KELOMPOK 4
DISUSUN OLEH :
MOHAMAD AGIE PANGESTU 1543700252
RISTO CAHYADI 1543700218
ANANIAS HALE 1543700233
TYAS DARMAYANTI 1543700309
HENNY PUSPITA SARI 1543700313
MUH. REZA AGUSTA 1543700327
DWI FEBRI KURNIAWAN 1543700279
PENI PURNAMASARI SARAGIH 1543700343
LIDIA SUKMAWARDANI 1543700405
DESi YANTI 1543700331
NADIA 1543700279
Obat Indeks Terapi Sempit
Obat dengan indeksi terapi sempit merupakan obat-obat dengan batas keamanan yang
sempit. Pada obat dengan indeks terapi sempit, perubahan sejumlah kecil dosis obat dapat
menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan atau bahkan efek toksik. Oleh karena
itu, obat-obat ini memerlukan pengawasan pada level obat dalam plasma dan penyesuaian
dosis untuk mencegah timbulnya efek toksik (Kang dan Lee, 2009).
Fargoksin ( digoksin )
Mekanisme kerja digoksin yaitu dengan menghambat pompa Na-K ATPase yang
menghasilkan peningkatan natrium intracellular yang menyebabkan lemahnya pertukaran
natrium/kalium dan meningkatkan kalsium intracellular. Hal tersebut dapat
meningkatkan penyimpanan kalsium intrasellular di sarcoplasmic reticulum pada otot
jantung, dan dapat meningkatkan cadangan kalsium untuk memperkuat /meningkatkan
kontraksi otot.
Penggunaan Digoksin dimulai pada dosis 0,125-0,25 mg sehari dan tergantung
pada usia, fungsi ginjal, berat badan, dan risiko toksisitas. Dosis yang lebih rendah harus
digunakan jika pasien memenuhi salah satu kriteria berikut: berusia lebih dari 65 tahun,
bersihan kreatinin (creatinine clearance) kurang dari 60 mL/menit atau berat badan ideal
kurang dari 70 kg (154 lb). Dosis 0,125 mg perhari cukup pada sebagian besar pasien.
Rentang konsentrasi yang diinginkan untuk digoksin adalah 0,5-1,2 ng / mL (0,64-1,5
nmol / L), sebaiknya dengan konsentrasi pada atau kurang dari 0,8 ng / mL (1 nmol / L).
Toksik : konsentrasi serum dalam darah > 2,5 ng/ml
Interkasi dengan obat
Meningkatkan kadar digoksin : Karvedilol ,amiodaron, bepridil, siklosporin, diltiazem,
indometasin, itrakonazol, antibiotik, metimazol, nitrendipin, propafenon, propiltiourasil,
kuinidi, verapami, Moricizine dll
Menurunkan kadar digoksin : Amilorid dan spironolakton dapat menurunkan respon
inotropik digoksin. Kolestiramin, kolestipol, kaolin-pektin, dan metoklopramid dapat
menurunkan absorpsi digoksin. Levothyroxine
Interkaksi obat dan makanan :
Makanan yang mengandung serat (fiber) atau makanan yang kaya akan pektin
natural licorice (menyebabkan retensi air dan natrium dan meningkatkan hilangnya
kalium dalam tubuh)
Interaksi Digoksin dengan suplemen Magnesium (Mg)
Interaksi Digoksin dengan Potassium (Kalium)
nteraksi Digoksin dengan Calcium(Ca)
Interaksi makanan dengan Herb (tanaman/jamu) : gingseng teh jawa
Informasi konseling 1
Dosis :dosis bersifat individual, dosis awal 5-10 mg per hariselama 2 hari. Dosis pemeliharaan 2-
10 mg per hari.
Efeksamping :perdarahan, ileus paralitik, perdarahan uterus berlebih, nekrosis pada kulit dan
jaringan lain.
Interaksiobat :efek obat ini berkurang oleh amino glutetimida, barbiturat, karbamazepin,
griseofulvin, phenobarbital, dan primidon.
Efekobat meningkat oleh anabolik steroid, amiodaron, antibiotika, simetidin, klofibrat, danazol,
dilsufiram, imidazol, antifungal dan omeprazole.
HASIL KONSELING
NO/TG identitas NamaObat Jumlah Penguunaan HasilKonseling
L R//
NO.R
04/006/ AN R/SIMARC 1X1 -10 TAB 1. Pasienadalahkaryaw
2016 Purwanto, 2 MALAM answasta
31 thn, HARI -14 TAB 2. Pasienmengalamipe
jlrayaseran R/ 2 KALI mbengkakan di kaki
g km 16,5, PLETAAL SEHARI kanannya, td pasien
cikupa, 50MG (TIAP 12
160/95mmHg
tangerang JAM) -5 TAB
1X1 3. Pembengkakanterjad
R/ ikarenaadanyapenu
ARCOXIA -10 TAB mpukancairanakibat
90MG 3X1 (TIAP 8 hipertensi
JAM) -10 TAB 4. Tidakdijelaskanriwa
R/ 1X1 PAGI yatpenyakitlainnyas
RECOLFAR HARI elainbatuk flu biasa
5. Apotekermenjelaska
R/FARSIX nkepadapasiententan
g 5 obat yang
didapat.
6. Telahdijelaskanpeng
gunaan simarc2 1
kali sehari di
malamharisaatperutk
osong
7. Telahdijelaskanjika
pasien mengalami
gusi berdarah atau
mimisan segera
hentikan pengobatan
simarc 2 dan segera
konsultasikan
kedokter.
8. Menjeaskanpenggun
aanPletaalsetiap 12
jam
sesudahmakanuntuk
membantumenguran
gitekanandarahtingg
ipasien
9. Menjelaskanpeggun
aanobatarcoxia 1
kali
seharisetelahmakans
ebagaiperedanyeri.
10. Menjelaskanpengun
aanobatrecolfartiap
8 jam
sebagaipenghilangn
yeri
11. Menjelaskanpenggu
naanfarsix 1 kali
sehari di
pagihari.danefeksam
pingdarifarsixyaitus
eringbuang air kecil
12. Menjelaskanjikapasi
enberobatkedokterla
inberitahubahwapasi
ensedangmenjalanite
rapidengan simarc2.
13. Disarankankepadapa
sien agar
menjagapolamakand
anjanganterlaluberat
melakukanaktivitasfi
siksertaminumobats
ecarateratur.
14. Disarankan agar
pasientetap control
kedokterapabilaobat
sudahhabis
15. Tanggapanpasienbai
k,
dapatmenerimapenje
lasandandapatmengu
langicarapenggunaa
nobat
Contoh 3 Fenitoin
3. Fenitoin menurunkan aktivitas maksimal pusat batang otak yang berhubungan dengan
fase tonik dari kejang tonik-klonik (grand mal)
4. Waktu paruh plasma setelah pemberian oral rata-rata adalah 22 jam (antara 7-42 jam).
Analgetik : Kadar plasma fenitoin dinaikkan oleh asetosal, azapropazon dan fenilbutazon.
Antiepileptik lain : Pemberian bersama dua atau lebih antiepileptik dapat meningkatkan
toksisitas tanpa diikuti peningkatan khasiat anti epileptik; selain itu interaksi antar
antiepileptik dapat menyulitkan pemantauan pengobatan; interaksi meliputi peningkatan
efek, peningkatan sedasi,dan penurunan kadar plasma.
Jika diberikan bersamaan dengan nutrisi enteral, bioavailabilitas fenitoin akan turun.
Dapat menurunkan kadar kalsium, asam folat dan vitamin D yang berasal dari makanan
Konseling
Pada kasus pertama apoteker mengkonseling pasien Epilepsi .
2. Metabolisme obat adalah proses modifikasi biokimia senyawa obat oleh organisme
hidup, pada umumnya dilakukan melalui proses enzimatik. Proses metabolisme obat
merupakan salah satu hal penting dalam penentuan durasi dan intensitas khasiat
farmakologis obat. Metabolisme obat sebagian besar terjadi di retikulum endoplasma sel-
sel hati. Selain itu, metabolisme obat juga terjadi di sel-sel epitel pada saluran pencernaan,
paru-paru, ginjal, dan kulit.
Terdapat 2 fase metabolisme obat, yakni fase I dan II. Pada reaksi-reaksi ini, senyawa yang
kurang polar akan dimodifikasi menjadi senyawa metabolit yang lebih polar. Proses ini
dapat menyebabkan aktivasi atau inaktivasi senyawa obat. Reaksi fase I, disebut juga
reaksi nonsintetik, terjadi melalui reaksi-reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis, siklikasi, dan
desiklikasi. Reaksi oksidasi terjadi bila ada penambahan atom oksigen atau penghilangan
hidrogen secara enzimatik. Biasanya reaksi oksidasi ini melibatkan sitokrom P450
monooksigenase (CYP), NADPH, dan oksigen. Obat-obat yang dimetabolisme
menggunakan metode ini antara lain golongan fenotiazin, parasetamol, dan steroid.
Reaksi oksidasi akan mengubah ikatan C-H menjadi C-OH, hal ini mengakibatkan
beberapa senyawa yang tidak aktif (pro drug) secara farmakologi menjadi senyawa yang
aktif. Juga, senyawa yang lebih toksik/beracun dapat terbentuk melalui reaksi oksidasi ini.
Reaksi fase II, disebut pula reaksi konjugasi, biasanya merupakan reaksi detoksikasi dan
melibatkan gugus fungsional polar metabolit fase I, yakni gugus karboksil (-COOH),
hidroksil (-OH), dan amino (NH2), yang terjadi melalui reaksi metilasi, asetilasi, sulfasi, dan
glukoronidasi. Reaksi fase II akan meningkatkan berat molekul senyawa obat, dan
menghasilkan produk yang tidak aktif. Hal ini merupakan kebalikan dari reaksi metabolisme
obat pada fase I.
Metabolisme obat dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain faktor fisiologis (usia, genetika,
nutrisi, jenis kelamin), serta penghambatan dan juga induksi enzim yang terlibat dalam
proses metabolisme obat. Selain itu, faktor patologis (penyakit pada hati atau ginjal) juga
berperan dalam menentukan laju metabolisme obat
5. Keuntungan:
Infus IV memungkinkan pengendalian yang tepat dari konsentrasi obat dalam plasma
yang cocok dengan kebutuhan pasien
Obat-obat infus IV seperti antibiotik, dapat diberikan dengan cara IV termasuk elektrolit
dan nutrien
Lama terapi obat dengan infus IV dapat dipertahankan atau diakhiri sesuai kebutuhan
Kerugian:
Kemungkinan terkena penyakit pembuluh darah
Sakit
Kadar obat efektif dalam darah lama tercapai sehingga perlu diberikan dosis muatan
Speed shock