Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PUSKESMAS BIHBUL BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Praktik Kerja Profesi Apoteker


pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani

DEDE SISKA, S. Farm.


3351211007

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah


SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan
akhir yang berjudul “Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Puskesmas Bihbul Bandung” pada periode bulan Maret 2022.
Tujuan dari penulisan laporan akhir ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
melaksanakan sidang Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal
Achmad Yani. Serta bekal bagi calon Apoteker agar nantinya dapat bekerja dengan
baik dan kompeten dalam dunia kerja.
Dalam penyusunan dan keberhasilan Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Puskesmas Bihbul Bandung Jl. Kopo Bihbul Raya No. 47 Bandung tidak
lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapan terimakasih yang sebesar - besarnya
kepada :
1. Dinas Kesehatan Kab/Kota, Puskesmas Bihbul atas kesempatannya bagi
penulis untuk belajar tentang pekerjaan kefarmasian di puskesmas.
2. Ibu Dr. Dewi Ratih Handayani, M. Kes. selaku Dekan Fakultas Farmasi,
Universitas Jenderal Achmad Yani.
3. Ibu Dr. apt. Sri Wahyuni, M.Si. selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani.
4. Ibu apt. Yenni Karlina, M.Si. selaku koordinator Praktik Kerja Profesi
Apoteker Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas
Jenderal Achmad Yani.
5. Ibu apt. Indah Trie Chairani, S.Farm. selaku Pembimbing Praktik Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Bihbul Bandung Jl. Kopo Bihbul
Raya No. 47 Bandung.
6. Ibu Prof. Dr.Afifah B. Sutjiatmo, MS., Apt. selaku pembimbing Praktik
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Universitas Jenderal Achmad Yani.
7. TTK dan seluruh karyawan Puskesmas Bihbul Bandung Jl. Kopo Bihbul
Raya No. 47 Bandung, yang telah berbagi ilmu pengalaman dan bantuan
selama Praktik Kerja Profesi Apoteker.
8. Seluruh Staf pengajar dan karyawan Program Studi Profesi Apoteker,
Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
9. Kedua orang tua dan keluarga yang senantiasa memberi do’a, dan motivasi
baik secara materil maupun moril.
10. Rekan - rekan Mahasiswa Angkatan XXX-II Program Studi Profesi
Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani yang selalu
memberikan semangat, bantuan dan dukungan.

i
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat pahala dan dibalas
dengan kebaikan yang lebih besar dari Allah SWT. Dengan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa mendatang yang lebih baik.

Cimahi, Maret 2022


Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker ................................................ 2
1.3 Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker ........................................ 2
BAB II TINJAUAN KHUSUS .............................................................................. 3
2.1 Sejarah Puskesmas ............................................................................... 3
2.2 Puskesmas Bihbul ............................................................................. 4
2.3 Visi dan Misi Puskesmas Bihbul ......................................................... 5
2.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP .............................. 6
2.5 Pelayanan Kefarmasian ..................................................................... 15
2.6 Pelaporan, pembinaan, dan pengawasan .......................................... 17
BAB III TUGAS KHUSUS ................................................................................ 18
3.1 Menyusun Formularium Puskesmas Bihbul..................................... 18
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 29
4.1 Kesimpulan....................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30
LAMPIRAN ......................................................................................................... 31

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
III.1 Formularium Puskesmas Bihbul .............................................................. 18

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
II.1 High Alert .................................................................................................. 13
II.2 LASA ......................................................................................................... 13

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Struktur Puskesmas Bihbul .......................................................................31
2. Etiket Puskesmas Bihbul ...........................................................................32
3. Lemari Obat Narkotika dan Psikotropika...................................................39
4. Lemari Pendingin Puskesmas Bihbul .........................................................40
5. Salinan Resep Puskesmas Bhibul ...............................................................41
6. Obat Covid Puskesmas Bihbul ..................................................................42
7. Dokumentasi Konseling Puskesmas Bihbul ...............................................43
8. Distribusi Rutin Obat dan Perbekalan Kesehatan Puskesmas Bihbul ........44
9. Kartu Stok Puskesmas Bihbul ....................................................................45
10. Gudang Obat Puskesmas Bihbul ................................................................46
11. Ruang Vaksin Puskesmas Bihbul ...............................................................47
12. Ruang Obat Puskesmas Bihbul ..................................................................48
13. Tampilan Dalam Puskesmas Bihbul ..........................................................49
14. Berita Acara Stok Opname dan BMHP Kadaluarsa/ Rusak .....................50
15. LPLPO Puskesmas Bihbul ........................................................................51
16. Pembuatan Obat Resep Racikan ................................................................52
17. Obat Racikan ..............................................................................................53
18. Resep BPJS, Resep Bayar, Resep KTP ......................................................54
19. Pelayanan Informasi Obat ..........................................................................55

vi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan harus dilakukan secara berjenjang sesuai dengan


kebutuhan medis pasien. Fasilitas tingkat pertama (FKTP) pelayanan
kefarmasian adalah puskesmas.

Puskesmas merupakan salah satu unit dari pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kab/Kota yang memiliki tanggung jawab dalam menyelenggarakan suatu
pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan. Puskesmas juga merupakan
bagian dari suatu organisasi pelayanan kesehatan dalam hal jasa pelayanan
publik. Pelayanan di puskesmas diantaranya adalah pelayanan obat (Dirjen
POM, 1995).

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kab/kota yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Upaya kesehatan yang dilakukan Puskesmas yaitu dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan (Kemenkes RI, 2016).

Dalam peraturan Menteri Kesehatan nomor 74 tahun 2016 Tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di puskesmas, pelayanan kefarmasian terbagi dalam
dua kegiatan yaitu pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
(BMHP) serta pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi dan
BMHP serta pelayanan farmasi klinik di puskesmas merupakan satu rangkaian
kegiatan yang saling terikat satu dengan yang lain. Apoteker sebagai
penanggung jawab pelayanan kefarmasian di puskesmas diharapkan dapat
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Program Studi Profesi
Apoteker Universitas Jenderal Achmad Yani berkerja sama dengan Puskesmas
Bihbul Bandung dalam melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA).

Dengan adanya kegiatan PKPA, diharapkan mahasiswa mendapatkan


pengalaman dan pengetahuan mengenai peran fungsi apoteker dalam
pelayanan kefarmasian di puskesmas, mampu menjalin komunikasi dan
kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan lain.

1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker

Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker di puskesmas bagi


mahasiswa tingkat profesi apoteker adalah :
1) Meningkatkan pemahaman calon Apoteker dan terampil dalam
melaksanakan peran dan tanggung jawab seorang apoteker di puskesmas
dalam pelayanan kefarmasian baik secara praktik maupun dengan
pengetahuan yang didapatkan secara teori, dan dalam aspek manajerial yang
mencakup pengelolaan sediaan farmasi (perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan
BMHP), pelayanan farmasi klinik (pengkajian dan pelayanan resep,
pelayanan infoemasi obat (PIO), konseling, visite, pemantauan terapi obat
(PTO), evaluasi penggunaan obat (EPO), pelayanan kefarmasian di rumah
(home pharmacy care)), dan sumber anggaran puskesmas.
2) Mempersiapkan calon Apoteker dalam memasuki dunia kerja sehingga
sesuai standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
3) Memberi gambaran nyata mengenai permasalahan pekerjaan kefarmasiaan
di Puskesmas

1.3 Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker

Program Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan pada tanggal 1 – 31


Maret 2022 secara online dari Dinas Kesehatan Kab/Kota dan offline di
Puskesmas Bihbul Jl. kopo Bihbul Raya No. 47, sayati, Kec. Margahayu, Kab.
Bandung, Jawa Barat.

2
BAB II

TINJAUAN KHUSUS

2.1 Sejarah Puskesmas


Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak
pemerintahan Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti
masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan 1937
terjadi wabah kolera eltor di Indonesia. Kemudian pada tahun 1948 cacar masuk
ke Indonesia melalui Singapura dan efek yang ditimbulkan sangat
mengkhawatirkan. Berawal dari wabah kolera tersebut,pemerintah Belanda
melakukan upaya - upaya kesehatan masyarakat. Kemudian September 1959,
wabah malaria masuk ke Malang. Dengan tekad yang kuat, malaria ditargetkan
terberantas pada tahun 1970.

Puskesmas telah menjadi tonggak periode perjalanan sejarah Dinas Kesehatan


Kabupaten di Indonesia. Konsep Puskesmas diterapkan di Indonesia pada tahun
1969. Pada awal berdirinya, sedikit sekali perhatian yang dicurahkan
Pemerintah di Kabupaten pada pembangunan di bidang Kesehatan. Sebelum
konsep Puskesmas diterapkan, dalam rangka memberikan pelayanan terhadap
masyarakat maka dibangunlah Balai Pengobatan (BP), Balai Kesejahteraan Ibu
dan Anak (BKIA), yang tersebar di kecamatan- kecamatan. Unit berdiri sendiri-
sendiri tidak saling berhubungan dan kegiatan dilaporkan kepada Kepala Dinas
Kesehatan.

Sejalan dengan diterapkannya konsep Puskesmas di Indonesia tahun 1969,


maka mulailah dibangun Puskesmas di beberapa wilayah. Pelayanan kesehatan
yang diberikan Puskesmas tersebut adalah pelayanan kesehatan menyeluruh
(komprehensif) yang meliputi pelayanan: pengobatan (kuratif), upaya
pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif). Sejak tahun 1979 mulai dirintis pembangunan
puskesmas di daerah-daerah tingkat kelurahan atau desa yang memiliki jumlah
penduduk sekitar 30.000 jiwa.

Sesuai dengan pergeseran paradigma di bidang kesehatan dan sejalan dengan


penerapan desentralisasi sekaligus untuk menghadapi berbagai tantangan
terkait era globalisasi dan informasi yang menuntut transparansi dan
akuntabilitas. Puskesmas Ideal dibangun sebagai “salah satu terobosan” di
bidang pengembangan fungsi dan institusi Puskesmas yang mempunyai tujuan
akhir pada keterjangkauan pelayanan di seluruh lapisan masyarakat. Kualitas
pelayanan diharapkan bermutu, berorientasi kepada kepuasan pasien.

Seiring berkembangnya teknologi tercipta Sistem Informasi Puskesmas


(SIMPUS) merupakan software yang ditujukan untuk mengelola aktivitas
keseharian Puskesmas. Simpus mengintegrasi semua data mulai pendaftaran
pasien, manajemen diagnosa, manajemen obat, manajemen pasien, sampai
dengan rekap pelaporan data untuk pelaporan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota.

3
2.2 Puskesmas Bihbul Bandung
Puskesmas Bihbul adalah salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian yang
berada dibawah kelola Dinas Kesehatan Kab/Kota. Puskesmas sendiri
beralamat di jalan Kopo Bihbul Raya No. 47 Bandung.
Puskesmas Bihbul dipimpin oleh kepala puskesmas yang bertanggung jawab
langsung kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota. Sumber daya manusia di farmasi
puskesmas bihbul terdiri atas 1 (satu) orang Apoteker Pengelola, dan 1 (satu)
orang tenaga teknis kefarmasian (TTK).
Waktu operasional puskesmas bihbul yaitu hari senin – sabtu pada pukul 07.30
– 14.00 WIB.
Apoteker yang bertugas di puskesmas Bihbul yaitu:
Apt. Indah Trie Chairani, S. Farm.

TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi) Apoteker dan TTK di Puskesmas


Bihbul:
Tugas Apoteker di Puskesmas
1) Mengkoordinir penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di puskesmas
wilayah kecamatan
2) Melakukan perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
3) Melakukan permintaan dan penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat
4) Melakukan pengadaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
5) Mengkoordinir operasionalisasi penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai di puskesmas
6) Melakukan rencana pelaksanaan pendistribusian Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai di puskesmas
7) Melakukan pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
8) Membuat pencatatan, pelaporan dan permintaan penggunaan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai
9) Melakukan pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai
10) Melakukan pelayanan Farmasi Klinik, meliputi :
a. Pengkajian resep
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO) minimal 50 orang / hari
c. Konseling
d. Visite Pasien (khusus puskesmas rawat inap)
e. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
g. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
11) Melakukan pembinaan puskesmas sub unit dan jaringannya di wilayah kerja
12) Melakukan pembinaan sarana farmasi (Apotek, PEO, dan klinik) di wilayah
kerja.

4
Tugas TTK/ Pengelola Obat di Puskesmas
1) Membantu Apoteker untuk melaksanakan perencanaan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan
2) Mempersiapkan obat, bahan, obat yang diperlukan untuk pelayanan
kefarmasian
3) Melaksanakan penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
didampingi oleh Apoteker
4) Memberikan pelayanan obat (meracik dan mengemas obat) sesuai dengan
resep
5) Melaksanakan pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai ke sub
unit di puskesmas dan jaringannya yang didampingi oleh Apoteker
6) Melakukan pencatata dan pengarsipan penggunaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai
7) Membantu Apoteker dalam melaksanakan kegiatan pelayanan farmasi
klinik
8) Melakukan pelaporan pelayanan kefarmasian ke coordinator pelayanan
kefarmasian.

Motto puskesmas Bihbul : Bersama menuju sehat


Tata Nilai Puskesmas Bihbul:
P : Profesional
A : Amanah
S : Responsif
A : Andalan
R : Santun
AYU : Bagi masyarakat margahayu

Makna Logo Puskesmas Bihbul:


1. Bergandengan tangan: bekerja sama dengan lintas program dan lintas
sector, kemitraan dengan jejaring serta bersama dengan masyarakat untuk
mewujudkan masyarakat sehat dan mandiri
2. Upaya terwujudnya kesehatan masyarakat yang sehat dan mandiri

2.3 Visi Misi Puskesmas Bihbul


Visi : Terwujudnya masyarakat yang sehat dan mandiri di wilayah kerja
puskesmas Bihbul kecamatan margahyu tahun 2023
Misi :
1. Memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar pelayanan
2. Menjadikan puskesmas sebagai pusat informasi dan konsultasi kesehatan
3. Memberdayakan masyarakat melalui usaha kesehatan berbasis masyarakat
4. Menggalang kemitraan dengan jejaring puskesmas

5
2.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP
2.4.1 Perencanaan
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
(BMHP) di puskesmas setiap periode, dilaksanakan oleh apoteker atau
tenaga teknis kefarmasian (TTK). Perencanaan obat yang baik dapat
mencegah kekosongan atau kelebihan stok obat dan menjaga
ketersediaan obat di puskesmas.

Tahapan perencanaan kebutuhan obat dan BMHP meliputi:


1. Pemilihan: menetapkan jenis sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai sesuai kebutuhan. Proses pemilihan obat di puskesmas
dilakukan dalam rangka perencanaan permintaan obat ke dinas
kesehatan kab/kota dan pembuatan formularium puskesmas.
Pemilihan obat di puskesmas harus mengacu pada Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional (FORNAS).

Kriteria obat yang masuk dalam Formularium Puskesmas:


a. Obat yang tercantum dalam DOEN dan FORNAS untuk
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
b. Berdasarkan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi.
c. Mengutamakan penggunaan obat generik.
d. Memiliki rasio manfaat-risiko ( benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita.
e. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh
pasien.
f. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.
g. Obat yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines).

Tahapan penyusunan formularium puskesmas :


a) Meminta usulan obat dari penanggungjawab pelayanan dan
penanggungjawab program
b) Membuat rekapitulasi usulan obat dan mengelompokkan usulan
tersebut berdasarkan kelas terapi atau standar pengobatan
c) Apoteker membahas usulan bersama Kepala Puskesmas, dokter,
dokter gigi, perawat dan bidan puskesmas;
d) Menyusun daftar obat yang masuk ke dalam formularium
puskesmas
e) Penetapan formularium puskesmas oleh kepala puskesmas
f) melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai formularium
puskesmas kepada seluruh tenaga kesehatan puskesmas

2. Pengumpulan data
Data penggunaan obat periode sebelumnya (data konsumsi), data
morbiditas, sisa stok.

6
3. Memperkirakan kebutuhan periode yang akan datang ditambah stok
penyangga (buffer stock).
Buffer stock ditentukan dengan mempertimbangkan waktu tunggu
(lead time), penerimaan obat serta kemungkinan perubahan pola
pernyakit dan kenaikan jumlah kunjungan. Buffer stock bervariasi
tergantung kepada kebijakan puskesmas.
4. Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat menggunakan
metode yang sesuai
5. Data pemakaian, sisa stok dan permintaan kebutuhan obat
puskesmas dituangkan dalam Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) puskesmas.
6. Laporan pemakaian berisi jumlah pemakaian obat dalam satu
periode dan lembar permintaan berisi jumlah kebutuhan obat
puskesmas dalam satu periode
7. LPLPO puskesmas menjadi dasar untuk rencana kebutuhan obat
tingkat puskesmas dan digunakan sebagai data pengajuan
kebutuhan obat ke Dinas Kesehatan Kab/Kota.

Dalam merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan perhitungan


secara tepat. Perhitungan kebutuhan obat untuk satu periode dapat
dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi dan atau metode
morbiditas.
a. Metode konsumsi
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa
data konsumsi obat periode sebelumnya. Untuk menghitung
jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pengumpulan dan pengolahan data
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan sediaan farmasi
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan sediaan farmasi

Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode


konsumsi:
a) Daftar obat.
b) Stok awal.
c) Penerimaan
d) Pengeluaran
e) Sisa stok
f) Obat hilang/rusak, kadaluarsa.
g) Kekosongan obat.
h) Pemakaian rata-rata/pergerakan obat pertahun.
i) Waktu tunggu.
j) Stok pengaman.
k) Perkembangan pola kunjungan

7
Contoh perhitungan dengan Metode Konsumsi untuk kebutuhan 1
(satu) tahun:
Selama tahun 2019 (Januari – Desember) pemakaian parasetamol
tablet sebanyak 25.000 tablet untuk pemakaian selama 10 (sepuluh)
bulan. Pernah terjadi kekosongan selama 2 (dua) bulan. Sisa stok per
31 Desember 2019 adalah 100 tablet.
a) Pemakaian rata-rata Parasetamol tablet perbulan tahun 2019
adalah 25.000 tablet : 10 ═ 2.500 tablet.
b) Pemakaian Parasetamol tahun 2019 (12 bulan) = 2.500 tablet
x 12 = 30.000 tablet.
c) Pada umumnya stok pengaman berkisar antara 10% - 20%
(termasuk untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan
kunjungan). Misalkan berdasarkan evaluasi data diperkirakan
20% = 20% x 30.000 tablet = 6.000 tablet.
d) Pada umumnya waktu tunggu berkisar antara 3 (tiga) s/d 4
(empat) minggu. Pemakaian rata-rata Parasetamol tablet
perminggu adalah 2.500 tablet : 4 = 625 tablet. Misalkan
leadtime diperkirakan 3 minggu = 3 x 625 tablet = 1.875
tablet.
e) Kebutuhan Parasetamol tahun 2019 adalah = b + c + d, yaitu:
30.000 tablet + 6.000 tablet + 1.875 tablet = 37.875 tablet.
f) Rencana kebutuhan Parasetamol untuk tahun 20 20 adalah:
hasil perhitungan kebutuhan (e) – sisa stok = 37.875 tablet –
100 tablet = 37.775 tablet ~ 378 box @ 100 tablet.

Rumus :

A = (B + C+ D) - E

A= Rencana kebutuhan
B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan
C = Stok pengaman 10 % – 20 %
D = Waktu tunggu (3 – 4 minggu)
E = Sisa stok

b. Metode morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan
pola penyakit. Faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan
pola penyakit, waktu tunggu, dan stok pengaman.
Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas :
1) Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan
kelompok umur
2) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan
prevalensi penyakit.
3) Menyediakan formularium/ standar/ pedoman sediaan
farmasi
4) Menghitung perkiraan kebutuhan sediaan farmasi.
5) Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.

8
Contoh perhitungan perencanaan kebutuhan obat :
Penggunaan oralit pada penyakit diare akut
Anak-anak
Dik:
1) Satu siklus pengobatan diare diperlukan 10 bungkus oralit
@ 200 ml.
2) Jumlah kasus 10.000 kasus.
Jadi,
Jumlah oralit yang diperlukan= 10.000 kasus x 10 bks =
100.000 bks @ 200ml
Dewasa
Dik: Satu siklus pengobatan diare diperlukan 20 bungkus oralit
@ 200ml. Jumlah kasus 5.000 kasus.
Jadi,
Jumlah oralit yang diperlukan= 5.000 kasus x 20 bks= 100.000
bks @ 200ml. Jumlah kebutuhan garam oralit satu periode=
100.000 + 100.000 = 200.000 bungkus @ 200ml.

c. Evaluasi Perencanaan
1) Kesesuaian perencanaan dengan kebutuhan. Dilakukan
penilaian kesesuaian antara RKO dengan realisasi.
2) Masalah dalam ketersediaan yang terkait dengan perencanaan.
Dilakukan cek silang data dari fasyankes dan data di pemasok.

Cara/teknik evaluasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :


1) Analisa ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi
2) Pertimbangan/ kriteria VEN
3) Kombinasi ABC dan VEN
4) Revisi daftar obat

1) Analisis ABC
Analisis ABC yaitu suatu penamaan yang menunjukkan
peringkat/rangking dimana urutan dimulai dengan yang
terbaik/terbanyak. Analisis ABC mengelompokkan item obat
berdasarkan kebutuhan dananya, yaitu:
a. Kelompok A: Jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar
70% dari jumlah dana obat keseluruhan.
b. Kelompok B: Jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar
20%.
c. Kelompok C: Jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar
10% dari jumlah dana obat keseluruhan.

9
Langkah-langkah menentukan Kelompok A, B dan C:
1. Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-
masing obat dengan cara mengalikan jumlah obat
dengan harga obat.
2. Tentukan peringkat mulai dari yang terbesar dananya
sampai yang terkecil.
3. Hitung persentasenya terhadap total dana yang
dibutuhkan.
4. Hitung akumulasi persennya.
5. Obat kelompok A termasuk dalam akumulasi 70%
6. Obat kelompok B termasuk dalam akumulasi >70%
s/d 90% (menyerap dana ± 20%)
7. Obat kelompok C termasuk dalam akumulasi > 90%
s/d 100% (menyerap dana ± 10%).

2) Analisis VEN
Salah satu cara meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat
yang terbatas dengan mengelompokkan obat berdasarkan
manfaat tiap jenis obat terhadap kesehatan. Semua jenis obat
yang tercantum dalam daftar obat dikelompokkan dalam 3
kelompok :
a. Kelompok V (Vital): mampu menyelamatkan jiwa (life
saving). Contoh: obat syok anafilaksis
b. Kelompok E (Esensial): Bekerja pada sumber penyebab
penyakit dan paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan. Contoh : Obat untuk pelayanan kesehatan
pokok (contoh: antidiabetes, analgesik, antikonvulsi),
Obat untuk mengatasi penyakit penyebab kematian
terbesar.
c. Kelompok N (Non Esensial): obat penunjang yaitu obat
yang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan untuk
menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan
ringan. Contoh: suplemen.

Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk:


a) Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi
dana yang tersedia. Obat yang perlu ditambah atau dikurangi
dapat didasarkan atas pengelompokan obat menurut VEN.
b) Penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk
kelompok V agar selalu tersedia.

3) Analisis Kombinasi
Jenis obat yang termasuk kategori A dari analisis ABC: benar-
benar jenis obat yang diperlukan untuk penanggulangan
penyakit terbanyak. Statusnya harus E dan sebagian V dari
VEN. Sebaliknya, jenis obat dengan status N harusnya masuk
kategori C. Digunakan untuk menetapkan prioritas untuk

10
pengadaan obat dimana anggaran yang ada tidak sesuai
dengan kebutuhan.

Tujuannya untuk melakukan pengurangan obat, mekanisme:


- Obat yang masuk kategori NA menjadi prioritas pertama
untuk dikurangi atau dihilangkan dari rencana kebutuhan,
bila dana masih kurang, maka obat kategori NB menjadi
prioritas selanjutnya dan obat yang masuk kategori NC
menjadi prioritas berikutnya. Jika setelah dilakukan
dengan pendekatan ini dana yang tersedia masih juga
kurang lakukan langkah selanjutnya.
- Pendekatannya sama dengan pada saat pengurangan obat
pada kriteria NA, NB, NC dimulai dengan pengurangan
obat kategori EA, EB dan EC.

4) Revisi Daftar Obat


Bila diperlukan tindakan cepat untuk mengevaluasi daftar
perencanaan, sebagai langkah awal dapat dilakukan suatu
evaluasi cepat (rapid evaluation), misalnya dengan
melakukan revisi daftar perencanaan obat. Namun
sebelumnya, perlu dikembangkan dahulu kriterianya, obat
atau nama dagang apa yang dapat dikeluarkan dari daftar.
Manfaatnya berdampak positif pada beban penanganan stok.

2.4.2 Pengadaan
Pengadaan obat di puskesmas, dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan pengadaan mandiri (pembelian).
1. Permintaan
Sumber penyediaan obat di puskesmas berasal dari Dinas
Kesehatan Kab/Kota (APBD dan APBN) memakai permintaan
kepada dinas menggunakan form LPLPO (Laporan Pemakaian
Laporan Permintaan Obat) dilakukan 2 bulan 1 kali. Jadwal
Puskesmas bihbul yaitu dibulan genap, misal: LPLPO Januari
pengadaan Februari.

2. Pengadaan mandiri
Pengadaan obat secara mandiri oleh Puskesmas dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Obat harus sesuai
dengan Formularium Nasional (FORNAS), Formularium Kab/Kota
dan Formularium Puskesmas. Menggunakan anggaran BLUD.
BLUD yaitu Pengadaan, belanja sendiri puskesmas langsung ke
PBF dengan membuat nota dinas dan harus acc terbebih dahulu
kepada dinas kesehatan Kab/Kota.

11
Alasan harus acc dinas kesehatan Kab/Kota:
a. Puskesmas bihbul dibawah dinas kesehatan Kab/Kota
b. Jika puskesmas beli obat dikhawatirkan dinas memiliki obat
yang sama, misal puskesmas akan membeli obat parasetamol
ternyata dinas ada sehingga puskesmas tidak boleh beli.
Puskesmas diutamaka membeli obat yang tidak ada di dinkes,
missal: vitamin, obat batuk tidak disediakan di dinkes maka
puskesmas boleh beli. Pengadaan obat menggunakan nota dinas
disertai lampiran list obat.

2.4.3 Penerimaan
Apoteker bertanggungjawab untuk memeriksa kesesuaian jenis,
jumlah dan mutu obat pada dokumen penerimaan. Dicatat sumber
anggaran, no faktur. Pemeriksaan mutu meliputi pemeriksaan label,
kemasan. Setiap obat yang diterima harus dicatat jenis, jumlah, nomor
batch dan tanggal kadaluarsanya dalam buku penerimaan dan kartu
stok obat. Fungsi kartu stok adalah pencatatan mutasi obat mulai dari
penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, dan kedaluwarsa.

2.4.4 Penyimpanan
Tujuan penyimpanan ntuk memelihara mutu sediaan farmasi,
pmenghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga
ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan pengawasan.
1. Aspek umum yang perlu diperhatikan
a. Persediaan obat dan BMHP puskesmas disimpan di gudang
obat yang dilengkapi lemari dan rak –rak penyimpanan obat.
b. Suhu ruang penyimpanan harus dapat menjamin kestabilan
obat.
c. Sediaan farmasi dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas
pallet, teratur dengan memperhatikan tanda-tanda khusus.
d. Penyimpanan sesuai alfabet atau kelas terapi dengan
sistem, First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out
(FIFO), high alert dan life saving (obat emergency).
- First In First Out (FIFO): sediaan farmasi yang pertama
masuk atau datang adalah yang pertama harus keluar.
- First Expired Date First Out (FEFO): sediaan farmasi
yang pertama kadaluwarsa harus yang pertama keluar untuk
didistribusikan. Dalam penyusunan sediaan farmasi, yang memiliki
masa kedaluwarsa lebih awal atau yang diterima lebih awal harus
digunakan lebih awal sebab sediaan farmasi yang datang lebih awal
biasanya juga diproduksi lebih awal dan umurnya relatif lebih
tua dan masa kadaluwarsanya mungkin lebih awal.
e. Sediaan psikotropik dan narkotik disimpan dalam lemari
terkunci dan kuncinya dipegang oleh apoteker atau tenaga
teknis kefarmasian yang dikuasakan.
f. Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah terbakar, disimpan
di tempat khusus dan terpisah dari obat lain. Contoh : alkohol.

12
g. Lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu disertai
dengan alat pemantau dan kartu suhu yang diisi setiap harinya.
h. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan pengamanan
terhadap obat yang disimpan pada suhu dingin. Sedapat
mungkin, tempat penyimpanan obat termasuk dalam prioritas
yang mendapatkan listrik cadangan.
i. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat
penyimpanan obat.

2. Aspek khusus yang perlu diperhatikan


a. Obat High Alert
Obat High Alert adalah obat yang persentasenya tinggi dalam
menyebabkan kesalahan/error dan menyebabkan dampak yang
tidak diinginkan (adverse outcome).

Gambar 2.1 High Alert

b. LASA
LASA (Look Alike Sound Alike) adalah obat-obat yang
memiliki nama, rupa dan ucapan yang mirip dan perlu
diwaspadai agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan
obat (Dispersing Error) oleh Apoteker.

Contoh obat LASA di puskesmas bihbul


MethylPrednisolone
MethilErgometrine

Gambar 2.2 LASA

13
c. Narkotika & psikotropika
Obat narkotika, dan psikotropika dibuat laporan SIPNAP yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan karena dinas yang melakukan
pengadaan. Di puskesmas dilakukan pelaporan bulanan ke
dinkes terkait pemakaian obatnya.
d. Obat emergency
Obat emergency adalah obat – obat yang bersifat
life saving atau life threatening beserta alat kesehatan yang
mendukung kondisi emergensi.

2.4.5 Pendistribusian
1) Resep
a. Resep KTP : gratis untuk 3 desa yaitu desa sukamenak, desa
margahayu, dan desa sayati.
b. Resep BPJS
c. Resep Bayar
2) Poli di puskesmas
- Poli Gigi : BMHP
- Poli Laboratorium : BMHP
- Poli UGD : BMHP
- Poli KIA : BMHP
- Poli umum : resep
- Poli TB : resep

2.4.6 Pemusnahan dan penarikan


1. Pemusnahan dan penarikan obat
a. Sediaan farmasi kadaluwarsa
b. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang – undangan dilakukan
oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh
BPOM (Mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
memberikan laporan kepada kepala BPOM. Penarikan alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh menteri.
2. Pemusnahan resep
Resep yang telah disimpan setiap 5 tahun sekali dimusnakan
dengan alat hancur resep dan dibuat laporan yang akan dilaporkan
ke dinkes kab/kota.

2.4.7 Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
ketersediaan obat dan BMHP. Tujua pengendalian agar obat tidak
terjadi kelebihan dan kekosongan obat dan BMHP di puskesmas.
Pengendalian persediaan obat terdiri dari:
1) Pengendalian ketersediaan
2) Pengendalian penggunaan

14
3) Penanganan ketika terjadi kehilangan, kerusakan, obat ditarik, dan
kadaluwarsa
Pengendalian di puskesmas dilakukan dengan :
1) Kartu stok
Kartu stok menjadi dokumen pengendali, karena setiap obat yang
masuk atau keluar akan dicatat di kartu stok.

2) Stok opname
stock opname merupakan kegiatan pemeriksaan dan perhitungan
secara fisik atas persediaan barang atau perbekalan farmasi yang
terdapat di puskesmas. kegiatan ini dilakukan setiap 1 (satu) bulan
sekali. Tujuan dari stok opname adalah pengendalian persediaan
barang atau perbekalan farmasi atau dapat meminimalisir
pemusnahan. Barang yang rusak, sudah melebihi tanggal
kadaluwarsa dan berubah secara fisik segera dipisahkan.
2.5 Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian meliputi Kajian administratif, kajian farmasetika dan
kajian klinik, untuk tujuan keselamatan dan menjamin kualitas hidup pasien.
Kriteria pasien yang perlu diprioritaskan dalam pelayanan kefarmasian:
1. Pasien pediatrik
2. Pasien geriatrik
3. Pasien polifarmasi
4. Pasien dengan antibiotik
5. Pasien penyakit kronis
6. Pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit
7. Pasien dengan gagal organ eliminasi

Tahapan kegiatan pelayanan kefarmasian


2.5.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayana resep merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian
resep, penyiapan termasuk peracikan obat, dan penyerahan disertai
pemberian informasi . pengkajian pelayanan resep dilakukan untuk
semua resep yang masuk tanpa kriteria khusus pasien

2.5.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi mengenai nama obat, indikasi, cara penggunaan
obat dan cara penyimpanan obat.

2.5.3 Konseling
Konseling obat merupakan salah satu metode edukasi pengobatan
secara tatap muka dengan pasien dan/atau keluarganya yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien yang
membuat terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat.

15
2.5.4 Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat adalah suatu proses mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.

2.5.5 Home Pharmacy Care (Pelayanan Kefarmasian di Rumah)


Apoteker dapat melakukan kunjungan pasien dan atau pendampingan
pasien untuk pelayanan kefarmasian di rumah dengan persetujuan
pasien atau keluarga terutama bagi pasien khusus yang membutuhkan
perhatian lebih.
Pelayanan dilakukan oleh apoteker yang kompeten, memberikan
pelayanan untuk meningkatkan kesembuhan dan kesehatan,
pencegahan komplikasi, bersifat rahasia dengan persetujuan pasien,
melakukan telaah atau penata laksanaan terapi, memelihara hubungan
dengan tim kesehatan.

2.5.6 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


a. Tujuan
1. Menentukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, dan frekuensi nya jarang
2. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal
dan baru saja ditemukan
3. Meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak
dikehendaki
4. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak
dikehendaki
b. Manfaat
1. Tercipta data based ESO puskesmas sebagai dasar
penatalaksanaan ESO
2. Mendukung pola insidensi ESO nasional
c. Pelaksana
1. Apoteker
2. TTK dan tenaga kesehatan lain di puskesmas
3. Kolaborasi apoteker, TTK dengan perawat dan dokter
d. Persiapan
1) Data ESO puskesmas
2) Referensi ESO
3) Resep, rekam medis
4) Obat pasien
5) Kertas kerja atau formulir MESO
e. Pelaksanaan
1) Menganalisis laporan efek samping obat (ESO)
2) Mengidentifikasi obat – obatan dan pasien yang mempunyai
risiko tinggi mengalami ESO
3) Melaporkan ke Pusat Monitoring Obat Nasional setiap kejadian
ESO dilaporkan dalam form MESO maupun secara elektronik
ke BPOM.
f. Evaluasi
Konsistensi laporan MESO ke BPOM

16
2.6 Pelaporan
Pelaporan kefarmasian di puskesmas bihbul meliputi :
1) Obat Generik (yang bagus: 85%)
2) PIO
3) Obat Narkotika dan Psikotropika (penerimaan, pengeluaran dicatat)
4) Obat prekursor (penerimaan, pengeluaran dicatat)
5) OTT (karbamazepin, Trihexyphenidyl)
6) Ketersediaan terhadap formularium
7) Kesesuaian peresepan terhadap formularium
8) POR
9) Jumlah kunjungan resep
10) 10 besar pemakaian obat
11) Laporan ketersediaan obat
12) Indicator ketersediaan obat
13) Berita acara stok opname
14) Pemakaian obat emergency

17
BAB III

TUGAS KHUSUS

3.1 Menyusun Formularium Puskesmas Bihbul


3.3.1 Tabel Formularium Puskesmas Bihbul
TINGKAT
KELAS NAMA BENTUK
NO
TERAPI GENERIK/PATEN SEDIAAN I II III

1 ANALGESIK, ANTIPIRETIK, ANTI INFLAMASI


NON STEROID, ANTIPIRAI
1.1 Analgesik Non AsamMefenamat Tablet 500 mg ✓ ✓ ✓
Narkotika
Ibuprofen Tablet 400 mg ✓ ✓ ✓

Kalium Diklofenak Tablet 50 mg

Meloxicam Tablet 15 mg

Natrium Diklofenak Tablet 50 mg ✓ ✓ ✓

Parasetamol Tablet 500 mg ✓ ✓ ✓

Sirup 120 mg/ ✓ ✓ ✓


5 ml
Tetes/drop 60 ✓ ✓ ✓
mg/ 0,6 ml
Piroksicam Tablet 20 mg

Betahistin Mesilat Tablet 6 mg ✓ ✓ ✓

1.2 Antipirai Allopurinol Tablet 100 mg ✓ ✓ ✓

Tablet 300 mg ✓ ✓ ✓

2 ANASTETIK

2.1 Anastetik Etil Klorida Semprot, botol ✓ ✓ ✓


Lokal 100 ml
Lidokain Injeksi ✓ ✓ ✓

3 ANTIALERGI DAN OBAT UNTUK


ANAFILAKSIS
Deksametason Injeksi 5 ✓ ✓ ✓
mg/ml
Tablet 0,5 mg ✓ ✓

18
TINGKAT
KELAS NAMA BENTUK
NO
TERAPI GENERIK/PATEN SEDIAAN I II III

Epinefrin Injeksi 0,1 %, ✓ ✓ ✓


(Adrenalin) i.v
Difenhidramin Injeksi 10 ✓ ✓ ✓
mg/ml
Klorfeniraminmaleat Tablet 4 mg ✓ ✓ ✓

Setirizin Tablet 10 mg ✓ ✓ ✓

Sirup 5 mg/5 ✓ ✓ ✓
ml
Kombinasi Sirup 60 ml
Betametason dan
Dexchlorpheniramin
(Hufabetamin/Selest
amin/Dextamin)
4 ANTIDOT DAN OBAT LAIN UNTUK
KERACUNAN
Natrium Bikarbonat Tablet 500 mg ✓ ✓ ✓

5 ANTIEPILEPSI –ANTIKONVULSI

5.1 Antiepilepsi– Diazepam Larutan Rectal, ✓ ✓ ✓


Antikonvulsi Tube 5 mg/2,5
ml
Tablet 2 mg ✓ ✓ ✓

Injeksi 5 ✓ ✓ ✓
mg/ml
Fenobarbital Tablet 30 mg ✓ ✓ ✓

Karbamazepin Tablet 200 mg ✓ ✓ ✓

Magnesium Sulfat Injeksi 20% ✓ ✓ ✓


ampul 25 ml
i.v
6 ANTIINFEKSI-ANTIBAKTERI

6.1 Antelmintik Albendazol Tablet 400 mg ✓ ✓ ✓

6.2 Antibakteri– Amoksisilin anhidrat Kapsul 250 mg ✓ ✓ ✓


Beta Laktam
Kaplet 500 mg ✓ ✓ ✓

Sirup Kering ✓ ✓ ✓
125 mg/5 ml

19
TINGKAT
KELAS NAMA BENTUK
NO
TERAPI GENERIK/PATEN SEDIAAN I II III

Sirup Kering ✓ ✓ ✓
250 mg/5 ml
Sefadroksil Kapsul 500 mg ✓ ✓ ✓

Sirup Kering ✓ ✓ ✓
125 mg/5 ml
Benzatin Inj 2,4 juta ✓ ✓ ✓
Benzilpenisilin IU/mL (i.m)
6.3 Antibakteri– Tetrasiklin Kapsul 500 mg ✓ ✓ ✓
Tetrasiklin
6.4 Antibakteri – Kotrimoksazol Doen Tablet 480 mg ✓ ✓ ✓
Sulfa I (dewasa)
Trimetoprim Kombinasi ;
Sulfametoksazol 400
mg –Trimetoprim 80
mg
Suspensi 125 ✓ ✓ ✓
mg/5 ml
6.5 Antibakteri– Azitromisin Tablet 500 mg ✓ ✓
Makrolid
Eritromisin Kapsul 500 mg ✓ ✓ ✓

Sirup ✓ ✓ ✓
Kering 200
mg/5 ml
Klindamisin Kapsul 300 mg ✓ ✓ ✓

6.6 Antibakteri– Siprofloksasin Tablet 500 mg ✓ ✓ ✓


Kuinolon
6.7 Antibakteri – Obat Anti Kategori I ✓ ✓ ✓
Antituberkulosi Tuberkulosis (OAT)
s Paket
Kategori II ✓ ✓ ✓

Paket OAT ✓ ✓ ✓
Anak
Etambutol Tablet 500 mg ✓ ✓ ✓

6.8 Antibakteri– Nistatin Tablet Salut ✓ ✓ ✓


Antifungi Susp 100.000
UI/tab
Ketokonazol Tablet 200 mg ✓ ✓ ✓

Krim/Salep ✓ ✓ ✓

20
TINGKAT
KELAS NAMA BENTUK
NO
TERAPI GENERIK/PATEN SEDIAAN I II III

Griseofulvin Tablet 125 mg ✓ ✓ ✓

6.9 Antibakteri– Asiklovir Tablet salut ✓ ✓ ✓


Antiherpes 400 mg
Krim/salep ✓ ✓

6.10 Lain-lain Metronidazol Tablet 500 mg ✓ ✓ ✓


(Penggunaan
Khusus)
Thiamfenikol Kapsul 500 mg ✓ ✓ ✓

Sirup 125 mg / ✓ ✓ ✓
5 ml
7. ANTIVIRUS

Asiklovir Tablet 200mg ✓ ✓ ✓

Tablet 400mg ✓ ✓ ✓

Ovula

Favipiravir Tablet 200 mg

Oseltamivir Kapsul 75 mg

8. ANTIPARKINSON

Triheksifenidil HCl Tablet 2 mg ✓ ✓ ✓

9. DARAH, OBAT YANG MEMPENGARUHI

9.1 Anti Anemi Asam Folat Tablet 4 mcg ✓ ✓ ✓

Kombinasi Asam Tablet ✓ ✓ ✓


Folat dan Ferro
Sulfat
9.2 Koagulasi, Fitomenadion (Vit Tablet salut 10 ✓ ✓ ✓
Obat yang K) mg
mempengaruhi
Injeksi 2 ✓ ✓ ✓
mg/ml, i.m
10. ANTISEPTIK DAN DESINFEKTAN

10.1 Antiseptik Povidone Iodin Larutan 100 ✓ ✓ ✓


mg/ml

21
TINGKAT
KELAS NAMA BENTUK
NO
TERAPI GENERIK/PATEN SEDIAAN I II III

Etakridina Larutan 0,1% ✓ ✓ ✓

Etanol Cairan 70% ✓ ✓ ✓

11. DIURETIKA

Furosemida Tablet 40 mg ✓ ✓ ✓

Hidroklortiazid Tablet 25 mg ✓ ✓ ✓

12. HORMON, OBAT ENDOKRIN LAIN

12.1 Antidiabetes Glibenklamid Tablet 5 mg ✓ ✓ ✓


Oral
Glimepiride Tablet 2 mg ✓ ✓ ✓

Metformin Tablet 500 mg ✓ ✓ ✓

12.2 Kostikosteroid Deksametason Tablet 0,5 mg ✓ ✓

Metilprednisolon Tablet 4 mg ✓ ✓

Prednisolone Tablet 5 mg ✓ ✓ ✓

13. KARDIOVASKULER

13.1 Antiangina Isosorbid Dinitrat Tablet ✓ ✓ ✓


Sublingual 5
mg
13.2 Anti Hipertensi Amlodipin Tablet 5 mg ✓ ✓ ✓

Tablet 10 mg ✓ ✓ ✓

Bisoprolol Tablet 2,5 mg ✓ ✓ ✓

Tablet 5 mg ✓ ✓

Hidroklortiazida Tablet 25 mg ✓ ✓ ✓

Kaptopril Tablet 12,5 mg ✓ ✓ ✓

Tablet 25 mg ✓ ✓ ✓

Metildopa Tablet 250 mg ✓ ✓ ✓

Nifedipin Tablet 10 mg ✓ ✓

22
TINGKAT
KELAS NAMA BENTUK
NO
TERAPI GENERIK/PATEN SEDIAAN I II III

13.3 Antiaritmia Digoksin Tablet 0,25 mg ✓ ✓

13.4 Antiagregasi Asam Asetilsalisilat Tablet 100 mg ✓ ✓


Platelet
13.5 Obat untuk Digoksin Tablet 0.25 mg ✓ ✓
gagal jantung
Furosemid Tablet 40 mg ✓ ✓ ✓

Kaptopril Tablet 25 mg ✓ ✓ ✓

13.6 Antihiperlipide Simvastatin Tablet 10 mg ✓ ✓ ✓


mia
Tablet 20 mg ✓ ✓ ✓

Gemfiprozil Kapsul 300 mg ✓ ✓

14. OBAT TOPIKAL;KULIT

14.1 Antibakteri Kombinasi : Salep


Betametason +
Gentamisin
Kloramfenikol Salep 2 % ✓ ✓ ✓

Acyclovir Krim ✓ ✓

Gentamisin Salep ✓ ✓ ✓

Kombinasi : Jelly
Neomycin + ekstrak
placenta
14.2 Antifungi Mikonazol Salep ✓ ✓ ✓

Antifungi Doen, Salep ✓ ✓ ✓


kombinasi asam
benzoat, asam
salisilat
Ketokonazol Krim ✓ ✓ ✓

Nistatin Tab Vaginal ✓ ✓ ✓


100.000 UI
14.3 Anti Inflamasi Betametason Salep ✓ ✓ ✓
dan Anti
Pruritik
Hidrokortison Krim 2,5 % ✓ ✓ ✓

23
TINGKAT
KELAS NAMA BENTUK
NO
TERAPI GENERIK/PATEN SEDIAAN I II III

14.4 Skabies dan Permetrin Krim 5% ✓ ✓ ✓


Anti
Pedikulosis
Salep 24 Kombinasi Salep 2% ✓ ✓ ✓
Asam Salisilat dan
belerang
14.5 kaustik Borax Gliserin Larutan 10%

14.6 Lain-lain Bedak Salisil Serbuk ✓ ✓ ✓

15. LARUTAN ELEKTROLIT, NUTRISI DAN LAIN-


LAIN
15.1 Oral Garam Oralit Serbuk ✓ ✓ ✓

Natrium Bikarbonat Tablet 500 mg ✓ ✓ ✓

Zinc Tablet 20 mg ✓ ✓ ✓

Sirup 20 mg/5 ✓ ✓ ✓
ml
15.2 Parenteral Natrium Klorida Larutan Infus ✓ ✓ ✓
0,9%-500 ml
Ringer Laktat Larutan Infus ✓ ✓ ✓
500 ml
15.3 Lain-lain Aqua Pro Injeksi Larutan 20 ml ✓ ✓ ✓

16. OBAT MATA

16.1 Antimikroba Gentamisin Salep Mata ✓ ✓ ✓


0,3%
Tetes Mata ✓ ✓ ✓
0,3%
Kloramfenikol Tetes Mata ✓ ✓ ✓
0,5%
Salep Mata 1% ✓ ✓ ✓

Kombinasi Tetes Mata


Dexamethasone,
Neomycin dan
Polymixin B
16.2 Solution Kombinasi Sodium Tetes mata
Lubricants Chlorida dan
Potassium Chlorida

24
TINGKAT
KELAS NAMA BENTUK
NO
TERAPI GENERIK/PATEN SEDIAAN I II III

17. OKSITOSIK

Metil Ergometrin Tablet Salut ✓ ✓ ✓


0,125 mg
Injeksi 0,200 ✓ ✓ ✓
mg/ml
Oksitoksin Injeksi 10 ✓ ✓ ✓
IU/ml
18. PSIKOFARMAKA

18.1 Antiansietas Diazepam Tablet 2 mg ✓ ✓ ✓


dan
Antiinsomnia
19. OBAT UNTUK SALURAN CERNA

19.1 Antasida, Antasida Doen Tablet Kunyah ✓ ✓ ✓


Antiulkus
Suspensi 60 ml ✓ ✓ ✓

Omeprazole Kapsul 20 mg ✓ ✓ ✓

Ranitidin Tablet kunyah ✓ ✓ ✓


150 mg
19.2 Antiemetik Domperidon Tablet 10 mg ✓ ✓ ✓

Sirup 5 mg/5 ✓ ✓ ✓
ml
Dimenhidrinat Tablet 50 mg ✓ ✓ ✓

Metoklopramid Tablet 10 mg ✓ ✓ ✓

19.3 Antihemoroid Antihaemoroid Doen Suppositoria ✓ ✓ ✓


Kombinasi
19.4 Anti Kombinasi Sodium Suppo
Konstipasi Lauryl dan Glicerol
19.5 Obat Untuk Attapulgit Tablet ✓ ✓ ✓
Diare
Garam Oralit Serbuk untuk ✓ ✓ ✓
200 ml air
Zink Tablet ✓ ✓ ✓
Dispersible 20
mg
Syrup 20 mg/5 ✓ ✓ ✓
ml

25
TINGKAT
KELAS NAMA BENTUK
NO
TERAPI GENERIK/PATEN SEDIAAN I II III

19.6 Antispasmodik
Kombinasi Tablet
Metampyron,
Belladone extr dan
Papaverin HCl
20. OBAT UNTUK SALURAN NAFAS

20.1 Antiasma Salbutamol Tablet 2 mg ✓ ✓ ✓

Tablet 4 mg ✓ ✓ ✓

Lar. Respirator ✓ ✓ ✓
untuk
nebulizer 2,5
mg
20.2 Ekspektoran Acetylcystein Kapsul 200 mg ✓ ✓ ✓

Ambroxol Tablet 30 mg

Sirup 15 mg/5
mL
Obat Batuk Hitam Cairan 100 mL
(OBH)
20.3 Lain - lain Obat Flu Batuk Sirup 60 ml
Berdahak Kombinasi
: Parasetamol, CTM,
GG, PPA
Obat Flu Kombinasi Kaplet
: Parasetamol, PPA,
CTM
Obat Batuk Herbal Botol 60 mL

21. OBAT UNTUK TELINGA


Karbogliserin Tetes Telinga ✓ ✓ ✓

Kloramfenikol Tetes Telinga ✓ ✓ ✓

22. VITAMIN DAN MINERAL

Asam Ascorbat Tablet 50 mg ✓ ✓ ✓


(Vitamin C)
Tablet 250 mg ✓ ✓ ✓

Tablet 500 mg

26
TINGKAT
KELAS NAMA BENTUK
NO
TERAPI GENERIK/PATEN SEDIAAN I II III

Kalsium Laktat Tablet 500 mg ✓ ✓ ✓


(Kalk)
Kombinasi Ferro Tablet ✓ ✓ ✓
Sulfat dan Asam
Folat
Kombinasi Vitamin Tablet
B1, B6 dan B12
PiridoksinHCl Tablet 10 mg ✓ ✓ ✓
(Vitamin B6)
Retinol (Vitamin A) Kapsul Lunak ✓ ✓ ✓
100.000 IU
Kapsul Lunak ✓ ✓ ✓
200.000 IU
Tiamin HCL Tablet 50 mg ✓ ✓ ✓
(Vitamin B1)
Vitamin B Komplek Tablet ✓ ✓ ✓

Vitamin D Kapsul 1000


IU
Multivitamin dan Kaplet
Mineral Kombinasi
Total Item 170 133 145 145
(X) (A) (B) (C)

27
Perhitungan Persentase Peresepan Obat

1. A
A
𝑥 100% =
x
133
= 170 𝑥 100% = 78 %

2. B
B
𝑥 100% =
x
145
= 170 𝑥 100% = 85 %

3. C
C
𝑥 100% =
x
145
= 170 𝑥 100% = 85 %

Keterangan :
- A : Puskesmas
- B : Rumah Sakit
- C : Rumah Sakit
- X : Obat

Penggunaan suatu obat dikatakan sesuai dengan formularium nasional apabila


dalam peresepan dokter berpedoman pada Formularium Nasional dan persentase
yang didapat dikatakan sesuai apabila memenuhi standar pelayanan minimal
Puskesmas yaitu kesesuaian resep dengan formularium harus 100%
(Permenkes RI No 58, 2008).

Persentase peresepan obat yang sesuai dengan formularium nasional yang harus
dicapai menurut indikator World Health Organisation (WHO) adalah 100%.

Didapat hasil persentase di Puskesmas Bihbul yaitu 78 % artinya masih banyaknya


pemakaian obat di luar formularium nasional, persentase peresepan obat di
puskesmas bihbul belum sepenuhnya sesuai dengan formularium nasional.

28
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Formularium Puskesmas adalah daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan


digunakan sebagai acuan penulisan resep pada pelaksanaan pelayanan
kesehatan di puskesmas. Formularium puskesmas dikaji setiap akhir tahun
dengan hasil apakah suatu obat tetap dicantumkan, dihilangkan, maupun
ditambahkan item yang belum tercantum namum diperlukan.
Tujuan adanya formularium puskesmas untuk menjaga ketersediaan obat,
kendali mutu, biaya, dan ketersediaan obat di puskesmas, juga memberikan
informasi kepada tenaga kesehatan mengenai obat yang digunakan di
puskesmas.

29
DAFTAR PUSTAKA

BPOM, 2021. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 24 Tahun
2021 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 2016.
Direktoral Jendral Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2019, Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Dirjen POM.(1995). Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta : Depkes RI
Kementerian Kesehatan, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas,Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2017. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/659/2017 Tentang
Formularium Nasional. Jakarta : Menteri Kesehatan RI.

30
LAMPIRAN 1

STRUKTUR PUSKESMAS BIHBUL

APOTEKER PENANGGUNG JAWAB


apt. Indah Trie Chairani, S.Farm.

TENAGA TEKNIS
KEFARMASIAN
Yayan Suryana, A.Md. Far.

31
LAMPIRAN 2

ETIKET PUSPKESMAS BIHBUL

1. Etiket Obat Dalam ( Berwarna Putih)

(a) Untuk Sediaan Padat (b) Untuk Sirup

(c) Untuk Antibiotik (d) Untuk Antibiotik Sirup

Sumber : Dokumentasi pribadi

32
(e) Etiket = Untuk Pasien Hipertensi (f) Etiket = Untuk Pasien Diabetes Melitus

(g) Etiket = Untuk Pasien Kolesterol (h) Etiket = Untuk Pasien Asam Urat

Sumber : Dokumentasi pribadi

33
2. Etiket Obat Luar (Berwarna Biru)

(a) Untuk Kulit

(b) Untuk Tetes Mata (c) Untuk Salep Mata

Sumber : Dokumentasi pribadi

34
(d) Untuk Tetes Telinga

Sumber : Dokumentasi pribadi

35
(e) Untuk Ovula

Sumber : Dokumentasi pribadi

36
(f) Untuk Suppositoria

Sumber : Dokumentasi pribadi

37
(g) Untuk Herpes

Sumber : Dokumentasi pribadi

38
LAMPIRAN 3

LEMARI OBAT NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

PUSKESMAS BIHBUL

Sumber : Dokumentasi pribadi

39
LAMPIRAN 4

LEMARI PENDINGIN PUSKESMAS BIHBUL

Sumber : Dokumentasi pribadi

40
LAMPIRAN 5

SALINAN RESEP PUSKESMAS BIHBUL

Sumber : Dokumentasi pribadi

41
LAMPIRAN 6

OBAT COVID PUSKESMAS BIHBUL

Sumber : Dokumentasi pribadi

42
LAMPIRAN 7

DOKUMENTASI KONSELING PUSKESMAS BIHBUL

Sumber : Dokumentasi pribadi

43
LAMPIRAN 8

DISTRIBUSI RUTIN OBAT & PERBEKALAN KSEHATAN

PUSKESMAS BIHBUL

Sumber : Dokumentasi pribadi

44
LAMPIRAN 9

KARTU STOK PUSKESMAS BIHBUL

Sumber : Dokumentasi pribadi

45
LAMPIRAN 10

GUDANG OBAT PUSKESMAS BIHBUL

Sumber : Dokumentasi pribadi

46
LAMPIRAN 11

RUANG VAKSIN PUSKESMAS BIHBUL

(b)

(a)

Ket :
(a) Tempat Berwarna Putih : Vaksin Covid
(b) Tempat Berwarna Biru : Vaksin Rutin

Sumber : Dokumentasi pribadi

47
LAMPIRAN 12

RUANG OBAT PUSKESMAS BIHBUL

Sumber : Dokumentasi pribadi

48
LAMPIRAN 13

TAMPILAN DALAM FARMASI PUSKESMAS BIHBUL

Sumber : Dokumentasi pribadi

49
LAMPIRAN 14
BERITA ACARA STOK OPNAME & BMHP KADALUWARSA/RUSAK

Sumber : Dokumentasi pribadi

50
LAMPIRAN 15
LPLPO PUSKESMAS BIHBUL

Sumber : Dokumentasi pribadi

51
LAMPIRAN 16
PEMBUATAN OBAT RESEP RACIKAN

Sumber : Dokumentasi pribadi

52
LAMPIRAN 17
OBAT RACIKAN

Sumber : Dokumentasi pribadi

53
LAMPIRAN 18
RESEP BPJS, RESEP BAYAR, RESEP KTP

(a) (b) (c)

Keterangan
(a) = Resep BPJS
(b) = Resep Bayar
(c) = Resep KTP (Desa Margahayu, Desa sukamenak, Desa sayati)

Sumber : Dokumentasi pribadi

54
LAMPIRAN 19
PELAYANAN INFORMASI OBAT

Sumber : Dokumentasi pribadi

55

Anda mungkin juga menyukai