Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada tahun ( 1896 Widal ) mendapatkan salah satu metode untuk

diagnosis penyakit demam tifoid. Pada tahun yang sama ( Wright dari Inggris

dan Pfeifer dari Jerman ) mencoba vaksinasi terhadap demam tifoid. Pada era

1970 dan 1980 mulai dicoba vaksin oral yang berisi kuman hidup yang

dilemahkan dan vaksin suntik yang berisi Vi kapsul polisakarida. Pada tahun (

1948 Woodward dkk ) di Malaysia menemukan bahwa kloramfenikol adalah

efektif untuk pengobatan penyakit demam tifoid. Pada tahun 1829 Pierre Louis

( Perancis ) mengeluarkan istilah typhoid yang berarti seperti typhus. Baik kata

typhoid maupun typhus berasal dari kata yunani typhos. Terminologi ini

dipakai pada penderita yang mengalami demam disertai kesadaran yang

terganggu.

Baru pada tahun ( 1837 William Word Gerhard ) dari Philadelphia dapat

membedakan tifoid dari typhus. pada tahun ( 1880 Eberth ) menemukan

Bacillus typhosus pada sediaan histology yang berasal dari kelenjar limfe

mesentarial dan limpa. Pada tahun ( 1884 Gaffky ) berhasil membiakkan

salmonella tyhpi, dan memastikan bahwa penularannya melalui air dan bukan

udara. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan

rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin.

Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,

penderita dalam fase konfalesen, dan kronik karier (Depkes RI, 2009) .

1
Penyakit thypoid termasuk penyakit yang mengakibatkan angka

kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi di Jawa Tengah, pada tahun 2008

menempati urutan ke 21 dari 22 (4,6%) penyakit yang tercatat. Meskipun

hanya menempati urutan ke 21, penyakit thypoid memerlukan perawatan yang

komprehensif, mengingat penularan salmonella thypi ada dua sumber yaitu

pasien dengan demam thypoid dan pasien dengan carier. Pasien carier adalah

orang yang sembuh dari demam thypoid dan terus mengekspresi salmonella

thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun (Depkes, 2008) .

Hasil rekapitulasi kunjungan di Puskesmas Tlogosari wetan

menunjukkan bahwa penyakit ini mengalami peningkatan pada tahun 2008

angka kejadian penyakit ini berkisar 156 kasus per 100.000 penduduk.

Dibandingkan tahun 2006 angka kejadiannya lebih kecil yaitu 127 kasus per

100.000 penduduk. Adapun untuk kejadian typhoid di Puskesmas Tlogosari

Wetan pada anak usia 3-19 tahun serta membantu mencarikan jalan

pemecahannya (Walchi, 2007). Lingkungan sehat dan bersih sangat menjamin

status kesehatan seseorang , namun hal tersebut masih dianggap sebagai

sesuatu hal yang tidak penting. Sehingga membuat kehidupan menjadi tidak

sehat dan banyak menimbulkan berbagai macam penyakit yang disebabkan

oleh bakteri , diantara nya Demam Typhoid.

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang

disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai

negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis.

Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting

2
karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,

kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene

industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H, 2009).

Data WHO tahun 2009, memperkirakan terdapat 17 juta kasus demam

tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.

Insidens rate demam tifoid di Asia Selatan dan Tenggara termasuk China pada

tahun 2010 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate

demam tifoid tertinggi di Papua New Guinea sekitar 1.208 per 100.000

penduduk per tahun. Insidens rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per

100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk perkotaan per

tahun dengan rata-rata kasus per tahun 600.000-1.500.000 penderita. Angka

kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10%

(Nainggolan, R, 2011).
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun

2008, demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak

pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116

dengan proporsi 3,15%, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah

kasus 193.856 dengan proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD

dengan jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009).

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan nya adalah untuk meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa

keperawatan atau perawat tentang penyakit demam typhoid beserta

prinsip asuhan keperawatan klien dengan kasus demam typhoid.

3
b. Tujuan khusus
Menjelaskan pengertian typhoid
Menjelaskan etiologi typhoid
Menjelaskan tanda dan gejala typhoid
Menjelaskan komplikasi typhoid
Menjelaskan penatalaksanaan typhoid
C. Manfaat

1. Manfaat bagi praktek keperawatan

Untuk menambah pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada

pasien dengan kasus typhoid.

2. Manfaat bagi Institut

Untuk memberi bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama

pada perawatan pasien typhoid, juga sebagai bahan bacaan dan menambah

wawasan bagi mahasiswa keperawatan yang berkaitan dengan cara

perawatan typhoid

3. Manfaat bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan bagi penulis mengenai kasus typhoid.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi

Demam tifoid atau typhoid fever atau typhus abdominalis adalah penyakit

yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang merupakan bakteri gram

negatif berbentuk batang yang masuk melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi (Tapan, 2004). Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi oleh

bakteri Salmonella typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit

menular (Cahyono, 2010). Demam tifoid adalah infeksi sistemik akut yang

4
disebabkan oleh Salmonella typhii (Elsevier, 2013.) Jadi, demam tifoid

merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri gram negatif yang

menurunkan sistem pertahanan tubuh dan dapat menular pada orang lain

melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

B. Etiologi

Etiologi dari penyakit ini antara lain:

1. Salmonella typhii

2. Paratyphii A, S. Paratyphii B, S. Paratyphii C.

3. S typhii atau paratyphii hanya ditemukan pada manusia

4. Demam bersumber dari makanan-makanan atau air yang terkontaminasi

5. Di USA, kebanyakan kasus demam bersumber baik dari wisatawan

mancanegara atau makanan yang kebanyakan diimpor dari luar.

Salmonella typii, Salmonella paratyphii A, Salmonella Paratyphii

B, Salmonella Paratyphii C merupakan bakteri penyebab demam tifoid yang

mampu menembus dinding usus dan selanjutnya masuk ke dalam saluran

peredaran darah dan menyusup ke dalam sel makrofag manusia. Bakteri ini

masuk melalui air dan makanan yang terkontaminasi dari urin dan feses yang

terinfeksi dengan masa inkubasi 3-25 hari. Pemulihan mulai terjadi pada

minggu ke-4 dalam perjalanan penyakit. Orang yang pernah menderita demam

tifoid akan memperoleh kekebalan darinya, sekaligus sebagai karier bakteri.

Jadi, orang yang pernah menderita demam tifoid atau tifus akan menjadi orang

yang menularkan tifus pada yang belum pernah menderita tifus.

5
C. Patofisiologi

Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke

dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam

(pH < 2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria,

gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor

pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis

infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus,

bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan

menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel

khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi

Salmonella typhi.

Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran ke

kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai

ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami

multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar

limfe mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, dkk, 2012). Setelah melalui

periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan oleh jumlah

dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka Salmonella typhi akan

keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi

sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akan

tetapi tempat yang disukai oeh Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum

tulang belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal.

6
Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari

darah atau penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu

dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja. Peran

endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti

dengan tidak terdeteksinya endotoksindalam sirkulasi penderita melalui

pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari Salmonella typhi menstimulasi

makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe

mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain.

Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel,

sistem vaskular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang,

kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem imunologik (Soedarmo, dkk,

2012). Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks Peyer. Ini terjadi

pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada

minggu ketiga terjadi ulserasi plaks Peyer. Pada minggu keempat terjadi

penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat

menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,

kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa membesar (Suriadi & Rita, 2006).

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,

yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku),

Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Masa inkubasi demam tifoid

berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah

dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam

keadaan asimtomatis.

7
D. Manifestasi klinis

Masa inkubasi biasanya 7-14 hari, tetapi dapat berkisar antara 3-30

hari tergantung pada besar inokulum yang tertelan. Tanda dan gejala yang

dapat muncul pada demam tifoid antara lain:

1. Anak Usia Sekolah dan Remaja

Gejala awal demam, malaise, anokreksia, mialgia, nyeri kepala dan nyeri

perut berkembang selama 2-3 hari. Mual dan muntah dapat menjadi tanda

komplikasi, terutama jika terjadi pada minggu kedua atau ketiga. Pada

beberapa anak terjadi kelesuan berat, batuk, dan epistaksis. Demam yang

terjadi bisa mencapai 40 derajat celsius dalam satu minggu. Pada minggu

kedua, demam masih tinggi, anak merasa kelelahan, anoreksia, batuk, dan

gejala perut bertambah parah. Anak tampak sangat sakit, bingung, dan lesu

disertai mengigau dan pingsan (stupor). Tanda-tanda fisik berupa

bradikardia relatif yang tidak seimbang dengan tingginya demam. Anak

mengalami hepatomegali, splenomegali dan perut kembung dengan nyeri

difus. Pada sekitar 50% penderita demam tifoid dengan demam enterik,

terjadi ruam makulaatau makulo popular (bintik merah) yang tampak pada

hari ke tujuh sampai ke sepuluh. Biasanya lesi mempunyai ciri tersendiri,

eritmatosa dengan diameter 1-5 mm. Lesi biasanya berkhir dalam waktu 2

atau 3 hari. Biakan lesi 60% menghasilkan organisme Salmonella.

2. Bayi dan balita

Pada balita dengan demam tifoid sering dijumpai diare, yang dapat

menimbulkan diagnosis gastroenteritis akut.

8
3. Neonatus

Demam tifoid dapat meyerang pada neonatus dalam usia tiga hari

persalinan. Gejalanya berupa muntah, diare, dan kembung. Suhu tubuh

bervariasi dapat mencapai 40,5 derajat celsius. Dapat terjadi kejang,

hepatomegali, ikterus, anoreksia, dan kehilangan berat badan.

E. Komplikasi

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :

1. Komplikasi intestinal

a. Perdarahan usus

b. Perforasi usus.

2. Komplikasi ekstraintestinal :

a. Komplikasi kardiovaskular : kegagalan sirkulasi perifer(renjatan,sepsis),

miokarditis,trombosis, dan tromboflebitis.

b. Komplikasi darah : anemia hemolitiktrombositopeniadan sindrom uremia

hemolitik.

c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, pleuritis.

d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kelolitiasis.

e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.

f. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, artritis

9
g. Komplikasi neuropsikiatri : delirium, meningismus, meningitis,

polineuritis perifer, sindrome Guillain-Barre, psikosis dan sindrom

katatonia.

F. Penatalaksanaan dan terapi

Adapun penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan kasus

typhoid :

1. Pemberian antibiotik , gunanya yaitu untuk menghentikan dan

memusnahkan penyebaran kumam

2. Istirahat dan perawatan profesional, bertujuan mencegah omplikasi dan

mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring minimal 7 atau 14

hari, mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan kekuatan pasien. Dalam

perawatan perlu sekali dijaga hygene personal, kebersihan tempat tidur,

pakaian, dan peralatan yang dipakai oleh pasien.

3. Diet dan terapi penunjang, sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien

mulai dari bubur saring, bubur kasar sampai akhirnya nasi.

BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS

Tanggal MRS : Jam Masuk :

10
Tanggal Pengkajian : No. RM :
Jam Pengkajian : Diagnosa Masuk :

IDENTITAS
1. Nama pasien :
2. Umur :
3. Alamat :

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Penyakit Sekarang :

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

1. Pernah dirawat : ya tidak Kapan:


………………….
Diagnosa :……………………………………..
2. Riwayat penyakit kronik dan menular : ya tidak
Jenis :……………………
Riwayat Kontrol :………………………………………………...
Riwayat penggunaan Obat :…………………………………………………
3. Riwayat Alergi : ya tidak
Jenis : …………………...
4. Riwayat operasi : ya tidak
Jenis : …………………...
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Ya Tidak

Jenis : …………………………………………..

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda-tanda Vital
S: N: T: RR :
Kesadaran: Composmentis Apatis Somnolen Sopor
Koma

2. Sistem Pernafasan (B1)

11
Obstruksi : Tidak Sebagian Total
Benda Asing : Tidak Padat Cair
Berupa :…………………………………………………………
a. Keluhan Sesak Nyeri waktu nafas
Batuk Produktif Tidak produktif
Sekret : …………………………
Konsistensi : …………………………
Warna : ………………………...
Bau : …………………………………
b. Irama nafas Teratur Tidak teratur
c. Jenis Dispnoe Kusmaul Cheyne
Stokes
d. Suara Nafas Vesikuler Bronko vesikuler
Ronki Wheezing
e. Alat bantu nafas Ya Tidak
Jenis :……….. Flow :………….lpm

f. WSD Ya Tidak
g. Penggunaan ventilator Ya Tidak
JAM MODE F FiO2 PEEP E:I SaO2

3. Sistem Kardiovaskular (B2)


a. Nadi Karotis : Teraba Tidak Teraba
Nadi Perifer : Kuat Lemah Tidak teraba
Perdarahan : …………..cc Lokasi……………………
b. Keluhan nyeri dada Ya Tidak

12
c. Irama Jantung : Reguler Irreguler
S1/S2 tunggal : Ya Tidak
d. Suara jantung : Normal Murmur
Gallop Lain-lain…………………
e. CRT : ………………………...detik
f. Akral Hangat Panas Dingin Kering
Basah
g. JVP Normal Meningkat
Menurun
h. CVP : ………..mmHg/mmH2
i. Intepretasi EKG Gambaran EKG

j. Obat jantung yang diberikan


Lain-lain :

4. Sistem Persarafan (B3)


a. GCS : …………………………………………………………………
b. Refleks fisiologis Patella Triceps
Biceps
c. Refleks Patologis Babinsky budzinsky
Kering
d. Keluhan pusing Ya Tidak
e. Pupil Isokor Anisokor
Diameter:...............
f. Tanda PTIK Muntah proyektil Nyeri kepala hebat
g. Curiga fraktur cervical : Jejas Clavivula Battle Sign
Bloody rinorhoe Bloody Otorhoe
Brill hematome
h. Tekanan Intra Kranial (ICP)……………….mm……………..
i. Obat Neurologi yang diberikan (dosis) :

5. Sistem Perkemihan (B4)


a. Kebersihan Bersih Kotor
b. Keluhan Kencing Nokturi Inkontinensia
Gross hematuri Poliuria
Disuria Oliguria
Retensi Lain :
………….
Anuria

13
c. Produksi Urine : ……………..ml/hari Warna………
Bau………….
d. Kandung Kemih : Membesar Ya Tidak
Nyeri tekan Ya Tidak
e. Intake Cairan oral : ……..cc/…….Parenteral : …………cc/……..
f. Alat Bantu Kateter Ya Tidak
6. Sistem Pencernaan (B5)
a. Mukosa mulut Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan Sakit menelan Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil Nyeri tekan
b. Abdomen Tegang kembung ascites,lingkar
abdomen….cm
Nyeri tekan Ya Tidak
Luka Operasi Ada Tidak
Jenis Operasi :……………….
Lokasi :………………………………………..
Keadaan : Drain Ada Tidak
Jumlah:……… Warna:…………………
Kondisi area sekitar insersi:……………………
c. Jejas abdomen Tidak ada Ada,
Lokasi…………………………………….
d. Peristaltik : …………...x/menit
e. BAB :…………………x/hari
Konsistensi keras lunak cair
lendir/darah
f. Diet padat lunak cair
g. Porsi Makan habis tidak keterangan:
…………………….

7. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)


a. Pergerakan Sendi bebas terbatas
b. Kekuatan otot

c. Kelainan ekstremitas ya tidak


d. Kelainan tulang belakang ya tidak
e. Fraktur ya tidak
f. Traksi/ spalk/ gips ya tidak
g. Kompartemen Syndrome ya tidak
h. Kulit: hiperpigmentasi sianosis kemerahan
ikterik

14
i. Dekubitus tidak ada ada,
Grade……….Luas……….Lokasi………..
j. Luka (umum) jenis:…………………Luas:…… bersih
kotor
k. Lain-lain :

8. Sistem Endokrin
Hipoglikemia ya tidak Nilai……………..

Hiperglikemia ya tidak Nilai……………..

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

a. Personal Hygiene Bersih Kotor Bau


b. Kebutuhan tidur Terpenuhi Tidak terpenuhi,
……………………………jam
c. Nilai BMR……………………………………………………………………
d. Gangguan Konsep Diri ya tidak

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, Radiologi, USG, EKG)

TERAPI :

DATA TAMBAHAN LAIN :

TINDAKAN OPERASI :

15
ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


Ds : os mengeluh Infeksi bakteri Hipertermi

demam salmonella typhi

16
Do : os terlihat

lemah dengan

suhu : 38,5 0C

Pulse : 80x/i

RR : 24x/i

TD : 130/90 mmhg
Ds :os mengatakan Intake volume cairan yg Perubahan membrane

bibir terasa kering tdk adekuat mukosa oral

Do : membrane

mukosa mulut os

terlihat kering dan

pecah-pecah
Ds : os mengeluh Masukan makanan yang Ketidakseimbangan nutrisi

tidak nafsu makan tidak adekuat kurang dari kebutuhan

Do : 2/3 porsi diet tubuh

MB yang

disediakan habis .

PRIORITAS MASALAH
a. Hipertermi b/d infeksi bakteri salmonella typhi
b. Perubahan membrane mukosa oral b/d intake volume cairan yang tdk

adekuat
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan

makanan yg tdk adekuat

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

17
N DIAGNOSA
KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONALISASI
O KEPERAWATAN
1 Hipertermi b/d Tujuan : -beri kompres -dengan
pasien dapat
infeksi bakteri hangat memberikan
menyatakan
salmonella typhi -periksa tanda- kompres hangat
hilangnya rasa
tanda vital demam pasien
ketidaknyaman dan
setiap 3 jam bisa turun
o
suhu tubuh normal -suhu 38,5 C
sekali
kembali. merupakan proses
Dengan criteria -anjurkan
infeksius yang
evaluasi : menggunakan
-menyangkal demam akut pola demam
-melaporkan adanya pakaian tipis
dapat membantu
perasaan nyaman -kolaborasi
-TTV yang meliputi dalam diagnosis
dengan tenaga
suhu, RR,pulse, mengigil sering
kesehatan
dalam batasan yang mendahului
lainnya dalam
normal. puncak suhu.
memberikan -Digunakan untuk

obat mengurangi

demam dengan

aksi sentralnya

pada hipotalamus

meskipun demam

dapat berguna

dalam membatasi

pertumbuhan

18
organisme.

2 Perubahan Mempertahankan -anjurkan -mencegah

membrane mukosa integritas membrane hygene gigi kekeringan mulut

oral b/d intake mukosa dan yang baik berlebihan dari

volume cairan mengidentifikasi/mel setelah makan periode lama

yang tidak adekuat. akukan intervensi dan pada saat tanpa masukan

khusus untuk tidur. oral


-anjurkan klien -menurunkan
mengingkat kan
minum pertumbuhan
kesehatan mukosa
sebanyak bakteri potensial
oral.
2000 cc/hari penyebab infeksi

3 Ketidakseimbanga Pasien dapat - memberikan Untuk

n nutrisi kurang mempertahan pemahaman meningkatkan

dari kebutuhan kebutuhan nutrisi kepada keluarga pengetahuan klien

19
tubuh berhubungan untuk tubuh secara pasien tentang tentang nutrisi

dengan masukan adekuat. manfaat sehingga motivasi


Dengan criteria
makanan yang makanan untuk makan
evaluasi :
tidak - timbang berat meningkat.
-nafsu makan
adekuat/kurang badan klien
meningkat - untuk mengetahui
. setiap 1 hari
-klien dapat apakah BB pasien
- berikan klien
menghabiskan menurun atau
makanan
makanan sesuai meningkat
dengan porsi
dengan porsi yang
kecil dan -untuk
sudah disiapkan.
sesering menghindari

mungkin terjadinya muntah

sehingga porsi

makan yang

disediakan habis

20
No Diagnosa Keperawatan Implementasi

21
1. Hipertermi b/d infeksi bakteri a.Memberi kompres hangat
1.
salmonella typhi b. Memeriksa tanda-tanda vital setiap 3 jam

sekali

2. c. Menganjurkan menggunakan pakaian tipis


3.
d.Mengkolaborasi dengan tenaga kesehatan
R Perubahan membrane mukosa oral b/d
3. lainnya dalam memberikan obat
intake volume cairan yang tidak
adekuat
a. Menganjurkan hygene gigi yang baik

setelah makan dan pada saat tidur.


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari b. Menganjurkan klien minum sebanyak

kebutuhan tubuh berhubungan dengan 2000 cc/hari

masukan makanan yang tidak

adekuat/kurang a. Memberikan pemahaman kepada keluarga

pasien tentang manfaat makanan

b. Memimbang berat badan klien setiap 1

hari

c. Memberikan klien makanan dengan porsi

kecil dan sesering mungkin

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Asuhan Keperawatan yang diberikan dengan diagnosa medis Thipoid

meliputi:

a. Pengkajian

b. Diagnosa Keperawatan

c. Perencanaan

d. Implementasi, dan

e. Evaluasi

2. Setelah dilakukan beberapa pengkajian, didapatkan 3 diagnosa

keperawatan :

a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi


b. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan

dengan dehidrasi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

masukan makanan yang tidak adekuat/kurang

3. Berdasarkan implementasi yang didasarkan pada intervensi keperawatan,

maka diperoleh hasil evaluasi, bahwa masalah telah teratasi.

B. Saran

Adapun saran dari penulis :

a. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien demam thypoid harus

didasarkan pada 5 metode Asuhan Keperawatan.

b. Dalam melakukan asuhan keperawatan, sebaiknya bersamaaan dengan

komunikasi yang baik pada pasien.

23
24

Anda mungkin juga menyukai