Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TYPHOID

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI

DIRUANG DAHLIA 2 ANAK RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

Dosen Pembimbing : Agustina Gultom S.Kp,Ns,M.Kes

Disusun oleh ;

Nama : Indira Aurellia

NIM : P07520121100

Kelas : II C

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES MEDAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


Laporan Pendahuluan

A. Definisi Demam Typhoid

Rahayuningsih (2013) menyatakan Demam typhoid adalah penyakit infeksi sistemik


yang disebabkan oleh infeksi salmonella thypi. Organisme ini masuk melalui makanan minuman
yang sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terkontaminasi kuman
salmonella.

Sedangkan menurut Wijayaningsih (2013) Demam typoid atau typus abdominalis


merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih
disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

Suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi atau
salmonella paratyphi A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan, dan
minuman yang terkontaminasi (Wulandari, 2016).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam typhoid


merupakan suatu infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi atau
salmonella paratyphi A, B dan C yang dapat menular melalui makanan, dan minuman yang
terkontaminasi.

B. Etiologi Demam Typhoid

Demam typhoid disebabkan oleh infeksi kuman salmonella typhi yang merupakan
kuman negatif, motil, dan tidak menghasilkan spora , hidup baik sekali pada suhu manusia
maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 70º C dan antiseptik. salmonella
typhi mempunyai tiga macam antigen yaitu:

1) Antigen O : Ohne Hauch, yaitu somatik antigen (tidak menyebar)

2) Antigen H : Hauch (menyebar) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil.

3) Antigen V : Kapsul , merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O
antigen terhadap fagositosis.

Salmonella paratyphi terdiri dari tiga jenis yaitu A, B, dan C. Ada dua sumber penularan
salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carrier. Carrier adalah
orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengeksresi salmonella typhi dalam
tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun (Wulandari dan Erawati, 2016).

C. Manifestasi Klinik

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah empat hari,
jika infeksi terjadi melalui makanan.
Sedangkan, infeksi mealui minuman masa tunas terlama berlangsung 30 hari. Selama
masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat, yang kemudian disusul dengan gejala-gejala klinis
(Wulandari & Erawati, 2016).

1. Minggu Pertama

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari dengan keluhan
dan gejala nyeri otot, anoreksia, mual muntah, bising usus melemah, konstipasi, diare dan
perasaan tidak enak diperut.

2. Minggu Kedua

Pada minggu kedua gejala sudah jelas dapat berupa demam, lidah yang khas putih dan
kotor, bibir kering, hepatomegali, splenomegali disertai nyeri pada perabaan dan penurunan
kesadaran.

3. Minggu Ketiga

Suhu badan berangsur - angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

D. Patofisiologi

Kuman Salmonella typhi masuk ke tubuh manusia yang sehat melalui mulut kemudian
kuman masuk kedalam lambung, sebagian kuman akan di musnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus.

Kuman Salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan ditelan oleh sel-
sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang di dalam lamina propia.
Sebagian dari Salmonella typhi ada yang dapat masuk ke usus halus mengadakan invaginasi
ke jaringan limfoid usus halus dan jaringan limfoid mesenterika. Kemudian Salmonella typhi
masuk melalui folikel limpa ke saluran limpatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi
bakterimia. Bakterimia pertamatam menyerang sistem retikulo endothelial (RES) yaitu : hati,
limpa, dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain
sistem saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa (Muttaqin, 2013).

Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal, tetapi kadang bagian lain usus halus
dan kolon proksimal juga dihinggapi. Pada mulanya, plak Peyer penuh dengan fagosit,
membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrate atau hyperplasia di mukosa usus. Pada
akhirnya minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini lebih besar di ileum dari
pada di kolon sesuai dengan ukuran plak Peyer yang ada di sana. Kebanyakan tungkaknya
dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan perdarahan. Perforasi terjadi pada
tukak yang menembus serosa. Setealah penderita sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa
meninggalkan jaringan parut dan fibrosa (Muttaqin, 2013).
Masuknya kuman ke dalam intestinal terjadi pada minggu pertama dengan tanda dan
gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan akan menurun
menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini disebut demam intermiten (suhu yang
tinggi, naik turun, dan turunnya dapat mencapai normal. Di samping peningkatan suhu tubuh,
juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan motilitas suhu, namun hal ini tidak selalu
terjadi dan dapat pula terjadi sebaliknya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal,
kemudian masuk kesirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi
dan tanda-tanda infeksi pada RES seperti nyeri perut kanan atas, splenomegaly, dan
hepatomegaly (Muttaqin, 2013).

E. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada klien dengan Demam typhoid menurut (Padila,2013) adalah
pemriksaan laboraturium yang terdiri dari:

a) Pemeriksaan Darah Untuk mengidentifikasi adanya anemia karena asupan makanan


yang terbatas malaborpsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum, dan
penghancuran sel darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah
leukosit antara 3000-4000/mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh
penghancuran leukosit oleh endotoksin aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari darah
tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama.
Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan endotoksin. Laju
endap darah meningkat.
b) Pemeriksaan Urine Didapatkan proteinuria ringan <2 gr/liter) juga didapatkan
peningkatan leukosit dalam urine.
c) Pemeriksaan Feses
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan
perforasi.
d) Pemeriksaan Bakteriologi
Untuk identifikasi adanya kuman salmonella typhi pada biakan darah tinja, urine, cairan
empedu, atau sumsum tulang.
e) Pemeriksaan Serologis
Untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Respon
antibodi yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella typhi adalah antibodi O
dan H. Titer widal biasanya angkat kelipatan 1:32, 1:64, 1:160, 1:320, 1:640. Apabila titer
antibodi O pada satu kali pemeriksaan adalah 1:320 atau 1:640, langsung dinyatakan
positif. Apabila peningkatan uji widal empat kali lipat selama 2-3 minggu, dinyatakan
positif. Apabila titer widal 1:160, masih dilihat dahulu dalam 1 minggu kedepan, apabila
ada kenaikan titer maka dinyatakan positif.
f) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat
demam typhoid.
F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit typhoid menurut ( Wulandari dan Erawati,2016) dibagi menjadi


tiga yaitu:

1) Istirahat dan perawatan


Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah komplikasi.
Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian dan
perlengkapan yang dipakai. Posisi perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan
pneumonia ortostatik serta hygiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
2) Diet dan terapi penunjang
Diet meurpakan hal yang cukup penting karena makanan yang kurang akan
menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses
penyembuhan akan menjadi lama. Penderita typhoid diberi bubur saring, kemudian
ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberi nasi, perubahan diet tersebut
disesuaikan dengan tingkat kesembuhan penderita. Pemberian bubur saring
tersebut bertujuan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau
perforasi usus. Tetapi, beberapa peneliti menunjukan bahwa pemberian makanan
padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (menghindari sementara
sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada penderita demam
typhoid.
3) Pemberian antibiotik
a) Antimikroba
(1) Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/IV
(2) Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral
(3) Kortimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametokazol 400 mg +
trimetoprim 80 mg atau dosis yang sama IV dilarutkan dalam 250 ml cairan infus)
(4) Ampisilin atau amoksilin 100 mg/kg BB sehari oral/IV dibagi dalam 3 atau 4
dosis.
(5) Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.
b) Antipiretik seperlunya.
c) Vitamin B kompleks dan Vitamin C (Wulandari, 2016)

Konsep Asuhan Keperawatan Demam Typhoid


1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran: apatis sampaisomnolen, dan
gangguan saluran pencernaan seperti perutkembung atau tegang dan
nyeri pada perabaan, mulut bau,konstipasi atau diare, tinja berdarah atau
dengan tanpa lendir,anoreksia, dan muntah.
2) Riwayat kesehatan lingkungan.
3) Imunisasi
4) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
5) Nutrisi
c. Pemeriksaan fisik
1) Sistem kardiovaskuler
2). Sistem pencernaan
3). Sistem pernapasan
4). Sistem genitorius
5). Sistem saraf
6). Sistem lokomotor/musculoskeletal
7). Sistem endoktrin
8). Integumen
d. Pemeriksaan diagnostik dan hasil:
1. Jumlah leukosit normal/leukopenia/leukositosis
2. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT, dan fostfatalkali meningkat
3. Minggu pertama biarkan S.Typhi positif, dalam minggu berikutnya menurun
4. Biarkan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga
5. Kenaikan titel reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulung memastikan
diagnosis. Pada reaksi widal titer aglutinin O dan H meningkat sejak minggu kedua.
Titer reaksi widal diatas 1:200 menyokong diagnosis
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan (PPNI 2017) sebagai berikut
A. Hipertemi berhubungan dengan inflamasi penyakit
B. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
C. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
Intervensi keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TYPHOID

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI

DIRUANG DAHLIA 2 ANAK RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An. B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 30 November 2020
Alamat : Simpang Kim Rel Kel.Mabar
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan :-
Agama : Kristen Protestan
Golongan Darah :
Status Perkawinan : Belum Kawin
Tanggal Masuk RS : 28 Februari 2023
Tanggal Pengkajian : 01 Maret 2023
Diagnosa Medis : Demam Thypoid
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 40 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Simpang Kim Rel Kel.Mabar
Status Perkawinan : Kawin
Hubungan dengan Klien : Ayah Kandung
3. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Keluhan Utama : Klien mengalami demam sejak 1 minggu yang lalu.

Klien minum obat penurun demam tetapi tidak ada perubahan. Akhirnya, keluarga
membawanya ke rumah sakit dan dokter memutuskan untuk di rawat inap.

 Hal-hal yang meringankan : pada saat istirahat


 Hal-hal yang memberatkan : pada saat beraktivitas
 Sifat keluhan : terus menerus
 Lokasi dan penyebarannya : di seluruh tubuh.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien mengatakan sedang merasa demam, nafsu makan berkurang, mual dan
muntah,sulit BAB sejak ± 1 minggu.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit dengan keluhan dan waktu
yang lama seperti saat ini. Klien pun sebelumnya tidak pernah dirawat dirumah
sakit. Klien tidak memiliki riwayat alergi apapun.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien dan walinya mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit keturunan.

5. Riwayat Psikososial
 Interaksi social
Klien berinteraksi dengan baik terhadap keluarga, perawat dan tim
kesehatan lainnya
 Riwayat spiritual
- Klien menganut agama Kristen dan percaya kepada TYME
- Klien menganggap penyakitnya adalah cobaan dari TYME
- Selama sakit klien selalu berdoa karena ia yakin kesembuhan semata
mata hanya diberikan oleh TYME

6. Pola Aktivitas Sehari-hari


a. Nutrisi

No Kebiasaan Sebelum sakit Selama sakit


1 Jenis makanan Nasi, lauk, sayur dan buah Bubur
2 Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Porsi tidak dihabiskan
3 Nafsu makan Baik Kurang
4 Makanan kesukaan - -
5 Makanan - Makanan yang keras
Pantangan

b. Cairan

No Kebiasaan Sebelum sakit Selama sakit


1 Jenis Air putih Air putih
2 Frekuensi 6-8 gelas perhari 2-3 gelas per hari
3 Cara Pemasukan Lewat mulut Mulut

c. Eliminasi

a. BAK

No Kebiasaan SEbelum sakit Setelah sakit


1 Frekuensi 3-4 x sehari 2-3 x sehari
2 Warna Kuning jernih Kuning keruh
3 Bau Pesing Pesing
4 Kesulitan Bak - -
5 Tempat Pempres Pempres
pembuangan

b. BAB

No Kebiasaan Sebelum Sakit Setelah sakit


1 Frekuensi 1-2 kali/hari Belum pernah
Warna Kuning -
Konsistensi Lembek -
Kesulitan Bak - Konstipasi
Tempat pembuangan Pempres -Pempres

7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Klien lemah
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 = E : 4 V : 5. M : 6
Tanda-tanda vital :
RR : 18 x/menit
N : 104x/menit
S : 36,7°C
BB : 9 kg
b. Kepala
Inspeksi:
- keadaan kulit kepala : bersih,tidak ada ketombe
- Penyebaran rambut merata
- Warna hitam
- Tidak ada alopesia
Palpasi ;
- tidak teraba adanya massa
-. Nyeri tekan tidak ada
c. Muka
Inspeksi :
- Bentuk wajah Lonjong
- Wajah simetris kiri dan kanan
-Tidak ada pergerakan abnormal
- Ekspresi wajah meringis
- Wajah Nampak merah
Palpasi :
- Tidak teraba adanya massa
- Nyeri tekan tidak ada

d.Mata
Inspeksi :
- Mata simetris kiri dan kanan
- Palpebra tidak Oedema
- Konjuntiva tidak pucat
- Sklera tidak ictrus
- Pupil isokor
Palpasi :
- Tidak teraba adanya massa
- Nyeri tekan tidak ada

e. Hidung
Inspeksi :
- Lubang hidung simetris kiri dan kanan
- Tidak nampaknya adanya pembesaran polip
- Sekret tidak ada
Palpasi :
- Tidak teraba adanya massa
-. Nyeri tekan tidak adah.

f. Telinga
Inspeksi :
- Aurikula simetris kiri dan kanan
- Meatus akustikus ekstermus nampak bersih
- tidak ada serumen
- Tidak memakai bantu pendengar
Palpasi :
- Tidak teraba adanya massa
- Nyeri tekan tidak ada.

g. Rongga MulutInspeksi :
a. Gigi : - Gigi nampak bersih
- Tidak ada caries gigi
- Jumlah gigi lengkap
b. Gusi : - Gusi nampak merah mudah
- Tidak nampak tanda-tanda perdarahan dan peradangan
c. Lidah : - Lidah nampak kotor
- Tidak nampak tanda-tanda perdarahan dan peradangan
d. Mulut : - Mukosa mulut kering
- Tidak ada sianosis

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS: - Ibu klien Gangguan Defisit perawatan diri : eliminasi
mengatakan anaknya Pemeliharaan kemungkinan berhubungan
lemah kesehatan dengan kendala lingkungan
- Ibu klien mengatakan ↓ ditandai dengan
anaknya belum mau Defisit perawatan ketidakmampuan melakukan
belajar menggosok gigi diri personal hygiene yang tepat
DO: - Ibu klien kurang
memperhatikan
perawatan anaknya,
terlihat kuku panjang dan
gigi terlihat kotor
- Ibu klien kurang
pengetahuan tentang
kebersihan lingkungan
sekitar
2. Ds : Ibu klien Kuman salmonella Gangguan pemenuhan
mengatakan nafsu typhi nutrisi kurang dari kebutuhan
makan anaknya Sulit BAB perut
berkurang, anaknya sulit kembung, mual
BAB perut kembung, muntah
anaknya terasa mual dan Nafsu makan
muntah berkurang
Do : - klien tampak Gangguan
lemah pemenuhan nutrisi
- Klien tampak mengeluh kurang dari
dan menangis kebutuhan tubuh
- salmonella typhi positif
6
- BB: 9 kg
- porsi makan tidak habis
sekitar 1/2 porsi atau
hanya menghabiskan 5-
7 sendok makan

C. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit perawatan diri : eliminasi kemungkinan berhubungan dengan kendala


lingkungan ditandai dengan ketidakmampuan melakukan personal hygiene yang tepat
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1 Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan 1.berikan
diri : eliminasi keperawatan selama 1 x 24 jam, pengetahuan tentang
kemungkinan pasien mampu melakukan personal hygiene
berhubungan aktivitas eleminasi secara tepat, 2. libatkan keluarga
dengan kendala dengan kriteria hasil :
lingkungan ditandai 1. Pasien mampu melakukan
dengan personal hygiene secara tepat
ketidakmampuan 2. Keluarga memahami tentang
melakukan kebersihan diri yang diajarkan
personal hygiene
yang tepat
2 Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Kaji pola nutrisi klien
pemenuhan tindakan keperawatan selama
kebutuhan nutrisi 3 x 24 jam,diharapkan nutrisi 2. Kaji makan yang di
berhubungan kebutuhan tubuh klien sukai dan tidak disukai
dengan anoreksia terpenuhi. 3. Anjurkan tirah baring /
Kriteria Hasil : Nafsu makanmen pembatasan aktivitas
ingkat ditandai dengan klien ma selama fase akut
mpumenghabiskan porsi makan 4. Timbang berat badan
yang diberikan tiap hari
5. Anjurkan klien makan
sedikit tapisering.
6. Jelaskan pada klien
dan keluargatentang
manfaat
makanan/nutrisi.
7. Beri nutrisi dengan
diet lunak,tidak
mengandung banyak
serat,tidak
merangsang,
maupunmenimbulkan
banyak gas
8. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
pemberian diet

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tanggal/ Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan


Jam Keperawatan
01 Defisit 1.Mengidentifikasi masalah S: orang tua klien
Maret perawatan diri perawatan diri,kebersihan diri mengatakan kurang
2023/ : eliminasi 2.Menjelaskan pentingnya menjaga perawatan diri
12.00 kemungkinan kebersihan diri. anaknya seperti, kurang
berhubungan 3.Menjelaskan cara dan alat mengajarkan cuci tangan
dengan kebersihan diri dll
kendala 4.Membantu pasien melatih O: k/u lemah
lingkungan dan mempraktekkan cara Orang Tua klien mau
ditandai menjaga kebersihan diri melatih kebersihan diri
dengan (mandi, ganti pakaian,sikat yang telah diajarkan
ketidakmamp gigi,cuci rambut dan potong A: Perawatan diri / personal
uan kuku) hygiene belum teratasi
melakukan 5.Menganjurkan pasien untuk P: Intervensi dilanjutkan
personal latihan dengan memasukkan
hygiene yang dalam jadwal kegiatan harian.
tepat
01 Gangguan 1. Mengkaji pola nutrisi klien S : Pasien mengatakan
Maret pemenuhan 2. Mengkaji makan yang di masih merasa mual dan
2023/ kebutuhan sukai dan tidak disukai tidak nafsu makan.
12.30 nutrisi 3. Menganjurkan tirah baring / O:
berhubungan pembatasan aktivitas  Pasien tidak
dengan selama fase akut mengahabiskan
anoreksia 4. Menimbang berat badan porsi makanannya.
tiap hari  BB : 9 Kg
5. Menganjurkan klien makan  Pasien diberikan
sedikit tapisering. diet lunak/bubur
6. Menjelaskan pada klien A: Masalah belum teratasi
dan keluargatentang P : Intervensi Dilanjutkan.
manfaat makanan/nutrisi.
7. Memberi nutrisi dengan
diet lunak,tidak
mengandung banyak
serat,tidak merangsang,
maupun menimbulkan
banyak gas
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian diet
02 Defisit 1.Mengidentifikasi masalah S: orang tua klien
Maret perawatan diri perawatan diri,kebersihan diri mengatakan sudah
2023/ : eliminasi 2.Menjelaskan pentingnya melakukan perawatan diri
12.00 kemungkinan kebersihan diri. kepada anaknya dan sudah
berhubungan 3.Menjelaskan cara dan alat mengerjakan apa yg sudsh
dengan kebersihan diri diajarkan perawat
kendala 4.Membantu pasien melatih O: k/u lemah
lingkungan dan mempraktekkan cara Orang Tua klien mau
ditandai menjaga kebersihan diri melatih kebersihan diri
dengan (mandi, ganti pakaian,sikat yang telah diajarkan
ketidakmamp gigi,cuci rambut dan potong Anak tampak bersih dan
uan kuku) rapih
melakukan 5.Menganjurkan pasien untuk A ; Masalah Teratasi
personal latihan dengan memasukkan P : Intervensi dihentikan
hygiene yang dalam jadwal kegiatan harian.
tepat
02 Gangguan 1. Mengkaji pola nutrisi klien S : Pasien mengatakan
Maret pemenuhan 2. Mengkaji makan yang di masih sedikit merasa mual
2023/ kebutuhan sukai dan tidak disukai dan tidak nafsu makan.
12.30 nutrisi 3. Menganjurkan tirah baring / O:
berhubungan pembatasan aktivitas  Pasien tidak
dengan selama fase akut mengahabiskan
anoreksi 4. Menimbang berat badan porsi makannya.
tiap hari  BB : 9 Kg
5. Menganjurkan klien makan  Pasien diberikan
diet lunak / bubur
sedikit tapisering.
A: Masalah belum teratasi
6. Menjelaskan pada klien
P : Intervensi Dilanjutkan.
dan keluargatentang
manfaat makanan/nutrisi.
7. Memberi nutrisi dengan
diet lunak,tidak
mengandung banyak
serat,tidak merangsang,
maupun menimbulkan
banyak gas
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian diet

DAFTAR PUSTAKA

Cita, Y. P. 2011. Bakteri Salmonella Thypi dan Demam


Thypoid.http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/download/87/93diakses pada
tanggal 22 Maret 2020.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Jakarta: DPP PPNI.Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017.

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017.

Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Jakarta: DPP PPNI.Wilkinson, Judith M. 2016.

Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC, Hasil NOC, Edisi 10.

Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai