Anda di halaman 1dari 5

Nama : Komang Galih Laksmi Dewi

NIM : H1A019058

Soal Vignette
1. Seorang anak laki – laki berusia 13 tahun datang ke UGD dengan keluhan utama mual & muntah
sejak 3 hari yang lalu, kemudian timbul demam tinggi yang memberat sejak 1 hari yang lalu.
Keluhan tersebut disertai dengan diare cair yang bersamaan dengan nyeri perut. Dari hasil
anamnesis, pasien telat menyadari bahwa susu yang dikonsumsi tersebut sudah melewati tanggal
kadaluwarsa. Dari hasil uji laboratorium ditemukan lekopeni, lekositosis, aneosinofilia,
limfopenia, peningkatan laju endap darah, anemia ringan, trombositopenia, hepatomegali,
ikterik, (ditunjukan dengan hasil bilirubin >30,6 umol/1, peningkatan SGOT/SGPT, penurunan
indeks PT). Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan laboratorium bagaimanakah etiologi dari
kasus tersebut?

Pilihan Ganda

a. Terjadi radang eksudatif dan proliferatif pada jaringan ikat, terutama mengenai jantung, sendi
dan jaringan subkutan. Bila terjadi karditis seluruh lapisan jantung akan dikenai. Perikarditis
paling sering terjadi dan perikarditis fibrinosa kadang-kadang didapati. Peradangan perikard
biasanya menyembuh setelah beberapa saat tanpa sekuele yang bermakna, dan jarang terjadi
tamponade.

b. Bakteri berbentuk batang, Gram negatif, tidak berspora, motil, berflagel, berkapsul, tumbuh
0
dengan baik pada suhu optimal 37 C, bersifat fakultatif anaerob dan hidup subur pada media
yang mengandung empedu. Isolat kuman bakteri memiliki sifat-sifat gerak positif reaksi
fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif, sedangkan hasil negatif pada reaksi indol,
fenilalanin deaminase, urease dan DNase.

c. Virus ini termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili Flaviviridae, genus Flavivirus.
Flavivirus merupakan virus yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai RNA
positif sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan
0
natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70 C.
d. Keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat
regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma).

e. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan.

Jawaban : B

Pembahasan : Demam Tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella Typhi. Bakteri Salmonella Typhi berbentuk batang, Gram negatif, tidak berspora,
0
motil, berflagel, berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu optimal 37 C, bersifat fakultatif
anaerob dan hidup subur pada media yang mengandung empedu. Isolat kuman Salmonella Typhi
memiliki sifat-sifat gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif,
sedangkan hasil negatif pada reaksi indol, fenilalanin deaminase, urease dan DNase. Bakteri
Salmonella Typhi memiliki beberapa komponen antigen antara lain antigen dinding sel (O) yang
merupakan lipopolisakarida dan bersifat spesifik grup. Antigen flagella (H) yang merupakan
komponen protein berada dalam flagella dan bersifat spesifik spesies. Antigen virulen (Vi)
merupakan polisakarida dan berada di kapsul yang melindungi seluruh permukaan sel. Antigen
ini menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum dan melindungi antigen O dari
proses fagositosis. Antigen Vi berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin.
Salmonella Typhi menghasilkan endotoksin yang merupakan bagaian terluar dari dinding sel,
terdiri dari antigen O yang sudah dilepaskan, lipopolisakarida dan lipid A. Antibodi O, H dan Vi
akan membentuk antibodi aglutinin di dalam tubuh. Sedangkan, Outer Membran Protein (OMP)
pada Salmonella Typhi merupakan bagian terluar yang terletak di luar membran sitoplasma dan
lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan sekitarnya. OMP sebagain besar
terdiri dari protein purin, berperan pada patogenesis demam tifoid dan antigen yang penting
dalam mekanisme respon imun host. OMP berfungsi sebagai barier mengendalikan masuknya zat
dan cairan ke membran sitoplasma selain itu berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan
bakteriosin.
2. Seorang anak laki – laki berusia 13 tahun datang ke UGD dengan keluhan utama mual & muntah
sejak 3 hari yang lalu, kemudian timbul demam tinggi yang memberat sejak 1 hari yang lalu.
Keluhan tersebut disertai dengan diare cair yang bersamaan dengan nyeri perut. Dari hasil
anamnesis, pasien telat menyadari bahwa susu yang dikonsumsi tersebut sudah melewati tanggal
kadaluwarsa. Dari hasil uji laboratorium ditemukan lekopeni, lekositosis, aneosinofilia,
limfopenia, peningkatan laju endap darah, anemia ringan, trombositopenia, hepatomegali,
ikterik, (ditunjukan dengan hasil bilirubin >30,6 umol/1, peningkatan SGOT/SGPT, penurunan
indeks PT). Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan laboratorium bagaimanakah tatalaksana dari
kasus tersebut?

Pilihan Ganda :
a. Diberikan antibiotik berupa chloramphenicol peroral selama 10-14 hari dengan dosis 3 gram/hari
dengan dalam 3 dosis terbagi, terapi simptomatik yaitu tindakan hidrasi adekuat pada pasien
dengan gejala diare, mempertahankan oksigenasi dan ventilasi adekuat pada pasien dengan
komplikasi pulmonal, serta pemberian analgesik dan antipiretik sesuai kebutuhan.
b. Pemberian paracetamol selama 7 hari dengan dosis 500mg
c. Diberikan antibiotik berupa chloramphenicol peroral selama 10-14 hari dengan dosis  100
mg/kg/hari dalam 3 dosis terbagi.
d. Diberikan antasida tiga kali sehari 200 mg.
e. Terapi latihan fisik dan kantung kompres hangat.

Jawaban : A
Pembahasan : Pada pasien anak, saat ini pilihan terapi demam tifoid yang umum digunakan
adalah chloramphenicol peroral selama 10-14 hari dengan dosis untuk anak berusia 1-12 tahun :
100 mg/kg/hari dalam 3 dosis terbagi sedangkan anak berusia ≥ 13 tahun, dosisnya adalah 3
gram/ hari dalam 3 dosis terbagi. Tetapi berdasarkan studi, penggunaan sefalosporin generasi
ketiga dapat menjadi alternatif pilihan terapi karena studi menunjukkan bahwa penggunaan
sefalosporin generasi ketiga seperti cefriaxone dengan dosis 75 mg/kg sehari sekali terbukti lebih
efektif sebagai terapi demam tifoid dibanding kloramfenikol pada anak. ada pasien yang
diketahui memiliki Multidrug-resistant (MDR) dan extremely drug-resistant (XDR) strains dari
hasil kultur, pilihan terapi antibiotik utama pada kasus MDR adalah sefalosporin generasi ketiga
(seperti ceftriaxone, cefotaxime, dan cefixime 2g sekali sehari selama 2 minggu) dan
azithromycin. Selain itu fluorokuinolon seperti ciprofloxacin dapat menjadi alternatif terapi.
Tingkat kegagalan terapi pada kondisi ini adalah 5% hingga 10%, dengan angka relaps hingga
3% sampai 6%. Pasien dengan infeksi salmonella resistan obat strain XDR yang diketahui
resistan terhadap sefalosforin generasi ketiga, pada kasus berat atau dengan komplikasi,
antibiotik yang menjadi pilihan utama adalah golongan carbapenem seperti meropenem. Bila
pasien belum membaik dengan pemberian carbapenem, antibiotik dapat diberikan dalam bentuk
kombinasi dua obat dengan azitromisin. Selain pemberian antibiotik, terapi simptomatik dan
terapi yang bersifat suportif juga sangat penting bagi kesembuhan pasien demam tifoid. Terapi
tersebut antara lain adalah tindakan hidrasi adekuat pada pasien dengan gejala diare,
mempertahankan oksigenasi dan ventilasi adekuat pada pasien dengan komplikasi pulmonal,
serta pemberian analgesik dan antipiretik sesuai kebutuhan. Bila terjadi komplikasi berupa
ensefalitis, pemberian kortikosteroid dapat menjadi pilihan. Dosis kortikosteroid
(dexamethasone) yang diberikan adalah 3 mg/kg dan kemudian 1 mg/kg setiap 6 jam yang
diberikan selama dua hari. Bila terjadi komplikasi berupa peritonitis maupun perforasi ileum,
Tindakan pembedahan dapat diindikasikan.
Sumber:
A, C., Hapsari, M. and Budijitno, S. (2013) ‘Perbaikan Gambaran Klinis Demam Terhadap
Terapi Antibiotik Pada Anak Dengan Demam Tifoid’, Jurnal Kedokteran Diponegoro, 2(1), p.
114224.
Fitriany, J. and Annisa, I. (2019) ‘Demam Reumatik Akut’, AVERROUS: Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan Malikussaleh, 5(2), p. 11. doi: 10.29103/averrous.v5i2.2078.
Lestari (2016) ‘Konsep Demam’, Karya Tulis Ilmiah Demam Pada Anak, pp. 8–30.
Lestari, I. D. A. M. D. and Hendrayan, M. A. (2017) ‘IDENTIFIKASI DAN DIAGNOSIS
INFEKSI BAKTERI Salmonella typhi’, Makalah, p. 32.
Palupi (2017) ‘Status Gizi Dengan Kejadian Diare’, Skripsi, pp. 1–21.
Syafiqah, N. (2016) ‘Demam Berdarah Dengue’, Buletin Jendela Epidemiologi, 2(1102005225),
p. 48.
Tifoid, D. (no date) ‘Demam Tifoid 1.Pdf’.

Anda mungkin juga menyukai