Anda di halaman 1dari 12

Case 2 demam tifoid

Tn. Candra 34th datang ke puskesmas

KU : demam 6 hari yg lalu


RPS : Lemas, kepala nyeri, nafsu makan turun, perut terasa sebah dan mual, beberapa kali muntah berisi sisa makanan dan cairan kekuningan, BAB 3
hari yg lalu
R. obat: minum paracetamol dari warung jika demam muncul
Tn. Candra mengabaikan pergi ke dokter dan memilih minum obat Ektrak cacing (Vermint) dan amoksisilin 250 mg 2x sehari sisa obat anaknya
beberapa bulan lalu. Demam awalnya hanya sumer-sumer bertambah tinggi 3 hari kemudian, demam tidak disertai menggigil, tidak ada batuk atau
sesak. Tn Candra memiliki kebiasaan makan di warung tepi jalan karena pekerjaannya sebagai sales keliling dalam kota Surabaya.
Pemeriksaan Fisik :
KU : Lemah, Compos Mentis. Tampak letargik
TTV : Nadi 72 x/m, RR 24x/m, Suhu Oral 39,80C, Tensi 95/70 mmHg.
Kepala/leher: Tidak ada tanda anemis/jaundice/cyanosis. Lidah putih tepi eritematous dengan halitosis. Tidak ada pembesaran KGB
Thorax : Jantung dbn, Pulmo dbn, Ext: Dbn.
Abdomen : Nyeri tekan epigastrium dan Iliaka kiri (Skala 3-4), Bising usus turun 4x/mnt. Hepar, Ren, Lien tak teraba.
Pemeriksaan Lab awal :
DL : Hb 14.7 g/dl, AL : 2.750/cmm, AT : 243.000/cmm, PCV 48%. Ht Jenis 1/0/7/44/48
Tes Widal : O 1/160, H 1/80. AO 1/80 AH Neg. BO Neg, BH 1/80.

Tn. Candra menolak untuk rawat inap. Kemudian dr memberikan obat Kloramphenincol 4x 500 selama 7 hari
dan obat simtomatis, disarankan kontrol 7 hari lagi untuk monitoring dan lanjutan obat. Dokter juga telah
memberikan nasehat terkait kemungkinan perburukan gejala, diet dan aktivitas yang boleh dilakukan di rumah.
Sepuluh hari kemudian Tn candra baru kembali ke Puskemas lewat IGD dengan keluhan : makin lemah, perut membesar, kesulitan makan dan minum,
demam masih ada dan hanya turun dengan obat paracetamol, BAB 3 x bercampur darah, setelah itu sulit diajak komunikasi, cenderung mengantuk dan
ditemukan obat Kloramphenikol masih tersisa 10 kapsul karena tidak teratur di minum
Pemeriksaan Fisik :
KU : Letargik, Somnolen, GCS 4 -4- 6
TTV : Nadi 108 x/m, RR 24x/m, Suhu Oral 37,80C, Tensi 90/50 mmHg.
Kepala/leher: konjungtiva tampak anemis
Thorax : Jantung dalam batas normal , Pulmo dalam batas normal.
Abdomen : Meteorismus dengan bising usus menghilang. Hepar teraba 1 cm bawah arkus kosta tepi tajam, nyeri skala 3. Splenomegali S.I
Ext: Akral dingin, Edeme -/-, RT : didapatkan darah segar dan mukus, tonus normal, massa/hemoroid
Pemeriksaan Lab Lanjutan
DL : Hb 11.1 g/dl, AL : 2.150/cmm, AT : 124.000/cmm, PCV 30 %.
Tes Widal : O 1/640, H 1/320. AO 1/80 AH Neg. BO Neg, BH neg
SGOT 120 u/L, SGPT 89 u/L.

Setelah dirawat selama 3 hari dengan terapi adekuat dan pemilihan antiobitk yang tepat, Tn. Candra berangsur
membaik. Pada hari ke 3 perdarahan sudah berhenti, demam juga turun. Pada hari ke 4 sudah bisa makan peroral
dan antibiotik dihentikan pada hari ke 5.

Setelah menjalani perawatan 10 hari Tn. Candra dipulangkan dengan hasil tes lab yang membaik
Definisi demam tifoid
Demam tifoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh
Salmonella enteric serotype typhi atau paratyphi. Nama lain penyakit
ini adalah enteric fever, tifus, dan paratifus abdominalis.
Etiologi
Demam tifoid = bakteri Salmonella Typhi.
berbentuk batang, Gram negatif, tidak berspora, motil, berflagel, berkapsul, tumbuh pada suhu optimal 37°C, bersifat
fakultatif anaerob dan hidup subur di empedu.
Bakteri Salmonella Typhi memiliki beberapa komponen antigen :
- Antigen dinding sel (O) yang merupakan lipopolisakarida dan bersifat spesifik grup.
- Antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein berada dalam flagella dan bersifat spesifik spesies.
- Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida dan berada di kapsul yang melindungi seluruh permukaan sel.
- Outer membrane protein (OMP) sebagian besar terdiri dari protein purin
berperan pada patogenesis demam tifoid dan antigen yang penting dalam mekanisme respon imun host.
sbg barier mengendalikan masuknya zat dan cairan ke membran sitoplasma ,
sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakteriosin
Patofisiologi

Manusia yang terinfeksi bakteri Salmonella Typhi patofisiolog


dapat mengekskresikannya melalui sekret saluran - Bakteri Salmonella Typhi masuk melalui mulut.
nafas, urin dan tinja dalam jangka waktu yang - melewati lambung banyak bakteri yang mati,
bervariasi. krn asam
Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses -Sisa Bakteri ke usus halus, melekat pada sel
mulai dari mukosa
-menginvasi dan menembus dinding usus di
• penempelan bakteri ke lumen usus
ileum dan jejunum.
• bakteri bermultiplikasi di makrofag Peyer’s patch -Sel M, sel epitel yang melapisi Peyer’s patch =
• bertahan hidup di aliran darah tempat bertahan hidup
-multiplikasi Salmonella Typhi
• menghasilkan enterotoksin
-menghasilkan enterotoksin
• keluarnya elektrolit dan air ke lumen intestinal.
-keluarnya elektrolit dan air (diare)
diagnose
factor”& tanda gjala demam tifoid
Faktor-faktor kejadian demam tifoid = jenis kelamin, usia, status gizi, kebiasaan jajan, kebiasaan cuci
tangan, pendidikan orang tua, tingkat penghasilan orang tua, pekerjaan orang tua, dan sumber air
Gejala demam meningkat perlahan ketika menjelang sore hingga malam hari dan akan turun ketika
siang hari. Demam akan semakin tinggi (39 – 40 derajat Celsius) dan menetap pada minggu kedua.
Masa inkubasi demam tifoid sekitar 7 sampai 14 hari
a. sakit kepala
b. anoreksia
c. myalgia (nyeri otot)
e. nyeri perut
f. konstipasi.
g. Pada pemeriksaan fisik ada bradikardi, hepatomegali, nyeri tekan abdomen, splenomegaly.
Diagnosa
Pemeriksaan penunjang demam tifoid
• Gambaran Darah Tepi
hitung lekosit total : leukopeni (-+ 3000-8000 /mm3), limfositosis relatif,
monositosis, aneosinofilia dan trombositopenia ringan.
• Biakan tinja, Biakkan Cairan Empedu, Biakkan Air Kemih
• Biakan Salmonella typhi, PCR , Typhi Dot EIA.
• Enzim Transaminase (SGOT, SGPT) ditemukan meningkat.
• Serologis Widal : reaksi antara antigen (suspensi Salmonella yang
telah dimatikan) dengan agglutinin yang merupakan antibody spesifik
terhadap komponen basil salmonella didalam darah manusia (saat
sakit, karier atau pasca vaksinasi). Prinsip test adalah terjadinya reaksi
aglutinasi antara antigen dan agglutinin yang dideteksi yakni
agglutinin O dan H.
Obat & pencegahan demam tifoid
Penatalaksanaan = antibiotic sesuai dengan profil sensitivitas bakteri untuk tiap-tiap daerah
endemik.
Kasus ringan dilakukan rawat jalan di rumah dengan pemberian antibiotik oral dan
antipiretik.
jikA ada seperti vomitus, dehidrasi, diare berat, disentri dan komplikasi= dirawat inap.
pengobatan Dokter biasanya menganjurkan obat untuk atasi tipes berikut ini:
Ciprofloxacin (Cipro), Azithromycin (Zithromax), Ceftriaxon, chloramphenicol 500 mg x 4
Selain itu, Anda dapat melakukan cara-cara di bawah ini:
1. Cuci tangan dengan air dan sabun
2. Hindari makanan mentah
3. Jangan jajan sembarangan
4. Hindari kontak dengan orang sakit
5. Vaksinasi.
Komplikasi dan prognosis demam tifoid
Komplikasi Interestinal
1. Pendarahan Interestinal
1. Perforasi usus
Komplikasi Ekstra-Intestinal
1. Hepatitis tifosa
1. Pakreasitis tifosa
1. Miokarditis
1. Neuropsikiatrik

Prognosis demam tifoid


Bergantung pada ketepatan diagnosis dan pemberian antibiotik yg sesuai. Relaps dapat
terjadi hgg 4%. Resiko menjadi karier kronik meningkat seiring bertambhanya usia.
Mortalitas 10- 32% pada pasien dengan komplikasi perforasi usus. Namun scr umum baik
pada demam tifoid tanpa komplikasi
BHP CRP PHOP

4 Basic of Ethical Principle


Autonomy :Tn. Candra berusia 34 tahun, mampu mengambil keputusan sendiri dan menandatangani inform consent.
Beneficence : Memberikan penanganan yang sesuai dengan kondisi pasien, dan tidak memperburuk kondisi pasien.
Non-Maleficence : Merujuk pasien ke dokter spesialis atau dokter yang lebih berkompeten.
Justice : Tidak membeda-bedakan pasien dari segi apapun.
4 Box Methods of Ethics
Medical Indication : Tn. Candra, 34 tahun, Demam Tifoid, treatment dengan terapi adekuat dan pemilihan antibiotik yg tepat
Patient Preferences : 34 tahun, Legal
Quality of Life : setelah menjalani perawatan 10 hari Tn. Candra dipulangkan dengan hasil lab yg baik
Contextual Features : no conflict of interest

Judul penelitian Hubungan obstipasi dengan kejadian demam tifoid pada anak & dewasa di RS Saiful Anwar Malang dengan metode cross
sectional. Variabel independentnya yaitu demam tifoid pada anak/ dewasa dan Variabel dependen yaitu resiko obstipasi.

5 level of prevention :
Health Promotion : edukasi perilaku hidup bersih ke masyrakat kalangan menengah kebawah serta penyakit yang akan terjadi salah satunya
demam tifoid edukasi pencegahan awal demam tifoid dan faktor faktor yang menyebabkan demam tifoid
Spesific Protection : melalukan screening kepada pasien yang memiliki riwayat keluarga demam tifoid
Early Diagnosis & Promt Treatment: jika ada tanda dan gejala demam tifoid segera pergi ke dokter
Disabilty Limitation : melakukan terapi pada pasien demam tifoid yaitu tirah baring, pemberian cairan dan nutrisi, serta pemberian obat
antibiotik. dan mencegah komplikasi

Anda mungkin juga menyukai