PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada tahun ( 1896 Widal ) mendapatkan salah satu metode untuk
diagnosis penyakit demam tifoid. Pada tahun yang sama ( Wright dari Inggris
dan Pfeifer dari Jerman ) mencoba vaksinasi terhadap demam tifoid. Pada era
1970 dan 1980 mulai dicoba vaksin oral yang berisi kuman hidup yang
dilemahkan dan vaksin suntik yang berisi Vi kapsul polisakarida. Pada tahun (
efektif untuk pengobatan penyakit demam tifoid. Pada tahun 1829 Pierre Louis
( Perancis ) mengeluarkan istilah typhoid yang berarti seperti typhus. Baik kata
typhoid maupun typhus berasal dari kata yunani typhos. Terminologi ini
terganggu.
Baru pada tahun ( 1837 William Word Gerhard ) dari Philadelphia dapat
Bacillus typhosus pada sediaan histology yang berasal dari kelenjar limfe
salmonella tyhpi, dan memastikan bahwa penularannya melalui air dan bukan
udara. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan
penderita dalam fase konfalesen, dan kronik karier (Depkes RI, 2009) .
1
Penyakit thypoid termasuk penyakit yang mengakibatkan angka
kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi di Jawa Tengah, pada tahun 2008
pasien dengan demam thypoid dan pasien dengan carier. Pasien carier adalah
orang yang sembuh dari demam thypoid dan terus mengekspresi salmonella
thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun (Depkes, 2008) .
angka kejadian penyakit ini berkisar 156 kasus per 100.000 penduduk.
Dibandingkan tahun 2006 angka kejadiannya lebih kecil yaitu 127 kasus per
Wetan pada anak usia 3-19 tahun serta membantu mencarikan jalan
sesuatu hal yang tidak penting. Sehingga membuat kehidupan menjadi tidak
disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai
2
karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,
kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene
tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.
Insidens rate demam tifoid di Asia Selatan dan Tenggara termasuk China pada
tahun 2010 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate
demam tifoid tertinggi di Papua New Guinea sekitar 1.208 per 100.000
penduduk per tahun. Insidens rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per
100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk perkotaan per
kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10%
(Nainggolan, R, 2011).
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun
pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116
dengan proporsi 3,15%, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah
kasus 193.856 dengan proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD
dengan jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009).
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan nya adalah untuk meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa
3
b. Tujuan khusus
Menjelaskan pengertian typhoid
Menjelaskan etiologi typhoid
Menjelaskan tanda dan gejala typhoid
Menjelaskan komplikasi typhoid
Menjelaskan penatalaksanaan typhoid
C. Manfaat
pada perawatan pasien typhoid, juga sebagai bahan bacaan dan menambah
perawatan typhoid
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Demam tifoid atau typhoid fever atau typhus abdominalis adalah penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang merupakan bakteri gram
negatif berbentuk batang yang masuk melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Tapan, 2004). Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi oleh
bakteri Salmonella typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit
menular (Cahyono, 2010). Demam tifoid adalah infeksi sistemik akut yang
4
disebabkan oleh Salmonella typhii (Elsevier, 2013.) Jadi, demam tifoid
menurunkan sistem pertahanan tubuh dan dapat menular pada orang lain
B. Etiologi
1. Salmonella typhii
peredaran darah dan menyusup ke dalam sel makrofag manusia. Bakteri ini
masuk melalui air dan makanan yang terkontaminasi dari urin dan feses yang
terinfeksi dengan masa inkubasi 3-25 hari. Pemulihan mulai terjadi pada
minggu ke-4 dalam perjalanan penyakit. Orang yang pernah menderita demam
Jadi, orang yang pernah menderita demam tifoid atau tifus akan menjadi orang
5
C. Patofisiologi
dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam
pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis
infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus,
bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan
menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel
Salmonella typhi.
kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai
limfe mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, dkk, 2012). Setelah melalui
periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan oleh jumlah
dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka Salmonella typhi akan
keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi
sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akan
tetapi tempat yang disukai oeh Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum
tulang belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal.
6
Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari
dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja. Peran
endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti
makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe
sistem vaskular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang,
kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem imunologik (Soedarmo, dkk,
2012). Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks Peyer. Ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plaks Peyer. Pada minggu keempat terjadi
Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Masa inkubasi demam tifoid
berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah
dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam
keadaan asimtomatis.
7
D. Manifestasi klinis
Masa inkubasi biasanya 7-14 hari, tetapi dapat berkisar antara 3-30
hari tergantung pada besar inokulum yang tertelan. Tanda dan gejala yang
Gejala awal demam, malaise, anokreksia, mialgia, nyeri kepala dan nyeri
perut berkembang selama 2-3 hari. Mual dan muntah dapat menjadi tanda
komplikasi, terutama jika terjadi pada minggu kedua atau ketiga. Pada
beberapa anak terjadi kelesuan berat, batuk, dan epistaksis. Demam yang
terjadi bisa mencapai 40 derajat celsius dalam satu minggu. Pada minggu
kedua, demam masih tinggi, anak merasa kelelahan, anoreksia, batuk, dan
gejala perut bertambah parah. Anak tampak sangat sakit, bingung, dan lesu
difus. Pada sekitar 50% penderita demam tifoid dengan demam enterik,
terjadi ruam makulaatau makulo popular (bintik merah) yang tampak pada
eritmatosa dengan diameter 1-5 mm. Lesi biasanya berkhir dalam waktu 2
Pada balita dengan demam tifoid sering dijumpai diare, yang dapat
8
3. Neonatus
Demam tifoid dapat meyerang pada neonatus dalam usia tiga hari
E. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus.
2. Komplikasi ekstraintestinal :
hemolitik.
9
g. Komplikasi neuropsikiatri : delirium, meningismus, meningitis,
katatonia.
typhoid :
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS
10
Tanggal Pengkajian : No. RM :
Jam Pengkajian : Diagnosa Masuk :
IDENTITAS
1. Nama pasien :
2. Umur :
3. Alamat :
Ya Tidak
Jenis : …………………………………………..
1. Tanda-tanda Vital
S: N: T: RR :
Kesadaran: Composmentis Apatis Somnolen Sopor
Koma
11
Obstruksi : Tidak Sebagian Total
Benda Asing : Tidak Padat Cair
Berupa :…………………………………………………………
a. Keluhan Sesak Nyeri waktu nafas
Batuk Produktif Tidak produktif
Sekret : …………………………
Konsistensi : …………………………
Warna : ………………………...
Bau : …………………………………
b. Irama nafas Teratur Tidak teratur
c. Jenis Dispnoe Kusmaul Cheyne
Stokes
d. Suara Nafas Vesikuler Bronko vesikuler
Ronki Wheezing
e. Alat bantu nafas Ya Tidak
Jenis :……….. Flow :………….lpm
f. WSD Ya Tidak
g. Penggunaan ventilator Ya Tidak
JAM MODE F FiO2 PEEP E:I SaO2
12
c. Irama Jantung : Reguler Irreguler
S1/S2 tunggal : Ya Tidak
d. Suara jantung : Normal Murmur
Gallop Lain-lain…………………
e. CRT : ………………………...detik
f. Akral Hangat Panas Dingin Kering
Basah
g. JVP Normal Meningkat
Menurun
h. CVP : ………..mmHg/mmH2
i. Intepretasi EKG Gambaran EKG
13
c. Produksi Urine : ……………..ml/hari Warna………
Bau………….
d. Kandung Kemih : Membesar Ya Tidak
Nyeri tekan Ya Tidak
e. Intake Cairan oral : ……..cc/…….Parenteral : …………cc/……..
f. Alat Bantu Kateter Ya Tidak
6. Sistem Pencernaan (B5)
a. Mukosa mulut Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan Sakit menelan Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil Nyeri tekan
b. Abdomen Tegang kembung ascites,lingkar
abdomen….cm
Nyeri tekan Ya Tidak
Luka Operasi Ada Tidak
Jenis Operasi :……………….
Lokasi :………………………………………..
Keadaan : Drain Ada Tidak
Jumlah:……… Warna:…………………
Kondisi area sekitar insersi:……………………
c. Jejas abdomen Tidak ada Ada,
Lokasi…………………………………….
d. Peristaltik : …………...x/menit
e. BAB :…………………x/hari
Konsistensi keras lunak cair
lendir/darah
f. Diet padat lunak cair
g. Porsi Makan habis tidak keterangan:
…………………….
14
i. Dekubitus tidak ada ada,
Grade……….Luas……….Lokasi………..
j. Luka (umum) jenis:…………………Luas:…… bersih
kotor
k. Lain-lain :
8. Sistem Endokrin
Hipoglikemia ya tidak Nilai……………..
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
TERAPI :
TINDAKAN OPERASI :
15
ANALISA DATA
16
Do : os terlihat
lemah dengan
suhu : 38,5 0C
Pulse : 80x/i
RR : 24x/i
TD : 130/90 mmhg
Ds :os mengatakan Intake volume cairan yg Perubahan membrane
Do : membrane
mukosa mulut os
pecah-pecah
Ds : os mengeluh Masukan makanan yang Ketidakseimbangan nutrisi
MB yang
disediakan habis .
PRIORITAS MASALAH
a. Hipertermi b/d infeksi bakteri salmonella typhi
b. Perubahan membrane mukosa oral b/d intake volume cairan yang tdk
adekuat
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan
17
N DIAGNOSA
KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONALISASI
O KEPERAWATAN
1 Hipertermi b/d Tujuan : -beri kompres -dengan
pasien dapat
infeksi bakteri hangat memberikan
menyatakan
salmonella typhi -periksa tanda- kompres hangat
hilangnya rasa
tanda vital demam pasien
ketidaknyaman dan
setiap 3 jam bisa turun
o
suhu tubuh normal -suhu 38,5 C
sekali
kembali. merupakan proses
Dengan criteria -anjurkan
infeksius yang
evaluasi : menggunakan
-menyangkal demam akut pola demam
-melaporkan adanya pakaian tipis
dapat membantu
perasaan nyaman -kolaborasi
-TTV yang meliputi dalam diagnosis
dengan tenaga
suhu, RR,pulse, mengigil sering
kesehatan
dalam batasan yang mendahului
lainnya dalam
normal. puncak suhu.
memberikan -Digunakan untuk
obat mengurangi
demam dengan
aksi sentralnya
pada hipotalamus
meskipun demam
dapat berguna
dalam membatasi
pertumbuhan
18
organisme.
yang tidak adekuat. akukan intervensi dan pada saat tanpa masukan
19
tubuh berhubungan untuk tubuh secara pasien tentang tentang nutrisi
sehingga porsi
makan yang
disediakan habis
20
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
21
1. Hipertermi b/d infeksi bakteri a.Memberi kompres hangat
1.
salmonella typhi b. Memeriksa tanda-tanda vital setiap 3 jam
sekali
hari
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
meliputi:
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Implementasi, dan
e. Evaluasi
keperawatan :
dengan dehidrasi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
B. Saran
23
24