D
DI RUANG BENGKIRAI RSUD BERIMAN
TAHUN 2022
NIM : N2112299
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka kematian
20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh Salmonella Parathypi A. Demam
tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi
secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin.
Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa.
Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.
Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan seseorang
yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat
susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan
kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam
penyebaran penyakit typhus.
Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia kedokteran
disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus,
maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam tifoid serta mengimplementasikan
asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam tifoid
b. Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai indikasi klien
C. Manfaat Penulisan
1. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid
2. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber
penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah
orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air
kemih selama lebih dari 1 tahun.
3. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa perjalanan
yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai berikut :
Demam > 1 minggu terutama pada malam hari
Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh
berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu
kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali
normal.
Nyeri kepala
Malaise
Letargi
Lidah kotor
Bibir kering pecah-pecah (regaden)
Mual, muntah
Nyeri perut
Nyeri otot
Anoreksia
Hepatomegali, splenomegali
Konstipasi, diare
Penurunan kesadaran
Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler
Epistaksis
Bradikardi
Mengigau (delirium)
4. Patofisiologi
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus
demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-
kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu
pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah
sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak
menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung
dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan
oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah
pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang
pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah
klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman
dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang
spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang
yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang
sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa,
makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001).
2. Penatalaksanaan
a. Perawataan
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi
perdarahan.
b. Diet
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan
1) Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena,
sampai 7 hari bebas panas
2) Tiamfenikol.
Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3) Kortimoksazol.
Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)
4) Ampisilin dan amoksilin.
Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
5) Sefalosporin Generasi Ketiga.
Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-
5 hari
6) Golongan Fluorokuinolon
a) Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
b) Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
c) Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
d) Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
e) Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
f) Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis
atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur
darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang terbanyak adalah diatas umur
lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya demam thypoid adalah iklim tropis social ekonomi yang
rendah sanitasi lingkungan yang kurang.
c. Keluhan utama
Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.
d. Riwayat penyakit sekarang
Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu.
e. Riwayat penyakit dahulu
Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.
f. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga ada yang karier
2. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypi.
b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan
anoreksia.
c. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan
berlebih akibat muntah dan diare.
d. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi
e. Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi
anaknya
1. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Peningkatan suhu Tujuan : Observasi tanda-tanda Tanda-tanda vital berubah
tubuh Setelah vital sesuai tingkat
(Hipertermi) diberikan perkembangan penyakit
berhubungan tindakan dan menjadi indikator
dengan proses keperawatan untuk melakukan
infeksi selama 3 x intervensi selanjutnya
Salmonella Typhi. 24 jam, suhu Pemberian kompres dapat
tubuh normal. menyebabkan peralihan
Beri kompres pada panas secara konduksi dan
Kriteria hasil : daerah dahi membantu tubuh untuk
TTV dalam menyesuaikan terhadap
batas normal panas
TD : 80- Peningkatan suhu tubuh
120/60-80 mengakibatkan penguapan
mmhg sehingga perlu diimbangi
N : 120-140 dengan asupan cairan yang
x/i (bayi), 100- Anjurkan untuk banyak banyak
120 (anak) minum air putih Mempercepat proses
S : 36,5-370C penyembuhan,
P : 30-60 x/i menurunkan demam.
(bayi), 15-30 x/i Pemberian antibiotik
(anak) menghambat pertumbuhan
dan proses infeksi dari
bakteri
Kolaborasi pemberian
antiviretik, antibiotik
2 Resiko Tujuan : Kaji kemampuan Untuk mengetahui
pemenuhan nutrisi Setelah makan klien perubahan nutrisi klien
kurang dari dilakukan dan sebagai indikator
kebutuhan tubuh tindakan intervensi selanjutnya
berhubungan keperawatan Berikan makanan Memenuhi kebutuhan
dengan intake selama 3 x 24 dalam porsi kecil tapi nutrisi dengan
yang tidak jam kekurangan sering meminimalkan rasa mual
adekuat, mual, nutrisi tidak dan muntah
muntah dan terjadi. Memenuhi kebutuhan
anoreksia. Beri nutrisi dengan diet nutrisi adekuat
Kriteria hasil : lunak, tinggi kalori
Nafsu makan tinggi protein
meningkat, Anjurkan kepada orang
Menambah selera makan
Tidak ada tua klien/keluarga dan dapat menambah
keluhan untuk memberikan asupan nutrisi yang
anoreksia,
nausea, makanan yang disukai dibutuhkan klien
Porsi makan Anjurkan kepada orang
dihabiskan tua klien/keluarga
untuk menghindari
makanan yang dapat meningkatkan asam
mengandung lambung yang dapat
gas/asam, pedas memicu mual dan muntah
Kolaborasi. Berikan dan menurunkan asupan
antiemetik, antasida nutrisi
sesuai indikasi
Mengatasi mual/muntah,
menurunkan asam
lambung yang dapat
memicu mual/muntah
3 Resiko defisit Tujuan : Kaji tanda dan gejala Hipotensi, takikardia,
volume cairan Setelah dehidrasi demam dapat
berhubungan dilakukan hypovolemik, riwayat menunjukkan respon
dengan intake tindakan muntah, kehausan dan terhadap dan atau efek dari
yang tidak keperawatan turgor kulit kehilangan cairan
adekuat, selama 3x24 Observasi adanya Agar segera dilakukan
kehilangan cairan jam, tidak terjadi tanda-tanda syok, tindakan/ penanganan jika
berlebih akibat defisit volume tekanan darah terjadi syok
muntah dan diare. cairan menurun, nadi cepat
dan lemah
Kriteria hasil : Berikan cairan peroral Cairan peroral akan
Tidak terjadi pada klien sesuai membantu memenuhi
tanda-tanda kebutuhan kebutuhan cairan
dehidrasi, Anjurkan kepada orang
Asupan cairan secara
Keseimbanga tua klien untuk adekuat sangat diperlukan
n intake dan mempertahankan untuk menambah volume
output dengan asupan cairan secara cairan tubuh
urine normal dekuat Pemberian intravena sangat
dalam Kolaborasi pemberian penting bagi klien untuk
konsentrasi cairan intravena memenuhi kebutuhan
jumlah cairan
Anjurkan makan
makanan lunak, buah-
buahan yang
merangsang BAB Mungkin perlu untuk
Kolaborasi. Berikan merangsang peristaltik
pelunak feses, dengan perlahan
supositoria sesuai
indikasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An. D
Tempat/Tanggal Lahir : Mandailing 1 januari 2012
Nama Ayah/ibu : Tn. N/Ny. I
Pekerjaan Ayah : TNI-AD
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat :
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
2. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan tidak membaik dengan
obat penurun panas yang telah diberikan.
1. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh
Ny. I dan Tn. N
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Terjalin baik, An. D sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan kedua orang tuanya.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu klien mengatakan An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar rumahnya
d. Pembawaan secara umum
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang yang sudah dikenalnya.
e. Lingkungan rumah
Ibu klien mengatakan bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi rumah bersih, menyatu
antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga terjalin dengan sangat baik.
2. Kebutuhan Dasar
a. Makanan
1) Makanan yang disukai/ tidak disukai
Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan
jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai telur dan buah apel, sedangkan ikan, pisang, pepaya An. D
kurang suka.
2) Selera
Ibu klien mengatakan bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan kecap saja sudah cukup.
3) Alat makan yang dipakai
Piring, sendok, dan cangkir.
4) Pola makan/jam
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan dihabiskan. Selama sakit makan
3x/hari itupun tidak dihabiskan.
b. Pola tidur
1) Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur)
Ibu klien mengatakan bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada, terkadang ibu klien harus
mengelus-elus punggung An. D karena sakit.
2) Tidur siang
Ibu klien mengatakan bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih banyak dihabiskan untuk
bermain.
c. Mandi
Ibu klien mengatakan bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi kesekolah, dan sore hari,
sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi.
d. Aktivitas bermain
Ibu klien mengatakan bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung bermain bersama teman-teman
di sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di tempat tidur.
e. Eliminasi
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan BAK tidak tentu,
sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BAB, dan BAK ± 4 x/hari
selama di rawat.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah, tingkat kesadaran : Composmentis
b. TB/BB : 118 cm, 27 Kg
c. Lingkar kepala : 49 cm
d. Kepala
Tulang kepala normosefalik, rambut hitam, kulit kepala bersih, tekstur lembut, distribusi rapat, dan kuat,
tidak teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas.
e. Mata
Ketajaman penglihatan baik, sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah muda, ptosis (-),
refleks cahaya (+ 2), pupil isokor.
f. Leher
Trakea tepat berada di garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-), refleks menelan (+).
g. Telinga
Ketajaman terhadap suara (+), tidak ada serumen, cairan (-), simetris antara d/s, kelainan bentuk (-)
h. Hidung
Septum digaris tengah, pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih, dan tidak ada nyeri
tekan.
i. Mulut
Bibir kering, caries gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, otot maseter (+), gerakan lidah baik.
j. Dada
Thorak simetris, ekspansi dada baik, vibrasi dinding dada sama, puting (+2), deformitas (-), fraktur iga
(-), nyeri tekan (-).
k. Paru- paru
Suara napas vesikuler, RR : 32 x/i, bunyi paru resonan
l. Jantung
Bunyi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, HR : 130 x/i.
m. Perut
Umbilikus simetris, acites (-), suepel (+), nyeri tekan (-), peristaltik usus (+) 8 x/i, tekstur kulit lembut dan
elastis (< 2 detik)
n. Punggung
Massa (-), luka (-), nyeri tekan (-)
o. Genetalia
Bentuk normal, skrotum (+), meatus uretra (+), testis (+2), nyeri tekan (-)
p. Ektremitas
1) Ekstremitas atas : Edema (-), ekstremitas hangat, luka (-), terdapat bekas pemasangan infus
(dekstra), jari lengkap, kekuatan otot (+)
a. Ekstremitas bawah : Tidak ada varises, nyeri tekan (-), kekuatan otot (+)
q. Tanda vital
a. RR : 32 x/menit
b. HR : 130 x/menit
c. TD : 85/60 mmHg
d. Temp : 38,1 0C
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboraturium (terlampir dihalaman 39)
8. Masalah Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh
b. Gangguan pola eliminasi
c. Intoleransi aktivitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.
2. Gangguan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan konstipasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tirah baring
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
Do :
Teraba panas
An.D rewel Terjadi peradangan pada
T : 38.1 0c saluran cerna
RR : 32 x/i
HR : 120 x/i
Pct 3x1 tab
Dilepaskannya zat
pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang
Demam tipoid
Peningkatan suhu tubuh
(hipertermi)
Kelemahan fisik
Imobilisasi
Intoleransi aktivitas
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
2 Gangguan pola Setelah 1. Kaji pola eliminasi 1. Sebagai data dasar gangguan
eliminasi dilakukan klien yang dialami memudahkan
(BAB) b/d asuhan intervensi selanjutnya
konstipasi keperawatan 2. Penurunan menunjukkan
selama 1 x 12 2. Asukultasi bunyi usus adanya obstruksi statis akibat
jam, inflamasi, penumpukan fekalit
diharapkan 3. Menandakan adanya gas di
pola eliminasi perut sehingga mengakibatkan
klien kembali 3. Kaji adanya keluhan terjadinya distensi abdomen
normal. nyeri abdomen 4. Makanan lunak serta buah-
buahan yang kaya akan serat
KH : dapat mengatasi konstipasi
1. BAB 1 x/hari4. Anjurkan makan-
2. Konstipasi makanan yang lunak, 5. Dapat merangsang peristaltik
lunak buah-buahan yang usus secara perlahan sehingga
3. Warna feces merangsang BAB masalah konstipasi teratasi
kuning 5. Kolaborasi dalam
4. Tidak pemberian terapi sesuai
berlendir indikasi
D. IMPLEMENTASI
N Diagnosa
Hari/Tgl Implementasi Evaluasi
o Keperawatan
1
S Peningkatan 1. Mengukur tanda-tanda vital An. D S:
E suhu tubuh H: Ibu klien mengatakan
L (hipertermi) b/d T : 38,1 C 0
badan anaknya masih
A proses infeksi RR : 28 x/i panas, walaupun sudah
S Salmonella HR : 128 x/i dikompres
A Typhi R : An. D rewel (menangis), dan tidak Ibu mengatakan An. D
tenang sudah diberikan banyak
30 minum
A 2. Mengamati membran mukosa bibir, Ibu klien mengatakan
P pengisian kapiler dan turgor kulit pada bahwa An. D tidak banyak
R berakivitas hanya
I An. D berbaring di tempat tidur
L H: Ibu klien mengatakan
2013 Bibir kering sudah memberikan
CRT & turgor kulit < 2 detik pakaian yang tipis dan
menyerap keringat
3. Menganjurkan An. D untuk banyak Ibu klien mengatakan
minum ± 2-2,5 L/hari sudah memberikan obat
H : Minum (+) penurun panas yang
R : An. D tidak sulit minum diberikan
O:
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan Teraba panas di dahi
kompres hangat pada dahi, ketiak, dan T : 38 C, RR : 130 x/i,
0
P : Intervensi dihentikan.
P : Intervensi dihentikan
P : Intervensi dihentikan
oleh mahasiswa. Terapi
pengobatan dilanjutkan
oleh pegawai ruangan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala
demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang
menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C
penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet dan
khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum
dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.
A. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya makalah ini,
diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik
DAFTAR PUSTAKA