Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Demam tifoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi di negara yang sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air bersih yang dapat diminum. Diagnose dari pelubangan penyakit tipus dapat sangat berbahaya apabila terjadi selama kehamilan atau pada periode setelah melahirkan. Kebanyakan penyebaran penyakit demam tifoid ini tertular pada manusia pada daerah daerah berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan yang belum baik, hygiene personal yang buruk. Salah satu contoh yaitu di Negara Nigeria, dimana terdapat 467 kasus dari tahun 1996 sampai dengan 2000. Pada beberapa dekade terakhir demam tifoid sudah jarang terjadi di negara-negara industri, namun tetap menjadi masalah kesehatan yang serius di sebagian wilayah dunia, seperti bekas negara Uni Soviet, anak benua India, Asia Tenggara, Amerika Selatan dan Afrika. Menurut WHO, diperkirakan terjadi 16 juta kasus per tahun dan 600 ribu diantaranya berakhir dengan kematian. Sekitar 70 % dari seluruh kasus kematian itu menimpa penderita demam tifoid di Asia. Demam tifoid merupakan masalah global terutama di negara dengan higiene buruk. Etiologi utama di Indonesia adalah Salmonella enterika subspesies enterika serovar Typhi (S.Typhi) dan Salmonella enterika subspesies enterika serovar Paratyphi A (S. Paratyphi A). CDC Indonesia melaporkan prevalensi demam tifoid mencapai 358-810/100.000 populasi pada tahun 2007 dengan 64% penyakit ditemukan pada usia 3-19 tahun, dan angka mortalitas bervariasiantara 3,1 10,4 % pada pasien rawat inap. Dari semua serotipe Sallmonella, hanya S typhi dan S paratyphi yang patogen secara khusus pada manusia. Demam tifoid adalah penyakit multisistemik berat yang karakteristiknya berupa demam yang berkepanjangan, bakterremia menetap tanpa keikutsertaan endotelial ataupun endokardial, dan invasi serta perkembangbiakan bakterinya terjadi di sel fagosit mononuklear pada hati, lien, linfonodi dan pacth payer. Demam tifoid dapat fatal bila tidak mendapatkan perawatan. Di Indonesia, demam tifoid masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk memberantas penyakit ini tampaknya belum
1

memuaskan. Di seluruh dunia WHO memperkirakan pada tahun 2000 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita demam tifoid dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal . Di Indonesia selama tahun 2006, demam tifoid dan demam paratifoid merupakan penyebab morbiditas peringkat 3 setelah diare dan Demam Berdarah Dengue. Kejadian demam tifoid meningkat terutama pada musim hujan.Usia penderita di Indonesia (daerah endemis) antara 3-19 tahun (prevalensi 91% kasus). Dari presentase tersebut, jelas bahwa anak-anak sangat rentan untuk mengalami demam tifoid. Demam tifoid sebenarnya dapat menyerang semua golongan umur, tetapi biasanya menyerang anak usia lebih dari 5 tahun. Itulah sebabnya demam tifoid merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian khusus. Penularan penyakit ini biasanya dihubungkan dengan faktor kebiasaan makan, kebiasaan jajan, kebersihan lingkungan, keadaan fisik anak, daya tahan tubuh dan derajat kekebalan anak.

1.2.Rumusan Masalah 1. Apa pengertian demam tifoid? 2. Apa saja penyebab demam tifoid? 3. Bagaimana gejala dan tanda demam tifoid? 4. Komplikasi apa saja yang terjadi pada penderita demam tifoid? 5. Bagaimana penangan atau pencegahan demam tifoid? 6. Bagaimana pengobatan demam tifoid dalam keluarga?

1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian demam tifoid 2. Untuk mengetahui penyebab dari demam tifoid 3. Untuk mengetahui gejala dan tanda yang terjadi pada demam tifoid 4. Untuk mengetahui komplikasi yang disebabkan oleh demam tifoid 5. Untuk mengetahui penanganan atau pencegahan pada demam tifoid 6. Untuk mengetahui cara pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita demam tifoid dalam keluarga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengerti Demam Tifoid Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan

infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi

kuman Salmonella ( Brunner dan Sudart, 1994 ). Typhus abdominalis atau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 1213 tahun sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, 1999). Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson, 1995). Demam tifoid (tifus abdominalis) atau lebih populer dengan nama tifus, merupakan penyakit infeksi akut oleh kuman Salmonela typhi yang menyerang saluran pencernaan. Penyakit demam tifoid ini masih banyak dijumpai di negara berkembang seperti di beberapa negara Asia Tenggara dan Afrika, terutama di daerah yang kebersihan dan kesehatan lingkungannya kurang memadai. Di Indonesia, demam tifoid merupakan penyakit endemik (penyakit yang terdapat sepanjang tahun) dan menduduki peringkat kedua setelah diare. Demam tifoid sebenarnya dapat menyerang semua golongan umur, tetapi biasanya menyerang anak usia lebih dari 5 tahun. Itulah sebabnya demam tifoid merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian khusus. Penularan penyakit ini biasanya dihubungkan dengan faktor kebiasaan makan, kebiasaan jajan, kebersihan lingkungan, keadaan fisik anak, daya tahan tubuh dan derajat kekebalan anak.

2.2. Penyebab Demam Tifoid Kuman salmonela masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang tercemar, baik pada waktu memasak atau pun melalui tangan dan alat masak yang kurang bersih. Bersama makanan itu, kuman salmonela akan diserap oleh usus halus dan menyebar ke semua alat tubuh terutama hati dan limpa, sehingga membengkak dan nyeri. Kuman ini akan meneruskan perjalannya masuk peredaran darah dan masuk ke dalam kelenjar limfe, terutama di usus halus. Nah, di dalam dinding usus ini Salmonela membuat luka atau bahasa medisnya tukak berbentuk lonjong. Tukak tersebut suatu saat dapat menimbulkan perdarahan atau robekan sehingga terjadi penyebaran infeksi ke dalam rongga perut. Kalau sudah parah maka perlu tindakan operasi untuk mengobatinya. Tak jarang hal ini dapat menimbulkan kematian. Selain itu, kuman salmonela yang masuk ke dalam tubuh juga mengeluarkan toksin (racun). Kuman melepaskan endotoksin yang merangsang terbentuknya pirogen endogen. Zat ini mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus dan menimbulkan gejala demam. Walaupun dapat difagositosis, kuman dapat berkembang biak di dalam makrofag karena adanya hambatan metabolisme oksidatif. Kuman dapat menetap/bersembunyi pada satu tempat dalam tubuh penderita, dan hal ini dapat mengakibatkan terjadinya relaps atau pengidap (carrier). 2.3. Gejala dan Tanda Demam Tifoid Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian mengikuti peredaran darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba. Gejala klinis demam tifoid pada anak dapat bervariasi dari yang ringan hingga yang berat. Biasanya gejala pada orang dewasa akan lebih ringan dibanding pada anak-anak. Kuman yang masuk ke dalam tubuh anak, tidak segera menimbulkan gejala. Biasanya memerlukan masa tunas sekitar 7-14 hari. Masa tunas ini lebih cepat bila kuman tersebut masuk melalui makanan, dibanding melalui minuman.

Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain : 1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi. 2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas. 3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut. 4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar). 5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut. 6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran. 2.4. Komplikasi Demam Tifoid Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna, tetapi bisa terjadi komplikasi, terutama pada penderita yang tidak diobati atau bila pengobatannya terlambat : Banyak penderita yang mengalami perdarahan usus; sekitar 2% mengalami perdarahan hebat. Biasanya perdarahan terjadi pada minggu ketiga. Perforasi usus terjadi pada 1-2% penderita dan menyebabkan nyeri perut yang hebat karena isi usus menginfeksi ronga perut (peritonitis). Pneumonia bisa terjadi pada minggu kedua atau ketiga dan biasanya terjadi akibat infeksi pneumokokus (meskipun bakteri tifoid juga bisa menyebabkan pneumonia). Infeksi kandung kemih dan hati.

Infeksi darah (bakteremia) kadang menyebabkan terjadinya infeksi tulang (osteomielitis), infeksi katup jantung (endokarditis), infeksi selaput otak (meningitis), infeksi ginjal (glomerulitis) atau infeksi saluran kemih-kelamin.

2.5. Pencegahan Demam Tifoid Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat tidak tertular oleh bakteri Salmonella. Pencegahan dilakukan secara umum dan

khusus/imunisasi. Demam tifoid dapat dicegah dengan kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan. Beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran demam tifoid secara umum diantaranya: 1. Cuci tangan Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan demam tifoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air (diutamakan air mengalir) dan sabun terutama sebelum makan atau mempersiapkan makanan atau setelah menggunakan toilet. Bawalah pembersih tangan berbasis alkohol jika tidak tersedia air. 2. Hindari minum air yang tidak dimasak. Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik tifoid. Untuk itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh bagian luar botol atau kaleng sebelum anda membukanya. Minum tanpa menambahkan es di dalamnya. Gunakan air minum kemasan untuk menyikat gigi dan usahakan tidak menelan air di pancuran kamar mandi. 3. Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah. Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak daripada yang telah dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Untuk menghindari makanan mentah yang tercemar, cucilah buah dan sayuran tersebut dengan air yang mengalir. Perhatikan apakah buah dan sayuran tersebut masih segar atau tidak. Buah dan sayuran mentah yang tidak segar sebaiknya tidak disajikan. Apabila tidak mungkin mendapatkan air untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat dikupas.

4. Pilih makanan yang masih panas. Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang. Yang terbaik adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada jaminan makanan yang disajikan di restoran itu aman, hindari membeli makanan dari penjual di jalanan yang lebih mungkin terkontaminasi. Pusat control penyakit dan pencegahan telah menidentifikasi imunisasi menjadi a genda penting bagi Negara berkembang yang menjadi tempat berkembang salmonellathypi. Vaksin ini berlandaskan identifikasi gen bakteri dan mekanisme imunologi dari daya tahan ke penyakit. Penggunaan vaksin ini merupakan pencegahan khusus yang dilakukan oleh negara Indonesia, untuk menanggulangi terjadinya demam tifoid pada anak, sehingga anak menjadi memiliki kekebalakn tubuh yang baik, meskipun kadang dirasakan efek sampingnya. Namun hal ini sangat lah baik untuk dilakukan guna meningkatkan kesehatan masyarakat di Indonesia terutama pada anak-anak. Vaksin ini sering dilakukan pada anakanak dengan rentang waktu tertentu serta komposisi tertentu sesuai dengan usia pada anak tersebut. Ada tiga macam vaksin untuk melawan tifoid ini, yaitu: No. Tipe Vaksin 1. parenteral vaksin sel tak aktif Tersusun atas zat asan karbol panas sel vaksin yang tidak aktif 2. Parenteral Capsular poly accharide vaccine Vi [ViCPs] Natibodi virulensi berupa butir Sekali suntikan 25 mcg 63-72% -sakit pada daerah tusukan - demam (3%) -tidak enak badan -muntah Komposisi Dosis Keberhasilan (%) 60-67% Reaksi local yang berat Efek Samping

polysaccharide (0,5 ml)

3.

Vaksin

S.thypi hidup

3-4 kapsul

60-90%

-sakit pada n - mual - muntah - diare - ruam abdome

hidup yang yang diperlemah diperlemah (Ty21a vaksin)

Pencegahan yang dilakukan pada pasien demam tifoid atau baru saja sembuh dari demam tifoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain: 1. Sering mencuci tangan Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari penyebaran infeksi ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir) dan sabun, kemudian gosoklah tangan selama minimal 30 detik, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet. 2. Bersihkan alat rumah tangga secara teratur Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali sehari. 3. Hindari memegang makanan Hindari menyiapkan makanan untuk orang lain sampai dokter berkata bahwa anda tidak menularkan lagi. Jika anda bekerja di industri makanan atau fasilitas kesehatan, anda tidak boleh kembali bekerja sampai hasil tes memperlihatkan anda tidak lagi menyebarkan bakteri Salmonella. 4. Gunakan barang pribadi yang terpisah Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan cuci dengan menggunakan air dan sabun. 2.6. Pengobatan yang dapat dilakukan Tujuan dari perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit tifoid atau types adalah untuk menghentikan invasi kuman, mencegah terjadinya komplikasi,
8

memperpendek perjalanan penyakit, serta mencegah agar tak kambuh lagi. Pengobatan yang dilakukan untuk penyakit tyfus ini dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Selama tiga hari pasien harus berbaring di tempat tidur hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan. Untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing, Anda dapat memberikan obat paracetamol. Sedangkan pada anak yang mengalami demam tifoid maka pilihan antibiotika yang baik adalah kloramfenikol selama 10 hari. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk menentukan obat yang baik untuk mengatasi demam tifoid. Obat-obatan yang dipakai untuk penyakit demam tifoid adalah : 1. Antibiotik Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi, sehingga memerlukan antibiotik. Antibiotik lini pertama adalah chloramphenicol, amoxicillin, atau cotrimoxazole. Antibiotik lini kedua adalah golongan fluoroquinolone (ofloxacin, ciprofloxacin) atau golongan cephalosporine (ceftriaxone, cefixime, atau cefotaxime). Lama pemberian antibiotik adalah 7-14 hari. Tirah baring selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali. Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan. Antibiotik yang banyak digunakan adalah

kloramfenikol 100mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari. Kloramfenikol tidak bias diberikan bila jumlah leukosit < 2000 ul. Bila pasien alergi, dapat diberikan golongan penisilin atau kotrimoksazol. 2. Penurun panas Penurun panas yang sering diberikan adalah paracetamol. 3. Kortikosteroid Kortikosteroid dapat diberikan pada demam tifoid berat. 4. Diet lunak rendah serat dan makan makanan bergizi Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :
9

a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein. b. Tidak mengandung banyak serat. c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. d. Makanan lunak diberikan selama istirahat. Untuk kembali ke makanan "normal", lakukan secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi. Misalnya hari pertama dan kedua makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan seterusnya. 5. Pemberian cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi Kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat mencerna makanan. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas (karena berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami perforasi. Selain penyembuhan menggunakan obat , pengobatan pada demam tifus ini dapat menggunakan cara tradisional. Cara ini dapat menyembuhkan demam yang disebabkan dari gejala tifus ini. Pengobatan yang dapat dilakukan dengan cara tradisional ini banyak sekali dilakukan oleh kebanyakan keluarga di Indonesia. Pengobatan secara tradisional ini dapat menggunakan berbagai macam organisme baik hewan maupun tumbuhan banyak digunakan oleh para ahli untuk penyembuhan berbagai macam penyakit. Salah satu jenis organisme yang digunakan adalah cacing tanah yang dikenal dengan nama ilmiah Lumbricus rubellus.Mungkin bagi kebanyakan orang, cacing hanya berguna sebagai umpan dalam memancing atau sekadar menyuburkan tanah, namun ternyata cacing memiliki banyak kegunaan. Cacing yang terlihat menjijikkan itu ternyata berpotensi besar sebagai bahan makanan. Cacing tanah mengandung banyak protein, yang sangat diperlukan oleh tubuh. Dalam dunia modern sekarang ini, senyawa aktif cacing tanah digunakan sebagai bahan obat. Bahkan, tak sedikit produk kosmetik yang memanfaatkan bahan aktif tersebut sebagai substrat pelembut kulit, pelembab wajah, dan antiinfeksi. Sebagai produk herbal, telah banyak merek tonikum yang menggunakan ekstrak cacing tanah sebagai campuran bahan aktif.

10

Pengobatan dengan cacing tanah ini masih sangat jarang digunkan didalam masyarakat luas. Tetapi pengobatan dengan menggunakan cacing tanah ini telah banyak dilakukan didalam keluarga, kini cacing sudah dikemas dalam berbagai bentuk, termasuk dalam bentuk kapsul praktis yang terjangkau harganya yang dapat diperoleh di toko obat atau apotek terdekat. Dengan banyaknya pengolahan dari cacing tanah ini selain yang berbentuk pil , kapsul maupun ekstraknya, lendir dari cacing tanah ini pun dapat digunakan dalam menyembuhkan demam tifus ini. Dan kali ini membahas tentang bagaimana pengolahan obat dari lendir cacing tanah ini secara sederhana untuk mengobati gejala demam yang disebabkan dari demam tifus ini dalam keluarga. Karena pembuatannya yang sangat mudah maka sangat cocok dilakukan dirumah.

11

BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Cara Membuat Obat Tifus yang terbuat dari Cacing Tanah. Proses pengolahan lumbricus rubellus, dilakukan dengan system higroscopy. Yaitu kandungan air cacing tanah diserap dengan menggunakan kain kasa. Berikit langkahlangkahnya : 1. Cari cacing tanah merah yang bentuknya kecil kecil, (cacing kruntel yang biasa digunakan untuk umpan memancing ikan) dan bukan cacing yang hitam dan besar. 2. Bersihkan dan pastikan sudah tidak ada unsur tanah atau kotoran lain, sekedar untuk menjaga higienisnya saja. 3. Tuangkan air kira kira 3 gelas untuk ukuran diminum 3 X sehari. 4. Masukkan cacing dan rebus kira kira 10 menit hingga mendidih.` 5. Saring dan ambil airnya saja. 6. Dinginkan sebentar atau minumkan hangat hangat. Jika perlu dapat dicampur dengan madu atau kunyit supaya terasa enak agar mudah untuk diminum oleh anak anak yang mungkin kurang menyukai rasa dari rebusan cacing tanah ini dan jika mau meminum lagi air cacing tanah, tinggal di panasi sebentar.

12

BAB IV PEMBAHASAN Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella ( Brunner dan Sudart, 1994 ). Typhus abdominalis atau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, 1999). Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson, 1995). Pengobatan terhadap penderita penyakit tifoid atau types adalah untuk menghentikan invasi kuman, mencegah terjadinya komplikasi, memperpendek perjalanan penyakit, serta mencegah agar tak kambuh lagi. Pengobatan yang dilakukan untuk penyakit tyfus ini dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Selama tiga hari pasien harus berbaring di tempat tidur hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan. Untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing, Anda dapat memberikan obat paracetamol. Sedangkan pada anak yang mengalami demam tifoid maka pilihan antibiotika yang baik adalah kloramfenikol selama 10 hari. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk menentukan obat yang baik untuk mengatasi demam tifoid. Selain penyembuhan menggunakan obat , pengobatan pada demam tifus ini dapat menggunakan cara tradisional. Cara ini dapat menyembuhkan demam yang disebabkan dari gejala tifus ini. Pengobatan yang dapat dilakukan dengan cara tradisional ini banyak sekali dilakukan oleh kebanyakan keluarga di Indonesia. Pengobatan secara tradisional ini dapat menggunakan berbagai macam organisme baik hewan maupun tumbuhan banyak digunakan oleh para ahli untuk penyembuhan berbagai macam penyakit. Salah satu jenis organisme
13

yang digunakan adalah cacing tanah yang dikenal dengan nama ilmiah Lumbricus rubellus. Cacing tanah dapat mengobati demam, tifus menurunkan kadar kolesterol, meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan tekanan darah tinggi, meningkatkan nafsu makan, mengurangi pegal-pegal akibat keletihan maupun akibat rheumatik, menurunkan kadar gula darah penderita diabetes, sampai gangguan pasca stroke. Prospeknya sebagai bahan obat sangat menjanjikan. Di Cina, Korea, Vietnam, dan banyak tempat lain di Asia Tenggara, cacing tanah terutama dari jenis Lumbricus, biasa digunakan sebagai obat sejak ribuan tahun yang lalu. Cacing tanah telah dicantumkan di dalam Ben Cao Gang Mu, buku farmakope pengobatan tradisional di Cina. Di negeri tirai bambu ini, cacing tanah dikenal pula sebagai naga tanah. Bentuk kering dari cacing tanah di kalangan obat tradisional adalah Ti Lung Kam. Di beberapa negara Asia dan Afrika, cacing tanah yang telah dibersihkan dan dibelah kemudian dijemur hingga kering, lazim dijadikan makanan obat. Pengolahannya dengan disangrai atau digoreng kering, kemudian disantap sebagai keripik cacing. Diduga kebiasaan menyantap cacing ini membantu menekan angka kematian akibat diare di negara-negara miskin Asia-Afrika. Beberapa penelitian tmembuktikan adanya daya antibakteri dari protein hasil ekstrasi cacing tanah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif Escherichia coli, Shigella dysenterica,Staphylococcus aureus dan Salmonella thypii. Mungkin bagi kebanyakan orang, cacing hanya berguna sebagai umpan dalam memancing atau sekadar menyuburkan tanah, namun ternyata cacing memiliki banyak kegunaan. Dengan banyaknya pengolahan dari cacing tanah ini selain yang berbentuk pil , kapsul maupun ekstraknya, lendir dari cacing tanah ini pun dapat digunakan dalam menyembuhkan demam tifus ini. Pengobatan dengan memberikan obat dari lendir cacing ini sendiri dapat dilakukan sangat mudah , berikut ini cara pembuatan yang bisa dicoba di rumah untuk mengobati demam tifus yang terjadi di dalam keluarga: 1. Cari cacing tanah merah yang bentuknya kecil kecil, (cacing kruntel yang biasa digunakan untuk umpan memancing ikan) dan bukan cacing yang hitam dan besar. 2. Bersihkan dan pastikan sudah tidak ada unsur tanah atau kotoran lain, sekedar untuk menjaga higienisnya saja.

14

3. Tuangkan air kira kira 3 gelas untuk ukuran diminum 3 X sehari. 4. Masukkan cacing dan rebus kira kira 10 menit hingga mendidih.` 5. Saring dan ambil airnya saja. 6. Dinginkan sebentar atau minumkan hangat hangat. Jika perlu dapat dicampur dengan madu atau kunyit supaya terasa enak dan jika mau meminum lagi air cacing tanah, tinggal di panasi sebentar. Informasi ini di dapat dari hasil penelusuran di internet dan berbagai pertanyaan kepada salah seorang teman yang pernah mencoba menkonsumsi air rebusan cacing tanah ini dan memang sangat efektif dalam menghilangkan demam akibat tifus. Dari hasil penelitian di atas dapat di simpulkan bahwa cacing tanah memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit tifus atau yang sering kita dengar dengan sebutan demam tifoid tanpa efek samping dan tentu saja ekonomis. Dari hasil pengalaman seseorang, cacing tanah dapat mengobati tifus dalam jangka waktu 2-3 hari dengan dosis yang teratur. Jadi, cacing yang kecil pun bisa berguna besar. Dan dari hasil laboratorium yang telah dilakukan oleh seorang penguji yang telah melakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan yang ada pada cacing tanah sebagai berikut : Asam glutamate Protein Treonin Lisin Glycin 68 % 8.98 % 3,26 % 5,16 % 3,54%

15

BABV KESIMPULAN 1. Dari hasil laboratorium cacing tanah mengandung: Asam glutamate 68 % Protein 8.98 % Treonin 3,26 % Lisin 5,16 % Glycin 3,54% 2. Cacing tanah dapat dikonsumsi dengan berbagai cara salah satunya dengan meminun rebusan lendir dari cacing tanah. 3. Obat cacing yang sekarang beredar di pasaran dikemas dalam berbagai kemasan. Kapsul dan pil adalah kemasan yang paling sering kita temui. 4. Dapat di simpulkan bahwa cacing tanah memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit tifus atau yang sering kita dengar dengan sebutan demam tifoid tanpa efek samping dan tentu saja ekonomis.

16

LAMPIRAN 1. Pil cacing

2. Kapsul cacing

17

3. Ekstrak cacing

4. Cacing kering

18

DAFTAR PUSTAKA Media online : 1. http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html 2. Wikipedia. Ensiklopedia Indonesi. Demam thyphoid . 3. Yahoo.com. Tanya jawab. Apakah cacing dapat dijadikan obat thypoid. 4. http://azizahbligblog.blogspot.com/2012_03_01_archive.html

19

Anda mungkin juga menyukai