Anda di halaman 1dari 10

SEDIAAN DOSIS GANDA (VIAL)

INJEKSI VITAMIN B1

I. TUJUAN PRAKTIKUM
 Untuk mengetahui penyusunan formula injeksi vitamin B1 dalam vial
 Untuk mengetahui cara pembuatan dan proses sterilisasi sediaan injeksi vitamin B1
dalam vial
 Untuk mengetahui cara pengujian seddiaan injeksi vitamin B1

II. PREFORMULASI
A. TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT
Vitamin B1 atau tiamin HCl atau Aneurin ditemukan pada tahun 1936. Vitamin ini
banyak terdapat dalam kulit luar gandum (dedak, beras tumbuk) juga dalam daging babi
dan organ (hati, ginjal, otak). Dalam tubuh, zat ini bekerja sebagai bentuk aktifnya
yakni Tiamin Pirofosfat (Ka. Karboksilase) yang berfungsi sebagai ko enzim dari
karboksilase, yakni suatu enzim esesial pada metabolisme karbohidrat (proses
dekarboksilase) dan pembentukan bio energi dan insulin. Aneurin juga menstimulir
pembentukan eritrosit dan berperan penting pada regulasi ritme jantung serta
berfungsinya susunan syaraf dengan baik.
Selain digunakan pada defisiensi vitamin B1, digunakan pada neuralgia (nyeri
pada syaraf yang memegang peranan), seringkali dikombinasikan dengan piridoxin dan
vitamin B12 dalam dosis tinggi
(Tan Hoan Tjay, 2007:hal 851)
Peningkatan asam piruvat dalam darah merupakan salah satu tanda defisiensi
tiamin HCl. Defisiensi ini menimbulkan penyakit beri-beri yang gejalanya terutama
tampak pada sistem saraf dan kardiovaskuler. Tiamin HCl pada larutan steril 100-200
mg untuk penggunaan parenteral. Tiamin diindikasikan pada pencegahan dan
pengobatan difisiensi tiamin dengan dosis 2-5 mg/hari untuk pencegahan difisiensi
dan 5-10 mg tiga kali sehari untuk pengobatan difisiensi. Dosis lebih besar parenteral
dianjurkan untuk kasus berat akan tetapi respon tidak meningkat dengan dosis lebih
dari 30 mg/hari. Tiamin berguna untuk pengobatan berbagai neuritis yang disebabkan
oleh difisiensi vitamin.
Setelah pemberian parenteral absorpsi berlangsung cepat dan sempurna.
Dalam satu hari sebanyak 1 mg Tiamin mengalami degradasi di jaringan tubuh. Jika
asupan jauh melebihi jumlah tersebut, maka zat ini akan dikeluarkan melalui urin
sebagai tiamin atau pirimidin.
( Mahar Mardjono, 2007 ; hal : 772-773 )
B. TINJAUAN SIFAT FISIKA KIMIA
 Vitamin B1
Sinonim : Aneurin, Thiamini Hydrochloridum

Pemerian : hablur kecil atau serbuk hablur; putih; bau khas lemah mirip ragi; rasa
pahit.
Kelarutan : mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol (95 %) P; praktis
tidak larut dalm eter P dan dalam benzen P; larut dalam gliserol P.
pH larutan 1 % b/v 2,7-3,4.
Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
( Depkes RI ,1979; hal: 598-599 )
Titik lebur :248º , dengan peruraian
Derajat Disosiasi (pKa) = 4,8 (20º)
Spektrum UV : Larutan asam 246 nm (A11= 450 a)
Larutan basa 232 nm (A11=566 a)
(Moffat,A.C,dkk, 1986)
Stabilitas : Thiamin hidroklorida tidak stabil dalam larutan alkali dan netral
serta dengan zat pengoksidasi dan pereduksi, mercuri klorida,
iodida, amonium sitrat dan iodin. Oksidasi thiamin HCl dapat
dipercepat dengan adanya ion tembaga.Thiamin hidroklorida tidak
tahan terhadap panas dan cahaya karena dapat terjadi oksidasi.
(Martindale 28 : hal 1640)
 Injeksi Tiamina Hidroklorida
Injeksi tiamina hidroklorida mengandung tiamina hidroklorida,
C12H17ClN4O5.HCl, tidak kurang dari 105,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.
Pemerian : tidak berwarna atau hampir tidak berwarna.
pH : 2,5-4,5
Penyimpanan : dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda, terlindung dari
cahaya.
(Farmakope Indonesia edisi III,1979; hal: 600)
Dosis : 100mg/ml
Dalam pembuatan injeksi thiamin HCl dapat ditambahkan NaOH atau HCl untuk
mengatur PH larutan 2,5-4,5
(AHFS, 2005; hal 3530-3531,88:08)
 Natrium Klorida BM 58,44
Fungsi : zat pengisotonis
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau, rasa asin
Kelarutan : Larut dalam, 2,8 bagian air ; dalam 2,7 bagian air mendidih dan
dalam lebih kurang 10 bagian gliserol ; sukar larut dalam etanol (95%)
Titik Lebur : 804º dan mulai menguap dengan sughu tinggi
pH : 6,7 – 7,3
(Handbook of excipient ; hal 671-672)

 Dinatrium EDTA
C10H14N2Na2O8.2H2O BM 372,2
C10H14N2Na2O8 BM 336,2
Dinatrium EDTA digunakan sebagai khelating agent pada sediaan mouthwash,
opthalmic, topikal dan parenteral dengan konsentrasi antara
0,005% dan 0,1%
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berasa dan sedikit berasa asam
Kelarutan : Larut dalam 1:11 air ; sedikit larut dalam etanol, praktis tidak larut
dalam kloroform dan eter.
pH : 4,3 – 4,7 (dalam 1% larutan dengan air bebas dioxide)
4 – 6 dalam larutan 5%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, simpan ditempat sejuk atau kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient; hal:255)
Dinatrium edetat stabil dalam bentuk kompleks dalam larutan air ( khelat )
dengan alkalin dan ion logam berat. Dinatrium edetat berbentuk Kristal putih, serbuk
tidak berbau dengan sedikit rasa asam.
Garam edetat lebih stabil dari pada asam edetat. Larutan dinatrium edetat
disterilkan dengan autoklaf, dan harus disimpan pada tempat yang bebas alkali.
Dinatrium edetat higroskopis dan tidak stabil dengan kelembaban. Harus di simpan
pada tempat yang sejuk dan kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient; hal:256 )
 Benzyl alcohol
Digunakan sebagai preservatif pada sediaan perenteral dengan konsentrasi 2,0 %v/v
Ph :kurang dari 5
Stabilitas :benzyl alcohol teroksidasi oleh udara menjadi benzaldehid
dan asam benzoat yang tidak bereaksi dengan air.
Inkompatibilitas :inkompatibel dengan senyawa pengoksidasi dan asam kuat.
Penyimpanan :dalam wadah gelas atau logam, tidak dapat disimpan dalam
kemasan plastik. Sebaiknya disimpan dalam wadah kedap
udara, terlindung dari cahaya, sejuk dan kering.
(Handbook of excipient : hal 70-71)

C. OTT
 Tiamin Hidroklorid
Thiamin hidroklorida tidak stabil dalam larutan alkali dan netral serta dengan zat
pengoksidasi dan pereduksi, mercuri klorida, iodida, amonium sitrat dan iodin.
Oksidasi thiamin HCl dapat dipercepat dengan adanya ion tembaga.
( Martindale 28: hal 1640 )

 Dinatrium Edetat
Dinatrium edetat merupakan asam kuat, memindahkan karbon dioksida dari
karbonat dan bereaksi dengan logam yang dihasilkan hidrogen. Dinatrium edetat
inkompatibel dengan bahan pengoksidasi yang kuat, basa kuat, ion logam.
 Benzyl alkohol
Benzyl alkohol inkompatibel dengan senyawa pengoksidasi dan asam kuat.
(Handbook of excipient; hal 70-71)

D. CARA PENGGUNAAN
Larutan injeksi vitamin B1 merupakan sediaan parenteral yang digunakan
melalui intravena, intramuscular, dan subkutan. Dalam hal ini sebagai pelarut ampul
vitamin B1 adalah air, maka ampul ini digunakan secara intravena.

III. FORMULASI
A. PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN
1. Vitamin B1 peka terhadap cahaya maka perlu disimpan dalam wadah terlindung
cahaya.
2. Vitamin B1 mudah teroksidasi terutama dengan katalis ion logam sehingga perlu
ditambahkan khelating agent yaitu Na2EDTA.
3. Vitamin B1 dibuat dalam bentuk vial (dosis ganda) sehingga untuk menghindari
kontaminasi bakteri perlu ditambahkan pengawet yaitu benzyl alcohol.
4. Larutan injeksi vitamin B1 stabil pada Ph 2,5-4,5 dan tidak stabil pada alkali dan
netral, maka untuk mempertahankan dan mengatur Ph larutan digunakan NaOH
dan HCl serta tidak perlu penambahan larutan dapar karena semua bahan yang
digunakan Ph stabilnya berada di Ph asam. Ph sediaan ditetapkan 4.
5. Vitamin Bi tidak tahan terhadap pemanasan karena akan terjadi oksidasi sehingga
sterilisasi sediaan dilakukan dengan cara filtrasi.
B. FORMULA

R/Thiamin Hidroklorida 100mg/ml


Dinatrium Edetat 0,1 %
Benzyl alcohol 2,0%
Aqua pro injeksi ad 5 ml
m.f.vial 5
C. PERHITUNGAN TONISITAS

Ptb Thiamin Hidroklorida = 0.13


Ptb Na2EDTA = 0.13
Ptb benzyl alcohol = 0.09
Ptb NaCl = 0.576

W = 0.52- ( b1.c1 + b2.c2)


0.576
= 0.52- ( 0.13x10 + 0.13x0.1+ 0.09x2.0)
0.576
= - 1,689 %
( sediaan sudah hipertonis, jadi tidak perlu penambahan zat pengisotonis)

D. PERHITUNGAN VOLUME

Penambahan volume 0.30 ml


V = (2+n) x V’
= (2+ 3) x (5ml + 0,30)
= 26,5 ml (dibulatkan 30 ml)

E. PENIMBANGAN BAHAN

No Nama bahan Perhitungan Jumlah


1 Thiamin HCl 10% x 30 3 gram
2 Dinatrium EDTA 0,1% x 30 30 mg
3 Benzyl alcohol 2,0 % x 30 0,6 ml
4 Aq pro injeksi Ad 40 ml
F. CARA KERJA

Ditimbang vitamin B1dan dinatrium EDTA, masukkan dalam Erlenmeyer

Larutkan dengan Aqua pro injeksi ad larut, tambahkan 0,8 ml benzyl alcohol
(spuit) lalu homogenkan

Cek pH sediaan (pH=4), apabila masih basa tambah dengan asam (HCl 0,1 N),
dan bila terlalu asam tambah dengan basa (NaOH 0,1 N)

Setelah pH sesuai (pH=4)cukupkan sediaan dengan Aqua pro injeksi ad 40 ml

Sediaan disaring menggunakan kertas saring

Sediaan yang sudah disaring diambil 5,30 ml dengan spuit, dimasukkan dalam
vial yang sudah dilapisi alumunium foil dengan disaring (dilewatkan) membran
filter

Masing-masing vial (5 vial @ 5,30 ml) ditutup karet dan alumunium cap

Dilakukan evaluasi sediaan vial, pemasangan etiket dan pengemasan

G. CARA STERILISASI AKHIR


Injeksi steril vitamin B1 disterilisasi akhir dengan cara filtrasi karena bardasarkan
stabilitas vitamin B1 yang tidak tahan pemanasan dan sterilisasi vitamin B1 yaitu
secara filtrasi ( Martindale 28; hal 1640)

H. EVALUASI
1. UJI KEBOCORAN
Dimasukkan vial dalam larutan metilen blue 0,0025% dalam phenol 0,0025%
dengan keadaan terbalik
Dimasukkan dalam autoklaf dan panaskan suhu 115o C selama 30 menit

Jika bocor isi vial akan berwarna biru karena larutan metilen blue masuk ke
dalam vial
2. UJI KEJERNIHAN
Vial thiamin HCl diputar berulan-ulang di depan latar yang berwarna hitam
dengan sisinya diberi cahaya

Jika ada partikel atau kotoran, maka partikel tersebut akan melayang-layang
dan terlihat pada layar hitam

3. UJI pH
Larutan injeksi vitamin B1 dilakukan uji pH sebelum dan sesudah
dimasukkan dalam vial

Ambil secukupnya, taruh dalam plat tetes

Uji pH nya dengan indikator universal


4. UJI KESERAGAMAN VOLUME
Diambil larutan injeksi vitamin B1 menggunakan spuit

Dilihat volume larutan pada spuit

Hitung nilai SD dan x (rata-rata)

Syarat : volume tidak kurang dari volume yg tertera dalam wadah bila diuji satu
persatu, atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah volume
wadah yg tertera pada etiket. (FI ed IV hal 1044)
5. UJI STERILITAS
IV. PELAKSANAAN
A. PENYIAPAN ALAT

NO NAMA ALAT JUMLAH UKURAN STERILISASI WAKTU


1. Vial 5 - Autoklaf 121oC 15 menit
2. Gelas ukur 1 50 ml Autoklaf 121oC 15 menit
3. Plat tetes 1 - Dibakar -
4. Corong kaca 1 - Oven 180 º c 30 menit
5. Pipet tetes 5 - Autoklaf 121ºc 15 menit
6. Erlenmeyer 2 50ml,100ml Autoklaf 121ºc 15 menit
7. Batang pengaduk 2 - Oven 180 º c 30 menit
8. Kertas saring 6 - Autoklaf 121ºc 15 menit
9. Bekerglass 2 50 ml Oven 180 º c 30 menit
10. Bekerglass 1 250 ml Oven 180 º c 30 menit
11. Karet pipet 5 - Autoklaf 121ºc 15 menit
12. Tutup vial (karet) 5 - Autoklaf 121ºc 15 menit
13. Tutup vial (Al) 5 - Autoklaf 121ºc 15 menit
14. Gelas ukur 1 10 ml Autoklaf 121ºc 15 menit
15. Cawan porselen 1 - Dibakar -
B. PENCUCIAN DAN PEMBUNGKUSAN ALAT

a) Alat gelas
1. Direndam tepol 0,5 % dan direbus
2. Disikat sampai bersih, dibilas 3 kali dengan air kran
3. Dibilas dengan air bebas pirogen 3 kali
4. Dikeringkan dalam oven 100 ºC dalam keadaan terbalik
5. Dilihat ada tidaknya noda, jika ada dicuci lagi
6. Alat bersih dan kering dibungkus rangkap 2 dan diberi label tiap rangkapnya
7. Alat gelas tahan pemanasan dioven 180 oC selama 30 menit atau di autoklaf
121oC selama 15 menit
b) Alat karet
1. Direndam dalam larutan tepol 1% dan Na2CO3 1% selama 15 menit
2. Direbus lalu dibilas air kran dan disikat.
3. Dididihkan dalam beaker ditutup kertas perkamen
4. Dibilas dengan HCl 0.25% lalu dibilas lagi dengan air bebas pirogen
5. Dibungkus rangkap 2, autoklaf 121o C selama 15 menit
c) Alat alumunium
1. Didihkan dalam larutan tepol 10 menit (bila perlu direndam dalam Na2CO3
5% selama 5 menit)
2. Dibilas aquadest panas mengalir
3. Dibilas dengan air kran 3 kali
4. Dibilas dengan aquadest 3kali
5. Keringkan di oven 100o C sampai kering dengan posisi terbalik
6. Dibungkus rangkap 2 disterilisasi dengan dioven 180o C selama 30 menit

Anda mungkin juga menyukai