PENGERTIAN
disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas yang
dalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan
peyer’s pacth dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau
darah.
penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat
et al, 2007).
Etiologi
Gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serup dengan
penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu: demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut,
batuk dan epitakis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh
meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari.
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandinkan dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-20 hari. Setela
masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul
gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu:
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat
febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama,
suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun
pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam
minggu kedua, pernderita terus dalam keadaan demam. Dalam minggu
ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembalu pada akhir
minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung
dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa
membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi,
akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesdaran
Umumnya kesadarn penderita menurun walaupun tidak berapa dalam,
yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma atau gelisah.
Masa tunas typhoid 10 - 20 hari
1. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan
malam hari. Dengankeluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala,
anorexia dan mual, batuk,epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak
di perut.
2. Minggu II
C. PATOFISIOLOGI/POHON MASALAH
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna
(mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S.
typhi masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman
yang tercemar. Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran
dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki
lalat). Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun
buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia,
sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke
usus halus.
Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus
halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar
getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada
organ hati, empedu, dan lain-lain).Jika demikian keadaannya, kotoran dan
air seni penderita bisa mengandung kuman S. typhi yang siap menginfeksi
manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari.
Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun
tidak menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella bisa ada terus
menerus di kotoran dan air seni sampai bertahun-tahun. S. thypi hanya
berumah di dalam tubuh manusia. Oleh kerana itu, demam tifoid sering
ditemui di tempat-tempat di mana penduduknya kurang mengamalkan
membasuh tangan manakala airnya mungkin tercemar dengan sisa
kumbahan.
Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan
membahagi dan merebak ke dalam saluran darah dan badan akan bertindak
balas dengan menunjukkan beberapa gejala seperti demam. Pembuangan
najis di merata-rata tempat dan hinggapan lalat (lipas dan tikus) yang akan
menyebabkan demam tifoid.
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS/PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi
sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus.
3. Pemeriksaan Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap
bakteri Salmonella Typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Typoid. Akibat
adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat
antibodi (aglutinin).
4. Kultur
Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama.
Kultur urin : bisa positif pada akhir minggu kedua.
Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga.
5. Anti Salmonella typhi Ig M
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella typhi, karena antibodi Ig M muncul pada hari ke-3 dan 4
terjadinya demam.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Non Farmakologi
2. Farmakologi
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian dengan pasien Demam Thypoid, meliputi :
1. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Keluhan utama
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apatis sampai
somnolen, dan gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau
tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
3. Riwayat penyakit saat ini
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau
terkontaminasi dengan minuman.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita
demam tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah. Umumnya
bersifat fatal.
6. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
A. Keadaan Umum
Pada fase awal penyakit biasanya tidak didapatkan adanya
perubahan. Pada fase lanjut, secara umum pasien terlihat sakit
berat dan sering didapatkan penurunan tingkat kesadaran (apatis,
delirium).
B. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik :
Kepala – kaki, nadi, respirasi, temperatur yang merupakan tolak
ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk
pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan
menggunakanprinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi,
perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui
adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang
terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan.
1. Pernafasan B1 (breath)
- Bentuk dada : simetris
- Pola nafas : teratur
- Suara nafas : tidak ada bunyi nafas tambahan
- Sesak nafas : tidak ada sesak nafas
- Retraksi otot bantu nafas: tidak ada
- Alat bantu pernafasan : tidak ada alat bantu pernafasan.
2. Kardiovaskuler B2 (blood)
- Penurunan tekanan darah
- Keringat dingin
- Diaforesis sering didapatkan pada minggu pertama.
- Kulit pucat
3. Persyarafan B3 (brain):
- Penglihatan (mata) : Gerakan bola mata dan kelopak
mata simetris, konjungtiva tampak anemis, sklera putih,
pupil bereaksi terhadap cahaya, produksi air mata (+),
tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
- Pendengaran (telinga) : Bentuk D/S simetris, mukosa
lubang hidung merah muda, tidak ada cairan dan
serumen, tidak menggunakan alat bantu, dapat merespon
setiap pertanyaan yang diajukan dengan tepat.
- Penciuman (hidung) : Penciuman dapat membedakan
bau-bauan, mukosa hidung merah muda, sekret tidak
ada, tidak ada terlihat pembesaran mukosa atau polip.
- Kesadaran : kompos mentis
4. Perkemihan B4 (bladder)
- Kebersiahan : bersih
- Bentuk alat kelamin : normal
- Uretra : normal
- Produksi urin : normal, BAK tidak menentu, rata-rata4-6
X sehari, tidak pernah ada keluhan batu atau nyeri.
5. Pencernaan B5 (bowel)
- Nafsu makan : anoreksia
- Porsi makan : ¼ porsi
- Mulut : Bibir tampak kering, lidah tampak
kotor (keputihan), gigi lengkap, tidak ada
pembengkakan gusi, tidak teerlihatpembesaran tonsil.
- Mukosa : pucat.
6. Musculoskeletal/integument B6 (bone)
- Kemampuan pergerakan sendi : normal
- Kondisi tubuh : kelelahan, malaise.
G. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Fungsional
1) Kelemahan otot abdomen
2) Kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi.
3) Ketidakadekuatan toileting (misal, batasan waktu, posisi untuk
defekasi, privasi).
4) Kurang aktivitas fisik.
5) Kebiasaan defekasi tidak teratur.
6) Perubahan lingkungan saat ini.
b. Psikologis
1) Depresi, Stres emosi.
2) Konfusi mental.
c. Farmakologis
1) Antasida mengandung aluminium.
2) Antikolinergik.
3) Antikonvulsan.
4) Antidepresan.
5) Agens antilipemik.
6) Garam bismuth.
7) Kalsium karbonat.
8) Penyekat saluran kalsium.
9) Diuretik.
10) Garam besi.
11) Penyalahgunaan laksatif.
12) Agens antiinflamasi.
13) Nonsteroid.
14) Opiat.
15) Penotiazid.
16) Sedatif.
17) Simpatomimetik
d. Mekanis
1) Ketidakseimbangan elektrolit.
2) Hemoroid
3) Penyakit Hirschsprung.
4) Gangguan neurologis
5) Obesitas
6) Obstruksi pasca bedah
7) Kehamilan
8) Pembesaran prostat
9) Abses rektal
10) Fisura anal rektal
11) Striktur anal rektal
12) Prolaps rektal
13) Ulkus rektal
14) Rektokel, Tumor
e. Fisiologis
1) Perubahan pola makan
2) Perubahan makanan
3) Penurunan motilitas traktus gastrointestinal
4) Dehidrasi
5) Ketidakadekutan gigi geligi
6) Ketidakadekuatan higiene oral
7) Asupan serat tidak cukup
8) Asupan cairan tidak cukup
9) Kebiasaan makan buruk
H. INTERVENSI KEPERAWATAN