelitian ini yaitu semua resep yang masuk di unit
farmasi Puskesmas Kecamatan Jagakarsa tahun 2021.
b. Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu resep pemakaian
obat golongan antibiotik di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa tahun
2021 yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1). Antibiotik terdaftar dalam Formularium Nasional
2). Bentuk sediaan oral dan injeksi
3). Antibiotik yang memiliki kode ATC
3. Prosedur Penelitian
a. Pengumpulan Data Peneitian
1). Pengumpulan data pemakaian obat golongan antibiotik di Unit
Farmasi Puskesmas Kecamatan Jagakarsa periode 2021 dari
LPLPO (Laporan pemakaian dan Lembar Permintaan Obat).
65

2). Pemilihan data pemakaian obat golongan antibiotik sesuai kriteria


yang telah ditetapkan.
b. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari pemakaian obat golongan antibiotik di
Unit Farmasi Puskesmas Kecamatan Jagakarsa periode 2021 kemudian
diolah menggunakan Ms. Excel.
c. Analisis Data
Data pemakaian antibiotik yang diperoleh akan dianalisis secara
kuantitatif menggunakan metode Anatomical Therapeutic
Chemical/Defined daily dose dan Drug Utilization 90% (DU 90%).
Antibiotik diklasifikasikan berdasarkan kode ATC yang terdapat pada
panduan WHO terkait klasifikasi ATC. Kuantitas penggunaan
antibiotik dinyatakan dalam DDD/1000 penduduk yang didapat dari
hasil perhitungan sebagai berikut:
1). DDD Value = (Kekuatan (g/mg) × Jumlah Obat)/DDD.
2). DDD Tertimbang = DDD Value/Jumlah Kunjungan setahun atau
populasi penduduk x 1000.
3). Mengambil data kependudukan Kecamatan Jagakarsa dengan
menggunakan satuan DDD/1000 penduduk Per-obat

4). Total DDD/1000 penduduk semua obat pertahun.


5). Expenditure = Harga x Jumlah Obat
6). Analisis DU 90% untuk melihat profil perubahan penggunaan
antibiotik pertahun. DU 90% diperoleh dari data persentase
penggunaan masing-masing antibiotic
7). Value/DDD = Expenditure/DDD
Data persentase antibiotik tersebut diurutkan dari persentase
terbesar ke persentase terkecil penggunaan antibiotik pada masing-
masing periode tahun. Persentase penggunaan antibiotik dihitung
secara kumulatif untuk menentukan akumulasi penggunaan antibiotik
66

sampai 90%. Antibiotik yang termasuk dalam rentang akumulasi 90%


merupakan antibiotik yang termasuk dalam segmen DU 90%.
67

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DATA PEMAKAIAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS KECAMATAN


JAGAKARSA

Data pemakaian obat antibiotik Puskesmas Kecamatan Jagakarsa tahun


2021 ditampilkan pada Tabel IV. 1.
Tabel IV. 1 Daftar pemakaian antibiotik di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa
tahun 2021.
No Nama Obat Satuan Total Pemakaian
1. Amoksilin 250 mg Kapsul 13.261
2. Amoksilin Sirup Kering 125 mg/5 ml Botol 5.466
3. Kapsul 188.371
Amoksilin 500 mg

4. Azitromisin 500 mg Tablet 6.471

5. Clindamicin 300 mg Tablet 9.729


6. Doxycyclin 100 mg Kapsul 1.238
7. Erythromycin 200 mg/5 ml Botol 300

8. Erythromycin 500 mg Kapsul 2.510


9. Etambutol 500 MG Tablet 1.334
10. Isoniazid 300 mg Taablet 640
11. Kloramfenikol Suspensi 125mg/5ml Botol 196
12. Kotrimoksazol Dewasa Tablet 24.147
13. Kotrimoksazol Suspensi Botol 226
14. Pirazinamid 500 mg Tablet 998
15. Rifampicin 450 mg Kapsul 5.769
16. Siprofloksasin 500 mg Tablet 17.705
17. Thiamphenicol 500 mg Kapsul 6.070
68

Pada Tabel IV. 1 menunjukkan daftar antibiotik yang digunakan di


Puskesmas Kecamatan Jagakarsa selama satu tahun. Hal ini dilakukan untuk
memisahkan obat golongan antibiotika dari daftar realisasi, karena daftar
realisasi meliputi seluruh obat yang digunakan.

B. ATC DAN DDD OBAT

Pengolahan tahap kedua yaitu membuat variabel ATC dan DDD setiap
obat berdasarkan zat aktifnya, ATC dan DDD setiap obat diperoleh dari
website ATC/DDD WHO pada www.whocc.no/atc_ddd_indexhpx/. Pada
tahap ini hanya ada 15 obat antibiotik yang masuk untuk pengolahan
selanjutnya. Tahap ini menghasilkan DDD value, DDD tertimbang dan
expenditure yang ditunjukkan pada Tabel IV. 2.
Tabel IV. 2 Daftar Obat serta ATC, DDD, DDD Value, DDD Tertimbang dan
Expenditure

C. PERSENTASE DDD TERTIMBANG OBAT

Tahap selanjutnya dilakukan pivot ke tabel baru dari data sebelumnya dan
disortir berdasarkan nama generik obat. DDD tertimbang kemudian diubah
dalam bentuk persen dari keseluruhan DDD tertimbang, dan diurutkan dari
persentase terbesar. Tahap ini menghasilkan data yang menunjukkan obat
yang paling banyak digunakan berdasarkan DDD secara berurutan yang
dikelompokkan berdasarkan nama generik obat. Hasil analisis ditunjukkan
pada Tabel IV. 3.
69

Tabel IV. 3 Persentase DDD Tertimbang Berdasarkan Nama Generik Obat


Row Labels Sum of DDD Tertimbang
Amoxicillin 62.28%
Isoniazid 18.51%
Ciprofloxacin 7.82%
Rifampicin 3.82%
Clindamycin 2.15%
Thiamphenicole 1.79%
Eritromycin 1.75%
Doxycycline 1.09%
Ethambutol 0.49%
Pyrazinamide 0.29%
Grand Total 100.00%

Dari tabel ini juga dapat terlihat profil DU 90%, atau obat-obatan yang
penggunaanya mencakup 90% penggunaan total. Dalam hal ini, penggunaan
total adalah penggunaan total obat golongan antibiotika. Berdasarkan Tabel
IV. 3, obat yang termasuk DU 90% adalah Amoxicillin, Isoniazid,
Ciprofloxacin, dan Rifampicin.

D. PERSENTASE EXPENDITURE OBAT

Pada tahap ini dilakukan pembuatan tabel persentase expenditure dari data
expenditure yang didapatkan dari Tabel IV. 2. Seperti pada langkah
sebelumnya, persentase expenditure disortir berdasarkan nama generik obat
dan diurutkan berdasarkan besar persentase. Tahap ini menghasilkan
persentase expenditure berdasarkan nama generik obat dan diurutkan
berdasarkan besar persentasenya. Tahap ini menunjukkan urutan besar
pengeluaran untuk setiap golongan obat. Hasil analisis ditunjukkan pada
Tabel IV. 4.
70

Tabel IV. 4 Persentase Expenditure Berdasarkan Nama Gnerik Obat


Sum of
Row Labels Expenditure
Amoxicillin 52.66%
Rifampisine 11.54%
Siprofloksasine 10.67%
Clindamycin 10.66%
Thiamphenicole 5.37%
Eritromycin 3.78%
Isoniazid 2.98%
Chloramphenicol 1.25%
Ethambutol 0.73%
Pyrazinamide 0.36%
Grand Total 100.00%

E. VALUE/DDD OBAT

Pada tahap ini dibuat tabel value/DDD berdasarkan nama generik obat.
Tahap ini menghasilkan data expenditure atau pengeluaran yang dibutuhkan
untuk DDD setiap obat berdasarkan nama generiknya. Hasil analisis
ditunjukkan pada Tabel IV. 5.
71

Tabel IV. 5 Value/DDD Berdasarkan Nama Generik Obat


Sum of
Sum of DDD
Row Labels Expenditure Value Cost/DDD

Amoxicillin 57,655,237.66 70,466.50 818.19

Chloramphenicol 1,363,293.80 169.25 8,054.91

Clindamycin 11,665,071.00 2,432.25 4,796.00

Doxycycline 297,120.00 1,238.00 240.00

Eritromycin 4,142,290.87 1,975.00 2,097.36

Ethambutol 799,733.00 555.83 1,438.80

Isoniazid 3,264,376.00 20,948.33 155.83

Pyrazinamide 398,501.40 332.67 1,197.90

Rifampisine 12,628,341.00 4,326.75 2,918.67

Siprofloksasine 11,685,300.00 8,852.50 1,320.00

Thiamphenicole 5,875,760.00 2,023.33 2,904.00

Grand Total 109,775,024.74 113,320.42


72

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Obat antibiotik yang mencakup 90% penggunaan dari seluruh obat antibiotik
di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa adalah Amoxicillin, Isoniazid,
Ciprofloxacin, dan Rifampicin dengan pemakaian terbanyak yaitu
Amoxicillin dengan persentase 62,28%.
2. Expenditure atau pengeluaran terbesar untuk obat golongan antibiotik yaitu
Amoxicillin dnegan persentase sebesar 52,66%.
3. Pengeluaran terbesar per DDD atau Cost/DDD terbesar yaitu
Chloramphenicol dengan Cost/DDD sebesar Rp. 8,054/DDD.
B. SARAN

1. Puskesmas Kecamatan Jagakarsa perlu melakukan evaluasi penggunaan obat


lain, selain obat golongan antibiotik.
2. Penelitian selanjutnya dapat melakukan evaluasi penggunaan obat dengan
periode waktu yang lebih dari satu tahun agar mendapatkan data yang lebih
banyak sebagai pembanding.

Anda mungkin juga menyukai