ABSTRAK
Paracetamol atau asetaminofen adalah obat analgesic dan antipiretik yang digunakan untuk
menghilangkan sakit kepala, nyeri, sakit ringan, dan demam. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui hasil metabolisme paracetamol dalam urin dan saliva dalam berbagai waktu. Urin dan
saliva di ambil dari sukarelawan kelompok putih (A) dan kelompok ungu (B) yang masing-masing
melakukan puasa terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi paracetamol dan sukarelawan yang tidak
puasa terlebih dahulu. Urin dan saliva dilakukan uji Naftoresorsinol untuk konjugat Glukoronida,
uji Barium Klorida untuk konjugat Sulfat, dan uji Besi (III) Klorida untuk Fenol. Kadar paracetamol
pada urin dihitung pada menit ke 15, 30, 45, 60, 75, dan 90. Pada pengujian naftoresorsinol
terhadap urin sampel A1 dan A2 memberikan hasil positif pada menit ke-60 sampai menit ke-180
sedangkan sampel B1 dan B2 memberikan hasil positif pada menit ke-90 sampai menit ke-180.
Pada uji naftoresorsinol terhadap saliva, semua sampel urin memberikan hasil negatif. Pada
pengujian BaCl2, semua sampel urin dan saliva memberikan hasil. Pada pengujian FeCl3, sampel
urin A1 dan A2 memberikan hasil positif pada menit ke-60 sampai menit ke-180., dan sampel urin
B1 dan B2 memberikan hasil positif pada menit ke-90 sampai menit ke-180. Pada uji FeCl3
terhadap saliva, sampel urin A2 memberikan hasil positif pada menit ke-30 sampai menit ke-180
dan sampel urin A1, B1 dan B2 memberikan hasil negatif.
Kata kunci : Paracetamol, Asetaminofen, MetabolismeEksresiParacetamolmelaluiUrindan Saliva.
(menit) Lk Pr Lk Pr (menit) Lk Pr Lk Pr
kontrol - - - - kontrol - - - -
30 - - - - 15 - - - -
60 - - - - 30 - - - -
90 - - - - 45 - - - -
120 - - - - 60 - - - -
150 - - - - 75 - - - -
180 - - - - 90 - - - -
kontrol - - - - (menit) Lk Pr Lk Pr
30 - - - -
60 + + - - kontrol - - - -
90 + + + + 15 - + - -
30 - + - -
120 + + + +
150 + + + + 45 - + - -
180 + + + + 60 - + - -
75 - + - -
90 - + - -
Positif ( + ) Negatif ( - )
Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya
Jurnal praktikum biofarmasetika-farmakokinetika
Pengujian dilakukan menggunakan 4 Uji naftoresorsinol dilakukan untuk
sukarelawan yang dibagi menjadi 2 menguji adanya kandungan senyawa konjugat
kelompok. Masing masing kelompok terdiri asetaminofen glukoronida pada sampel. Hasil
dari 2 sukarelawan yang berjenis kelamin positif ditandai dengan adanya warna ungu
laki-laki dan perempuan. Diasumsikan sampel pada lapisan organik yang berasal dari reaksi
urin A1 sebagai sampel urin laki-laki dari pembentukan senyawa kompleks antara
kelompok A, A2 sebagai sampel urin naftoresorsinol dengan glukoronida dari
perempuan dari kelompok A, B1 sebagai sampel. Berdasarkan hasil penelitian pada uji
sampel urin laki-laki dari kelompok B, dan naftoresorsinol terhadap urin, sampel urin A1
B2 sebagai sampel urin perempuan dari dan A2 memberikan hasil positif pada menit
kelompok B. Setiap sukarelawan pada ke-60 sampai menit ke-180 sedangkan sampel
masing-masing kelompok harus berpuasa B1 dan B2 memberikan hasil positif pada
sebelum meminum parasetamol. Hal Ini menit ke-90 sampai menit ke-180. Pada uji
dikarenakan keberadaan makanan didalam naftoresorsinol terhadap saliva, semua sampel
lambung dapat menghambat proses absorpsi urin memberikan hasil negatif. Dari hasil
parasetamol. penelitian dapat disimpulkan bahwa semua
Sebagai sampel kontrol, sampel urin sampel tidak mengandung asetaminofen
diambil sebelum sukarelawan meminum glukoronida.
parasetamol. Sebagai sampel uji, sampel urin Uji BaCl2 dilakukan untuk mengetahui
diambil setiap 30 menit selama 3 jam setelah adanya konjugat asetaminofen sulfat pada
sukarelawan minum parasetamol. sampel. Hasil positif ditandai dengan adanya
Konsentrasi tertinggi parasetamol endapan atau larutan keruh yang dihasilkan
dalam plasma dicapai dalam waktu 30-60 dari reaksi antara gugus sulfat pada sampel
menit dan waktu paruh sekitar 2 jam. Obat dengan ion barium dari reagen menghasilkan
akan tersebar keseluruh tubuh dan 20-25% senyawa yang tidak larut. Berdasarkan hasil
akan terikat pada protein plasma. Parasetamol penelitian pada uji BaCl2 terhadap urin dan
akan dimetabolisme di hati oleh enzim saliva, semua sampel memberikan hasil
misokrom diubah menjadi konjugat negatif. Dari hasil penelitian dapat
glukoronida (60%) dan konjugat sulfat (35%). disimpulkan bahwa semua sampel tidak
Di ginjal parasetamol akan diekskresikan ke mengandung asetaminofen sulfat.
dalam urin dalam bentuk terkonjugasi (20- Uji FeCl3 dilakukan untuk
40%) dan sebagai parasetamol (3%) tanpa mengidentifikasi keberadaan konjugat
mengalami perubahan. asetaminofen GSH pada sampel. Hasil positif
Untuk proses metabolisme ditunjukkan dengan adanya warna kuning
parasetamol melalui 2 fase, fase 1 akan kecoklatan pada sampel yang diuji yang
mengubah parasetamol dari non polar menjadi berasal dari reaksi kompleksasi antara ion
polar dengan reaksi berupa oksidasi, reduksi, ferri dari reagen dengan gugus fenol pada
hidrolisis, dan lain-lain. Pada fase inilah yang asetaminofen GSH. Berdasarkan hasil
membuat parasetamol dapat menyebabkan penelitian pada uji FeCl3 terhadap urin,
hepatotoksik. Parasetamol yang sampel urin A1 dan A2 memberikan hasil
dimetabolisme oleh enzim cytochrome P-450 positif pada menit ke-60 sampai menit ke-
(CYP 2E1) akan mengoksidasinya menjadi N- 180., dan sampel urin B1 dan B2 memberikan
acetyl-p-benzoquinonimine yang bisa hasil positif pada menit ke-90 sampai menit
mengikat protein di hati. Parasetamol yang ke-180. Pada uji FeCl3 terhadap saliva, sampel
telah polar akan diubah menjadi lebih polar urin A2 memberikan hasil positif pada menit
pada fase 2 dengan menambahkan gugus- ke-30 sampai menit ke-180 dan sampel urin
gugus atau konjugat yang lebih polar seperti A1, B1 dan B2 memberikan hasil negatif.
asam glukoronat dan gugus sulfat, supaya bisa Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
diekskresikan. konjugat asetaminofen GSH sebagai hasil
eksresi parasetamol terdapat pada urin
Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya
Jurnal praktikum biofarmasetika-farmakokinetika
sukarelawan, hanya pada waktunya saja yang Darsono Lusiana. 2002, Diagnosis dan Terapi
berbeda. pH urin harus diatur pada rentang 4- Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol,
6 agar konjugat - konjugat tersebut dapat Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 2.
diidentifikasi. Hasil analisis yang diperoleh, No. 1.
pada semua sampel kontrol tidak Siswandono, BambangSoekartio. 1998,
teridentifikasi adanya konjugat - konjugat Prinsip-prinsip Rancangan Obat, Hal
tersebut. 85, Airlangga University Press,
Perbedaan hasil antar sukarelawan ini Surabaya
disebabkan oleh perbedaan tingkat absorpsi
dan metabolisme masing-masing individu.
sehingga hasil ekskresi yang dihasilkan juga
tidak akan sama. Waktu pengosongan
lambung juga sangat berpengaruh pada
absorbsi parasetamol. Hal Ini dikarenakan
keberadaan makanan didalam lambung dapat
menghambat proses absorpsi parasetamol.
KESIMPULAN
Pada uji naftoresorsinol tidak semua
sampel urin sukarelawan mengandung
asetaminofen glukoronida. Pada uji BaCl2
semua sampel tidak mengandung
asetaminofen sulfat. Uji FeCl3 konjugat
asetaminofen GSH terdapat pada urin
sukarelawan, pada waktu yang berbeda.
Perbedaan hasil antar sukarelawan ini
disebabkan oleh perbedaan tingkat absorpsi
dan metabolisme masing-masing individu
sehingga hasil ekskresi yang dihasilkan juga
tidak akan sama dan waktu pengosongan
lambung juga berpengaruh pada absorbsi
parasetamol. Hal Ini dikarenakan keberadaan
makanan didalam lambung dapat
menghambat proses absorpsi parasetamol.
Selain itu, hasil pengamatan terhadap
sukarelawan laki-laki dan perempuan
menunjukkan hasil yang sama. Jadi dapat
disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak
mempengaruhi metabolisme paracetamol.
DAFTAR PUSTAKA
Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya