Anda di halaman 1dari 5

Jurnal praktikum biofarmasetika-farmakokinetika

PERBANDINGAN HASIL UJI KUALITATIF EKSRESI URIN DAN SALIVA SAAT


MEMINUM PARACETAMOL SESUDAH DAN SEBELUM MAKAN
Cindy Rosalina Y, Dedek Suwanda, Egy Ferbrina S, Feti Fera, Reza Ardian, Resky
Oktaviani, Tuti Nanda Yuliana Yasrina
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya
Email : farmasiunsri2014@gmail.com

ABSTRAK
Paracetamol atau asetaminofen adalah obat analgesic dan antipiretik yang digunakan untuk
menghilangkan sakit kepala, nyeri, sakit ringan, dan demam. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui hasil metabolisme paracetamol dalam urin dan saliva dalam berbagai waktu. Urin dan
saliva di ambil dari sukarelawan kelompok putih (A) dan kelompok ungu (B) yang masing-masing
melakukan puasa terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi paracetamol dan sukarelawan yang tidak
puasa terlebih dahulu. Urin dan saliva dilakukan uji Naftoresorsinol untuk konjugat Glukoronida,
uji Barium Klorida untuk konjugat Sulfat, dan uji Besi (III) Klorida untuk Fenol. Kadar paracetamol
pada urin dihitung pada menit ke 15, 30, 45, 60, 75, dan 90. Pada pengujian naftoresorsinol
terhadap urin sampel A1 dan A2 memberikan hasil positif pada menit ke-60 sampai menit ke-180
sedangkan sampel B1 dan B2 memberikan hasil positif pada menit ke-90 sampai menit ke-180.
Pada uji naftoresorsinol terhadap saliva, semua sampel urin memberikan hasil negatif. Pada
pengujian BaCl2, semua sampel urin dan saliva memberikan hasil. Pada pengujian FeCl3, sampel
urin A1 dan A2 memberikan hasil positif pada menit ke-60 sampai menit ke-180., dan sampel urin
B1 dan B2 memberikan hasil positif pada menit ke-90 sampai menit ke-180. Pada uji FeCl3
terhadap saliva, sampel urin A2 memberikan hasil positif pada menit ke-30 sampai menit ke-180
dan sampel urin A1, B1 dan B2 memberikan hasil negatif.
Kata kunci : Paracetamol, Asetaminofen, MetabolismeEksresiParacetamolmelaluiUrindan Saliva.

PENDAHULUAN aminofenol atau p-asetamidofenol atau 4-


Parasetamol merupakan obat analgesik hidroksiasetanilida (Depkes RI, 1979).
non narkotik yang memiliki cara kerja Parasetamol merupakan zat aktif pada
menghambat sintesis prostaglandin terutama obat yang banyak digunakan dan
di Sistem Saraf Pusat (SSP). Parasetamol dimanfaatkan sebagai analgesik dan
digunakan secara luas di berbagai negara baik antipiretik. Parasetamol dimetabolis oleh hati
dalam bentuk sediaan tunggal sebagai dan dikeluarkan melalui ginjal. Parasetamol
analgesik-antipiretik maupun kombinasi tidak merangsang selaput lendir lambung atau
dengan obat lain melalui resep dokter atau menimbulkan pendarahan pada saluran cerna.
yang dijual bebas. Parasetamol dapat Diduga mekanisme kerjanya adalah
ditoleransi dengan baik sehingga banyak efek menghambat pembentukan prostaglandin.
samping aspirin yang tidak dimiliki oleh obat Obat ini digunakan untuk melenyapkan atau
ini sehingga obat ini dapat diperoleh tanpa meredakan rasa nyeri dan menurunkan panas
resep. tubuh. Analisis parasetamol dilakukan untuk
Paracetamol merupakan turunan memastikan bahwa tablet parasetamol sesuai
senyawa sintesis dari p-aminofenol yang dengan kriteria yang tertera pada Farmakope
memberikan efek analgesia dan antipiretika. Indonesia dan memastikan bahwa
Senyawa ini dikenal dengan nama lain parasetamol dapat memberikan efek
asetaminofen, merupakan senyawa metabolit farmakologi yang diharapkan pada pasien
aktif fenasetin, namun tidak memiliki sifat (Ansel, 1989).
karsinogenik (menyebabkan kanker). Parasetamol diabsorpsi cepat dan
Senyawa ini memilik nama kimia N-asetil-p- sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi
tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu
Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya
Jurnal praktikum biofarmasetika-farmakokinetika
setengah jam dan masa paruh plasma antara B. Prosedur Kerja
1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan Persiapan Sampel
tubuh. 5 Pengikatan obat ini pada protein Dua orang sukwan yang ditetapkan
plasma beragam, hanya 20%-50% yang minum 2 gelas air 2 jam sebelum praktikum.
mungkin terikat pada konsentrasi yang Kosongkan dan tampung urin untuk dianalisa
ditemukan selama intoksikasi akut. Setelah kualitatif sebelum obat diminum. Minumlah 1
dosis terapeutik, 90%-100% obat ini macam obat tiap sukwan dengan bantuan 250
ditemukan dalam urin selama hari pertama, cc air. Urin diambil setiap 30 menit selama 3
terutama setelah konjugasi hepatik dengan jam dan contoh saliva diambil setiap 15 menit
asam glukoronat (sekitar 60%), asam sulfat selama 90 menit. Lakukan uji kualitatif setiap
(sekitar 35%), atau sistein (sekitar 3%), contoh dengan cara yang sama seperti diatas.
sejumlah kecil metabolit hasil hidroksilasi dan Amati warna yang timbul. Buatlah tabel
deaseilasi juga telah terdeteksi. Sebagian kecil waktu pengambilan sampel dan hasil uji
parasetamol mengalami proses N-hidroksilasi kualitatif dinyatakan dengan dan +.
yang diperantarai sitokrom P450 yang Uji Naftoresorsinol untuk Konjugat
membentuk N-asetil-benzokuinoneimin, yang Glukoronida
merupakan suatu senyawa antara yang sangat 0,5 Ml urin/saliva ditambahkan 2 mg
reaktif. Metabolit ini bereaksi dengan gugus naftoresorsinol padat dan HCL pekat 1
sulfhidril pada glutation. Namun, setelah Ml. Panaskan selama 3 menit dan ditunggu
ingesti parasetamol dosis besar, metabolit ini hingga dingin. Tambahkan 3 Ml etil asetat
terbentuk dalam jumlah yang cukup untuk lalu kemudian dikocok homogen hingga
menghilangkan glutation hepatic.(Lusiana terbentuk warna ungu pada lapisan organik.
Darsono 2002) Uji Barium Klorida untuk Konjugat Sulfat
Pada dosis terapi, salah satu metabolit Atur Ph urin/saliva 0.5 Ml hingga
Parasetamol bersifat hepatotoksik, berada pada rentang 4-6. Tambahkan BaCl
didetoksifikasi oleh glutation membentuk 2% sebanyak beberapa tetes ke dalam tabung
asam merkapturi yang bersifat non toksik dan reaksi yang berisikan 0,5 Ml urin. Amati
diekskresikan melalui urin, tetapi pada dosis hingga terbentuk endapan BaSO. Tambahkan
berlebih produksi metabolit hepatotoksik 2 tetes HCL pekat lalu didihkan dalam lemari
meningkat melebihi kemampuan glutation asal selama 3 menit. Positif jika terbentuk
untuk mendetoksifikasi, sehingga metabolit endapan atau kekeruhan.
tersebut bereaksi dengan sel-sel hepar dan Uji Besi (III) Klorida untuk Fenol
timbulah nekrosis sentro-lobuler. Oleh karena Atur PH urin/saliva menjadi 7.
itu pada penanggulangan keracunan Tambahkan 3 tetes FeCl 2%. Positif jika
Parasetamol terapi ditujukan untuk warna berubah kuning kecoklatan.
menstimulasi sintesa glutation. Dengan proses
yang sama Parasetamol juga bersifat HASIL ANALISIS
nefrotoksik (Siswandono, 1998). A. Analisis Uji Urin
Tabel 1. Uji Naftoresolsinol
METODOLOGI PENELITIAN Waktu kelompok A Kelompok B
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan (menit) Lk Pr Lk Pr
ini yaitu indikator kertas pH, pipet tetes, kontrol - - - -
penjepit tabung reaksi, tabung reaksi, bunsen, 30 - - - -
korek api dan pot salep. 60 + + - -
Bahan yang digunakan pada
percobaan ini yaitu paracetamol, air minum, 90 + + + +
saliva, naftoresorsinol, HCl pekat, Etil 120 + + + +
asetat,BaCl2 2%, dan FeCl3 2%. 150 + + + +
180 + + + +
Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya
Jurnal praktikum biofarmasetika-farmakokinetika

Tabel 2. Uji Bariumklorida Tabel 2. Uji Bariumklorida


Waktu kelompok A Kelompok B Waktu kelompok A Kelompok B

(menit) Lk Pr Lk Pr (menit) Lk Pr Lk Pr

kontrol - - - - kontrol - - - -
30 - - - - 15 - - - -
60 - - - - 30 - - - -
90 - - - - 45 - - - -
120 - - - - 60 - - - -
150 - - - - 75 - - - -
180 - - - - 90 - - - -

Waktu kelompok A Kelompok B Tabel 3. Uji Besi (III) klorida

Waktu kelompok A Kelompok B


(menit) Lk Pr Lk Pr

kontrol - - - - (menit) Lk Pr Lk Pr
30 - - - -
60 + + - - kontrol - - - -
90 + + + + 15 - + - -
30 - + - -
120 + + + +
150 + + + + 45 - + - -
180 + + + + 60 - + - -
75 - + - -
90 - + - -
Positif ( + ) Negatif ( - )

B. Analisis Uji Saliva


Tabel 1. Uji Naftoresolsinol PEMBAHASAN
Waktu kelompok A Kelompok B Pada penelitian ini, dilakukan
pengujian tentang ekskresi parasetamol
(menit) Lk Pr Lk Pr melalui urin menggunakan uji naftoresorsinol,
kontrol - - - - barium klorida (BaCl2) dan besi (III) klorida
15 - - - - (FeCl3). Uji naftoresorsinol digunakan untuk
melihat adanya konjugat glukoronida di
30 - - - -
dalam urin. Uji barium klorida untuk melihat
45 - - - - adanya konjugat sulfat dan uji besi (III)
60 - - - - klorida untuk melihat adanya fenol di dalam
75 - - - - urin.
90 - - - -

Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya
Jurnal praktikum biofarmasetika-farmakokinetika
Pengujian dilakukan menggunakan 4 Uji naftoresorsinol dilakukan untuk
sukarelawan yang dibagi menjadi 2 menguji adanya kandungan senyawa konjugat
kelompok. Masing masing kelompok terdiri asetaminofen glukoronida pada sampel. Hasil
dari 2 sukarelawan yang berjenis kelamin positif ditandai dengan adanya warna ungu
laki-laki dan perempuan. Diasumsikan sampel pada lapisan organik yang berasal dari reaksi
urin A1 sebagai sampel urin laki-laki dari pembentukan senyawa kompleks antara
kelompok A, A2 sebagai sampel urin naftoresorsinol dengan glukoronida dari
perempuan dari kelompok A, B1 sebagai sampel. Berdasarkan hasil penelitian pada uji
sampel urin laki-laki dari kelompok B, dan naftoresorsinol terhadap urin, sampel urin A1
B2 sebagai sampel urin perempuan dari dan A2 memberikan hasil positif pada menit
kelompok B. Setiap sukarelawan pada ke-60 sampai menit ke-180 sedangkan sampel
masing-masing kelompok harus berpuasa B1 dan B2 memberikan hasil positif pada
sebelum meminum parasetamol. Hal Ini menit ke-90 sampai menit ke-180. Pada uji
dikarenakan keberadaan makanan didalam naftoresorsinol terhadap saliva, semua sampel
lambung dapat menghambat proses absorpsi urin memberikan hasil negatif. Dari hasil
parasetamol. penelitian dapat disimpulkan bahwa semua
Sebagai sampel kontrol, sampel urin sampel tidak mengandung asetaminofen
diambil sebelum sukarelawan meminum glukoronida.
parasetamol. Sebagai sampel uji, sampel urin Uji BaCl2 dilakukan untuk mengetahui
diambil setiap 30 menit selama 3 jam setelah adanya konjugat asetaminofen sulfat pada
sukarelawan minum parasetamol. sampel. Hasil positif ditandai dengan adanya
Konsentrasi tertinggi parasetamol endapan atau larutan keruh yang dihasilkan
dalam plasma dicapai dalam waktu 30-60 dari reaksi antara gugus sulfat pada sampel
menit dan waktu paruh sekitar 2 jam. Obat dengan ion barium dari reagen menghasilkan
akan tersebar keseluruh tubuh dan 20-25% senyawa yang tidak larut. Berdasarkan hasil
akan terikat pada protein plasma. Parasetamol penelitian pada uji BaCl2 terhadap urin dan
akan dimetabolisme di hati oleh enzim saliva, semua sampel memberikan hasil
misokrom diubah menjadi konjugat negatif. Dari hasil penelitian dapat
glukoronida (60%) dan konjugat sulfat (35%). disimpulkan bahwa semua sampel tidak
Di ginjal parasetamol akan diekskresikan ke mengandung asetaminofen sulfat.
dalam urin dalam bentuk terkonjugasi (20- Uji FeCl3 dilakukan untuk
40%) dan sebagai parasetamol (3%) tanpa mengidentifikasi keberadaan konjugat
mengalami perubahan. asetaminofen GSH pada sampel. Hasil positif
Untuk proses metabolisme ditunjukkan dengan adanya warna kuning
parasetamol melalui 2 fase, fase 1 akan kecoklatan pada sampel yang diuji yang
mengubah parasetamol dari non polar menjadi berasal dari reaksi kompleksasi antara ion
polar dengan reaksi berupa oksidasi, reduksi, ferri dari reagen dengan gugus fenol pada
hidrolisis, dan lain-lain. Pada fase inilah yang asetaminofen GSH. Berdasarkan hasil
membuat parasetamol dapat menyebabkan penelitian pada uji FeCl3 terhadap urin,
hepatotoksik. Parasetamol yang sampel urin A1 dan A2 memberikan hasil
dimetabolisme oleh enzim cytochrome P-450 positif pada menit ke-60 sampai menit ke-
(CYP 2E1) akan mengoksidasinya menjadi N- 180., dan sampel urin B1 dan B2 memberikan
acetyl-p-benzoquinonimine yang bisa hasil positif pada menit ke-90 sampai menit
mengikat protein di hati. Parasetamol yang ke-180. Pada uji FeCl3 terhadap saliva, sampel
telah polar akan diubah menjadi lebih polar urin A2 memberikan hasil positif pada menit
pada fase 2 dengan menambahkan gugus- ke-30 sampai menit ke-180 dan sampel urin
gugus atau konjugat yang lebih polar seperti A1, B1 dan B2 memberikan hasil negatif.
asam glukoronat dan gugus sulfat, supaya bisa Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
diekskresikan. konjugat asetaminofen GSH sebagai hasil
eksresi parasetamol terdapat pada urin
Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya
Jurnal praktikum biofarmasetika-farmakokinetika
sukarelawan, hanya pada waktunya saja yang Darsono Lusiana. 2002, Diagnosis dan Terapi
berbeda. pH urin harus diatur pada rentang 4- Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol,
6 agar konjugat - konjugat tersebut dapat Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 2.
diidentifikasi. Hasil analisis yang diperoleh, No. 1.
pada semua sampel kontrol tidak Siswandono, BambangSoekartio. 1998,
teridentifikasi adanya konjugat - konjugat Prinsip-prinsip Rancangan Obat, Hal
tersebut. 85, Airlangga University Press,
Perbedaan hasil antar sukarelawan ini Surabaya
disebabkan oleh perbedaan tingkat absorpsi
dan metabolisme masing-masing individu.
sehingga hasil ekskresi yang dihasilkan juga
tidak akan sama. Waktu pengosongan
lambung juga sangat berpengaruh pada
absorbsi parasetamol. Hal Ini dikarenakan
keberadaan makanan didalam lambung dapat
menghambat proses absorpsi parasetamol.

KESIMPULAN
Pada uji naftoresorsinol tidak semua
sampel urin sukarelawan mengandung
asetaminofen glukoronida. Pada uji BaCl2
semua sampel tidak mengandung
asetaminofen sulfat. Uji FeCl3 konjugat
asetaminofen GSH terdapat pada urin
sukarelawan, pada waktu yang berbeda.
Perbedaan hasil antar sukarelawan ini
disebabkan oleh perbedaan tingkat absorpsi
dan metabolisme masing-masing individu
sehingga hasil ekskresi yang dihasilkan juga
tidak akan sama dan waktu pengosongan
lambung juga berpengaruh pada absorbsi
parasetamol. Hal Ini dikarenakan keberadaan
makanan didalam lambung dapat
menghambat proses absorpsi parasetamol.
Selain itu, hasil pengamatan terhadap
sukarelawan laki-laki dan perempuan
menunjukkan hasil yang sama. Jadi dapat
disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak
mempengaruhi metabolisme paracetamol.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989,Pengantar Bentuk Sediaan


Farmasi,Diterjemahkan oleh F.
Ibrahim, Edisi ke-4, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1979,Farmakope
Indonesi, Edisi ketiga, Depkes RI,
Jakarta

Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya

Anda mungkin juga menyukai