Disusun Oleh :
SELMA MUNGGARAY
240431119032
Disusun Oleh :
Selma
Munggaray
240431119032
Disetujui oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 543 Tasikmalaya.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat mengikuti
ujian apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Garut. Dalam menyelesaikan laporan ini,
penulis mendapatkan banyak pengarahan, dukungan moral dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. dr. Siva Hamdani, MARS selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Garut.
2. Dr. Ria Mariani, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Garut.
3. Shendi Suryana, M.Farm., Apt selaku preseptor internal Praktik Kerja Profesi
Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Garut.
4. Olivia Sedona, S.Farm., Apt selaku Apoteker Penanggung Jawab Apotek
Kimia Farma 543 Tasikmalaya dan selaku preseptor instansi Praktik Kerja
Profesi Apoteker.
5. Seluruh staff dan karyawan Apotek Kimia Farma 543 Tasikmalaya, atas
semua bantuan dan kerjasamanya selama pelaksanaan Praktik Kerja Profesi
Apoteker.
6. Kedua orang tua, yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, serta
dukungan baik moril maupun materil.
7. Segenap Staff Pengajar dan karyawan Program Studi Profesi Apoteker,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Garut..
8. Rekan-rekan Apoteker Angkatan kedua tahun 2019 Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Garut. yang senantiasa membantu dan
ii
memberi motivasi. Semua pihak yang telah membantu proses praktik kerja
rofesi apoteker dan penyusunan laporan ini. Semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan mereka.
Akhirnya, penulis berharap semoga laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di
rumah sakit ini dapat menambah dan memperluas wawasan dalam bidang kesehatan,
khususnya bidang kefarmasian.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. vi
BAB
I PENDAHULUAN....................................................................... 1
iv
3.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan 43
v
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
vii
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
VI.1 Faktor Resiko Epilepsi…......................................................... 59
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
2.3.1 Lokasi
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran
Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat
dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.
2.3.2 Bangunan Apotek
Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan,
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia. Bangunan
Apotek harus bersifat permanen, dapat merupakan bagian dan atau
terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah
kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
2.3.3 Sarana dan Prasarana di Apotek
Paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi:
i) Area penerimaan Resep
Area ini ditempatkan di bagian paling depan sehingga mudah
terlihat oleh pasien. Sekurang kurangnya terdiri atas counter
penerimaan resep serta satu set komputer untuk melakukan pekerjaan
administrasi.
ii) Ruang pelayanan Resep dan peracikan
Ruang pelayanan Resep dan peracikan meliputi rak obat dan meja
peracikan. Sekurang-kurangnya tersedia peralatan peracikan,
timbangan obat, air minum (mineral) untuk pengencer, sendok obat,
bahan pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko
salinan Resep, etiket, dan label obat. Ruangan dapat dilengkapi
dengan pendingin ruangan.
iii) Area Penyerahan
Area penyerahan obat berupa counter penyerahan obat yang
dapat digabungkan atau bersebelahan dengan counter penerimaan
Resep.
iv) Ruang Konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja
dan kursi konseling, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan
pasien.
v) Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, kelembaban, serta ventilasi untuk menjamin mutu produk
dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan
lemari obat, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, alat pengukur
suhu dan catatan suhu.
vi) Ruang Arsip
Digunakan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP serta catatan
pelayanan kefarmasian seperti catatan konseling maupun catatan
pengobatan pasien dalam jangka waktu tertentu.
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:
a. Instalasi air bersih
b. Instalasi listrik.
c. Sistem tata udara.
d. Sistem proteksi kebakaran.
Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian. Diantaranya rak obat, alat
peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi,
komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan
pasien, dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.Sarana, prasarana,
dan peralatan harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan
baik.
2.3.4 Ketenagaan
Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat
dibantu oleh apoteker lain, tenaga teknis kefarmasian dan atau tenaga
administrasi. Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian wajib memiliki
surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Semua Apoteker yang akan melaksanakan praktik kefarmasian
harus memiliki sertifikat kompetensi Apoteker. Sertifikat kompetensi
profesi Apoteker berlaku selama lima tahun dan dapat dilakukan
sertifikasi ulang setelah habis masa berlakunya. Calon Apoteker yang
baru lulus pendidikan profesi harus mengikuti Uji Kompetensi
Apoteker Indonesia (UKAI) sebelum dapat diberikan sertifikat
kompetensi Apoteker.5
Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) dan/ atau tenaga administrasi dalam pengelolaan
Apotek. Apoteker wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan berupa Surat Izin Praktik
Apotek (SIPA).(4) Sebelum memperoleh SIPA, Apoteker harus
memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 31 tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Nomor 889 tahun 2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, STRA
diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi.
Menteri akan mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite
Farmasi Nasional (KFN). Masa berlaku STRA selama 5 tahun dan
dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk
memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:5
a. Memiliki ijazah Apoteker.
b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi.
c. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
apoteker.
d. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktik; dan.
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.
Pengurusan SIPA dilakukan di Penyelenggara Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten/Kota tempat Apoteker akan
melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian. Permohonan SIPA harus
melampirkan:
a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN.
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat
keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian.
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4
sebanyak 2 (dua) lembar.
Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan kefarmasian dapat
memiliki paling banyak 3 SIPA untuk fasilitas pelayanan kefarmasian,
sementara Apoteker yang memiliki SIA (Surat Izin Apotek), boleh
memiliki paling banyak 2 SIPA di fasilitas pelayanan kefarmasian
lain.
2.4 Tata Cara Pendirian Apotek 6
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 9 tahun 2017 tentang
Apotek, Apotek dapat didirikan oleh Apoteker dengan modal sendiri
dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.
Namun, pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh
Apoteker yang bersangkutan apabila pendirian suatu Apotek bekerja sama
dengan pemilik modal. Sebelum suatu Apotek dapat beroperasi, seorang
Apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA). SIA berlaku selama 5
tahun dan dapat diperpanjang apabila masih memenuhi persyaratan.
Apoteker harus mengajukan permohonan tertulis untuk memperoleh SIA
melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kabupaten/Kota apabila
perizinan dilakukan diluar wilayah DKI Jakarta atau PTSP Kecamatan
apabila perizinan dilakukan di wilayah DKI Jakarta. Permohonan harus
ditandatangani oleh Apoteker disertai dengan kelengkapan dokumen
administratif meliputi: 4
a. Fotokopi SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker), dapat menggunakan
SIPA kesatu, kedua atau ketiga.
b. Fotokopi KTP Apoteker.
c. Surat Pernyataan bahwa APA tidak merangkap/bekerja di Apotek lain/
Industri lain dan sanggup bekerja sebagai APA di Apotek dimaksud.
d. Fotokopi perjanjian kerjasama antara APA dan Pemilik Sarana Apotek
(PSA) (di depan Notaris).
e. Surat pernyataan PSA bahwa tidak pernah terlibat pelanggaran
perundangundangan dibidang Farmasi.
f. Peta Lokasi dan Denah Bangunan Apotek.
g. Status Bangunan dan kaitannya dengan PSA (Hak Milik/Sewa/Kotrak).
h. Daftar Asisten Apoteker dilampiri Fotokopi Ijasah dan SIPTTK.
i. Surat izin Atasan untuk APA yang bekerja sebagai PNS/BUMN; dan
j. Surat Izin Tempat Usaha (SITU).
Paling lama dalam waktu 6 hari kerja sejak menerima permohonan
dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek. Tim pemeriksa
harus melibatkan unsur dinas kesehatan kabupaten/kota yang terdiri atas
tenaga kefarmasian dan tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan
prasarana. Paling lama dalam waktu 6 hari kerja sejak tim pemeriksa
ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat
yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota. Paling lama dalam waktu 12 hari kerja sejak
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerima laporan dan dinyatakan
memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan
SIA dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Bila hasil pemeriksaan oleh tim pemeriksa dinyatakan masih belum
memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus
mengeluarkan surat penundaan paling lama dalam waktu 12 hari kerja.
Pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu 1 bulan
sejak surat penundaan diterima. Apabila pemohon tidak dapat memenuhi
kelengkapan persyaratan, maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
mengeluarkan Surat Penolakan. Apabila Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA melebihi jangka waktu (12 hari
kerja), Apoteker pemohon dapat menyelenggarakan Apotekdengan
menggunakan BAP sebagai pengganti SIA. Pemerintah daerah menerbitkan
SIA bersamaan dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA.
Oleh sebab itu, masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA. Setiap
perubahan alamat dilokasi yang sama atau perubahan alamat dan pindah
lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama Apotek harus
dilakukan perubahan izin mengikuti ketentuan seperti pengajuan SIA untuk
pertama kalinya. Namun, untuk Apotek yang melakukan perubahan alamat
di lokasi yang sama atau perubahan nama Apotek tidak perlu dilakukan
pemeriksaan setempat oleh tim pemeriksa.
2.4.1 Perizinan Pendirian Apotek
Perizinan pendirian apotek dilakukan berdasarkan sistem online
single supmission (OSS) yaitu pelayanan perizininan berusaha
terintegrasi secara elektronik. Berdasarkan Permenkes No 26 tahun
2018 tentang pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara
elektronik.
Pelaksanaan kewenangan penerbitan perizinan berusaha wajib
dilakukan melalui lembaga OSS. Lembaga OSS untuk dan atas nama
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali kota menerbitkan perizinan
berusaha. Penerbitan perizinan berusaha oleh lembaga OSS dilakukan
dalam bentuk dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dibidang informasi, transaksi elektronik dan
dokumen elektronik disertai dengan tandatangan elektronik.
Dokumen elektronik berlaku sah dan mengikat berdasarkan
hukum serta merupakan alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dibidang informasi, transaksi
elektronik dan dokumen elektronik dapat dicetak atau print out.
Mekanisme mendirikan apotek diantaranya :
i) Pemohon mengajukan berkas permohonan, antara lain :
a. Mengisi formulir permohonan.
b. Fotokopi KTP pemilik/ penanggungjawab/ direktur utama
perusahaan.
c. Fotokopi akta notasi pendirian perusahaan (bila ada),
fotokopi sertifikat bangunan.
d. Fotokopi STRA, SIPA, denah bangunan, dan daftar sarana
prasarana.
e. BAP dan Dinas Kesehatan, mengisi surat-surat pernyataan
yang telah disediakan.
f. Nomor induk berusaha (NIB)
ii) Berkas pemohon yang telah lengkap selanjutnya dilakukan
validasi dan meminta pertimbangan teknis ke Dinas Kesehatan.
Setelah pertimbangan teknis terbit dan diterima oleh Dinas
penamaan modal dan perizinan terpadu (DPMPT) diajukan draft
izin.
iii) DPMPT melakukan verifikasi kesesuaian komitmen dengan
peraturan perundang-undangan Tim teknis DPMPT melakukan
survei tempat lokasi (jika diperlukan). DPMPT memberikan
persetujuan pemenuhan komitmen/penolakan komitmen tidak
terpenuhi melalui OSS.
iv) Pemohon menerima notifikasi pemenuhan komitmen dari OSS.
2.4.2 Pembayaran Izin Apotek
i) Perizinan berusaha dapat dikenakan biaya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
ii) Biaya diabayarkan oleh pelaku usaha pada saat penyampaian
dokumen pemenuhan komitmen.
iii) Biaya sebagai bagian dari pemenuhan komitmen.
iv) Pelaku usaha yang telah melakukan pembayaran biaya
mengunggah bukti pembayaran ke dalam sistem OSS.
v) Pelaku usaha yang tidak melakukan kewajiban pembayaran biaya
Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional yang telah
diberikan dinyatakan batal.
2.4.3 Masa Berlaku Izin Usaha
i) Izin usaha berlaku selama pelaku usaha menjalankan usaha
dan/atau kegiatannya.
ii) Izin komersial atau operasional berlaku untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan.
2.4.4 Pengawasan
i) Menteri, gubernur, dan/atau bupati/wali kota wajib melakukan
pengawasan atas :
a. Pemenuhan komitmen.
b. Pemenuhan standar, sertifikasi, lisensi dan/atau pendaftaran.
c. Usaha dan/atau kegiatan
ii) Pengawasan dimulai sejak tanggal pernyataan komitmen yang
tercantum dalam OSS.
iii) Pengawasan dilakukan memulai pemeriksaan
a. Dokumen termasuk laporan kegiatan usaha.
b. Ketenagaan.
c. Sarana prasarana.
d. lokasi/tempat.
iv) Dalam hal hasil ditemukan ketidaksesuaian atau penyimpangan,
meteri, gubernur, dan/atau bupati/wali kota mengambil tindakan.
v) Tindakan dapat berupa :
a. Peringatan.
b. Notifikasi pembatalan perizinan berusaha.
c. Penghentian sementara kegiatan berusaha.
d. Pengenaan denda administratif, dan/atau.
e. Pencabutan perizinan usaha
vi) Tindakan disampaikan melalui sistem OSS oleh menteri,
gubernur, dan/atau bupati/wali kota kepala lembaga OSS.
vii) Lembaga OSS berdasarkan penyampaian menteri, gubernur,
dan/atau bupati/wali kota melakukan peringatan, pembatalan,
penghentian sementara kegiatan berusaha, pengenaan denda
administratif, dan/atau pencabutan perizinan berusaha.
2.4.5 Ketenagaan
Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat
dibantu oleh apoteker lain, tenaga teknis kefarmasian dan atau tenaga
administrasi. Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian wajib memiliki
surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Semua Apoteker yang akan melaksanakan praktik
kefarmasian harus memiliki sertifikat kompetensi Apoteker. Sertifikat
kompetensi profesi apoteker berlaku selama lima tahun dan dapat
dilakukan sertifikasi ulang setelah habis masa berlakunya. Calon
Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi harus mengikuti Uji
Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI) sebelum dapat diberikan
sertifikat kompetensi Apoteker.5
Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) dan/ atau tenaga administrasi dalam pengelolaan
Apotek. Apoteker wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan berupa Surat Izin Praktik
Apotek (SIPA).4 Sebelum memperoleh SIPA, Apoteker harus
memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 31 tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Nomor 889 tahun 2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, STRA
diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi.
Menteri akan mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite
Farmasi Nasional (KFN). Masa berlaku STRA selama 5 tahun dan
dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk
memperoleh STRA.
Apoteker harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 5
a. Memiliki ijazah Apoteker.
b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi.
c. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
Apoteker.
d. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktik; dan
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.
Pengurusan SIPA dilakukan di Penyelenggara Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten/Kota tempat Apoteker akan
melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian. Permohonan SIPA harus
melampirkan:
a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN.
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat
keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian.
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4
sebanyak 2 (dua) lembar.
Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan kefarmasian dapat
memiliki paling banyak 3 SIPA untuk fasilitas pelayanan kefarmasian,
sementara Apoteker yang memiliki SIA (Surat Izin Apotek), boleh
memiliki paling banyak 2 SIPA di fasilitas pelayanan kefarmasian lain
2.5 Pencabutan Izin Apotek
Pencabutan SIA dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
berdasarkan hasil pengawasan dan atau rekomendasi kepala Balai POM.
Pelaksanaan pencabutan SIA dilakukan setelah dikeluarkan teguran
sebanyak 3 kali.Dalam hal Apotek melakukan pelanggaran berat yang
membahayakan jiwa, SIA dapat dicabut tanpa peringatan. Keputusan
Pencabutan SIA oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota disampaikan
langsung kepada Apoteker dengan tembusan kepada Direktur Jenderal,
kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Badan, dan Dinas
Kabupaten/Kota. 2
2.6 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
2.6.1 Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, dan Obat Keras
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa Resep dokter. Obat bebas memiliki tanda khusus pada
kemasan dan etiket yaitu lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna
hitam. 7 Contoh: Vitamin C tablet.
35
36
52
53
g) Spasme Infantil
Yang dikenal dengan west syndrome yang ditandai dengan adanya
sentakan tiba-tiba dan penegangan, lutut tertarik ke atas dan tubuh
membengkuk ke depan, biasanya terjadi pada penderita usia 3
sampai 12 bulan dan umumnya berhenti pada usia 2 sampai 4 tahun
(24)
.
ii) Kejang Parsial
Adalah kejang yang terjadi jika aktivasi dimulai dari daerah tertentu
di otak. Kejang parsial atau fokal dibagi dalam beberapa kategori antara
lain kejang parsial sederhana, kejang parsial kompleks dan kejang parsial
general sekunder. Kejang parsial sederhana dicirikan ketika tidak ada
gangguan kesadaran, kejang ini sering timbul dari korteks
sensorimotor(24). Kejang parsial sederhana sendiri diklasifikasikan lebih
lanjut menurut manifestasi
a) Kejang Parsial Sederhana
Kejang parsial sederhana dicirikan tidak ada gangguan kesadaran,
diakibatkan oleh penyakit cerebral fokal. Setiap daerah kortikal
mungkin akan terganggu terutama pada bagian lobus frontal dan
temporal, biasanya hanya berlangsung selama beberapa detik. Pada
kejang parsial sederhana terdapat beberpa manifestasi yaitu gejala
motorik, sensorik khusus dan menifestasi psikis. Pada manifestasi
motorik terjadi sentakan (clonus), timbul di daerah frontal atau pusat
walaupun tidak menutup kemungkinan bisa menyebar ke daerah lain.
Pada manifestasi sensori pasien akan mengalami mati rasa, shock,
nyeri dan terdapat sensasi terbakar, timbul di wilayah tengah atau
parietal. Sedangkan pada manifestasi psikis dapat berupa beberapa
bentuk manifestasi, lebih sering terjadi pada kejang parsial
kompleks, timbul dari fokus temporal, frontal atau parietal.
4.1.7 Diagnosa
Diagnosis epilepsi merupakan masalah tersendiri karena membuat
diagnosis epilepsi secara rutin memerlukan pengetahuan klinis dan
keterampilan yang khusus. Kebanyakan pasien epilepsi, diagnosis dapat
dibuat dengan mengetahui secara lengkap riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik dan neurologi, pemeriksaan elektroensefalografi, dan pencitraan otak.
Pemeriksa epilepsi dituntut supaya mampu melakukan pemeriksaan
anamnesis yang cermat dan tepat terhadap penderita (wawancara riwayat
kejang pasien, termasuk apa yang terjadi sebelum, selama dan setelah
serangan kejang), serta melakukan pemeriksaan klinis dan neurologis secara
sistematik. Hasil diagnosa mengarah ke epilepsi maka sudah sepantasnya
direncanakan pemeriksaan spesifik yang mendukung diagnosa epilepsy.
Pemeriksaan spesifik yang mendukung diagnosa epilepsi tersebut meliputi :
i) Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan secara cermat, rinci dan menyeluruh,
karena pemeriksa hampir tidak pemah menyaksikan serangan yang dialami
penderita. Penjelasan perihal segala sesuatu yang terjadi sebelum, selama
dan sesudah serangan (meliputi gejala dan lamanya serangan) merupakan
informasi yang sangat berarti dan merupakan kunci diagnosis. Anamnesis
juga memunculkan informasi tentang trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran, meningitis, ensefalitis, gangguan metabolik, malformasi vaskuler
dan obat-obatan tertentu. Anamnesi meliputi: Pola/bentuk serangan,
ada/tidaknya penyakit lain, lama serangan, faktor pencetus, gejala sebelum,
selama dan paska serangan, usia saat serangan terjadi, riwayat penyakit
epilepsy dalam keluarga, frekuensi serangan, riwayat penyakit dan terapi
sebelumnya.
ii) Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan
epilepsi, seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan
kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus. Pemeriksaan fisik harus
menepis sebab- sebab terjadinya serangan dengan menggunakan umur dan
riwayat penyakit sebagai pegangan. Pemeriksa pada anak-anak harus
memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan, organomegali,
perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat menunjukkan awal gangguan
pertumbuhan otak yang unilateral.
iii) Pemeriksaan penunjang
i) Elektro ensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan
merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk
rmenegakkan diagnosis epilepsi. Kelainan fokal pada EEG
menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan
adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya
kelainan genetik atau metabolic. Rekaman EEG dikatakan abnormal:
Pertama, asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama
di kedua hemisfer otak. Kedua, irama gelombang tidak teratur, irama
gelombang lebih lambat dibanding seharusnya misal gelombang delta.
Ketiga, adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada keadaan
normal, misalnya gelombang tajam, paku (spike), paku-ombak, paku
majemuk, dan gelombang lambat yang timbul secara paroksimal.
Bentuk epilepsi tertentu mempunyai gambaran EEG yang khas,
misalnya spasme infantile mempunyai gambaran EEG hipsaritmia,
epilepsi petit mal gambaran EEG nya gelombang paku ombak 3 siklus
per detik (3 spd), epilepsi mioklonik mempunyai gambaran EEG
gelombang paku/tajam/lambat dan paku majemuk yang timbul secara
serentak (sinkron).
ii) Rekaman video EEG
Rekaman EEG dan video secara simultan pada seorang penderita
yang sedang mengalami serangan dapat meningkatkan ketepatan
diagnosis dan lokasi sumber serangan. Rekaman video EEG
memperlihatkan hubungan antara fenomena klinis dan EEG, serta
memberi kesempatan untuk mengulang kembali gambaran klinis yang
ada. Prosedur yang mahal ini sangat bermanfaat untuk penderita yang
penyebabnya belum diketahui secara pasti, serta bermanfaat pula untuk
kasus epilepsi refrakter. Penentuan lokasi fokus epilepsi parsial dengan
prosedur ini sangat diperlukan pada persiapan operasi.
iii) Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging bertujuan
untuk melihat struktur otak dan melengkapi data EEG. CT Scan
dibandingkan dengan maka MRl lebih sensitif dan secara anatomik
akan tampak lebih rinci. MRI bermanfaat untuk membandingkan
hipokampus kanan dan kiri.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di
Apotek Kimia Farma 543 Tasikmalaya dari tanggal 2-30 Februari 2020, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Tugas dan tanggung jawab apoteker di Apotek adalah memimpin
seluruh kegiatan apotek dan bertanggungjawab terhadap pengembangan
serta kelangsungan hidup apotek.
2. Membuat laporan dan memberikan data kegiatan apotek untuk jangka
waktu tertentu kepada atasan.
3. Apoteker juga bertugas melakukan penerimaan resep dan penyerahan
obat yang disertai informasi dan edukasi kepada pasien berkaitan
dengan terapi obat, meliputi nama obat, khasiat, cara pemakaian,
interval pemakaian, efek samping yang mungkin terjadi, serta
melakukan monitoring penggunaan obat.
4. Apoteker melakukan kegiatan pengembangan dengan jalan mengikuti
dan merencanakan usaha pengembangan apotek, meningkatkan
pelaksanaan dan kegiatan usaha di bidang manajemen apotek.
5.2 Saran
Secara umum, dari hasil kegiatan dan pengamatan selama Praktik Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma 543 Tasikmalaya, pengelolaan
pelayanan kefarmasian di apotek sudah cukup baik. Beberapa hal yang mungkin
dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kinerja dalam pelayanan kefarmasian
di apotek, antara lain:
1. Penempelan label harga pada barang yang dijual di swalayan, guna
keefektifan sehingga pelanggan tidak perlu datang ke kasir untuk
menanyakan harga.
2. Obat-obat dengan cara pemakaian yang khusus, sebaiknya disertai
68
69
15. PT. Kimia Farma Profil Perusahaan (diakses 8 September 2019) tersedia di
: http://www.kimiafarma.co.id.
16. Sukandar EY, Andrajati R, Sigit JL, Adnyana IK, Setiadi AP.,( 2008).
Buku 2 : Iso Farmakoterapi., Penerbit PT. ISFI Penerbitan, Jakarta.
20. Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V. 2015.
Pharmacotheraphy Handbook. Ed 9th.
21. WHO.2016.Epilepsy.http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs999/en/.
Diakses tanggal 15 September 2016.
22. WHO. 2001. Epilepsy: epidemiology, etiology, and prognosis. WHO Fact
Sheet No. 165.
23. WHO. 2006. Neurological Disorder: Public Health Challenges. Geneva.
WHO Press.
26. Wibowo, S., dan Gofir, A., 2006, Obat Anti Epilepsi, 1-44, Pustaka
Cendekia Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN 1
STRUKTUR ORGANISASI APOTEK KIMIA FARMA 543
TASIKMALAYA
Apoteker
PenanggungALUR
Jawab Apotek
Keterangan :
Penerimaan Resep
Meminta no Hp, nama, alamat pasien Pasien Membayar di kasir dan diberi
Meminta no Hp, nama, alamat
Dispensing/Penyiapan oabat
Pemberian Etiket
Gambar V.2 Bagan Alur Pelayanan Resep di Apotek Kimia Farma 543
Tasikmalaya
LAMPIRAN 3
RESEP