FARMASI KLINIS
DISUSUN OLEH:
INTAN RAHMADANI (1948201051)
MAISARAH (1948201060)
MEGA NURJANNAH (1948201063)
MIFTAH ULJANNAH (1948201069)
NOVIKA INDRIANI (1948201080)
PRATIWI SUSANTI (1948201092)
B. Dasar Teori
- Definisi
Demam tifoid adalah sistemik yangdisebabkan oleh Salmonella typhi, biasanya
melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit akut ditandai
dengan demam berkepanjangan sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, dan
sembelit atau kadang-kadang diare. Gejala seringkali tidak spesifik dan secara klinis
tidak dapat dibedakan dari penyakit demam lainnnya. Namun tingkat keparahan
klinis bervariasi dan kasus yang parah dapat menyebabkan komplkasi serius atau
bahkan kematian. Ini terjadi terutanama dalam kaitannya dengan sanitasi yang buruk
dan kurangnya air minum bersih. Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan
nama tipes atau thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut thphoid fever atau
thpus obdominalis karena berhubungan dengan usus didalam perut (WHO,2018)
- Patofisiologi
Sallmonella typhi merupakan bakteri yang dapat hidup di dalam tubuh manusia.
Manusia yang terinfeksi bakteri Salmonnella typhi dapat mengekskresikannya
melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja dalam jangka waktu yang bervariasi
(Ardiaria, 2019). Infeksi Salmonella enterica serotype typhi pada orang sehat
berkisar anatara 1.000 dan 1 juta organisme tetapi tergantung kondisi imun tubuh
manusia (Ashurst, Truong,& Woodbury,2019).
Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses mulai dari penempelan bakteri ke
lumen usus, baktero bermultiplikasi di makrofag Payer’s patch, bertahan hidup di
aliran darah dan menghasilkan enteroksin yang menyebabkan keluarnya elektrolit
dan air ke lumen itestinal. Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman
masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana
asam banyak bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai dinding
usus halus, melekat pada sel mukosa kemudia menginvasi dan menembus dinding
usus tepatnya di ileum dan jejenum. Sel M, sel epitel yang melapisi Peyer’s patch
merupakan tempat bertahan hidup dan multiplikasi Samlmonella typhi. Bakteri
mencapai folikel limfe usus halus menimbulkan tukak pada mukosa usus. Tukak
dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Kemudia mengikuti aliran ke
kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke
jaringan Reticulo Endothelial System (RES) di organ hati dan limpa. Setelah periode
inkubasi, Salmonella typhi keluar dari habitatnya melalui duktus torasikus ke
sirkulasi mencapai hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan peyer’s patch
dari ileum terminal. Ekresi baktero di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus
atau di keluarkan melalui feses. Endotoksin merangsang makrofag di hati, limpa,
kelenjar limfoid intestinal, dan mesenterika untuk melepaskan produknya yang
secara lokal menyebabkan nekrosis intestinal ataupun sel hati dan secara sistemik
menyebabkan gejala klinis pada demam tifoid (Ardiaria,2019).
Penularan Salmonella typhi sebagian jalur fecal-oral, yang melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari penderita atau pembawa
kuman, biasanya keluar bersama dengan fese. Dapat jga terjadi transmisi
transpasental dari seorang ibu hamil yang berada pada keadaan bakterimia kepada
bayinya (Pruss,2016).
- Algoritma Terapi
-flu-like symptoms,lesu -
- Farmakoterapi
Terapi farmakologis yang dapat diberikan pada penderita demam tifoid
yaitu terapi antibiotik seperti penggunaan ciprofloxacin,cefixime,
kloramfenikol, tiamfenikol, azitromisin,ceftriaxone dan terapi
kortikosteroid seperti penggunaan dexametason.
C. Deskripsi Kasus
Iniasial Pasien : Tn. S
Umur : 50 Tahun
Berat Badan :-
Tinggi Badan :-
Ginjal :-
Hepar :+
Keluhan Utama : Diare, demam menggigil
Kondisi SMRS :Pasien datang melalui poli rawat jalan dengan keluhan
diare 6-8 kali/hari, ± 4 hari SMRS, kotoran cair,
berwarna hitam, dan disetai demam menggigil.
Diagnosis : Typhoid
Riwayat Penyakit : DM (-)
Merokok :+
Kepatuhan :-
Obat-obatan tradisional :-
OTC :-
Makanan pedas :+
Riwayat pengobatan :-
Catatan Perkembangan Pasien Inisial Pasien : Tn.S
11 Mei 2010 Data klinis pasien masih sama seperti hari sebelumnya tetapi
sudah tidak diare lagi. Kadar trombosit pasien semakin
rendah, kadar hemoglobin, hemaktokrit dan MCV pasien
rendah. Selain itu kadar kalium pasien juga rendah. Terapi
obat yang diberikan sama seperti pada hari sebelumnya.
12 Mei 2010 Suhu tubuh pasien sudah mulai menurun. Kadar trombosit
pasien sudah mulai mengalami peningkatan, kadar
hemoglobin, hematokrit dan MCV masih tetap rendah. Dari
hasil uji widal dapat diketahui bahwa pasien positif
menderita tifod. Terapi yang diberikan sama seperti pada hari
sebelumnya, tetapi mendaptkan tambahan terapi omeprazol.
13 Mei 2010 Data klinis pasien masih sama seperti pada hari sebelumnya.
Dari data laboratorium diperoleh kadar WBC pasien
mengalami peningkatan, mencapai 15.000/mm3. Terapi yang
diberikan sama seperti hari sebelumnya.
14 Mei 2010 Pasien menjalani endoskopi, dan dikehatui bahwa pasien
mengalami gastritis. Gejala klinis pasien masih sama seperti
hari sebelumnya. Terapi yang diberikan kepada pasin anatara
lain dexanta, omeprazol, NS, ivelip, metcur, dan amoxicillin.
15 Mei 2010 Kondisi klinis pasien sudah mulai membaik. Terapi yang
diberikan sama seperti hari sebelumnya.
16 Mei 2010 Kondisi klinis pasien sudah mulai membaik. Terapi yang
diberikan dexanta,omeprazol,metcur, dan amoxicillin.
17 Mei 2010 Kondisi klinis pasien sudah mulai membaik. Terapi yang
diberikan sama seperti hari sebelumnya
No. DMK :277893 Diagnosa : Suspect typoid Tgl KRS : -
Nama: Tn.S Alasan MRS: Pasien menagalami diare 6-8 kali/hari,± 4 hari Nama Dokter :dr H
Alamat : Sby SMRS, kotoran cair,berwarna hitam, dan disertai demam Nama Farmasis :Ghorizatul
Umur/BB/Tinggi : 50 tahun menggil. Azizah,S.Farm
Ruangan : B2 Alergi: -
2 Dexanta 3x1 C √ √ √ √ √ √ √ √
3 Ranitidin 2x1 po √ √ √ √
4 Ciprofloxacin 2x500 mg po √ √ √ √
5 Neurodex 2x1 po √ √ √ √
8 NS : Iyelip 1:2 √ √ √ √
9 Methioson 1-1-0 √ √ √ √
10 Curcuma 1-1-0 √ √ √ √
N Masala Terapi S O A P
o h
Medik
1 Batuk Codein Pasien WBC 17,3 ; Pasien Pemberian
mengala GDA 391 mengalami terapi
mi Pasien batuk mulai codein pada
batuk, mendapat tanggal 28 pasien
mual, terapi RL, november dimulai
muntah, Ceftriaxon, namun pada tanggal
bengkak Actrapid, dan tidak 1, 2 dan 6
dikaki Pamol mendapat desember .
dan sebelumnya terapi untuk pada tanggal
pusing. indikasi 7 terapi
batuk, dan codein
baru dihentikan
mendapat karena
terapi pasien sudah
codein pada tidak
tanggal 1 mengalami
desember, batuk lagi.
hal ini
dikarenaka
n pasien
sudah
mendapat
terapi
pamol
(parasetam
ol yang
dapat
mengatasi
flu dan
batuk
2 Nyeri, Invomit Pasien WBC 14,1 Pasien Sebaiknya
Mual (ondansetr mengala PLT 463 mengalami terapi untuk
dan on) mi G2JJP 213 mual dan mual/
munta nyeri, GP 184 muntah invomit
h mual mulai diberikan
dan tanggal 28 dari awal
muntah november pasien
dan baru mengalami
mendapat keluhan
terapi mual yaitu
invomit sejak tgl 28
hanya di november
tanggal 2
desember
dikarenaka
n G2JJP
pasien
tinggi ,
sedangkan
pasien
mengalami
nyeri sejak
tanggal 30
november
namun
tidak
mendapat
terapi, hal
ini
dikarenaka
n pasien
sudah
mendapat
terapi
parasetamol
yang dapat
mengatasi
nyeri.
3 DM Ceftriaxon Luka Suhu Pasien tidak Pemberian
(Seluli Moropene dijari 4 pasie mendapat antibiotic
tis m in PZ kaki kiri n terapi ceftriaxon
pedis 100 cc (disela- 37,70 antibiotic golongan
S) Dolac sela jari C, ceftriaxone sefalosforin
4-5) TD di tanggal 2 kurang tepat
sejak 1 130/8 desember karena
minggu 0 dan hanya
yang mmH seterusnya diberikan
lalu g karena kaki selama 4
bengkak MCH pasien tidak hari, dosis
dikaki (rata- mengalami terapi dan
kiri rata pembengka frekuensi
HB) kan lagi pemberian
pada sudah tepat,
pasie namun
n seharusnya
renda dikombinasi
h dengan
metronidazo
l agar lebih
efektif dan
diberikan
selama 7
hari
Tensi GDA pasien Sejak
tinggi tanggal 28
november
tensi pasien
tinggi
namun
tidak
mendapat
terapi
Nyeri Merompenam in Pasien SGOT dan Terapi Pasie
pada pz 100 cc masih SGPT tinggi antibiotic sensitive
kaki mengala ini terhadap
mi nyeri diberikan antibiotic
mulai tgl 2 meropenam,
desember karena itu
mungkin
pasien
masih
merasakan
nyeri
sebaiknya
kombinasi
antibiotic yg
diberikan
metronidazo
l yg
dikombinasi
kan dengan
metronidazo
l
D. Monitoring dan Follow Up
No Efikasi ESO
Kondisi Klinis TTV dan Data Kondisi Klinis TTV dan Data
Lab Lab
Selulitis pedis pada pasien Kadar GDA Pasien MCH pasien
diabetes tinggi mengalami efek selalu rendah
samping obat
actrapid
Pasien mempunyai luka WBC pasien Pasien HGB dan
pada jari kaki tinggi mengalami efek menurun pada
samping dari tanggal 2/12
pemberian
Meropenem in
PZ 100 cc yaitu
trombositopenia
Penggunaan Kreatinin
obat yang pasien rendah
banyak
membuat efek
samping pada
ginjal
E. KIE
1. Terapi obat
2. Diet : untuk mengatur jumlah asupan makanan
- Mengatur pola makan yang sehat dan sesuai dengan kebutuhan pasien (sebaiknya
konsultasi terlebih dahulu kepada ahli nutrisi)
- Diet rendah garam (DRG) kurang dari 5 gram perhari penting untuk mencegah
retensi Na+
3. Olahraga ringan
4. Pemberian pengetahuan mengenai DM kepada keluarga, meliputi :
- Penanganan apabila terjadi hipoglikemi (keringat dingin, gemetar, lemas, lapar)
yaitu minum teh manis atau makan permen
- Cek gula darah secara teratur
- Cek tekanan darah secara teratur
F. PERTANYAAN
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2016. Standart of Medical Care in Diabetes 2016. The
Journal of Clinical and Applied Research and Education, 39 (1): 13-22
Dipiro, Joseph T., Robert. L., Talbert, Gary C., Yee, Gary. R., Matzke, B.G., Wells, Posey,
L.m. 2008. Pharmacotherapy: A pathophysiologic Approach. 7th Ed., New York:
McGraw-Hill
DiPiro J.T., Ellingrod V.L., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2021, Pharmacotherapy
Handbook., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.
Garnita, G. 2012. Faktor Risiko Diabetes Mellitus di Indonesia (Analisis Data Sakerti 2007).
Depok: Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Krisnatuti, D., Rasjmida, D., & Yenrina, R. 2014. Diet Sehat untuk Penderita Diabetes
Mellitus. Jakarta Timur: Penebar Swadaya
WHO. 2016 “Diabetes Fakta dan Angka,” World Health Organization (online)
www.searo.who.int/indonesia/.../8- whd2016-diabetes-facts-and-numbers-
indonesian.p... Diakses pada tanggal 18 Maret 2018.
Tandra, H. 2013. Life Health With Diabetes: Diabetes Mengapa & Bagaimana? Yogyakarta:
Rapha Publishing
Tapan, E. 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo