Percobaan IV
Ekskresi Urin
I. Tujuan Percobaan
1. Dapat mengukur konsentrasi obat dalam ekskresi urin dan mengetahui
parameter-parameter lain yang dapat dihitung.
2. Dapat memahami cara mengukur konsentrasi obat dari sampel urin.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 1 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
b. Distribusi merupakan proses obat yang telah melalui hati bersamaan dengan
metabolitnya disebarkan secara merata ke seluruh jaringan tubuh, khusunya
melalui peredaran darah. Melewati kapiler dan cairan ekstra sel (yang
mengelilingi jaringan) obat diangkut ke tempat kerjanya di dalam sel (cairan
intra sel), yaitu organ atau otot yang sakit. Tempat kerjanya memiliki
penyaluran darah yang baik, karena obat hanya dapat melakukan
aktivitasnya bila konsentrasi setempatnya cukup tinggi selama waktu yang
cukup lama (Tjay, 2007).
d. Ekskresi, organ terpenting untuk proses ekskresi obat adalah ginjal. Obat di
ekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 2 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 3 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
c. Contoh dari parameter turunan adalah waktu mencapai kadar puncak (tmaks),
kadar puncak (cpmaks) dan area under curve (AUC).
Kadar puncak adalah kadar tertinggi yang terukur dalam darah atau serum
atau plasma. AUC adalah permukaan dibawah kurva (grafik) yang
menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai fungsi waktu. AUC
dapat digunakan untuk membandingkan kadar masing-masing plasma obat
bila penentuan kecepatan eliminasinya tidak mengalami perubahan (Tjay,
2007).
3.2 Urin
3.2.1 Pengertian dan Fungsi Urin
Urin adalah cairan sisa yang di ekskresikan oleh ginjal, kemudian di
keluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.Eksresi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui
ureter menuju kandung kemih, lalu dibuang keluar tubuh melalui uretra (Snell,
2006).
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (urea,
garam terlarut, dan materi organik). Cairan dan materi pembentuk urin berasal
dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh. Cairan yang tersisa
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 4 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh (Snell, 2006).
Fungsi utama urin untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan
dari dalam tubuh (Snell, 2006).
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 5 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 6 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 7 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
3.4 Siprofloksasin
3.4.1 Pengertian Siprofloksasin
Siproloksasin adalah antibiotika untuk pengobatan beberapa infeksi bakteri.
Termasuk antibiotik golongan fluorokuinolon generasi kedua. Spektrum
aktivitasnya melingkupi beberapa strain bakteri patogen yang menyerang
pernapasan, sistem urin, gastrointestinal, dan infeksi abdominal, termasuk di
dalamnya adalah bakteri patogen gram negatif dan gram positif, yang sensitif
namun belum menjadi resisten (Anief, 2007).
3.4.2 Preformulasi
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 8 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
V. Prosedur Percobaan
5.1 Cara Pengoptimasian HPLC
Pada gambar 2 buah fase gerak, klik kanan lalu dipilih “connect” lalu
dinaikan dari 0 ke 0,1 lalu ditekan oke. Setelah angka naik dari 0 ke 0,1 dilalukan
hal yang sama kembali dengan angka 0,25; 0,5; 0,75; dan 1.
5.2 Pengambilan Sampel
Urin blanko diambil dari sukarelawan sebelum obat diminum. Sprofloksasin
kadar 500 mg diminum oleh sukarelawan pada jam 08.00 dan diminum satu hari
sebelum praktikum. Urin sukrelawan dikumpulkan pada rentang waktu berikut:
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 9 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
Note: Pada pagi hari urin diambil sesaat setelah sukarelawan bangun tidur.
Sukarelawan tidak boleh minum apapun setelah urin diambil.
Urin yang terkumpul ditampung didalam matkan plastik. Volume dari setiap
urin diukur dan dimasukkan kedalam vial sebanyak tiga vial. Semua sampel urin
disimpan didalam lemari pendingin dengan suhu -4°C.
5.3 Pembuatan Fase Gerak
Asetonitril ditambahkan dengan dapar amonium asetat, 0,1%
trietanolamin,dan pH disesuaikan hingga 2,5 dengan asam sulfat 1 M. Air yang
digunakan adalah aquadest proinjection atau aqua bidest. Air ditambahkan dengan
dapar amonium asetat, 0,1% trietanolamin,dan pH disesuaikan hingga 2,5 dengan
asam sulfat 1 M. Selanjutnya kedua larutan tersebut disambungkan pada HPLC.
5.4 Perlakuan Sampel
Tiap sampel urin diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam labu
takar 10 ml. Sampel diencerkan dengan dapar amonium asetat hingga tanda batas
(1:100). Sampel disuntikkan kedalam kolom HPLC menggunakan sistem HPLC
dengan kolom fasa balik oktadeksil silane, fase gerak asetonitril:air (25:75)
dengan 0,1% trietanolamin dan pH disesuaikan hingga 2,5 dengan asam sulfat 1
M, detektor spektrofotometri UV 280 nm, laju elusi 1𝑚𝑙 ⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡. Luas area
siprofloksasin yang diperoleh dicatat.
5.5 Pengolahan Data
Kurva kalibrasi dibuat dengan membuat larutan siprofloksasin dalam urin
blank dengan konsentrasisiprofliksasin 0,1; 0,5; 1, 5, 10, 20, dan 50 𝜇𝑔⁄𝑚𝑙. Luas
area dari setiap larutan siprofloksasin dihitung dengan sistem HPLC yang sama.
Kurva kalibrasi dibuat berdasarkan rasio luas area antara siprofloksasin dan
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 10 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
standar. Kurva kalibrasi yang didapat konsentrasi siprofloksasin dari sampel urin
dihitung. Berdasarkan data konsentrasi obat dalam sampel urin buat kurva ln
dXu/dt vs tmid dan ln (Xu∞-Xu) vs t, kemudian tentukan konstanta laju eliminasi
dan waktu paruh eliminasi.
regresi linear
a = 4656137,749
b = 1595275,136
r = 0,986
y = 1595275,136x + 4656137,749
6.2 Hasil pengumpulan urine
Pengambilan Volume
Rentang Waktu
Ke- Urine (ml)
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 11 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
C x Faktor CP Waktu
Sampel uji AUC C(mg/ml)
pengenceran (mg/ml) Retensi
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 12 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
KURVA
40000000
30000000
20000000
10000000
0
0.1 0.5 1 5 10 20 50
Konsentrasi (ppm)
2
1
0 0.209
-1 1.5 4.5 7.5 10.5
-0.942 13.25 19.25
-2
-2.386
-3
tmid (jam)
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 13 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
Perhitungan
Pembuatan FG
Total FG = 500ml
FG = asetonitril : air (25:75)
25
Asetonitril = 75 x 500 = 166,67
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 14 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 15 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
o Sampel 1
101832336 = 1595275,136x + 4656137,749
97176198,25
X = 1595275,136
= 60,915 mg/ml
o Sampel 2
62888002 = 1595275,136x + 4656137,749
58231864,25
X = 1595275,136
= 36,503 mg/ml
o Sampel 3
75804407 = 1595275,136x + 4656137,749
71148269,25
X = 1595275,136
= 44,599 mg/ml
o Sampel 4
5583017 = 1595275,136x + 4656137,749
926879,251
X = 1595275,136
= 0,581 mg/ml
o Sampel 5
4752431 = 1595275,136x + 4656137,749
96293,251
X = 1595275,136
= 0,060
o Sampel 6
11807080 = 1595275,136x + 4656137,749
7150942,251
X = 1595275,136
= 4,483
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 16 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
ke = 0,192 /jam
o Km = k – ke
= 0,334 – 0,192
= 0,142/jam
y = -0,290x + 6,118
k = 0,290/jam
1 0,693
t2 = 0,290= 2,390/jam
VII. Pembahasan
VIII. Kesimpulan
Mengukur konsentrasi obat dalam urin menggunakan metode ARE dan
metode laju eksresi. Konsentrasi obat dalam urin yang diperoleh dari metode
signa minus (ARE) adalah 474,44 mg. Pada nilai t1/2 metode ARE diperoleh nilai
2,390 jam dan pada metode laju eksresi diperoleh nilai 2,075 jam. Pada metode
laju eksresi diperoleh nilai K sebesar 0,334/jam, nilai Ke sebesar 0,192/jam, dan
nilai Km sebesar 0,142/jam. Nilai Ke lebih kecil dari nilai K sehingga ada obat
siprofloksasin yang termetabolisme yaitu sebesar 0,142/jam.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 17 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 18 dari 34
Laporan Praktikum Biofarmasi & Farmakokinetika 2019
Daftar Pustaka
Anief, M. (2007). Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Ganong, W. F. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.
Gibson, J. (1995). Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat Jilid Kedua. EGC,
Jakarta.
Hendayana, S. (2006). Kimia Pemisahan: Metode Kromatografi dan
Elektroforesis Modern. Rosda, Bandung.
Kampus Farmasi. (2015). Kumpulan Materi Kuliah Mahasiswa Farmasi Dan
Bahan Ajar Dosen Farmasi: Ciprofloxacin.
(http://kampusfarmasi.blogspot.com/2015/06/ciprofloxacin.html) diunduh
pada 8 Desember 2019.
Mutschler, E. (1999). Dinamika Obat : Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi
Edisi Kelima, diterjemahkan oleh Widianto, M. B., dan Ranti, A. S.
Penerbit ITB, Bandung.
Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Setiawati, A. (2007). Interaksi Obat. Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Shargel, L., Yu, A., and Wu, S. (2005). Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan Edisi Kedua. Airlangga University Press, Surabaya.
Snell, R. S. (2006). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi Keenam.
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Tjay, T. H., dan Kirana R. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam. Elex Media Komputindo, Jakarta.
U.S. Pharmacopeia. (2007). The United States Pharmacopeia, USP 30/The
National Formulary, NF 25. Rockville, MD: U.S. Pharmacopeial
Convention.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 19 dari 34