PENDAHULUAN
Penularan penyakitdapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai
dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi
kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam terus
menerus lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat
dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare
beberapa hari.
Semakin cepat demam tifoid dapat didiagnosis semakin baik. Pengobatan dalam taraf
dini akan sangat menguntungkan mengingat mekanisme kerja daya tahan tubuh masih cukup
baik dan kuman masih terlokalisasi hanya di beberapa tempat saja.
LANDASAN TEORI
Demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Gejala penyakit ini ditandai dengan demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini
disebabkan oleh Salmonella typhi dan hanya didapatkan pada manusia. Penularan penyakit
ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Salmonella adalah bakteri gram negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan
tidak membentuk spora. Salmonella typhi mempunyai tiga macam antigen yaitu : antigan O,
antigen H dan K. Salmonella typhi masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan dan
minuman yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian
masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak Peyeri di ileum terminalis yang
hipertrofi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus
lamina propia, masuk aliran darah melalui duktus torasikus.
S. typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus . S. typhi bersarang
di plak Peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain pada system retikuloendotelial. Endoksin
S.typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman tersebut
berkembang biak sehingga merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada
jaringan yang meradang sehingga terjadi demam.
Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan
perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup
umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air yang baik dapat
mengurangi penyebaran penyakit ini. Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan
Usia Persentase
12 – 29 tahun 70 – 80 %
30 – 39 tahun 10 – 20 %
> 40 tahun 5 – 10 %
PEMBAHASAN
1. Agent
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi. S.typhi adalah bakteri gram negatif,
tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak membentuk spora. Bakteri ini mempunyai
tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu :
http://desiarizal.blogspot.com/2010/05/evolution-of-typhoid-bacteria.html
2. Host
Salmonella typhi banyak ditemukan pada lingkungan yang kotor dengan sanitasi yang
kurrang baik. Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia.
Penyebarannya tidak bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering merebak di
daerah yang kebersihan lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.Lingkungan yang kurang
sehat dan sanitasi yang kurang baik.
Manusia adalah host alami dan reservoir. Infeksi ini ditularkan oleh konsumsi makanan
atau air yang terkontaminasi dengan kotoran. Es krim diakui sebagai risiko yang signifikan
faktor transmisi demam tifoid. Kerang yang diambil dari air yang terkontaminasi, dan buah-
buahan dan sayuran mentah dipupuk dengan limbah, telah menjadi sumber wabah masa lalu.
Insiden tertinggi terjadi di mana persediaan air yang melayani populasi besar terkontaminasi
dengan kotoran.
http://obatpropolisalami.blogspot.com/2010/07/penyakit-demam-tifoid.html
Disimpulkan bahwa kronis operator di rumah tangga tidak memainkan peran penting
dalam transmisi. Selanjutnya, itu menunjukkan bahwa irigasi air limbah salad yang
terkontaminasi dengan kotoran adalah faktor kunci bertanggung jawab untuk menjaga
endemisitas tinggi tifus di Santiago. Dalam mengembangkan negara, di sisi lain, tifus
ditularkan ketika pembawa kronis mengkontaminasi makanan sebagai konsekuensi dari tidak
memuaskan yang berhubungan dengan makanan praktek kebersihan.
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama
dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitu
setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah,
batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat
dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare
Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang
biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari. Karena
itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi
(demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung.
Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersama
dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu
tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita yang
mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak
kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun,
sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi
perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan sering berbunyi. Gangguan
kesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacau jika berkomunikasi dan lain-lain.
Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu
jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala
akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini
komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari
ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan
terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus,
9 Epidemiologi Demam Tifoid
inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi, juga
tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian
mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal
maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan
keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya
memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan
penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.
Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai
adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.
Pencegahan demam tifoid, rute utama penularan demam tifoid adalah melalui air minum
atau makan makanan yang terkontaminasi dengan Salmonella typhi. Pencegahan didasarkan
pada akses menjamin untuk aman air dan dengan mempromosikan praktek-praktek
penanganan makanan yang aman. Pendidikan kesehatan penting untuk meningkatkan
kesadaran publik dan mendorong perubahan perilaku.
Demam tifoid adalah penyakit ditularkan melalui air dan ukuran pencegahan utama
adalah untuk memastikan akses terhadap air yang aman. Air harus berkualitas baik dan harus
cukup untuk kebutuhan semua masyarakat. Selama wabah langkah-langkah kontrol berikut
adalah kepentingan tertentu:
a. Di daerah perkotaan, pengendalian dan pengobatan sistem pasokan air harus diperkuat
dari tangkapan ke konsumen. Air minum yang aman harus dibuat tersedia untuk populasi
melalui sistem pipa atau dari truk tangki.
b. Di daerah pedesaan, sumur harus diperiksa untuk patogen dan dirawat jika perlu.
c. Di rumah, perhatian khusus harus diberikan kepada desinfeksi dan penyimpanan air yang
aman sumbernya.
3. Sanitasi
Sanitasi yang layak memberikan kontribusi untuk mengurangi risiko penularan dari
semua bakteri patogen termasuk Salmonella typhi.
a. Fasilitas yang sesuai untuk pembuangan limbah manusia harus tersedia untuk semua
komunitas. Dalam keadaan darurat, jamban dapat dengan cepat dibangun.
4.Pendidikan kesehatan
5.Vaksinasi
Vaksinasi dengan menggunakan vaksin T.A.B (mengandung basil tifoid dan paratifoid A
dan B yang dimatikan ) yang diberikan subkutan 2 atau 3 kali pemberian dengan interval 10
hari merupakan tindakan yang praktis untuk mencegah penularan demam tifoid. Jumlah
kasus penyakit itu di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 358-810 kasus per 100.000
penduduk per tahun. Suntikan imunisasi tifoid boleh dilakukan setiap dua tahun manakala
vaksin oral diambil setiap lima tahun. Bagaimanapun, vaksinasi tidak memberikan jaminan
perlindungan 100%.
1. Perawatan umum
Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-
waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Defekasi
dan buang air kecil harus diperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi air
kemih. Pengobatan simtomik diberikan untuk menekan gejala-gejala simtomatik yang
dijumpai seperti demam, diare, sembelit, mual, muntah, dan meteorismus. Sembelit bila lebih
dari 3 hari perlu dibantu dengan paraffin atau lavase dengan glistering. Obat bentuk laksan
ataupun enema tidak dianjurkan karena dapat memberikan akibat perdarahan maupun
perforasi intestinal.
2. Diet
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam
tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita
akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama. Di masa lampau, pasien
demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya diberi nasi. Beberapa
peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini,yaitu nasi dengan lauk pauk
rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada
pasien demam tifoid.
3. Obat
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah
kloramfenikol (pilihan utama), tiamfenikol, ampisilin dan amoksisilin, sefalosporin generasi
ketiga, golongan florokuinon, dan dapat diberikan kombinasi obat antimikroba, dan
kortikosteroid bila diperlukan.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai gejala-gejala yang
kerap terjadi antara lain seperti suhu tubuh meningkat mencapai 400C dengan frekuensi nadi
relative lambat. Sering adanya nyeri tekan di perut, mual, muntah demam tinggi, sakit kepala,
diare yang kadang-kadang bercampur darah dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih
kurang 3 minggu juga disertai gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penularan infeksi Salmonella meliputi penularan
infeksi yang termasuk didalamnya adalah reservoir, sumber dan rute penularan, masa
inkubasi dan masa dapat menular, serta pengendalian infeksi aktif dan pencegahan
Shalmonellasis.
http://epidemiologiunsri.blogspot.co.id/2011/11/demam-tifoid.html
http://epidemiologifikes.blogspot.co.id/2013/02/makala-penyakit-thypoid.html
http://citratriwahyuningtyas.blogspot.co.id/2013/04/makalah-thypus.html
http://www.jevuska.com/2008/05/10/demam-tifoid-typhoid-fever
http://mikrobia.wordpress.com/2008/05/16/salmonella-thyposa/file:///E:/askep-penyakit-
typhus.html