Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI APOTEK GARUT
TAHUN AKADEMIK 2017-2018

Oleh :

NENG INA FAUZIAH

24041215271

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS GARUT

2018

1
2

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI APOTEK GARUT

TAHUN AKADEMIK 2017 - 2018

Garut, Agustus 2018

Oleh :

NENG INA FAUZIAH

24041215271

Disetujui Oleh :

Pembimbing Pembimbing

(APOTEK GARUT) (UNIGA FMIPA)

Agus Hilman, S.Si.,Apt Doni Anshar Nuari, M.Si.,Apt


3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat,

nikmat dan karunia yang diberikan senantiasa memberikan pertolongan dan

bimbingan dalam setiap langkah menuntut dan mengkaji ilmu, yang merupakan suatu

kewajiban perintah dari yang Maha Kuasa untuk dilaksanakan, dan atas

kehendakNyalah penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) yang dilaksanakan di Apotek Garut

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Praktek

Kerja Lapangan Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Garut.

Dengan selesainya penulisan laporan PKL ini penulis mengucapkan terima kasih

terhormat kepada :

1. Keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun

materiil sehingga laporan ini terselesaikan.

2. Seluruh Staf Dosen dan karyawan di Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Garut.

3. Agus Hilman, S.Si.,Apt dan pendamping apotek Nia Kurnia, S.Si.,Apt.

4. Doni Anshar Nuari, M.Si.,Apt selaku dosen pembimbing dari Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Garut.

5. Seluruh staf dan karyawan Apotek Garut.


4

6. Rekan – rekan mahasiswa di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Garut.

Demikian laporan PKL ini disusun, dengan harapan tulisan ini bermanfaat

bagi rekan-rekan sejawat khususnya dan pembaca pada umumnya sebagai usaha

peningkatan profesionalisme farmasis di kemudian hari. Kami menyadari bahwa

masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan ini. Oleh karena itu segala

kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan.

Garut, Agustus 2018

Penulis
5

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
1.2 Identifikasi masalah .................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 2
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG APOTEK
2.1 Pengertian Apotek .................................................................... 3
2.2 Tugas dan Fungsi Apotek......................................................... 4
2.3 Persyaratan Apotek .................................................................. 5
2.4 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek .................................. 11
2.5 Perubahan dan Pencabutan S.I.A (Surat Izin Apoteker) .......... 11
2.6 Pengelola Apotek ..................................................................... 14
2.7 Perundang – Undangan Mengenai Apotek............................... 15
BAB III Gambaran Umum Tempat Praktek
3.1 Sejarah Singkat PT. Garut Farmasi .......................................... 16
3.2 Lokasi Apotek Garut ................................................................ 17
3.3 Struktur Organisasi ................................................................... 18
3.4 Tugas dan Tanggung Jawab Personalia ................................... 18
3.4.1 Kepala Apotek ......................................................... 18
3.4.2 Pemegang Kas ......................................................... 19
3.4.3 Asisten Apoteker ..................................................... 19
6

3.5 Pengelolaan Pembekalan Farmasi ............................................ 19


3.5.1 Pengadaan ............................................................... 19
3.5.2 Penyimpanan .......................................................... 19
BAB IV Hasil Kegiatan PKL ................................................................. 20
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 21
B. Saran .................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 25
LAMPIRAN ................................................................................................ 27
7

DAFTAR LAMPIRAN

1. Format Copy Resep ......................................................................... 27


2. Format Kwitansi ............................................................................... 28
3. Etiket Obat ....................................................................................... 29
4. Format Bukti Penerimaan dan Pengeluaran Kas/Bank .................... 30
5. Mesin Absensi .................................................................................. 31
6. Kartu Absensi ................................................................................... 32
7. Ruang Depan dan Ruang Tunggu .................................................... 33
8. Kasir ................................................................................................. 34
9. Ruang Racik ..................................................................................... 35
10. Rak Penyimpanan Obat .................................................................... 36
11. Ruang Pemesanan dan Penerimaan Obat ......................................... 37
12. Ruang Keuangan dan Administrasi .................................................. 38
8
9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dimana masalah

kesehatan di Indonesia menjadi prioritas utama program pemerintah menuju

masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut

pembangunan kesehatan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah

tetapi peran serta masyarakat dan swasta sangat dibutuhkan, karena dunia

kesehatan di Indonesia sudah mengalami kemajuan dengan adanya teknologi

sebagai penunjang untuk pelayanan kesehatan yang harus ditunjang dengan

peran serta berbagai elemen masyrakat bukan hanya pemerintah dan lembaga

kesehatan.

Namun peran dan fungsi kefarmasian khususnya pelayanan

kefarmasian di apotek masih belum bisa dirasakan oleh masyarakat. Salah

satu penyebabnya adalah mutu pelayanan yang diberikan oleh tenaga farmasi

di apotek masih belum optimal. Sehingga upaya untuk meningkatkan mutu

pelayanan kefarmasian di apotek adalah dengan adanya peran serta yang

optimal dari sarjana farmasi di apotek.


10

Maka untuk merealisasikannya di masyarakat khusunya di apotek,

sarjana farmasi harus memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan yang

memadai agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.

Berdasarkan dengan hal-hal diatas maka pendidikan Program S1

Farmasi Universitas Garut menyelenggarakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

selama satu bulan. Dengan kegiatan ini diharapkan mahasiswa dan mahasiswi

dapat lebih memahami dan mengimplementasikan secara teoritis dengan di

lapangan yang meliputi : peracikan, administrasi, manajemen, komunikasi,

pelayanan resep, komunikasi dengan pasien dan pendistribusian obat.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Tujuan diadakannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah untuk

menambah wawasan, keterampilan dalam bidang kefarmasian dan

menciptakan tenaga kerja yang terlatih dan profesional. Selain itu dapat

memahami proses pengelolaan apotek sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan

masyarakat di Indonesia.

1.3 Waktu dan Lokasi Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal sampai

yang bertempat di Jalan Jend A.Yani No.40 ,Pakuwon Garut Kota.


11

BAB II

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Pengertian Apotek

Ada beberapa definisi mengenai apotek yaitu berdasarkan :

a. Menurut kamu besar bahasa Indonesia(KBBI), apotek merupakan

tempat meramu dan menjual obat berdasarkan resep dokter serta

memperdagangkan barang medis.

b. Menurut Undang-Undang No. 1332 Tahun 2002 Apotek adalah tempat

tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan pembekalan

kepada masyarakat. Pembekalan kesehatan adalah semua bahan dan

peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

c. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 bahwa apotek merupakan

sarana ataupun tempat dimana dilakukannya pekerjaan kefarmasian

dan penyaluran pembekalan farmasi, mengenai pembuatan,

pengolahan, peracikan pengubahan bentuk, pencampuran bahan obat

lainnya, juag pembekalan kesehatan kepada masyarakat yang

mengalami penyakit yang dideritanya.

d. Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 Apotek adalah

suatu tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran obat kepada masyarakat.


12

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek

Kegiatan apotek mempunyai lima fungsi yang utama yaitu:

1. Pembelian

2. Gudang

3. Pelayanan

4. Penjualan

5. Administrasi

Menurut Peraturan Pemerintahan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan

fungsi apotek adalah:

a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah

mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian

c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan

farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan

kosmetika.

d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau

penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan

obat tradisional.
13

2.3 Persyaratan Apotek

Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apoteker

(SIA). Surat Izin Apoteker (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja

sama dengan pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan

apotek disuatu tempat tertentu. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002, disebutkan bahwa

persyaratan-persyaratan apotek adalah:

a. Untuk mendapat izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja

sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus

siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan

perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik

pihak lain.

b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan

pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.

c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar

sediaan farmasi.

Persyaratan lain yang harus diperhatikan untuk mendirikan suatu

apotek,antara lain:
14

a. Tenaga Kerja/Personalia Apotek

Menurut Permenkes No. 889 tahun 2011, Tenaga Kefarmasian adalah

tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas Apoteker dan

Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus

sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpat jabatan Apoteker. Tenaga

Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam

menjalankan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli

Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten

Apoteker.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/MENKES/SK/X/2002, personil apotek terdiri dari:

1. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah

memiliki Surat Izin Apotek (SIA).

2. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek di

samping APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari

buka Apotek.

3. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama

APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-

menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak

sebagai APA di Apotek lain.


15

4. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan

kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di

apotek terdiri dari:

1. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten

Apoteker.

2. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat

penerimaan dan pengeluaran uang.

3. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi

apotek dan membuat laporan pembeian, penjualan, penyimpanan dan

keuangan apotek

b. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian

wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

1. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan

kefarmasian;

2. SIPA bagi Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian;

3. SIK bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas

produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran.


16

Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan PP RI No. 51 tahun

2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, seorang Apoteker harus memiliki Surat

Tanda Registrasi Apoteker (STRA). STRA ini dapat diperoleh jika seorang

apoteker memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Memiliki Ijazah Apoteker.

2) Memiliki sertifikat kompentensi apoteker.

3) Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah dan janji apoteker.

4) Surat sehat fisik dan mental dari dokter yang mempunyai surat izin

praktek

5) Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan etika profesi.

c. Lokasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MenKes/PER/X/1993,

lokasi apotek tidak lagi ditentukan harus memiliki jarak minimal dari apotek

lain dan sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan

pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi, namun sebaiknya harus

mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan, jumlah

penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan, lingkungan yang

higienis, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat banyak dengan

kendaraan dan faktor-faktor lainnya.


17

d. Bangunan dan kelengkapannya

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.922/Menkes/Per/X/1993, luas apotek tidak diatur lagi, namun harus

memenuhi persyaratan teknis, sehingga kelancaran pelaksanaan tugas dan

fungsi serta kegiatan pemeliharaan perbekalan farmasi dapat terjamin (10).

Persyaratan teknis apotek adalah bangunan apotek setidaknya terdiri dari:

1) Ruang tunggu pasien

2) Ruang peracikan dan penyerahan obat.

3) Ruang administrasi.

4) Ruang penyimpanan obat.

5) Ruang tempat pencucian alat

6) Kamar kecil (WC).

Selain itu bangunan apotek harus dilengkapi dengan:

1) Sumber air yang memenuhi persyaratan kesehatan.

2) Penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas

dan fungsi apotek.

3) Alat pemadam kebakaran minimal dua buah yang masih berfungsi

dengan baik.

4) Ventilasi dan sistem sanitasi yang memenuhi

persyaratan hygienelainnya.

5) Papan nama apotek, yang memuat nama apotek, nama APA, nomor

Surat Izin Apotek (SIA), alamat apotek dan nomor telpon apotek (bila
18

ada).Papan nama apotek dibuat dengan ukuran minimal panjang 60

cm, lebar 40 cm dengan tulisan hitam diatas dasar putih dengan tinggi

huruf minimal 5 cm dan tebal 5 cm.

e. Perlengkapan apotek

Perlengkapan yang wajib dimiliki oleh apotek adalah:

1) Alat pembuatan, pengelolaan, peracikan obat, seperti: timbangan, mortir,

gelas piala dan sebagainya.

2) Wadah untuk bahan pengemas dan bahan pembungkus, seperti:etiket,

wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat.

3) Perlengkapan dan tempat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari

dan rak untuk penyimpanan obat, lemari pendingin, lemari untuk

penyimpanan narkotika dan psikotropika.

4) Alat administrasi seperti blanko pemesanan obat, kartu stok obat, faktur,

nota penjualan, salinan resep, alat tulis dan sebagainya.

5) Pustaka, seperti Farmakope edisi terbaru dan kumpulan peraturan

perundang-undangan serta buku-buku penunjang lain yang berhubungan

dengan apotek.
19

2.4 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek

Untuk menjadi apoteker pengelola apotek, harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a. Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.

b. Telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker.

c. Memiliki SIK dari menteri.

d. Sehat fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya

sebagaiapoteker.

e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak

menjadiapoteker pengelola apotek di apotek lain.

2.5 Perubahan dan Pencabutan S.I.A (Surat Izin Apoteker)

Surat izin apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan

RIkepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik saranaapotek

untuk membuka apotek di suatu tempat tertentu.Wewenangpemberian SIA

dilimpahkan oleh Menteri kesehatan kepada DinasKesehatan Kabupaten/Kota.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotawajib melaporkan pelaksanaan

pemberian izin, pembekuan izin, pencairanizin, dan pencabutan izin apotek

sekali setahun kepada Menteri Kesehatan dan tembusan disampaikan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.

Sesuai dengan keputusan Menkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal7 dan

9 tentang ketentuan dan Tata Cara Pemberian Apotek, yaitu :


20

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala kantor

DinasKesehatan Kabupaten/Kota.

b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6hari

setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan tekniskepada

Kepala balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempatterhadap

kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau kepala Balai POM

selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah permintaan bantuan teknisdari

Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/Kota melaporkan

hasilpemeriksaan.

d. Dalam hal pemeriksaan dalam ayat (2) dan (3) tidak

dilaksanakan,apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan

siapmelakukan kegiatan kepada Kepala Kantor Dinas

Kesehatansetempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi.

e. Dalam jangka 12 hari kerja setelah diterima laporan

pemeriksaansebagaimana ayat (3) atau persyaratan ayat (4). Kepala

DinasKesehatan setempat mengeluarkan surat ijin apotek

f. Dalam hasil pemeriksaan tim Dinas Kesehatan setempat atau kepala

Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat Kepala

Dinas Kesehatan setempat dalam waktu 12 hari kerja mengeluarkan

surat penundaan.
21

g. Terhadap surat penundaan sesuai dengan ayat (6), apoteker diberikan

kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

selambat-lambatnya dalam waktu satu bulan sejak tanggal penundaan.

h. Terhadap permohonan izin apotek bila tidak memenuhi persyaratan

sesuai dngan pasal (5) dan pasal (6), atau lokasi apotek tidak sesuai

dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Dinas setempat

dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib

mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasan-alasannya.

Perubahan dan pencabutan SIA (Surat izin Apoteker)

Berdasarkan kepemimpinan Direktorat Jendral POM No.

02401/A//SK/X/1990. Kemungkinan adanya permasalahan dalam mendirikan

apotek sehingga terjadi hal seperti berikut :

a. Terjadinya pergantian nama apotek

b. Terjadinya perubahan alamat apotek tanpa pemindahan lokasi

c. Surat Izin Apotek hilang atau rusak

d. Terjadi pergantian Pemilik Sarana Apotek (PSA)

e. Terjadi karena Surat izin Kerja (SIK) atau Surat Izin Apotek (SIA)

dicabut

f. Terjadi pemindahan lokasi apotek tanpa izin

g. Terjadi pergantian apoteker tanpa izin

h. Apoteker Pengelola Apotek (APA) meninggal dunia.


22

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No. 1 Tahun 2002 surat

izin dicabut karena :

a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) tidak lagi memenuhi syarat yaitu :

1) Apoteker Pengelola Apotek adalah warga negara Indonesia

2) Memiliki Surat Izin Apotek

3) Mendaptkan rekomendasi IAI

4) Tidak kerja diperusahaan farmasi atau menjadi Apoteker Pengelola

Apotek lain.

b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban.

c. Apoteker Pengelola Apotek hadir berhalangan lebih dari 2 tahun.

d. Terjadi pelanggaran Perundang-undangan .

e. Surat izin Apotek atau rekomedasi ISFI dicabut.

f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat pelanggaran Undang-Undang dibidang

obat.

g. Apotek tidak lagi memenuhi syarat.

2.6 Pengelolaan Apotek

Segala upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh seorang Apoteker Pengelola

Apotek (APA) dalam melaksanakan tugas dan fungsi apotek dalam bidang

pelayanan kefarmasian, bidang administrasi dan keuangan, bidang material,

bidang ketenagakerjaan, pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan lainnya

di bidang farmasi.
23

2.7 Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Apotek

Apotek merupakan salah satu pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang

diatur dalam :

a. Undang-undang No. 36 Tahun 2009, Tentang Kesehatan.

b. Undang-undang No. 35 Tahun 2009, Tentang Narkotika.

c. Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

d. Peraturan Menteri kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

e. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 mengenai Apotek.

f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.889/Menkes/Per/

V/2011 tentang Registrasi Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga

Kefarmasian.

g. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian.

h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo.1027/Menkes/

SK/IX/2004 tentang Standar PelayananKefarmasian di Apotek.

i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo.1332/Menkes/

SK/X/2002 tentang Perubahan atas PeraturanMenteri Kesehatan

Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993.


24

j. Peraturan Daerah Kabupaten Garut No. 31 Tahun 2001 tentang

Retribusi Perizinan sarana Pelayanan Kesehatan.

k. Peraturan Daerah Kabupaten Garut No. 27 tahun 2000 tentang

Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah dan Sekretariat DPRD

Kabupaten Garut.
25

BAB III

GAMBARAN UMUM TEMPAT PRAKTEK

3.1 Sejarah singkat PT.Garut Farmasi

Kebutuhan akan sebagai salah satu alat untuk mencapai masyarakat

yang sehat memang diperlukan dalam kehidupan manusia. Pertumbuhan

penduduk dan perkembangannya di wilayah kota dan daerah mendorong

berdirinya suatu tempat untuk memperoleh ketersediaan obat yang cukup

dipasaran. Hal ini dipicu pula oleh adanya larangan dari pemerintah kepada

dokter unutk menjual obat secara langsung kepada pasien. Sehingga atas dasar

hal tersebut maka sangat diperlukan adanya sebuah tempat yang berfungsi

sebagai penyedia obat kepada masyarakat.

Pengembangan saran penunjang kesehatan dalam hal ini tempat

tersedianya obat di wilayah Garut pada waktu itu hanya ada di puskesmas atau

rumah sakit saja. Atas dasar inisiatif dari beberapa orang dokter serta satu

orang yang tidak berprofesi sebagai dokter yaitu :

1. Dr. Ranadipura

2. Dr. Maskawan

3. Dr. Tachmat (Murtiwi)

4. Mr. Sayogo (Mr. Go)


26

Maka dibentuklah Apotik Garut sekitar bulan januari tahun 1963.

Apotik Garut merupakan cikal bakal dari berdirinya apotik-apotik lain yang

ada di Garut. Pendirian Apotikn Garut didasarkan atas Peraturan Pemerintah

(PP) No. 1980. Dan mulai sejak itu berdirilah sebuah apotik di Garut yang

diberi nama Apotik Garut.

Adapun susunan penmgurus pada waktu itu adalah sebagai berikut :

1. Direktur Mr. Sayogo (Mr. Go) mulai tahun 1963 samapi tahun 1982

2. Apoteker Minarti dan Ina Lestari, dengan jumlah karyawan 15 orang.

Pada tahun 1982 sampai 2002, yang menjabat sebagai Direktur adalah

salah satu dari pendiri Apotik Garut yaitu Tachmat (Murtiwi) dengan

apoteker Ina Lestari dengan jumlah karyawan 22 orang. Pada tahun 2002

yang menjadi Direktur Apotik Garut yaiut Iwan Ranadipura (Alm) dengan

Apoteker Febri Ganjar, S. Si Apt dengan jumlah karyawan 25 orang. Pada

tahun tersebut, nama Apotik Garut dirubah menjadi PT. Garut Farmasi

sampai sekarang .

3.2 Lokasi Apotek Garut

Apotek Garut terletak di Jalan Jend A.Yani No.40 ,Pakuwon Garut kota.

Bangunan dilengkapi dengan ruang tunggu pasien yang memadai. Bangunan

ruang terdiri dari ruang administrasi, ruang peracikan, ruang tunggu pasien, ruang

penyimpanan Obat Keras Tertentu (OKT) dan toilet.


27

3.3 Struktur Organisasi

Apoteker Pengelola Apotek

Koordinator Pelayanan

Asisten Pelayanan

Bagian Bagian Bagian Bagian


Pembelian Gudang Penagihan Keuangan

3.4 Tugas dan Tanggung Jawab Personalia

Karyawan Apotek Garut bekerja dari Hari Senin – Sabtu dengan jam operasional

08.00 – 20.00 WIB. Untuk efisiensi kerja dilakukan pembagian tugas dalam

kegiatan kerja apotek yaitu :

3.4.1 Kepala Apotek

Tugas Kepala Apotek adalah memimpin seluruh kegiatan apotek,

mengatur, melaksanakan dan mengawasi seluruh bidang administrasi,

membayar pajak yang berhubungan dengan perapotekan, mengusahakan

agar memberikan hasil yang optimal dalam rencana kerja dengan

meningkatkan omzet dan melakukan kegiatan pengembangan apotek.


28

3.4.2 Pemegang Kas

Tugas pemegang kas adalah menerima semua pembayaran atas penjualan

tunai, menerima dan menyimpan uang berdasarkan buku kas penerimaan

barang dan mengeluarkan uang atas bukti kas dengan persetujuan pimpinan

apotek.

3.4.3 Asisten Apoteker

Tugas asisten apoteker adalah melayani resep dan menyusun buku defecta

setiap hari dan memelihara buku harga, mengontrol persediaan obat

dilemari / tempat obat, menata etalase dan persediaannya, mengerjakan

pembuatan obat dan memuat laporan harian keluar masuknya OKT.

3.5 Pengolahan Pembekalan Farmasi

Pengolahan Pembekalan farmasi di Apotek pada dasarnya meliputi pengadaan,

penyimpanan untuk pengendalian persediaan.

3.5.1 Pengadaan

Pengadaan dilakukan berdasarkan standarisasi dari askes dan obat-obat

tersebut memiliki harga khusus, karrna perusahaan farmasi telah melakukan

negosisasi dengan askes.

3.5.2 Penyimpanan

Tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan,

yaitu :
29

 Lemari penyimpanan dibuat dari kayu

 Lemari narkotika selalu disertai kunci ganda, dibagi 2 dengan bagian 1

untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta

persediaan narkotika. Bagian 2 digunakan untuk menyimpan narkotika

yang digunakan sehari-hari.

 Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain

narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.

 Penyimpan obat berdasarkan Alfabetis dan FIFO ( First In First Out)

 Penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaan, yaitu padat, semi padat

dan cair.
30

BAB IV

HASIL KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di Apotek

Garut, dilaksanakan selama satu bulan dimulai dari tanggal 1 Agustus – 30

Agustus 2018. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menambah

wawasan , keterampilan dan ketelitian dalam bidang kefarmasian. Selain itu

diharapkan dapat memahami proses pengelolaan apotek sesuai dengan

Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan Etika yang berlaku dalam

sistem pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia.

Minggu pertama, kegiatan PKL dimulai dengan perkenalan terhadap

staf apotek, observasi ruangan apotek untuk mengetahui penempatan dan

penyimpanan obat, gudang stok obat, penempatan lemari Obat Keras Tetentu

(OKT), serta pengenalan pembacaan resep dokter.

OKT disimpan secara terpisah dari obat-obatan lain. Karena obat ini

merupakan golongan obat keras yang bekerja pada sistem saraf dan

menyebabkan ketergantungan sehingga penyimpanannya harus terlindungi.

Setiap pemesanan obat kepada PBF dilakukan secara kredit selama

jangka waktu 1 bulan. Keuangan seluruh apotek dipegang oleh asisten

apoteker yang melaporkannya ke staf gudang dan dilaporkan ke Pemilik

Sarana Apotek (PSA).


31

Pengambilan keuntungan dari Resep adalah 25%, Bebas 10%, WA

15% dengan Toeslag 1𝜑 sampai dengan 9𝜑 dari 2.000 – 3.700 , untuk

Narkotika dan psikotropika 1𝜑 10.500.

Alur Pelayanan Resep Obat di Apotek Garut sebagai berikut :

Resep Masuk

Kasir

 Kalkulasi Harga
 Kontrol Stok Obat dikomputer
 Alamat pasien wajib di isi

Resep masuk ke Ruang racik beserta copy struk Tanpa ada


copy struk dari kasir resep tidak dikerjakan

Meja Racik

Apoteker / Asisten Apoteker dibantu peracik

 Cek Resep Dan Struk


 Etiket
 Cek ulang dan cek expiredate
 Tandatangan

Pemeriksaan dan Penyerahan Obat

Oleh Apoteker / Asisten Apoteker informasi obat dan


Penyesuaian alamat pasien.
32

Pada pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan

penulis selama satu bulan , kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

 Menyalin faktur pembelian.

 Mengisi kartu stok barang terhadap barang yang masuk.

 Pengisisian obat kedalam etiket yang telah diberi no, tanggal

resep, nama pasien dan aturan etiket dan nama obat.

 Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

 Mencatat pemasukan dan pengeluaran sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan pada kartu stoknya.

 Menulis copy resep.

 Labelisasi kemasan obat.

 Menyiapkan dan meracik obat.

 Pada akhir bukan membantu stock of name.

 Melayani resep pasien rawat jalan dan rawat inap.

 Menyerahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi

obat.
33

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis selama praktek kerja lapangan di

Apotek Garut, dapat disimpulkan bahwa Apotek Garut sebagai sarana

pelayanan kefarmasian telah sesuai dengan Peraturan Perundang-

Undangan yang berlaku.

Apotek Garut telah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan

peraturan dan etika yang berlaku, mulai dari bidang administrasi,

penyimpanan serta pelayanan obat kepada masyarakat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian selama praktek kerja lapangan, penulis

menyarankan :

1. Kinerja dalam pelayanan lebih ditingkatkan.

2. Dalam praktek kerja lapangan diharapkan bahwa teori lebih

diperhatikan bukan hanya praktek saja.

3. Memperluas dan melakukan renovasi agar lebih leluasa dan

nyaman dalam memberikan pelayanan kefarmasian.


34

DAFTAR PUSTAKA

1. H Syamsuni , “Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi” , Kedoktera EGC,

Jakarta, 2005.

2. Afwan Sudrajat , “Apotek” , Wikipedia

3. Depkes RI. 1965. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 Tentang Apotek ,

Jakarta.

4. Depkes RI. 1980. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun

1980 Tentang Peraturan Pemerintah Tentang Apotek, Jakarta.

5. Depkes RI. 1981. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

26/MENKES/PER/II/1981 Tentang Pengelolaan dan Perijinan Apotek

Jakarta.

6. Depkes RI. 1993.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Kesehatan dan Tata Cara Pemberian Izin

Apotek , Jakarta.

7. Depkes RI. 1990.Surat Keputusan Direktorat Jendral PengawasanObat dan

makanan Tentang Apotek , Jakarta.

8. Depkes RI. 1992. Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992Tentang

Kesehatan, Jakarta.

9. Depkes RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesiaNo.

133/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Permenkes N0. 922

Tahun 1993Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Jakarta.
35

LAMPIRAN 1

FORMAT COPY RESEP


36

LAMPIRAN 2

KWITANSI

MAT
37

LAMPIRAN 3

ETIKET OBAT
38

LAMPIRAN 4

BUKTI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS/BANK


39

LAMPIRAN 5

MESIN ABSENSI
40

LAMPIRAN 6

KARTU ABSENSI
41

LAMPIRAN 7

RUANG DEPAN DAN RUANG TUNGGU


42

LAMPIRAN 8

KASIR
43

LAMPIRAN 9

RUANG RACIK
44

LAMPIRAN 10

RAK PENYIMPANAN OBAT


45

LAMPIRAN 11

RUANG PEMESANAN DAN PENERIMAAN OBAT


46

LAMPIRAN 12

RUANG KEUANGAN DAN ADMINISTRASI

Anda mungkin juga menyukai