Anda di halaman 1dari 14

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Tenoksikam

1.1.1. Monografi

Tenoksikam merupakan senyawa aktif yang memberikan efek

analgesik dan anti inflamasi dengan menghambat biosintesis prostaglandin

melalui penghambatan aktivitas dengan menghambat biosintesis

prostaglandin melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase.

Tenoksikam merupakan derivate dari oksikam suatu senyawa anti

inflamasi non steroid yang bersifat asam. Dengan nama kimia : asam 4-

hidroksi-2-metil-N-pridil-2 H-trieno{2,3-e}-1,2-trizine-3-karboksamida 1,1

dioksida, bobot molekul 337,21 dan rumus kimia C13H11N3O4S2.

Tenoksikam merupakan serbuk hablur, kuning, tidak berbau,

menunjukan polimerase dan praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut

dalam metilen klorida, sangat sukar larut dalam etanol, sedikit larut dalam

diklorometan dan larut dalam larutan asam atau basa.

Tenoksikam diabsorbsi dalam saluran pencernaan setelah pemberian

dosis tunggal 20 mg secara oral. Konsentrasi puncak plasma 2,3 mm/ml


dicapai dalam waktu 0,5 hingga 2 jam setelah pemberian. Tenoksikam terikat

pada protein plasma sekitar 98% dan didistribusikan kedalam cairan synovial.

Waktu paruh tenoksikam rata-rata sekitar 60-75 jam setelah pemberian

harian. Konsentrasi stabil tenoksikam dicapai antara 10 hingga 15 hari.

1.1.2. Farmakologi

Tenoksikam merupakan senyawa aktif yang memberikan efek anti-

inflamasi, antipiretik, analgezirutee. Tenoksikam memiliki hipersensitivitas

pada erosivno-azwenne shock syndrome (termasuk. dalam sejarah),

perdarahan gastrointestinal (termasuk. dalam sejarah), gastritis berat arus,

triad "aspirin-induced" (kombinasi asma bronkial, kambuh hidung dan sinus

paranasal poliposis, dan intoleransi asetilsalisilat asam dan HP

pirazolonovogo seri), gangguan pendarahan, dinyatakan penyakit hati

dan/atau ginjal manusia.

Efek samping dari tenoksikam pada bagian dari usus yaitu neuralgia,

NPVS-gastropatia, rasa sakit dan ketidaknyamanan di perut, stomatitis,

anoreksia (dengan penggunaan jangka panjang pada dosis tinggi), erosivno-

azwenne shock syndrome. Pada sistem saraf dan organ-organ sensorik yaitu

seperti sakit kepala, pusing, insomnia, depresi, hypererethism, pembengkakan

dan iritasi mata, Impaired visi, gangguan pendengaran, Tinnitus. Dari sistem

peredaran darah dan darah yaitu takikardia, Sindrom otechny, pendarahan

(Gastro-intestinal, gingiva, royal, gemorroidal'Noe), leukopenia,

agranulositosis.
1.2. Guargum

1.2.1. Monografi

Guargum memiliki fungsi sebagai pensuspensi, pengisi tablet, tablet

disintegrant. Rumus empiris dari guar gum yaitu C6H12O6. E412;

Galactosal;guar flour; jaguar gum; Meprogat; Meyprodor; Meyprofin;

Meyproguar merupakan nama lain dari guar gum.

Cairan dispersi guargum memiliki buffering dan stabilitas pH antara

4.0 dan 10.5. Namun, pemanasan berkepanjangan mengurangi viskositas

dispersi. Stabilitas bakteriologis dispersi gumguar dapat ditingkatkan dengan

penambahan campuran 0,15% metil paraben dan propil paraben 0,02%

sebagai pengawet.

Guargum kompatibel dengan sebagian besar hydrocolloid tanaman lain

seperti tragakan. Tidak kompatibel dengan aseton, alkohol, tanin, asam kuat,

dan basa. Ion borat, jika ada di dalam air menyebar, akan mencegah hidrasi

guar gum. Namun, penambahan ion borat untuk terhidrasi guar gum

menghasilkan gel kohesif struktural dan hidrasi lebih lanjut kemudian

dicegah. Gel yang terbentuk dapat dicairkan dengan mengurangi pH di bawah

7, atau dengan memanaskan. Guar gum dapat mengurangi penyerapan

penisilin V dari beberapa formulasi seperempat.

1.2.2. Aplikasi Dalam Formulasi Teknologi Farmasi

Guargum adalah galaktomannan, yang biasa digunakan dalam

kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi. Hal tersebut telah diteliti
dalam penyusunan berkelanjutan - pengeluaran tablet matriks di tempat

derivatif selulosa seperti metilselulosa.

Dalam obat-obatan, guargum digunakan dalam bentuk padat-dosis

sebagai pengikat dan penghancur. produk oral dan topikal sebagai

pensuspensi, penebalan, dan bahan stabilitas, dan juga sebagai pembawa

terkontrol-rilis operator. Guargum juga telah diperiksa untuk digunakan

dalam pemberian obat kolon.

Pada terapi, guargum telah digunakan sebagai bagian dari diet pasien

diabetes mellitus. Itu juga telah digunakan sebagai penekan nafsu makan,

meskipun penggunaannya untuk tujuan tersebut, kini dalam bentuk tablet

dilarang di Inggris.

1.3. Sistem Dispersi Padat

1.3.1. Definisi Dispersi Padat

Istilah dispersi padat mengacu kepada sekelompok produk padatan

yang terdiri setidaknya dari dua komponen yang berbeda, umumnya matriks

hidrofilik dan obat hidrofobik. Matriks ini dapat berupa kristal atau amorf.

Obat ini dapat terdispersi secara molekuler, dalam partikel amorphous

(kluster) atau dalam partikel kristal.

Dispersi padat dapat didefinisikan sebagai sistem dispersi satu atau

lebih bahan aktif ke dalam suatu pembawa atau matriks inert dalam kondisi

padat, yang dibuat dengan cara peleburan, pelarutan, atau kombinasi dari
peleburan dan pelarutan, dimana masing-masing metode ini memiliki

keuntungan dan kerugian masing-masing dan disesuaikan dengan sifat bahan

dan matriks yang akan didispersikan. Keuntungan dari formulasi dispersi

padat dibandingkan tablet/kapsul konvensional untuk peningkatan disolusi

dan biovailabilitas dari obat yang sukar larut dalam air.

Pemakaian pembawa dalam sistem dispersi padat memberikan

pengaruh pada obat yang terdispersi, pembawa yang sukar larut dalam air

(hidrofobik) akan menyebabkan pelepasan obat menjadi diperlambat,

sedangkan pembawa yang mudah larut dalam air (hidrofilik) akan

mempercepat pelepasan obat dari matriks.

Oleh karena itu dengan memodifikasi pembawa dapat dirancang untuk

sediaan dengan pelepasan dipercepat atau diperlambat dalam sistem dispersi

padat.

Perubahan obat dan polimer dari padat menjadi cair merupakan

tahapan awal pada sistem dispersi padat yang terjadi antara obat dan polimer.

Selanjutnya tahapan yang terjadi yaitu pencampuran semua komponen dalam

bentuk cairan, hasil pencampuran menjadi bentuk cair kemudian mengalami

perubahan menjadi padat melalui proses seperti pembekuan, penghilangan

pelarut.

1.3.2. Metode Dispersi Padat

Ada beberapa macam metode yang dapat digunakan dalam pembuatan

dispersi padat. Metode yang digunakan diharapkan dapat mencampur matriks


dan obat sampai tingkat molekuler. Adapun macam-macam metode yang

digunakan yaitu:

a. Cara Peleburan

Dengan cara mencampurkan secara fisika zat aktif dan

pembawa yang larut air, dipanaskan secara langsung hingga

melebur sempurna. Leburan di tuangkan diatas plat baja tahan

karat dalam bentuk lapisan tipis dan didinginkan dengan cepat.

Massa padat yang diperoleh digerus dan di ayak untuk

mendapatkan ipersi dalam ukuran tertentu. Keuntungan metode ini

adalah sederhana, cepat dan ekonomis. Sedangkan kerugiannya

adalah tidak dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan pada

pemanasan.

b. Cara Pelarutan

Dilakukan dengan cara melarutkan campuran fisika dari

dua komponen padat di dalam pelarut yang sama dan di ikuti

dengan penguapan pelarut pada suhu rendah atau dalam keadaan

hampa. Keuntungan dalam metode ini adalah mampu menghindari

penguraian zat aktif atau pembawa Karena pelarutan dapat

dilakukan pada suhu rendah. Kerugiaanya tidak ekonomis secara

sempurna, pelarut berpengaruh pada kestabilan zat aktif dan

kesukaran memperoleh bentuk Kristal semua.

c. Cara Pelarutan-Peleburan
Dengan cara menginkorporasikan sejumlah tertentu

senyawa cair ke dalam matriks tanpa menyebabkan perubahan

berarti pada sifat padatannya. Sistem dispersi padat dapat dibuat

dengan cara mengikorporasikan larutan zat aktif secara langsung

kedalam leburan matriks pada suhu lebih dari 70oC tanpa diikuti

penguapan pelarut tersebut. Kerugian dalam metode ini adalah

kesulitan dalam pemilihan pelarut yang tidak toksik, adanya

kemungkinan obat tidak bersatu dengan peleburan matriks, dan

juga terbentuknya polimorfisme yang mengendap dalam dispersi

padat , yang tergantung pada pelarut yang digunakan. Sedangkan

keuntungan metode ini merupakan gabungan antara keuntungan

metode pelarutan dan peleburan tapi penggunaanya terbatas, yaitu

untuk obat dengan dosis kecil, misalnya kurang dari 50 mg untuk

mendapatkan inkorporasi zat aktif yang sempurna dalam matriks

yang digunakan.

1.4. Disolusi

Disolusi didefinisikan sebagai suatu pengujian untuk mengukur dan

mengetahui jumlah zat aktif terlarut dalam media cair yang diketahui volumenya

pada waktu tertentu, pada suhu konstan tertentu, menggunakan alat tertentu yang

didesain untuk menguji parameter disolusi. Kecepatan disolusi merupakan jumlah

zat aktif yang dikandung sediaan obat padat yang dapat larut dalam waktu tertentu

pada kondisi antar permukaan cair atau padat, suhu dan komposisi yang
dibakukan. Kecepatan disolusi dirumuskan oleh Noyes dan Whitney dengan

hubungan sebagai berikut :

𝑑𝑐
= 𝐾. 𝑆 (𝐶 𝑧𝑎𝑡 − 𝐶 𝑠𝑜𝑙)
𝑑𝑡

Dimana dc/dt adalah kecepatan disolusi, K adalah konstanta disolusi, S

adalah luas permukaan partikel, C zat adalah konsentrasi larutan jenuh, C sol

adalah konsentrasi zat aktif yang larut pada waktu tertentu.

1.4.1. Jenis – Jenis Disolusi

Ada dua jenis disolusi yang digunakan yaitu:

i. Disolusi Intrinsik

Disolusi intrinsik adalah penentuan bahan obat murni yang

larut pada luas permukaan yang konstan, dirumuskan dengan

hubungan sebagai berikut :

𝑑𝑤
= 𝐾𝐶 𝑧𝑎𝑡
𝑑𝑡

Dimana dw/dt adalah kecepatan disolusi, K adalah

konstanta disolusi, K adalah konstanta disolusi dan C zat adalah

Konsentrasi larutan jenuh.

ii. Disolusi Partikulat

Disolusi partikulat digunakan untuk mempelajari pengaruh

disolusi terhadap ukuran partikel, luas permukaan dan

pencampuran dengan eksipien. Kecepatan disolusi diharapkan

bertambah dengan pengurangan ukuran partikel dan disolusi, yaitu

berkurangnya ukuran partikel dapat meningkatkan disolusi.


1.4.2. Metode Disolusi

Ada beberapa metode resmi untuk melakukan uji disolusi tablet atau

kapsul yaitu:

i. Metode Rotating Basket

Metode rotating basket terdiri dari keranjang silindrik yang

ditahan oleh tangkai motor. Keranjang menahan cuplikan dan

berputar dalam suatu labu bulat yang berisi media pelarutan.

Keseluruhan labu tercelup dalam suatu bak yang bersuhu 37oC.

Kecepatan berputar dan posisi keranjang harus memenuhi

rangkaian persyaratan yang ada. Metode basket kurang peka

terhadap kemiringan, tetapi lebih peka terhadap penyumbatan

yang disebabkan oleh bahan yang bersifat gom. Potongan-

potongan partikel kecil juga dapat menyumbat saringan keranjang,

selain itu gelembung-gelembung udara pada permukaan sediaan

obat dapat juga mempengaruhi pelarutan.

ii. Metode Paddle

Metode paddle terdiri dari suatu dayung yang dilapisi

khusus, yang berfungsi memperkecil turbulensi yang disebabkan

pengadukan. Dayung diikat secara vertikal ke suatu motor yang

berputar dengan kecepatan yang terkendali. Tablet atau kapsul

diletakkan dalam tabung pelarutan yang beralas bulat untuk

memperkecil turbulensi dari media pelarutan. Alat ditempatkan


dalam suatu bak air bersuhu konstan 37oC. Posisi dan kesejajaran

letak dayung ditetapkan dalam USP.

iii. Metode Disintegrasi yang Dimodifikasi

Pada dasarnya metode ini menggunakan alat disintegrasi

sesuai dengan yang ditetapkan dalam USP yaitu basket and rack

yang dirakit untuk menguji pelarutan. Bila alat ini dipakai untuk

pelarutan maka cakram dihilangkan. Diameter keranjang juga

diubah dari 21,5 mm menjadi 0,254 mm (mes 40x40) sehingga

selama pelarutan partikelnya tidak akan jatuh melalui saringan.

Jumlah pengadukan dan getaran membuat metode ini kurang

sesuai untuk uji pelarutan yang tepat.

Perbedaan aktivitas biologi dari suatu obat mungkin

disebabkan oleh laju disolusi dimana obat menjadi tersedia untuk

organisme tersebut. Dalam banyak hal, laju disolusi merupakan

tahap yang menentukan dalam proses absorpsi. Hal ini terlihat

pada obat-obat yang diberikan secara oral dalam bentuk dispersi

padat seperti : tablet, kapsul atau suspensi. Bila laju disolusi

merupakan tahap yang menentukan laju absorpsi. Akibatnya laju

disolusi dapat mempengaruhi onset, intensitas, dan lama respons,

serta kontrol bioavailabilitas obat tersebut keseluruhan dari bentuk

sediaannya.
1.4.3. Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Disolusi Obat

1.4.3.1. Faktor Lingkungan Selama Uji Disolusi

Intensitas pengadukan, kecepatan dan tipe aliran cairan,

serta faktorgeometri dapat mempengaruhi kecepatan disolusi obat.

Keadaan tersebut terjadi selama uji disolusi. Selain itu Gradien

konsentrasi yang merupakan perbedaan konsentrasi antara kelarutan

obat dalam medium disolusi dan konsentrasi rata-rata dalam ruahan

cairan menjadi factor lain yang dapat mempengaruhi disolusi obat.

Factor-faktor lain yaitu komposisi medium disolusi pH, kekuatan ion,

viskositas, tegangan permukaan, dan sebagainya. Semua penting dan

memerlukan komposisi medium serta temperatur dari medium disolusi

1.4.3.2. Faktor Sifat Fisiko Kimia Obat

Beberapa faktor yang mempengaruhi disolusi dalam sifat

fisiko kimia dari obat diantaranya polimorfisme, keadaan amorf dan

solvate, asam basa, basa bebas, atau bentuk garam, pembentukan

kompleks, larutan padat dan campuran eutiktikum. Selain itu ukuran

partikel dan surfaktan merupakan faktor sifat fisiko kimia yang

mempengaruhi disolusi dari obat tersebut.

a. Pengaruh Perubahan Keadaan Fisik

i. Bentuk kristal dan amorf

Partikel padat bisa berada dalam bentuk kristal

atau amorf. Bentuk Kristal dianggap sebagai bentuk

yang teratur. Bentuk amorf tidak mempunyai struktur


yang tetap, dalam tiga dimensi susunannya tidak

tetap. Pada penelitian biofarmasetik diketahui dengan

tepat struktur zat aktif yang digunakan adalah bentuk

kristal atau amorf, karena kedua bentuk tersebut

mempunyai sifat fisik yang berbeda dan berpengaruh

pada aktivitas farmakologik dan juga stabilitas

kimianya.

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa zat

amorf lebih mudah larut dari pada bentuk kristal.

Energi yang dibutuhkan untuk menyusun molekul

dalam susunan kristal lebih banyak dibandingkan

untuk menyusun molekul dalam keadaan amorf yang

tidak teratur.

ii. Bentuk polimorfisme

Suatu senyawa dikatakan dalam bentuk

polimorfisme bila dalam keadaan padat senyawa

tersebut mempunyai berbagai sistem kristal berbeda,

sebagai fungsi dari suhu dan keadaan penyimpanan.

Bentuk-bentuk polimorfisme biasanya menunjukkan

sifat fisika-kimia yang berbeda termasuk titik leleh

dan kelarutannya.
1.5. Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran interaksi antara radiasi

elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Metode yang sering

digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet, sinar

tampak, infra merah dan serapan atom. Rentang panjang gelombang untuk daerah

ultraviolet adalah 190-380 nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm.

Dalam analisis spektrofotometer digunakan suatu sumber radiasi yang

menjorok kedalam daerah ultraviolet spectrum. Instrumen yang digunakan adalah

spektroforometer. Keuntungan utama spektrofotometer adalah bahwa metode ini

memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.

Spektrofotometri adalah suatu alat instrument untuk mengukur transmitan

atau absorpsi pada sampel sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran

terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal dapat pula

dilakukan. Instrument semacam ini dapat dikelompokkan secara manual atau

merekam sebagai berkas tunggal atau berkas rangkap dengan perekam automatic

terhadap spectra absorpsi.

Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi: sumber energi

cahaya yang berkesinambungan, monokromator, tempat cuplikan, suatu wadah

untuk sampel, detector radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau

pencatat dan alat perekam.

Tahap awal yang dilakukan dalam analisis kuantitatif dengan metode

spektrofotometer yaitu penetuan panjang gelombang, setelah panjang gelombang

di dapat maka dilakukan penetapan kurva operating time serapan yang hasil
tersebut dapat dihasilkan kurva kalibrasi yang harus dibuat. Setelah didapat kurva

kalibrasi, tahap selanjutnya yaitu penetapan kadar dari sampel.

1.6. Spektrofotometri Inframerah

Spektrofotometri inframerah sangat penting dalam kimia modern, terutama

dalam bidang organik. Spektrofotometri inframerah merupakan alat rutin dalam

penemuan gugus fungsional, pengenalan senyawa, dan analisa campuran. Alat

yang mencatat spektrum inframerah diperdagangkan dan mudah digunakan pada

dasar rutin.

Kebanyakan gugus seperti C-H, O-H, C=O, dan C=N, menyebabkan pita

absorpsi inframerah, yang berbeda hanya sedikit dari satu molekul ke yang lain

tergantung pada substituent yang lain. Selain frekuensi gugus-gugus ini, yang

biasanya dapat ditetapkan secara pasti pita absorpsi, yang asal pastinya sukar

untuk dipastikan, tetapi yang luar biasa berguna untuk identifikasi secara

kualitatif.

Biasanya dalam spektrum inframerah terdapat banyak puncak, artinya puncak

yang ada jauh lebih banyak daripada jumlah yang diharapkan dari vibrasi pokok,

sehingga perlu diperhatikannya letak (frekuensi), bentuk melebur atau tajam, dan

intensitasnya (kuat atau lemah). Dengan demikian dapat dibedakan spektrum

serapan dari zat yang satu dengan zat yang lainnya. Fourier Transform InfraRed

(FTIR) sudah sering digunakan untuk mengkarakterisasi interaksi obat polimer

didalam dispersi padat. Struktur penggunaan secara kualitatif ini adalah penerapan

yang utama dari spektrokopis inframerah dibidang farmasi.

Anda mungkin juga menyukai