ABSTRAK
Beragam produk olahan dapat dihasilkan dari bahan baku ikan patin,
diantaranya bakso, nugget, kaki naga, abon, kerupuk, dan pudung. Penelitian ini
bertujuan mengetahui profil, biaya produksi, pendapatan, dan efisiensi
agroindustri ikan patin. Penelitian ini merupakan studi kasus di CV. Graha
Pratama Fish Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar, yang dilaksanakan pada bulan oktober 2014 sampai maret 2015.
PENDAHULUAN
108
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Kegiatan perikanan di daerah ini terdiri dari kegiatan budidaya ikan di kolam dan
keramba. Ikan yang dihasilkan diantaranya adalah ikan patin, ikan nila, dan mas.
Produksi ikan Kabupaten Kampar pada tahun 2013 berkisar antara 200 - 250 ton
per hari, dan dari produksi tersebut terdapat ikan patin sekitar 48% atau sebanyak
120 ton. Ikan patin merupakan salah satu komoditas unggulan ikan air tawar yang
mudah dibudidayakan serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Jenis
ikan patin yang umumnya dijumpai di pasaran saat ini adalah patin lokal dan patin
siam. Ikan patin selain rasanya yang enak juga mengandung berbagai zat yang
sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Sebagai salah satu sumber protein
hewani, nilai protein daging ikan patin tergolong tinggi mencapai 68,6%, lemak
5,8%, abu 5%, dan air 59,3%.
Agroindustri sebagai usaha pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi dan bahan
setengah jadi merupakan salah satu tulang punggung resource base industry yang
sangat penting peranannya dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.
Agroindustri yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Kampar
khususnya Desa Koto Mesjid pada saat ini adalah agroindustri perikanan.
Agroindustri perikanan yang terdapat di desa ini antara lain ikan patin diolah
menjadi bakso ikan, salai patin, nuget, abon, pudung dan kerupuk. Walaupun di
desa ini sudah terdapat pengolahan ikan patin, namun pemanfaatannya belum
optimal dimana umumnya ikan masih banyak dijual dalam keadaan segar
sehingga jangkauan pasar terbatas.
109
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Pengolahan pasca panen (agroindustri) merupakan salah satu unit usaha, yang
menghasilkan produk olahan ikan patin. Produk yang dihasilkan diantaranya
bakso ikan, nugget, kaki naga, abon, kerupuk, dan ikan asin (pudung). Kegiatan
agroindustri pada perusahaan ini sudah dilakukan secara kontinue dan
menghasilkan semua produk tersebut. Produk olahan ikan patin yang dihasilkan
CV. Graha Pratama Fish nampaknya sudah mulai dikenal oleh masyarakat.
Dengan adanya promosi dari pihak perusahaan dengan merek “Nepa” (negeri
patin) dan banyaknya kunjungan-kunjungan ke perusahan membuat produk
menjadi terkenal. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil, biaya produksi, pendapatan, dan
efisiensi agroindustri ikan patin. Dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dan informasi untuk menentukan langkah-
langkah efektif bagi pengusaha dalam menjalankan agroindustri ikan patin dan
sebagai bahan pertimbangan khususnya bagi pengambil kebijakan dalam
pengembangan agroindustri dimasa yang akan datang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei yang dilaksanakan pada CV. Graha
Pratama Fish di Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar. Dipilihnya tempat ini karena perusahaan ini merupakan pelopor usaha
perikanan masyarakat di Desa Koto Mesjid dan satu-satunya yang mengolah ikan
patin menjadi berbagai produk olahannya. Penelitian dilaksanakan selama 5
(lima) bulan dimulai dari bulan Oktober 2014 sampai Maret 2015.
110
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Responden dalam penelitian ini diambil secara sensus terhadap pengusaha dan
karyawan pengolahan ikan patin di CV. Graha Pratama Fish Desa Koto Mesjid
Kecamatan XIII Koto Kampar. Jumlah responden sebanyak 5 orang, yang terdiri
dari 1 orang pengusaha/pemilik usaha pengolahan ikan patin (Agroindustri) dan
karyawan sebanyak 4 orang. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung
dengan pengrajin, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga, instansi
yang terkait dengan penelitian ini.
Dalam menentukan efisiensi usaha digunakan kriteria Return Cost Ratio (RCR),
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
RCR = ................................................................................(2)
Dengan kriteria jika RCR > 1 maka agroindustri ikan patin dikatakan efisien dan
menguntungkan serta layak untuk dikembangkan, RCR < 1 agroindustri ikan
patin dikatakan tidak efisien dan tidak menguntungkan serta tidak layak
dikembangkan dan RCR = 1 maka agroindustri ikan patin dikatakan pada keadaan
impas (tidak mengalami keuntungan atau kerugian).
Karakteristik Responden
111
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Agroindustri ikan patin merupakan salah satu unit usaha yang dilakukan
perusahaan CV. Graha Pratama Fish di Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto
Kampar. Perusahaan ini bergerak dibidang perikanan dan merupakan pelopor
bagi usaha perikanan masyarakat khususnya ikan patin di Desa Koto Mesjid.
Hampir semua rumah tangga di desa ini memiliki kolam ikan patin, sehingga
desa ini terkenal dengan nama Desa Patin. Kehadiran usaha perikanan ikan
patin di desa ini tentu saja akan memberikan multiflier effec terhadap
perekonomian daerah, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Unit
usaha yang dilakukan CV. Graha Pratama Fish adalah : pembenihan ikan patin
(Hatchery), pembesaran ikan patin (Aqua Culture), Pengolahan pakan ikan
(Artificial feed) , dan usaha pengolahan ikan/pasca panen (Agroindustri).
Usaha pengolahan ikan patin (agroindustri) ini muncul karena usaha pembenihan
ikan, pembesaran ikan pada CV. Graha Pratama fish dan usaha perikanan
masyarakat desa sudah berkembang, sehingga produksi ikan patin segar
meningkat. Untuk mengantisipasi melimpahnya produksi ikan segar, karena sifat
produknya cepat rusak, maka pemilik usaha melakukan pengolahan ikan patin
menjadi berbagai macam produk olahan. Produk olahan ikan patin pada saat ini
diantaranya bakso ikan, nuget/stik, kaki naga, abon, kerupuk, dan ikan asin
(pudung). Agroindustri ikan patin ini merupakan usaha kecil, usaha ini telah
memiliki izin usaha, memiliki nomor induk pendaftaran industri kecil (NIPIK),
izin usaha perdagangan (kecil), dan izin pemasangan media reklame, dan juga
telah memiliki merek dagang “NEPA”. Produksi ikan patin pada perusahaan ini
rata-rata 1 ton (1000 kg) per hari ( 7 ton per minggu), sebagian besar produknya
dijual dalam bentuk segar, sedangkan untuk pengolahan yang dilakukan
perusahaan sampai saat ini dalam satu minggu membutuhkan 500 kg ikan patin
segar (7,14%).
112
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Dilihat dari tingkat pengolahan bahan baku (degree of transformation) usaha ini
termasuk dalam tingkat pengolahan ketiga yaitu pengolahan dengan cara
memasak. Pengolahan ikan patin menjadi berbagai produk olahan seperti bakso,
nuget/stik, abon, kerupuk, dan pudung memakai teknologi yang sederhana (semi
mekanis). Kegiatan pengolahan untuk masing-masing produk dilakukan
bervariasi (1 sampai 3 kali) dalam seminggu dengan 4 orang tenaga kerja luar
keluarga dan 1 orang tenaga kerja dalam keluarga (pemilik usaha).
Proses Pengolahan
113
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Penggilingan menjadi
surimi
114
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Pengukusan Tulang
Penggilingan
Penggorengan
Pengeringan
Pengemasan dan
siap dipasarkan
115
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Penggilingan
Bahan
penunjang
Dicetak lonjong dg panjang 20cm
Pengukusan
Pendinginan
Pemotongan
Penjemuran
116
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Bersihkan dg air
mengalir sampai bersih
Diangin-anginkan
Penggaraman
Pencucian
Penjemuran
Analisis Usaha
117
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Pada Tabel 1 nampak bahwa pada pengolahan ikan patin menjadi bakso,
komposisi biaya yang besar adalah biaya bahan baku (28,84%), dan penyusutan
alat (29,21%), dan biaya tenaga kerja (15,02%). Dalam pengolahan bakso ini
dilakukan oleh tenaga kerja wanita dengan upah per hari Rp 50.000,-. Dalam satu
kali proses produksi (satu minggu) dari 12 kg ikan patin segar dapat menghasilkan
21,60 kg bakso (108 bungkus), yang dikemas dalam plastik bermerek dengan isi
per kemasan 200 gr, dengan harga jual per kg bakso sebesar Rp 50.000,- atau per
bungkus Rp 10.000. Pendapatan bersih yang diperoleh dari pengolahan ini
sebesar Rp 497.402,- dengan nilai Return Cost Ratio (RCR) diperoleh sebesar
1,85.
118
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Ini bermakna bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam agroindustri
ikan patin menjadi bakso akan memperoleh penerimaan sebesar 1,85 dengan
keuntungan 0,85, dengan kata lain usaha agroindustri ini efisien atau
menguntungkan.
Pada Tabel 2 nampak bahwa pada pengolahan ikan patin menjadi nugget/stik,
komposisi biaya yang besar adalah biaya bahan baku (22,26%), dan kemasan &
merek (21,86%). Dalam pengolahan nugget ini dilakukan oleh tenaga kerja
wanita dengan upah per hari Rp 50.000,-. Dalam satu kali proses produksi (satu
minggu) dari 16 kg ikan patin segar dapat menghasilkan 44 kg nugget/stik (220
bungkus), yang dikemas dalam plastik bermerek dengan isi per kemasan 200 gr,
denga harga jual per kg bakso sebesar Rp 50.000,- atau per bungkus Rp 10.000.
Pendapatan bersih yang diperoleh dari pengolahan ini sebesar Rp 1.193.773,34,-
dengan nilai Return Cost Ratio (RCR) diperoleh sebesar 2,19.
119
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Ini bermakna bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam agroindustri
ikan patin menjadi nugget/stik akan memperoleh penerimaan sebesar 2,19 dengan
keuntungan 1,19, dengan kata lain usaha agroindustri ini efisien atau
menguntungkan.
Pada Tabel 3 nampak bahwa pada pengolahan ikan patin menjadi kaki naga,
komposisi biaya yang besar adalah biaya bahan baku (15,73%), dan penyusutan
alat (23,95%), dan kemasan & merek (20,22%).
120
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Kaki naga adalah olahan ikan patin seperti nuget tetapi ditambah dengan sayuran.
Dalam pengolahan kaki naga ini dilakukan oleh tenaga kerja wanita dengan upah
per hari Rp 50.000,-. Dalam satu kali proses produksi (satu minggu) dari 8 kg ikan
patin segar dapat menghasilkan 36 kg kaki naga (144 bungkus), yang dikemas
dalam plastik bermerek dengan isi per kemasan 250 gr, denga harga jual per kg
kaki naga sebesar Rp 50.000,- atau per bungkus Rp 15.000. Pendapatan bersih
yang diperoleh dari pengolahan ini sebesar Rp 1.447.873,34,- dengan nilai Return
Cost Ratio (RCR) diperoleh sebesar 1,85. Ini bermakna bahwa setiap satu rupiah
biaya yang dikeluarkan dalam agroindustri ikan patin menjadi kaki naga akan
memperoleh penerimaan sebesar 1,85 dengan keuntungan 3,03, dengan kata lain
usaha agroindustri ini efisien atau menguntungkan.
Pada Tabel 4 nampak bahwa pada pengolahan ikan patin menjadi abon, komposisi
biaya yang besar adalah biaya bahan baku (53,54%), dan kemasan & merek
(14,34%). Dalam pengolahan nugget ini dilakukan oleh tenaga kerja wanita
dengan upah per hari Rp 50.000,-.
121
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Dalam satu kali proses produksi (satu minggu) dari 80 kg ikan patin segar dapat
menghasilkan 18 kg abon (300 bungkus), yang dikemas dalam plastik bermerek
dengan isi per kemasan 60 gr, denga harga jual per kg abon sebesar
Rp166.666,67,- atau per bungkus Rp 10.000. Pendapatan bersih yang diperoleh
dari pengolahan ini sebesar Rp 908.079,97,- dengan nilai Return Cost Ratio
(RCR) diperoleh sebesar 1,43. Ini bermakna bahwa setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkan dalam agroindustri ikan patin menjadi abon akan memperoleh
penerimaan sebesar 1,43 dengan keuntungan 0,43, dengan kata lain usaha
agroindustri ini efisien atau menguntungkan.
Pada Tabel 5 nampak bahwa pada pengolahan ikan patin menjadi kerupuk,
komposisi biaya yang besar adalah biaya bahan baku (23,24%), dan tepung
tapioka(27,36%). Dalam pengolahan kerupuk ini dilakukan oleh tenaga kerja
wanita dengan upah per hari Rp 50.000,-. Dalam satu kali proses produksi (satu
minggu) dari 8 kg ikan patin segar dapat menghasilkan 16 kg kerupuk mentah (32
bungkus), yang dikemas dalam plastik bermerek dengan isi per kemasan 500 gr,
denga harga jual per kg kerupuk sebesar Rp 60.000,- atau per bungkus Rp 30.000.
122
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Pada Tabel 6 nampak bahwa pada pengolahan ikan patin menjadi pudung (ikan
asin), komposisi biaya yang besar adalah biaya bahan baku (89,86%). Dalam
pengolahan pudung ini dilakukan oleh tenaga kerja wanita dengan upah per hari
Rp 50.000,-. Dalam satu kali proses produksi (satu minggu) dari 80 kg ikan patin
segar dapat menghasilkan 28 kg pudung, dengan harga jual per kg kerupuk
sebesar Rp 60.000,- .Pendapatan bersih yang diperoleh dari pengolahan ini
sebesar Rp 433.575,78,- dengan nilai Return Cost Ratio (RCR) diperoleh sebesar
1,35. Ini bermakna bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam
agroindustri ikan patin menjadi pudung akan memperoleh penerimaan sebesar
1,35 dengan keuntungan 0,35, dengan kata lain usaha agroindustri ini efisien atau
menguntungkan.
123
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Nilai RCR terbesar dari agroindustri yang dilakukan C.V. Graha Pratama Fish
adalah pengolahan ikan patin menjadi produk kaki naga yaitu sebesar 3,03. Hal
ini menunjukkan bahwa pengolahan pada kaki naga ini memberikan keuntungan
yang lebih besar dibandingkan dengan produk yang lain. Besarnya pendapatan ini
karena pengolahan ini menghasilkan produk yang lebih banyak yaitu dari 8 kg
ikan segar diperoleh 36 kg kaki naga dengan harga Rp 60.000,-. Walaupun
keuntungan dari pengolahan kaki naga memberikan pendapatan yang lebih besar,
tidaklah berarti untuk meningkatkan pendapatan pada unit agroindustri haruslah
produk kaki naga diproduksi lebih banyak, tetapi perusahaan harus
mempertimbangkan aspek permintaan pasar. Berdasarkan penelitian produk
olahan yang diminati masyarakat adalah nugget, bakso, kaki naga, dan abon.
Oleh sebab itu untuk meningkatkan pendapatan produksi produk tersebut bisa
ditingkatkan sesuai dengan permintaan konsumen. Bagi perusahaan pendapatan
yang diterima tidak hanya dari pengolahan ikan (agroindustri) saja tetapi juga dari
unit usaha lain seperti dari pembenihan ikan, ikan segar, dan makanan ikan.
Agroindustri ikan patin pada CV. Graha Pratama Fish merupakan usaha
perseorangan yang dikelompokkan kedalam usaha kecil, yang mengandalkan
bahan baku yang terdapat di daerah tersebut (local resource based).
124
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
Secara agregat pendapatan bersih dari agroindustri per proses produksi sebesar
Rp 4.972.797,21,- atau per bulan Rp 19.891.188,84,-, dengan nilai RCR 1,65.
Pendapatan terbesar di peroleh dari pengolahan ikan patin menjadi kaki naga
yaitu sebesar Rp 1.447.873,34 per proses atau per bulan sebesar Rp
5.791.493,36,- dengan nilai RCR 3,03. Untuk meningkatkan pendapatan
disarankan pada pemilik perusahaan agar meningkatkan volume produksi,
menggunakan teknologi yang lebih maju, dan meningkatkan promosi agar
jangkauan pasar lebih luas
DAFTAR PUSTAKA
125
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015
126