DI APOTEK MADINAH
PERIODE 01 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2022
DISUSUN OLEH :
Aripin yusup
484012010025
ARIPIN YUSUP
484012010025
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
untuk dapat menyelesaikan Laporan Magang bidang apotek ini dengan baik.
Penyusunan laporan ini salahsatu prasyarat dalam memperoleh gelar Ahli Madya
Farmasi dalam Program Studi Diploma III Farmasi Politeknik Bhakti Kartini
Pada penulisan ini, penulis tidak lepas dari bimbingan, arahan, bantuan
serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini ingin
Bhakti Kartini.
2. Ibu apt. Ayu Fajariyani, S. Farm., M. Farm, selaku Ketua Program Studi D
III Farmasi.
5. Ayah dan Ibu atas segala doa, dukungan dan motivasi yang telah diberikan
pengetahuan.
iii
7. Rekan-rekan Mahasiswa/I PoliTeknik Bhakti Kartini Bekasi yang
penyusunan laporan ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada
pengalaman yang diperoleh selama Magang yang dituangkan dalam laporan ini
Bekasi………………….2022
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN
B. Tujuan Magang...................................................................................2
C. Manfaat Magang.................................................................................3
1. Bagi Mahasiswa.............................................................................3
A. Definisi Apotek...................................................................................4
D. Tenaga Kefarmasian...........................................................................5
v
F. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan, dan Bahan Habis Pakai
H. Definisi Obat.......................................................................................11
I. Golongan Obat....................................................................................12
1. Obat bebas......................................................................................12
4. Obat Narkotika...............................................................................14
6. Obat Generik..................................................................................15
J. Pelayanan Swamedikasi.....................................................................15
B. Struktur Organisasi.............................................................................18
D. Tempat Magang..................................................................................24
B. Pelaksanaan Kerja...............................................................................37
BAB V PEMBAHASAN
vi
A. Pembahasan (perbandingan antara teori dengan kenyataan di
lapangan)............................................................................................39
BAB VI KESIMPULAN
A. Kesimpulan.........................................................................................46
B. Saran-saran.........................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................47
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................49
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil yang diharapkan dari Magang ini adalah menghasilkan calon Ahli
Madya Farmasi yang mampu mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama
perkuliahan secara professional dan bertanggung jawab, sehingga pada saat
menjadi Tenaga Teknis Kefarmasian yang terjun ke masyarakat mampu
menjalankan tugasnya dengan baik.
B. TUJUAN MAGANG
1) Mendidik dan melatih mahasiswa calon Ahli Madya Farmasi agar lebih
kompeten di dunia kerja.
3
C. MANFAAT MAGANG
1. Bagi Mahasiswa
1) Meningkatkan pemahaman mahasiswa dimulai dari peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab sebagai tenaga teknis kefarmasian.
2) Agar mahasiswa memperoleh pengetahuan tentang pelayanan kefarmasian
di Apotek.
2. Bagi Politeknik Bhakti Kartini
1) Mendemonstrasikan kepedulian Politeknik Bhakti Kartini dalam
Pendidikan kefarmasian dan menunjukan dukungannya pada kinerja
mahasiswa dalam dunia kerja.
2) Memberikan jalan dan kesempatan magang bagi mahasiswa angkatan
selanjutnya di Politeknik Bhakti Kartini Bekasi khususnya Diploma III
Farmasi.
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Definisi Apotek
D. Tenaga Kefarmasian
1) Apoteker
a) Pengertian Apoteker
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2017, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
6
b) Tugas Apoteker
Adapun tugas dan kewajiban apoteker menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 tentang pekerjaan
kefarmasian adalah sebagai berikut :
1) Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan
keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
2) Dalam hal obat yang diresepkan terdapat obat merek dagang, maka
apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik
yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas
persetujuan dokter dan/atau pasien.
3) Dalam hal obat yang diresepkan tidak tersedia di apotek atau pasien
tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep, apoteker
dapat mengganti obat setelah berkonsultasi dengan dokter penulis
resep untuk pemilihan obat lain.
4) Apabila apoteker menganggap penulisan resep terdapat kekeliruan
atau tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter
penulis resep.
5) Apabila dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, maka apoteker
tetap memberikan pelayanan sesuai dengan resep dengan
memberikan catatan dalam resep bahwa dokter sesuai dengan
pendiriannya.
1) Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
2) Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3) Penerimaan
barang Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisis fisik yang diterima.
4) Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat
merusak mutu sediaan farmasi.
Aspek umum yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah baru. Wadah sekurangkurangnya memuat nama obat,
nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
9
inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary rectal) dengan tetap
memberikan laporan kepada kepala BPOM.
5) Penarikan alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
7) Pengendalian
H. Definisi Obat
K. Penggolongan Obat
1) Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K.
Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat
bebas dan obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu
bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam. Contoh :
Parasetamol.
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K
dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam
Mefenamat.
4) Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh :
Morfin, Petidin. Obat narkotika ditandai dengan simbol palang medali
atau palang swastika.
6) Obat Generik
L. Pelayanan Swamedikasi
Swamedikasi merupakan upaya seseorang untuk mengobati gejala
penyakit tanpa melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Pemilihan dan penggunaan obat tersebut ditujukan untuk mengatasi
penyakit dan gejala penyakit ringan (Yulia Pratiwi dkk, 2020).
BAB III
Apotek Madinah didirikan oleh Bapak Ujang Hidayat pada tahun 2012 di Jl.
Kp Pasir Malang RT.01 RW.01 DS. Parakan Mulya Kec. Tirta Mulya Kab.
Karawang.Apotek madinah pernah mengganti Apoteker pengelola Apotek
sebanayak satu kali pertama oleh Bapak Syukrillah Pada tahun 2012 kemudian
diganti oleh Ibu Hilda Widya Ningrum pada tahun 2020 dikarena kan Apoteker
pertama menjadi Apoteker penanggung jawab diperusahaan lain. Apotek Madinah
sendiri ini merupakan usaha milik pribadi, yang tidak berada dalam naungan
pemerintah. Lokasi Apotek ini cukup strategis karena terletak ditepi jalan dengan
lalu lintas yang cukup ramai sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Apotek
Madinah beroperasi selama 13 jam yang terdiri dari 2 shift yaitu shift pagi dari
pukul 08.00-15.00 WIB, dan shift sore dari pukul 15.00-21.00 WIB.
a. Visi
b. Misi
B. Struktur Organisasi
PSA
Apt. Ujang Hidayat, S. Farm
APA
Apt. Hilda Widya Ningrum, S. Farm
penerimaan resep
cek ketersediaan
peracikan
pemeriksaan hasil
permintaan obat
cek ketersediaan
konfirmasi harga
pembayaran obat
penyerahan obat
b) Pengadaan
Pengadaan dilakukan setelah melakukan pencatatan perencanaan
perbekalan. Pengadaan sediaan farmasi dilakukan dengan pembelian
yang bisa dipesan melalui Pedagang Besar Farnasi (PBF) yang resmi
memiliki izin sesuai Undang-undang. Pengadaan di Apotek Madinah
sebagian besar offline, yaitu melalui pemberian Surat Pesanan (SP)
kepada salesman PBF.
c) Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dilakukan
setelah barang datang dari PBF. Penerimaan barang yang dilakukan
yaitu kesesuaian perencanaan barang dengan barang yang diterima.
Berikut pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
a) Kondisi fisik obat seperti segel, label atau penanda barang yang
diterima dalam kondisi yang baik
b) Kesesuaian nama barang, jumlah barang, bentuk sediaan, antara
surat pesanan dengan barang yang diterima
c) Masa kadaluwarsa, nomor batch, jumlah, kekuatan sediaan, nama
suplier, nama produsen barang sesuai dengan arsip surat pesanan.
Penerimaan barang dilakukan oleh Apoteker Penanggung
Jawab. Apabila Apoteker sedang tidak ada di Apotek, penerimaan
bisa dilakukan oleh TTK yang telah ditunjuk oleh Apoteker
Penanggung Jawab. Kemudian jika barang telah sesuai, tahap yang
dilakukan adalah menandatangani Faktur Pembelian dan atau Surat
Penerimaan barang kemudian diberikan stempel Apotek. Apabila
barang yang diterima tidak sesuai surat pesanan, maka pengembalian
barang bisa langsung dilakukan beserta dengan penyerahan kembali
faktur pembelian barang tersebut kepada pihak pengirim barang.
d) Penyimpanan
Penyimpanan selanjutnya dilakukan setelah melakukan kegiatan
penerimaan barang. Faktur pembelian yang telah diterima dan di
tandatangani kemudian dicatat kedalam buku pembelian kemudian di
22
e) Pendistribusian
Pendistribusian obat dilakukan secara langsung kepada pasien
untuk obat bebas dan obat bebas terbatas, sedangkan untuk obat keras
harus melalui resep dokter.
f) Pemusnahan dan penarikan
Kegiatan pemusnahan yang dapat dilakukan yaitu pemusnahan
resep dan obat, resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5
(lima) tahun, dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dapat dilakukan
oleh apoteker dan disaksikan sekurang-kurangnya petugas lain di
apotek dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang dibuktikan
dalam berita acara dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinkes
Kabupaten/Kota. Dan untuk obat kadaluwarsa atau rusak harus
dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.
Kegiatan penarikan yang dapat dilakukan yaitu penarikan sediaan
farmasi yang tidak memenuhi standar, yang dilakukan berdasarkan
perintah penarikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
atau inisiasi sukarela pemilik izin edar.
g) Pengendalian
Pengendalian sediaan farmasi dilakukan setiap hari, mengecek data
stok sediaan farmasi yang sudah ada di dalam sistem data komputer
(data stok elektronik) dan dalam kartu stok obat. Pengendalian
dilakukan guna menghindari adanya kekosongan sediaan farmasi,
23
a) Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian resep merupakan kegiatan dalam mengkaji
sebuah resep yang meliputi administrasi (nama pasien, umur, dokter, SIP)
kesesuaian farmasetik (bentuk dan kekuatan sediaan, stabilitas dan
kompabilitas) dan pertimbangan klinis (ketepatan indikasi dan dosis obat,
aturan cara dan lama penggunaan).
b) Dispensing
Dispensing merupakan kegiatan yang meliputi penyiapan,
penyerahan, dan pemberian informasi obat, setelah melakukan pengkajian
resep.
24
BAB IV
PELAKSANAAN MAGANG
a) Mencatat stok obat yang tinggal sedikit atau yang sudah habis dari
buku defekta ke surat pesanan (SP) meliputi nama obat beserta jenis
sediaannya, jumlah obat yang akan dipesan.
b) Memvalidasi dan menandatangani surat pesanan dilakukan oleh
Apoteker Pengelola Apotek (APA).
c) Menghubungi suplier.
d) Sales PBF menerima surat pesanan.
Adapula pemesanan obat menggunakan cara instan seperti melalui
aplikasi pesan singkat, sedangkan untuk surat pesanan akan di berikan di
akhir setelah diterimanya barang yang dipesan.
dengan kebutuhan pasien yang memerlukan obat tersebut. Hal yang penting
di lakukan mahasiswa pada saat mengemas obat adalah mengemas sesuai
dengan nama obat, jumlah obat dan dosis obat yang dibutuhkan, meracik
sesuai dengan takaran dosis yang sebelumnya telah dihitung sesuai dengan
resep, label obat yang sesuai dengan golongan penggunaan obat yaitu etiket
putih (obat oral) dan etiket biru (obat luar).
Pada kegiatan ini, berlaku saat pelayanan obat resep maupun non
resep (swamedikasi) setelah kegiatan pengemasan sediaan farmasi telah
selesai. Proses kegiatan ini dilaksanakan dengan berkomunikasi langsung
terhadap pasien dan mahasiswa melakukannya didampingi langsung oleh
Apoteker. Pada proses penyerahan obat, mahasiswa dapat melakukan
verifikasi mengenai pemberian obat, yaitu ada 7 benar pemberian obat :
1) Benar nama pasien
2) Benar nama obat
3) Benar dosis obat
4) Benar cara pemberian obat
5) Benar waktu penggunaan obat
6) Benar informasi obat
7) Benar dokumentasi resep obat
35
a) pencatatan resep
pencatatan dokumen resep pada sistem komputer. Pada saat kegiatan
penerimaan resep berlangsung, resep diketik berdasarkan yang tertulis
dalam resep meliputi nama obat dan sediaan obat, jumlah yang diminta dan
harga resep. Setelah itu, jika pasien menyetujui pembelian resep, masuk ke
tahap transaksi resep kemudian struk penjualan tercetak, dan resep sudah
otomatis masuk ke dalam rekaman riwayat penjualan resep beserta dengan
data pasien tersebut. Setelah melalui pengemasan, pelabelan obat dan
penyerahan obat, resep yang telah selesai diproses kemudian dimasukan ke
dalam tempat arsip resep.
2) Saat batuk atau bersin, segera tutup hidung dan mulut menggunakan tisu.
3) Jika tidak ada tisu,gunakan sapu tangan atau lengan baju bagian dalam.
4) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
BAB V
PEMBAHASAN
5) Alat peracikan seperti blender obat racik, spatula, dan kertas bungkus
obat untuk puyer dan pot obat untuk racikan salep
6) Mesin press kemas obat puyer racikan
7) Alat timbangan obat
8) Keranjang pengemasan obat
9) Label yang diperlukan (contoh: label kocok dahulu)
Pada pelaksanaan langsung di lapangan, prosedur penyiapan obat
cukup sesuai dengan teori yang ada di standar pekerjaan kefarmasian.
Akan tetapi, fasilitas atau aspek yang tersedia untuk kegiatan penyiapan
obat di apotek belum sepenuhnya lengkap, seperti belum tersedianya
mesin press puyer obat untuk kemas racikan, masih menggunakan
perkamen obat. Namun fasilitas yang kurang tersebut tidak menghalangi
kegiatan operasional pelayanan apotek.
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah kami melakukan Magang pada Apotek Madinah Karawang
mulai dari tanggal 01 September – 31 Oktober 2022. Maka dapat ditarik
kesimpulan ialah :
1. Mahasiswa menjadi mengetahui tentang pengelolaan sediaan farmasi
secara langsung di di Apotek dimulai dari perencanaan, pengadaan,
menyimpanan, pendistribusian dan pencatatan.
2. Mahasiswa menjadi lebih profesional dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian di lapangan.
3. Apoteker serta mahasiswa dapat bekerja sama menjalankan tugas dan
fungsinya dengan baik sebagai bagian pada pelayanan resep,
pengelolaan obat-obatan dan perbekalan kefarmasian kefarmasian pada
Apotek Madinah.
B. Saran
1. Diharapkan menambah lagi karyawannya agar pekerjaan tidak
menumpuk pada beberapa orang saja.
2. Perlu disiplin dan tindakan tegas dalam penulisan stok barang di kartu
stok, sehingga tidak terjadi kekurangan obat atau kehilangan obat.
47
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat Dan Makanan. (2021). Peraturan Badan Pengawas Obat
Dan Makanan Nomor 24 Tahun 2021 Tentang Pengawasan Pengelolaan
Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta.
Effendi Nasrul. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi
II. Jakarta. Egc. Hal.246.
Kemendikbud. (2013). Buku Perundang-Undangan Kesehatan Jilid 1 kurikulum
2013. Jakarta. Kemendikbud.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 1027/MenKes/SK/IX/2004 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Dl Apotek. Jakarta
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 1332/Menkes/Sk/X/2002 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor. 922/Menkes/Per/X/1993
Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 1027/Menkes/Sk/Ix/2004 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian 01 Apotek. Jakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 6 : Etiket
55