Anda di halaman 1dari 5

DEMAM TYPHOID

I.1 DEFINISI
Demam tifoid( typhoid fever), atau yang di masyarakat Indonesia lebih dikenal dengan nama
tifus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, atau Salmonella
Typhi.Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melaui makanan dan
minuman yang telah tercemar oleh tinja.
Di Indonesia, diperkirakan antara 800 100.000 orang terkena penyakit tifus atau demam
tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak
perempuan lebih sering terserang, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5
tahun.
Bila tak terawat, demam tifoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan.
Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang tidak terawat. Vaksin untuk demam
tifoid tersedia dan dianjurkan untuk orang yang melakukan perjalanan ke wilayah penyakit
ini biasanya berjangkit (terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin).

I.2 PATOFISIOLOGI
CARA PENULARAN
Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita. Penyebaran bakteri ke dalam
makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah
buang air besar maupun setelah berkemih.
Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan. Bakteri masuk ke
dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh
terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, yang bisa
berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi
(perlubangan).
Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi dan belum mendapatkan
pengobatan, di dalam tinjanya akan ditemukan bakteri ini selama lebih dari 1 tahun.
Beberapa dari pembawa bakteri ini tidak menunjukkan gejala-gejala dari demam
tifoid.Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui
makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan
melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian
berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.

I.3 MANIFESTASI KLINIS
Setelah infeksi terjadi akan muncul satu atau beberapa gejala berikut ini:
demam tinggi dari 103 sampai 104F (39 sampai 40C) yang meningkat secara
perlahan
tubuh menggigil
denyut jantung lemah (bradycardia)
badan lemah (weakness)
sakit kepala
nyeri otot myalgia
kehilangan nafsu makan
konstipasi
sakit perut
pada kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah muda (rose spots)
Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau minuman,
sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian mengikuti peredaran
darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa sehingga berkembang biak disana yang
menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
Gejala klinik demam tifoid biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan dapat
tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain
;
1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang
malamnya demam tinggi.
2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak
akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan
limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga
terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa
masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan
gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa
kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing.
Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan
berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali
terjadi gangguan kesadaran.
DIAGNOSA
Untuk ke akuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan beberapa
pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Widal dan
biakan empedu.
1. Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di
laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan ada gambaran jumlah
darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah limfosis yang meningkat dan
eosinofilia.
2. Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap
kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan
kenaikan progresif.
3. Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan
ditemukannya kuman Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama dan
kemudian sering ditemukan dalam urine dan faeces.
Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample urine dan faeces
dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah benar-benar
sembuh dan bukan pembawa kuman (carrier).
Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita pasien adalah penyakit lain
maka perlu ada diagnosa banding. Bila terdapat demam lebih dari lima hari, dokter akan
memikirkan kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain seperti Paratifoid
A, B dan C, demam berdarah (Dengue fever), influenza, malaria, TBC (Tuberculosis), dan
infeksi paru (Pneumonia).

I.4 PENANGANAN
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan
menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya
komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan
dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk
mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas
turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.
Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan
rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang
utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi
kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang memilih obat
antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol,
sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan
penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.
Tifus dapat berakibat fatal. Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim-
sulfamethoxazole, dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam tipoid di
negara-negara barat.

I.5 KOMPLIKASI DAN DIET
Komplikasi yang sering dijumpai pada anak penderita penyakit demam tifoid adalah
perdarahan usus karena perforasi, infeksi kantong empedu (kolesistitis), dan hepatitis.
Gangguan otak (ensefalopati) kadang ditemukan juga pada anak.
Diet
Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk
diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :
1. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
2. Tidak mengandung banyak serat.
3. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
4. Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Untuk kembali ke makanan normal, lakukan secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi.
Misalnya hari pertama dan kedua makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan seterusnya.
Pencegahan Penyakit Demam Tifoid
Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan
sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral
dan vaksin suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan. Vaksin tifus
per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%. Vaksin ini hanya diberikan kepada
orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri Salmonella typhi dan orang-orang yang
memiliki resiko tinggi (termasuk petugas laboratorium dan para pelancong).
Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi
bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2
tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.
Para pelancong sebaiknya menghindari makan sayuran mentah dan makanan lainnya yang
disajikan atau disimpan di dalam suhu ruangan. Sebaiknya mereka memilih makanan yang
masih panas atau makanan yang dibekukan, minuman kaleng

Anda mungkin juga menyukai