BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika, Amerika
latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO,
terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000
orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus
thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya.
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka
kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh Salmonella
Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,
cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah
tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun
tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi
atau sallmonela paratypi A, B dan C.
Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan
seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan,
susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri
salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat
menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.
Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia
kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman
menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa
mengakibatkan kebocoran usus.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Demam Tifoid dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan mengetahui asuhan
keperawatan pada klien dengan demam tifoid.
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam
mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.
tifoid
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam tifoid
b. Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai indikasi klien
C. Manfaat Penulisan
1. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid
2. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
serta
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DEMAM TIFOID
1. Pengertian
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan dan
gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat
akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat
difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng, 2002).
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala,
kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya
(Djauzi & Sundaru; 2003). Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).
2. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan
carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
3. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa
perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara
lain sebagai berikut :
Demam > 1 minggu terutama pada malam hari
Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan
suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada
pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu
berangsur-angsur turun dan kembali normal.
Nyeri kepala
Malaise
Letargi
Lidah kotor
Bibir kering pecah-pecah (regaden)
Mual, muntah
Nyeri perut
Nyeri otot
Anoreksia
Hepatomegali, splenomegali
Konstipasi, diare
Penurunan kesadaran
Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler
Epistaksis
Bradikardi
Mengigau (delirium)
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan
kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal
bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.
c.
1)
2)
3)
4)
Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil
biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah
yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif
kembali.
Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam
darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan
kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat
pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah
untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001).
2. Penatalaksanaan
a. Perawataan
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan
usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi
perdarahan.
b. Diet
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan
1) Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau
intravena, sampai 7 hari bebas panas
2) Tiamfenikol.
Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3) Kortimoksazol.
Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg
trimetoprim)
4) Ampisilin dan amoksilin.
Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
5) Sefalosporin Generasi Ketiga.
6)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
B.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama jam per-infus sekali sehari,
selama 3-5 hari
Golongan Fluorokuinolon
Norfloksasin
: dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin
: dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin
: dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin
: dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin
: dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik,
peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam
organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).
KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas klien
Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang terbanyak adalah diatas
umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya demam thypoid adalah iklim tropis social
ekonomi yang rendah sanitasi lingkungan yang kurang.
Keluhan utama
Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.
Riwayat penyakit sekarang
Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu.
Riwayat penyakit dahulu
Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga
Keluarga ada yang karier
b.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual,
muntah dan anoreksia.
c. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan
berlebih akibat muntah dan diare.
d. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi
e. Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan
kondisi anaknya
3. Intervensi Keperawatan
N
Diagnosa
o
Keperawatan
1 Peningkatan
suhu tubuh
(Hipertermi)
berhubungan
dengan proses
infeksi
Salmonella
Typhi.
Resiko
pemenuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang tidak
adekuat, mual,
muntah dan
anoreksia.
Tujuan
Intervensi
Tujuan :
Observasi tandaSetelah
tanda vital
diberikan
tindakan
keperawatan
selama 3 x
24 jam, suhu
tubuh normal.
Rasional
Tanda-tanda vital
berubah sesuai tingkat
perkembangan penyakit
dan menjadi indikator
untuk melakukan
intervensi selanjutnya
Pemberian kompres
dapat menyebabkan
Beri kompres pada
peralihan panas secara
Kriteria hasil : daerah dahi
konduksi dan membantu
TTV dalam
tubuh untuk
batas normal
menyesuaikan terhadap
TD : 80panas
120/60-80
Peningkatan suhu tubuh
mmhg
mengakibatkan
N : 120-140
penguapan sehingga
x/i (bayi), 100 Anjurkan untuk
perlu diimbangi dengan
120 (anak)
asupan cairan yang
S : 36,5-370C banyak minum air
putih
banyak
P : 30-60 x/i
Mempercepat proses
(bayi), 15-30
penyembuhan,
x/i (anak)
menurunkan demam.
Pemberian antibiotik
menghambat
pertumbuhan dan proses
Kolaborasi
infeksi dari bakteri
pemberian
antiviretik,
antibiotik
Tujuan :
Kaji kemampuan Untuk mengetahui
Setelah
makan klien
perubahan nutrisi klien
dilakukan
dan sebagai indikator
tindakan
intervensi selanjutnya
keperawatan Berikan makanan Memenuhi kebutuhan
selama 3 x 24
nutrisi dengan
dalam porsi kecil
jam
meminimalkan rasa
tapi sering
kekurangan
mual dan muntah
Memenuhi
kebutuhan
nutrisi tidak
nutrisi adekuat
terjadi.
Beri nutrisi dengan
diet lunak, tinggi
Resiko defisit
volume cairan
berhubungan
dengan intake
yang tidak
adekuat,
kehilangan
cairan berlebih
akibat muntah
dan diare.
Tujuan :
Kaji tanda dan gejala
Hipotensi, takikardia,
Setelah
dehidrasi
demam dapat
dilakukan
hypovolemik,
menunjukkan respon
tindakan
riwayat muntah,
terhadap dan atau efek
keperawatan
kehausan dan turgor dari kehilangan cairan
selama 3x24
Agar segera dilakukan
kulit
jam, tidak
tindakan/ penanganan
Observasi adanya
terjadi defisit
jika terjadi syok
tanda-tanda syok,
volume cairan tekanan darah
Gangguan pola
eliminasi BAB
berhubungan
dengan
konstipasi
Tujuan :
Kaji pola eliminasi Sebagai data dasar
Setelah
klien
gangguan yang dialami,
dilakukan
memudahkan intervensi
tindakan
selanjutnya
keperawatan
Penurunan menunjukkan
selama 3 x 24
adanya obstruksi statis
jam, pola
eliminasi
kembali
normal.
Auskultasi bising
usus
akibat inflamasi,
penumpukan fekalit
Berhubungan dengan
distensi gas
Indikator kembalinya
Kriteria hasil :
fungsi GI,
Klien
mengidentifikasi
melaporkan Selidiki keluhan
ketepatan intervensi
BAB lancar
nyeri abdomen
Konsistensi
Observasi gerakan
lunak
Mengatasi konstipasi
usus, perhatikan
yang terjadi
warna, konsistensi,
dan jumlah feses
Anjurkan makan
makanan lunak,
Mungkin perlu untuk
buah-buahan yang
merangsang peristaltik
merangsang BAB
dengan perlahan
Kolaborasi. Berikan
pelunak feses,
supositoria sesuai
indikasi
5
Ansietas
berhubungan
dengan proses
hospitalisasi,
kurang
pengetahuan
tentang penyakit
dan kondisi
anaknya
Tujuan :
Kaji tingkat
Untuk mengeksplorasi
Setelah
kecemasan yang
rasa cemas yang dialami
dilakukan
dialami orang tua
oleh orang tua klien
tindakan
Meningkatkan
klien
keperawatan
pengetahuan orang tua
selama 3 x 24 Beri penjelasan pada klien tentang penyakit
jam,
anaknya
orang tua klien
kecemasan
tentang penyakit
Mendengarkan keluhan
teratasi
anaknya
orang tua agar merasa
Beri kesempatan
Kriteria hasil : pada orang tua klien lega dan merasa
Ekspresi
diperhatikan sehingga
untuk mengungkap
tenang
beban yang dirasakan
kan perasaan nya
Orang tua
berkurang
klien tidak
Keterlibatan orang tua
Libatkan orang tua
sering
dalam perawatan
klien dalam rencana
bertanya
anaknya dapat
keperawatan
tentang
mengurangi kecemasan
terhadap anaknya
kondisi
anaknya
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama
: An. D
Tempat/Tanggal Lahir : Mandailing/04 September 2008
Nama Ayah/ibu
: Tn. N/Ny. I
Pekerjaan Ayah
: TNI-AD
Pekerjaan Ibu
: IRT
Alamat
: Asrama 122, Dolok Masihule
Suku
: Mandailing
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
2. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan tidak membaik
dengan obat penurun panas yang telah diberikan.
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal
Ibu klien mengatakan tidak ada masalah selama kehamilan An. D, ibu klien memeriksakan
kandungannya ke bidan setempat dan dokter kandungan.
b. Natal
Ibu klien mengatakan kelahiran An. D secara normal dan dibantu oleh bidan setempat dengan
BB An. D adalah 2.8 Kg dan An. D tidak mengalami masalah.
c.
Postnatal
Ibu klien mengatakan tidak ada mengalami pendarahan hebat ataupun masalah lainnya setelah
kelahiran An. D
5. Riwayat Keluarga
Genogram :
6. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh
Ny. I dan Tn. N
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Terjalin baik, An. D sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan kedua orang tuanya.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu klien mengatakan An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar rumahnya
d. Pembawaan secara umum
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang yang sudah
dikenalnya.
e.
Lingkungan rumah
Ibu klien mengatakan bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi rumah bersih,
menyatu antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga terjalin dengan sangat baik.
7. Kebutuhan Dasar
a. Makanan
1) Makanan yang disukai/ tidak disukai
Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel,
dan jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai telur dan buah apel, sedangkan ikan, pisang,
pepaya An. D kurang suka.
2) Selera
Ibu klien mengatakan bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan kecap saja sudah
cukup.
3) Alat makan yang dipakai
Piring, sendok, dan cangkir.
4) Pola makan/jam
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan dihabiskan. Selama sakit
makan 3x/hari itupun tidak dihabiskan.
b. Pola tidur
1) Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur)
Ibu klien mengatakan bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada, terkadang ibu klien harus
mengelus-elus punggung An. D karena sakit.
2) Tidur siang
Ibu klien mengatakan bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih banyak dihabiskan
untuk bermain.
c. Mandi
Ibu klien mengatakan bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi kesekolah, dan sore
hari, sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi.
d. Aktivitas bermain
Ibu klien mengatakan bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung bermain bersama
teman-teman di sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di tempat tidur.
e. Eliminasi
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan BAK tidak tentu,
sedangkan selama 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BAB, dan BAK 4
x/hari selama di rawat.
8. Keadaan Kesehatan Saat Ini
a. Diagnosa medis
: Susp. Typhoid Fever
b. Tindakan operasi
: Tidak ada
c.
d.
e.
f.
Status cairan
: Ringer Laktat
Status nutrisi
: Diet M2 TKTP
Obat-obatan
:
Cotrimoxazole 2 x cth I
PCT 3 x1 tab
Lactulosa 3 x cth I
Aktivitas
: An. D terbaring lemah di tempat tidur, aktivitas
dibantu dan klien terpasang infus di kaki kanan.
g. Tindakan keperawatan
:
- Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital
- Menganjurkan orang tua klien melakukan kompres hangat
- Menjelaskan pentingnya memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat
- Menganjurkan An. D untuk banyak istirahat selama fase akut
h. Hasil lab
:
Tanggal 28 April 2013
- Haemoglobin
: 15.6 g/dl
- Hematokrit
: 46,9 %
- Leukosit
: 9.800/ml
- Trombosit
: 189.000/ml
- LED
: 5 mm
- Widal
:
O
: 1/80 1/80 1/40 1/80
H
: 1/40 1/40 1/80 1/80
i. Foto roentgen
: Tidak ada
j. Lain-lain
: Tidak ada
9.
a.
b.
c.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
TB/BB
Lingkar kepala
d. Kepala
Tulang kepala normosefalik, rambut hitam, kulit kepala bersih, tekstur lembut, distribusi rapat,
dan kuat, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas.
e. Mata
Ketajaman penglihatan baik, sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah muda, ptosis
(-), refleks cahaya (+ 2), pupil isokor.
f. Leher
Trakea tepat berada di garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-), refleks menelan (+).
g. Telinga
Ketajaman terhadap suara (+), tidak ada serumen, cairan (-), simetris antara d/s, kelainan bentuk
(-)
h. Hidung
Septum digaris tengah, pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih, dan tidak ada nyeri
tekan.
i. Mulut
Bibir kering, caries gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, otot maseter (+), gerakan lidah baik.
j. Dada
Thorak simetris, ekspansi dada baik, vibrasi dinding dada sama, puting (+2), deformitas (-),
fraktur iga (-), nyeri tekan (-).
k. Paru- paru
Suara napas vesikuler, RR : 32 x/i, bunyi paru resonan
l.
Jantung
Bunyi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, HR : 130 x/i.
m. Perut
n.
o.
p.
1)
a.
Umbilikus simetris, acites (-), suepel (+), nyeri tekan (-), peristaltik usus (+) 8 x/i, tekstur kulit
lembut dan elastis (< 2 detik)
Punggung
Massa (-), luka (-), nyeri tekan (-)
Genetalia
Bentuk normal, skrotum (+), meatus uretra (+), testis (+2), nyeri tekan (-)
Ektremitas
Ekstremitas atas
: Edema (-), ekstremitas hangat, luka (-), terdapat bekas pemasangan infus
(dekstra), jari lengkap, kekuatan otot (+)
Ekstremitas bawah
: Tidak ada varises, nyeri tekan (-), kekuatan otot (+)
5
4
q.
a.
b.
c.
d.
Tanda vital
RR
HR
TD
Temp
4
: 32 x/menit
: 130 x/menit
: 85/60 mmHg
: 38,1 0C
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.
Gangguan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan konstipasi
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tirah baring
ANALISA DATA
No
Data
1 Ds :
Ibu klien mengatakan demam selama
5 hari demam bersifat naik turun, ibu
klien mengatakan sudah memberi obat
penurun panas tetapi tidak membaik
Do :
Teraba panas
An.D rewel
T : 38.1 0c
RR : 32 x/i
HR : 120 x/i
Pct 3x1 tab
Etiologi
Masalah
Invasi bakteri
salmonela typhi melalui
makanan atau minuman
Peningkatan
suhu tubuh
(hipertermi)
Terjadi peradangan
pada saluran cerna
Dilepaskannya zat
pirogen oleh leukosit
pada jaringan yang
meradang
Demam tipoid
Terjadi peradangan
pada saluran cerna
Gangguan pola
eliminasi (BAB)
Penurunan kerja
motilitas usus
Konstipasi
Gangguan pola
eliminasi (BAB)
3 Ds :
Ibu klien mengatakan badan anaknya
lemas
Do :
k/u : lemah
Intoleransi
aktivitas
Penurunan sistem
metabolisme tubuh
Kelemahan fisik
Imobilisasi
Intoleransi aktivitas
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Keperawata
n
Peningkatan
suhu tubuh
(hipertermi)
b/d proses
infeksi
Salmonella
Typhi
Tujuan
Setelah
1.
dilakukan
2.
asuhan
keperawatan
selama 1 x 12
jam,
diharapkan 3.
suhu klien
menurun.
4.
Ukur tanda-tanda 1.
vital setiap 2/4 jam
Observasi membran
2.
mukosa bibir,
pengisian kapiler dan
turgor kulit
Anjurkan untuk
minum 2-2,5
3.
L/menit
Anjurkan kompres
hangat pada dahi,
4.
ketiak, dan lipat paha
Gangguan
pola eliminasi
(BAB) b/d
konstipasi
Setelah
1.
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 1 x 122.
jam,
diharapkan
pola eliminasi
klien kembali3.
normal.
Intoleransi
aktivitas b/d
kelemahan
fisik, tirah
baring
Setelah
1.
dilakukan
asuhan
keperawatan 2.
selama 1 x 12
jam,
diharapkan 3.
klien dapat
melakukan
4.
aktivitas
secara
bertahap.
5.
Untuk menurunkan
metabolisme tubuh dan
mencegah iritasi usus
Untuk mengurangi
peristaltik usus sehingga
mencegah iritasi usus
aktivitas
D. IMPLEMENTASI
N
o
1
Hari
/Tgl
S
E
L
A
S
A
30
A
P
R
I
L
2013
Diagnosa
Keperawatan
Peningkatan
suhu tubuh
(hipertermi)
b/d proses
infeksi
Salmonella
Typhi
Implementasi
Evaluasi
Teraba
panas di dahi
dahi, ketiak, dan lipat paha
0
H : Ibu melakukan kompres hangat T : 38 C, RR : 130 x/i,
di dahi
HR : 30 x/i
R : Ny. I mengambil handuk kecil Kompres (+)
dan air hangat dan melakukan
Minum (+)
kompres hangat
Terbaring di tempat tidur
Bibir lembab
5. Menjelaskan kepada ibu klien
Memakai baju tipis dan
tentang pentingnya tirah
menyerap keringat
baring/pembatasan aktivitas selama Abdomen : suepel
fase akut
Paracetamol
H : Ibu memahami manfaat tirah IVFD RL 30 gtt/i
baring selama fase akut (demam)
R : Ibu dan An. D memperhatikan
A:
penjelasan yang diberikan
Masalah peningkatan
suhu tubuh teratasi
6. Menjelaskan kepada Ibu klien
sebagian
tentang pentingnya menggunakan
pakaian yang tipis dan menyerap
P : Intervensi
keringat bagi An. D
dilanjutkan :
H : Baju An. D tipis dan menyerap Kaji TTV
keringat
Anjurkan banyak minum
R : Ibu sudah memahami
Anjurkan untuk kompres
pentingnya pakaian tipis dan
hangat
menyerap keringat bagi An. D
Kolaborasi dalam
pemberian terapi
7. Berkolaborasi dalam pemberian
terapi sesuai indikasi
H:
IVFD RL 30 gtt/i
Cotrimoxazole 2 x cth II
Paracetamol 3 x 1 tab
R : An. D mau meminum obat yang
telah diberikan dan tidak ada tandatanda alergi
8. Melihat hasil pemeriksaan darah
dan feses
H:
Hb : 15,6 g/dl
Ht : 46,9 %
Leu : 9.103/ml
Tromb : 189. 103/ml
LED : 5 mm
Widal :
O : 1/80 1/80 1/40 1/80
H : 1/40 1/40 1/80 1/80
9. Mengamati adanya peningkatan
suhu terus menerus, distensi
abdomen, dan nyeri abdomen
H : Suhu masih 38,1 0C, distensi
abdomen (-), suepel (+)
R : An. D mengatakan tidak
merasakan sakit dibagian perut
Gangguan pola1.
eliminasi
(BAB) b/d
konstipasi
2.
3.
4.
5.
P : Intervensi
4. Membantu klien melakukan
dilanjutkan :
aktivitas sesuai kebutuhan
Kaji tingkat toleransi
H : Membantu An. D duduk
klien terhadap aktivitas
R : An. D mengatakan senang bisa Bantu melakukan
duduk
aktivitas sehari-hari
sesuai kebutuhan
5. Melibatkan keluarga dalam
Anjurkan untuk tiraj
pemenuhan kebutuhan aktivitas
baring selama fase akut
sehari-hari
Libatkan keluarga dalam
H : Ibu klien bekerja sama dengan
pemenuhan kebutuhan
baik
aktivitas sehari-hari
R : Ibu klien mengatakan mau
membantu perawat
6. Memberikan kesempatan pada
klien melakukan aktivitas sesuai
indikasi
H : Bermain handphone
R : An. D senang bermain bola di
HP
1
R
A
B
U
O1
M
E
I
2013
Peningkatan
suhu tubuh
(hipertermi)
b/d proses
infeksi
Salmonella
Typhi
P : Intervensi
dihentikan.
Gangguan pola1.
eliminasi
(BAB) b/d
konstipasi
A:
Masalah pola eliminasi
teratasi
P : Intervensi dihentikan
sehari-hari
H : Makan dibantu, kencing
dibantu, dan duduk mandiri
R : Ibu klien mengatakan aktivitas
anaknya masih harus dibantu
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran.
Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella
typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi.
Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet
dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang
belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari
makanan pedas.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya
makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Djauzi & Sundaru. 2003. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC
Soegeng, S. 2005. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa dan Penatalaksanaan. Jakarta : Salemba
Medika
Suryadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Agung Setia
Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC