Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UPT PUSKESMAS CISURUPAN


Jalan Cisurupan No. 27.Kecamatan Cisurupan, Garut
Periode 01 Februari – 29 Februari 2020

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


memperoleh gelar Apoteker (Apt.)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh :
DEDE FIRDAUS, S.Farm
240431119009

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GARUT
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
UPT PUSKESMAS CISURUPAN
Jalan Cisurupan No. 27.Kecamatan Cisurupan, Garut
Periode 01 Februari – 29 Februari 2020

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Apoteker


Di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Garut
2020

Disusun Oleh :
Dede Firdaus, S.Farm
240431119009

Disetujui Oleh :

Preseptor Internal Preseptor Eksternal

Deden Winda Suwandi, M.Farm,. Apt Cecep Saeful Latifa, S.Si., Apt
KATA PENGANTAR

Segala rasa syukur atas segala rahmat serta hidayah Allah SWT, yang
karena-Nya rangkaian kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di UPT
Puskesmas Cisurupan periode 01 Februari – 29 Februari 2020 dapat diselesaikan
dengan baik. Laporan ini merupakan salah satu syarat menempuh Program
Pendidikan Profesi Apoteker untuk mencapai gelar Apoteker (Apt.) di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Garut.
Laporan ini disusun berdasarkan informasi dan data yang saya kumpulkan
selama PKPA, baik dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Informasi dan data
tersebut tidak akan penulis dapatkan tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh
karenanya kami sebagai penulis menggunakan rasa terimakasih yan sebesar-
besarnya kepada :
1. Ibu dr. Vinta Vini DP selaku Kepala UPT Puskesmas Cisurupan atas izin
yang diberikan untuk dilaksanakannya kegiatan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di bidang pemerintahan daerah.
2. Bapak Cecep Saeful Latifa, S.Si., Apt selaku preseptor eksternal dan
pembimbing tugas khusus dari UPT Puskesmas Cisurupan atas kesempata,
pengalaman, bimbingan dan pelajaran yang saya dapatkan selama saya
melakukan Praktek Profesi.
3. Bapak Deden Winda S, M.Farm., Apt selaku preseptor internal dari PSPA
Fakultas MIPA Universitas Garut yang telah membimbing serta
memotivasi saya untuk menambah ilmu dan pengalaman.
4. Ibu Dr. Ria Mariani, Apt. Selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
yang telah memberikan saran, motivasi dan dukungan selama masa
perkuliahan dan praktek profesi berlangsung.
5. Seluruh dosen Program Studi Profesi Apoteker Universitas Garut yang
telah mendidik, memberikan bekal dan membantu sehingga Praktek Kerja
Profesi Apoteker bisa terlaksana dengan lancar.
6. Kepada ayah dan ibu yang telah memberikan dorongan, motivasi, doa dan
tenaga yang diberikan sampai saat ini.

i
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan pada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini dan semoga apa yang
disusun dapat memberikan manfaat bagi kampus Universitas Garut khusus nya
program profesi apoteker dan masyarakat.

Garut, Februari 2020

Dede Firdaus, S.Farm

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan PKPA di UPT Puskesmas Cisurupan ...................... 2
1.3 Manfaat PKPA di UPT Puskesmas Cisurupan .................... 2
BAB II KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN .............................. 4
2.1 Profil Tempat PKPA ............................................................ 4
2.1.1 Sejarah UPT Puskesmas Cisurupan ......................... 4
2.1.2 Visi dan Misi UPT Puskesmas Cisurupan ............... 4
2.1.3 Tata Nilai UPT Puskesmas Cisurupan ..................... 4
2.1.4 Prinsip Penyelenggaraan UPT Puskesmas
Cisurupan ................................................................. 5
2.1.5 Tugas dan Wewenang UPT Puskesmas Cisurupan .. 6
2.1.6 Struktur Organisasi UPT Puskesmas Cisurupan ...... 8
2.1.7 Upaya Kesehatan UPT Puskesmas Cisurupan ......... 9
2.1.8 Pendanaan UPT Puskesmas Cisurupan .................... 10
2.1.9 Sistem Informasi UPT Puskesmas Cisurupan .......... 11
2.2 Kegiatan PKPA .................................................................... 11
2.2.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai .............................................................. 11
2.2.2 Pelayanan Farmasi Klinik ........................................ 19
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 38
3.1 Simpulan .............................................................................. 38
3.2 Saran ..................................................................................... 38
BAB IV TUGAS KHUSUS ..................................................................... 39

iii
4.1 Latar Belakang ..................................................................... 39
4.2 Tujuan Tugas Khusus........................................................... 39
4.3 Tinjauan Pustaka .................................................................. 40
4.3.1 Pengertian Diabetes Mellitus ................................... 40
4.3.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus ................................... 40
4.3.3 Epidemiologi ............................................................ 41
4.3.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 1..................... 41
4.3.5 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2..................... 42
4.3.6 Faktor Resiko ........................................................... 42
4.3.7 Manifestasi Klinik .................................................... 43
4.3.8 Diagnosis .................................................................. 43
4.3.9 Komplikasi Diabetes Mellitus .................................. 45
4.3.10 Pengobatan Diabetes Mellitus .................................. 47
4.4 Hasil Kegiatan ...................................................................... 52
4.5 Kesimpulan .......................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 53

iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur Pelayanan Instalasi Farmasi UPT Puskesmas
Cisurupan ............................................................................. 21
Gambar 2.2 Bagan Alir Kegiatan Monitoring Efek Samping Obat ......... 24

v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Formularium UPT Puskesmas Cisurupan Tahun 2020 .............. 25

vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Struktur Organisasi UPT Puskesmas Cisurupan .................. 55
Lampiran 2 Alur Pelayanan Rawat Inap UPT Puskesmas Cisurupan ..... 56
Lampiran 3 Lefleat Antidiabetes ............................................................. 57
Lampiran 4 Etiket Obat Dalam ................................................................ 58
Lampiran 5 Etiket Obat Dalam Sirup ...................................................... 59
Lampiran 6 Etiket Obat Luar ................................................................... 60
Lampiran 7 Resep .................................................................................... 61
Lampiran 8 Kartu Stok Obat ................................................................... 62
Lampiran 9 Contoh Formulir LPLPO ..................................................... 63
Lampiran 10 Contoh Berit Acara Penerimaan Obat dan BMHP ............... 64
Lampiran 11 Contoh Dokumen Bukti Mutasi Barang............................... 65
Lampiran 12 Contoh Bukti Pengadaan Belanja Mandiri ........................... 66
Lampiran 13 Contoh Form Stock Opname ................................................ 67
Lampiran 14 Contoh Berita Acara Pemusnahan Resep ............................. 68
Lampiran 15 Contoh Laporan Psikotropika .............................................. 69
Lampiran 16 Contoh Laporan Bulanan Pelayanan Kefarmasian UPT
Puskesmas Cisurupan ........................................................... 70
Lampiran 17 Contoh Formulir MESO....................................................... 71

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan
dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Kosep kesatuan upaya kesehatan ini
menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia termasuk Puskesmas.
Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan dasar yang ada di Puskesmas
dilakukan sejalan dengan perkembangan kebijakan yang ada pada berbagai sektor.
Adanya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi diikuti pula dengan
menguatnya kewenangan daerah dalam membuat berbagai kebijakan. Selama ini
penerapan dan pelaksanaan upaya kesehatan dalam kebijakan dasar Puskesmas
yang sudah ada sangat beragam antara daerah satu dengan daerah lainnya, namun
secara keseluruhan belum menunjukkan hasil yang optimal.
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang
meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Salah satu pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah pelayanan Kefarmasian
yang dilakukan oleh seorang Apoteker dengan tujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah Obat dan masalah yang berhubungan
dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu

1
2

Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigm lama


yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigm baru yang
berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian
(pharmaceutical care).
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan salah satu program
untuk calon apoteker mendapatkan pengalaman praktik dan pemahaman lebih
mengenai ruang lingkup pekerjaan di Puskesmas. Universitas Garut bekerja sama
dengan UPT Puskesmas Cisurupan sebagai wadah pendidikan mahasiswa untuk
praktik keprofesian dengan kurun waktu 1 bulan dari tanggal 01 Februari sampai
29 Februari 2020.

1.2 Tujuan PKPA di Puskesmas


Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker bagi mahasiswa di Puskesmas
adalah :
a) Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peran, fungsi, posisi,
dan tanggung jawab Apoteker dalam praktek kefarmasian di Puskesmas.
b) Meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.
c) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan permasalahan tentang
pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.
d) Meningkatkan kemampuan mengembangkan praktek kefarmasian di
Puskesmas.
e) Mempersiapkan calon Apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang professional di Puskesmas.

1.3 Manfaat PKPA di Puskesmas


a) Mahasiswa mampu membuat keputusan profesi pada pekerjaan
kefarmasian di Puskesmas berdasarkan ilmu pengetahuan, standar
praktek kefarmasian, perundang-undangan yang berlaku dan etika
profesi farmasi.
3

b) Mahasiswa mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga


kesehatan yang lain dan tenaga kerja di bidang lain.
c) Mahasiswa mampu menyusun rencana pengelolaan perbekalan farmasi
dan alat kesehatan serta pengembangan sumber daya manusia.
d) Mahasiswa mampu menyusun rencana pengembangan praktek
kefarmasian di Puskesmas.
e) Mahasiswa memahami peraturan perundang-undangan tentang ijin
praktek, ijin-ijin yang lain yang di bawah tugas dan wewenang
kefarmasian di Puskesmas.
BAB II
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN

2.1 Profil Tempat PKPA


2.1.1 Sejarah UPT Puskesmas Cisurupan
UPT Puskesmas Cisurupan berdiri sejak tahun 1971 yang pada
awalnya merupakan Balai Pengobatan yang memberikan pelayanan kesehatan
dasar bagi masyarakat Kecamatan Cisurupan. Terletak di Jl. Cisurupan no. 27
Kecamatan Cisurupan. Wilayah kerja Puskesmas Cisurupan mencakup 11
desa sampai dengan tahun 2013 dan 1 Pustu yaitu Pustu Cidatar yang terletak
di Desa Cidatar. Sejak tahun 1981 UPT Puskesmas Cisurupan menjadi
Puskesmas denga tempat perawatan yang memiliki 5 TT dan gedung rawat
inap terpisah di Kp. Gudang Desa Balewangi.

2.1.2 Visi dan Misi UPT Puskesmas Cisurupan


UPT Puskesmas Cisurupan memiliki visi yaitu terwujudnya
masyarakat sehat mandiri di wilayah kerja UPT Puskesmas Cisurupan. Untuk
mewujudkannya visi tersebut UPT Puskesmas Cisurupan mempunyai misi
antara lain :
a) Melaksanakan pelayanan yang bermutu.
b) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
c) Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral.
Motto UPT Puskesmas Cisurupan adalah Kepuasan anda harapan
kami, kesehatan anda tujuan kami.

2.1.3 Tata Nilai UPT Puskesmas Cisurupan


Tata nilai UPT Puskesmas Cisurupan yaitu “KEREN” dengan uraian :
K : Kerjasama dalam setiap kegiatan baik kerjasama lintas Program maupun
kerjasama lintas sector untuk mencapai tujuan masyarakat sehat mandiri
di wilayah UPT Puskesmas Cisurupan.

4
5

E : Empati dalam memberikan pelayanan merasakan apa yang dirasakan


oleh pasien atau masyarakat.
R : Ramah dalam memberikan setiap pelayanan kepada pengguna layanan.
E : Edukatif dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada
penerima pelayanan.
N : Nyaman dalam memberikan pelayanan dan memberi rasa nyaman
terhadap pengguna layanan.

2.1.4 Prinsip Penyelenggaraan UPT Puskesmas Cisurupan


Pembangunan ksehatan yang diselenggarakan di UPT Puskesmas
Cisurupan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang :
a) Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat.
b) Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.
c) Hidup dalam lingkungan sehat.
d) Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
e) Mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Prinsip penyelenggaraan UPT Puskesmas Cisurupan meliputi ;
a) Paradigma sehat dengan mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
komitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang
dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
b) Pertanggungjawaban wilayah dengan menggerakan dan bertanggungjawab
terhadap pembangunan kesehatan di wilayah Cisurupan
c) Kemandirian masyarakat dengan mendorong kemandirian hidup sehat bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Upaya tersebut dilakukan
dengan memberikan Konsultasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada
setiap pasien dan keluarga pasien yang datang.
d) Pemerataan dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat
diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara
adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan
6

kepercayaan.
e) Teknologi tepat guna dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan. Beberapa contoh pemanfaatan teknologi di UPT Puskesmas
Cisurupan adalah adanya sistem digitalisasi nomor antrian agar
kenyamanan tetap dirasakan oleh pasien dam pemanfaatan teknologi
selanjutnya adalah pemberian edukasi kepada masyarakat Cisurupan
dengan dibuatnya brosur/leaflet, banner, tentang kesehatan yang dapat
dipelajari oleh pasien dan keluarga pasien yang datang.
f) Keterpaduan dan kesinambungan dengan mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan
Masyarakat) dan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) lintas program
dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung
dengan manajemen Puskesmas.

2.1.5 Tugas dan Wewenang UPT Puskesmas Cisurupan


UPT Puskesmas Cisurupan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di Kecamatan
Cisurupan dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam
melaksanakan tugasnya UPT Puskesmas Cisurupan menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut :
a) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di Kecamatan Cisurupan
b) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di Kecamatan Cisurupan
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana yang disebutkan diatas, UPT
Puskesmas Cisurupan berwenang untuk :
a) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
7

d) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan


masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait
e) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat
f) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas
g) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan Pelayanan Kesehatan
i) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit
UPT Puskesmas Cisurupan dalam menjalankan fungsinya telah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu. Pelayanan kesehatan yang dilakukan
mengutamakan upaya promotif dan preventif yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat wilayah Cisurupan. UPT Puskesmas
Cisurupan sangat mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien,
karyawan dan pengunjung yang datang dengan mendirikan tempat-tempat
khusus yang diharapkan dapat membuat semua personil yang ada merasa
aman dan nyaman, seperti ruang tunggu, ruang pemeriksaan, laboratorium
bahkan ada sarana bermain untuk anak-anak dengan harapan masyarakat dapat
berkawan baik dengan UPT Puskesmas Cisurupan (Puskesmas Ramah Anak).
Tidak dari segi fasilitas saja semua tenaga kesehatan yang bekerja di
UPT Puskesmas Cisurupan melakukan pelayanan berbasis koordinasi dan
kerjasama antara sesama dan antar profesi, melaksanakan rekam medis,
melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi mutu terhadap akses
pelayanan kesehatan, meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan,
melaksanakan pembinaan pelayanan kesehatan di Kecamatan Cisurupan dan
melaksanakan sistem rujukan sesuai dengan indikasi medis. UPT Puskesmas
Cisurupan telah memenuhi persyaratan lokasi , bangunan, prasarana dengan
8

sistem ventilasi, sistem pencahayaan, sistem sanitasi, sistem kelistrikan dan


sistem komunikasi yang baik. Peralatan kesehatan yang dipakai telah
memenuhi standar mutu, keamanan, keselamatan, memiliki izin edar sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dikalibrasi oleh
institusi penguji dan berwenang.
Sumber daya manusia UPT Puskesmas Cisurupan terdiri atas tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan
tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud dihitung berdasarkan analisis
beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah
kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja. Jenis
ketenagaan non kesehatan di UPT Puskesmas Cisurupan terdiri atas
Ketatausahaan, Administrasi Keuangan, Sistem Informasi, dan Kegiatan
Operasional sedangkan ketenagaan kesehatan terdiri dari Dokter atau Dokter
layanan primer, Dokter gigi, Perawat, Bidan, Tenaga Kesehatan Masyarakat,
Tenaga Kesehatan Lingkungan, Ahli Teknologi Laboratorium Medik, Tenaga
Gizi dan Tenaga Kefarmasian.
Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,
menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan
pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam
bekerja. Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki
surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.1.6 Struktur Organisasi UPT Puskesmas Cisurupan


i) Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Tingkat pendidikan paling rendah sarjana profesi dan memiliki
kompetensi kedokteran.
b. Masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun
9

c. Telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.


Kepala UPT Puskesmas Cisurupan bertanggungjawab atas seluruh
kegiatan di Puskesmas dengan merencanakan dan mengusulkan
kebutuhan sumber daya Puskesmas kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Garut (Anonim, 2014). Pendidikan dan Tanggung jawab
Kepala Puskesmas UPT Puskesmas Cisurupan telah memenuhi
persyaratan.
ii) Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala
Puskesmas dalam pengelolaan sebagai berikut :
a. Data dan informasi
b. Perencanaan dan penilaian
c. Keuangan
d. Umum dan kepegawaian
iii) Unit pelaksana teknis fungsional Puskesmas yang bertanggungjawab
atas :
a. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
b. Upaya Kesehatan Perorangan
iv) Jaringan pelayanan Puskesmas :
a. Unit Pustu (Puskesmas Pembantu)
Puskesmas Pembantu memberikan pelayanan kesehatan secara
permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas
b. Unit Pusling (Puskesmas Keliling)
Puskesmas keliling memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya
bergerak (mobile), untuk meningkatkan jangkauan dan mutu
pelayanan bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum
terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas. Struktur
organisasi dapat dilihat pada lampiran 1.

2.1.7 Upaya Kesehatan UPT Puskesmas Cisurupan


UPT Puskesmas Cisurupan menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
10

pertama secara terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya kesehatan yang


dilakukan meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan
pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi :
a. Pelayanan promosi kesehatan
b. Pelayanan kesehatan lingkungan
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana
d. Pelayanan gizi
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
Upaya kesehatan masyarakat pengembangan dilakukan dengan
kegiatan yang memerlukan upaya yang bersifat inovatif disesuaikan dengan
prioritas masalah kesehatan, wilayah kerja dan potensi sumber daya yang
tersedia.
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam
bentuk :
a. Rawat Jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Pelayanan satu hari (One Day Care)
d. Home Care
e. Rawat Inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan
Semua upaya yang tersebut diatas dilakukan oleh UPT Puskesmas
Cisurupan dengan standar operasional dan standar pelayanan yang berlaku.

2.1.8 Pendanaan di UPT Puskesmas Cisurupan


Pendanaan di UPT Puskesmas Cisurupan bersumber dari :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat
Pengelolaan dana sebagaimana yang dimaksudkan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
11

2.1.9 Sistem Informasi UPT Puskesmas Cisurupan


Setiap Puskesmas wajib melakukan sistem informasi begitupun UPT
Puskesmas Cisurupan yang menyelenggarakan secara elektronik dan non
elektronik. Dengan ruang lingkup :
a. Pencatatan dan pelaporan kegiatan puskesmas dan jaringannya
b. Survei lapangan
c. Laporan lintas sektor terkait
d. Laporan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja
Dalam penyelenggaraannya UPT Puskesmas Cisurupan melakukan
pelaporan kegiatan puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Garut
secara berkala.

2.1 Kegiatan PKPA di UPT Puskesmas Cisurupan


Universitas Garut telah bekerja sama dengan UPT Puskesmas Cisurupan untuk
melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Kegiatan tersebut
berlangsung selama satu bulan tepatnya tanggal 01 Februari 2020 sampai 29
Februari 2020 dengan jam kerja 07.30 – 14.00 WIB.

2.2.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan
keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien,
efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga
kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan (Anonim, 2016). Kegiatan pengelolaan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:
i) Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan
12

Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan
Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan
perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang mendekati kebutuhan
b. Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
UPT Puskesmas Cisurupan setiap periode dilaksanakan oleh Apoteker.
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi Sediaan Farmasi
periode sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana
pengembangan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
dan Formularium Nasional.
Proses seleksi ini melibatkan tenaga kesehatan yang ada di UPT
Puskesmas Cisurupan seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta
pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan. Proses perencanaan
kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan secara berjenjang
(bottom-up) dengan menyediakan data pemakaian Obat dengan
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO). Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan
kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi Puskesmas di
wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta
menghindari stok berlebih (Anonim, 2016).
Pengadaan dibuat dengan cara : Apoteker membuat surat pesanan berupa
LPLPO yang ditandatangani oleh kepala Puskesmas yang bersangkutan,
dibuat rangkap 5, 1 lembar untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, 3
lembar untuk gudang farmasi dan 1 lembar sebagai arsip. LPLPO
dikirimkan setiap akhir bulan dan permintaan barang akan diterima pada
13

setiap awal bulan. Pembelian dilakukan dengan 3 cara yakni dengan


LPLPO, E-Purchasing dan Belanja mandiri ke Apotek yang berizin.
ii) Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
UPT Puskesmas Cisurupan, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang
telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Garut, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan pemerintah daerah setempat.
Sediaan farmasi yang dikirimkan ke UPT Puskesmas Cisurupan adalah
obat-obatan generik yang didasarkan pada pertimbangan :
a. Sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan pada pelayanan
kesehatan publik
b. Obat generik mempunyai efikasi yang memenuhi standar pengobatan
c. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat
d. Menjaga berlangsungnya pelayanan kesehatan
e. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi alokasi dana obat
Permintaan obat terdiri dari permintaan rutin dan permintaan khusus,
permintaan rutin dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sedangkan permintaan khusus dilakukan diluar
jadwal distribusi. Permintaan khusus dilakukan apabila :
a. Kebutuhan pelayanan meningkat
b. Obat yang dibutuhkan tidak tersedia di Instalasi Farmasi
c. Terjad kejadian Luar Biasa (KLB)
d. Obat rusak atau kadaluwarsa
Data yang diperlukan untuk membuat LPLPO yaitu :
a. Data pemakaian obat periode sebelumnya
b. Jumlah kunjungan resep
c. Data penyakit
d. Frekuensi distribusi obat
e. Sisa stok
14

iii) Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan penerimaan dari Instalasi Farmasi Kabupaten atau hasil
pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah
diajukan. Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas,
dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.
Apoteker dalam kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan,
pemeliharaan dan penggunaan berikut kelengkapan catatan yang
menyertainya. Apoteker dibantu Tenaga Teknis kefarmasian melakukan
pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan
Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO,
ditandatangani oleh Apoteker dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila
tidak memenuhi syarat, maka Apoteker dapat mengajukan keberatan.
Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima
disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu
bulan.
iv) Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas
dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Disusun alfabetis untuk setiap bentuk sediaan
b. Obat dirotasi dengan sistem FEFO dan FIFO
15

c. Tumpukan dus harus disusun dengan rapi dan sesuai dengan petunjuk
d. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan
Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban
e. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
f. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
g. Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
h. Vaksin dan Suppositoria disimpan di lemari pendingin
i. Lisol dan desinfektan diletakan terpisah dari obat lainnya.
v) Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi di UPT Puskesmas Cisurupan dan
jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan
Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja dengan
jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit di Puskesmas dan
jaringannya antara lain:
a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
b. Puskesmas Pembantu
c. Puskesmas Keliling
d. Posyandu
e. Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)
dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor
stock) yaitu obat disiapkan dan diambil oleh perawat dari persediaan obat
yang disimpan diruangan, pemberian Obat per sekali minum (dispensing
dosis unit) atau kombinasi yaitu dimana obat diberikan dan disiapkan
dalam dosis sekali minum, sedangkan pendistribusian ke jaringan
Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan Obat sesuai dengan
16

kebutuhan (floor stock).


vi) Pemusnahan dan penarikan
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penarikan
sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan
inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b. Telah kadaluwarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan
d. Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
terdiri dari:
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait
d. Menyiapkan tempat pemusnahan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta peraturan yang berlaku.
vii) Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
17

dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan
dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat
di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri
dari:
a. Pengendalian persediaan
Pengendalian persedaiaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekuragan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
b. Pengendalian penggunaan
Pengendalian penggunaan dilakukan dengan
memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di
puskesmas dan seluruh unit pelayanan yang disebut dengan Stok kerja
dan menentukan stok optimum yaitu stok obat yang diiserahkan kepada
unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/kelebihan, stok
pengamanan (buffer stock) yaitu jumlah yang disediakan untuk
mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga dengan mengambil
batas aman 10% dari total persediaan obat serta menentukan waktu
tunggu (lead time) yaitu waktu yang diperlukan mulai dari pemesanan
sampai obat diterima.
c. Penanganan Sediaan Farmasi hilang
Kejadian obat hilang dapat terjadi karena adanya peristiwa pencurian
obat dari tempat penyimpanannya oleh pihak-pihak yang tidak
mempunyai tanggung jawab. Obat juga dikatakan hilang jika stok
akctual tidak sesuai dengan catatan di kartu stok nya. Maka dari itu
verifikasi dilakukan tiap bulan untuk memastikan jumlah stok sesuai
sebagai mana mestinya.
d. Penanganan Sediaan Farmasi Rusak dan Kadaluwarsa
Jika petugas pengelola sediaan farmasi menemukan obat yang tidak
layak pakai (rusak/kadaluwarsa) maka perlu dilakukan langkah-
18

langkah berikut :
1) Petugas yang menemukan melaporkan obat tersebut kepada kepala
Puskesmas
2) Petugas gudang farmasi mengumpulkan semua obat, dibuat list
obatnya, dikurangkan pada kartu stok dan di laporka kepada kepala
Puskesmas
3) Kepala Puskesmas melaporkan dan mengirimkan kembali obat
yang rusak atau kadaluwarsa kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk kemudian dibuatkan berita acara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
viii) Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai yang digunakan di UPT Puskesmas Cisurupan. Tujuan
pencatatan dan pelaporan adalah:
a. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai telah dilakukan
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
c. Sumber data untuk pembuatan laporan
ix) Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga
dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan
b. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai
c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan. Setiap
kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai,
harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional. Standar
19

Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO


tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.

2.2.2 Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Anonim, 2016).
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
b. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
c. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan
pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
d. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.
Pelayanan Farmasi Klinik di UPT Puskesmas Cisurupan
diselenggarakan secara berkesinambungan untuk mewujudkan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat khususnya di daerah Cisurupan.
i) Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
b. Nama, dan paraf dokter.
c. Tanggal resep.
d. Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
a. Bentuk dan kekuatan sediaan
b. Dosis dan jumlah Obat
20

c. Stabilitas dan ketersediaan


d. Aturan dan cara penggunaan
e. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat)
Persyaratan klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat
b. Duplikasi pengobatan
c. Alergi, interaksi dan efek samping Obat
d. Kontra indikasi
e. Efek adiktif
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan
farmasi dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian.
Peresepan Psikotropik di UPT Puskesmas Cisurupan dilakukan oleh
Dokter di UPT Puskesmas Cisurupan yang dilaksanakan berdasarkan
kebutuhan pasien sesuai diagnosis dan tatalaksana terapi yang tercantum
dalam pengobatan di Puskesmas. Peresepan Psikotropik diberikan paling
lama untuk 10 hari dan apabila diperlukan bagi penderita dengan
pengobatan jangka panjang maka dokter akan meresepkan kembali setelah
pasien kontrol pada kunjungan selanjutnya.
Tujuan dari pengkajian dan pelayanan resep adalah untuk diperolehnya
obat yang sesuai dengan keadaan klinis pasien dan pasien paham dengan
tujuan pengobatan serta mematuhi instruksi pengobatan yang dilakukan.
Alur pelayanan di Instalasi Farmasi UPT Puskesmas Cisurupan dapat
dilihat pada gambar 2.1
21

Gambar 2.1 Alur Pelayanan Instalasi Farmasi UPT Puskesmas Cisurupan


ii) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Adapun tujuan dilaksanakannya Pelayanan Informasi Obat (PIO) yaitu :
a. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai)
c. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
d. Kegiatan yang dilakukan ialah mberikan dan menyebarkan informasi
kepada konsumen secara pro aktif dan pasif serta menjawab pertanyaan
dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap
muka.
22

e. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-
lain.
f. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta masyarakat
g. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai
h. Mengkoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian
iii) Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan
rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah
memberikan pemahaman yang benar mengenai Obat kepada
pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan,
cara dan lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara
penyimpanan dan penggunaan Obat
Konseling di UPT Puskesmas Cisurupan dilakukan pada saat pasien
menginginkan informasi tentang obat yang didapatkan kepada Apoteker
Instalasi Farmasi Puskesmas. Kegiatan tersebut berlangsung tidak pada
ruangan khusus melainkan di ruang tunggu depan Instalasi Farmasi
Puskesmas.
iv) Visite Pasien Rawat Inap
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara
mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi, dan lain-lain. Alur pelayanan rawat inap dapat dilihat
pada lampiran 3.
Tujuan dari visite adalah :
a. Memeriksa Obat pasien
b. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat
dengan mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien
23

c. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan


penggunaan Obat
d. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan
dalam terapi pasien. Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan,
pelaksanaan, pembuatan dokumentasi dan rekomendasi
Tenaga kesehatan yang ada di UPT Puskesmas Cisurupan yaitu Dokter,
Perawat, Nutrisionis dan Apoteker melakukan visite terhadap pasien lama
dan pasien baru yang sedang dirawat inap dengan kegiatan
memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan,
memberikan informasi mengenai penggunaan obat kepada pasien dan
keluarga pasien, mengetahui status /perkembangan pasien dengan
mengevaluasi pengobatan yang diberikan. Kegiatan visite dilakukan bisa
bersamaan dengan tenaga kesehatan atau mandiri. Dokumentasi dilakukan
pada rekam medis pasien yang berisikan tentang follow up dari Dokter,
proses keperawatan, catatan pengembangan keperawatan, catatan dari
Nutrisionis dan catatan dari Apoteker tentang review obat yang diberikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika kegiatan visite dilakukan adalah
memahami cara berkomunikasi yang efektif, memiliki kemampuan untuk
berinteraksi dengan pasien dan tim, memahami teknik edukasi dan
mencatat semua perkembangan pasien. Pasien rawat inap yang telah
pulang ke rumah ada kemungkinan terputusnya kelanjutan terapi dan
kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar terwujud
komitmen, keterlibatan dan kemandirian pasien dalam penggunaan obat
sehingga tercapai keberhasilan terapi obat.
v) Monitoring Efek Samping Obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis. Tujuan:
a. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat,
24

tidak dikenal dan frekuensinya jarang


b. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah
sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.

Gambar 2.2 Bagan Alir Kegiatan Monitoring Efek Samping Obat


Untuk mencegah terjadinya efek samping obat dan kejadian yang tidak
diinginkan maka penyimpanan obat pada pasien harus disertai label yang
berisikan minimal nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, aturan
pakai, cara pemakaian dan waktu penggunaan. Dalam pemberian obat juga
harus memperhatikan riwayat alergi, interaksi obat dan efek samping obat,
jika memang ada efek samping yang timbul maka harus dilaporkan sesuai
dengan uraian yang tersebut diatas. Jika terjadi kesalahan dalam
pemberian obat maka harus dilaporkan dan ditindak lanjuti, ditulis dalam
buku evaluasi/monitoring ruangan farmasi UPT Puskesmas Cisurupan.
25

Tabel 2.1 Formularium UPT Puskesmas Cisurupan Tahun 2020


SUB KELAS TERAPI/NAMA
NO GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN DAN SATUAN
RESTRIKSI PENGGUNAAN
ANALGESIK NON NARKOTIK
1 Asam Mefenamat kaplet 500 mg Tablet
2 Ibuprofen Tablet 400 mg Tablet
3 Ketoprofen 100 mg Supp
4 Natrium Diklofenak Tablet 50 mg Tablet
5 Parasetamol Sirup 120 mg / 5ml Botol
6 Parasetamol Tablet 500 mg Tablet
ANESTETIK
7 Etil Klorida Spray Botol
Lidokain Inj Komp : Lidokain %+ Epinefrin 1 :
8 Ampul
80000-2 ml
ANTELMINTIK
9 Albendazol Tablet 400 mg Tablet
ANTIAGREGASI PLATELET
10 Asam Asetil salisilat Tablet 100 mg (Asetosal) Tablet
ANTIALERGI dan OBAT ANAFILAKSIS
11 Deksametason Inj 5 mg/ml-1 ml Ampul
12 Deksametason Tablet 0,5 mg Tablet
13 Difenhidramin Inj 10 mg/ml Ampul
14 Klorfenarimin Maleat (CTM) Tablet 4 mg Tablet
15 Loratadin Tablet 10 mg Tablet
16 Metilprednisolon Tablet 4 mg Tablet
Prednison Tablet 5 mg
17 Tablet

ANTIANEMIA
26

Tablet Tambah Darah Kombinasi : Besi II Sulfat


18 Tablet
200 mg + Asamfolat 0.25 mg
ANTIANGINA
19 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg Tablet
ANTIARITMIA
20 Digoksin Tablet 0,25 mg Tablet
21 Propanolol HCl Tablet 40 mg Tablet
22 Bisoprolol 5 mg Tablet
ANTIASMA
23 Aminofilin Inj 24 mg/ml-10 ml Ampul
24 Aminofilin Tablet 200 mg Tablet
25 Epinefrina HCL /Bitartratinj 0,1% Ampul
26 Salbutamol 2,5 mg/2,5 ml NaCl Ampul
27 Salbutamol Tablet 4 mg Tablet
ANTIBAKTERI
28 Amoksisilin Kaplet 500 mg Kaplet
29 Amoksisilin Sirup Kering 125 mg/5 ml Botol
30 Benzatin Benzil Penisilin Inj 2,4 juta IU/vial Vial
31 Eritromisin Kapsul 250 mg Kapsul
32 Eritromisin Kapsul 500 mg Kapsul
33 Eritromisin Sirup 250 mg/5 ml Botol
34 Fenoksimetil Penisilin Tablet 500 mg Tablet
35 Gentamisin Inj 40 mg/ml (Sulfat) Vial
36 Kloramfenikol Kapsul 250 mg Kapsul
37 Kloramfenikol Kapsul 500 mg Kapsul
38 Kloramfenikol Sirup 125 mg/5 ml Botol
39 Kotrimoksazol Susp: Sulf 200+Trim 40 mg/5 ml Botol
40 Kotrimoksazol Tab Dws: Sulf 400+Trim 80 mg Tablet
41 Metronidazol Tablet 250 mg Tablet
42 Metronidazol Tablet 500 mg Tablet
27

43 Oksitetrasiklin HCl inj i.m Botol


44 Prokain Benzil Penicillin Tablet
45 Sefadroksil Sirup 125 mg/5 ml Botol
46 Sefadroxil Kapsul 500 mg Kapsul
47 Sefotaksim Inj 1 g Vial
48 Seftriaxon Inj 1 g Vial
49 Siprofloksasin (HCl) Tablet 500 mg Kaplet
50 Tetrasiklin Kapsul 500 mg Kapsul
ANTIBAKTERI KULIT, MATA, TELINGA
51 Antibakteri DOEN Tube
52 Gentamisin Salep Kulit 0,1% Tube
53 Kloramfenikol Salep Kulit 2% Tube
54 Kloramfenikol Salep Mata 1 % Tube
55 Kloramfenikol Tetes Mata 0.5% Botol
56 Kloramfenikol Tetes telinga 3 % Tube
57 Oksitetrasiklin HCl 1 % Salep Mata Tube
58 Oksitetrasiklin HCl Salep Kulit 3 % Tube
ANTIDIABETES
59 Glibenklamid Tablet 5 mg Tablet
60 Metformin HCl Tablet 500 mg Tablet
ANTIDEPRESI
61 Amitriptilina HCl Tablet salut 25 mg Tablet
62 Flufenazin Inj im 25 mg/ml (Sikzonoate) Ampul
63 Haloperidol 5 mg Tablet
64 Haloperidol Tablet 1,5 mg Tablet
65 Klorpropmazin HCl Tablet salut 100 mg Tablet
66 Resperidon 2 mg Tablet
67 Triheksifenidil HCl Tablet 2 mg Tablet
ANTIDOT dan OBAT LAIN untuk KERACUNAN
68 Atropin Sulfat Inj 0,25 mg/ml Ampul
28

69 Karbon Aktif Tablet 250 mg Tablet


70 Natrium Bikarbonat Tablet 500 mg Tablet
ANTIEMETIK
71 Dimenhidrinat Tablet 50 mg Tablet
72 Domperidon Suspensi 5mg/5ml Botol
73 Domperidon Tablet 10 mg Tablet
74 Ondansetron Inj 4 mg/2 ml Ampul
ANTIEPILEPSI-ANTIKONVULSAN
75 Magnesium sulfat Inj (IV) 20 % Ampul
76 Magnesium sulfat Inj (IV) 40 % Ampul
77 Fenitoin Nat78rium Kapsul 100 mg Kapsul
78 Karbamazepin Tablet 200 mg Tablet
ANTIFUNGI
79 Griseofulvin Tablet 125 mg Micronized Tablet
80 Ketokonazol Tablet 200 mg Tablet
81 Nistatin Tablet Salut Gula 500.000 IU/g Tablet
82 Nistatin Tablet Vaginal 100.000 IU/g Tablet
ANTIFUNGI KULIT
83 Antifungi DOEN kombinasi Pot
84 Mikonazol Krim / Salep 2% Tube
ANTIHEMOROID
85 Anti Hemmoroid DOEN Supp
ANTIHIPERLIPIDEMIA
86 Simvastatin Tablet 10 mg Tablet
ANTIHIPERTENSI
87 Amlodipin Tablet 5 mg Tablet
88 Kaptropil Tablet 25 mg Tablet
89 Metildopa 250 mg Tablet
ANTIINFLAMASI dan ANTIPRURITUS
90 Betametason Krim 0.1 % Tube
29

91 Hidrokortison Krim 2,5 % TubeH


ANTILEPRA
92 MB Anak Blister
93 MB Dewasa Blister
94 PB Anak Blister
95 PB Dewasa Blister
ANTIMALARIA
96 Dehidroartemisin 40 mg + Piperaquin 320 mg Paket
97 Doksisilin Tablet 100 mg Tablet
98 Kina Inj 26 % 2 ml Ampul
99 Kina Tablet 222 mg Tablet
100 Primakuin Tablet 15 mg Tablet
ANTIMIGREN
101 Antimigren DOEN Tablet
ANTIPIRAI
102 Alopurinol Tablet 100 mg Tablet
ANTISEPTIK
103 Gentian Violet Larutan 1 %-10 ml Botol
104 PovidonIodida 10 %-30 ml Botol
105 PovidonIodida 10 %-300 ml Botol
ANTISKABIES
106 Permetrin 5% Krim (Scabimite) Tube
107 Salep 2-4 kombinasi :as.asal 2 % + Bel. 4 % Pot
ANTITIROID
108 Propiltiourasil Tablet 100 mg Tablet
109 Natrium Tiroksin Tablet 100 µg Tablet
ANTITUBERKULOSIS
110 Isoniazid Tablet 100 mg Tablet
111 OAT FDC Katagori 1 Paket
112 OAT FDC Katagori 2 Paket
30

113 OAT FDC Kategori Anak Paket


114 OAT FDC Kategori Sisipan Paket
115 OAT Kombipak Kat I Paket
ANTITUSIF DAN DEKONGESTAN
116 Dekstrometorfan Tablet kombinasi (Alpara) Tablet
117 Dektrometorfan Sirup kombinasi (Alpara) Botol
118 Dekstrometorfan Tablet 15 mg Tablet
119 Dekstrometorfan Sirup 10 mg/5 ml Botol
ANTIULKUS
120 Antasida DOEN I Tablet Kunyah Tablet
121 Antasida II Suspensi 60 ml Botol
122 Hiosina butil bromida 10 mg Tablet
123 Omeprazol Kapsul 20 mg Kapsul
124 Ranitidin Inj 25 mg/ml Ampul
125 Ranitidin Tablet 150 mg Tablet
ANTIVIRUS
126 Asiklovir Krim 5%/5g Tube
127 Asiklovir Tablet 400 mg Tablet
ANTI HIV/AIDS
128 Lovinapir 200 mg Ronavir Tablet
129 Efavirenz 600 mg Tablet
130 Lamivudine 11150 mg Tablet
131 Nevirapine 200 mg Tablet
132 TDF(300) + 3TC (300) +EFV (600) Tablet
133 Tenofovir 300 mg Tablet
134 Zdvdn (60) + Lmvdn (30) + Nvrpn (50) Tablet
135 Zidovudine (300) + Lamivudin (150) Tablet
BAHAN HABIS PAKAI
136 Alat Suntik Sekali Pakai 1ml Set
137 Alat Suntik Sekali Pakai 2,5 ml / 3 ml Set
31

138 Alat Suntik Sekali Pakai 5 ml Set


139 Alkohol Swab Buah
140 Bisturi Buah
141 Blood Lancet Buah
142 Blood set Buah
143 Catgut /Benang Bedah No.2/0 dengan jarum bedah Set
144 Catgut /Benang Bedah No.3/0 dengan jarum bedah Set
145 Coverglass Buah
146 Cry tube Buah
147 Folley Catheter Buah
148 Holder Buah
149 Infusion set anak Kantong
150 Infusion set dewasa Kantong
151 IV Catheter No.18 Set
152 IV Catheter No.20 Set
153 IV Catheter No.22 Set
154 IV Catheter No.24 Set
155 Jarum kulit Buah
156 Jarum otot Buah
157 Jarum Vacutainer Buah
158 Kaca slide Buah
159 Kantung mayat Buah
160 Kapas Pembalut /absorben 250 mg Roll
161 Kasa Hidrofil 2x80 Roll
162 Kasa Hidrofil Steril 16 X 16 Lembar
163 Kasa Pembalut Hidrofil 4 X 10 cm Roll
164 Kasa Pembalut hidrofil 4 x 5 cm Roll
165 Kassa Pembalut elastic 4 inchi Roll
166 Masker Buah
167 Mikropipet 15-200 µl Buah
32

168 PH paper Buah


169 Plester 5 yard x 2 inch Roll
170 Polybag Medis Lembar
171 Polybag Non medis Lembar
172 Polybag Ramah Lingkungan Lembar
173 Pot dahak Buah
174 Sarung Tangan Non Steril Buah
175 Sarung Tangan Steril Set
176 Sendok Obat Buah
Silk (Benang Bedah Sutera) No.2/0 dengan Jarum
177 Set
Bedah
178 Sound Timer Buah
179 Tabung vacutainer Buah
180 Test pack Buah
181 Urin Bag Buah
182 Urin Bag Buah
183 Vintip 60 & 61 Buah
KESLING
184 Desifektan tablet Tablet
185 Kaporit Kg
186 Pac Sachet
187 Penjernih air cepat Sachet
BAHAN HABIS PAKAI PROGRAM
188 ADS 0.05 ml Buah
189 ADS 0.5 ml Buah
190 ADS 5 ml Buah
191 Masker N-95 Buah
192 Safety box Buah
DESINFEKTAN
193 Etanol 70 %- 1000 ml Botol
33

194 Lisol Botol


DIURETIK
195 Furosemid Tablet 40 mg Tablet
EKSPEKTORAN dan MUKOLITIK
196 Bromheksin Tablet 8 mg Tablet
197 Gliseril Guaiakolat Tablet 100 mg Tablet
198 Obat Batuk Hitam (OBH) Cairan Botol
199 N- Asetil sistein kaps 200 mg Tablet
ELEKTROLIT
200 Dextrose Inj 40% Vial
201 Glukosa Larutan Infus 5% steril Fls
202 Natrium Klorida Larutan Infus 0,9% Fls
203 Ringer Laktat Larutan Infus Steril Fls
IMS
204 Azithromisin Tablet 500 mg Tablet
205 Fluconazol Tablet 150 mg Tablet
206 Klindanmisin Tablet 300 mg Tablet
207 Sefiksime 200 mg + Azitromisin 500 mg Paket
OBAT GIGI
208 Devitalisasi Pasta (Devitex) Botol
209 Endometason Botol
210 Eugenol Cairan Botol
211 Formokresol Cair Botol
212 Glass Ionomer Cement (Vitromolar) Botol
213 Kalsium hidroksida pasta (Urbical) Botol
214 Monoklorkam fermentol cairan Botol
215 Natrium Hipoklorit 3% Botol
216 Semen seng fosfat serbuk cairan (Vitrocem) Botol
217 Temporary Restorative Material Botol
OBAT PSIKOSIS
34

218 Diazepam Inj 5 mg/ml-2 ml Ampul


219 Diazepam Rectal 10 mg/2,5 ml Tube
220 Diazepam Rectal 5 mg/2,5 ml Tube
221 Diazepam Tablet 2 mg Tablet
222 Fenobarbital Tablet 30 mg Tablet
OBAT untuk DIARE
223 Atapulgit Tablet 600 mg Tablet
224 Garam Oralit I Serbuk Sachet
225 Zinc Tablet 20 mg Tablet
OBAT untuk TELINGA
226 Karbogliserin Tetes Telinga 10 % Botol
OBAT yang MEMPENGARUHI KOAGULASI
227 Fitomenadion (Vit K1) Tablet Salut Gula 10 mg Tablet
228 Fitomenadion (Vit K1) Inj 2 mg/ml Ampul
OKSITOSIN
229 Metil ergomatrin MaleatInj 0,200 mg Ampul
Metil ergometrin Maleat (Metilergometrin) Tablet
230 Tablet
Salut 0,125 mg
231 Oksitoksinin 10 IU/ml- 1 ml Ampul
REAGEN
232 Cybow 10 Reagent Strip Set
233 Golongan darah anti A-B Set
234 Golongan darah anti A Set
235 Golongan darah anti B Set
236 Humasens Plus Set
237 Humasens Plus Strip Uric Acid Kotak
238 Humasens Strip Glucose Kotak
239 Humasens strip kolesterol Kotak
240 Iodin test Botol
241 Larutan asam asetat Botol
35

242 Larutan benedict Botol


243 Larutan HCL Botol
244 Larutan Ziehl Neelsen Botol
245 Rapid Test Biomedika HIV Sachet
246 Rapid Test Biomeriux HIV Sachet
247 Rapid Test Intec HIV Sachet
248 Rapid Test Malaria Sachet
249 Rapid Test Oncoprobe HIV Sachet
250 Rapid Test SD HIV Sachet
251 Rapid Test SD Syphilis Sachet
252 Rapid Test Syphilis Sachet
253 RPR Syphilis Sachet
254 Salmonella Thypi H Buah
255 Salmonella Thypi O Buah
SUPLEMEN GIZI
256 Mineral Mix Sachet
VAKSIN dan SERUM
Human Tetanus ImunoglobulinIm 250UI
257 Set
(Tetagam)
258 Serum anti tetanus Inj 1500 IU/vial (ATS) Ampul
259 Serum anti bias ular Polivalen Inj 5 ml (SABU) I Vial
260 Vaksin BCG + Pelarut Set
261 Vaksin Campak + Pelarut Set
262 Vaksin DPT-HB Vial
263 Vaksin DT Vial
264 Vaksin Hb-0 Set
265 Vaksin IPV Vial
266 Vaksin Measles Rubella (MR) Vial
267 Vaksin Meningitis Paket
268 Vaksin papilloma virus (HPV) Paket
36

269 Vaksin Pneumococcus Paket


270 Vaksin Polio + Penetes Set
271 Vaksin Rabies Vero Set
272 Vaksin Tidak Vial
VITAMIN dan MINERAL
273 Asam Askorbat (VIT C) Tablet 50 mg Tablet
274 Asam Folat 0,4mg Tablet
275 Kalsium Laktat (Kalk) Tablet 500 mg Tablet
276 Kalsium Glukonatinj 100 mg/ml Ampul
277 Multivitamin + DHA + Lysin (Truvit) Botol
278 Multivitamin + Mineral (Selviplex) Kaplet
279 Piridoksin HCl (Vit B6) Tablet 10 mg Tablet
280 Sianokobalamin (Vit B12 ) Inj 500 mcg/ml Ampul
281 Tiamin HCL (Vit B1) Inj 100 mg/ml-1ml Ampul
282 Tiamin HCL (Vit B1) Tablet 50 mg Tablet
283 Vitamin B Kompleks Tablet Tablet
284 Retinol (Vit A) Kapsul 100.000 IU Kapsul
285 Retinol (VIT A) Kapsul 200.000 IU Kapsul
LAIN-LAIN
286 Aqua Pro Injsteril bebas pirogen- 20 ml Vial
287 Etakridin Larutan 0,1 % Botol
288 Salisil Bedak 2 % Kotak

vi) Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping. Tujuan dari Pemantauan Terapi Obat adalah
untuk mendeteksi masalah yang terkait dengan obat dan memberikan
rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan obat.
vii) Evaluasi Penggunaan Obat
37

Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara


terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). Tujuan dari
Evaluasi penggunaan obat ini adalah mendapatkan gambaran pola
penggunaan Obat pada kasus tertentu dan melakukan evaluasi secara
berkala untuk penggunaan Obat tertentu. Setiap kegiatan pelayanan
farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional.
Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.
SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah
dilaksaakan di UPT Puskesmas Cisurupan, dapat disimpulkan :
1. Calon apoteker memahami peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab
sebagai seorang Apoteker di Puskesmas dengan cakupan pekerjaan
meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai serta
pelaksanaan farmasi klinik.
2. Semua pekerjaan yang dilakukan di UPT Puskesmas Cisurupan telah
mengikuti persyaratan yang telah ditetapkan yakni Undang-Undang No 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, Peraturan Pemerintahan No 51
Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Permenkes No 75 Tahun
2014 tentang Puskesmas, Permenkes No 74 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
3. Pelayanan Kefarmasian di UPT Puskesmas Cisurupan dipastikan sesuai
dengan teori yang telah didapatkan pada saat perkuliahan.

3.2 Saran
1. Penerapan aspek-aspek Standar Pelayanan Kefarmasian di UPT
Puskesmas Cisurupan perlu terus dilakukan dan dipertahankan agar
kualitas dan mutu pelayanan meningkat demi meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat.
2. Perlu diadakannya ruangan konseling untuk membuat kenyamanan pasien
saat melakukan sesi konsultasi.
3. Perlu diadakannya perluasan gudang farmasi di UPT Puskesmas
Cisurupan unit Rawat jalan dan Unit Rawat Inap untuk mobilitas
pekerjaan yang efektif.
4. Perlu adanya loker tiap ruangan untuk menyimpan barang pribadi dan
yang tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan yang dilakukan.

38
BAB IV
TUGAS KHUSUS

4.1 Latar Belakang


Seorang Apoteker yang melakukan pelayanan dan wajib melaksanakan
promosi kesehatan. Namun demikian tidak semua strategi promosi kesehatan
yang menjadi tugas utamanya, melainkan hanya pemberdayaan. Pada
hakikatnya pemberdayaan adalah upaya membantu atau memfasilitasi
pasien/klien, sehingga memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk
mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya (to
facilitate problem solving), upaya ini umumnya berbentuk pelayanan
informasi secara langsung maupun tidak langsung (banner, leaflet, dan brosur)
atau konsultasi.
Selama melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker, UPT Puskesmas
Cisurupan mempunyai pasien PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit
Kronis) diabetes mellitus sebanyak 93 pasien dan 50 pasien per bulan yang
mempunyai penyakit diabetes mellitus diluar PROLANIS. Maka dari itu perlu
diadakannya upaya promosi kesehatan mengenai penyakit diabetes mellitus
tersebut yang diharapkan masyarakat yang belum tahu mengalami penyakit ini
bisa dideteksi secara dini atau sedang mengalami penyakit ini tidak
menimbulkan komplikasi.

4.2 Tujuan Tugas Khusus


Tujuan dilaksanakannya promosi kesehatan tentang penyakit diabetes
mellitus ini adalah :
a. Sebagai bentuk upaya promosi kesehatan UPT Puskesmas Cisurupan.
b. Mahasiswa calon Apoteker dapat melakukan peranan Apoteker di
Puskesmas dengan membangun komunikasi yang efektif terhadap pasien
dan keluarga pasien.
c. Memberikan informasi dan edukasi terhadap pasien dan keluarga pasien
untuk menangani dan melakukan pencegahan komplikasi penyakit

39
40

diabetes mellitus.

4.3 Tinjauan Pustaka


4.3.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
kadar glukosa didalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat. Kadar glukosa darah setiap hari
bervariasi, kadar gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali
normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah normal pada pagi hari
sebelum makan atau berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah
normal biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau
minum cairan yang mengandung gula maupun mengandung karbohidrat

4.3.2 Klasifikasi Diabetes Melitus


i) Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi
karena kerusakan sel β (beta). Canadian Diabetes Association (CDA)
2013 juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga
karena proses autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara
pasti. Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi
lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat setiap tahun
baik di negara maju maupun di negara berkembang.
ii) Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa. Seringkali diabetes
tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah
komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari
penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat
dari memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan
kurangnya aktivitas fisik.
41

iii) Diabetes gestational


Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis
selama kehamilan dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar
glukosa darah di atas normal. Wanita dengan diabetes gestational
memiliki peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat
melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di
masa depan.
iv) Tipe diabetes lainnya
Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena
adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan
mutasi gen serta mengganggu sel beta pankreas sehingga
mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat
mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu sindrom
chusing dan sindrom genetik.

4.3.3 Epidemiologi
Indonesia merupakan salah satu dari 22 negara di kawasan Asia Pasifik
yang bernaung dalam organisasi International of Diabetic Ferderation (IDF).
Penderita diabetes di dunia sebanyak 425 juta orang dan 159 juta orang di
Wilayah Asia Pasifik, pada 2045 ini akan meningkat menjadi 183 juta. Ada
lebih dari 10.276.100 kasus diabetes di Indonesia pada tahun 2017.

4.3.4 Patofisiologi DM Tipe 1


Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan menghancurkan sel
yang memproduksi insulin beta pankreas. Kondisi tersebut merupakan
penyakit autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti insulin atau
antibodi sel anti-islet dalam darah. National Institute of Diabetes and
Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) tahun 2014 menyatakan bahwa
autoimun menyebabkan kehancuran islet pankreas. Kehancuran memakan
waktu tetapi timbulnya penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama beberapa
42

hari sampai minggu. Akhirnya, insulin yang dibutuhkan tubuh tidak dapat
terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pankreas yang berfungsi
memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1 membutuhkan terapi
insulin, dan tidak akan merespon insulin yang menggunakan obat oral.

4.3.5 Patofisiologi DM Tipe 2


Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak mutlak.
Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau defisiensi
insulin resistensi insulin perifer. Resistensi insulin perifer berarti terjadi
kerusakan pada reseptor-reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin
menjadi kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia menuju sel-sel.
Dalam kebanyakan kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal untuk
merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka pemberian obat melalui
suntikan dapat menjadi alternatif.

4.3.6 Faktor Resiko


Faktor-faktor risiko terjadinya DM terdiri atas :
a. Obesitas (Body Mass Index (BMI) ≥ 25 kg/m2)
Obesitas dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten
insulin). Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh
semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh
terkumpul didaerah sentral atau perut (central obesity).
b. Kurang aktivitas fisik
c. Ras/ etnik beresiko tinggi
d. Wanita yang melahirkan bayi dengan berat ≥ 4 kg atau didiagnosis
dengan DM gestasional.
e. Hipertensi (≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam terapi hipertensi)
f. Kadar kolesterol HDL ≤ 35 mg/dL dan/atau kadar trigliserida >
250mg/dL
43

g. HbA1C ≥ 5,7%, glukosa puasa terganggu dan gangguan toleransi


glukosa pada pengujian sebelumnya.

4.3.7 Manifestasi Klinik


Diabetes mellitus ditandai gejala yaitu poliuria (banyak buang air
kecil), polidipsia (banyak minum) dan polifagia (banyak makan). Jika jumlah
glukosa yang masuk tubulus ginjal dalam filtrat glomerulus meningkat kira-
kira di atas 225 mg/menit, glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke
dalam urin. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap,
maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa darah meningkat melebihi 180
mg persen. Akibatnya sering disebut “ambang” darah untuk timbulnya
glukosa di dalam urin sekitar 180 mg persen. Saat kadar glukosa darah
meningkat dan melebihi ambang batas ginjal maka glukosa yang berlebihan
ini akan dikeluarkan (diekskresikan). Untuk mengeluarkan glukosa melalui
ginjal dibutuhkan banyak air (H2O). Hal ini yang akan menyebabkan penderita
sering kencing dan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi) sehingga timbul rasa
haus yang menyebabkan banyak minum (polidipsia). Gejala ini sering disertai
dengan kelelahan karena ketidakmampuan untuk menggunakan glukosa dan
penurunan berat badan karena pemecahan protein tubuh dan lemak sebagai
alternatif sumber energi glukosa. Penglihatan kabur yang disebabkan oleh
perubahan lensa refraksi juga dapat terjadi. Pasien juga mengalami tingkat
infeksi yang lebih tinggi terutama candida dan infeksi saluran kemih karena
peningkatan glukosa urin.

4.3.8 Diagnosis
DM dapat didiagnosa berdasarkan pemeriksaan kriteria HbA1C dan
kriteria plasma glukosa, yaitu glukosa plasma puasa, glukosa plasma sewaktu
dan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Semua tes tersebut dapat digunakan
untuk penyaringan dan diagnosa DM. HbA1C memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan pemeriksaan plasma glukosa, yaitu kadar glukosa darah tidak
dipengaruhi oleh diet (tidak perlu puasa) dan mencerminkan glukosa darah 1-
44

2 bulan sebelum pemeriksaan. Tapi penggunaan HbA1C masih memiliki


kendala diantaranya harganya yang mahal dan masih terbatasnya pemeriksaan
pada daerah-daerah di negara berkembang.
Sementara itu, pemeriksaan kriteria plasma glukosa dapat ditegakkan
melalui tiga cara, yaitu :
a. Jika terdapat keluhan klasik, maka penegakkan diagnosa sudah cukup
dengan pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL.
b. Pada pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL disertai keluhan
klasik.
c. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Pemeriksaan ini lebih spesifik dan
sensitif dibanding glukosa plasma puasa dengan pemberian beban 75
gram glukosa. Akan tetapi, TTGO sulit dilakukan berulang-ulang dan
jarang digunakan dalam praktik karena membutuhkan persiapan khusus.
Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus, antara lain :
a. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11,1
mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
b. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0
mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam.
c. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO
yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa
yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Pemeriksaan HbA1c (≥6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan
menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana
laboratorium yang telah terstandardisasi dengan baik.
Namun apabila pada pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal
ataupun DM, maka kelompok tersebut dapat digolongkan kedalam kelompok
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu
(GDPT). Adapun kriterianya sebagai berikut :
45

a. TGT (Toleransi Glukosa Terganggu), diagnosa dapat ditegakkan apabila


setelah pemeriksaan TTGO didapati kadar glukosa plasma 2 jam setelah
pemberian beban antara 140 – 199 mg/dL (7,8 – 11,0 mmol/L).
b. GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu), diagnosa dapat ditegakkan
apabila setelah pemeriksaan didapati kadar glukosa plasma puasa antara
100 – 125 mg/dL (5,6 – 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO kadar
gula darah 2 jam setelah pemberian beban <140 mg/dL.

4.3.9 Komplikasi Diabetes Melitus


Komplikasi DM terdiri dari:
i) Komplikasi Akut
Ada tiga komplikasi DM yang dapat terjadi dan berhubungan dengan
gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek. Ketiga
komplikasi tersebut adalah:
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi jika kadar glukosa darah turun dibawah 60
mg/dL. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau
preparatoral yang berlebihan, menurunnya asupan makanan, atau
aktifitas fisik yang berat. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan
gejala klinis penderita merasa pusing,lemas, gemetar, pandangan
berkunang-kunang, detak jantung meningkat, sampai hilang
kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan
otak dan akhirnya kematian. Untuk mengatasinya dapat diberikan
glukosa oral atau jika perlu glukosa intravena.
b. Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis diabetik diawali dengan terjadinya hiperglikemia.
Dalam hal ini hiperglikemia terjadi pada saat tubuh sangat
kekurangan insulin, sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel. Ketika hal ini terjadi untuk memenuhi kebutuhan energi
diperlukan sumber energi alternatif, akibatnya dihasilkan keton
dari asam lemak bebas. Produksi keton dari pemecahan asam
46

lemak dapat menyababkan tubuh menjadi lebih asam. Keadaan


yang lebih parah dapat terjadi ketika defisiensi insulin
berkepanjangan yang mengakibatkan dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit. Pada ketoasidosis diabetik kadar
gula darah tidak perlu terlalu tinggi, biasanya kadarnya 300-900
mg/dL. Onsetnya bertahap selama beberapa jam atau beberapa
hari. Gejalanya dapat berupa rasa haus dan mulut kering, poliuria,
sesak nafas, mual dan muntah, nyeri kepala dan nyeri perut,
mengantuk yang bisa berlanjut menjadi bingung dan koma.
Pengobatannya dapat dilakukan dengan memberikan insulin dan
elektrolit (biasanya kalium, natrium dan fosfat).
c. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK) merupakan
komplikasi akut pada DM dengan tanda-tanda dehidrasi tanpa
disertai ketosis. Onsetnya lambat dengan poliuria selama 2-3
minggu dan dehidrasi progresif. Dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar gula darah yang sangat tinggi (800 mg/dL-2000 mg/dL).
Penggobatannya dapat dilakukan dengan memberikan cairan dan
insulin.
ii) Komplikasi Kronik
Komplikasi jangka panjang DM dapat menyerang semua sistem organ
dalam tubuh. Kategori komplikasi kronik DM adalah:
a. Komplikasi Makrovaskuler
Komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada
penderita DM adalah penyakit jantung koroner (coronary heart
disease), penyakit pembuluh darah otak dan penyakit pembuluh
darah perifer (peripheral vascular disease). Karena penyakit-
penyakit jantung sangat besar risikonya pada penderita diabetes,
maka pencegahan komplikasi terhadap jantung sangat penting
dilakukan, termasuk pengendalian tekanan darah, kadar kolesterol
dan lipid darah. Untuk itu penderita harus dengan sadar mengatur
47

gaya hidupnya, termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet


dengan gizi seimbang, berolah raga secara teratur, tidak merokok,
mengurangi stress dan lain sebagainya.
b. Komplikasi Mikrovaskuler
Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang
terglikasi (termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh
darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan
pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong
timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler, antara lain
retinopati, nefropati, dan neuropati.

4.3.10 Pengobatan Diabetes Melitus


Tujuan pengobatan adalah mengurangi resiko untuk komplikasi
penyakit mikrovaskuler dan makrovaskuler, untuk memperbaiki gejala,
mengurangi kematian dan meningkatkan kualitas hidup (Dipiro, et al., 2008).
i) Terapi Non Farmakologi
a. Diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan
diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak. Terapi
nutrisi direkomendasikan untuk semua pasien DM. Yang
terpenting dari terapi nutrisi adalah tercapainya hasil metabolik
optimal dan pencegahan serta pengobatan komplikasi. Pasien DM
membutuhkan porsi makan dengan karbohidrat yang sedang dan
rendah lemak, dengan fokus pada keseimbangan makanan yang
direkomendasikan. Pasien dengan DM tipe 2 sering memerlukan
pembatasan kalori untuk penurunan berat badan. Penurunan berat
badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan
memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa.
48

b. Aktivitas
Olahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar
gula darah tetap normal. Prinsipya, tidak perlu olahraga berat,
olahraga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus
pengaruhnya bagi kesehatan. Beberapa contoh olahraga yang
disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang,
dan lain sebagainya. Olahraga akan memperbanyak jumlah dan
meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga
meningkatkan penggunaan glukosa.
ii) Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan terapi non farmakologi.
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi:
1. Sulfonilurea
Mekanisme kerja sulfonilurea adalah merangsang sekresi
insulin dari granul sel-sel β Langerhans pankreas. Sulfonilurea
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu generasi pertama dan
generasi kedua. Penggolongan ini berdasarkan pada potensi
efek terapi, potensi efek samping selektif dan penempelan
pada protein serum. Termasuk dalam generasi pertama
meliputi asetoheksamid, klorpropamid, tolazamid, dan
tolbutamid. Sulfonilurea golongan kedua adalah glibenclamid,
glimepirid, glipizid dan gliburid, yang mempunyai potensi
hipoglikemi lebih besar dari generasi pertama. Penggunaan
sulfonilurea dalam jangka panjang dan dosis yang besar akan
meningkatkan resiko hipoglikemia.
2. Meglitinid
Mekanisme kerja megtilnilid adalah meningkatkan sintesis
dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Contoh obat
golongan obat megtilinid adalah repaglinid dan nateglinid.
49

Efek samping utama dari obat ini adalah hipoglikemia,


gangguan saluran pencernaan dan juga reaksi alergi.
3. Biguanid
Salah satu obat golongan biguanid adalah metformin.
Metformin menurunkan produksi glukosa di hepar dan
meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adipose terhadap
insulin. Efek samping dari biguanid adalah asidosis asam
laktat dan angiopati luas, terutama pada lansia. Ini menjadi
penyebab biguanid jenis fenformin dan buformin ditarik dari
peredaran, sedangkan metformin pada dosis normal hanya
sedikit meningkatkan kadar asam laktat dalam darah.
Metformin dapat memberikan efek samping mual, untuk
mengurangi keluhan tersebut metformin diberikan pada saat
atau sesudah makan.
4. Tiazolidindion
Kerja utama dari tiazolidindion adalah mengurangi resistensi
insulin dengan meningkatkan ambilan glukosa dan
metabolisme dalam otot dan jaringan adipose. Tiazolidindion
berikatan pada Peroxisome Proliferator Activated Receptor
Gamma (PPAR γ), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak.
Dua anggota dari golongan tersebut yaitu rosiglitazone dan
pioglitazone. Efek samping dari obat ini adalah edema.
Berdasarkan informasi dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Badan POM) RI telah dilakukan penarikan ataupun
pembatasan dan pembekuan ijin edar obat diabetes yang
mengandung rosiglitazone diakibatkan efek samping
kardiovaskular berupa gagal jantung (heart failure).
5. Penghambat Alfa Glukosidase
Golongan ini dapat memperlambat absorbsi polisakarida
(starch), dekstrin, dan disakarida di intestin sehingga dapat
mencegah peningkatan glukosa plasma pada orang normal dan
50

pasien DM. Contoh obat golongan ini adalah akarbose. Efek


samping obat ini adalah flatulensi, diare dan rasa nyeri
abdominal.
Obat ini secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa
glukosidase (maltase, isomaltase, sukrase, dan glukoamilase)
yang terdapat pada “brush border” dipermukaan membran
usus halus, menunda pemecahan sukrosa dan karbohidrat
kompleks. Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah
akarbose dan miglitol. Efeknya adalah menurunkan kadar gula
darah sesudah makan. Penghambat alfa glukosidase dapat
digunakan sebagai monoterapi pada pasien usia lanjut atau
pada pasien dengan didominasi hiperglikemia postprandial.
Obat ini biasanya digunakan dalam kombinasi dengan
antidiabetik oral lainnya dan/atau insulin. Obat ini harus
diberikan diawal saat makan. Sebagai monoterapi obat-obat
ini tidak menyebabkan hipoglikemia, tetapi ketika digunakan
dalam bentuk kombinasi dengan sulfonilurea atau insulin
hipoglikemia dapat terjadi.
Efek samping utamanya adalah kembung, diare dan kram
abdomen. Pasien yang mengalami penyakit usus inflamasi
(inflammatory bowel disease ulserasi kolon atau obstruksi
usus tidak boleh menggunakan obat ini.
b. Terapi insulin
Insulin merupakan hormon polipeptida dengan berat molekul
5808 untuk insulin manusia, yang terdiri dari 51 asam amino yang
tersusun dalam 2 rantai, yakni rantai A terdiri dari 21 sam amino
dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Antara rantai A dan B
terdapat 2 gugus disulfida yaitu antara 7 dengan B-7 dan A-20
dengan B-19. Selain itu masih terdapat gugus disulfida antara
asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai A.
51

Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe


1. Pada DM Tipe I, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas
penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin.
Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe I harus mendapat
insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di
dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar
penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun
hampir 30% ternyata memerlukan terapi insulin disamping terapi
hipoglikemik oral.
Beberapa sediaan insulin tersedia di pasaran yang berbeda dalam
hal awal kerja (onset) dan lama kerjanya (duration).Sebagaimana
diuraikan sebagai berikut:
1. Insulin yang bekerja-cepat (rapid-acting)
Tiga analog insulin injeksi yang bekerja-cepat: insulin lispro,
insulin aspart, dan insulin glusin, dan satu bentuk inhalasi
insulin yang bekerja cepat, yaitu human insulin recombiant,
kini tersedia dipasaran. Awal kerja insulin ini 15 - 30 menit
dengan puncak kerjanya 1-2 jam setelah disuntikkan dan lama
kerjanya 5-6 jam.
2. Insulin yang bekerja-singkat (short-acting)
Contohnya insulin reguler (kristal zink insulin) efeknya
tampak dalam waktu 30 menit dan mencapai puncak kerja 2-3
jam setelah disuntikkan melalui subkutan dan biasanya
berlangsung selama 6-8 jam.
3. Insulin dengan masa kerja sedang (intermediate-acting)
Awal kerja insulin ini 2-4 jam dan mencapai puncak kerja 4-6
jam setelah disuntikkan dengan lama kerjanya 14-18 jam.
Contohnya NPH (Neutral Protamine Hagedorn) dan Insulin
lente.
4. Insulin dengan masa kerja lama (long-acting)
Terdapat 2 analog insulin yang bekerja lama, yaitu: insulin
52

glargin dan insulin detemir. Insulin glargin adalah analog


insulin larut dengan masa kerja yang sangat lama (ultra-long-
acting) dan “tidak berpuncak” (yaitu, memiliki plateau
konsentrasi plasma yang lebar). Awal kerja insulin ini 4-5 jam
setelah disuntik dengan lama kerjanya 24 jam. Insulin detemir
memiliki awal kerja 2 jam dan puncak kerjanya 6-9 jam
setelah disuntikkan dengan lama kerjanya 24 jam.

4.4 Hasil Kegiatan


Kegiatan promosi kesehatan mengenai penyakit diabetes mellitus ini
dilakukan kepada pasien PROLANIS dan pasien rawat jalan biasa di UPT
Puskesmas Cisurupan. Kegiatan dilakukan dengan memberikan leaflet disertai
dengan konsultasi informasi dan edukasi. Leaflet diabetes mellitus dapat
dilihat pada lampiran 3.

4.5 Kesimpulan Terkait


Kesimpulan dari pelaksanaan tugas khusus ini adalah :
1. Telah dilakukan sebagai upaya promosi kesehatan di UPT Puskesmas
Cisurupan kepada pasien.
2. Mahasiswa calon Apoteker memberikan konsultasi informasi dan edukasi
dengan membangun komunikasi yang efektif.
3. Pasien memahami dan mengerti mengenai penyakit diabetes mellitus
sehingga dapat di deteksi secara dini dan melakukan pencegahan agar
tidak terjadi komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014, Undang-Undang no. 36, Tentang Tenaga Kesehatan, (Jakarta,


Indonesia)
Anonim, 2009, Peraturan Pemerintah no. 51, Tentang Pekerjaan Kefarmasian
(Jakarta, Indonesia)
Anonim, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 74, Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, (Jakarta, Indonesia)
Anonim, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 75, Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat, (Jakarta, Indonesia)
Anonim 2003, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 1457,
Tentang Standar Pelayanan Minimal di Bidang Kesehatan Kabupaten dan
Kota, (Jakarta, Indonesia)
Anonim, 2015, Peraturan Bupati Garut no. 1172, Tentang Tarif Pelayanan Teknis
Dinas Puskesmas DTP dan Non DTP dengan Status Pola Pengolahan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, (Jakarta, Indonesia)
Anonim, 2015, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 46, Tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter dan
Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi, (Jakarta, Indonesia)
Anonim, 1997, Undang-Undang no. 5, Tentang Psikotropika (Jakarta, Indonesia)
Anonim 2009, Undang-Undang no. 35, Tentang Narkotika, (Jakarta, Indonesia)
Anonim 2015, Peraturan Pemerintah no. 3, Tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, Pelaporan Narkotik dan Psikotropik dan Prekursor, (Jakarta,
Indonesia)
G. Marlina, S. Ivo, dkk, 2011, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
Tentang Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah Kesehatan Panduan
Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas, (Jakarta, Indonesia)
S. Sudibyo,2012, Evaluasi Peran Apoteker Berdasarkan Pedoman Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas; Media Litbang Kesehatan Vol. 22 No. 4,
(Jakarta, Indonesia)
Dipiro. JT, 2009, Pharmacoterapy Handbook Edisi 7, Mc Graw Hill, New York

53
54

PERKENI, 2011, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe


2 di Indonesia, PERKENI, Jakarta
Tjay. TH, dan Raharja. K, 2007, Obat-obat Penting (Khasiat Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya), Edisi IV, Cetakan Pertama, PT. Elex Media
Komputindo Kolompok Kompas-Gramedia, Jakarta
LAMPIRAN 1
Struktur Organisasi UPT Puskesmas Cisurupan
55
LAMPIRAN 2
Alur Pelayanan Rawat Inap UPT Puskesmas Cisurupan

56
LAMPIRAN 3
Lefleat Diabetes Mellitus

57
LAMPIRAN 4
Etiket Obat Dalam

58
LAMPIRAN 5
Etiket Obat Dalam Sirup

59
LAMPIRAN 6
Etiket Obat Luar

60
LAMPIRAN 7
Resep

61
LAMPIRAN 8
Kartu Stok Obat

62
LAMPIRAN 9
Contoh Formulir LPLPO

63
LAMPIRAN 10
Contoh Berita Acara Penerimaan Obat dan BMHP

64
LAMPIRAN 11
Contoh Dokumen Bukti Mutasi Barang

65
LAMPIRAN 12
Contoh Bukti Pengadaan Belanja Mandiri

66
LAMPIRAN 13
Contoh Formulir Stok Opname

67
LAMPIRAN 14
Contoh Berita Acara Pemusnahan Resep

68
LAMPIRAN 15
Contoh Laporan Psikotropika

69
LAMPIRAN 16
Contoh Laporan Bulanan Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Cisurupan

70
LAMPIRAN 17
Contoh Formulir MESO

71
72

LAMPIRAN 17
(Lanjutan)
Contoh Formulir MESO

Anda mungkin juga menyukai