Anda di halaman 1dari 34

A.

KONSEP PENYAKIT DEMAM THYPOID


A. PENGERTIAN
Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella
enterica serovar typhi (S typhi). Salmonella enterica serovar paratyphi A, B, dan C
juga dapat menyebabkan infeksi yang disebut demam paratifoid. Demam tifoid dan
paratifoid termasuk ke dalam demam enterik. Pada daerah endemik, sekitar 90% dari
demam enterik adalah demam tifoid (Linson, 2012).
Penyakit sistemik yang bersifat akut atau dapat disebut demam tifoid, mempunyai
gejala dengan spektrum klinis yang bervariasi dari ringan berupa demam, lemas serta
batuk yang ringan sampai dengan gejala berat seperti gangguan gastrointestinal
sampai dengan gejala komplikasi (Sucipta, 2015).
Demam Typhoid adalah penyakit yag biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,gangguan pada pencernaan dan
gangguan kesadaran yang ditularkan melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh kuman salmonela typhi (Nursalam, 2015).
B. ETIOLOGI
Demam tifoid (tifus abdominalis) atau lebih populer dengan nama tifus di kalangan
masyarakat adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonela
typhi yang menyerang saluran pencernaan. Kuman ini masuk ke dalam tubuh melalui
makanan atau minuman yang tercemar, baik saat memasak ataupun melalui tangan
dan alat masak yang kurang bersih. Selanjutnya, kuman itu diserap oleh usus halus
yang masuk bersama makanan, lantas menyebar ke semua organ 25 tubuh, terutama
hati dan limpa, yang berakibat terjadinya pembengkakan dan nyeri. Setalah berada di
dalam usus, kuman tersebut terus menyebar ke dalam peredaran darah dan kelenjar
limfe, terutama usus halus. Dalam dinding usus inilah, kuman itu membuat luka atau
tukak berbentuk lonjong. Tukak tersebut bisa menimbulkan pendarahan atau robekan
yang mengakibatkan penyebaran infeksi ke dalam rongga perut. Jika kondisinya
sangat parah, maka harus dilakukan operasi untuk mengobatinya. Bahkan, tidak
sedikit yang berakibat fatal hingga berujung kematian. Selain itu, kuman Salmonela
Typhi yang masuk ke dalam tubuh juga mengeluarkan toksin (racun) yang dapat
menimbulkan gejala demam pada anak. Itulah sebabnya, penyakit ini disebut juga
demam tifoid (Fida & Maya 2012).
C. MANIFESTASI KLINIK
Gejala demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala ringan yang tidak memerlukan
perawatan hingga gejala berat yang memerlukan perawatan. Masa Inkubasi demam
tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Pada awal periode penyakit ini, penderita
demam tifoid mengalami demam. Sifat demam adalah meningkat perlahanlahan
terutama pada sore hingga malam hari (Widodo et al 2014).
Pada saat demam tinggi, dapat disertai dengan gangguan system saraf pusat,
seperti kesadaran menurun, penurunan kesadaran mulai dari apatis sampai koma.
Gejala sistemik lain yang menyertai adalah nyeri kepala, malaise, anoreksia, nausea,
myalgia, nyeri perut dan radang tenggorokan. Gejala gastrointestinal pada kasus
demam tifoid sangat bervariasi. Pasien dapat mengeluh diare, obtipasi, atau optipasi
kemudian disusul dengan diare, lidah tampak kotor dengan warna putih ditengah,
hepatomegaly dan splenomegaly (Sumarno 2008).
D. PATOFISIOLOGI
Bakteri Salmonellatyphi bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh
melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH<2) banyak
bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan
dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompaproton /antasida dalam
jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan
mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan juga
kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan
jejunum. Sel-selM, selepitel khusus yang melapisi Peyer‟s patch, merupakan tempat
internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti
aliran kekelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik
sampai kejaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami
multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear didalam folikel limfe, kelenjarlimfe
mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya
ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka
Salmonella yphi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke
dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun,
akantetapi tempat yang disukai oeh Salmonellatyphi adalah hati, limpa, sumsum
tulang belakang, kandung empedu dan Peyer‟s patch dari ileum terminal. Invasi
kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah/ penyebaran retrograd
dari empedu. Ekskresi organisme diempedu dapat menginvasi ulang dinding usus
/dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalam pathogenesis demam tifoid
tidakjelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi
penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari Salmonellatyphi
menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan juga
kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari
makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak
stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan
jugamenstimulasi sistem imunologik (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. (2012).
E. TAHAPAN ATAU TINGKATAN/KLASIFIKASI
Bakteri Salmonella typhi (S.typhi) termasuk ke dalam famili Enterobacteriacease.
Klasifikasi bakteri S.typhi menurut Todar (2012) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Species : S. enterica
Serovar : Typhi
Penyebab demam tifoid S.typhi adalah bakteri Gram (-), tanpa memiliki spora,
tidak mempunyai simpai, fimbria, dengan tipe flagel adalah flagel peritrik. Sifat
bakteri ini antara lain dapat bergerak (motil), dapat tumbuh pada suasana aerob dan
anaerob fakultatif, memberikan hasil positif pada reaksi fermentasi manitol dan
sorbitol,dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNAse, VP, dan reaksi
fermentasi sukrosa dan laktosa. S.typhi tumbuh pada suhu 15-41 „C dengan suhu
pertumbuhan optimum adalah 37,5 „C dengan pH media berkisar antara 6-8. Dalam
media pembenihan SSAgar, Endo agar, dan Mac Conkey koloni S.typhi akan
berwarna hitam. S.typhi akan mengalami kematian pada suhu 56 „C dan pada keadaan
kering. Di dalam air, S.typhi dapat bertahan selama 4 minggu (Radji,2010).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni dapat pula leukositosis,atau kadar leukosit normal.
Leukosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Pada demam typhoid sering kali meningkatkan tetapi dapat Kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus.
3. Pemeriksaan Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan agglutinin dalam
serum penderita demam typhoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi
maka penderita membuat antibody (Aglutinin).
4. Kultur
 Kultur Darah : bisa positif pada minggu pertama
 Kultur Urine : bisa positif pada minggu kedua
 Kultur Feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
salmonella typhi, karena antibody IgM muncul pada hari ketiga dan keempat
terjadinya demam.
G. PENATALAKSANAAN
1. Skrinning Gizi
Skrinning atau penapisan adalah penggunaan tes atau metode diagnosis lain
untuk mengetahui apakah seseorang memiliki penyakit atau kondisi tertentu
sebelum menyebabkan gejala apapun. Skrinning gizi digunakan untuk
mengidentifikasi pasien beresiko malnutrisi atau pasien malnutrisi. Informasi
yang digunakan dalam skrinning meliputi diagnosis penyakit, informasi
riwayat penyakit, penilaian fisik, tes laboratorium saat pasien masuk rumah
sakit dan kuisioner yang diberikan kepada pasien untuk diisi. Skrinning gizi
merupakan proses sederhana dan cepat dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan, Tujuan dari skrining gizi adalah untuk memprediksi probabilitas
membaik dan memburuknya outcome yang berkaitan dengan faktor gizi dan
mengetahui pengaruh dari intervensi gizi. Skrinning gizi perlu dilakukan pada
awal pasien masuk rumah sakit. Hasil skrining gizi meliputi :
 Pasien tidak beresiko tapi membutuhkan skrinning ulang.
 Pasien beresiko dan memerlukan terapi gizi.
 Pasien beresiko, tetapi membutuhkan terapi gizi khusus.
 Ada keraguan pasien beresiko atau tidak. (Susetyowati, 2015)
2. Diet dan terapi
Penunjang Diet merupakan hal penting dalam proses penyembuhan penyakit
demam tifoid. Berdasarkan tingkat kesembuhan pasien, awalnya pasien diberi
makan bubur saring, kemudian bubur kasar, dan ditingkatkan menjadi nasi.
Pemberian bubur saring bertujuan untuk menghindari komplikasi dan
pendarahan usus (Widodo et al 2014).
3. Istirahat dan Perawatan
Tirah baring dan perawatan untuk mencegah komplikasi. Tirah baring adalah
perawatan ditempat, termasuk makan, minum, mandi, buang air besar, dan
buang air kecil akan membantu proses penyembuhan. Dalam perawatan perlu
dijaga kebersihan perlengkapan yang dipakai (Widodo et al 2014).
4. Antibiotic
Antibiotic merupakan satu-satunya terapi yang efektif untuk demam typhoid.
Contoh antibiotic adalah kloramfenikol.
5. Terapi Symtomatik
Terapi ini dilakukan untuk perbaikan keadaan umum penderita, yakni dengan
pemberian vitamin, antipiretik (penurun panas) untu kenyamanan penderita
untuk anak, antiemetic bila penderita muntah hebat. Hal yang paling penting
adalah penyediaan air minum yang bersih. Air yang digunakan untuk minum
harus direbus dulu sampai mendidih.
H. TERAPI FARMAKOLOGIS
Pemberian antibiotic. Antibiotik ini dimaksudkan untuk membunuh kuman akibat
demam tifoid, seperti:
1. Kloramfenikol dengan dosis 4 x 500 mg/hari yang dapat diberikan peroral atau
melalui intravena, yang diberikan sampai dengan 7 hari bebas demam
2. Tiampenikol hampir sama dengan Kloramfenikol akan tetapi dosis yang
diberikan 4x 500 mg sampai hari ke 5 dan ke-6 bebas demam
3. Ampicilin dan Amoksilin dengan dosis 50-150 mg/kgBB yang diberikan
selama 2 minggu
4. Kotrimoksazol 480 mg, 2 x 2 tablet digunakan selama 2 minggu
5. Sefalosporin generasi II dan III (ciprofloxacin 2 x 500 mg selam 6 hari,
ofloxacin 600 mg/hari selama 7 hari; ceftriaxone 4 gram/hari selama 3 hari).
I. ANALISA DATA/PATHWAY
J. KOMPLIKASI
a. Komplikasi Interestinal
 Perdarahan Interestinal
Pada plak Peyeri usus yang terinfeksi dapat terbentuk luka lonjong dan
memanjang terhadap sumbu usus. Bila luka menembus lumen usus dan
mengenai pembuluh darah maka akan terjadi pendarahan. Selanjutnya jika
luka menembus dinding usus maka perforasi dapat terjadi. Selain karena
luka, pendarahan juga dapat terjadi karena koagulasi darah (Widodo et al,
2014).
 Perforasi Usus
Perforasi usus biasanya terjadi pada minggu ketiga, namun juga dapat
timbul pada minggu pertama. Gejala yang terjadi adalah nyeri perut hebat
di kuadran kanan bawah kemudian menyebar ke seluruh perut. Tanda-
tanda lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan dapat
terjadi syok leukositosis dengan pergeseran ke kiri dengan menyokong
adanya perforasi (Widodo et al, 2014).
b. Komplikasi Ekstra-Intestinal
 Hepatitis Tifosa
Pembengkakan hati dari ringan sampe sedang.. Hepatitis tifosa dapat
terjadi pada pasien dengan malnutrisi dan system imun yang kurang
(Widodo et al, 2014).
 Pakreasitis Tifosa
Pankreasitis dapat disebabkan oleh mediator pro inflamasi, virus, bakteri,
cacing, maupun farmakologik. Penatalaksanaan pakreasitis sama seperti
pankreasitis pada umumnya, antibiotic yang diberikan adalah antibiotic
intravena, antibiotic yang diberikan adalah seftriaxon dan kuinolon
(Widodo et al, 2014).
 Miokarditis
Pada pasien dengan miokarditis biasanya tanpa gejala kardiovaskular atau
dapat berupa keluhan sakit dada, gagal jantung kohesif, aritma, syok
kardiogenik dan perubahan elektrokardiograf. Komplikasi ini disebabkan
kerusakan mikrokardium oleh kuman S.typhi (Widodo et al, 2014).
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah Kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
actual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu,keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
Kesehatan. Diagnosa keperawatan yang di pergunakan dalam hal ini antara lain
1. Hipertermia (D. 0130)
2. Defisit Nutrisi (D.0019)
3. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan peningkatan suhu tubuh
4. Gangguan mobilitas fisik (SDKI D.0054)
L. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan


(SDKI) Tujuan/Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
1. Hipertermia (D. 0130) Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x 24 jam masalah Manajemen Hipertermia (D. 0130)
terhadap termogulasi dapat diatasi dengan indikator: Observasi:
Definisi : 1. Identifikasi penyebab hipertermia.
Suhu tubuh meningkat di atas SLKI: Hipertermia 2. Monitor suhu tubuh
rentang normal tubuh. Dengan level : 3. Monitor kadar elektrolit
1. Meningkat 4. Monitor haluaran Urine
Penyebab : 2. Cukup meningkat 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia.
1. Proses penyakit ( mis. 3. Sedang .
Infeksi, kanker) 4. Cukup menurun Terapeutik:
2. Peningkatan laju 5. Menurun 6. Sediakan lingkungan yang dingin
metabolisme Dengan kriteria hasil: 7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Respon trauma 1. Kulit merah (4) 8. Berikan cairan oral
4. Penggunaan incubator 2. Kejang (4) 9. Lakukan kompres hangat/dingin/bawang
merah (EBN)
Subjektif: Dengan level : 10. Berikan Oksigen jika perlu.
- Pasien mengeluh badan 1. Memburuk
terasa panas 2. Cukup memburuk Edukasi:
Objektif: 3. Sedang 11. Anjurkan tirah baring.
- Suhu tubuh di atas normal 4. Cukup membaik
SB: 38,90C 5. Membaik Kolaborasi:
Dengan kriteria hasil : 12. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
1. Suhu tubuh (4) intravena, jika perlu.
2. Suhu kulit (4) 13. Pemberian obat.
No Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan
(SDKI) Tujuan/Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
2. Defisit Nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam Manajemen Nutrisi
diharapkan Keadekuatan asuapan nutrisi untuk memenuhi Observasi:
Definisi : kebutuhan metabolisme membaik: 1. Identifikasi status nutrisi
Asupan nutrisi tidak cukup 2. Identifikasi alergi makanan dan intoleransi
untuk memenuhi kebutuhan SLKI: Nutrisi makanan
metabolisme. Dengan level : 3. Identifikasi makanan yang disukai
1. Memburuk 4. Monitor asupan makanan
Penyebab : 2. Cukup memburuk 5. Monitor berat badan
1. Ketidakmampuan menelan 3. Sedang 6. Monitor hasil pemeriksaan laboratoium.
makanan 4. Cukup membaik
2. Ketidakmampuan 5. Membaik Terapeutik:
mencerna makanan Dengan kriteria hasil: 7. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
3. Ketidakmampuan 1. Frekuensi makan (5) sesuai.
mengabsorbsi nutrien 2. Nafsu makan (5) 8. Berikan makanan yang tinggi serat untuk
4. Peningkatan kebutuhan 3. Porsi makan habis (5) mencegah konstipasi.
metabolisme 9. Berikan makanan yang tinggi protein dan kalori.
5. Faktor ekonomi (mis, 10. Berikan suplemen makanan, jika perlu
finansial tidak mencukupi) Dengan level :
6. Faktor psikologis (mis, 1. Meningkat Edukasi:
stres, keengganan untuk 2. Cukup meningkat 11. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
makan) 3. Sedang 12. Anjurkan diet yang diprogramkan.
4. Cukup menurun
5. Menurun Kolaborasi:
Dengan kriteria hasil : 13. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan.
1. Tampak pucat (5) 14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan.
No Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan
(SDKI) Tujuan/Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
3. Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Menejemen cairan
cairan dengan tujuan tidak terjadi risiko ketidakseimbangan Observasi :
elektrolit 1. Monitor status hidrasi (mis, frekuensi nadi,
Definisi kekuatan nadi, akral, turgor kulit, tekanan darah)
Berisiko mengalami Luaran Utama 2. Monitor berat badan harian
penurunan, peningkatan atau Keseimbangan Cairan Dengan kriteria hasil sebagai 3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
percepatan perpindahan berikut : Terapeutik :
cairan dari intraveskuler, 1. Mempertahankan output (frekuensi dan konsistensi 4. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24
interstisial atau intraselular. BAB kembali normal) jam
2. Tekanan darah, nadi, suhu, bising usus dalam batas 5. Berikan asupan cairan , sesuai kebutuhan
Faktor Risiko normal Kolaborasi :
1. Prosedur pembedahan 3. Tidak ada tandatanda dehidrasi (Elastisitas turgor 6. Kolaborasi dengan pemberian diuretic, jika perlu
mayor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa
2. Trauma/pembedahan haus yang berlebihan)
3. Luka bakar
4. Aferesis
5. Obstruksi intestinal
6. Peradangan pancreas
7. Penyakit ginjal dan
kelenjar
8. Disfungsi intestinal
No Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan
(SDKI) Tujuan/Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
4. Gangguan mobilitas fisik Setelah diberikan intervensi keperawatan 3x24 jam, Manajemen energi
(SDKI D.0054) diharapkan mobilitas fisik pasien meningkat: Observasi:
1. Identifikasi risiko latihan.
Definisi : SLKI: Mobilitas fisik Meningkat 2. Identifikasi jenis dan durasi aktivitas
Keterbatasan dalam gerakan Dengan level : pemanasan/pendinginan.
fisik dari satu atau lebih 1. Meningkat 3. Monitor efektifitas latihan.
extremitas secara mandiri. 2. Cukup meningkat 4. Monitor TTV.
3. Sedang
Penyebab : 4. Cukup menurun Terapeutik:
1. Ketidakseimbangan antara 5. Menurun 5. Lakukan latihan sesuai program yang ditentukan
suplai dan kebutuhan Dengan kriteria hasil: (ROM).
oksigen. 1. Kekuatan otot meningkat 6. Berikan instruksi tertulis tentang pedoman dan
2. Tirah baring 2. Rentang gerak (ROM) meningkat bentuk gerakan untuk setiap gerakan otot.
3. Kelemahan 3. Pergerakan ekstremitas meningkat (4)
4. Mobilitas Edukasi:
5. Gaya hidup monoton Dengan level : 7. Jelaskan fungsi otot, fisiologi olahraga dan
1. Memburuk konsekuensi tidak digunakannya otot.
2. Cukup memburuk 8. Ajarkan tanda dan gejala intoleransi selama dan
3. Sedang setelah sesi Latihan.
4. Cukup membaik 9. Anjurkan menghindari latihan selama suhu ekstrim
5. Membaik
Dengan kriteria hasil :
1. Keluhan lelah (4)
2. Dispnea saat aktivitas (4)
3. Dispnea setelah aktivitas (4)
4. Sianosis (4)
5. Perasaan lemah (4)
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA

A. IDENTITAS
Nama : Tn. W.M Ruang Rawat : 35 Tahun
Umur : Kwandang / 20 – 07 – 1989 NRM : Laki-laki
Pendidikan : SMA Tgl/Jam Masuk : 25-02-2024 / 23.25
Pekerjaan : SWASTA Tgl/Jam Pengkajian : 26-02-2024 / 09.15
Suku : Gorontalo Diagnosa Masuk: Obs Febris susp Demam Thypoid
Agama : Islam Cara Masuk : Kursi Roda
Status : Kawin Perawat Tim yg bertanggung jawab : Tim IGD
Alamat : Desa Bulalo
Informan : Pasien dan Suami
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Alasan Masuk Rumah Sakit : Pasien mengatakan badan terasa panas ±2 hari, Suhu tubuh : 39,10C
disertai dengan mual dan muntah saat makan.
2. Keluhan Utama : Demam ±2 hari, Suhu tubuh : 39,10C
3. Riwayat Keluhan Utama : Pasien masuk rumah sakit pada hari Minggu 25 Februari 2024 pada
pukul 21.15 wita. Pasien masuk dengan keluhan badan terasa panas ±2 hari, Suhu tubuh : 39,1 0C
disertai dengan mual dan muntah saat makan..
4. Pernah di Rawat : Pasien mengatakan pernah dirawat di Rs dengan penyakit yang sama
5. Riwayat Operasi : Pasien mengatakan tidak pernah di lakukan tindakan operasi
C. KEADAAN UMUM
Kesadaran : Kesadaran pasien composmentis
D. KEBUTUHAN DASAR
1. Nyeri dan Kenyamanan, Aman dan Proteksi
a. Gejala (Subjektif)
1) Suhu tubuh : 39,1℃
2) Skala nyeri :-
3) Gambaran nyeri :-
4) Lokasi nyeri :-
5) Frekuensi nyeri :-
6) Durasi nyeri :-
b. Tanda (Objektif) :-
2. Nutrisi
a. Gejala (Subjektif)
1) Diit biasa (Tipe) :-
Jumlah makan per\hari
2) Pola Diit :
Makan terakhir :
3) Nafsu / selera makan : menurun
4) Mual : ( ya / tidak ) waktu : hanya kadang - kadang
5) Muntah : ( ya / tidak ) jumlah :
Karakteristik : cair
6) Nyeri ulu hati : ( ya / tidak )
Karakteristik / penyebab :
7) Alergi makanan : ( ya / tidak )
Jelaskan : tidak ada alergi makanan
8) Masalah mengunyah / menelan : ( ya / tidak )
Jelaskan : tidak ada masalah dalam menelan
9) Pola minum / cairan : Air putih
Jumlah minum : ±1500cc
Jenis : Air putih
10) Penurunan BB dalam bulan terakhir : ( ya / tidak )
Jelaskan : Tidak mengalami penurunan BB
b. Tanda (Objektif)
1) Suhu tubuh : 39,1℃
Diaphoresis : tidak ada
2) Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 150\ cm
IMT :
Turgor kulit : turgor kulit pasien normal
Tonus otot : 5555/5555/4444/4444
3) Edema : ( ya / tidak )
Lokasi & karakteristik : -
4) Asites : ( ya / tidak )
Jelaskan : tidak ada
5) Distensi vena jagularis : ( ya / tidak )
Jelaskan :
6) Hernia / massa : ( ya / tidak )
Lokasi & karakteristik :
7) Bau mulut / halitosis : ( ya / tidak )
Jelaskan :
3. Kebersihan Perorangan
a. Kebiasaan mandi : 3x/hari
b. Cuci rambut : 2x / minggu
c. Kebiasaan gosok gigi : 3x/hari
d. Kebersihan badan : 🗌⎷ bersih 🗌 kotor
e. Keadaan rambut : 🗌⎷bersih 🗌 kotor
f. Keadaan kulit kepala : 🗌⎷bersih 🗌 kotor
g. Keadaan gigi dan mulut : 🗌⎷bersih 🗌 kotor
h. Keadaan kuku : 🗌⎷pendek 🗌 panjang 🗌⎷ bersih 🗌 kotor
i. Keadaan vulva/perianal : 🗌⎷ bersih 🗌 kotor
j. Keluhan saat ini : 🗌 eritema 🗌 gatal-gatal 🗌 luka
k. Integritas kulit : 🗌 jaringan parut🗌 kemerahan 🗌 laserasi 🗌 ulserasi 🗌 ekimosis
🗌 lepuh 🗌 drainase
l. Luka bakar : derajat/persen : Tidak ada luka bakar
m. Tanda lokasi dengan menggambar bentuk depan dan belakang tubuh : -
n. Keadaan luka :-
4. Cairan
a. Kebiasaan minum : Pasien minum sehari habis sekitar 2 botol aqua sedang air putih @ 600 ml
dan 1 gelas teh tiap sarapan pagi.
b. Turgor kulit : 🗌⎷elastis 🗌 tidak elastis
c. Mukosa mulut : 🗌 kering 🗌⎷lembab
d. Punggung kuku : warna: Merah muda pengisian kapiler :≤3detik
e. Mata cekung : 🗌⎷tidak 🗌 ya : Ki / Ka
f. Konjungtiva : Tidak anemis sclera : Tidak ikterik
g. Edema : 🗌 tidak 🗌⎷ ya, di : Kedua kaki pasien
h. Distensi vena jugularis : tidak ada
5. Aktivitas dan Latihan
a. Aktivitas waktu luang :-
b. Aktivitas/hobby : Pasien mengatakan tidak pernah berolahraga
c. Kekuatan otot : Lemah dikedua kaki Tonus otot : 5555/5555/4444/4444
d. Postur : tidak membungkuk
e. Rentang gerak : Pasien mengeluh dalam melakukan pergerakan karena tubuhnya
terasa lemas. Pasien mudah merasa kelelahan saat melakukan aktivitas berlebih sehingga
menyebabkan hipertensinya kambuh.
6. Eliminasi
a. Gejala (Subjektif)
1) Pola BAB
Frekuensi : pasien BAB 1 kali
Konsistensi : lembek
2) Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu misal terpasang kolostomi /
ileotomy) : ( ya / tidak )
3) Kesulitan BAB
Konstipasi : tidak ada kostipasi
Diare : pasien tidak diare
4) Penggunaan laktasif : ( ya / tidak )
Jelaskan : tidak ada
5) Waktu BAB terakhir : pada siang hari
6) Riwayat Perdarahan : tidak ada
Hemoroid : tidak ada
7) Riwayat inkontinensia alvi : tidak ada
8) Penggunaan alat-alat (Misal penggunaan kateter) : ( ya / tidak )
9) Riwayat penggunaan diuretik : tidak ada
10) Rasa nyeri / rasa terbakar saat BAK : ( ya / tidak )
11) Kesulitan BAK : ( ya / tidak )
12) Keluhan BAK : tidak ada keluhan saat BAK
b. Tanda (Objektif)
1) Abdomen
- Isnpeksi : abdomen membuncit : ( ya / tidak )
Jelaskan : abdomen pasien tidak membuncit
- Auskultasi
Bising Usus : normal
Bunyi Abnormal : ( ya / tidak )
Jelaskan : tidak ada
- Perkusi
Bunyi timpani : ( ya / tidak )
Bunyi kembung : ( ya / tidak )
Bunyi abnormal lain : ( ya / tidak )
Jelaskan : tidak ada
- Palpasi
Nyeri tekan : ( ya / tidak )
Jelaskan : tidak ada nyeri tekan
Distensi kandung kemih : ( ya / tidak )
Jelaskan : tidak ada
2) Pola eliminasi
- Konsistensi Lunak / keras : lunak
Massa : ( ya / tidak )
Jelaskan :-
- Pola BAB
Warna Abnormal : ( ya / tidak )
Jelaskan :-
- Pola BAK
Inkotinensia : ( ya / tidak )
Jelaskan :-
- Karateristik Urine
Warna : warna urine
Jumlah :
Bau : kas urine
- Bila Terpasang Urostomy, Colostomy atau Ileustomy :
Keadaan : tidak ada

7. Oksigenasi
a. Nadi : 98x/mnt, Pernafasan : 20x/mnt
b. TD : 110/90mmHg, Bunyi nafas :..............
c. Respirasi : 🗌⎷t.a.k, 🗌 dispnoe, 🗌 ronchi, 🗌 stridor 🗌 wheezing, 🗌 batuk, 🗌 hemoptisis, 🗌
sputum 🗌 nafas cuping hidung, 🗌 penggunaan otot-otot asesori: ...................................
d. Kedalaman :
e. Sputum : 🗌 kental, 🗌 encer, 🗌 merah, 🗌 putih, 🗌 hijau, 🗌 kuning
f. Sirkulasi oksigenasi : 🗌⎷t.a.k, 🗌 pusing, 🗌 sianosis
8. Tidur dan Istirahat
Pasien mengatakan sebelum sakit biasa tidur selama 8 jam perhari diwaktu malam hari dari mulai
pukul 21.30 sampai pukul 04.30 dapat tidur dengan nyenyak dan jarang terjaga serta tidak ada
kesulitan tidur. Selama dirawat pasien sering terbangun sebanyak 2-3 x dan hanya bisa tidur selama 4-
5 jam diwaktu malam hari dan sering terjaga karena merasakan demam.
9. Pencegahan terhadap Bahaya
a. Refleks : 🗌⎷ t.a.k 🗌 kelumpuhan
b. Penglihatam : 🗌 ⎷t.a.k 🗌 masalah :-
c. Pendengaran: 🗌 ⎷t.a.k 🗌 masalah :-
d. Penciuman : 🗌 ⎷t.a.k 🗌 masalah :-
e. Perabaan : 🗌⎷ t.a.k 🗌 masalah :-
f. Lain-lain :-
10 Neurosensory
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pengelihatan dan pendengarannya, serta tidak memiliki
masalah dengan kemampuan kognitifnya, pasien mampu mengingat, bicara dengan jelas dan
memahami pesan yang diterima serta mengambil keputusan.
11 Keamanan
a. Gejala (Subjektif)
1) Alergi : tidak ada
Obat-obatan : tidak ada
2) Makanan : tidak ada alergi
3) Faktor Lingkungan : cukup bersih
- Riwayat Penyakit Hubungan Seksual : ( ya / tidak )
Jelaskan : tidak di kaji
- Riwayat Transfusi Darah : ( ya / tidak )
- Riwayata dan Reaksi Transfusi : ( ya / tidak )
Jelaskan :
4) Kerusakan Penglihatan, Pendengaran : ( ya / tidak )
Jelaskan : tidak ada
5) Riwayat Cidera : ( ya / tidak )
Sebutkan : tidak ada
6) Riwayat Kejang : ( ya / tidak )
Sebutkan : tidak ada
b. Tanda (Objektif)
1) Suhu Tubuh : 36,7℃
Diaforesis : tidak ada diaforesis
2) Integritas Jaringan : tidak ada gangguan
3) Jaringan Parut : ( ya / tidak )
Jelaskan : tidak ada luka
4) Kemerahan / Pucat : ( ya / tidak )
Jelaskan : tidak ada kemerahan/pucat
5) Adanya Luka : tidak ada
Luas : tidak ada
Kedalaman : tidak ada
Drainase Purulen : tidak ada
Peningkatan Nyeri Pada Luka : tidak ada
6) Ekimosis / Tanda Perdahan Lagi : tidak ada
7) Faktor Risiko
Terpasang Alat Invasi : ( ya / tidak )
Jelaskan : tidak ada
8) Gangguan Keseimbangan : ( ya / tidak )
Sebutkan : tidak ada
9) Kekuatan Umum
Tonus otot : 5555/5555/4444/4444
10) Parese atau Paralisa : tidak ada
12 Seksualitas
a. Gejala (Subjektif)
1) Pemahaman Terhadap Fungsi Seksual : tidak di kaji
2) Gangguan Hubungan Seksual karena Berbagai Kondisi (fertilitas, libido, ereksi,
menstruasi,kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi atau kondis
3) Permasalahan Selama Aktifitas Seksual : ( ) tidak ada ( ) Ada
Jelaskan : tidak dikaji
4) Pengkajian pada Laki–laki
Rabas pada Penis :-
Gangguan Prostat :-
5) Pengkajian pada Perempuan
a) Riwayat Mentruasi (keturunan, keluhan) :-
b) Riwayat Kehamilan : -
c) Riwayat Pemeriksaan Ginekologi (missal pap smear) : -
b. Tanda (Objektif)
1) Pemeriksaan Payudara/ Penis/ Testis : tidak dikaji
2) Kutil Genital / Lesi : tidak dikaji
13 Keseimbangan dan Peningkatan hubungan psiko serta interaksi social
Pasien mengatakan mampu berkomunikasi dengan jelas dan mengerti orang lain serta dapat
mengeksperesikan dirinya dengan baik. Pasien tidak ada kesulitan dalam berhubungan dengan orang
lain. Ketika ada masalah pasien meminta bantuan kepada anggota keluarganya. Bagi pasien anggota
keluarganya merupakan orang terdekat dan yang berpengaruh terhadap dirinya
Spritual:
Pasien mengatakan beragama islam dan mampu melaksanakan sholat 5 waktu. Pasien sering mengikuti
pengajian tiap minggu disekitar rumahnya. Saat dirawat pasien mampu melaksanakan sholat 5 waktu
meskipun dengan cara duduk. Dan tidak mengikuti pengajian selama di rawat. Keyakinan yang dianut
oleh pasien tidak bertentangan dengan kesehatannya, serta tidak ada pertentangan terhadap pengobatan
yang sedang dijalani.
E. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN
1. Bahasan dominan (khusus) Buta huruf :
🗌 ketidakmampuan belajar (khusus) 🗌 keterbatasan kognitif :
2. Informasi yang telah disampaikan :
🗌⎷pengaturan jam besuk 🗌⎷hak dan kewajiban klien 🗌 ⎷tim/petugas yang merawat
3. Masalah yang ingin dijelaskan :
🗌 perawatan diri di RS 🗌 obat-obatan yang diberikan ,
Lain-lain : Pengetahuan tentang penyakit hipertensi dan cara menurunkan tekanan darah
F. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG (Diagnostik/Laboratorium)
PEMERIKSAAN KLIEN NILAI SATUAN
PENUNJANG/ (Tn. NORMAL
DIAGNOSTIK W.M )
Laboratorium Tgl 5 Mei 2018
Faal Hati
SGOT 61 L:<37;P:<31 IU/L
SGPT 97 L:<42;P:<32 IU/L
Gula Darah
Gula darah Acak 84 <140 mg/dL
Widal Slide
Salmonella (+) 1/400 Negatif -
Typhi O
Salmonella (+) 1/400 Negatif -
Typhi H
Salmonella (+) 1/400 Negatif -
Paratyphi A
Salmonella (+) 1/400 Negatif -
Paratyphi B
HGB 11,8 L:14,0-17,5 g/dL
P: 12,3-15,3
RBC 4,06 L 4,5 - 5,9 10^6 /µL
P 4,1 – 5,1
HCT 33,9 L 40,0 – 52,0 %
P 34,0 – 47,0
MCV 83,4 80,0 – 97,0 fL
MCH 27,6 26,5-33,5 pg
MCHC 33,1 31,5-35,0 g/dL
RDW-SD 43,3 35-47 fL
RDW-CV 15,4 11,5-14,5 %
WBC 4,55 10^3 /µL
EO% 1,2 %
BASO% 1,4 %
NEUT% 59,8 %
LYMPH% 15,5 %
MONO% 9,3 %
EO# 0,18 10^3 /µL
BASO# 0,09 10^3 /µL
NEUT# 3,88 10^3 /µL
LYMPH# 1,61 10^3 /µL
MONO# 0,54 10^3 /µL

PLT 298 150-450 10^3 /µL


PDW 12,3 10-18 fL

G. DATA GENOGRAM
Keterangan :

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan : Garis keturunan


: Meninggal

H. MASALAH KEPERAWATAN

No Tanggal Muncul Masalah


Masalah
1. 26 Februari 2024 Hypertermi
2. 26 Februari 2024 Defisit nutrisi
3. 26 Februari 2024 Gangguan Pola Tidur
4. 26 Februari 2024 Defisit Pengetahuan

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Ruang Rawat / Unit Kerja: Ranap Interna
Tanggal : 26 Februari 2024

RENCANA PERAWATAN PASIEN TERINTEGRASI


(Care Plan)
Interve
Waktu
Tujuan dan Keluaran nsi Waktu
Tgl / Jam Daftar Masalah / Diagnosis Intervensi Evaluasi
(Outcome) Lanjut Evaluasi
(Taggal)
an
26/2/24 Hipertermia (D. 0130) Setelah dilakukan perawatan Intervensi Utama Manajemen
3x24 jam di harapkan Hipertermia Observasi :
Definisi : termoregulasi membaik Luaran 1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
Suhu tubuh meningkat di Utama Termoregulasi dengan 3. Monitor kadar elektralit
atas rentang normal kriteria hasil:
a. Menggigil menurun 4. Monitor komplikasi akibat hipertermia
tubuh. b. Kulit merah menurun Terapeutik :
c. Pucat cukup menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin
d. Suhu tubuh membaik 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
Penyebab : 3. Bahasi dan kipasi permukaan tubuh
e. Suhu kulit dari membaiK
1. Proses penyakit ( mis. f. Tekanan darah membaik 4. Berikan caian oral
Infeksi, kanker) 5. Ganti linen setiap hari atau lebih serig jika
2. Peningkatan laju mengalami hyperhidrosis (keringat berlebihan)
metabolism 6. Lakukan pendinginan eksternal ( mis kompres
3. Respon trauma dingin pada dahi, leher, dada)
Edukasi :
4. Penggunaan incubator
1. Anjurkan tirah baring Kolaborasi :
Subjektif: Kolaborasi
- Pasien mengeluh badan 1. pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
terasa panas perlu.
Objektif: 2. Pemberian obat.
- Suhu tubuh di atas
normal
- SB: 38,90C
26/2/24 Defisit Nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan perawatan Manajemen Nutrisi
3x24 jam di harapkan status Observasi:
Definisi :Asupan nutrisi nutrisi membaik Luaran
1. Identifikasi status nutrisi
tidak cukup untuk Utama
memenuhi kebutuhan Status Nutrisi dengan kriteria 2. Identifikasi alergi makanan dan intoleransi makanan
metabolisme. hasil: 3. Identifikasi makanan yang disukai
1. Frekuensi makan sedang 4. Monitor asupan makanan
Penyebab : 2. Nafsu makan sedang
3. Berat badan sedang 5. Monitor berat badan
1. Ketidakmampuan
6. Monitor hasil pemeriksaan laboratoium.
menelan makanan
Terapeutik:
2. Ketidakmampuan
7. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.
mencerna makanan
8. Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah
3. Ketidakmampuan
konstipasi.
mengabsorbsi nutrien
9. Berikan makanan yang tinggi protein dan kalori.
4. Peningkatan kebutuhan
10. Berikan suplemen makanan, jika perlu
metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis, Edukasi:
finansial tidak
11. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
mencukupi)
12. Anjurkan diet yang diprogramkan.
6. Faktor psikologis (mis,
stres, keengganan Kolaborasi:
untuk makan)
13. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan.
14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan
26/2/24 Gangguan Pola Tidur b.d Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur
Hambatan Lingkungan keperawatan 4x24 jam, maka Observasi
d.d pola tidur Meningkat 1. Identifikasi pola aktivitas tidur
DS : dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
- Pasien Mengeluh  Keluhan Sulit tidur Terapeutik
sulit tidur membaik 3. Modifikasi Lingkungan
- Pasien mengeluh  Keluhan pola tidur 4. Batasi waktu tidur siang
pola tidur berubah berubah membaik Edukasi
5. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
6. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
J. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Ruang Rawat/Unit Kerja : Ranap Interna Tanggal : 26 Februari 2024
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
1. Hipertermia

Pengkajian Diagnosa Implementasi Evaluasi Formatif Evaluasi Hasil (S-O-A-P)


Intervensi (S-O-A-P)
S: 09.30 WIB S:
Pasien mengeluh panas seluruh 1. Mengidentifikasi penyebab 1. Disebabkan oleh proses penyakit Pasien mengeluh panas seluruh
badan. hipertermia. (bakteri salmonella thypi) yang badan.
2. Memonitor suhu tubuh menyerang usus halus.
O: 2. SB: 38,90C O:
- Tekanan darah 110/90 mmHg - Tekanan darah 110/80 mmHg
- Nadi 98 x/menit 09.40 WIB - Nadi 94 x/menit
- Pernapasan 22 x/menit 3. Menyediakan lingkungan yang 3. Pasien nampak lebih nyaman. - Pernapasan 28 x/menit
- SB: 39,10C dingin. 4. Pasien nampak menggunakan - SB: 38,90C
- SPO2 97 % 4. Melonggarkan atau lepaskan pakaian yang tipis dan merasa - SPO2 97 %
- CRT < 3 detik pakaian. nyaman. - CRT < 3 detik
- Tampak pucat 5. Memberikan cairan oral. 5. Pasien nampak legah dan cairan - Tampak pucat
6. Melakukan kompres air hangat. infus yang masuk 500 ml/8 jam.
- Tidak ada sianosis - Tidak ada sianosis
6. Hasil: S: 38,5 ºC

09.50 WIB
A: A:
7. Menganjurkan untuk tirah baring. 7. Pasien terlihat rileks.
SLKI : Hipertermi SLKI : Hipertermi
8. Mengkolaborasi pemberian 8. Nampak terpasang cairan KAEN
cairan dan elektrolit intravena. 3B 16 tpm.
P: P:
SIKI : Lakukan manajemen SIKI : Lakukan manajemen
hipetermi. hipetermi.
2. Defisit Nutrisi

Pengkajian Diagnosa Implementasi Evaluasi Formatif Evaluasi Hasil (S-O-A-P)


Intervensi (S-O-A-P)
S: 10.00 WIB S:
Pasien mengeluh mual, tidak ada 1. Memonitor berat badan 1. BB : 55 kg. Pasien mengeluh mual, tidak ada
nasfsu makan. 2. Mengidentifikasi status nutrisi 2. pasien mengatakan kurang nafsu nasfsu makan.
3. Mengidentifikasi alergi makanan makan selama sakit.
O: dan intoleransi makanan 3. pasien mengatakan tidak ada O:
- Tekanan darah 110/90 mmHg 4. Mengidentifikasi makanan yang alergi terhadap makanan. - Tekanan darah 110/90 mmHg
- Nadi 94 x/menit disukai. 4. pasien mengatakan menyukai - Nadi 94 x/menit
- Pernapasan 22 x/menit 5. Memonitor asupan makanan. makanan seperti ayam goreng - Pernapasan 22 x/menit
- Suhu 39,1 C dan mie instan. - Suhu 39,1 C
- SPO2 97 % 5. Pasien sudah muntah 2 kali dan - SPO2 97 %
- CRT < 3 detik makanan yang masuk hanya 3-4 - CRT < 3 detik
- Tampak pucat sendok makan setiap kali makan. - Tampak pucat
10.30 WIB
- Tidak ada sianosis - Tidak ada sianosis
6. Menyaajikan makanan secara 6. Pasien nampak tidak selera
- Mual - Mual
menarik dan suhu yang sesuai. makan namun tetap dipaksa
- Tidak ada nafsu makan keluarga. - Tidak ada nafsu makan
- Porsi makan tidak habis - Porsi makan tidak habis

A: A:
SLKI : Defisit Nutrisi SLKI : Defisit Nutrisi

P: P:
SIKI : Lakukan Manajemen Nutrisi SIKI : Lakukan Manajemen Nutrisi.
3. Gangguan Pola Tidur

Pengkajian Diagnosa Implementasi Evaluasi Formatif Evaluasi Hasil (S-O-A-P)


Intervensi (S-O-A-P)
S: 11.30 WIB S:
- pasien mengeluh sulit tidur 1. Mengidentifikasi pola aktivitas 1. Pasien mengatakan pola tidur Pasien mengatakan sulit tidur.
tidur berubah Latihan yang dapat
- Pasien mengeluh pola tidur dilakukan adalah ROM
berubah. 2. Mengidentifikasi faktor 2. Pasien mengatakan sesak O:
pengganggu tidur membuatnya sulit tidur. - Tekanan darah 110/90 mmHg
3. Memodifikasi Lingkungan 3. Mengurangi pengunjung di saat - Nadi 94 x/menit
O: waktu istirahat. - Pernapasan 22 x/menit
- Tekanan darah 110/90 mmHg 4. Membatasi waktu tidur siang 4. Pasien kadang tidak bisa tidur - SPO2 97 %
- Nadi 94 x/menit siang. - CRT < 3 detik
- Pernapasan 22 x/menit 10.30 WIB - Klien nampak berbaring
- Suhu 39,1
- SPO2 97 % 5. Menjelaskan pentingnya tidur 5. Pasien mengerti dengan
A:
- CRT < 3 detik cukup selama sakit penjelasan.
SLKI : Masalah gangguan pola tidur
- Klien nampak berbaring 6. Menganjurkan menepati 6. Dengan cara apabila sudah jam belum teratasi
kebiasaan waktu tidur tertentu pasien harus cepat tidur.
A: P :\
SLKI : Pola tidur berubah Lanjutkan intervensi.
P:
SIKI : Lakukan intervensi
Ruang Rawat/Unit Kerja : Ranap Interna Tanggal : 27 Februari 2024
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
1. Hipertermia

Pengkajian Diagnosa Implementasi Evaluasi Formatif Evaluasi Hasil (S-O-A-P)


Intervensi (S-O-A-P)
S: 09.00 WIB S:
Pasien mengeluh panas berkurang. 1. Mengidentifikasi penyebab 1. Disebabkan oleh proses penyakit Pasien mengeluh panas seluruh
hipertermia. (bakteri salmonella thypi) yang badan.
O: 2. Memonitor suhu tubuh menyerang usus halus.
- Tekanan darah 110/80 mmHg 2. SB: 38,50C O:
- Nadi 98 x/menit - Tekanan darah 110/80 mmHg
- Pernapasan 22 x/menit 09.10 WIB - Nadi 94 x/menit
- SB: 38,50C 3. Menyediakan lingkungan yang 3. Pasien nampak lebih nyaman. - Pernapasan 28 x/menit
- SPO2 97 % dingin. 4. Pasien nampak menggunakan - SB: 38,50C
- CRT < 3 detik 4. Melonggarkan atau lepaskan pakaian yang tipis dan merasa - SPO2 97 %
- Tampak pucat pakaian. nyaman. - CRT < 3 detik
5. Memberikan cairan oral. 5. Pasien nampak legah dan cairan - Tampak pucat
- Tidak ada sianosis
6. Melakukan kompres air hangat. infus yang masuk 500 ml/8 jam.
- Tidak ada sianosis
6. Hasil: S: 38,5 ºC
A:
09.30 WIB
SLKI : Hipertermi A:
7. Menganjurkan untuk tirah baring. 7. Pasien terlihat rileks.
SLKI : Hipertermi
8. Mengkolaborasi pemberian 8. Nampak terpasang cairan KAEN
P:
cairan dan elektrolit intravena. 3B 16 tpm.
SIKI : Lakukan manajemen P:
hipetermi. SIKI : Lakukan manajemen
hipetermi.
2. Defisit Nutrisi

Pengkajian Diagnosa Implementasi Evaluasi Formatif Evaluasi Hasil (S-O-A-P)


Intervensi (S-O-A-P)
S: 10.00 WIB S:
Pasien mengeluh mual, tidak ada 1. Memonitor berat badan 1. BB : 55 kg. Pasien mengeluh mual, tidak ada
nasfsu makan. 2. Mengidentifikasi status nutrisi 2. pasien mengatakan kurang nafsu nasfsu makan.
3. Mengidentifikasi alergi makanan makan selama sakit.
O: dan intoleransi makanan 3. pasien mengatakan tidak ada O:
- Tekanan darah 110/90 mmHg 4. Mengidentifikasi makanan yang alergi terhadap makanan. - Tekanan darah 110/80 mmHg
- Nadi 94 x/menit disukai. 4. pasien mengatakan menyukai - Nadi 94 x/menit
- Pernapasan 22 x/menit 5. Memonitor asupan makanan. makanan seperti ayam goreng - Pernapasan 22 x/menit
- Suhu 38,5 C dan mie instan. - Suhu 38,5 C
- SPO2 97 % 5. Pasien masih muntah sekali dan - SPO2 97 %
- CRT < 3 detik makanan yang masuk sudah - CRT < 3 detik
- Tampak pucat setengah dari porsi makan. - Tampak pucat
10.30 WIB
- Tidak ada sianosis - Tidak ada sianosis
6. Menyaajikan makanan secara 6. Pasien nampak tidak selera
- Mual - Mual
menarik dan suhu yang sesuai. makan namun tetap dipaksa
- Tidak ada nafsu makan keluarga. - Tidak ada nafsu makan
- Porsi makan tidak habis - Porsi makan tidak habis

A: A:
SLKI : Defisit Nutrisi SLKI : Defisit Nutrisi

P: P:
SIKI : Lakukan Manajemen Nutrisi SIKI : Lakukan Manajemen Nutrisi.
3. Gangguan Pola Tidur

Pengkajian Diagnosa Implementasi Evaluasi Formatif Evaluasi Hasil (S-O-A-P)


Intervensi (S-O-A-P)
S: 11.30 WIB S:
- pasien mengeluh sulit tidur 1. Mengidentifikasi pola aktivitas 1. Pasien mengatakan tidur jam Pasien mengatakan sulit tidur.
tidur 22.00 bangun jam 03.00 dan
- Pasien mengeluh pola tidur tidak bisa tidur lagi semalam
berubah. bangun sebanyak 2x O:
- Tekanan darah 110/80 mmHg
2. Mengidentifikasi faktor 2. Pasien mengatakan demam - Nadi 94 x/menit
O: pengganggu tidur membuatnya sulit tidur. - Pernapasan 22 x/menit
- Tekanan darah 110/80 mmHg 3. Memodifikasi Lingkungan 3. Mengurangi pengunjung di saat - SPO2 97 %
- Nadi 94 x/menit waktu istirahat. - CRT < 3 detik
- Pernapasan 22 x/menit 4. Membatasi waktu tidur siang 4. Pasien kadang tidak bisa tidur - Klien nampak berbaring
- Suhu 38,5 siang.
- SPO2 97 % 10.30 WIB
A:
- CRT < 3 detik
SLKI : Masalah gangguan pola tidur
- Klien nampak berbaring 5. Menjelaskan pentingnya tidur 5. Pasien mengerti dengan
belum teratasi
cukup selama sakit penjelasan.
A: 6. Menganjurkan menepati 6. Dengan cara apabila sudah jam P :\
SLKI : Pola tidur berubah kebiasaan waktu tidur tertentu pasien harus cepat tidur.
Lanjutkan intervensi.
P:
SIKI : Lakukan intervensi
Ruang Rawat/Unit Kerja : Ranap Interna Tanggal : 28 Februari 2024
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
1. Hipertermia

Pengkajian Diagnosa Implementasi Evaluasi Formatif Evaluasi Hasil (S-O-A-P)


Intervensi (S-O-A-P)
S: 09.00 WIB S:
Pasien mengatakan sudah tidak 1. Mengidentifikasi penyebab 1. Disebabkan oleh proses penyakit Pasien mengatakan tidak panas lagi.
panas. hipertermia. (bakteri salmonella thypi) yang
2. Memonitor suhu tubuh menyerang usus halus. O:
O: 2. SB: 37,50C - Tekanan darah 130/80 mmHg
- Tekanan darah 120/80 mmHg - Nadi 94 x/menit
- Nadi 98 x/menit 09.10 WIB - Pernapasan 23 x/menit
- Pernapasan 22 x/menit 3. Menyediakan lingkungan yang 3. Pasien nampak lebih nyaman. - SB: 37,50C
- SB: 37,50C dingin. 4. Pasien nampak menggunakan - SPO2 97 %
- SPO2 97 % 4. Melonggarkan atau lepaskan pakaian yang tipis dan merasa - CRT < 3 detik
- CRT < 3 detik pakaian. nyaman. - Tampak pucat
- Tampak pucat 5. Memberikan cairan oral. 5. Pasien nampak legah dan cairan
- Tidak ada sianosis
6. Melakukan kompres air hangat. infus yang masuk 500 ml/8 jam.
- Tidak ada sianosis
6. Hasil: S: 37,5 ºC
A:
09.30 WIB
A: SLKI : Masalah Hipertermi teratasi
7. Menganjurkan untuk tirah baring. 7. Pasien terlihat rileks.
SLKI : Hipertermi
8. Mengkolaborasi pemberian 8. Nampak terpasang cairan KAEN
P:
cairan dan elektrolit intravena. 3B 16 tpm.
P: SIKI : Hentikan intervensi.
SIKI : Lakukan manajemen
hipetermi.
2. Defisit Nutrisi

Pengkajian Diagnosa Implementasi Evaluasi Formatif Evaluasi Hasil (S-O-A-P)


Intervensi (S-O-A-P)
S: 10.00 WIB S:
Pasien mengeluh mual, tidak ada 1. Memonitor berat badan 1. BB : 55 kg. Pasien mengatakan sudah tidak
nasfsu makan. 2. Mengidentifikasi status nutrisi 2. pasien mengatakan nafsu makan muntah dan makan makanan PKTS.
3. Mengidentifikasi alergi makanan membaik.
O: dan intoleransi makanan 3. pasien mengatakan tidak ada O:
- Tekanan darah 110/90 mmHg 4. Mengidentifikasi makanan yang alergi terhadap makanan. - Tekanan darah 120/80 mmHg
- Nadi 94 x/menit disukai. 4. pasien mengatakan menyukai - Nadi 94 x/menit
- Pernapasan 22 x/menit 5. Memonitor asupan makanan. makanan seperti ayam goreng - Pernapasan 22 x/menit
- Suhu 38,5 C dan mie instan. - Suhu 37,5 C
- SPO2 97 % 5. Pasien sudah tidak muntah dan - SPO2 97 %
- CRT < 3 detik makan makanan PKTS. - CRT < 3 detik
- Tampak pucat - Tampak rileks
10.30 WIB
- Tidak ada sianosis - Tidak ada sianosis
6. Menyaajikan makanan secara 6. Pasien sudah berselera makan
- Mual
menarik dan suhu yang sesuai. walaupun sedikit tapi sering.
- Tidak ada nafsu makan A:
- Porsi makan tidak habis SLKI : Defisit Nutrisi teratasi

A: P:
SLKI : Defisit Nutrisi SIKI : Hentikan intervensi

P:
SIKI : Lakukan Manajemen Nutrisi
3. Gangguan Pola Tidur

Pengkajian Diagnosa Implementasi Evaluasi Formatif Evaluasi Hasil (S-O-A-P)


Intervensi (S-O-A-P)
S: 11.30 WIB S:
- pasien mengeluh sulit tidur 1. Mengidentifikasi pola 1. Pasien semalam bisa tidur Pasien mengatakan sulit tidur.
aktivitas tidur dengan nyenyak tidur pukul
- Pasien mengeluh pola tidur 22.00 bangun pukul 04.00 dan
berubah. mematuhi jadwal tidur yang telah O:
di tetapkan - Tekanan darah 110/80 mmHg
- Nadi 94 x/menit
O: 2. Memodifikasi Lingkungan 2. Mengurangi pengunjung di saat - Pernapasan 22 x/menit
- Tekanan darah 110/80 mmHg waktu istirahat. - SPO2 97 %
- Nadi 94 x/menit 3. Membatasi waktu tidur siang 3. Pasien sudah bisa tidur siang. - CRT < 3 detik
- Pernapasan 22 x/menit
- Klien nampak berbaring
- Suhu 38,5 10.30 WIB
- SPO2 97 % 4. Menjelaskan pentingnya tidur 4. Pasien mengerti dengan
A:
- CRT < 3 detik cukup selama sakit penjelasan.
SLKI : Masalah gangguan pola tidur
- Klien nampak berbaring 5. Menganjurkan menepati 5. Dengan cara apabila sudah jam sudah teratasi
kebiasaan waktu tidur tertentu pasien harus cepat tidur.
A: P:
SLKI : Pola tidur berubah Hentikan intervensi.
P:
SIKI : Lakukan intervensi

Anda mungkin juga menyukai