KIMIA KLINIK
URINALISIS
DisusunOleh:
Kelompok 7
Ajeng Utari Dewi
Dinda Permatasari
Iqlima Sarah
M. Arif G P
Salsabila Adlina
A. Tujuan Praktikum :
1. Pemeriksaan Makroskopis
2.
B. Prinsip :
1. Untuk menggambarkan warna urine yang harus dikerjakan secepatnya setelah
urine dikeluarkan. Dengan latar belakang cahaya, urie dinyatakan dengan
warna kuning muda , kuning tua, kuning coklat, tidak berwarna atau urine
dinyatakan sebagai jernih atau keruh pada waktu dikeluarkan.
2. Berat jenis urine diukur dengan urinometer yang mempunyai skala 1,000
1,060 pada temperature 20oC karena temperature urine dapat berpengaruh
terhadap hasil yang diperoleh. Sedangkan Bromthymol blue dengan methyl
vinyl ether maleic acid sodium salt akan memberikan warna pada urin dengan
bj
0,5.
3. Adanya protein dalam urine akan bereaksi dengan HNO 3 pekat membentuk
cincin
putih.
Sedangkan
dengan
3355tetrachlorofenol-3,4,5,6
11. Dalam suasana asam kuat , grup amilamin dalam sulfonamide akan bereaksi
dengan selulosa yang terdapat pada kertas koran atau kertas WC membentuk
warna kuning sampai oranye.
12. Kombinasi indicator methyl red dan bromthymol blue yang terkandung pada
carik memungkinkan perubahan warna carik sesuai dengan pH urin.
13. Darah dalam urin memungkinkan H2O2 oleh peroksidase yang ada pada Hb
membentuk On dan H2O. On yang terbentuk akan mengoksidasi benzidin
(kromogen) membentuk senyawa berwarna hijau biru.
14. Adanya leukosit dimana asam carbonat ester oleh esterase yang terdapat pada
granulosit akan membentuk indoxyl. Indoxyl dioksidasi terbentuk senyawa
yang berwarna indigo.
C. Dasar Teori
Ginjal merupakan suatu organ y ang terletak retroperitoneal pada
dinding abdomen dikanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12
hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari y ang kiri karena
besarnya lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan
yang terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah
adiposa, dan jaringan terluar adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini
berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan memfiksasi ginjal Ginjal
menjalankan fungsi y ang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia
darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air
secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui
glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang
sesuai di sepanjang tubulus ginjal Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan
keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin (Price dan Wilson,
2012).
Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:
1. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
2. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam
pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.
3. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
4. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
5. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal
kemudian akan mengambil zat-zat y ang berbaha ya dari darah. Zat-zat y ang
diambil dari darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan
dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu
di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan
keadaan memungkinkan, maka urin
di keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011). Tiga proses utama akan terjadi di
nefron dalam
filtrasi,
reabsorpsi,
dan
sekresi.
Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan y ang hampir
bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman.
Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal.
Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120
ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh
tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk satu mili liter urin per menit.
Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk
pemeriksaan laboratorium. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa
yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekulmolekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di
dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan
untuk mempercepat pembentukan kompos.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau
obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat
yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari
ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan
mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing
yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang
dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan
zat yang steril.
ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter
sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam
kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama
dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.
3. Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik
pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidak
nyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan
pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk
persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan
kultur false-negative.
4. Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri
dari urin empat porsi yaitu:
a) Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra.
b) Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi
buli-buli.
c) Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat.
d) Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.
5. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting
ISK yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi
warna, berat jenis dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan
bilirubin tetap dilakukan.
6. Pemeriksaan Dipstik
Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan
leukosit dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri,
dipstik akan bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat
dalam granul primer netrofil). Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik
akan bereaksi dengan nitrit (yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh
enzym nitrate reductase pada bakteri). Penentuan nitrit sering memberikan
hasil false-negative karena tidak semua bakteri patogen memiliki kemampuan
mengubah nitrat atau kadar nitrat dalam urin menurun akibat obat diuretik.
Kedua pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas 60-80% dan spesifisitas 70
98%. Sedangkan nilai positive predictive value kurang dari 80% dan
negative predictive value mencapai 95%. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak
lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur
urin. Pemeriksaan dipstik digunakan pada kasus skrining follow up. Apabila
kedua hasil menunjukkan hasil negatif, maka urin tidak perlu dilakukan
kultur.
7. Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan
bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 /
lapang pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna,
perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur. Pemeriksaan langsung kuman
patogen dalam urin sangat tergantung kepada pemeriksa. Apabila ditemukan
satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu dilakukan
pemeriksaan kultur.
8. Pemeriksaan Kultur Urin
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur
urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni
yang tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri
yang tumbuh merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni
dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh
D.
1.
2.
3.
4.
dapat
menggunakan
urometer,
5.
6.
E.
1.
Tabung reaksi
Capit
Prosedur Percobaan :
Basahi seluruh permukaan reagen carik celup dengan sampel urin dan tarik
carik dengan segera, kelebihan urin diketukan pada bagian bibir wadah urin
2. Kelebihan urin pada bagian belakang carik dihilangkan dengan cara
menyimpan carik tersebut pada kertas agar menyerap urin di bagian tersebut
3. Penghalang carik secara horizontal dan bandingkan dengan standar warna
yang terdapat pada lebel di wadah carik dan catat hasilnya dengan waktu
seperti yang tertera pada standar carik atau dibaca dengan alat clinitex status
4. Untuk menganalia bau, urin segera dimasukkan kedalam tabung reaksi,
kemudian miringkan cairan cairan dan kipas- kipaskan tangan pada
permukaan cairan urin. Cium yang muncul.
5. Warna dan kejerian diamati pada cahaya yang cukup terhadap urin yang telah
dimasukan kedalam tabung reaksi.
F. Hasil Pengamatan :
Sampel: urin Salsabila Adlina
1. Sifat fisik
Warna: kuning jernih
Bau: Tidak berbau
2. Sifat kimia
Glukosa
30 sec
Bilirubin
30 sec
Ketone
40 sec
Specific graviti 45 sec
Blood
60 sec
pH
60 sec
Protein
60 sec
Urobilinogen
60 sec
Nitrite
60 sec
Leukocytes
1- 2 min
G. Pembahasan
: Negative
: Negative
: Negative
: 1,030
: Negative
: 5,0
: Negative
: 0,2
: Negative
: Negative
penentuan penyakit ginjal dan evaluasi fungsi ginjal secara makroskopis dan
mikroskopis engan menggunakan metode carik celup. Tes urinalisis dibagi
menjadi beberapa metode yang bersifat biokimia atau morfologi. Tes ini penting
untuk mengetahui penyakit ginjal, karena banyak penyakit ginjal yang serius tidak
menimbulkan gejala sampai fungsi ginjal sudah sangat terganggu. Dimana fungsi
ginjal yaitu mengeksresikan bahan kimia asing ( obat obatan dan sebagainya),
hormone dan metabolit lain dimana fungsi utamanya adalah mempertahankan
volume dan komposisi cairan ekstra seluler dalam batas yang normal.
Hasil eksresi dari ginjal berupa urin. Urin merupakan cairan sisa yang
diekskresikan ginjal yang akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinasi.urin yang dikeluarkan terdiri dari beberapa unsur seperti air , protein,
ammonia, glukosa, sedimen, bakteri dan epitel. Unsur tersebut bervariasi
perbandingannya pada orang yang berbeda dan waktu yang berbeda dapat
dipengaruhi oleh makanan atau sesuatu yang dikonsumsi misalnya obat-obatan
dan lain-lain.
Komposisi zat dalam urin berpariasi tergantung zat yang dikonsumsi. Urin
normal berwarna jernih transparan, sedangkan warna kuning muda berasal dari zat
warna empedu (bilirubim dan biliverdin). Urin normal pada manusia terdiri dari
air, urea, asam urat, ammonia, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat,
klorida, garam- garam dan zat yang berlebih di dalam darah.
Kandungan urin ini berpengaruh terhadap penampilan fisik urin seperti
kekentalannya, warna, kejernihan, bau, dan busa. Untuk memeastikan adanya
kelainan pada urin diperlukan beberapa hal seperti warna, bau, kejernihan, dan
kekentalan. Warna merah menandakan adanya darah yang tercampur dalam urin.
Hal ini terjadi jika terjadi infeksi , luka , batu ginjal, tumor, atau meminum obat
tertentu. Urin yang terlalu keruh, menandakan tingginya kadar unsur yang terlarut
didalamnya. Hal ini bisa terjadi karena factor makanan dan adanya infeksi yang
mengeluarkan bakteri atau konsumsi air yang kurang. Bau urin dapat bervariasi
karena kandungan asaam organic yang mudah menguap. Diantarannya bau yang
berlainan dari normal seperti bau makanan yang mengandung zat atsiri seperti
jengkol, pete dan durian. Bau obat- obatan seperti terpentin, mentol. Bau
ammonia biasanya terjadi jika urin dibiarkan tanpa pengawet atau reaksi karena
bakteri yang mengubah ureum didalam kantong kemih. Bau keton sering terjadi
pada penderita kencing manis dan bau busuk terjadi pada penderita tumor
disaluran kemih.
Secara fisik analisis urin dapat berupa pengamatan warna urin, berat jenis,
ph. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisi glukosa ptotein dan pigmen
empedu. Pemeriksaan analisis urin dapat menggunakan dipstick. Dipstick adalah
strip reagen berupa strip plastic tipis yang ditempeli kertas seluloid yang
mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan diperiksa. Uji
kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya : glukosa, protein, urobilinogen,
ph, BJ, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase.
Cara menggunakan strip ini adalah dengan mencelupkan strip reagen
sepenuhnya kedalam urin segar selama 2 detik perubahan warna diinterpretasikan
dengan membandingkan skala warna rujukan yang biasannya tertempel pada botol
atau reagen wadah strip. Juga dilihat waktu reaksi untuk setiap item. Kelemahan
dari pemeriksaan ini adalah kurang akurat sehingga harus dilakukan secara hati
hati dan pencahayaan yang bagus. Dari hasil praktikum diperoleh kadar glukosa
pada detik ke 30 negatif, bilirubin pada detik ke 30 negatif, ketone pada detik ke
30 negatif, sfesifik gravity pada detik ke 45 menunjukan pada 1.030, blood pada
detik ke 60 negatif, pH pada detik ke 60 5.0, protein pada detik ke 60 negatif,
urobilinogen pada detik ke 60 menunjukan pada 0,2. nitrite pada detik ke 60
negatif, dan leukosit pada 1-2 menit menunjukan hasil yang negative.
Dari hasil tes diagnostic urinalisasi pada sampel yang digunakan
menunjukan hasil negative pada glukosa sebaliknya adanya glukosa dalam urine
harus diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosoria bersama
hiperglikemia (peningkatan kadar gula dalam darah) maka kemungkinan adalah
diabetes militus, sindrom cushing, dll. Selanjutnya pada diagnostic bilirubin
menunjukan tidak adanya bilirubin yang terdapat dalam urine karena jika dalam
urin terdapat bilirubin akan menggambarkan kerusakan sel hati (misalnya hepatitis
atau sumbatan saluran empedu). Pada proses selanjutnya bakteri-bakterti dalam
usus akan mengubah bilirubin menjadi urobilinogen karena proses oksidasi,
urobilinogen berubah menjadi urobilin dimana suatu zat yang memberikan warna
yang khas pada urine. Dalam keadaan normal bilirubin tudak ada dalam urin.
Selanjutnya pada tes keton dalam urin menunjukan hasil yang negative
karena jika dalam urin menunjukan hasil keton yang positif hanya dapat dijumpai
pada penderita diabetes militus. Keton ini merupakan suatu sisa dari metabolisme
lemak, jika persediaan glukosa menurun maka untuk mencukupi suplai energy
maka cadangan lemak yang akan dimetabolisme, dan jika metabolisme lemak
meningkat maka akan menyebabkan keton menumpuk dalam urin atau dinamakan
ketonuria. Untuk specific gravity menurut teori pada orang normal berat jenis urin
dalam 1,015-1,025 dari hasil urin yang di peroleh menunjukan berat jenis urin
sebesar 1,030 dimana hasil tes menunjukan hasil yang mendekati normal jadi
specific gravity akan dipengaruhi oleh seberapa bannyak minum atau
mengluarkan air seni, semakin banyak mengeluarkan air seni akan semakin
rendah berat jenis begitu pula sebaliknya, adanya protein dalam urin akan
meningkatkan berat jenis urin. Jika ada protein dalam urin akan meningkatkan BJ
urin. jika ada protein dalam urin maka setiap 1% proteinuria akan bertambah
0,003 BJ. Jika ada glukosa dalam urin, maka akan bertambahn 0,004. Pada hasil
pH yang didapat menunjukan pH 5,0 hasil tersebut menunjukan keadaan yang
normal dimana berdasarkan teori pH urin yang normal adalah berada pada rentan
4,8-7,4. Beberapa keadaan dapat menyebabkan pH urin menjadi basa hal ini
dikarenakan diet vegetarian, bakteri, infeksi saluran kencing, obat-obatan dan
lain-lain. Sedangkan pH urin bisa bersifat basa dapat dijumpai pada penderita
diabetes, dan orang yang menggunakan terapi obat-obatan tertentu.
Untuk diagnostic pengujian leukosit, dimana hasil menandakan tidak
adanya leukosit didalam urine yang artinya keadaan nya normal karena dalam
teori menunjukan bahwa leukosit dalam keadaan normal, jumlah leukosit dalam
urin adalah 0 4sel. Dimana peningkatan jumlah leukosit menunjukan adanya
peradagan, infeksi atau tumor.
H. Kesimpulan :
Daftar Pustaka
Gandasoebrata, R. Penuntun Laboratorium Klinik. 2007. Jakarta: Dian Rakyat
Hoan, Tan Tjay, Dr. Obat obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efekefek
Sampingnya.2010. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Mochtar Rustam. 1998. Obstetri Fisiologi, Obsterti Patologi. Jakarta : EGC
LAMPIRAN
HASIL PENAMATAN PEMERIKSAAN URIN