Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

THYPOID FEVER

Disusun Oleh

Mega Permata Sari

Keperawatan

21142010005

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MERDEKA SURABAYA

TA 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Thypoid Fever” dengan baik dan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan II. Penulisan makalah ini tidak lepas dari
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu.
Demikian semoga Allah SWT selalu berkenan melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekeliruan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran.

Surabaya, 26 April 2022

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pada tahun ( 1896 Widal ) mendapatkan salah satu metode untuk diagnosis
penyakit demam tifoid. Pada tahun yang sama ( Wright dari Inggris dan
Pfeifer dari Jerman ) mencoba vaksinasi terhadap demam tifoid. Pada era
1970 dan 1980 mulai dicoba vaksin oral yang berisi kuman hidup yang
dilemahkan dan vaksin suntik yang berisi Vi kapsul polisakarida. Pada tahun
( 1948 Woodward dkk ) di Malaysia menemukan bahwa kloramfenikol adalah
efektif untuk pengobatan penyakit demam tifoid.

Pada tahun 1829 Pierre Louis ( Perancis ) mengeluarkan istilah typhoid


yang berarti seperti typhus. Baik kata typhoid maupun typhus berasal dari
kata yunani typhos. Terminologi ini dipakai pada penderita yang mengalami
demam disertai kesadaran yang terganggu.

Baru pada tahun ( 1837 William Word Gerhard ) dari Philadelphia dapat
membedakan tifoid dari typhus. pada tahun ( 1880 Eberth ) menemukan
Bacillus typhosus pada sediaan histology yang berasal dari kelenjar limfe
mesentarial dan limpa. Pada tahun ( 1884 Gaffky ) berhasil membiakkan
salmonella tyhpi, dan memastikan bahwa penularannya melalui air dan bukan
udara.

Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan


rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka
kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin.
Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,
penderita dalam fase konfalesen, dan kronik karier (Depkes RI, 2009) .

Penyakit thypoid termasuk penyakit yang mengakibatkan angka kejadian


luar biasa (KLB) yang terjadi di Jawa Tengah, pada tahun 2003 menempati
urutan ke 21 dari 22 (4,6%) penyakit yang tercatat. Meskipun hanya
menempati urutan ke 21, penyakit thypoid memerlukan perawatan yang

1
komprehensif, mengingat penularan salmonella thypi ada dua sumber yaitu
pasien dengan demam thypoid dan pasien dengan carier. Pasien carier adalah
orang yang sembuh dari demam thypoid dan terus mengekspresi salmonella
thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun (Depkes, 2008) .

Lingkungan sehat dan bersih sangat menjamin status kesehatan seseorang,


namun hal tersebut masih dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak penting.
Sehingga membuat kehidupan menjadi tidak sehat dan banyak menimbulkan
berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh bakteri , diantaranya Demam
Typhoid.

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan


oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara
berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis.

Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting


karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,
kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar
higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H,
2009).
Data WHO tahun 2009, memperkirakan terdapat 17 juta kasus demam
tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.
Insidens rate demam tifoid di Asia Selatan dan Tenggara termasuk China
pada tahun 2010 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk per tahun.
Insidens rate demam tifoid tertinggi di Papua New Guinea sekitar 1.208
per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate di Indonesia masih tinggi yaitu
358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk
perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per tahun 600.000-1.500.000
penderita. Angka kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan
CFR sebesar 10% (Nainggolan, R, 2011).
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008,
demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien
rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan
proporsi 3,15%, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus

2
193.856 dengan proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan
jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009).

1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan dari makalah adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan pada
Pasien Thypoid Fever
b. Tujuan khusus
1. Mampu Melakukan Pengkajian pada pasien
2. Mampu Menegakkan Diagnosa Keperawatan
3. Mampu Meakukan Intervensi Keperawatan
4. Mampu Melakukan Implementasi Kperawatan
5. Mampu Melakukan Evaluasi Keperawartan

1.3 Manfaat
A. Manfaat bagi praktek keperawatan
Untuk menambah pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus typhoid.
B. Manfaat bagi Institut
Untuk memberi bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama
pada perawatan pasien typhoid, juga sebagai bahan bacaan dan menambah
wawasan bagi mahasiswa keperawatan yang berkaitan dengan cara
perawatan typhoid.
C. Manfaat bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan bagi penulis mengenai kasus typhoid.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
Salmonella Thypi.Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella (Smeltzer & Bare, 2002).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi(Arief Maeyer, 1999 ).
Demam typhoid adalah penyakit bakteri yang disebabkan oleh Salmonella
typhi (WHO).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. Sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A.W., &
B. Setiyohadi, 2006).
Demam tifoid (Thypoid fever) adalah penyakit menular yang bersifat akut,
yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial
yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di
distal ileum. Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai
demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang - kadang
pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya ( Samsuridjal , 2010 ) .
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella ( Bruner and Sudart, ) .

2.2 Etiologi
Penyebab demam typhoid adalah bakteri Salmonella typhi.Sementara
demam paratyphoid yang gejalanya mirip dengan demam typhoid namun

4
lebih ringan, disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C. ( James
Chin, MD, 2006)
Salmonella typhisama dengan salmonella yang lain adalah bakteri
Gram-nagative, mempunyai flegala, tidak berkapul, tidak membentuk
spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari
oligosakarida, flageral antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope
antigen (K)yang terdiri dari polisakarida.
Penyebab demam tifoid dan demam paratifoid adalah S.typhi,
S.paratyphi A, S.paratyphi B dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro,
1997).

2.3 Patofisiologi
Kuman Salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut
dengan makanan dan air yang tercemar.Sebagian kuman dimusnakan oleh
asam lambung.Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan
limfoid di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi.
Basil diserap di usus halus, melalui pembuluh limfe halus masuk ke
dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limfe.
Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe,
sehingga organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan.
Basil masuk kedalam darah dan menyebar keseluruh tubuh
terutama kelenjar limfoid usus halus, sehingga tukak berbentuk lonjong
pada mukosanya, mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus, Gejala
demam disebabkan oleh endotoxin.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Masa inkubasi demam
tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)
bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi
penderita tetap dalam keadaan asimtomatis (Soegeng soegijanto, 2002).

5
2.4 Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang timbul bervariasi. Dalam minggu pertama, keluhan dan
gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu
demam,nyeri kepala,pusing,nyeri otot,anoreksia,mual muntah,nyeri perut ,
batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapat peningkatan suhu
badan.
Dalam minggu kedua gejala-gejala terlihat lebih jelas berupa
demam,bradikardi,dan lidah penderita tifoid kotor ditengah, tepi dan ujung
merah dan tremor, hepatomegali, splenomegali, gangguan kesadaran berupa
somnolen sampai koma.

2.5 Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
2. Komplikasi ekstraintestinal :
a. Komplikasi kardiovaskular : kegagalan sirkulasi
perifer(renjatan,sepsis),miokarditis,trombosis,dan
tromboflebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitiktrombositopenia dan
sindrom uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, pleuritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan
kelolitiasis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan
perinefritis.
f. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, artritis
g. Komplikasi neuropsikiatri : delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, sindrome Guillain-Barre, psikosis dan
sindrom katatonia.

6
2.6 Penatalaksanaan dan terapi
Adapun penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan kasus
typhoid :
1. Pemberian antibiotik , gunanya yaitu untuk menghentikan dan
memusnahkan penyebaran kumam
2. Istirahat dan perawatan profesional, bertujuan mencegah omplikasi dan
mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring minimal 7 atau 14
hari, mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan kekuatan pasien. Dalam
perawatan perlu sekali dijaga hygene personal, kebersihan tempat tidur,
pakaian, dan peralatan yang dipakai oleh pasien.
3. Diet dan terapi penunjang, sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien mulai
dari bubur saring, bubur kasar sampai akhirnya nasi
Adapun terapi yang dapat diberikan pada pasien typhoid antara lain :
1. IVFD : Ringer laktat 20 tts/i
2. Injeksi :
a. Cefotaxime 500 mg/12 jam
b. Ranitidine 1A/12 jam
c. Paracetamol 3 x 500 mg/hari

7
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 10 tahun
Status Perkawinan : belum
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Siswa
Alamat : Meurah Mulia
Tanggal masuk RS : 2 Maret 2017
No. Register : 06.74.78
Tanggal Pengkajian :3 Maret 2017
Diagnosa Medis : Typhoid

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Yuswanto
Hubungan dengan pasien : Ayah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Meurah Mulia

3.2 KELUHAN UTAMA


Os mengeluh demam selama 1 minggu, mual , muntah, pusing, dan tidak
nafsu makan.

3.3 RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


1. Provocative/Palliative
A. Penyebab nya tidak diketahui

8
B. Hal yang memperbaiki keadaan pasien dengan membawa ke
rumah sakit
2. Quantity/quality
A. Os merasakan demam
B. Os terlihat meringis
3. Ragion
A. Lokasi : di seluruh tubuh
B. Penyebaran : tidak menyebar
4. Savetity ( menggunakan aktivitas)
Os melakukan aktivitas tanpa bantuan dari keluarga
5. Time (waktu timbul penyakit)
Penyakit dapat timbul kapan saja
6. Riwayat penyakit yang lalu
Pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit Hepatitis A

3.4 RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Os pernah mengalami penyakit Hepatitis A pada usia 5 tahun
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Orang tua klien memberikan obat sesuai indikasi dokter
C. Pernah dirawat/dioperasi
Os pernah dirawat pada usia 5 tahun
D. Lamanya
selama 1 minggu
E. Alergi
Os tidak ada alergi
F.Imunisasi
Tidak ada

3.5 RIWAYAT KELUARGA (DISERTAI GENOGRAM)


A. Orang tua : Orang tua klien tidak mengalami demam
B. Saudara kandung : Saudara kandung juga tidak mengalami demam

9
C. Penyakit keturunan yang ada : -
D. Anggota keluarga yang meninggal : tidak ada
E. Penyebab meninggal : -
F. Genogram
Pasien tidak mempunyai penyakit keturunan dalam keluarga

Genogram

Keterangan :
laki-laki hidup

perempuan hidup

Penderita

3.6 RIWAYAT / KEADAAN PSIKOSOSIAL


A. Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
B. Persepsi pasien tentang penyakitnya : os ingin cepat sembuh
C. Konsep diri :
1. Body image : klien menyukai semua anggota tubuhnya

2. Ideal diri : Klien berharap supaya cepat pulang


kerumah untuk beraktivitas seperti biasa
3. Harga Diri : baik.

10
4. Peran Diri : Klien berperan sebagai anak ke 2 dalam
keluarga
5. Personal Identity : Klien sebagai ibu rumah tangga
D. Keadaan emosi : klien dapat mengontrol emosinnya
E. Perhatian terhadap orang lain : baik
F. Hubungan dengan keluarga : baik
G. Hubungan dengan orang lain : baik
H. Kegemaran : membaca
I. Mekanisme pertahanan diri : baik

3.7 PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah, kesadaran : Compost Mentis

B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 38 °C Nadi : 88x/menit
TD : 110/70 mmHg RR : 20x/menit
TB : 155 cm BB : 55 Kg
C. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala dan rambut
1. Kepala
Bentuk : simetris
Ubun-ubun : keras tertutup
Kulit kepala : bersih
2. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut merata,
keadaan rambut baik
Bau : Rambutnya tidak berbau
Warna kulit : Sawo matang
3. Wajah : Oval, tidak ada kelainan
Warna kulit : tidak ada kelainan

11
b. Mata
1. Kelengkapan dan Kesimetrisan
Mata klien lengkap, simetris kiri dan kanan
2. Palpebra
Palpebra klien normal/tidak terdapat kelainan
3. Konjuktiva dan sclera
Konjuktiva dan sclera pucat
4. Pupil
Pupil klien normal dapat beradaptasi dengan rangsangan
cahaya
5. Kornea
Kornea dan iris klien normal/tidak terjadi gangguan
c. Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septumnasi : simetris
2. Lubang hidung : simetris
3. Cuping hidung : tidak ada cuping

d. Telinga
1. Bentuk telinga : simetris ka.ki
2. Ukuran telinga : sedang
3. Ketajaman pendengaran : klien dapat mendengar dengan baik

e. Mulut dan faring


1. Keadaan bibir : kering
2. Keadaan gusi dan gigi : bersih
3. Keadaan lidah : normal
f. Leher
1. Tiroid : tidak ada pemeriksaan
2. Suara : tidak ada pemeriksaan
3. Denyut nadi karotis : tidak ada pemeriksaan
D. Pemeriksaan integument
1. Kebersihan : Baik,kulit tampak bersih.
2. Warna : warna kulit klien hitam
3. Turgor : Turgor kulit baik

12
4. kelebaban : Kering
E. Pemeriksaan payudara dan ketiak
1. Ukuran dan bentuk payudara : tidak ada pemeriksaan
2. Warna payudara dan areola : tidak ada pemeriksaan
3. Kelainan payudara dan putting : tidak ada pemeriksaan
4. Aksila dan clavikula : tidak ada pemeriksaan
F. Pemeriksaan Thoraks dan Dada
1. Infeksi Thoraks
a. Bentuk thoraks : tidak ada pemeriksaan
b. Pernafasan :
- Frekuensi : tidak ada pemeriksaan
- Irama : tidak ada pemeriksaan
c. Tanda kesulitan bernafas : tidak ada pemeriksaan
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara : tidak ada pemeriksaan
b. Perkusi : tidak ada pemeriksaan
c. Auskultasi
- Suara nafas : tidak ada pemeriksaan
- Suara tambahan : tidak ada pemeriksaan
3. Pemeriksaan Jantung
a. Insfeksi : tidak ada pemeriksaan
b. Palpasi : tidak ada pemeriksaan
- Ictus cordis : tidak ada pemeriksaan
c. Perkusi : tidak ada pemeriksaan
d. Auskultasi : tidak ada pemeriksaan
G. Pemeriksaan Abdomen
1. Infeksi :
a. Bentuk abdomen : Simetris
b. Benjolan/massa : tidak ada
c. Bayangan pembuluh darah : tidak ada
2. Auskultasi
- Peristaltik usus : 10x/i

13
3. Palpasi
a. Benjolan / massa : tidak ada benjolan
b. Tanda ascites : tidak ada acites
c. Hepar : tidak ada hepatomegali
d. Lien : tidak ada splenomegali
e. Titik mc.burney : tidak ada
4. Perkusi
a. Suara abdomen :
b. Pemeriksaan ascites : tidak ada acites
H. Pemeriksaan kelamin dan Daerah Sekitarnya
1. Genitalia :
a. Rambut pubis : tidak ada pemeriksaan
b. Lubang uretra : tidak ada pemeriksaan
c. Kelainan pada genetalia eksterna : tidak ada pemeriksaan
d. Kelainan pada genetalia interna : tidak ada pemeriksaan
2. Anus
a. Lubang Anus : tidak ada pemeriksaan
b. Kelainan pada lubang anus : tidak ada pemeriksaan
c. Perineum : tidak ada pemeriksaan
I. Pemeriksaan Muskuloskeletal / ekstremitas
1. Ekstremitas Atas :
a. Kesimetrisan Otot : simetris
b. Edema (derajat) : tidak ada
c. Kekuatan Otot : tidak ada
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada
2. Ekstremitas Bawah
a. Kesimetrisan Otot : simetris
b. Edema : tidak ada pemerisaan
c. Kekuatan Otot : tidak ada pemeriksaan
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada pemeriksaan
e. Varises : tidak ada pemeriksaan

14
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran : composmentis
GCS : 15 E 5 M 5 V 5
2. Meningeal sign : tidak ada pemeriksaan
3. Status mental
a. Kondisi emosi dan perasaan : Stabil
b. Orientasi : normal
c. Proses berfikir (ingatan, keputusan, perhitungan) : normal
Motivasi (kemauan) :Kemauan pasien untuk sembuh sangat besar
d. Bahasa:Pasien berkomunikasi menggunakan bahasa Aceh
4. Nervus Cranialis
a. Nervus Olfaktorius / N I / Penciuman (hidung) : normal
b. Nervus Optikus / N II / Penglihatan (mata) : normal
c. Nervus Okulomotoris / N III, Trochlearis / N IV, Abdusen / N
VI/Bergeraknya bola mata : normal
d. Nervus Trigeminus /N V/Sentuhan Halus (dgn kapas) : normal
e. Nervus Fasialis/N VII/Wajah/(otot wajah) : normal
f. Nervus Vestibulocochlearis/N VIII/Acusticus (pendengaran) :
normal
g. Nervus Glossopharingeus/N IX, Vagus/N X/ Menelan
(tenggorokan) : normal
h. Nervus Asesorius/N XI/Bahu : normal
i. Nervus Hipoglosus/N XII/Lidah : normal
5. Fungsi Motorik
a. Cara berjalan : sedikit terganggu
b. Romberg Test : tidak ada pemeriksaan
c. Test Jari Hidung : tidak ada pemeriksaan
d. Pronasi Suvinasi Test : tidak ada pemeriksaan
e. Heel to Shin Test : tidak ada pemeriksaan
6. Fungsi Sensorik
a. Identifikasi sentuhan ringan : tidak ada pemeriksaan
b. Test Tajam Tumpul : tidak ada pemeriksaan

15
c. Test Panas Dingin : tidak ada pemeriksaan
d. Test Getaran : tidak ada pemeriksaan
e. Sreognosis Test : tidak ada pemeriksaan
7. Reflek
a. Reflek Bisep : tidak ada pemeriksaan
b. Reflek Trisep : tidak ada pemeriksaan
c. Reflek Brachioradialis : tidak ada pemeriksaan
d. Reflek Patelar : tidak ada pemeriksaan
e. Reflek Tendon Achiles : tidak ada pemeriksaan
f. Reflek Plantar : tidak ada pemeriksaan

3.8 POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


A. Pola tidur
a. Sebelum sakit :
- Waktu tidur : jam 22.00 WIB
- Waktu bangun : jam 05.30 WIB
- Masalah tidur : tidak ada
- Hal – hal yang mempengaruhi tidur : tidak ada
- Hal-hal yang mempermudah tidur : tidak ada
b. Selama sakit :
- Waktu tidur : jam 24.00 WIB
- Waktu bangun : jam 05.00 WIB
- Masalah tidur : tidak nyaman
- Hal – hal yang mempengaruhi tidur : tidak ada
- Hal-hal yang mempermudah tidur : tidak ada
B. Pola eliminasi
a. Sebelum Sakit :
 BAB
- Pola BAB : 1x sehari
- Karakteristik Fases :
o Warna : Kuning kecoklatan
o Konsistensi : Lunak
o Bau : Bau busuk

16
 BAK
Pola BAK
- : 4-5 x sehari
- Karakteristik :
o Warna : Kekuning kuningan
o Bau : Normal
o Berat Jenis : Normal
b. Selama Sakit :
 BAB
- Pola BAB : 1x sehari
- Karakteristik Fases :
o Warna : Kekuning coklat
o Konsistensi : Lunak
o Bau : Bau busuk

 BAK
- Pola BAK : 8x/hari
- Karakteristik :
o Warna : Kekuning - kuningan
o Bau : Normal
o Berat Jenis : Normal

C. Pola makan dan minum


1. Sebelum Sakit :
a. Pola makan :
- Diet type : makan rendah serat
- Jumlah/porsi : 3x / 1 porsi
- Pola diet : pagi , siang malam
- Anoreksia : -
- Mual muntah: tidak ada
- Nyeri ulu hati : tidak ada
- Alergi makanan : ikan tongkol
- BB biasa : 55 kg

b. Tanda objek
- BB sekarang : 52 kg
- TB : 155 cm

c. Waktu pemberian makanan : pagi, siang, malam


d. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak
- Kesulitan menelan : tidak
- Tidak dapat makan sendiri : -

17
e. Pola minum
- Jumlah/porsi : 6-8 gelas sehari
- Kesulitan menelan : tidak
2. Selama Sakit :
1.Pola makan :
- Diet type : makan rendah serat
- Jumlah/porsi : 2/3 porsi yang disediakan habis
- Pola diet : pagi , siang malam
- Anoreksia : ada
- Mual muntah: ada , 250 cc
- Nyeri ulu hati : tidak ada
- Alergi makanan : tidak ada
- BB biasa : 55 kg
2. Tanda objek
- BB sekarang : 52 kg
- TB : 155 cm
3. Waktu pemberian makanan : pagi, siang, malam
4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : -
5. Pola minum
- Jumlah/porsi : 3-4 gelas sehari
- Kesulitan menelan : tidak
D. Kebersihan diri / personal hygene
a. Sebelum sakit:
1. Pemeliharaan badan : bersih
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : bersih
3. Pemeliharaan kuku : bersih

b. Selama sakit:
1. Pemeliharaan badan : mandi 1x sehari

18
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : sikat gigi 1x sehari
3. Pemeliharaan kuku : kuku bersih

E. Pola kegiatan / aktivitas :


1. Sebelum sakit : aktivitas pasien mandiri
2. Selama sakit : aktivitas pasien mandiri

F. Kebiasaan ibadah
1. Sebelum sakit : ibadah rutin
2. Selama sakit : ibadah terganggu

3.9 HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK


1. Laboratorium
a. Jenis spesimen : urine pagi
b. Kekeruhan : jernih
c. Warna : kuning muda
d. Berat jenis : 1,020
e. Protein : 25 mg/ dl (+)
f. Keton : + 4
g. Eritrosit : 5-10
h. Leukosit : 2-5
i. Epitel : 25-50
j. Anti dengue IgM : -
k. Anti dengue IgG : -
Widal test
Widal test slide O H
S. Typhi Negative 1/40 1/320
S. Parathypi A Negative 1/160 1/160
S. Parathypi B Negative 1/130 1/140
S. Parathypi C Negative 1/80 1/80

19
2. EKG : tidak dilakukan
3. Rongent : tidak dilakukan

3.10 THERAPI YANG DIBERIKAN


NO NAMA OBAT DOSIS
1 Cefotaxime 500 mg/ 12 jam
2 Ranitidine 1 A/12 jam
3 Paracetamol 500 mg 3 X 1
4 Infus RL 20 tts/i

3.11 ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


Ds : os mengeluh Hipertermi Gangguan rasa nyaman
demam
Do : os terlihat
lemah dengan suhu :
380C
RR : 24 x/i
Td : 110/60 mmHg
Pulse : 80x/i
Ds : os mengeluh Dehidrasi Intake volume cairan yang
kering didaerah tidak adekuat
sekitar bibir mulut
Do : membrane
mukosa mulut os
terlihat kering dan
pecah-pecah
Input: 500 ml
Output: 700 ml
Ds : os mengeluh Masukan makanan Perubahan nutrisi kurang
tidak nafsu makan yang tidak dari kebutuhan tubuh

20
Do : 1/3 porsi diet adekuat/kurang
MB yang disediakan
habis .

3.12 PRIORITAS MASALAH


1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
2. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral
berhubungan dengan intake volume cairan yang tidak adekuat
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan makanan yang tidak adekuat/kurang

3.13 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA
N TUJUAN/KRITER INTERVEN RASIONALIS
KEPERAWATA
O IA HASIL SI ASI
N
1 Gangguan rasa Pasien dapat -beri kompres -dengan
nyaman menyatakan hangat memberikan
berhubungan hilangnya rasa -periksa tanda- kompres hangat
dengan hipertermi ketidaknyaman dan tanda vital demam pasien
Ds : os mengeluh suhu tubuh normal setiap 3 jam bisa turun
demam kembali. Dengan sekali -suhu 38 o
C
Do : klien terlihat criteria evaluasi : -kolaborasi merupakan
lemah dengan -menyangkal demam dengan proses infeksius
suhu : 380C -melaporkan adanya tenaga yang akut Pola
RR : 24 x/i perasaan nyaman kesehatan demam dapat
Td : 110/60 mmHg -TTV yang meliputi lainnya membantu
Pulse : 80x/i suhu, RR,pulse,Td dalam dalam diagnosis
dalam batasan yang memberikan mengigil sering
normal. obat mendahului
-anjurkan puncak suhu.
klien minum -Digunakan

21
sebanyak untuk
2500 cc/hari mengurangi
demam dengan
aksi sentralnya
pada
hipotalamus
meskipun
demam dapat
berguna dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme.

2 Resiko tinggi Mempertahankan -anjurkan -karena alkohol


terhadap integritas membrane klien untuk dapat
perubahan mukosa dan menghindari mengiritasi
membran mukosa mengidentifikasi/mel produk mukosa dan
oral berhubungan akukan intervensi pencuci mempunyai
dengan intake khusus untuk mulut yang efek
volume cairan mengingkat kan mengandung mengeringkan,
yang tidak adekuat. kesehatan mukosa alkohol menimbulkan
Ds : os mengeluh oral. -berikan ketidak
kering didaerah cairan selama nyamanan
sekitar bibir mulut 24 jam dalam -mencegah
Do : membrane batas yang kekeringan
mukosa mulut os ditentukan mulut
terlihat kering dan -anjurkan berlebihan dari
pecah-pecah hygene gigi periode lama
Input: 500 ml yang baik tanpa masukan
output: 700 ml setelah oral
makan dan -menurunkan
pada saat pertumbuhan

22
tidur. bakteri potensial
penyebab
infeksi

3 Perubahan nutrisi Pasien dapat - memberikan Untuk


kurang dari mempertahan pemahaman meningkatkan
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi kepada pengetahuan
berhubungan untuk tubuh secara keluarga klien tentang
dengan masukan adekuat. Dengan pasien tentang nutrisi sehingga
makanan yang criteria evaluasi : manfaat motivasi untuk
tidak - nafsu makan makanan makan
adekuat/kurang mening - timbang meningkat.
Ds : os mengeluh kat berat badan
- untuk
tidak nafsu makan - klien dapat klien setiap 3
mengetahui
Do : 1/3 porsi diet menghabiskan hari
apakah BB
Makanan rendah makanan sesuai - berikan klien
pasien menurun
serat yang dengan porsi yang makanan
atau meningkat
disediakan habis . sudah disiapkan. dengan porsi
kecil dan - untuk
sesering menghindari
mungkin terjadinya
muntah sehingga
porsi makan
yang disediakan
habis

23
3.14 IMPLEMENTASI
NO Waktu dan tanggal IMPLEMENTASI
1 19.05 wib - memberikan kompres hangat
03 Maret 2017 - menganjurkan makan buah-buahan yang banyak
mengandung air, misalnya pepaya
-memberikan obat sesuai indikasi dokter,
paracetamol 500 mg 3 x 1
-menganjurkan klien minum sebanyak 2500
cc/hari

2 21.00 wib menganjurkan klien untuk menjaga hygiene gigi


04 Maret 2017 dan mulut setelah makan dan mau tidur
3 16.00 wib -memantau pemasukan nutrisi
05 Maret 2017 -menganjurkan makanan dengan porsi kecil
sesering mungkin

24
3.12 EVALUASI

NO
DX TANGGAL/HARI/JAM CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP-SOAPI)

1 S : pasien mengatakan masih demam dan lemas


O : k/u lemah T: 37,5’ C , sebagian aktifitas di bantu keluarga
3 Maret 2017 / Jumat/ 17.05 WIB A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- Beri kompres hangat
- Kolaborasi pemberian obat dengan dokter (paracetamol 500 mg 3 x 1)

2 S : os mengatakan bibir serta membrane mukosanya masih kering.


O : membrane mukosa klien terlihat kering

3 Maret 2017/ sabtu/ 17.05 WIB A : masalah belum teratasi


P : intervensi dilanjutkan
- Anjurkan os minum 2500 cc per hari
- Anjurkan konsumsi buah yang banyak mengandung air

25
- Atur tetesan infus permenit (20 tts/i)

3 S: klien mengatakan masih belum nafsu makan


O : porsi yang disediakan 1/3 habis
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

3 Maret 2017/ Senin / 17.05 WIB - anjurkan keluarga memberi makanan kesukaan os.
-Memberikan pemahaman kepada keluarga klien dan klien tentang manfaat
makanan
- anjurkan memberikan makanan dengan porsi kecil sesering mungkin
I

NO CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP-SOAPI)


DX TANGGAL/HARI/JAM

1 S : pasien mengatakan demamnya sudah mulai berkurang dan lemasnya sudah


mulai hilang
4 Maret 2017 / Sabtu/ 21.00 WIB O : k/u lemah T: 37,4’C , aktifitas mandiri

26
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- Kompres hangat
- - Kolaborasi pemberian analgetik (paracetamol 500 mg 3 x 1)

2 S : os mengatakan bibir serta membrane mukosanya masih kering.


O : membrane mukosa klien terlihat kering
Input : 550 ml
Output: 700 ml
4 Maret 2017/ Sabtu/ 21.00 WIB
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- Anjurkan pasien minum 2500 cc perhari
- - Anjurkan konsumsi buah yang banyak mengandung air

3 S: klien mengatakan masih belum nafsu makan


O : porsi yang disediakan 1/3 habis
4 Maret 2017 / Sabtu / 21.00 WIB A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
-Memberikan pemahaman kepada keluarga klien dan klien tentang manfaat

27
makanan
-anjurkan untuk memberikan makanan dengan porsi kecil sesering mungkin

NO CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP-SOAPI)


DX TANGGAL/HARI/JAM

1 S : pasien mengatakan tidak lagi demam dan lemas


O : k/u baik T: 37’C , aktifitas mandiri
5 Maret 2017 / Minggu/ 16.00 WIB A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

2 S : os mengatakan bibir serta membrane mukosanya tidak lagi kering.


O : membrane mukosa terlihat segar
5 Maret 2017/Minggu/ 16.00 WIB
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

28
3 S: klien mengatakan sudah nafsu makan

5 Maret 2017/ Minggu / 16.00 WIB O : porsi yang disediakan di habiskan


A : masalah sudah teratasi
P : intervensi dihentikan

29
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Ny. S dengan diagnosa
medis Thipoid meliputi:
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Implementasi, dan
e. Evaluasi
2. Setelah dilakukan beberapa pengkajian, didapatkan 3 diagnosa
keperawatan :
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
b. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral
berhubungan dengan dehidrasi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan makanan yang tidak adekuat/kurang
3. Berdasarkan implementasi yang didasarkan pada intervensi
keperawatan, maka diperoleh hasil evaluasi, bahwa masalah telah
teratasi.
4.2 Saran
a. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien Thypoid
harus didasarkan pada 5 metode Asuhan Keperawatan.
b. Dalam melakukan asuhan keperawatan, sebaiknya bersamaaan
dengan komunikasi yang baik pada pasien

30
31

Anda mungkin juga menyukai