Anda di halaman 1dari 2

Epilepsi adalah suatu keadaan terjadinya perubahan kesadaran secara berulang-ulang yang bersifat pro

ksismal baik dalam system motorik, sensorik, ataupun tingkah laku penderita, yang disebabkan oleh per
ubahan mendadak, berlebihan serta cepat dalam lepas muatan listrik pada sebagaian substansia kelabu
otak. Selain berdampak pada fisik, epilepsi ini juga dapat meninggalkan dampak pada psikologis penderi
tanya. Hal ini termasuk dalam kondisi psikologis yang dialami oleh penderita. Kondisi psikologis merupa
kan keadaan psikologis atau kejiwaan yang dimiliki oleh individu yang mencakup aspek kognitif, aspek e
mosional dan perasaan (afektif), serta perilaku (konasi).Dalam hal ini tidak hanya penderita saja yang m
erupakan bagian yang penting dalam mengatasi kondisi psikologisnya sendiri, namun pihak keluarga jug
a mendapatkan suatu andil yang penting dalam usaha-usahanya membantu pasien dalam mengatasi pe
rmasalahan psikologis yang dialaminya.Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti kondisi psikologis
dan upaya penanganan kondisi psikologis pada penderita epilepsi ini. Peneliti menggunakan penelitian j
enis kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek penelitian ini berjumlah 2 orang yang berjenis kelamin
perempuan dan laki-laki. Sedangkan analisa kasus yang digunakan adalah dengan metode analisis deskr
iptif. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara dan tes psikologis berupa te
s wartegg. Dan metode keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber serta triangulasi met
ode. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi psiokologis yang dialami oleh subyek da
pat berupa konsentrasi belajar subyek yang menurun, subyek mengalami penurunan pada daya ingat at
au memory subyek, subyek tidak mampu berfikir keras sehingga membuat prestasi akademis yang dimil
iki oleh subyek menurun serta problem solving yang dimiliki oleh subyek menjadi lemah. Selain itu suby
ek juga merasa malu dengan keadaan yang menimpanya tersebut sehingga membuat subyek menjadi s
ensitif seperti mudah marah, cemas, dan merasa curiga terhadap orang lain, dan hal ini membuat subye
k kurang mampu mengontrol emosinya sehingga subyek memiliki hubungan interpersonal yang kurang
baik. Adapun usaha-usaha yang dilakukan untuk menangani kondisi psikologis yang diderita adalah den
gan menerima keadaannya dengan lapang dada, selain itu adanya dukungan serta kasih sayang yang dib
erikan oleh orang tua dan keluarga subyek sehingga subyek mampu mengatasi kondisi psikologisnya.

ram Poliferasi
Pada awalnya, bentuk sel saraf (neuron) masih sederhana. Kemudian, mengalami
pembelahan sehingga menjadi banyak. Inilah yang disebut proses penambahan (poliferasi)
sel saraf. Proses proliferasi ini berlangsung pada usia kehamilan sekitar 4-24 minggu.
Proses poliferasi sel saraf selesai/berhenti pada waktu bayi lahir.

2. Migrasi
Setelah proses poliferasi, sel saraf akan mengalami migrasi atau berpindah ke tempatnya
masing-masing. Ada yang menempati wilayah depan, belakang, samping, dan bagian atas
otak. Waktu terjadi perpindahannya berbeda-beda sesuai program yang sudah dibentuk
secara genetik dan alamiah.Setelah sampai di “rumahnya” masing-masing, sel-sel saraf lalu
berkembang. Setiap “rumah” memiliki kurva pertumbuhan sendiri-sendiri. Percepatan
pertumbuhannya juga berbeda-beda. Tak heran kalau kemampuan otak setiap anak juga
berbeda. Proses migrasi sebenarnya berlangsung sejak kehamilan 16 minggu sampai akhir
bulan ke-6. Proses migrasi ini terjadi secara bergelombang. Artinya, sel saraf yang
bermigrasi lebih awal akan menempati lapisan dalam dan yang bermigrasi berikutnya
menempati lapisan luar (korteks serebri).

3. Diferensiasi
Pada akhir bulan ke-6 kehamilan, lempeng korteks sudah memiliki komponen sel saraf yang
lengkap. Seiring dengan itu juga sudah tampak adanya diferensiasi. Yaitu perubahan
bentuk, komposisi dan fungsi sel saraf menjadi enam lapis seperti pada orang dewasa. Sel
saraf kemudian berubah menjadi sel neuron yang bercabang-cabang dan juga berubah
menjadi sel penunjang (sel glia). Sel penunjang ini tumbuh banyak setelah sel saraf
menjadi matang dan besar. Fungsi sel glia juga mengatur kehidupan individu sehari-hari.

4. Sinaps
Selanjutnya terjadi pembentukan jalinan saraf satu dengan yang lainnya (sinaps). Setelah
menjalani mielinisasi (proses pematangan selubung saraf), sinaps makin bertambah
banyak.

5. Mielinisasi
Proses pematangan selubung saraf (myelin) yang disebut mielinisasi masih terus
berkembang. Proses ini terjadi terutama beberapa saat sebelum terjadi kehamilan.
Pematangan selubung saraf mencapai puncaknya ketika bayi berumur satu tahun. Setelah
bayi lahir terjadi pertumbuhan serabut saraf. Lalu, terjadi peningkatan jumlah sel glia yang
luar biasa serta proses mielinisasi.Semua proses tersebut, selain berlangsung alamiah, juga
dipengaruhi oleh stimulasi dan nutrisi. Nah, di sinilah pentingnya peranan orang tua pada
masa prenatal (kehamilan) dan pascanatal (setelah kelahiran) dalam perkembangan otak
anak. Karena itu, jika ibu atau ayah menghendaki si kecil mempunyai otak yang
berkualitas, maka perlu memahami tahapan perkembangan otak anak meskipun secara
garis besar saja. Persiapan agar anak memiliki otak yang berkualitas harus dimulai sebelum
kehamilan,selama masa hamil, dan setelah bayi lahir sampai proses perkembangan otak itu
selesai.

Siklus GABA[sunting | sunting sumber]


Siklus GABA sering disebut GABA shunt.[5] Glukosa merupakan prekursor utama bagi sintesis
GABA, selain asam piruvat dan asam amino lainnya.[6]
Jenjang pertama pada GABA shunt adalah transaminasi asam ketoglutarat-α dari siklus asam
sitrat oleh GABA-T menjadi asam glutamat. Setelah itu, GAD akan
mengkatalis reaksi dekarboksilasi pada asam glutamat guna membentuk GABA. Reaksi hanya
terdapat di dalam sel yang menggunakan GABA sebagai neurotransmiter.
GABA-T juga dapat mengkonversi GABA menjadi suksinat semialdehid sebagai cadangan kimiawi,
saat kadar GABA berlebih dan terdapat senyawa asam ketoglutarat-α untuk menerima gugus amina
yang dilepaskan GABA, dan menjadi asam glutamat. Suksinat semialdehid dapat teroksidasi
oleh suksinat semialdehid dehidrogenase menjadi asam suksinat dan memasuki siklus asam
sitrat lagi.
Pada sel glial, GABA akan dikonversi menjadi glutamina dan disekresi kembali menuju
ke neuron untuk diproses menjadi glutaminase, lalu menjadi asam glutamat, dan masuk ke dalam
siklus GABA kembali.

Anda mungkin juga menyukai