Anda di halaman 1dari 20

A.

PENGERTIAN

Penyakit demam tifoid (Typhoid fever) yang biasa disebut tifus

merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella,

khususnya turunannya yaitu Salmonella typhi yang menyerang bagian

saluran pencernaan (Algerina, 2008).

Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas yang

berkepanjangan , ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur

endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi

dalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan

peyer’s pacth dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau

air yang terkontaminasi.( Sumarmo,2002 dalam Aplikasi Asuhan

Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis 2015).

Darmowandono (2006) menyebutkan demam tifoid adalah

penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif Salmonella

typhi. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel

fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran

darah.

Demam tifoid termasuk penyakit menular yang tercantum dalam

Undang- undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok

penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat

menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah (Sudoyo

et al, 2007).

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat penulis menyatakan bahwa

demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang di


sebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella typhi serta dapat

ditularkan melalui makanan dan minuman.

Etiologi

Salmonella typhi sama dengan salmonela yang lain adalah bakteri


gram negatif mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic
(O) yang terdiri dari oligosakarida, flagela antigen (H) yang terdiri
dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari
polisakarida. Mempuyai makromolekular lipoposakarida kompleks
yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan
endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid
factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple
antibiotic (Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis :2015)
Manifestasi Klinis
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata
10-14 hari.
2. Demam mininggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak
tertangani akan menyebabkan syok, stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual, muntah, diare , konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput ( kotor ditengah, tepi dan ujung merah
serta tremor).
11. Hepatomegali, Splenomegali, Meteroismus
12. Gangguan mental berupa samnolen
13. Delirium atau psikosis
14. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada
bayi muda sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok
dan hipotermia ( Sudoyo Aru, dkk 2009).
B. TANDA DAN GEJALA

Gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serup dengan
penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu: demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut,
batuk dan epitakis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh
meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari.
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandinkan dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-20 hari. Setela
masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul
gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu:
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat
febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama,
suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun
pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam
minggu kedua, pernderita terus dalam keadaan demam. Dalam minggu
ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembalu pada akhir
minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung
dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa
membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi,
akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesdaran
Umumnya kesadarn penderita menurun walaupun tidak berapa dalam,
yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma atau gelisah.
Masa tunas typhoid 10 - 20 hari
1. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan
malam hari. Dengankeluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala,
anorexia dan mual, batuk,epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak
di perut.
2. Minggu II

Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi,


lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi),
hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

C. PATOFISIOLOGI/POHON MASALAH
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna
(mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S.
typhi masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman
yang tercemar. Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran
dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki
lalat). Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun
buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia,
sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke
usus halus.
Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus
halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar
getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada
organ hati, empedu, dan lain-lain).Jika demikian keadaannya, kotoran dan
air seni penderita bisa mengandung kuman S. typhi yang siap menginfeksi
manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari.
Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun
tidak menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella bisa ada terus
menerus di kotoran dan air seni sampai bertahun-tahun. S. thypi hanya
berumah di dalam tubuh manusia. Oleh kerana itu, demam tifoid sering
ditemui di tempat-tempat di mana penduduknya kurang mengamalkan
membasuh tangan manakala airnya mungkin tercemar dengan sisa
kumbahan.
Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan
membahagi dan merebak ke dalam saluran darah dan badan akan bertindak
balas dengan menunjukkan beberapa gejala seperti demam. Pembuangan
najis di merata-rata tempat dan hinggapan lalat (lipas dan tikus) yang akan
menyebabkan demam tifoid.

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS/PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi
sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus.
3. Pemeriksaan Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap
bakteri Salmonella Typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Typoid. Akibat
adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat
antibodi (aglutinin).
4. Kultur
Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama.
Kultur urin : bisa positif pada akhir minggu kedua.
Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga.
5. Anti Salmonella typhi Ig M
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella typhi, karena antibodi Ig M muncul pada hari ke-3 dan 4
terjadinya demam.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Non Farmakologi
2. Farmakologi

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian dengan pasien Demam Thypoid, meliputi :
1. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Keluhan utama
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apatis sampai
somnolen, dan gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau
tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
3. Riwayat penyakit saat ini
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau
terkontaminasi dengan minuman.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita
demam tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah. Umumnya
bersifat fatal.
6. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
A. Keadaan Umum
Pada fase awal penyakit biasanya tidak didapatkan adanya
perubahan. Pada fase lanjut, secara umum pasien terlihat sakit
berat dan sering didapatkan penurunan tingkat kesadaran (apatis,
delirium).
B. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik :
Kepala – kaki, nadi, respirasi, temperatur yang merupakan tolak
ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk
pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan
menggunakanprinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi,
perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui
adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang
terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan.
1. Pernafasan B1 (breath)
- Bentuk dada : simetris
- Pola nafas : teratur
- Suara nafas : tidak ada bunyi nafas tambahan
- Sesak nafas : tidak ada sesak nafas
- Retraksi otot bantu nafas: tidak ada
- Alat bantu pernafasan : tidak ada alat bantu pernafasan.
2. Kardiovaskuler B2 (blood)
- Penurunan tekanan darah
- Keringat dingin
- Diaforesis sering didapatkan pada minggu pertama.
- Kulit pucat
3. Persyarafan B3 (brain):
- Penglihatan (mata) : Gerakan bola mata dan kelopak
mata simetris, konjungtiva tampak anemis, sklera putih,
pupil bereaksi terhadap cahaya, produksi air mata (+),
tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
- Pendengaran (telinga) : Bentuk D/S simetris, mukosa
lubang hidung merah muda, tidak ada cairan dan
serumen, tidak menggunakan alat bantu, dapat merespon
setiap pertanyaan yang diajukan dengan tepat.
- Penciuman (hidung) : Penciuman dapat membedakan
bau-bauan, mukosa hidung merah muda, sekret tidak
ada, tidak ada terlihat pembesaran mukosa atau polip.
- Kesadaran : kompos mentis
4. Perkemihan B4 (bladder)
- Kebersiahan : bersih
- Bentuk alat kelamin : normal
- Uretra : normal
- Produksi urin : normal, BAK tidak menentu, rata-rata4-6
X sehari, tidak pernah ada keluhan batu atau nyeri.
5. Pencernaan B5 (bowel)
- Nafsu makan : anoreksia
- Porsi makan : ¼ porsi
- Mulut : Bibir tampak kering, lidah tampak
kotor (keputihan), gigi lengkap, tidak ada
pembengkakan gusi, tidak teerlihatpembesaran tonsil.
- Mukosa : pucat.
6. Musculoskeletal/integument B6 (bone)
- Kemampuan pergerakan sendi : normal
- Kondisi tubuh : kelelahan, malaise.

G. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Dalam NANDA NIC-NOC, 2015 dijelaskan lima diagnosa keperawatan


yang mungkin muncul pada pasien dengan demam tifoid yang terdiri atas
definisi, batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan yaitu sebagai
berikut.
1. Ketidakefektifan Termoregulasi Berhubungan dengan Fluktuasi Suhu
Lingkungan, Proses Penyakit
Definisi : Fruktuasi suhu diantara hipotermi dan hipertermia.
Batasan karakteristik
a. Dasar kuku sianostik
b. Fruktuasi suhu tubuh diatas dan dibawah kisaran normal.
c. Kulit kemerahan
d. Hipertensi
e. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Sedikit menggigil, kejang
h. Pucat sedang
i. Piloereksi
j. Penurunan suhu tubuh dibawah kisaran normal
k. Kulit dingin, kulit hangat
l. Pengisian ulang kapiler yang lamba, takikardi
Faktor yang berhubungan dengan

a. Usia yang ekstrem


b. Fluktuasi suhu lingkungan
c. Penyakit
d. Trauma

2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Proses Peradangan


Definisi :
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa ( International
Association for the study of pain ) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
Batasan Karakteristik :
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan frekuensi jantung
d. Perubahan frekuensi pernapasan
e. Laporan isyarat
f. Diaphoresis
g. Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar mandir, mencari orang lain
dan/ aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
h. Mengekpresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis,
waspada, iritabilitas, mendesah)
i. Masker wajah (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan
mata berpencar atau tetap pada satu focus, meringis)
j. Sikap melindungi area nyeri
k. Fokus menyempit (mis., gangguan persepsi nyeri, hambatan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
l. Indikasi nyeri yang dapat diamati
m. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
n. Sikap tubuh melindungi
o. Dilatasi pupil
p. Melaporkan nyeri secara verbal
q. Fokus pada diri sendiri
r. Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan :

Agen cedera ( mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh


Berhubungan dengan Intake yang Tidak Adekuat
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
Berhubungan dengan:
a. Faktor biologis
b. Faktor ekonomi
c. Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
d. Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
e. Ketidakmampuan menelan makanan
f. Faktor psikologis
Ditandai dengan:
a. Kram abdomen
b. Nyeri abdomen
c. Menghindari makanan
d. Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
e. Kerapuhan kapiler
f. Diare
g. Kehilangan rambut berlebihan
h. Bising usus hiperaktif
i. Kurang makanan
j. Kurang informasi
k. Kurang minat pada makanan
l. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
m. Kesalahan konsepsi
n. Kesalahann informasi
o. Membran mukosa pucat
p. Ketidakmampuan memakan makanan
q. Tonus otot menurun
r. Mengeluh gangguan sensasi rasa
s. Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA
t. Cepat kenyang setelah makan
u. Sariawan rongga mulut
v. Steatorea
w. Kelemahan otot pengunyah
x. Kelemahan otot untuk menelan

4. Risiko Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Intake


Yang Tidak Adekuat Dan Peningkatan Suhu Tubuh
Definisi : Berisiko mengalami dehidrasi vascular, selular, atau intaselular.
Faktor Risiko :
a. Kehilangan volume cairan aktif
b. Kurang pengetahuan
c. Penyimpanan yang memengaruhi absorpsi cairan
d. Penyimpangan yang memengaruhi akses cairan
e. Penyimpangan yang memengaruhi asupan cairan
f. Kehilangan harus berlebihan melalui rute normal (mis., siang
menetap
g. Usia lanjut
h. Berat badan ekstrem
i. Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan (mis., status
hipermetabolik)
j. Kegagalan fungsi regulator
k. Kehilangan cairan melalui rute abnormal (mis., slang menetap)
l. Agens farmaseutikal (mis., diuretik)

5. Konstipasi Berhubungan dengan Penurunan Motilitas Traktus


Gastrointestinal (Penurunan Motilitas Usus)
Definisi : penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh
kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses dan/ atau pengeluaran feses
yang keras, kering, dan banyak.
Batasan Karakteristik :
a. Nyeri abdomen
b. Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot.
c. Nyeri tekan abdomen tanpa teraba resistensi otot.
d. Anoreksia
e. Penampilan tidak khas pada lansia (misal, perubahan pada status
mental, inkontinensia urinarius, jatuh yang tidak ada penyebabnya,
peningkatan suhu tubuh
f. Borborigmi
g. Darah merah pada feses.
h. Perubahan pada pola defekasi
i. Penurunan frekuensi.
j. Penurunan volume feses.
k. Distensi abdomen
l. Rasa rektal penuh.
m. Rasa tekanan rektal.
n. Keletihan umum
o. Feses keras dan berbentuk
p. Sakit kepala
q. Bising usus hiperaktif.
r. Bising usus hipoaktif.
s. Peningkatan tekanan abdomen
t. Tidak dapat makan.
u. Mual.
v. Rembesan feses cair.
w. Nyeri pada saat defekasi.
x. Masa abdomen yang dapat diraba.
y. Masa rektal yang dapat diraba.
z. Adanya feses lunak, seperti pasta di dalam rektum.
aa. Perkusi abdomen pekak.
bb. Sering flatus.
cc. Mengejan pada saat defekasi.
dd. Tidak dapat mengeluarkan feses.
ee. Muntah.

Faktor yang berhubungan :

a. Fungsional
1) Kelemahan otot abdomen
2) Kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi.
3) Ketidakadekuatan toileting (misal, batasan waktu, posisi untuk
defekasi, privasi).
4) Kurang aktivitas fisik.
5) Kebiasaan defekasi tidak teratur.
6) Perubahan lingkungan saat ini.
b. Psikologis
1) Depresi, Stres emosi.
2) Konfusi mental.
c. Farmakologis
1) Antasida mengandung aluminium.
2) Antikolinergik.
3) Antikonvulsan.
4) Antidepresan.
5) Agens antilipemik.
6) Garam bismuth.
7) Kalsium karbonat.
8) Penyekat saluran kalsium.
9) Diuretik.
10) Garam besi.
11) Penyalahgunaan laksatif.
12) Agens antiinflamasi.
13) Nonsteroid.
14) Opiat.
15) Penotiazid.
16) Sedatif.
17) Simpatomimetik
d. Mekanis
1) Ketidakseimbangan elektrolit.
2) Hemoroid
3) Penyakit Hirschsprung.
4) Gangguan neurologis
5) Obesitas
6) Obstruksi pasca bedah
7) Kehamilan
8) Pembesaran prostat
9) Abses rektal
10) Fisura anal rektal
11) Striktur anal rektal
12) Prolaps rektal
13) Ulkus rektal
14) Rektokel, Tumor
e. Fisiologis
1) Perubahan pola makan
2) Perubahan makanan
3) Penurunan motilitas traktus gastrointestinal
4) Dehidrasi
5) Ketidakadekutan gigi geligi
6) Ketidakadekuatan higiene oral
7) Asupan serat tidak cukup
8) Asupan cairan tidak cukup
9) Kebiasaan makan buruk
H. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Intervensi

Ketidakseimbangan NOC NIC


Nutrisi Kurang dari Setelah dilakukan asuhan 1. Nutrition Management
Kebutuhan Tubuh keperawatan … x 24 jam a. Kaji adanya alergi
diharapkan masalah makanan
keperawatan b. Kolaborasi dengan ahli
ketidakseimbangan nutrisi gizi untuk menentukan
kurang dari kebutuhan tubuh jumlah kalori dan
dapat teratasi dengan nutrisi yang dibutuhkan
Kriteria Hasil : pasien
1. Adanya peningkatan berat c. Anjurkan pasien untuk
badan sesuai dengan meningkatkan intake Fe
tujuan d. Anjurkan pasien untuk
2. Berat badan ideal sesuai meningkatkan protein
dengan tinggi badan dan vitamin C
3. Mampu mengidentifikasi e. Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi f. Yakinkan diet yang
4. Tidak ada tanda-tanda dimakan mengandung
malnutrisi tinggi serat untuk
5. Menunjukkan peningkatan mencegah konstipasi
fungsi pengecapan dari g. Berikan makanan yang
menelan terpilih (sudah
6. Tidak terjadi penurunan dikonsultasikan dengan
berat badan yang berarti ahli gizi)
h. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian
i. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
j. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
k. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
2. Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya
penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
d. Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan
e. Monitor lingkungan
selama makan
f. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
g. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
j. Monitor mual dan
muntah
k. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
l. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
m. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
n. Monitor kalori dan
intake kalori
o. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas
oral
p. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
Konstipasi Setelah diberikan asuhan NIC : Konstipation atau
keperawatan selama 2 x 24 impaction management
jam diharapkan pola a. Monitor tanda dan gejala
eliminasi fekal pasien normal konstipasi
dengan kriteria hasil : b. Monitor frekuensi, warna,
NOC : Bowel elimination dan konsistensi.
- Buang air besar / BAB c. Anjurkan pada pasien
dengan konsistensi untuk makan buah-buahan
lembek dan serat tinggi dengan
- Pasien menyatakan konsultasi bagian gizi.
mampu mengontrol pola d. Mobilisasi bertahap
BAB e. Kolaborasikan dengan
- Mempertahankan pola tenaga medis mengenai
eliminasi usus tanpa ileus pemberian laksatif, enema
dan pengobatan
f. Berikan pendidikan
kesehatan tentang :
kebiasaan diet, cairan dan
makanan yang mengandung
gas, aktivitas dan kebiasaan
BAB
g. Intruksikan agar pasien tidak
mengejan saat defekasi
Resiko kekurangan Noc : NIC
volume cairan Setelah dilakukan asuhan Fluid Management
keperawatan selama …x24 - Timbang popok/pembalut
jam diharapkan cairan pasien jika diperlukan
kembali seimbang dengan - Pertahankan catatan intake
kriteria hasil : dan output akurat
a. Mempertahan kan urine - Monitor status hidrasi
output sesuai dengan usia - Monitor vital sign
dan BB, Bj urine normal, - Monitor masukan
HT normal makanan/cairan dan hitung
b. Tekanan darah, nadi, intake kalori harian
suhu tubuh dalam batas - Kolaborasikan pemberian
normal cairan IV
c. Tidak ada tanda-tanda - Monitor status nutrisi
dehidrasi - Dorong masukan oral
d. Elastisitas turgor kulit
baik, membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa - Berikan penggantian
haus yang berlebihan nesogatrik sesuai ouput
Sete - Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
- Tawarkan snack
- Kolaborasi dengan dokter
- Atur kemungkinan tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi
Hipovolemia Management
- Monitor status cairan
termasuk intake dan output
cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk
menambah intake cairan
- Pemberian cairan iv
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
- Monitor adanya tanda gagal
ginjal

Anda mungkin juga menyukai