Anda di halaman 1dari 19

JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

STUDI PENDAPATAN KERAGAAN AGROINDUSTRI IKAN PATIN


DI DESA KOTO MESJID KECAMATAN XIII KOTO KAMPAR
KABUPATEN KAMPAR
(STUDI KASUS PADA CV. GRAHA PRATAMA FISH)

Septina Elida dan Sisca Vaulina

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau

ABSTRAK

Beragam produk olahan dapat dihasilkan dari bahan baku ikan patin,
diantaranya bakso, nugget, kaki naga, abon, kerupuk, dan pudung. Penelitian ini
bertujuan mengetahui profil, biaya produksi, pendapatan, dan efisiensi
agroindustri ikan patin. Penelitian ini merupakan studi kasus di CV. Graha
Pratama Fish Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar, yang dilaksanakan pada bulan oktober 2014 sampai maret 2015.

Sampel diambil secara sensus. Hasil penelitian menunjukkan agroindustri ikan


patin pada CV. Graha Pratama Fish merupakan usaha perseorangan yang
dikelompokkan kedalam usaha kecil, yang mengandalkan bahan baku di daerah
tersebut (local resource based). Pengolahan dilakukan dengan memasak dan
menggunakan teknologi sederhana (semi mekanis). Usaha ini telah memiliki
izin dan NIPIK, serta merek dagang “NEPA”, menggunakan tenaga kerja
perempuan (4 orang) dalam kisaran umur produktif, pendidikan SLTA dan cukup
berpengalaman. Persentase biaya yang dikeluarkan pada agroindustri ini
sebagian besar untuk bahan baku (ikan Patin). Secara agregat pendapatan
bersih per proses produksi (satu minggu) sebesar Rp 4.972.797,21,-
(Rp 19.891.188,84/bulan), nilai RCR 1,65 berarti usaha efisien. Pendapatan
terbesar di peroleh dari pengolahan kaki naga yaitu sebesar Rp 1.447.873,34
per proses (Rp 5.791.493,36/bulan) dengan nilai RCR 3,03.

Kata Kunci : Ikan Patin, Agroindustri, Pendapatan, Graha Pratama Fish

PENDAHULUAN

Dalam memberdayakan ekonomi masyarakat desa, setiap daerah berupaya


mengembangkan komoditi unggulannya. Kabupaten Kampar merupakan salah
satu sentra produksi perikanan di Provinsi Riau. Pembangunan dan
pengembangan perikanan di daerah ini harus tetap diprioritaskan, hal ini
mengingat posisinya yang sangat strategis dalam memberdayakan ekonomi rakyat
di pedesaan.

108
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Kegiatan perikanan di daerah ini terdiri dari kegiatan budidaya ikan di kolam dan
keramba. Ikan yang dihasilkan diantaranya adalah ikan patin, ikan nila, dan mas.
Produksi ikan Kabupaten Kampar pada tahun 2013 berkisar antara 200 - 250 ton
per hari, dan dari produksi tersebut terdapat ikan patin sekitar 48% atau sebanyak
120 ton. Ikan patin merupakan salah satu komoditas unggulan ikan air tawar yang
mudah dibudidayakan serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Jenis
ikan patin yang umumnya dijumpai di pasaran saat ini adalah patin lokal dan patin
siam. Ikan patin selain rasanya yang enak juga mengandung berbagai zat yang
sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Sebagai salah satu sumber protein
hewani, nilai protein daging ikan patin tergolong tinggi mencapai 68,6%, lemak
5,8%, abu 5%, dan air 59,3%.

Di Provinsi Riau ikan patin merupakan hidangan istimewa di rumah-rumah makan


dan merupakan jenis ikan yang mendapat perhatian cukup tinggi oleh pengusaha
restoran dibandingkan ikan air tawar lainnya (Ayub, 1998). Hampir semua
restoran yang ada di Riau menyediakan masakan ikan patin, baik dalam bentuk
ikan segar maupun ikan patin yang sudah diolah seperti salai ikan patin.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Provinsi Riau, permintaan


terhadap ikan patin juga cenderung mengalami peningkatan. Meningkatnya
permintaan ini tentu saja harus diiringi dengan meningkatkan produksi. Salah
satu desa sentra produksi ikan patin di Kabupaten Kampar adalah Desa Koto
Mesjid. Pada daerah ini terdapat 776 kolam ikan dengan luas 52 hektar, setiap
harinya menghasilkan sekitar 6 ton ikan patin segar. Seiring dengan makin
besarnya out put ikan patin dari Desa Koto Mesjid, maka desa ini kini mendapat
julukan “Kampung Patin” dengan motto “Tiada Rumah Tanpa Kolam Ikan”,
karena hampir 85% masyarakatnya memiliki usaha kolam ikan patin. Seperti
produk perikanan lainnya, ikan patin ini bersifat perishable yaitu cepat mengalami
pembusukan (kerusakan). Kandungan air dalam ikan yang cukup tinggi
menjadikan ikan cepat mengalami proses pembusukan, oleh sebab itu perlu
penanganan berupa pengolahan lebih lanjut (agroindustri).

Agroindustri sebagai usaha pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi dan bahan
setengah jadi merupakan salah satu tulang punggung resource base industry yang
sangat penting peranannya dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.
Agroindustri yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Kampar
khususnya Desa Koto Mesjid pada saat ini adalah agroindustri perikanan.
Agroindustri perikanan yang terdapat di desa ini antara lain ikan patin diolah
menjadi bakso ikan, salai patin, nuget, abon, pudung dan kerupuk. Walaupun di
desa ini sudah terdapat pengolahan ikan patin, namun pemanfaatannya belum
optimal dimana umumnya ikan masih banyak dijual dalam keadaan segar
sehingga jangkauan pasar terbatas.

109
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Untuk memperluas pasar maka pengolahan/agroindustri perikanan perlu


dikembangkan, diantaranya dengan melakukan diversifikasi pengolahan daging
ikan patin menjadi ikan salai, abon, Kerupuk, fillet dan nuget, dan bentuk lainnya.
Keberadaan agroindustri ini merupakan salah satu solusi dalam pengembangan
produk perikanan, karena akan memberikan nilai tambah ikan itu sendiri,
sehingga pendapatan petani akan meningkat, yang pada gilirannya akan
meningkatkan perekonomian daerah. Berdasarkan potensi yang terdapat di Desa
Koto Mesjid, maka CV. Graha Pratama Fish yang terletak di Desa Koto Mesjid
Kecamatan XIII Koto Kampar tampil sebagai salah satu usaha kecil yang
mempelopori usaha masyarakat pada subsektor perikanan dengan komoditi utama
ikan patin, yang meliputi pembenihan ikan (Hatchery), pembesaran ikan (Aqua
culture), pengolahan pakan ikan (Artificial feed), dan pengolahan pasca panen
(Agroindustri). Kehadiran perusahaan ini sangatlah membantu usaha perikanan
masyarakat di desa ini, untuk benih ikan sudah mampu disediakan dari Desa Koto
Mesjid (tidak disuplay dari luar daerah), begitu juga dengan pakan ikan (pelet)
sudah diproduksi dengan menggunakan mesin. Perusahaan ini juga merupakan
satu-satunya perusahaan di Desa Koto Mesjid yang melakukan berbagai macam
pengolahan ikan patin.

Pengolahan pasca panen (agroindustri) merupakan salah satu unit usaha, yang
menghasilkan produk olahan ikan patin. Produk yang dihasilkan diantaranya
bakso ikan, nugget, kaki naga, abon, kerupuk, dan ikan asin (pudung). Kegiatan
agroindustri pada perusahaan ini sudah dilakukan secara kontinue dan
menghasilkan semua produk tersebut. Produk olahan ikan patin yang dihasilkan
CV. Graha Pratama Fish nampaknya sudah mulai dikenal oleh masyarakat.
Dengan adanya promosi dari pihak perusahaan dengan merek “Nepa” (negeri
patin) dan banyaknya kunjungan-kunjungan ke perusahan membuat produk
menjadi terkenal. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil, biaya produksi, pendapatan, dan
efisiensi agroindustri ikan patin. Dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dan informasi untuk menentukan langkah-
langkah efektif bagi pengusaha dalam menjalankan agroindustri ikan patin dan
sebagai bahan pertimbangan khususnya bagi pengambil kebijakan dalam
pengembangan agroindustri dimasa yang akan datang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survei yang dilaksanakan pada CV. Graha
Pratama Fish di Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar. Dipilihnya tempat ini karena perusahaan ini merupakan pelopor usaha
perikanan masyarakat di Desa Koto Mesjid dan satu-satunya yang mengolah ikan
patin menjadi berbagai produk olahannya. Penelitian dilaksanakan selama 5
(lima) bulan dimulai dari bulan Oktober 2014 sampai Maret 2015.

110
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Responden dalam penelitian ini diambil secara sensus terhadap pengusaha dan
karyawan pengolahan ikan patin di CV. Graha Pratama Fish Desa Koto Mesjid
Kecamatan XIII Koto Kampar. Jumlah responden sebanyak 5 orang, yang terdiri
dari 1 orang pengusaha/pemilik usaha pengolahan ikan patin (Agroindustri) dan
karyawan sebanyak 4 orang. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung
dengan pengrajin, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga, instansi
yang terkait dengan penelitian ini.

Data/informasi yang telah diperoleh dilakukan pentabulasian dan kemudian


dianalisis secara diskriptif dan juga menggunakan rumus-rumus. Satu kali proses
produksi adalah rentang waktu yang dipakai dalam analisis agroindustri ikan patin
menjadi bakso, nugget, kaki naga, abon, kerupuk, dan pudung yaitu selama satu
minggu. Pendapatan bersih pada agroindustri ikan patin (bakso, nugget, kaki
naga, abon, kerupuk,dan pudung) dianalisis dengan menggunakan formula :
π = (Y.Py) – ( ∑X1 . PX1 + TFC) .........................................................(1)
Keterangan :
Π = Pendapatan bersih (Rp /periode produksi)
TR = Pendapatan kotor (Rp/periode produksi)
TC = Total biaya (Rp/periode produksi)
Y = Jumlah produksi (kg/periode produksi)
PY = Harga produksi (Rp/kg)
Xi = Sarana produksi (kg, lbr,bks,ptg,ltr, HOK/periode produksi)
TFC = Penyusutan peralatan (Rp/Proses produksi)

Dalam menentukan efisiensi usaha digunakan kriteria Return Cost Ratio (RCR),
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
RCR = ................................................................................(2)

Dengan kriteria jika RCR > 1 maka agroindustri ikan patin dikatakan efisien dan
menguntungkan serta layak untuk dikembangkan, RCR < 1 agroindustri ikan
patin dikatakan tidak efisien dan tidak menguntungkan serta tidak layak
dikembangkan dan RCR = 1 maka agroindustri ikan patin dikatakan pada keadaan
impas (tidak mengalami keuntungan atau kerugian).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Pemilik usaha maupun karyawan termasuk pada golongan produktif (15-50


tahun). pemilik usaha berpendidikan sarjana dan karyawan rata-rata pendidikan
tingkat SLTA, pengalaman berusaha 5,00 tahun, jumlah anggota keluarga 3 orang.
Berdasarkan karakteristik ini akan memungkinkan untuk lebih mengembangkan
usaha yang dilakukannya.

111
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Profil Agroindustri Ikan Patin

Agroindustri ikan patin merupakan salah satu unit usaha yang dilakukan
perusahaan CV. Graha Pratama Fish di Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto
Kampar. Perusahaan ini bergerak dibidang perikanan dan merupakan pelopor
bagi usaha perikanan masyarakat khususnya ikan patin di Desa Koto Mesjid.
Hampir semua rumah tangga di desa ini memiliki kolam ikan patin, sehingga
desa ini terkenal dengan nama Desa Patin. Kehadiran usaha perikanan ikan
patin di desa ini tentu saja akan memberikan multiflier effec terhadap
perekonomian daerah, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Unit
usaha yang dilakukan CV. Graha Pratama Fish adalah : pembenihan ikan patin
(Hatchery), pembesaran ikan patin (Aqua Culture), Pengolahan pakan ikan
(Artificial feed) , dan usaha pengolahan ikan/pasca panen (Agroindustri).

Usaha pengolahan ikan patin (agroindustri) ini muncul karena usaha pembenihan
ikan, pembesaran ikan pada CV. Graha Pratama fish dan usaha perikanan
masyarakat desa sudah berkembang, sehingga produksi ikan patin segar
meningkat. Untuk mengantisipasi melimpahnya produksi ikan segar, karena sifat
produknya cepat rusak, maka pemilik usaha melakukan pengolahan ikan patin
menjadi berbagai macam produk olahan. Produk olahan ikan patin pada saat ini
diantaranya bakso ikan, nuget/stik, kaki naga, abon, kerupuk, dan ikan asin
(pudung). Agroindustri ikan patin ini merupakan usaha kecil, usaha ini telah
memiliki izin usaha, memiliki nomor induk pendaftaran industri kecil (NIPIK),
izin usaha perdagangan (kecil), dan izin pemasangan media reklame, dan juga
telah memiliki merek dagang “NEPA”. Produksi ikan patin pada perusahaan ini
rata-rata 1 ton (1000 kg) per hari ( 7 ton per minggu), sebagian besar produknya
dijual dalam bentuk segar, sedangkan untuk pengolahan yang dilakukan
perusahaan sampai saat ini dalam satu minggu membutuhkan 500 kg ikan patin
segar (7,14%).

Berdasarkan jenis agroindustri menurut Hayami dalam Soeharjo (1991), maka


agroindustri ikan patin ini adalah pengembangan lebih lanjut dari industri rumah
tangga dengan berubahnya tempat pengolahan sumber bahan baku. Pengolahan
produk olahan ikan patin sudah mulai berlangsung dalam bangunan yang terpisah
dari tempat tinggal, tapi masih dalam satu pekarangan. Selanjutnya dilihat dalam
pengelompokkan dari faktor-faktor pendorong menurut White dalam Soeharjo
(1991), agroindustri ikan patin ini termasuk local market based yang
mengandalkan kepada pasar lokal sebagai pembeli produknya dan local resource
based yang mengandalkan bahan baku yang terdapat di daerah tersebut.
Disamping itu agroindustri ikan patin ini terindikasi termasuk kelompok low lage
based yang mengandalkan kepada tenaga kerja murah, dengan kata lain usaha ini
terbentuk karena mengandalkan tiga faktor sekaligus atau bersama-sama dari
pasar, bahan baku, dan tenaga kerja.

112
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Dilihat dari tingkat pengolahan bahan baku (degree of transformation) usaha ini
termasuk dalam tingkat pengolahan ketiga yaitu pengolahan dengan cara
memasak. Pengolahan ikan patin menjadi berbagai produk olahan seperti bakso,
nuget/stik, abon, kerupuk, dan pudung memakai teknologi yang sederhana (semi
mekanis). Kegiatan pengolahan untuk masing-masing produk dilakukan
bervariasi (1 sampai 3 kali) dalam seminggu dengan 4 orang tenaga kerja luar
keluarga dan 1 orang tenaga kerja dalam keluarga (pemilik usaha).

Proses Pengolahan

Pengolahan (agroindustri) ikan patin membutuhkan bahan baku dan bahan


penunjang. Bahan baku berupa ikan patin tersedia diwilayah tersebut dan
mencukupi untuk pengolahan secara kontinue, begitu juga dengan bahan
penunjang bisa didapat dipasar terdekat dengan daerah tersebut. Ikan patin
(pangasius hypopthalmus) termasuk dalam keluarga cat fish, memiliki daging
yang lebih putih, tekstur sedikit lembek, berdaging dan tidak terlalu banyak duri.
Oleh sebab itu ikan patin ini banyak diolah menjadi berbagai produk olahan.
Olahan ikan patin pada CV. Graha Pratama Fish berupa bakso ikan patin,
nuget/stik, kaki naga, abon, kerupuk, dan pudung. Pada pengolahan bakso,
nugget/stik, dan kaki naga, pengrajin terlebih dahulu mengolah ikan patin menjadi
surimi, untuk satu kali proses yaitu sebanyak 100 kg ikan patin menghasilkan 40
kg surimi yang dijadikan stok dalam pembuatan bakso, nuget/stik, dan kaki naga.
Selanjutnya alur proses pengolahan ikan patin menjadi berbagai produk dapat
dirinci sebagai berikut :

113
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Gambar 1. Skema Proses Pengolahan Bakso, Nuget/Stik, dan Kaki naga

Ikan patin segar Kotoran dan


dibersihkan Kepala

Difillet Tulang & kulit

Penggilingan menjadi
surimi

Bakso : Nuget/Stik : Kaki naga : surimi


surimi digiling, surimi digiling, aduk digiling, aduk + bahan
aduk + bahan pe- + bahan pe-nunjang penunjang (bumbu dan
nunjang (bumbu) (bumbu) sayuran)

Dicetak (dibulat- Dimasukkan ke Dicetak (bulat


bulat) loyang dan dikukus lonjong) dan diberi
lidi
Pengukusan Pendinginan Pengukusan

Pendinginan Pencelupan ke butter Pendinginan

Pengemasan Pemotongan Pencelupan ke


dan siap butter
dipasarkan
Pelumuran dg tpng panir Pelumuran dg tpng
panir
Kukus selama 5
menit Kukus selama 5
menit
Pengemasan dan
siap dipasarkan Pengemasan dan
siap dipasarkan

114
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Gambar 2. Skema Proses Pengolahan Abon Ikan Patin

Ikan patin segar


Kepala dan kulit
dibersihkan

Pengukusan Tulang

Pemisahan Bahan penunjang

Penggilingan

Penggorengan

Pengeringan

Pengemasan dan
siap dipasarkan

115
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Gambar 3. Skema Proses Pengolahan Kerupuk Ikan Patin

Ikan patin segar Kulit, kepala,


dibersihkan dan tulang

Penggilingan
Bahan
penunjang
Dicetak lonjong dg panjang 20cm

Pengukusan

Pendinginan

Pemotongan

Penjemuran

Penyimpanan di lemari pendingin satu malam

Pendinginan & siap dipasarkan

116
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Gambar 4. Skema Proses Pengolahan Pudung (ikan asin)

Ikan patin segar


Kotoran dan
dibersihkan
Kepala

Pemisahan daging ikan Tulang

Bersihkan dg air
mengalir sampai bersih

Diangin-anginkan

Penggaraman

Simpan ditempat tertutup


rapat selama 2 hari

Pencucian

Penjemuran

Pendinginan dan siap


dipasarkan

Analisis Usaha

Besarnya input yang digunakan dalam suatu proses agroindustri akan


mempengaruhi biaya yang dikeluarkan sekaligus penerimaan yang akan diperoleh
pengrajin. Besarnya biaya yang dikeluarkan pada agroindustri ikan patin,
produksi yang dihasilkan, pendapatan yang diterima dan efisiensi dari masing-
masing produk olahan ikan patin yaitu bakso ikan patin, nugget, kaki naga, abon,
kerupuk, dan pudung dapat dilihat pada tabel berikut ini :

117
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Tabel 1. Biaya Produksi, Pendapatan dan Efisiensi Pengolahan Bakso Per


Proses Pada CV.Graha Pratama Fish, Tahun 2015

No. Uraian Jumlah Harga Nilai (Rp) Persentase


(unit) (Rp) (%)
A 1.Biaya bahan baku : 12 14.000 168.000 28,84
a. Ikan patin (kg)
2.Biaya bhn penujang
a.Tepung sagu (kg) 3 7.000 21.000 3,60
b.Tepung tapioka (kg) 3 8.000 24.000 4,12
c.Telur(butir) 12 1.500 18.000 3,09
d.Bawang goreng (kg) 0,6 55.000 33.000 5,66
e.Bawang putih(kg) 0,6 15.000 9.000 1,54
f.Bawang daun (kg) 0,6 10.000 6.000 1,03
g.Marica (gr) 42 80 3.360 0,58
h.Gula pasir (kg) 0,27 9.500 2.565 0,44
i.Garam (ons) 2,1 400 840 0,14
j.Royco(bks) 3 500 1.500 0,26
k.Gas (kg) 1,5 14.000 21.000 3,60
l.Kemasan & merek 18 1.000 18.000 3,09
(lbr)
3.B. tenaga kerja 1,75 50.000 87.500 15,02
(HKO)
4.Penyusutan Alat 167.693 28,78
5.Listrik 2.500 0,42
Total Biaya Produksi 582.598 100,00
B Produksi (kg) 21,60 50.000
C Pendapatan :
a.Pendapatan kotor 1.080.000
b.Pendapatan bersih 497.402
D RCR 1,85

Pada Tabel 1 nampak bahwa pada pengolahan ikan patin menjadi bakso,
komposisi biaya yang besar adalah biaya bahan baku (28,84%), dan penyusutan
alat (29,21%), dan biaya tenaga kerja (15,02%). Dalam pengolahan bakso ini
dilakukan oleh tenaga kerja wanita dengan upah per hari Rp 50.000,-. Dalam satu
kali proses produksi (satu minggu) dari 12 kg ikan patin segar dapat menghasilkan
21,60 kg bakso (108 bungkus), yang dikemas dalam plastik bermerek dengan isi
per kemasan 200 gr, dengan harga jual per kg bakso sebesar Rp 50.000,- atau per
bungkus Rp 10.000. Pendapatan bersih yang diperoleh dari pengolahan ini
sebesar Rp 497.402,- dengan nilai Return Cost Ratio (RCR) diperoleh sebesar
1,85.

118
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Ini bermakna bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam agroindustri
ikan patin menjadi bakso akan memperoleh penerimaan sebesar 1,85 dengan
keuntungan 0,85, dengan kata lain usaha agroindustri ini efisien atau
menguntungkan.

Tabel 2. Biaya Produksi,Pendapatan dan Efisiensi Pengolahan Nuget/Stik


Per Proses Pada CV. Graha Pratama Fish, Tahun 2015

Jumlah Harga Nilai (Rp) Persentase


No Uraian (unit) (Rp) (%)
A 1.Biaya bahan baku : 16 14.000 224.000,00 22,26
a. Ikan patin (kg)
2.B. bhn penunjang
a.Tepung terigu (kg) 8 7.500 60.000,00 5,96
b.Tpng meizena (kg) 0,8 10.000 8.000,00 0,80
c.Telur(butir) 16 1.500 24.000,00 2,39
d.Bwng bombai (kg) 2 15.000 30.000,00 3,98
e.Bawang putih(kg) 0,4 15.000 6.000,00 0,59
f.Gula pasir (kg) 0,4 9.500 3.800,00 0,38
g.Marica (gr) 28 80 2.240,00 0,22
h.Garam (ons) 6,4 400 2.560,00 0,25
i.Tepung panir(kg) 5 20.000 100.000,00 9,94
j.Tepung susu (ons) 0,8 1.500 1.200,00 0,12
k.Blue band (kg) 0,8 48.000 38.400,00 3,82
l.Gas (kg) 1 14.000 14.000,00 1,39
m.Kemasan&merek (lbr) 220 1.000 220.000,00 21,86
n. ktong plastik (bks) 0,5 5.000 2.500,00 0,25
3.B. tng kerja (HKO) 1,98 50.000 99.000,00 9,84
4.Penyusutan Alat 156.026,66 15,51
5.Listrik 12.500,00 1,24
Total Biaya Produksi 1.006.226,66 100,00
B Produksi (kg) 44 50.000
C a.Pendapatan Kotor 2.200.000,00
b.Pendapatan Bersih 1.193.773,34
D RCR 2,19

Pada Tabel 2 nampak bahwa pada pengolahan ikan patin menjadi nugget/stik,
komposisi biaya yang besar adalah biaya bahan baku (22,26%), dan kemasan &
merek (21,86%). Dalam pengolahan nugget ini dilakukan oleh tenaga kerja
wanita dengan upah per hari Rp 50.000,-. Dalam satu kali proses produksi (satu
minggu) dari 16 kg ikan patin segar dapat menghasilkan 44 kg nugget/stik (220
bungkus), yang dikemas dalam plastik bermerek dengan isi per kemasan 200 gr,
denga harga jual per kg bakso sebesar Rp 50.000,- atau per bungkus Rp 10.000.
Pendapatan bersih yang diperoleh dari pengolahan ini sebesar Rp 1.193.773,34,-
dengan nilai Return Cost Ratio (RCR) diperoleh sebesar 2,19.

119
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Ini bermakna bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam agroindustri
ikan patin menjadi nugget/stik akan memperoleh penerimaan sebesar 2,19 dengan
keuntungan 1,19, dengan kata lain usaha agroindustri ini efisien atau
menguntungkan.

Tabel 3. Biaya Produksi,Pendapatan dan Efisiensi Pengolahan Kaki Naga


Per Proses Pada CV. Graha Pratama Fish, Tahun 2015.

Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) Persentase


No. Uraian (unit) (%)
A 1.Biaya bahan baku : 8 14.000 112.000,00 15,73
a. Ikan patin (kg)
2.B. bhn penunjang
a.Tepung terigu (kg) 4 7.500 30.000,00 4,21
b.T. meizena (kg) 0,4 10.000 4.000,00 0,56
c.Telur(butir) 4 1.500 6.000,00 0,84
d.Bawang bombai (kg) 1 15.000 15.000,00 2,15
e.Bawang putih(kg) 0,2 15.000 3.000,00 0,42
f.Gula pasir (kg) 0,2 9.500 1.900,00 0,27
g.Marica (gr) 14 80 1.120,00 0,16
h.Garam (ons) 3,2 400 1.280,00 0,18
i.Tepung panir(kg) 2,5 20.000 50.000,00 7,02
j.Tepung susu (ons) 0,4 1.500 600,00 0,08
k.Blue band (kg) 0,4 48.000 19.200,00 2,70
l.Buncis (kg) 1 6.000 6.000,00 0,84
m.Wartel (kg 1 8.000 8.000,00 1,12
n.Gas (kg) 1,25 14.000 17.500,00 2,46
o.Lidi tusukan (bks) 0,5 11.000 11.000,00 1,54
p..Kemasan & merek 144 1.000 144.000,00 20,22
(lbr)
q.Kantong plastik 0,5 5000 2.500,00 0,35
(Bks)
3.B. tenaga kerja 2,17 50.000 108.500,00 15,24
(HKO)
4.Penyusutan Alat 156.026,66 21,91
5.Listrik 12.500,00 1,75
Total Biaya Produksi 712.126,66 100,00
B Produksi (kg) 36 60.000
C a.Pendapatan Kotor 2.160.000,00
b.Pendapatan Bersih 1.447.873,34
D RCR 3,03

Pada Tabel 3 nampak bahwa pada pengolahan ikan patin menjadi kaki naga,
komposisi biaya yang besar adalah biaya bahan baku (15,73%), dan penyusutan
alat (23,95%), dan kemasan & merek (20,22%).

120
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Kaki naga adalah olahan ikan patin seperti nuget tetapi ditambah dengan sayuran.
Dalam pengolahan kaki naga ini dilakukan oleh tenaga kerja wanita dengan upah
per hari Rp 50.000,-. Dalam satu kali proses produksi (satu minggu) dari 8 kg ikan
patin segar dapat menghasilkan 36 kg kaki naga (144 bungkus), yang dikemas
dalam plastik bermerek dengan isi per kemasan 250 gr, denga harga jual per kg
kaki naga sebesar Rp 50.000,- atau per bungkus Rp 15.000. Pendapatan bersih
yang diperoleh dari pengolahan ini sebesar Rp 1.447.873,34,- dengan nilai Return
Cost Ratio (RCR) diperoleh sebesar 1,85. Ini bermakna bahwa setiap satu rupiah
biaya yang dikeluarkan dalam agroindustri ikan patin menjadi kaki naga akan
memperoleh penerimaan sebesar 1,85 dengan keuntungan 3,03, dengan kata lain
usaha agroindustri ini efisien atau menguntungkan.

Tabel 4. Biaya Produksi,Pendapatan dan Efisiensi Pengolahan Abon Per


Proses Pada CV. Graha Pratama Fish, Tahun 2015

Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) Persentase


No. Uraian (unit) (%)
A 1.Biaya bahan baku : 80 14.000 1.120.000,00 53,41
a. Ikan patin (kg)
2.B. bhn penunjang
a.Minyak Goreng (ltr) 8 7.500 60.000,00 2,87
b.Cabe merah (kg) 2 10.000 20.000,00 0,96
c.Telur(butir) 4 1.500 6.000,00 0,29
d.Lengkuas (kg) 1,2 15.000 18.000,00 0,86
e.Bawang putih(kg) 1 15.000 15.000,00 0,72
f.Garam halus (bks) 4 1000 4.000,00 0,19
g.Gas (kg) 4,5 14.000 63.000,00 3,01
h..Kemasan & merek 300 1.000 300.000,00 14,31
(lbr)
i.Kantong plastik (bks) 0,5 5.000 2.500,00 0,12
3.B. tenaga kerja 2,67 50.000 133.500,00 6,37
(HKO)
4.Penyusutan Alat 354.920,03 16,93
Total Biaya Produksi 2.096.920,03
B Produksi (kg) 18 166.666,67
C a.Pendapatan Kotor 3.000.000,06
b.Pendapatan Bersih 903.080,03
D RCR 1,43

Pada Tabel 4 nampak bahwa pada pengolahan ikan patin menjadi abon, komposisi
biaya yang besar adalah biaya bahan baku (53,54%), dan kemasan & merek
(14,34%). Dalam pengolahan nugget ini dilakukan oleh tenaga kerja wanita
dengan upah per hari Rp 50.000,-.

121
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Dalam satu kali proses produksi (satu minggu) dari 80 kg ikan patin segar dapat
menghasilkan 18 kg abon (300 bungkus), yang dikemas dalam plastik bermerek
dengan isi per kemasan 60 gr, denga harga jual per kg abon sebesar
Rp166.666,67,- atau per bungkus Rp 10.000. Pendapatan bersih yang diperoleh
dari pengolahan ini sebesar Rp 908.079,97,- dengan nilai Return Cost Ratio
(RCR) diperoleh sebesar 1,43. Ini bermakna bahwa setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkan dalam agroindustri ikan patin menjadi abon akan memperoleh
penerimaan sebesar 1,43 dengan keuntungan 0,43, dengan kata lain usaha
agroindustri ini efisien atau menguntungkan.

Tabel 5. Biaya Produksi,Pendapatan dan Efisiensi Pengolahan Kerupuk Per


Proses Pada CV. Graha Pratama Fish, Tahun 2015

Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) Persentase


No. Uraian
(unit) (%)
A 1.Biaya bahan baku : 8 14.000 112.000,00 23,94
a. Ikan patin (kg)
2.Biaya bhn penunjang
a.Tepung Tapioka (kg) 16 8.000 128.000,00 27,36
b.Bawang putih(kg) 1,2 15.000 18.000,00 3,85
c.Bawang merah (kg) 1,2 12.000 14.400,00 3,08
d.Garam halus (ons) 0,8 400 320,00 0,07
e. Gula pasir (ons) 0,8 950 760,00 0,16
g.Gas (kg) 3 14.000 42.000,00 8,97
h..Kemasan & merek 32 1.000 32.000,00 6,84
(lbr)
i.kantong plastik (bks) 0,2 5.000 1.000,00 0,22
3.B. tenaga kerja 2,03 50.000 101.500,00 21,69
(HKO)
4.Penyusutan Alat 15.927,22 3,40
5. Listrik 2.000,00 0,43
Total Biaya Produksi 467.907,22 100,00
B Produksi (kg) 16 60.000
C a.Pendapatan Kotor 960.000,00
b.Pendapatan Bersih 492.092,78
D RCR 2,05

Pada Tabel 5 nampak bahwa pada pengolahan ikan patin menjadi kerupuk,
komposisi biaya yang besar adalah biaya bahan baku (23,24%), dan tepung
tapioka(27,36%). Dalam pengolahan kerupuk ini dilakukan oleh tenaga kerja
wanita dengan upah per hari Rp 50.000,-. Dalam satu kali proses produksi (satu
minggu) dari 8 kg ikan patin segar dapat menghasilkan 16 kg kerupuk mentah (32
bungkus), yang dikemas dalam plastik bermerek dengan isi per kemasan 500 gr,
denga harga jual per kg kerupuk sebesar Rp 60.000,- atau per bungkus Rp 30.000.

122
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Pendapatan bersih yang diperoleh dari pengolahan ini sebesar Rp 908.079,97,-


dengan nilai Return Cost Ratio (RCR) diperoleh sebesar 1,43. Ini bermakna
bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam agroindustri ikan patin
menjadi kerupuk akan memperoleh penerimaan sebesar 2,05 dengan keuntungan
1,05, dengan kata lain usaha agroindustri ini efisien atau menguntungkan.

Tabel 6. Biaya Produksi,Pendapatan dan Efisiensi Pengolahan Pudung per


Proses Pada CV. Graha Pratama Fish, Tahun 2015

Jumlah Harga Nilai (Rp) Persentase


No. Uraian
(unit) (Rp) (%)
A 1.Biaya bhn baku : 80 14.000 1.120.000,00 89,86
a. Ikan patin (kg)
2.B. bhn penunjang
a.Garam (kg) 3 4000 12.000,00 0,96
3.Teng kerja (HKW) 1,93 50.000 96.500,00 7,74
4.Penyusutan Alat 17.927,22 1,44
Total Biaya Produksi 1.246.424,22 100,00
B Produksi (kg) 28 60.000
C a.Pendapatan Kotor 1.680.000,00
b.Pendapatan Bersih 433.575,78
D RCR 1,35

Pada Tabel 6 nampak bahwa pada pengolahan ikan patin menjadi pudung (ikan
asin), komposisi biaya yang besar adalah biaya bahan baku (89,86%). Dalam
pengolahan pudung ini dilakukan oleh tenaga kerja wanita dengan upah per hari
Rp 50.000,-. Dalam satu kali proses produksi (satu minggu) dari 80 kg ikan patin
segar dapat menghasilkan 28 kg pudung, dengan harga jual per kg kerupuk
sebesar Rp 60.000,- .Pendapatan bersih yang diperoleh dari pengolahan ini
sebesar Rp 433.575,78,- dengan nilai Return Cost Ratio (RCR) diperoleh sebesar
1,35. Ini bermakna bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam
agroindustri ikan patin menjadi pudung akan memperoleh penerimaan sebesar
1,35 dengan keuntungan 0,35, dengan kata lain usaha agroindustri ini efisien atau
menguntungkan.

123
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Tabel 7. Biaya, Produksi,Pendapatan, Efisiensi Berbagai Produk Olahan


Ikan Patin Per Proses Produksi di CV. Graha Pratama Fish, Tahun 2015.

No. Jenis Produk Biaya Produksi Pendapatan Pendapatan RCR


(Rp) Kotor (Rp) Bersih (Rp)
1. Bakso 582.598 1.080.000,00 497.402,00 1,85
2. Nuget/Stik 1.006.226,66 1.193.773,34 1.193.773,34 2,19
3. Kaki Naga 712.126,66 2.160.000,00 1.447.873,34 3,03
4. Abon 2.096.920,03 3.000.000,06 903.080,03 1,43
5. Kerupuk 467.907,22 960.000,00 492.092,78 2,05
6. Pudung 1.246.424,22 1.680.000,00 433.575,78 1,35
Jumlah 6.112.202,79 10.073.773,40 4.972.797,21 1,65

Berdasarkan Tabel 7 nampak bahwa secara agregat pendapatan bersih


(keuntungan) yang diperoleh perusahaan per proses produksi (satu minggu) dari
pengolahan ikan patin segar menjadi bakso, nugget, kaki naga, abon, kerupuk, dan
pudung sebesar Rp 4.972.797,21,- atau per bulan Rp 19.891.188,84,-, dengan
nilai RCR 1,65. Hal ini menunjukkan bahwa agroindustri ini menguntungkan,
setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah ikan patin segar
menjadi bakso, nugget/stik, kaki naga, abon, kerupuk, dan pudung, memberikan
keuntungan Rp 0,65,-.

Nilai RCR terbesar dari agroindustri yang dilakukan C.V. Graha Pratama Fish
adalah pengolahan ikan patin menjadi produk kaki naga yaitu sebesar 3,03. Hal
ini menunjukkan bahwa pengolahan pada kaki naga ini memberikan keuntungan
yang lebih besar dibandingkan dengan produk yang lain. Besarnya pendapatan ini
karena pengolahan ini menghasilkan produk yang lebih banyak yaitu dari 8 kg
ikan segar diperoleh 36 kg kaki naga dengan harga Rp 60.000,-. Walaupun
keuntungan dari pengolahan kaki naga memberikan pendapatan yang lebih besar,
tidaklah berarti untuk meningkatkan pendapatan pada unit agroindustri haruslah
produk kaki naga diproduksi lebih banyak, tetapi perusahaan harus
mempertimbangkan aspek permintaan pasar. Berdasarkan penelitian produk
olahan yang diminati masyarakat adalah nugget, bakso, kaki naga, dan abon.
Oleh sebab itu untuk meningkatkan pendapatan produksi produk tersebut bisa
ditingkatkan sesuai dengan permintaan konsumen. Bagi perusahaan pendapatan
yang diterima tidak hanya dari pengolahan ikan (agroindustri) saja tetapi juga dari
unit usaha lain seperti dari pembenihan ikan, ikan segar, dan makanan ikan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Agroindustri ikan patin pada CV. Graha Pratama Fish merupakan usaha
perseorangan yang dikelompokkan kedalam usaha kecil, yang mengandalkan
bahan baku yang terdapat di daerah tersebut (local resource based).

124
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Pengolahan dilakukan dengan memasak dan menggunakan teknologi sederhana


(semi mekanis). Usaha ini telah memiliki izin baik dalam usaha/perdagangan
maupun izin pemasangan media reklame, dan telah memiliki NIPIK, dan telah
memiliki merek dagang “NEPA” Untuk mengolah ikan patin menjadi bakso,
nugget, kaki naga abon, kerupuk, dan pudung, menggunakan tenaga kerja
perempuan sebanyak 4 orang dalam kisaran umur produktif (36,50 tahun),
pendidikan SLTA dan cukup berpengalaman (5 tahun).

Secara agregat pendapatan bersih dari agroindustri per proses produksi sebesar
Rp 4.972.797,21,- atau per bulan Rp 19.891.188,84,-, dengan nilai RCR 1,65.
Pendapatan terbesar di peroleh dari pengolahan ikan patin menjadi kaki naga
yaitu sebesar Rp 1.447.873,34 per proses atau per bulan sebesar Rp
5.791.493,36,- dengan nilai RCR 3,03. Untuk meningkatkan pendapatan
disarankan pada pemilik perusahaan agar meningkatkan volume produksi,
menggunakan teknologi yang lebih maju, dan meningkatkan promosi agar
jangkauan pasar lebih luas

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2005. Kebijakan Pembangunan Industri Jawa Timur. Dinas


Perindustrian dan Perdagangan. Surabaya.
Ayub, A. 1998. Budidaya Ikan Patin Dalam Keramba Kayu. Dinas Perikanan
Tingkat I Riau. Pekanbaru.
Elida,S. Analisis Agroindustri Dodol Kentang Pada Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Di Kecamatan Gunung
Kerinci. Jurnal Dinamika Pertanian, Vol. XXI, No. 2, Agustus 2006.
Hayami, Yujiro., Toshihiko Kawagoe., Yoshinori Morooka., Masdjidin Siregar.
1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java, A
Prospective From Sunda Village. CGPRTCentre, Regional Co–
Ordination Centre for Research and Development of Coarse Grains,
Pulses, Root, and Tuber Crops in The Humid Tropict of Asia and The
Pacific. Bogor, Indonesia.
Hernanto, F., 1991. Ilmu Usaha Tani. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Hicks, P. A. 1995. An Overview Of Issues and Strategies in The Development of
Food Processing Industries in Asia and The Pacific. APO Symposium, 28
September-5 October. Tokyo
Kamal, M. 1991. Analisa Usahatani Digalakkan. Sinar Tani. Jakarta.
Kasryono F., 1992. Strategi dan Kebijaksanaan Agribisnis. Dinamika Pemikiran
Tentang Pembangunan Pertanian dalam Prosiding Seminar Nasional
Perhepi, Jakarta.

125
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 3 September 2015

Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.


Novia Dewi, Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE), Vol. 3, No. 2,
Desember 2012.
Simatupang, P. dan A.Purwoto. 1990. Pengembangan Agroindustri Sebagai
Penggerak Pembangunan Desa. Dalam P. Simatupang, E. Pasandaran,
F. Kasryno, dan A. Zulham (Penyunting) Agroindustri Faktor Penunjang
Pembangunan Pertanian Indonesia. Pusat Penelitian Ago Ekonomi.
Bogor, pp. 1-20.
Suryana, A. 2005. Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanian
2005 – 2009. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Sinuraya S. 1985. Dasar-dasar Akuntansi. Fakultas Ekonomi, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Soekartawi, 1995. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya.
PT . Raja Grofindo Persada, Jakarta.
Soekartawi, 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. U.I. Press. Jakarta.
_________, 2002. Teori Ekonomi Produksi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

126

Anda mungkin juga menyukai