Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI KLINIS

“TYPHOID”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5
ISNA ALMAULIA (1948201052)
PITRIA RAHMA WULANDARI (1948201091)
RIZKA NURJANNAH (1948201102)
RONA TRESNA UTAMI (1948201104)
SUCI AULIA SANTRI (1948201121)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2022
PRAKTIKUM IV
TYPHOID

1. TUJUAN PRAKTIKUM:
a. Mahasiswa mampu melakukan analisa patologi penyakit
b. Mahasiswa mampu melakukan analisa gejala penyakit
c. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terapi penyakit

2. DASAR TEORI:
Tipes alias demam Tifoid adalah penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella thyphi atau Salmonella parathpi. bakteri ini biasanya ditemukan di air
atau makanan yang terkontaminasi. Selain itu, bakteri ini juga bisa ditularkan dari
orang yang terinfeksi. Demam tifoid atau tiphus termasuk infeksi bakteri yang
bisa menyebar keseluruh tubuh dan mempengaruhi banyak organ. Tanpa
perawatan yang cepat dan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi serius
yang berakibat fatal.
Orang yang terinfeksi tiphus dapat menularkan bakteri melalui Feses atau
urinnya. jika orang lain makan makanan atau minum air yang terkontaminasi
dengan Urin atau Feses yang sudah tampak sih, penyakit ini bisa menular.
Makanan dan air yang terkontaminasi diduga oleh para dokter yang sebagai
penyebab utama berkembang nya penyakit tiphus. Sistem kekebalan tubuh yang
belum sempurna juga bisa menjadi penyebab penyakit ini lebih banyak dialami
anak anak.
gejala tiphus umumnya mulai muncul pada satu hingga tiga minggu setelah
tubuh terinfeksi dengan ciri-ciri berupa demam tinggi, diare atau Konstipasi, sakit
kepala, dan sakit perut. Kondisi ini dapat memburuk dalam beberapa minggu. Jika
tidak segera ditangani dengan baik, dapat terjadi komplikasi seperti pendarahan
internal atau pecahnya sistem pencernaan (usus). risiko komplikasi juga akan
berkembang menjadi membahayakan nyawa jika situasi tersebut tidak segera
ditangani dengan baik.

a) Patofisiologi
Kuman Salmonella thypi masuk tubuh manusia melalui mulut
bersamaan dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh
kuman, sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung sebagian lagi
masuk ke dalam usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak peyeri di
ileum terminalis yang mengalami Hipertrofi. bila terjadi komplikasi
pendarahan dan Perforasi intestinal, kuman menembus Lamina propia,
kemudian masuk ke aliran limpe dan mencapai kelenjar limpe mesenterial
dan masuk aliran darah melalui duktus torasikus. Salmonella thyphi Line
dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella thyphi
bersarang di plak payeri,limpa, hati dan bagian bagian lain sistem
retikuloendotelial. endotoksin Salmonella thyphi Berperan dalam proses in
flamasi lokal paa jaringan tempat komen tersebut berkembangbiak.
Salmonella thyphi Dan endhog dosennya merangsang Sintesis dan
Pelepasan zat pirogen dan Leo kos it pada jaringan meradang, sehingga
terjadi demam.
patogenesis ( Tata cara masuknya kuman tifoid ke dalam tubuh) pada
penyakit Diploid ini dibagi atas dua bagian yaitu:
a. Menembus dinding usus masuk ke dalam darah. Diphagoxititis
oleh kuman RES (Reticule Endhotelial System) dalam hepar dan lien di
sini kuman berkembang Biak dan masuk ke dalam darah lagi dan
menimbulkan infeksi di usus lagi
b. Bachil melalui toncil secara lymphogen dan haemeophogen masuk
ke dalam hepar dan lien, bacil mengeluarkan toxin, toxin inilah yang
menimbulkan gejala klinis.

b) Gejala Klinis
Penegakan diagnosis sedini mungkin akan bermanfaat untuk pemberian ter
apiyang tepat dan atau mengurangi risiko komplikasi. Gejala klinis demam tif
oid yang pasti dijumpai adalah demam. Gejala demam meningkat perlahan ke
tika menjelang sore hingga malam hari dan akan turun ketika siang hari. Dem
am akan semakin tinggi (39 – 40 derajat Celsius) dan menetap pada minggu k
edua. Masa inkubasi demam tifoid sekitar 7 sampai 14 hari (dengan rentang 3
sampai 60 hari). Gejala demam tifoid umumnya tidak
spesifik, diantaranya adalah demam, sakit kepala, anoreksia, myalgia, athralgi
a, nausea, nyeri perut dan konstipasi. Pada anak-anak dan penderita HIV yang
terkena demam tifoid, umumnya lebih banyak mengalami keluhan diare. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam tinggi, bradikardi relatif, lidah kot
or, hepatomegali, nyeri tekan abdomen, splenomegali atau rose spot. Rose sp
ot merupakan kumpulan lesi makulopapular eritematus dengan diameter 2 sa
mpai 4 mm yang sering ditemukan pada perut dan dada. Tanda rose spot ini te
rdapat pada 5 sampai 30% kasus dan tidak terlihat pada pasien kulit gelap. Ge
jala klinis yang disebabkan oleh bakteri Salmonella paratyphi umumnya lebih
ringan daripada gejala yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.

c) Algoritma Terapi
Terapi farmakologi
a. Terapi antibiotika
Di daerah endemik, 60 sampai 90% kasus demam tifoid dapat ditangani de
ngan pemberian antibiotik dan istirahat di rumah. Pada awalnya, antibiotik kl
oramfenikol merupakan pilihan terapi utama demam tifoid. Namun pada tahu
n 1990an, terjadi resistensi bakteri Salmonella typhi terhadap antibiotik klora
mfenikol. Saat ini, antibiotik golongan fluoroquinolon dianggap merupakan p
ilihan utama dalam mengatasi demam tifoid. Pada sebuah studi, ditemukan ba
hwa antibiotik golongan fluoroquinolon memiliki lama waktu terapi yang rela
tif pendek (3 – 7 hari) dan memiliki tingkat kesembuhan sebesar 96%. Antibi
otik golongan fluoroquinolon menunjukkan lebih cepat dan lebih efektif men
urunkan jumlah bakteri Salmonella typhi di feses bila dibandingkan terapi lini
pertama seperti kloramfenikol dan trimetoprim-sulfametoksazol. Selain antibi
otika golongan fluoroquinolon, antibiotika golongan cefalosporin generasi ket
iga (ceftriakson, cefiksim dan cefoperazon) dan azitromisin juga terbukti efek
tif dalam mengatasi demam tifoid. Pada sebuah studi ditemukan pemberian an
tibiotik ceftriakson dan cefiksim dapat menurunkan gejala demam dalam wak
tu 1 minggu pengobatan. Antibiotik kloramfenikol, amoksisilin dan trimetopri
m sulfametoksazol masih bisa diberikan pada daerah yang tidak memiliki resi
stensi terhadap obat ini atau bila obat antibiotik golongan fluoroquinolon tida
k dapat ditemukan. Selain terapi antibiotik, asupan nutrisi dan cairan juga dip
erlukan untuk pasien demam tifoid. Pasien demam tifoid disarankan untuk me
ngkonsumsi diet lunak rendah serat. Asupan serat maksimal yang dianjurkan
adalah 8 gram/ hari. Pasien disarankan untuk menghindari susu, daging berser
at kasar, lemak terlalu manis, asam, bumbu tajam serta diberikan dalam porsi
kecil. Selain itu pasien disarankan untuk tirah baring selama 7 hari setelah be
bas demam. Untuk mengurangi risiko terjadinya penularan maupun relaps, m
aka pasien dan keluarganya disarankan untuk menjaga kebersihan.
Gambar Algoritma Diabetes Melitus (Perkeni, 2020)
d) Farmakoterapi

3. Deskripsi Kasus

1) Deskripsi Kasus
DOKUMEN ASUHAN KEFARMASIAN
LAPORAN KASUS
Inisial pasien : Tn. S Berat badan : - kg Ginjal : -
Umur : 50 th Tinggi badan : - Hepar : +
Keluhan utama : Diare, demam menggigil
Kondisi SMRS : Pasien datang melalui poli rawat jalan dengan
keluhan diare 6-8 kali/hari, 4 hari SMRS
(sebelum masuk rumah sakit), kotoran cair,
berwarna hitam, dan diserta demam menggigil.
Riwayat penyakit : Typhoid
Riwayat Penyakit : DM (-)

Alergi : -
Kepatuhan - Obat-obat tradisional -
Merokok + OTC -
Alkohol + Makanan pedas +

Riwayat Pengobatan :-
Catatan perkembangan pasien :Inisial pasien : Ny. D
Tanggal Problem/Kejadian/Tindakan Klinis
10/5/2010 Pasien datang melalui poli rawat jalan dengan keluhan
diare 6-8 kali/hari, ± 4 hari SMRS, kotoran cair, berwarna
hitam, dan disertai demam mengigil. Pasien juga
mengeluh mual dan nyeri di perut. Dari hasil
laboratorium diketahui kadar trombosit pasien yang
rendah mencapai 81.000/mm3. Pasien didiagnosa suspect
typhoid. Pasienmendapatkan terapi infus D5:RL,
dexantra, ranitidine, ciprofloxacin, neurodex dan salofalk
(mesalazine).
11/5/2010 Data klinis pasien masih sama seperti hari sebelumnya
tetapi sudah tidak diare lagi. Kadar trombosit pasien
semakin rendah, kadar hemoglobin, hematocrit dan MCV
pasien rendah. Selain itu kadar kalium pasien juga
rendah. Terapi obat yang diberikan sama seperti pada hari
sebelumnya.
12/5/2010 Suhu tubuh pasien sudah mulai menurun. Kadar
trombosit pasien sudah mulai mengalami peningkatan,
kadar hemoglobin, hematocrit dan MCV masih tetap
rendah. Dari hasil uji widal dapat diketahui bahwa pasien
positif menderita tifoid. Terapi yang diberikan sama
seperti sebelumnya, tetapi mendapatkan tambahan terapi
omeprazole.
13/5/2010 Data klinis pasien masih sama seperti pada hari
sebelumnya. Dari data laboratorium diperoleh kadar
WBC pasien mengalami peningkatan, mencapai
15.000/mm3. Terapi yang diberikan sama seperti hari
sebelumnya.
14/5/2010 Pasien menjalani endoskopi, dan diketahui bahwa pasien
mengalami gastritis. Gejala klinis pasien masih sama
seperti hari sebelumnya. Terapi yang diberikan kepada
pasien antara lain dexanta, omeprazole, NS, ivelip,
metcur, dan amoxicillin.
15/5/2010 Kondisi klinik pasien sudah melalui membaik. Terapi
yang diberikan sama seperti hari sebelumnya.

16/5/2010 Kondisi klinik pasien sudah mulai membaik. Terapi yang


diberikan dexanta, omeprazole, metcur, dan amoxicillin.
17/5/2010 Kondisi klinik pasien sudah mulai membaik. Terapi yang
diberikan sama seperti hari sebelumnya.
1) Riwayat Penyakit
DM : (-)

2) Analisa pengobatan
Dosis
No Nama Obat Dosis Mekanisme Indikasi Ket
Literatur
1. Infus D5:RL 2:1 Bekerja sebagai Ketidak seimban
sumber air dan gan elektrolit
elektrolit tubuh
serta meningkatkan
diuresis
2. Dexanta 3x1 C Dexanta mengandu dispepsia, hiperf 1-2 tablet dik
ng aluminium hidro osfatemia unyah 4 kali s
ksida, magnesium h ehari dan seb
idroksida, dan simet elum tidur ata
hicone. Aluminium u bila diperlu
hidroksida dan mag kan. Suspens
nesium hidroksida i: 1-2 sachet
bekerja dengan cara (7-14 mL), 3-
menurunkan jumlah 4 kali sehari,
asam lambung, seda anak > 8 tahu
ngkan simethicone n: ½ -1 sache
bekerja dengan cara t, 3-4 kali seh
menguraikan gelem ari.
bung gas di dalam p
erut.
3. Ranitidin 2x1 PO ranitidin menduduk tukak lambung d oral, untuk tu
i reseptor H2 yang an tukak duoden kak peptik rin
berfungsi menstimu um, refluks esof gan dan tuka
lasi sekresi asam la agitis, dispepsia k duodenum
mbung sehingga his episodik kronis, 150 mg 2 kali
tamin yang diprodu tukak akibat AI sehari atau 30
ksi oleh sel ECL ga NS, tukak duode 0 mg pada m
ster dapat dihambat. num karena H.p alam hari sela
ylori, sindrom Z ma 4-8 ming
ollinger-Ellison, gu
kondisi lain dim
ana pengurangan
asam lambung a
kan bermanfaat.
4. Ciprofloxaci 2x500 mg menghentikan pertu infeksi bakteri gr 250-750 mg
n PO mbuhan bakteri ata am positif dan gr dua kali sehar
u bakteriostatik. Ci am negatif. i.
profloxacin bekerja
dengan menghamba
t mekanisme kerja y
ang umum enzim D
NA girase yang ber
peran dalam pembe
lahan sel bakteri.
5. Neurodex 2x1 PO bekerja sebagai koe Untuk pengobata 50-150 mcg a
nzim dalam metabo n kekurangan vit tau lebih dibe
lisme protein, karbo amin B1, B6, da rikan diantara
hidrat, dan lemak tu n B12 (karena ke makan
buh. Cara kerjanya kurangan gizi).
yakni dengan meng
urangi prostaglandi
n, sehingga memba
ntu pengenceran da
rah dan mencegah p
embekuan.
6. Salofalk 2x25 mg senyawa obat dari t Inflammatory B 250 mg dan 5
(Mesalazine) PO urunan salycilic aci owel Disease (I 00 mg
d atau disebut juga BD) kronis pada
5-aminosalicylic aci rektum.
d (5-ASA).
7. Ozid 2x20 mg Omeprazole termas tukak lambung d 20 mg satu ka
(Omeprazol) PO uk golongan PPI (P an tukak duoden li sehari
roton Pump Inhibit um, tukak lambu
or) yang efektif bekng dan duodenu
erja dengan mengha m yang terkait d
mbat sekresi asam l engan AINS, lesi
ambung melalui sist lambung dan du
em enzim adenosin odenum, regime
trifosfatase hidrogen eradikasi H. py
n-kalium (pompa pr lori pada tukak p
oton) dari sel pariet
eptik, refluks eso
al lambung. fagitis, Sindrom 
Zollinger Elliso
n.
8. NS: Iyelip 1:2 Mengembalikan kes ketidakseimbang
eimbangan cairan t an elektrolit
ubuh
9. Methioson 1-1-0 membunuh virus at membantu meng dosis awal 2,
au memperpendek obati gangguan 5 gram, diiku
perjalanan penyakit hati akibat obat- ti dengan 3 d
obatan atau into osis masing-
ksikasi radiasi, p masing 2,5 gr
enyakit hati men am setiap 4 ja
ular, degenerasi l m
emak atau infiltr
asi hati.
10. Curcuma 1-1-0 menghambat sitoki Untuk membant 1-2 tablet, di
n berlebih di dalam u memelihara ke minum 3 kali
tubuh sehatan fungsi h per hari.
ati, membantu m
enjaga daya taha
n tubuh, serta m
embantu mempe
rbaiki nafsu mak
an.
11. Amoxicillin 2x2 C antibiotik aminopen Infeksi saluran k 250 mg tiap 8
syr isilin semisintetik y emih, otitis medi jam
ang menghambat la a, sinusitis, infek
ngkah transpeptidas si pada mulut,  b
i akhir sintesis pepti ronkitis, uncomp
doglikan di dinding licated communi
sel bakteri dengan ty- acquired pne
mengikat 1 atau leb umonia, infeksi 
ih protein pengikat Haemophillus in
penisilin (PBP), seh fluenza, salmone
ingga menghambat llosis invasif; list
biosintesis dinding erial meningitis.
sel dan akhirnya me
nyebabkan lisis bak
teri.

3) Analisa SOAP
N Masalah Terapi S O A P
o Medik

4. Monitoring & Follow Up


N Efikasi ESO
o Kondisi Klinis TTV dan D Kondisi Klin TTV dan Data Lab
ata Lab is

5. KIE

6. PERTANYAAN
7. DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Eka Kartika (2017) Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Klien Dema
m Thypoid Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi Di Ruang Melati Rumah Sa
kit Umum Daerah Bangil Pasuruan. Diploma thesis, STIKes Insan Cendekia Medi
ka Jombang.

Anda mungkin juga menyukai